Kajian Pustaka FE [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KAJIAN PUSTAKA ANALISIS FERRO FUMARAT DALAM SEDIAAN MULTIVITAMIN METODE KOLORIMETRI Permita Juliana (21121122), Ida Musfiroh S.Si., M.Si., Apt



ABSTRAK Ferro fumarat merupakan zat besi mikronutrien penting yang diserap di dalam usus kecil. Penyerapan terkait langsung dengan kebutuhan zat besi dalam tubuh, ketika zat besi menurun, penyerapan zat besi meningkat, dan ketika tubuh penuh dengan zat besi, penyerapan zat besi menurun. Tubuh manusia dewasa rata-rata mengandung 4-6 gram besi. Dalam tubuh manusia, besi ditemukan dalam darah pada protein yang disebut hemoglobin. Kadar Ferro fumarat dalam sediaan multivitamin ada dalam rentang 90 mg sampai dengan 320 mg per tabletnya. Analisis Ferro fumarat didasarkan pada metode kolorimetri menggunakan Spektrofotometer sinar tampak. Besi terlebih dahulu diubah menjadi bentuk yang lebih menyerap sinar radiasi, dengan mereaksikan besi dengan senyawa organik 1,10fenantrolin. Ketika 1,10-fenantrolin bereaksi dengan Fe (II) akan membentuk senyawa kompleks yang mengandung satu ion besi dan 1,10-fenantrolin. Penambahan hidroquinon dalam larutan berfungsi sebagai penghambat polimerisasi beberapa senyawa kimia, juga sebagai katalis, pereduksi dan penstabil. Adanya penambahan natrium sitrat juga berperan untuk mempertahankan pH larutan sampel, agar pH larutan tetap berada dalam rentang pH 3 sampai 4. Pada spektrofotometri sinar tampak secara kualitatif absorpsi cahaya dapat diperoleh dengan pertimbangan absorpsi cahaya pada daerah tampak. cahaya polikromatis (cahaya putih) yang berisi seluruh spektrum panjang gelombang melewati medium tertentu, akan menyerap panjang gelombang lain, sehingga medium itu akan tampak berwarna. Warna ini disebut warna komplementer terhadap warna yang diabsorpsi. Warna senyawa dalam larutan cerah merah-orange akibatnya, menyerap cahaya yang sangat kuat dan terlihat pada panjang gelombang 508 nm.



Kata kunci : Ferro fumarat, Kolorimetri, Spektrofotometer sinar tampak



1



SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG



ABSTRACT



Ferrous fumarate is important micronutrients iron is absorbed in the small intestine. Absorption is directly related to the needs of the iron in the body, when iron iron absorption decreased, increased, and when the body is loaded with iron, iron absorption decreases. The adult human body contains on average 4-6 grams of iron. In the human body, iron is found in blood on a protein called hemoglobin. Levels of Ferrous fumarate in multivitamin preparations have in the range of 90 mg up to 320 mg per tablet. The analysis Ferrous fumarate is based on the method of colorimetric visible light spectrophotometer. The iron is first converted into a form that is more absorbing radiation rays, by reacting iron with organic compounds 1.10-fenantrolin. When 1.10-fenantrolin reacts with Fe (II) form complexes containing one ion of iron and 1.10-fenantrolin. The addition of hydroquinone in new in the solution functions as an inhibitor of polymerization of some chemical compounds, as well as a catalyst, reducing and stabilizer. The presence of the addition of sodium citrate also serves to maintain the pH of the sample, so that the pH of the solution remains in the range pH 3 to 4. On a visible light spectrophotometry absorption of light can be obtained by consideration of the absorption of light in the area. polikromatis light (white light) that contains the whole spectrum of wavelengths pass through a particular medium, it will absorb other wavelengths, so that medium would appear to be colored. These colors are called complementary color against color in absorption. The color of the compound in aqueous solution and bright redorange as a result, absorb light that is powerful and visible at a wavelength of 508 nm.



