Kajian Nilai Nilai Ketuhanan Dalam Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS SEMESTER 1 PENDIDIKAN AGAMA KAJIAN NILAI NILAI KETUHANAN DOSEN PEMBIMBING : Ibu Dini Yuli Saputri, M.Pd



DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:



ANGGRAINI DWI FADILLANINGSIH NADIA WULAN SEPTIANI NURSAKILA



PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN+PROFESI POLTEKKES KEMENKES JAMBI TAHUN AJARAN 2020/2021



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah,Tuhan yang menciptakan segala sesuatu yang ada  di ada di langit dan bumi,Tuhan yang memberikan kemudahan kepada setiap umat untuk menuntut ilmu yang di milikiNYA,sehingga penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah tentang kajian nilai nilai ketuhanan dalam islam .Sehingga para mahasiswa bisa memahami dengan benar apa saja kajian nilai nilai ketuhanan Harapan penulis dalam pembuatan makalah ini agar pembaca dapat memperluas wawasan ilmu mengenai kajian nilai nilai ketuhanan yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi dan berita. Namun kami menyadari akan banyaknya kesalahan dalam pembuatan makalah ini ,oleh karena itu kami masih mengharapkan dan akan menerima kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan pembuatan makalah ini sehingga ke depannya makalah ini bisa lebih bermanfaat dan menjadi makalah yang lebih baik dari sebelumnya.  Jambi, 27 Agustus 2020 Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii BAB I  PENDAHULUAN............................................................................................................ 1 A. B. C.



LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1 RUMUSAN MASALAH................................................................................................ 1 TUJUAN......................................................................................................................... 1



BAB II  PEMBAHASAN............................................................................................................. 2 A. B. C. D.



SIAPAKAH TUHAN ITU?............................................................................................. 2 KONSEP PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN…………………………… 3 TUHAN MENURUT AGAMA AGAMA……………………………………………... 5 PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN……………………………………………………. 6



BAB III PENUTUP....................................................................................................................... 8 A. B.



KESIMPULAN............................................................................................................... 8 SARAN........................................................................................................................... 8



DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 9



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai umat beragama, apapun agama dan kepercayaannya akan mengenal namanya Tuhan. Tuhan adalah dzat yang menyiptakan alam semesta,yang maha kuasa dan mengatur segalanya.tiada sesuatu yang menyerupainya dan dia tidak butuh kepada makhluknya. Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dannilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya.Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dantawakal sepenuhnya kepadaNya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dandiutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan. Sesungguhnya amalah lahiriyah berupa ibadah Mahdhah dan muamalah tidak akanmencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai keutamaan tersebut.Sebab nilainilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap gerakserta perilaku kesehariaan. Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar, pikir dan akal budi mereka”. Maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam isi spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segeradiambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas islam. B. RUMUSAN MASALAH   1. 2. 3. 4.



Siapakah tuhan itu? Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang tuhan? Bagaimana tuhan menurut agama-agama lain? Bagaimana pembuktian wujud tuhan?



C. 1. 2. 3. 4.



TUJUAN Mengetahui siapa tuhan itu. Mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang tuhan. Mengetahui pengertian tuhan menurut agama-agama lain. Mengetahui pembuktian wujud tuhan.



BAB II PEMBAHASAN A. Siapakah Tuhan Itu? Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS 45 (AlJatsiiyah): 23 yang berbunyi : ‫ص ِر ِهۦ‬ َ َ‫ضلَّهُ ٱهَّلل ُ َعلَ ٰى ِع ْل ٍم َوخَ تَ َم َعلَ ٰى َس ْم ِع ِهۦ َوقَ ْلبِ ِهۦ َو َج َع َل َعلَ ٰى ب‬ َ َ‫أَفَ َر َءيْتَ َم ِن ٱتَّخَ َذ إِ ٰلَهَهۥُ هَ َو ٰىهُ َوأ‬ َ‫ه ِم ۢن بَ ْع ِد ٱهَّلل ِ ۚ أَفَاَل تَ َذ َّكرُون‬yِ ‫ِغ ٰ َش َوةً فَ َمن يَ ْه ِدي‬ Artinya : “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya….?” Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri: “Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.” Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut: Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut: Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56) Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika AlQuran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau anganangan (utopia) mereka. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan



“melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah. Dalam surah Al- Baqarah ayat 163 berbunyi : ‫َّحي ُم‬ ِ ‫َوإِ ٰلَهُ ُك ْم إِ ٰلَهٌ ٰ َو ِح ٌد ۖ ٓاَّل إِ ٰلَهَ إِاَّل ه َُو ٱلرَّحْ ٰ َمنُ ٱلر‬ Artinya : Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.



