Jurnal Sirih  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Manfaat Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Antioksidan Indri Rahmawati e-mail: [email protected] phone: +6281268025888 Program Studi Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang, Padang



Abstrak: Penyakit akibat terbentuknya radikal bebas merupakan masalah serius dalam kesehatan. Walaupun antioksidan sintetik telah ada dan cukup efektif, tetapi menimbulkan kekhawatiran akan efek samping yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu penemuan-penemuan baru berupa antioksidan alami sangat diperlukan. Salah satu tanaman obat yang secara empiris biasa digunakan sebagai obat tradisional adalah sirih merah (Piper crocatum ). kebanyakan informasi tentang pemanfaatan sirih merah (Piper crocatum) yang ada hanya sebatas bukti empiris belum ada bukti ilmiah, sehingga informasi ilmiah masih sangat sedikit, review ini bertujuan untuk mengetahui manfaat sirih merah sebagai antioksidan guna melengkapi informasi tentang manfaat, kandungan dan data pendukung untuk pengklasifikasiaannya. Dari hasil review dapat disimpulkan bahwa khasiat sirih merah itu disebabkan oleh adanya sejumlah senyawa aktif yang dikandungnya, antara lain flavonoid, alkaloid, polifenolat, tanin, dan minyak atsiri. Senyawa flavonoid dan polifenolat bersifat antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiseptik, dan antiinflamasi. Sedangkan senyawa alkoloid mempunyai sifat antineoplastik yang juga ampuh menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Kata kunci : Sirih merah ( Piper crocatum), Antioksidan, Radikal Bebas PENDAHULUAN Penyakit akibat terbentuknya radikal bebas merupakan masalah serius dalam kesehatan. Selama beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan timbulnya penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas seperti penuaan dini dan kanker. Metabolisme yang terjadi di dalam tubuh melibatkan proses oksidasi dan reduksi. Proses oksidasi dapat menyebabkan terbentuknya suatu oksidan atau radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Halliwel, dkk., 1995).



Oksidan merupakan molekul yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan sehingga molekul ini dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid, protein, atau DNA. Makromolekul yang terserang oleh oksidan dapat mengalami kondisi oksidasi yang menyebabkan terjadinya kerusakan protein, DNA, penuaan dini, kanker, serangan jantung, dan penyakit degeneratif lainnya (Middleton, dkk., 1998). Oleh karena itu oksidan ini perlu dihambat dengan senyawa antioksidan.



Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam. Berdasarkan sumber perolehannya ada dua macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik) seperti BHA (Butil Hidroksi Anisol) dan BHT (Butil Hidroksi Toulene). Tetapi penggunaan BHA dan BHT banyak menimbulkan kekhawatiran akan efek sampingnya. Beberapa hasil studi laboratorium yang dilakukan pada hewan menunjukkan kalau BHA dan BHT bisa menyebabkan kanker dan tumor. Selain itu, ada bukti yang mendukung kalau kedua pengawet ini menyebabkan gangguan metabolisme pada manusia. Kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang berbahaya dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan (Hertiani, dkk., 2000). Tanaman sirih banyak terdapat di Indonesia dan tanaman ini tidak memerlukan penanganan khusus dalam pembudidayaannya. Akan tetapi sampai saat ini pemanfaatan daun sirih masih belum optimal. Salah satu manfaat daun sirih adalah sebagai antioksidan pada makanan, terutama pada makan yang mengandung minyak dan lemak Masyarakat dunia dan juga Indonesia saat ini mulai mengutamakan penggunaan obat secara alami (back to nature). Pemanfaatan herbal medicine ramai dibicarakan, termasuk dalam manfaatnya, namun kebanyakan informasi yang ada hanya sebatas bukti empiris belum ada bukti ilmiah. Demikian juga dengan sirih merah