Keywords: Ferrous fumarate, Colorimetric, visible light spectrophotometer



PENDAHULUAN



2



SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG



Multivitamin didefinisikan sebagai suplemen yang mengandung 3 atau lebih vitamin dan mineral, tidak termasuk herbal, hormon, atau obat-obatan, di mana setiap vitamin dan mineral termasuk pada dosis di bawah tingkat atas ditoleransi, seperti yang ditentukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan , dan tidak menimbulkan risiko efek kesehatan yang merugikan. Penggunaan multivitamin sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme. Pada umumnya produk multivitamin mengandung berbagai jenis vitamin dalam satu macam produk. Salah satunya adalah besi. Besi adalah salah satu logam sangat penting. Ion besi ditemukan di situs aktif dalam hemoglobin, mioglobin, sitokrom, katalase dan banyak protein lain juga oksigen dan transpor aktif dan fungsi enzim. Oleh karena itu, gangguan metabolisme adalah salah satu penyakit yang paling umum dari manusia. Misalnya, kekurangan zat besi menyebabkan anemia dan perubahan dalam tubuh lainnya, dan anemia tetap menjadi masalah penting bagi kesehatan. Besi secara farmakologi digunakan sebagai zat penambah darah bagi penderita anemia. Salah satu bentuk garam besi yang digunakan sebagai komponen zat aktif dalam sediaan penambah darah adalah besi (II) sulfat, yaitu besi bervalensi dua atau fero. Hal ini berkaitan dengan kondisi tubuh manusia yang lebih mudah menyerap besi bervalensi dua daripada besi bervalensi tiga (Setiawan, 2012). Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu sintesis hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin terdiri dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe). Besi 3



bebas terdapat dalam dua bentuk yaitu ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Konversi kedua bentuk tersebut relatif mudah. Pada konsentrasi oksigen tinggi, umumnya besi dalam bentuk ferri karena terikat hemoglobin sedangkan pada proses transport transmembran, deposisi dalam bentuk feritin dan sintesis heme, besi dalam bentuk ferro. Dalam tubuh, besi diperlukan untuk pembentukkan kompleks besi sulfur dan heme. Kompleks besi sulfur diperlukan dalam kompleks enzim yang berperan dalam metabolisme energi. Heme tersusun atas cincin porfirin dengan atom besi di sentral cincin yang berperan mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dan mioglobin dalam otot. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Tubuh manusia dewasa rata-rata mengandung 4-6 gram besi. Dalam tubuh manusia, besi ditemukan dalam darah pada protein yang disebut hemoglobin. Fungsi protein ini adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke berbagai jaringan dalam tubuh di mana ia digunakan untuk menghasilkan energi. Salah satu produk sampingan dari metabolisme ini, karbon dioksida, kemudian diangkut kembali ke paru-paru oleh hemoglobin. Kadar Ferro fumarat dalam sediaan multivitamin ada dalam rentang 90 mg sampai dengan 320 mg per tabletnya (ISFI, 2012). Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat di tulang, tulang



SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG



rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh. Pada analisis Ferrous fumarate ini metode yang digunakan adalah metode kolorimetri. Metode kolorimetri memiliki sensitivitas tinggi, cepat dan memiliki batas deteksi (LOD) yang rendah. Kolorimetri menawarkan keuntungan cepat, sederhana dan selektif, bahkan metode kolorimetri mudah terjangkau dan tersedia(Denny, 2010). Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan mengukur absorpsi relative cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu zat itu dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya digunakan sebagai sumber cahaya, dan penetapan biasanya dilakukan dengan suatu instrument sederhana yang disebut kolorimetri atau pembanding (Komparator) warna bila mata digantikan oleh sel foto listrik (jadi sebagian besar sesatan yang disebabkan karakteristik pribadi tiap pengamat dapat dihilangkan) instrument itu disebut kolorimetri fotolistrik. Suatu metode memerlukan validasi atau revalidasi berdasarkan beberapa alasan sebagai berikut : 1) Apabila metode akan digunakan pada penggunaan rutin, 2) apabila kondisi berubah (perbedaan karakteristik pada instrument), 3) apabila metode berubah dan perubahannya diluar jangkauan sebenarnya, 4) jika hasil kontrol kualitas menunjukkan bahwa metode berubah terhadap waktu, dan 5) untuk membandingkan dua metode (Huber, 2003). Validitas tersebut perlu dibuktikan dengan tingkat sensitivitas dan selektivitas metode kolorimetri untuk analisis secara kuantitatif. TINJAUAN PUSTAKA 4



