Jurnal Refleksi - Rinda Dwi Lestari - Perspektif Sosio Kultural Dalam Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Rinda Dwi Lestari NIM : 230211105707 Kelas : Biologi 2/H



JURNAL REFLEKSI Nama Mata Kuliah Review pengalaman belajar.



Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan Berdasarkan hasil pengalaman belajar yang sudah saya dapatkan saat perkuliahan mata kuliah Perspektif sosio kultural dalam pendidikan sangat banyak sekali dan memberikan pengetahuan baru bagi saya sebagai calon guru profesional yang nantinya mampu memberikan pembelajaran bagi peserta didik dengan baik dari segi perspektif sosio kultural yang berbeda. Pada mata kuliah ini terdapat beberapa topik, yang disajikan dengan presentasi oleh tiap-tiap kelompok, antara lain: Topik 1. Pengantar perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik dalam Pendidikan Indonesia Pada topik ini saya menjadi lebih memahami makna perbedaan sosial, budaya, ekonomi, dan politik sangat mempengaruhi proses pendidikan di Indonesia. Pada awal pembelajaran, diberikan pandangan terkait pendidikan di masa kolonial, melalui mempelajari hal tersebut saya menjadi lebih memahami akan pentingnya faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pendidikan sehingga mempengaruhi bagaimana pendidikan diselenggarakan, misalnya pendidikan hanya diberikan pada kalangan tertentu, maka faktor tersebut mempengaruhi bagaimana pembelajaran hanya difokuskan untuk tujuan praktis kepentingan bisnis penjajah sehingga yang diajarkan hanyalah membaca dan menulis dasar saja. Kemudian dengan diadakannya diskusi kelas, saya belajar bagaimana perubahan penyelenggaraan pendidikan saat ini, dimana akses sudah terbuka untuk siapa saja belajar hingga setinggi mungkin. Bila melihat secara makro, faktor sosial budaya ekonomi dan politik dimana bangsa ini sudah merdeka, sejahtera, dan damai dibanding masa penjajahan, mempengaruhi bagaimana akses pendidikan sudah terbuka dan partisipasi untuk sekolah sudah tinggi. Pada topik ini terdapat video. Video yang pertama memberikan gambaran terhadap Pendidikan zaman colonial di Indonesia dimana Pendidikan hanya diselenggarakan secara terbatas, baik akses maupun tujuan pembelajarannya. Dapat dikatakan pula Pendidikan dilaksanakan hanya untuk kepentingan membantu bisnis colonial saja. Sedabgkan video 2 berisi gambaran PERJUANGAN PENDIDIK DALAM SEJARAH RI. Perjuangan pendidikan di ZAMAN KOLONIALISME BELANDA diawali dengan adanya politik etis, pada masa ini pendidikan dilaksanakan sangat sederhana dan bergaya eropa. Seiring dengan berjalannya waktu