(Piper crocatum), hal ini disebabkan sirih merah belum lama dikenal oleh masyarakat luas, sehingga informasi ilmiah masih sangat sedikit, Review ini bertujuan untuk mengetahui manfaat sirih merah sebagai antioksidan guna melengkapi informasi tentang manfaat, kandungan dan data pendukung untuk pengklasifikasiaannya. PEMBAHASAN 1. Klasifikasi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) Sirih merah secara ilmiah dikenal dengan nama Piper crocatum yang termasuk dalam familia Piperaceae. Nama lokal dari sirih merah yaitu sirih merah (Indonesia). Sedangkan nama daerah tanaman sirih yaitu suruh, sedah (jawa), seureuh (Sunda), ranub (Aceh). Adapun kedudukan tanaman sirih merah (Piper crocatum) menurut Sudewo (2010) dalam sistemik taksonomi tumbuhan di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivisio : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Magnoliidae Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper crocatum



keperakan, dan bagian bawah berwarna ungu. Daun berlendir dan berasa pahit. (Safithri, 2008)



Gambar1.Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) 2. Morfologi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) Sirih merah merupakan tanaman asli Peru, kemudian menyebar ke beberapa wilayah di dunia, termasuk Indonesia. Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam family Piperaceae. Ciri khas tanaman ini adalah tumbuh merambat di pagar atau pohon, berbatang bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Sirih merah merupakan tanaman semak, batang bersulur dan beruas, dengan jarak buku antara 5-10 cm, dan pada setiap buku tumbuh bakal akar. Daun sirih merah mempunyai bau khas aromatic, rasanya agak pedas. Daun bertangkai berbentuk helaian-helaian berbentuk bulat telur, ada pula yang bulat telur memanjang, berujung runcing, pangkal daun berbentuk jantung kadang-kadang tidak setangkup. tepi rata, mengkilap atau tidak berbulu. Panjangnya 9-12 cm dan lebarnya 4-5 cm. Urat daun pinnatus dari separuh bagian bawah, urat daunnya 4-5 x 2, bullulatus-lacunosa. Petiolus, panjang 10 mm, spike panjang 90-110 mm, tebal 5 mm. Daun bagian atas berwarna hijau tua, dengan daerah sekitar tulang daun



3. Anatomi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) Hasil penelitian Tihurua, (2011) menunjukkann bahwa semua Piperaceae memiliki daun dorsiventral. Stomatata terletak di permukaan bawah atau di kedua permukaan daun dan bertipe tetrasitik dan siklositik. Jaringan hipodermis terletak bagian atas daun dan/atau di bagian bawah daun, mesofil tersusun oleh 1-2 lapis jaringan tiang dan 2-7 lapis jaringan bunga karang. Daun Piperaceae mempunyai 3 macam trikoma yaitu trikoma berkelenjar berbentuk bulat dan bertangkai pendek serta trikoma berkelenjar biselular (bersel 2). Trikoma tanpa kelenjar yang ada bertipe multiselular beruntutan tunggal. Kristal berbentuk pasir, jarum, drus atau prisma tersebar di jaringan hipodermis, mesofil dan tulang tengah daun. Jaringan pengangkut pada tangkai daun tersusun sehingga menyerupai bentuk bulan sabit atau huruf U dan V 4. Habitat Tanaman Sirih Merah Sirih merah tergolong langka karena tidak tumbuh di setiap tempat. Bisa tumbuh dengan baik di tempat yang teduh dan tidak terlalu banyak terkena sinar matahari. Jika terkena sinar matahari langsung pada siang hari secara terus-menerus batangnya cepat mengering dan warna merah daunnya bisa menjadi pudar, buram, dan kurang menarik (Hermianti,2012). Tanaman ini juga pantang kelebihan air. Karena itu, pada musim penghujan banyak yang mati akibat