Monografi Ferrosi fumaras



Gambar 1. Struktur Ferro fumarat Rumus molekul C4H2FeO2 dan Mr 169.9 Ferrous fumarate mengandung tidak kurang dari 97,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C4H2FeO2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian, serbuk jingga kemerahan hingga coklat merah, tidak berbau. Dapat mengandung gumpalan lunak yang membentuk kepingan kuning bila digerus. Kelarutan, sukar larut dalam air, sangat sukar larut dalam etanol. Kelarutan dalam asam klorida encer terbatas karena memisahnya asam fumarat. Ferrous fumarat merupakan zat besi mikronutrien penting yang diserap istimewa dalam usus kecil. Penyerapan terkait langsung dengan kebutuhan zat besi dalam tubuh, ketika zat besi menurun, penyerapan zat besi meningkat, dan ketika tubuh penuh dengan zat besi, penyerapan zat besi menurun. Besi adalah nutrisi mineral penting yang memiliki peran fisiologis utama dan diperlukan untuk berbagai fungsi seperti transportasi oksigen, produksi ATP, dan replikasi DNA. Pada manusia normal dan sehat, sumber utama hilangnya besi melalui penumpahan kulit dan terkelupas sel mukosa gastrointestina. Besi tidak dapat disintesis dalam tubuh manusia oleh karena itu zat besi diperoleh dari sumber makanan. Selama pencernaan makanan dalam lambung, besi terikat dibebaskan dari matriks melalui kombinasi faktor yang meliputi keasaman lambung, aksi enzimatik, dan tindakan berputar dari otot-



SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG



otot perut yang ditetapkan oleh lapisan otot miring khusus, yang unik untuk perut.



2.Warna yang terbentuk harus stabil dalam jangka waktu tertentu.



Dalam bidang kesehatan, besi (Fe2+) dalam dosis besar pada manusia bersifat toksik karena, konsumsi Fe2+ berlebih berakibat pada meningkatnya feritrin dan hemosiderin dalam sel parenkim hati, akibatnya hemosiderin akan masuk ke dalam sel parenkim organ – organ lain, misalnya pankreas, otot jantung dan ginjal sehingga dalam jangka panjang, hemosiderin akan tertimbun dalam organ – organ dan merusak kerja organ tersebut. Rusaknya jaringan ini disebut penyakit hemokromatosis. Kerusakan sel juga meluas pada hati, jantung dan organ lain, bahkan bisa berakhir dengan kematian.



3.Reaksi antara reagen dengan senyawa tersebut harus selektif artinya reagen tersebut hanya bereaksi dengan zat tertentu saja.



Metode Analisis Ferro Fumarat Untuk analisis Ferrous fumarate metode yang digunakan adalah metode kolorimetri. Kolorimetri adalah suatu metode analisa kimia yang berdasarkan pada perbandingan intensitas warna larutan dengan warna larutan standarnya, dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dengan detektor mata. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur perbandingan warna yang tampak adalah Kolorimeter, selain itu bisa juga menggunakan Spektrofotometri. Kolorimeter adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menentukan konsentrasi sampel yang berwarna berdasarkan atas kesamaan warna antara larutan sampel dengan larutan standar menggunakan sinar polikromatis dengan detektor mata. Syarat yang harus dipenuhi dalam metode kolorimeter : 1. Larutan harus berwarna, apabila larutan tersebut tidak berwarna maka terlebih dahulu harus dijadikan berwarna dengan cara menambahkan reagen tertentu untuk senyawa tertentu yang isebut dengan reagen warna. 5



4.Reaksi harus sensitif artinya memberikan warna yang sama pada setiap penggolongan. Salah satu teknik yang paling umum digunakan dalam analisis kuantitatif sampel untuk zat kimia adalah spektrofotometri. Dalam spektrofotometri, jumlah radiasi elektromagnetik diserap oleh sampel diukur dengan alat yang disebut spektrofotometer, dan absorbansi ini terkait dengan konsentrasi sampel yang dianalisis. Ketika sumber radiasi terlihat untuk mengetahui hubugan antara absorbansi A dan absorbansi C dikenal dengan hukum Beer’s : A = ε. b. C A = absorban ε = koefisien absorbansi molar C = konsentrasi solute ( mol/L-1) b = tebal curvet Persamaan ini konsentrasi dalam Molaritas.



dinyatakan



Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dengan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Kelebihan Spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih terseleksi, diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Suatu Spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan



SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG



suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun perbandingan. Spektrofotometri digunakan untuk analisis besi mineral yang terkandung dalam sediaan multivitamin. Besi terlebih dahulu diubah menjadi bentuk yang lebih menyerap sinar radiasi, konversi ini dilakukan untuk mereaksikan besi dengan senyawa organik 1,10-fenantrolin. Ketika 1,10-fenantrolin bereaksi dengan Fe (II) akan membentuk senyawa ionik yang mengandung satu ion besi dan 1,10fenantrolin. 1,10-fenantrolin bereaksi dengan sediaan multivitamin yang telah dilarutkan dalam asam klorida. Agar reaksi dapat terjadi ion besi yang terkandung dalam sediaan multivitamin harus berbentuk Fe (II). Akan tetapi, Fe (II) mudah teroksidasi menjadi Fe (III) karena pelarut yang digunakan adalah asam dan air, maka dari itu ada penambahan hidroquinon dalam larutan yang berfungsi sebagai pereduksi dan penstabil. Selain itu, keasaman larutan harus dikontrol dengan hati-hati, adanya penambahan natrium sitrat kedalam sampel untuk mempertahankan pH yang sesuai dan pH larutan sampel harus berada dalam rentang 3 sampai 4 . Reaksi redoks terjadi ketika besi bereaksi dengan 1,10-fenantrolin. Reduksi-oksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator ke reduktor. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan bilangan oksidasi. Jadi, reaksi redoks adalah reaksi penerimaan elektron dan pelepasan elektron atau reaksi penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. Larutan yang dihasilkan konsentrasi yang tepat dan absorbansi yang diukur. Spektrofotometri menghasilkan data kurva kalibrasi larutan standar dan konsentrasi senyawa besi 1,10-fenantrolin. 6



Spektrofotometri UV-VIS adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik utraviolet dekat dengan panjang gelombang 190-380 nm dan sinar tampak pada panjang gelombang 380-780 nm dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UVVis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Teknik spektroskopi pada daerah ultra violet dan sinar tampak biasa disebut spektroskopi UV-Vis. Dari spektrum absorpsi dapat diketahui panjang gelombang dengan absorbans- maksimum dari suatu unsur atau senyawa. Konsentrasi suatu unsur atau senyawa juga dengan mudah dapat dihitung dari kurva standar yang diukur pada panjang gelombang dengan absorbans maksimum. Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektronelektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorbsi cahaya tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan energi elektronik sebuah molekul, artinya energi yang disumbangkan oleh foton-foton memungkinkan electron-electron itu mengatasi kekangan inti dan pindah keluar ke orbital baru yag lebih tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak karena mereka mengandung electron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Secara kualitatif absorpsi cahaya dapat diperoleh dengan pertimbangan absorpsi cahaya pada daerah tampak. Kita “melihat” objek dengan pertolongan cahaya yang diteruskan atau dipantulkan. Apabila cahaya polikromatis (cahaya



SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG



putih) yang berisi seluruh spektrum panjang gelombang melewati medium tertentu, akan menyerap panjang gelombang lain, sehingga medium itu akan tampak berwarna. Oleh karena itu hanya panjang gelombang yang diteruskan yang sampai ke mata maka panjang gelombang inilah yang menentukan warna medium. Warna ini disebut warna komplementer terhadap warna yang diabsorpsi. Spektrum tampak dan warna-warna komplementer ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 1. Spektrum tampak dan warna-warna komplementer Panjang gelombang (nm)



Warna yang diabsorpsi



Warna yang dipantulkan komplementer



340-450



Lembayung



Kuning-hijau



450-495



Biru



Kuning



495-570



Hijau



Violet



570-590



Kuning



Biru



590-620



Jingga



Hijau-biru



620-750



Merah



Biru-hijau



glass dengan kaca arloji diamkan sampai panas mendidih ± 15 menit waktu yang diperlukan. Ketika volume larutan berkurang saat larutan mendidih, perlu ditambahkan aquadest sebanyak 15 ml. Bersihkan uap yang menempel pada kaca arloji menggunakan botol semprot untuk menangkap uap/reaksi yang menempel pada kaca tersebut. Lakukan pemisahan larutan selagi masih hangat dengan cara sentrifuga gravimetri, masukkan larutan yang telah disaring ke dalam labu ukur 100 ml. Panaskan aquadest dalam beaker glass 250 ml, air panas ini digunakan untuk membersihkan beaker glass yang digunakan sebelumnnya untuk memanaskan larutan dan membilasnya kembali pada kertas saring untuk membersihkan residu padat yang terkandung dalam kertas saring dan memasukan larutan filtratnya ke dalam labu ukur 100 ml. Biarkan larutan dingin pada suhu kamar, kemudian tambahkan aquadest sampai tanda batas. Pastikan pada saat penambahan aquadest ke dalam labu ukur menggunakan pipet tidak overshoot. Tuangkan larutan dalam labu ukur ke dalam labu erlenmayer 250 ml, beri label “Original Iron Solusi” sisihkan. Pengenceran pertama



