19 0 184 KB
2. Pengumpulan Data Primer Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
dilapangan.
Sebagai
data
terbaru,
tentunya data ini merupakan hasil kondisi terakhir di lapangan seperti; peta dasar, elevasi acuan pasang surut, kondisi fisik area pekerjaan seperti kondisi tanah, kondisi perairan dll. Beberapa kegiatan pengumpulan data primer antara lain: 2. Survey Bathimetri (Bathimetric Survey) Survei ini dilakukan untuk mendapatkan peta di laut. Survei ini dilakukan ( diawasi ) oleh Tenaga Ahli Geodesi. Survei Batimetri di rekomendasikan
untuk
luasnya
berguna
karena
dilakukan dalam
seluassimulasi
numeric. Hal ini diperlukan mengingat simulasi akan menghasilkan produk lebih baik apabila dilakukan untuk area yang luas. Biasanya dilakukan sepanjang pantai yang akan disurvei dengan
lebar
ke
arah
laut
sampai
ke
kedalaman yang disebut closure depth. Closure Depth
adalah
kedalaman
perairan dimana
sudah tidak terjadi lagi pergerakan sedimen aktif. Hasil :
Menghasilkan peta bathimetry skala 1 : 2.000 detail dengan intervail kontur tiap 1 meteran dan 5 meteran.
Potongan melintang beberapa posisi yang dianggap mewakili kondisi “khusus” dalam daerah studi.
3. Pengolahan Data 1. Pengolahan Data Topografi, Bathimetry dan Pasang Surut, Selanjutnya data hasil survei topografi dan batimetri akan diolah dengan menjadikan elevasi titik2 yang diukur dalam satu referensi yakni muka air terendah (LLWL = Lowest Low Water Level) yang didapat dari pengolahan hasil survei pasang surut yang akan dijelaskan berikut ini. Jadi dapat dilihat
bahwa survei topografi, batimetri dan pasang surut adalah suatu survei yang merupakan satu
kesatuan.
Keseluruhan
hasil
survei
topografi dan batimetri menghasilkan titik-titik dengan koordinat X,Y,Z dengan referensi yang sama. Hasil : Diperolehnya elevasi yang tepat pada hasil penggambaran peta denah rencana ( merupakan perpaduan bathimetry, topografi dan pasut).
B. Survey Bathimetri 1. Umum Survey
Bathimetri
dilakukan
untuk
mengetahui kondisi topografi di bawah permukaan air laut. Pengukuran Bathimetri sangat
berpengaruh
pembangkitan didalamnya
pada
keakuratan
gelombang dianalisa
karena
proses
refraksi,
shoaling
dan
posisi gelombang
pecah
(breaker
zone). Dari survey ini dapat
ditentukan/ dianalisa tipe pembangkitan gelombang di laut dalam dan efek yang ditimbulkan dari gelombang, arus yang timbul
terhadap
transport
sedimen
di
pantai. Untuk
mampu memberikan hasil
yang
optimal dari suatu studi tentang dinamika pantai dan muara secara keseluruhan maka peranan dilaksanakan survey ini sangat besar.
2. Spesifikasi Pengukuran a. Pengukuran bersamaan
dilakukan dari
daratan
secara di
stasiun
pengamatan pasang surut atau titik tetap dan dari atas kapal laut. b. Di daratan dilakukan pencatatan naik turunnya permukaan air laut pada saatsaat (waktu) tertentu secara kontinyu selama periode tertentu. c. Diatas kapal dilakukan kegiatan : Pengukuran kedalaman laut (Echo Sounding). Penentuan
titik
ikat
awal
posisi
kedalaman muka air laut (Bar Check ) untuk
mengetahui
kevalidan
dan
kedalaman
dan
ketelitian alat. Penentuan
posisi
pengeplotan dari posisi kedalaman tersebut. Mengemudikan
kapal
agar
selalu
melalui dengan tepat garis lajur yang telah ditentukan. Meregistrasi semua hasil kegiatan dan mencatat
waktu
kegiatan
tersebut
diatas. Melakukan lajur pengukuran dengan selalu memperhatikan pergeseran titik koordinat alat dengan koordinat bumi. d. Lajur pengukuran (pemeruman) utama harus
merupakan
perpanjangan
profil
melintang
pada
dari
pengukuran
topografi dan harus bertitik pangkal pada patok atau titik–titik yang telah diketahui koordinat dan elevasinya, sedangkan untuk pengukuran situasi selanjutnya dilakukan secara random. e. Jarak / kerapatan antara titik perum pada profil melintang ditentukan maksimum tiap 5 (lima) meter dan untuk titik di luar
garis
profil
maksimum
melintang 10
ditentukan
(sepuluh)
meter,
diutamakan mengunakan GPS navigasi agar didapatkan ketelitian / kerapatan yang lebih tinggi. f. Peralatan untuk keperluan pengukuran Bathimetri
ini
menggunakan
alat
pengukur kedalaman yang sesuai untuk di lokasi tersebut (Echosounder Type Raytheon atau sejenis) yang dilengkapi dengan GPS Navigasi untuk positioning kapal saat survey. g. Hasil survey bathimetri antara lain : 1 (satu) set peta bathimetri asli dengan skala 1 : 2.500 4 (empat) copy peta bathimetri (light druct) dengan skala 1 : 2.500 1 (satu) rekaman dalam CD berisi semua digitasi hasil pengukuran.