dibangunlah sekolah yang bernafaskan tanah air yang dinisiasi oleh pergerakan nasional seperti sarekat islam, Muhammadiyah, dll. Hal ini menyebabkan pemerintah Belanda mengeluarkan ordonansi sekolah liar karena menjadi ancaman bagi sekolah yang didirikan Belanda. Adanya ordonansi sekolah liar ini mewajibkan guru memiliki sertifikat dari pemerintah kolonial yang mana sangat sulit proses penerbitannya. Namun ordonansi sekolah liar menuai protes oleh bersatunya pergerakan nasional hingga akhirnya dicabut. Sejarah pendidikan Indonesia tidak lepas dari sosok raden Mas Soewarni Soeryaningrat (Ki Hajar Dewantara), di tahun 1913 Ki Hajar Dewantara menulis kritikan pedas kepada Belanda sehingga beliau diasingkan ke negara Belanda. Sepulang dari pengasingan, KHD mendirikan taman siswa sebagai hak pribumi untuk mengenyam pendidikan. Taman siswa memiliki sistem pendidikan yang berbeda dengan sekolah Belanda karena menggunakan sistem Among (Pamong, Ngemong) yaitu menyokong anak didik bukan dengan perintah dan larangan, tetapi dengan tuntunan dan bimbingan. Hal inilah yang menjadikan semboyan pendidikan nasional Indonesia "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Sedangkan video ketiga tentang Pendidikan pada masa penjajahan Jepang, pendidikan tidak hanya diperuntukkan untuk golongan pejabat dan bangsawan tetapi kaum pribumi diperkenankan mengenyam pendidikan. Kebijakan Jepang ini bermaksud sebagai propaganda untuk mencari simpati rakyat. Selama kependudukan Jepang, pendidikan diajarkan menggunakan Bahasa Indonesia dan melarang Bahasa Belanda. Namun kegiatan pendidikan mewajibkan siswa mengikuti pelatihan perang, membantu menanam jarak untuk diambil bijinya sebagai oli pesawat, menyanyikan lahu kebangsaan Jepang, dan menghormati Bendera Jepang. Kebijakan inilah yang menjadikan anak putus sekolah dan mengalami buta huruf. Di bidang agama Jepang juga melakukan propaganda dengan mendirikan Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI) yang kemudiab dibubarkan dan diganti dengan Masyumi. DI Organisasi Masyumi terdapat unsur pendidikan pesantren yang mana para santri diminta untuk mengikuti pelatihan militer. Topik 2 Konsep Dasar Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan Pada topik kedua ini saya mempelajari tentang konsep mengenai aktivitas sosial dan interaksi antara orang dewasa-anak dapat membentuk dasar sosialisasi kognitif berdasarkan pada perbedaan Status Sosial Ekonomi/SES, dan pengaruh SES dalam proses pembelajaran peserta didik. Status Sosial Ekonomi/SES berpengaruh terhadap proses pengajaran. Hal ini diketahui bahwa anak yang memiliki tingkat SES rendah beresiko mengalami keterasingan berupa keterlibatan rendah dan masalah disiplin dalam lingkup sosial masyarakat. Faktor lingkungan berdampak pada



tingkat SES anak, sehingga peserta didik yang memiliki SES rendah memiliki kecenderungan prestasi yang biasa karena memang dukungan dari lingkungan sekitarnya kurang. Pada kegiatan di ruang kolaborasi saya bersama kelompok menganalisis buku cerita tentang penerapan pembelajaran sebagai bahan untuk studi kasus, antara lain buku dengan judul Belajar berdemokrasi, Ray sang pecandu online game, melawan setan bermata runcing. Disini saya bersama kelompok menganalisis factor sosial, budaya, ekonomi dan politik, strategi yang digunakan oleh guru untuk mempertimbangkan perspektif sosiokultur dalam mengajar, serta menganalisis strategi lain yang dapat diterapkan dan hal-hal yang diperoleh dari studi kasus tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa status sosio ekonomi seseorang berpengaruh pada pencapaian prestasinya. Status sosial ekonomi adalah tingkatan ekonomi dan sosial individu atau keluarga berdasarkan pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan. Keluarga mendukung perkembangan dan pertumbuhan anak dengan pemahaman pentingnya pendidikan karena akan dapat membentuk karakter. Topik 3 Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik dalam Pembelajaran Pada topik ketiga ini, saya mempelajari teori Vygotsky tentang terbentuknya kelas-kelas sosial. Manusia tumbuh dan berkembang di suatu lingkungan masyarakat yang di dalamya terdapat dinamika hubungan sosial (dinamika kelas sosial) yang menjadi faktor penentu dalam pembentukan kepribadian manusia dan faktor terbentuknya “kelas” di lingkungan masyarakat. Menurut Vygotsky interaksi sosial memiliki keterbatasan yang dipicu oleh adanya perbedaan status sosial ekonomi sehingga interaksi tersebut dapat terhalangi dan muncul kelompokkelompok dengan strata yang berbeda. Vygotsky juga menyatakan bahwasanya terdapat perbedaan ‘kelas’ sosial di dalam sekolah. Sekolah sebagai ruang sosial dimana terjadi hubungan sosial mediasi pembelajaran. Ruang kelas sosial menjadi lapangan yang membedakan individu dengan “modal ekonomi dan modal budaya”, keduanya merupakan realitas tak terlihat yang tidak dapat ditampilkan tetapi mengatur praktik dan representasi siswa. Pada topik ini membahas materi tentang pemikiran tentang Vygotsky yang mengusulkan tiga bentuk mediasi, antara lain alat, tanda dan simbol (semiosis), dan interaksi sosial. Berdasarkan penelitian sosiokultural Vygotskian berfokus pada bentuk mediasi semiotik untuk mengatasi tantangan kognitif dalam Pendidikan. Pengaruh psikologi manusia dimediasi oleh sejumlah faktor, manusia diciptakan oleh masyarakat dimana mereka tinggal sehingga dapat menentukan kepribaadian seseorang. Karakter kelas, sifat kelas, dan perbedaan kelas juga berpengaruh terhadap pembentukan pribadi seseorang. Vygotsky