PROSEDUR ANALISIS Penyiapan Larutan besi standar Sampel tablet multivitamin digerus jangan sampai terlalu halus, masukkan ke dalam beaker glass 150 ml dan tambahkan larutan asam klorida sebanyak 25 ml. Putar beaker glass secara perlahan sampai serbuk dan larutannya tercampur merata. Diamkan beberapa menit untuk membuktikan adanya reaksi. Setelah terjadi reaksi, panaskan beaker glass berisi larutan besi standar diatas hot plate didalam lemari asam, tutup beaker 7



Ambil larutan sebanyak 5 ml menggunakan pipet volumetrik, sebelumnya pipet dibilas terlebih dahulu dengan menggunakan larutan sampel. Masukkan ke dalam labu ukur, encerkan samapai tanda batas beri tanda pada labu “Flask A”. Menentukan Natrium sitrat yang dibutuhkan untuk mempertahankan pH Ambil larutan sebanyak 10ml menggunakan pipet volumetrik, seperti biasa sebelum digunakan pipet dibilas terlebih dahulu dari “Flask A” . Masukkan larutan ke dalam labu erlenmeyer 125 ml



SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG



beri tanda “Flask B”. Ambil 8 ml larutan Na sitrat, tambahkan tetes demi tetes ke dalam larutan Flask B. Ketika larutan Na sitrat sudah ditambahkan 10 tetes cek pH menggunakan pH meter, pH larutan yang didapat ada dalam rentang 3 sampai 4. Jika pH lebih rendah dari 3, maka tambahkan terus larutan Na sitrat. Setiap 4 sampai 5 tetes periksa pH larutan dengan pH meter sampai tercapai pH yang diinginkan. Jika pH yang didapat lebih dari 4 buat larutan yang baru dengan mengambil 10 ml larutan dari Flask A dan menambahkan kurang dari 10 tetes larutan Na sitrat. Pengenceran kedua dan konversi besi untuk senyawa besi 1,10-fenantrolin Siapkan labu erlenmeyer kering ukuran 250 ml beri tanda “Flask C”. Tuangkan isi dari labu A ke dalam tabung Flask C sisihkan. Pipet 10 ml larutan dari Flash C masukkan ke dalam labu ukur, tambahkan beberapa tetes larutan Na sitrat kemudian tambahkan 2 ml larutan hydroquinon dan 3 ml larutan 1,10-fenantrolin ke dalam labu ukur. Encerkan dengan aquadest sampai tanda batas. Diamkan larutan selama 15 menit sebelum dilakukan pengukuran absorbansi.



VALIDASI METODE Metode ini divalidasi mengikuti petunjuk ICH Q2 (ICH, 2005), meliputi linieritas, akurasi, limit deteksi (LOD) dan limit kuantitasi (LOQ), presisi. Linearitas (kurva kalibrasi) Dibuat secara seksama larutan uji untuk diukur serapannya pada λ analisis. Kemudian dilakukan analisis hubungan antara konsentrasi ferro fumarat dengan serapan (rasio amplitudo)-nya, sehingga didapat persamaan regresi linear : y = a + bx



8



Limit deteksi (LOD) dan limit kuantitasi (LOQ) LOD dan LOQ ditentukan berdasarkan pendekatan simpangan baku dari respon dan slope (kemiringan) kurva kalibrasi. Akurasi Akurasi ditentukan dengan melakukan uji perolehan kembali (recovery) pada sampel. Presisi Presisi dilakukan dengan studi keterulangan (repeatability) dan presisi antar hari (intermedite precision). Keterulangan ditentukan dengan menganalisis sampel simulasi dengan tiga kadar yang berbeda masing-masing dilakukan secara triplo. Presisi antar hari dilakukan dengan mengulang studi keterulangan pada hari yang berbeda.