C. Pengukuran Hidrometri dan Pengamatan Terhadap Sedimentasi 1. Umum Analisa
pengamatan
debit
dengan
memperoleh data primer merupakan suatu hal
yang
harus
dilakukan
mengestimasi besarnya
untuk
suplai sedimen
dari sungai kepada mekanisme sistem transport sedimen pantai. Pola sebaran sedimen akan memberikan justifikasi dalam menentukan jumlah dan arah pergerakan sedimen. 2. Tahapan Pelaksanaan Mengingat agradasi lapisan dasar sungai sangat
labil
terhadap
gerusan,
maka
dilaksanakan beberapa detail pengambilan sample
sedimen
dasar
dan
layang.
Pelaksanaan dilakukan pada 3 point titik pengambilan dengan masing-masing 5 kali pengambilan sample. Pengamatan secara visual terhadap sedimentasi yang terjadi dengan
menggunakan
parameter,
parameter-
sebab-sebab
terjadinya
sedimentasi serta areal endapan sedimen serta daerah gerusan / erosi. D. Survey Hidro-Oceanografi 1. Survey Pasang Surut (Tide Level Survey) Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan data elevasi muka air laut dilokasi
pekerjaan
dan
memperoleh
kondisi posisi Low Water Level (LWL), Mean Sea Level (MSL) dan High Water Level (HWL) yang sebenarnya terhadap elevasi desain bangunan nantinya. Pencatatan
elevasi dilakukan dengan
Automatic
Tide
Recorder
yang
memudahkan melakukan pengoperasian dan keakuratannya dapat dipertanggung jawabkan. Pencatatan dilakukan pada saat dilaksanakannya
survey
bathimetri
sehingga diperoleh elevasi acuan yang diinginkan. Pengukuran dilakukan pada daerah yang tidak
pernah
kering
akibat
pengaruh
pasang surut, lama pengukuran adalah 30 hari dengan interval pengamatan Dari
data
pengamatan
pasang
1 jam. surut,
dengan metode least square dan atau admiralty akan diperoleh posisi :
High Water Level (HWL)
Mean Sea Level (MSL)
Low Water Level (LWL)
2. Pergerakan Sedimen (sediment transport) Analisis pergerakan sedimen merupakan elemen mempengaruhi perubahan garis pantai.
Analisis
ini
merupakan
dasar
kondisi pantai stabil, tererosi, abrasi dan atau akresi.
Pengukuran yang dilakukan
adalah :
Garis pantai
Sedimen suspensi pada posisi 0,2 d; 0,6 d dan 0,8 d
Gradasi butiran sedimen dasar
Dari data tersebut diatas akan diperoleh gambaran
transportasi
sedimen
yang
terjadi pada pantai. Analisis sedimen yang dilakukan meliputi :
Analisis sedimen sejajar garis pantai
Analisis tegak lurus garis pantai
Kecepatan pengendapan sedimen
Analisis sedimen di muara sungai yang
besar
dan
mempengaruhi
perubahan garis pantai secara umum Analisis sedimen budget pada areal daerah penelitian 3. Pengukuran
Profil
Pantai
(Shoreline
Monitoring) Pengukuran profil garis pantai diharapkan mampu menyajikan profil perubahan yang terjadi di daerah kajian. Hal ini belum mewakili kondisi perubahan sebenarnya, namun
cukup
digunakan
untuk
memaparkan kecendrungan yang ada dan mampu mendasari kajian desain. Pengukuran
perubahan
garis
pantai
dilakukan pada saat awal pelaksanaan pengukuran dan akhir pengukuran atau dengan interval ± 3 bulan. Selain itu dilakukan
dokumentasi
pelaksanaan durasi
pada
sama.