menuliskan bahwa lingkungan sosial di kelas dibentuk oleh kondisi kelas sehingga akan muncul berbagai budaya, dan kepribadian di dalam kelas. Perbedaan kelas sosial juga berpengaruh terhadap pendidikan anak. serta Anak-anak dapat tumbuh menjadi intelektual karena orang yang ada di sekitarnya sehingga keragaman anak-anak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Ketika suatu lingkungan berkembang, maka anak-anak dapat mengembangkan minat dan bakatnya bersama dengan kelompok ekonomi tertentu (berbaur dengan kelompok ekonomi manapun). Terdapat Studi terkait perbedaan kelas sosial dilakukan oleh Rist, Siswa yang berasal dari keluarga berpendidikan menunjukkan kemudahan interaksi dengan orang dewasa, kemampuan berbicara yang baik, kemampuan menjadi pemimpin, dan berpenampilan bersih & rapi. Temuan Rist menunjukkan bahwa pengalaman hidup sekolah anak-anak kelompok bawah berbeda secara substansial dari mereka yang berada di kelompok istimewa. Penelitian Wilcox menyatakan bahwa anak-anak berstatus lebih tinggi diberi lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan apa yang dia sebut "keterampilan presentasi diri" seperti berbicara dan mempresentasikan di depan kelompok, menerima banyak bimbingan, dan pujian saat melakukan sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori pembelajaran sosiokultural telah mengeksplorasi secara mendalam peran tanda dan simbol dalam mediasi tetapi harus lebih mempertimbangkan cara hubungan interpersonal memediasi kehidupan sekolah siswa dan konsekuensi dari hubungan sosial ini untuk pembelajaran. Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) adalah gagasan dari karya Vygotsky yang telah banyak dirujuk dalam teori dan praktik pendidikan kontemporer. Topik 4 Pembelajaran pada ‘Zone of Proximal Development (ZPD)’ Topik keempat ini membahas tentang Zone of Proximal Development (ZPD). ZPD merupakan jarak antara tingkat perkembangan actual development (melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa) dengan tingkat perkembangan potensial development (melakukan sesuatu dengan bantuan orang dewasa) yang lebih tinggi. Dalam pembelajaran, ZPD berperan sebagai jarak batasan dimana siswa dapat memahami suatu konsep dengan kemampuannya sendiri dan dimana siswa memerlukan bantuan orang lain yang lebih berpengalaman untuk memahi konsep, pemecaham masalah, dan penyelesaian tugasnya. Salah satu cara untuk mengetahui area Zone of Proximal Development (ZPD) siswa, yaitu dengan dilakukannya pretes atau tes diagnostik untuk mengukur pengetahuan awal siswa. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang tepat, guru dapat mengetahui pengetahuan apa yang sudah dimiliki siswa sebelum pembelajaran, dan pengetahuan apa saja yang sama sekali belum diketahui.