batangnya membusuk dan daunnya rontok. Sirih merah akan tumbuh dengan baik bila mendapat 60-75 % cahaya matahari. Karena itu perlakuan khusus sangat dibutuhkan dalam upaya menjaga syarat tumbuh. Banyak orang mengoleksi tanaman sirih merah, tetapi tidak banyak yang mengerti perawatannya, sehingga cepat mati. 5. Kandungan Kimia Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) Sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid senyawa polifenolat, tannin dan minyak atsiri. Senyawasenyawa tersebut diketahui memiliki aktivitas antibakteri. a. Flavonoid Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa komplek terhadap protein extraseluler yang mempunyai integritas memban sel bakteri. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzimatis maupun non enzimatis. Flavonoid bertindak sebagai penampung radikal hidroksi dan superoksida yang baik dengan demikian dapat melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak.(Robinson dalam Tohani, 2017). Aktivitas sebagai antioksidan dimiliki oleh sebagian besar flavonoid disebabkan adanya gugus hidroksi fenolik dalam stuktur molekulnya. Ketika senyawa-senyawa ini bereaksi



dengan radikal bebas, mereka membentuk radikal baru yang distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik (Rohyami, 2008). b. Alkaloid Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan meyebabkan kematian sel tersebut. Senyawa alkaloid pada sirih merah mempunyai sifat antineoplastik yang mampu menghambat pertumbuhan sel-sel kanker (Sudewo, 2010). c. Polifenolat Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hydrogen. Pada kadar rendah terbentuk komplek protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presifitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis. Sifat antiseptik dari polevenolad tanaman sirih merah lebih ampuh untuk mengurangi daya hambat bakteri gram +. (Sudewo, 2010).



d. Tannin Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut (Liberty, 2012). Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis (Hagerman, 2002). e. Minyak Atsiri Minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan. Minyak atsiri berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil.



Penelitian Utami (2011) menjelaskan bahwa minyak atsiri daun sirih merah memiliki 3 golongan terpena yaitu monoterpen (sabinen, mirsen, αtuyan, α-terpinena, γ-terpinena), monoterpen alkohol (linalool dan 4-terpineol), dan seskuiterpen (αkopaena, trans kariofillena dan germakren D). Fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik itu sebagai parfum untuk tubuh, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi citra rasa pada makanan maupun produk rumah tangga lainnya. Daun sirih merah mengandung flavanoid, polevenolad, tanin, dan minyak atsiri. Secara empiris zat aktif itu memiliki efek mencegah antikejang, membasmi kuman, penghilang rasa nyeri dan menghilangkan bengkak. Di samping itu bisa juga untuk mengatasi radang paru, radang tenggorokan, gusi bengkak, radang payudara, hidung mimisan, kencing manis, ambeien, jantung koroner, darah tinggi, asam urat dan batuk berdarah (Hermiati, dkk., 2015). Ekstrak daun sirih merah juga mampu mematikan cendawan C. albicans penyebab sariawan, berkasiat mengurangi sekresi pada liang vagina, keputihan akut dan gatal-gatal pada alat kelamin, sekaligus sebagai pembersih luka. Yang membedakan sirih hijau (Piper betle linn) dan sirih merah (Piper crocatum) adalah senyawa flavonoid dan polevenolad sebagai antioksidan,



antidiabetik, antikanker, antiseptik dan antiinflamasi (Sudewo, 2010) 6. Manfaat dan Khasiat Sirih Merah Khasiat daun sirih sudah banyak dikenal dan sudah teruji klinis. hingga kini, penelitian tentang tanaman ini terus dikembangkan. Daun sirih telah berabad-abad dikenal oleh nenek moyang kita sebagai tanaman berkhasiat. Tanaman sirih merah mengandung senyawa antiseptik berupa kavibetol dan kavikol yang lima kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa (Triarsari,2007). Rasa pahit yang dimiliki oleh sirih merah memberikan manfaat pada manusia. Efek zat aktif yang terkandung dalam sirih merah pencegah ejakulasi dini, antikejang, antiseptik, analgetik, antiketombe, antidiabetes, pelindung hati, anti diare, mempertahankan kekebalan tubuh, dan penghilang bengkak. Daun sirih merah juga mampu mengatasi radang pau-paru, radang tenggorokan, radang pada gusi, radang pada payudara, hidung berdarah dan batuk berdarah (Sudewo, 2010). Tumbuhan sirih merah mengandung senyawa bioaktif antara lain alkaloid, terpenoid, steroid, asetogenin, fenil porpan, dan tannin dapat berfungsi sebagai insektisida. Daun sirih merah dapat digunakan sebagai insektisida nabati karena memiliki kandungan senyawa fitokimia yakni alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid (Manoi, 2007).