mendokumentasikan
pada
saat
titik
tetap
dengan
Hal
ini
untuk
perubahan
yang
cendrung terjadi pada daerah yang diteliti. II. ANALISA DATA Dari semua data yang didapat, dilakukan analisa data, baik data sekunder maupun data primer, seperti : 1.
Analisa Hidrolika Merupakan analisa yang menyangkut sifat-sifat atau karakteristik aliran air pada suatu media pengalirannya, yang terutama dipengaruhi oleh kondisi topografi media yang dilalui. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kondisi pergerakan air laut (arus, gelombang dan bathimetri dasar laut) dan pengaliran air pada muara
sungai
yang
menyangkut
kapasitas
pengaliran air sungai. Setelah dilakukan analisa hidrolika
akan
dapat
diidentifikasi
daerah-
daerah yang terjadi genangan dan pengaruh pasang surut serta daerah luapan air banjir muara sungai dan berapa besar volume luapan dengan acuan data kapasitas sungai yang ada dan analisa debit banjir dari berbagai kala ulang. 2. Analisa Mekanika Tanah Lingkup pekerjaan dalam analisa geoteknis ini dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu: a. Analisa Gradasi Butiran (Sieve Analysis)
Pergerakan sedimen (pasir dari pantai dan
lanau
dari
dipengaruhi
sungai) oleh
pada
gaya
dasarnya
seret
yang
diakibatkan oleh arus dan berat dari butiran tersebut. Untuk itu diperlukan suatu analisa butiran
terhadap
beberapa
titik
yang
mewakili kondisi setempat. b. Analisa Daya Dukung Tanah di Rencana
Bangunan Pondasi merupakan bagian terpenting dari suatu struktur bangunan, untuk itu analisa terhadap daya dukung merupakan hal yang tidak dapat terlepaskan dari suatu desain bangunan. Uji Cone Penetration (Sondir Test) merupakan uji yang dilakukan dalam studi ini untuk menentukan daya dukung tanah di lokasi pekerjaan.
3. Analisa Profil Muka Air Banjir Analisa profil muka air banjir diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tinggi muka air banjir yang
diperhitungkan
terjadi
dibandingkan
dengan tebing kiri dan tebing kanan serta kaitannya dengan gerakan air di pantai. 4. Studi Hindcasting dan Penjalaran Gelombang Studi pembangkitan gelombang menggunakan pendekatan empirik. Pemodelan numerik untuk refraksi dan difraksi gelombang menggunakan software RCPWAVE atau software lain yang sejenis. Data masukan untuk hindcasting adalah data arah dan kecepatan angin (rata-rata harian untuk pembuatan wind rose, dan maksimum harian untuk pembuatan model maksimum dalam
periode
kala
ulang
tertentu),
serta
panjang fetch efektif untuk delapan arah mata angin. Data masukan untuk pemodelan refraksi dan
defraksi
bathimetri
gelombang
perairan,
tinggi
adalah
kontur
dan
periode
gelombang significant. 5. Pemodelan Arus akibat dari Gelombang dan Potensi Erosi/sedimentasi
Pemodelan
arus
sepanjang
pantai
menggunakan software Long Shore Current atau
yang
pemodelan
sejenis. arus
Data
yang
masukan dibangkitkan
untuk dari
gelombang antara lain adalah kontur bathimetri
perairan, periode gelombang, tinggi dan arah gelombang di tiap titik grid. Model potensi Sedimentasi/erosi masih dalam satu rangkaian dengan model arus yang dibangkitkan dari model gelombang. Masukan dari model ini adalah
medan
arus
yang
dibangkitkan
gelombang, informasi tinggi, periode dan arah gelombang, gelombang perencanaan
serta
arus
menjadi bangunan
yang
dibangkitkan
masukan
dalam
pantai
dengan
memperhatikan potensi sedimentasi/erosi serta kemungkinan perubahan yang lain.