Topik 5 Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran yang Diterapkan Sebagai Scaffolding pada ZPD Topik kelima pembahasan ini mempelajari tentang scaffolding. Scaffolding merupakan suatu metode yang digunakan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran dengan memberikan dukungan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Scaffolding dalam proses pembelajaran berperan sebagai “jembatan” yang digunakan untuk menghubungkan antara apa yang telah diketahui siswa, dengan sesuatu yang baru atau yang akan ketahui oleh siswa. Scaffolding memfokuskan pada meningkatkan kompetensi siswa dengan cara menyediakan dukungan yang sesuai dengan area ZPD siswa. Scaffolding diterapkan dalam konteks teori Zone of Proximal Development (ZPD) yang menyatakan bahwa siswa dapat belajar lebih efektif ketika dukungan yang sesuai dengan tingkat perkempangan mereka diberikan. Bentuk scaffolding yang dapat diberikan guru kepada guru contohnya yaitu penerapan metode peer teaching, terintegrasi dalam model pembelajaran, bantuan yang diberikan guru juga dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkahlangkah pemecahan, atau memberikan contoh, dll. Topik 6. Isu-Isu Penyelenggaraan Pendidikan dan Pembelajaran di Sekolah dalam Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik Pada topik bahasan keenam ini, saya memperlajari isu-isu yang terdapat pada penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Berbagai ide dan gagasan yang dicetuskan oleh Vygotksy yang berupa pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang berorientasi pada keadaan sosiokultural siswa, baik dari aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik perlu diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas. Perspektif sosiokultural memiliki dampak yang sangat besar pada pendidikan peserta didik yang beragam. Pengaruh sosiokultural dalam perspektif budaya meliputi bagaimana budaya dan norma yang berbeda dapat mempengaruhi pemahaman dan pencapaian pendidikan. Perspektif ekonomi meliputi bagaimana kondisi ekonomi masyarakat dan negara dapat mempengaruhi kualitas dan akses pendidikan. Perspektif politik meliputi bagaimana kebijakan pendidikan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dapat mempengaruhi proses pendidikan dan pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa peran kita sebagai guru juga berubah. kita sekarang terlibat dalam proses yang jauh lebih menarik dan bermanfaat. kita membantu murid-murid untuk menemukan beberapa makna pribadi dan budaya yang sangat mendalam. Serta sebagai guru perlu mengetahui isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah itu sangat penting, karena mempengaruhi pendidikan di Indonesia. Sehingga dapat mengaitkan dan menyimpulkan isu-isu terkait pendekatan, strategi, metode, dan teknik, serta materi pembelajaran yang diterapkan sebagai Scaffolding pada ZPD. Tantangan yang hadapi yaitu banyaknya isu-



Refleksi pengalaman belajar yang dipilih



isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang berpengaruh buruk terhadap pendidikan. Beberapa hal yang ingin diketahui lebih lanjut yaitu strategi terbaik untuk mengatasi pengaruh negatif isu-isu pendidikan di indonesia terhadap perkembangan pendidikan peserta didik Semua topik sangat penting untuk dipelajari. 1. Mengapa topik-topik tersebut penting dipelajari? Pada tahap refleksi pengalaman belajar, saya memilih merefleksi dari pengalaman belajar saya pada topik 5 yaitu tentang Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran yang Diterapkan sebagai Scaffolding pada ZPD. Materi pada topik ini saya rasa penting dikarenakan pada topik ini banyak ditekankan mengenai pemahaman tentang penerapan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang bisa saya terapkan dalam mewujudkan pembelajaran Scaffolding pada ZPD. Konsep ZPD yang merupakan jarak antara tingkat perkembangan aktual anakan yang ditentukan oleh pemecahan masalah secara independen dan tingkat perkembangan potensialnya yang ditentukan melalui pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih mampu. Penerapan Scaffolding yang berupa pemberian bantuan kepada peserta didik selama tahap awal pembelajaran dan mengurangi bantuan tersebut ketika ia sudah mampu mengerjakannya secara mandiri dapat diterapkan dengan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran khusus di lapangan. Contohnya seperti menjalin interaksi dengan peserta didik dengan wujud kolaborasi dalam pengerjaan tugas mereka sebagai wujud pemberian bantuan dan bimbingan agar mereka nantinya dapat menyelesaikan tugas belajarnya secara mandiri. Penerapan strategi ini sudah saya terapkan secara nyata dalam proses pelaksanaan Praktik Pengakaman Lapangan (PPL) I pada peserta didik kelas XII MIPA 1 di SMA Negeri Jenggawah yang saya tekankan pada pemberian bantuan dan pelaksanaan kolaborasi dalam pengerjaan tugas mata pelajaran Biologi mereka melalui bimbingan saya dan juga bantuan dari teman sebaya yang lebih berkompeten. 2. Bagaimana saya mempelajari topik-topik yang ada pada mata kuliah ini? Dalam mempelajari topik-topik yang ada pada mata kuliah ini, dilaksanakan dengan metode diskusi, melakukan bimbingan dengan dosen pengampu, dan berkolaborasi secara kelompok yang berpedoman pada LMS yang menerapkan alur pembelajaran MERDEKA (Mulai Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, hingga Aksi Nyata) 3. Apakah strategi yang diimplementasikan dalam mempelajari topik tersebut penting bagi saya? Mengapa?