B. Konsep Pemikiran Manusia Tentang Tuhan. 1.



Pemikiran Barat



Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut: a) Dinamisme Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya. b) Animisme Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh. c) Politeisme Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.



d) Henoteisme Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional). e) Monoteisme Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme. Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain. Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993:26-27). 2.



Pemikiran Umat Islam



Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran tersebut yaitu: Mu’tazilah yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain).



Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij. Qodariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. Asy’ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliranaliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Di antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah aliran Mu’tazilah dan Qadariah.



C. Tuhan Menurut Agama Agama.







Islam Menyebutkan nama Tuhan dengan sebutan Allah. Nama allah dapat dilihat pada surat Al Ikhlas ayat 1 dan 2 yang berbunyi:



‫‌قُ ۡل هُ َو هّٰللا ُ اَ َح ٌد‬



1.” Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa.”



َّ ‫‌هّٰللَا ُ ال‬ ‫ص َم ُد‬



2.” Allah tempat meminta segala sesuatu.” Dapat dilihat juga pada surat Al Fatihah ayat 1, AlHajj ayat 73 dan ayat-ayat lain 



 Katolik dan Kristen  Ajaran ketuhanan dalam Kristen termasuk Gereja Romawi Katholik adalahsebagaimana tercantum dalam Kredi imam Rasuli yaitu Tri Tunggal yang terdiri dariAllah Bapa, Allah Putra, dan Roh Kudus, ketiganya adalah pribadi Allah. 



 Hindu  Ajaran ketuhanan sebagaimana tertuang dalam Rg veda 1.1164, mereka menyebutTuhannya dengan Indra, Mitra, Waruna, Agni. Dalam istilah Tuhan Yang Maha Esa,disebut Dewa. Dewa mengandung dua pengertian yaitu Tuhan Yang Maha Esa danDewa yang diciptakan yang paling tinggi.  Budha  Budha adalah sebutan bagi orang yang mencapai kesempurnaan. Orang yangmencapai kesempurnaan adalah Sidharta Gautama



D. Pembuktian Wujud Tuhan. Banyak sekali bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa Tuhan adalah Wujud (ada). Bukti klasik yang sering digunakan adalah tentang adanya alam semesta. Setiap sesuatu yang ada tentu diciptakan dan pencipta pertama adalah Tuhan. Pembuktian dengan pendekatan seperti diatas sebenarnya bukanlah hal baru lagi. Jauh sebelum umat Islam menggunakan pembuktian semacam itu Plato telah mengemukakan teori dalam bukunya Timaeus yang mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi mesti ada yang menjadikan. Sebagaimana pun bukti-bukti klasik dapat menunjukkan tentang esensitas wujud Tuhan, namun mereka yang masih saja menganggap dirinya sebagai atheis tetap saja tidak menerima kebenaran ilmiah hakiki bahwa Tuhan terbukti ada. 1. Pembuktian Melalui Pendekatan Klasik a) Kemungkinan Ada dan Tiadanya Alam (Contingency) Adanya alam semesta serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya. Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam. Berdasarkan logika yang sama tentang adanya alam dalam membuktikan adanya Sang Pencipta, maka ketika alam serta organisasinya yang menakjubkan tersebut kemudian mejadi tidak ada, ketiadaan tersebut secara logis juga membuktikan adanya satu Dzat yang meniadakannya. b) Rangkaian Sebab Akibat (Cosmological) Prof. Dr. H. M Rasjidi memberikan perumpamaan dalam bukunya : Kalau dua batang pohon berdiri berdampingan satu sama lain dalam hutan, bila yang satu mati dan yang satu tetap hidup, orang akan beranggapan bahwa ada sebab-sebab dan faktor-faktor yang menimbulkan adanya keadaan yang berlainan itu. Jika kita amati dengan seksama apa yang dikemukakan oleh beliau kita akan menemukan satu bukti besar bahwa Allah itu ada. Pohon yang mati sebab mendapat penyakit, dan penyakit timbul juga karena sebab dan begitulah seterusnya. 2. Argumentasi menurut Al-Quran Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang berbunyi: َ‫اَ ْل َح ْم ُد هّٰلِل ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِم ْين‬ Artinya: “Seluruh puja dan puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta”. Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah Allah Swt.