KESIMPULAN Sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) mengandung berbagai senyawa kimia seperti flavonoid, alkaloid, polifenolat, tanin, dan minyak atsiri yang merupakan zat yang berpotensi dijadikan sebagai antioksidan alami. Senyawa flavonoid dan polifenolat bersifat antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiseptik, dan antiinflamasi.Sedangkan senyawa alkoloid mempunyai sifat antineoplastik yang juga ampuh menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. DAFTAR PUSTAKA Hagerman, A. E. (2002). Tannin. Miami University. Diunduh kembali dari https://journals.uair.arizona.edu/ind ex.php/jrm/article/viewFile/8684/8 296 Halliwel, B., Aeschbach, R., Lolinger, J., & Auroma, O. (1995). Toxicology. Journal of Agrycultural Food Chemistry, 33, 60. Hertiani, T., Pramono, S., & A.M, S. (2000). Uji daya antioksidan senyawa flavonoid daun (Plantago major L.). Majalah Farmasi Indonesia, 11(4), 234. Hermiati, R., Manalu, N. Y., & Sinaga, M. S. (2012). Ekstrak daun sirih hijau dan merah sebagai antioksidan pada minyak kelapa. Jurnal Teknik Kimia USU, 2(1). Liberty,M. P., Meiske, S., Sangia, & Jessy, J. E. P. (2012). Penentuan kandungan tanin dan uji aktivitas antioksidan ekstrak biji buah



alpukat (Persea americana mill.). Jurnal MIPA UNSRAT Online, 1(1), 5-10.



Disserttation.Purwekerto(Indonesia ).Universitas Muhammadiyah Purwokerto.



Manoi, Feri. (2007). “Sirih Merah Sebagai Tanaman Multi Fungsi”. Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri.13(2).



Tihurua, E. F., Astuti, I. P., & Witono, J. R. (2011). Anatomi daun Piperaceae dari kawasan Gunung Slamet, Jawa Tengah. Buletin Kebun Raya (Scientific journal), 14(2), 53-68.



Middleton, E., Kandaswami, & Theoharides, T. (1998). The effects of plant flavonoids on mammalian cells: Implications for inflammation, heart disease, and cancer. Pharmacological Reviews, 52, 673-751. Ngaisah, S. (2010). Identifikasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Asal Magelang (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas Maret). Rostiana, O., SM, R., & Sitepu, D. (1992). Keanekaragaman Genotipa Sirih (Piper betle L.) Asal dan Penyebaran. Warta Tumbuhan Obat Indonesia, 1(1 Jan).\ Safithri M, Fahma F.(2008). Potency of Piper crocatum decoction as an antihyperglycaemia in rat strain sprague dawley. Journal of Biosciences. 15(1):45-8. Sudewo, Bambang. (2010). Basmi Penyakit Dengan Sirih Merah. Jakarta: Agromedia Pustaka. Suhartini.(2012).Formulasi dan aktivitas antibakteri sabun mandi cair ekstrak daun sirih merah (piper crocatum ruiz & pav) dalam basis minyak zaitun. Doktoral



Tonahi, J. M. M., Nuryanti, S., & Suherman, S. (2017). Antioksidan Dari Daun Sirih Merah (Piper Crocatum). Jurnal Akademika Kimia, 3(3), 158-164.