Strategi yang diimplementasikan dalam mempelajari topik tersebut penting bagi saya dikarenakan dalam penerapan strategi pembelajaran tersebut dapat membangun pola berpikir saya agar mampu berpikir secara kritis dalam memahami dan menganalisis suatu materi yang diajarkan. Selain itu, dalam implementasi alur pembelajaran MERDEKA, saya dapat membangun pengetahuan dan keterampilan saya mulai dari refleksi diri sendiri, pemahaman materi, melaksanakan kolaborasi, serta mengimplementasikan hasil belajar saya secara nyata dalam proses pembelajaran. Sehingga, pelaksanaan pembelajaran yang telah saya laksanakan dapat lebih bermakna pada diri saya. Analisis Berikut Link Artefak Pembelajaran pada Mata kuliah Perspektif sosio artefak kultural dalam pendidikan yang saya sajikan dalam bentuk link: pembelajaran https://drive.google.com/file/d/14e1QXTYVuwVe6JnbISPfhAlt7PjtW_6 D/view?usp=sharing https://drive.google.com/file/d/1h0rqPahYO_I5EWEkjJXW6zySIWTAoK ev/view?usp=sharing pada link di atas terdapat hasil kolaborasi topik 5 serta video tentang penerapan Scaffolding pada ZPD Ketika melaksanakan kegiatan PPL 1 di SMAN Jenggawah pada kelas XII MIPA 1, penerapan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik, mendorong keaktifan belajar peserta didik melalui kegiatan belajar berkelompok, pemberian motivasi, bantuan, dan bimbingan kepada peserta didik. Pembelajaran pembelajaran bermakna yang saya dapatkan adalah tentang penerapan bermakna pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang bisa saya (good terapkan dalam melaksanakan pembelajaran Scaffolding pada ZPD pada practices) peserta didik saya di kelas. Pada umumnya di kelas, kemampuan ZPD setiap peserta didik pasti beranekaragam kemampuannya, ada yang tinggi dan juga rendah. Penerapan stretegi-strategi Scaffolding, sepertian pemberian tugas sesuai tahap perkembangan kognitif peserta didik, peningkatan keaktifan belajar peserta didik melalui kelompok belajar bersama, pemberian motivasi, bantuan, dan bimbingan kepada peserta didik, dan pemanfaatan teman sebaya yang mempunyai kemampuan ZPD yang tinggi dapat diwujudkan dalam membangun kemandirian belajar pada peserta didik di kelas. Melalui strategi-strategi ini akan sangat bermanfaat pada diri saya dalam peningkatan kemampuan diri saya sebagai sosok calon guru profesional nantinya. Selain itu, dari materi ini nantinya akan saya terapkan pada diri saya, baik secara individu maupun sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran Biologi di kelas nantinya, agar peserta didik secara merata dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan sejarahnya sesuai dengan tingkat kemampuan ZPD nya masing-masing.