Allah Swt sebagai “Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la ayat 2-3, yang berbunyi:



‫ق فَ َس ٰ ّوى‬ َ َ‫الَّ ِذ ۡى َخل‬



 2.“Yang menciptakan, lalu menyempurnakan (ciptaan-Nya)”







‫َوالَّ ِذ ۡى قَ َّد َر فَهَ ٰدى‬



3. “Yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,” Terjemahannya: “Allah yang menciptakan dan menyempurnakan, yang menentukan ukuran-ukuran ciptaannya dan memberi petunjuk”. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang menciptakan ciptaannya, yaitu alam semesta, menyempurnakan, menentukan aturanaturandan memberi petunjukterhadap ciptaannya. Jadi, adanya alam semesta dan seisinya tidak terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah Swt. Didalam surat Al-A’raf ayat 54 yang berbunyi:



ْ َ‫ا َر ي‬yyَ‫ل النَّه‬y ٗ‫ه‬yyُ‫طلُب‬ ْ ‫تَّ ِة اَي ٍَّام ثُ َّم‬y‫ض فِ ْي ِس‬ َ َ‫اِ َّن َربَّ ُك ُم هّٰللا ُ الَّ ِذيْ خَ ل‬ َ y‫ى الَّ ْي‬y‫ش يُ ْغ ِش‬ َ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ ِ ۗ ْ‫ر‬yy‫ت َٰوى َعلَى ْال َع‬y‫اس‬ ۙ ً‫َحثِ ْيث‬ َّ ‫ا َّو‬yyyy ُ yyyy‫هُ ْالخَ ْل‬yyyyَ‫ا َ ْم ِر ٖ ٓه ۙاَاَل ل‬yyyyِ‫ت ب‬ ُّ‫ركَ هّٰللا ُ َرب‬yyyy ٍ ۢ ‫ َّخ ٰر‬yyyy‫وْ َم ُم َس‬yyyyُ‫ َر َوالنُّج‬yyyy‫س َو ْالقَ َم‬ َ ‫ ۗ ُر ت َٰب‬yyyy‫ق َوااْل َ ْم‬ َ ‫ ْم‬yyyy‫الش‬ ) ٥٤ :‫ٱأْل َ ْع َراف‬ (   َ‫ْال ٰعلَ ِم ْين‬ Artinya: “Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-A'raf: 54) Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun Fayakun yang artinya jadilah maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan Allah berbeda sampai kepadamanusia membutuhkan waktu enam periode. Hal ini agar manusia dapat meneliti dan mengkaji dengan metode ilmiahnya sehingga muncul atau lahir berbagai macam ilmu pengetahuan



BAB III PENUTUPAN A. KESIMPULAN Konsep tentang Ketuhanan, menurut pemikiran manusia, berbeda dengan konsep Ketuhanan menurut ajaran Islam. Konsep Ketuhanan menurut pemikiranmanusia baik deisme, panteisme, maupun eklektisme, tidak memberikan tempat bagi ajaran Allah dalam kehidupan, dalam arti ajaran Allah tidak fungsional. Paham panteisme meyakini Tuhan berperan, namun yang berperan adalah Zat-Nya, b ukanajaran-Nya. Sedangkan konsep ketuhanan dalam Islam justru intinya adalah konsep ketuhanan secara fungsional. Maksudnya adalah bagaimana memerankan ajaran Allah dalam memanfaatkan ciptaan-Nya. Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa,Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.



B. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan agar kita meyakini kalau tuhan itu ada, kita sebagai umat islam harus meyakini kalau Allah SWT itu esa (satu/tunggal) tidak beranak dan tidak diperanakkan dan bersifat baqa’. Sehingga kita sebagai umat islam wajib mengimaniNYA.



DAFTAR PUSTAKA https://tafsirweb.com/640-quran-surat-al-baqarah-ayat-163.html Pringgabaya, Konsep Ketuhanan, http://pringgabaya.blogspot.com/2011/01/konsep-ketuhanan.html  Ahmadi, Abu, dkk.1991. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Bumi Aksara Al-Qur’an Al Karim https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03 https://kalam.sindonews.com/surah/87/al-ala