PEMBAHASAN Pada kajian pustaka ini membahas tentang analisis ferro fumarat dalam sediaan multivitamin dengan metode kolorimetri. Metode kolorimetri ini digunakan untuk mengukur warna suatu zat sebagai pembanding. Biasanya cahaya putih digunakan sebagai sumber cahaya untuk membandingkan absorpsi cahaya relatif terhadap suatu zat. Senyawa yang menyerap cahaya pada daerah visibel (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV. Proses penyerapan energi sinar tampak dan ultraviolet ada tiga macam yaitu, 1) penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan bukan ikatan, 2) penyerapan oleh transisi elektron d dan f dan molekul kompleks 3) penyerapan oleh perpindahan muatan.



SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG



Pemilihan pelarut yang digunakan dalam pengujian di daerah ultraviolet-visibel berdasarkan dua kriteria: 1) sampel harus larut dalam pelarut, 2) pelarut harus transparan Larutan besi standar memiliki tingkat kelarutan yang sangat kecil sekali sehingga sangat mudah untuk dipisahkan secara gravimetri. Dan sifat fisik endapan nya sangat mudah dipisah dari larutannya. Tetapi proses pemisahannya diwajibkan pada saat larutan masih hangat dikarenakan kelarutan sampel dipengaruhi oleh temperatur. Metode sentrifuga gravimetri adalah metode untuk mempercepat proses pengendapan dengan memberikan gaya sentrifugasi pada partikel‐partikelnya dan untuk penetapan kuantitas atau jumlah sampel melalui penghitungan berat zat. Larutan besi standar adalah larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Ketika besi dicampurkan dengan asam klorida dan air terjadi reaksi redoks karena besi mudah teroksidasi oleh asam dan air. Agar besi (II) tidak teroksidasi menjadi besi (III) sebelum sampel disatukan dengan larutan asam klorida dan air ada penambahan hidroquinon kedalam larutan. Hidroquinon sendiri memiliki fungsi atau kegunaan yaitu, sebagai penghambat polimerisasi beberapa senyawa kimia, sebagai katalis, pereduksi dan penstabil. Penambahan natrium sitrat pada larutan sampel untuk mempertahankan pH sampel, agar larutan sampel tetap stabil dan tetap dalam rentang pH 3 sampai 4 . Penggunaan 1,10 fenantrolin sebagai reagen tersebut dapat membentuk kompleks tris yang sangat kuat dengan Fe (II) sehingga penggunaan reagen tersebut 9



sering digunakan dalam metode kolorimetri untuk penentuan kadar Fe. Penggunaan 1,10 fenantrolin memerlukan beberapa kondisi yang dapat membantu reagen tersebut dalam menjalankan fungsinya, diantaranya adalah pH yang optimal untuk mengembangkan warna, buffer yang sesuai untuk mempertahankan pH, reduktan yang sesuai, urutan dalam penambahan reagen, persamaan waktu setelah penambahan larutan buffer dan sebelum analisis, dan intereferensi dari logam dan ligan lain. Range pH yang sesuai untuk penggunaan 1,10 fenantrolin dalam metode ini adalah antara pH 2 hingga pH 9 dengan menggunakan sitrat sebagai buffer. Larutan natrium sitrat ditambahkan untuk mempertahankan pH pembentukan kompleks besi (II) dengan 1.10-fenantrolin. Pada spektrofotometri sinar tampak secara kualitatif absorpsi cahaya dapat diperoleh dengan pertimbangan absorpsi cahaya pada daerah tampak. cahaya polikromatis (cahaya putih) yang berisi seluruh spektrum panjang gelombang melewati medium tertentu, akan menyerap panjang gelombang lain, sehingga medium itu akan tampak berwarna. Warna ini disebut warna komplementer terhadap warna yang diabsorpsi. Warna komplementer ini memiliki warnawarna yang berbeda pada setiap panjang gelombang. Warna senyawa dalam larutan cerah merah-orange akibatnya, menyerap cahaya yang sangat kuat dan terlihat pada panjang gelombang 508 nm. Uji validasi dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan bahwa apa yang uji memenuhi persyaratan untuk digunakan. Ada beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis, yaitu : 1.



Linieritas (Kurva kalibrasi)



Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon secara



SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG



langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Pengujiannya dengan pemeriksaan larutan uji/larutan sampel dengan metode pengukuran separan pada λ yang telah ditentukan menggunakan spektrofotometri. 2.



KESIMPULAN



Akurasi



Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Akurasi hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai akurasi yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik seperti menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur. 3. Limit deteksi (LOD) dan Limit kuantitasi (LOQ) Batas deteksi dari prosedur analisis adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi tanpa memerlukan kuantifikasi sebagai nilai yang tepat. Batas kuantitasi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat diukur secara kuantitatif dengan presisi dan akurasi yang sesuai. Batas kuantitasi merupakan parameter uji kuantitatif untuk senyawa dalam tingkat rendah dalam matrik sampel, dan digunakan secara khusus untuk pengukuran kemurnian atau produk degradasi. 4.



Presisi



Presisi pada prosedur analisis menunjukkan kedekatan nilai antar seri kadar pengukuran yang diperoleh dari beberapa sampel yang memiliki homogenitas yang sama. Presisi dapat dipertimbangkan pada tiga tingkat yaitu 10



ripitabilitas, presisi antara dan reprodusibilitas. Presisi prosedur analisis biasanya ditunjukkan menggunakan standar deviasi, koefisien variasi (CV) dari seri pengukuran.



Analisis besi dengan metode kolorimetri dilakukan dengan cara mengukur absorbansi larutan yang berwarna. Senyawa yang



digunakan sebagai pengompleks warna pada larutan adalah 1,10 fenantrolin dan hidroquinon. Warna senyawa kompleks dalam larutan sangat cerah yaitu berwarna merah-orange akibatnya, cahaya yang diserap sangat kuat dan terlihat pada panjang gelombang 508 nm pada spektrofotometer sinar tampak. DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV, Jakarta. 2. Wiranti Sri Rahayu, Asmiyenti Djaliasrin Djalil, Esti Damayanti. (2007). Validasi penetapan kadar kalsium dalam sediaan tablet multivitamin dengan metode spektrofotmetri ultraviolet visibel. Jurnal Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 3. Setiawan, Dana B. (2012). Penentuan Kadar Besi dalam Air Rumah Tangga. Tersedia di https://www.academia.edu/ 5350214/PENENTUAN_KADAR_ BESI_DALAM_AIR. 4. Huber, L., (2003), Validation of Analytical Methods and Processes. Marcel Dekker, Inc. Germany. Available as PDF File. 5. Pratik S. Mehta and Vandana B. Patel. (2012). Spectrophotometric method for determination of Fe (II)



SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG



and Zn (II) in multivitamin soft gel capsule. Department of Quality Assurance, Veerayatan Institute of Pharmacy, Kachchh, Gujarat, India. 6. Day, R.A. & A.L.Underwood. (1996). Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi kelima. (terjemahan) H.A. Pudjatmaka. Erlangga, Jakarta. 7. [ICH] International Conference on Harmonization. (2005). Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology Q2(R1). 8. Denny, T.L. (2010). Validasi penetapan kadar asam asetil salisilat dalam sediaan tablet berbagai merk menggunakan metode kolorimetri. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 9. Retno Rahayu Dinararum, R. Djarot Sugiarso K. S. (2013). Studi Gangguan Krom (III) pada Analisa Besi dengan Pengompleks 1,10fenantrolin pada pH 4,5 secara Spektrofotometri UV-Tampak. Jurnal Sains dan Semi Pomits Institut Teknologi Sepuluh Nopember.



Intestinal Model. Department of Human & Health Sciences, School of Life Sciences, University of Westminster, 115 New Cavendish Street, London, W1W 6UW, UK. 13. Anna, R.C, and Karunanidhi, S. (2012). Supplementation with Iron and Zinc Selectively Improves Cognitive and Behavioral Functions in Female Adolescents. International Journal of Chemical Engineering and Applications. 14. Linda J Harvey, Jack R Dainty, Wendy J Hollands, et al. (2007). Effect of high-dose iron supplements on fractional zinc absorption and status in pregnant women. American Journal of Clinical Nutrition,Vol. 85, No. 1, 131-136. 15. Broek van den NR, Letsky EA. (2000). Etiology of anemia in pregnancy in south Malawi. Am. J. Clin. Nutr. ; 72(1):247S-256S.



10. Andreana Rifki, R.Djarot S.K.S. (2013). Pengaruh Penambahan Al3+ dalam Penentuan Analisa Fe2+ pada pH 4,5 dengan Pengompleks 1,10-Fenantrolin secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Jurnal Sains dan Seni Pomits Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). 11. ISFI. (2012). Informasi Spesialite Obat, Volume 47. Jakarta. 12. Mohammed, G.Z, Satyanarayana Somavarapu, Sebastien Farnaud, Derek Renshaw. (2013). Comparison Study of Oral Iron Preparations Using a Human 11



SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG