Karakteristik Mata Pelajaran Di SD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Karakteristik Mata Pelajaran di SD



1. PPKN Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terdiri atas: (1) Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa diperankan dan dimaknai sebagai entitas inti yang menjadi sumber rujukan dan kriteria keberhasilan pencapaian tingkat kompetensi dan pengorganisasian dari keseluruhan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; (2) substansi dan jiwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia ditempatkan sebagai bagian integral dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang menjadi wahana psikologispedagogis pembangunan warganegara Indonesia yang berkarakter Pancasila. Di SD mata pelajaran PPKn tidak diajarkan tersendiri tetapi diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain melalui pembelajaran tematik terpadu. 2. Bahasa Indonesia Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, sekaligus mengembangkan kemampuan beripikir kritis dan kreatif. Peserta didik dimungkinkan untuk memperoleh kemampuan berbahasanya dari bertanya, menjawab, menyanggah, dan beradu argumen dengan orang lain. Sebagai alat ekspresi diri, bahasa Indonesia merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi. Kegiatan berbahasa Indonesia mencakup kegiatan produktif dan reseptif di dalam empat aspek berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif pada hakikatnya merupakan kemampuan untuk memahami bahasa yang dituturkan oleh pihak lain. Pemahaman terhadap bahasa yang dituturkan oleh pihak lain tersebut dapat melalui sarana bunyi atau sarana tulisan. Pemahaman terhadap bahasa melalui sarana bunyi merupakan kegiatan menyimak dan pemahaman terhadap bahasa penggunaan sarana tulisan merupakan kegiatan membaca. Kegiatan reseptif membaca dan menyimak memiliki persamaan yaitu samasama kegiatan dalam memahami informasi. Perbedaan dua kemampuan tersebut yaitu terletak pada sarana yang digunakan yaitu sarana bunyi dan sarana tulisan. Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Berbicara adalah keterampilan bahasa lisan yang bersifat produktif, baik yang interaktif, semi interaktif, dan noninteraktif. Adapun menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya, karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiranpikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, dan bahkan inventif peserta didik perlu secara sengaja dibina dan dikembangkan. Untuk melakukan hal itu, mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi wadah strategis. Melalui membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir tersebut secara terus-menerus yang akan diteruskan juga melalui mata pelajaran yang lain. Hal itu harus benar-benar disadari semua guru BI agar dalam menjalankan tugasnya dapat mewujudkan mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai wadah pembinaan/ pengembangan kemampuan berpikir. 3. Matematika Matematika dapat didefinisikan sebagai studi dengan logika yang ketat dari topik seperti kuantitas, struktur, ruang, dan perubahan. Matematika merupakan tubuh pengetahuan yang dibenarkan (justified) dengan argumentasi deduktif, dimulai



dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi”. Kecakapan atau kemahiran matematika merupakan bagian dari kecakapan hidup yang harus dimiliki siswa terutama dalam pengembangan penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan siswa sehari-hari. Matematika selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang, mengembangkan kreaktivitas dan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya Pada struktur kurikulum SD/MI, mata pelajaran matematika dialokaskan setara 5 jam pelajaran ( 1 jam pelajaran = 35 menit) di kelas I dan 6 jam pelajaran kelas II – VI per minggu, yang sifatnya relatif karena di SD menerapkan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu. Guru dapat menyesuaikannya sesuai kebutuhan peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut. Cakupan materi matematika di SD meliputi bilangan asli, bulat, dan pecahan, geometri dan pengukuran sederhana, dan statistika sederhana serta kompetensi matematika dalam mendukung pencapaian kompetensi lulusan SD ditekankan pada: a. Menunjukkan sikap positif bermatematika: logis, kritis, cermat dan teliti, jujur, bertanggung jawab, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah, sebagai wujud implementasi kebiasaan dalam inkuiri dan eksplorasi matematika b. Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar c. Menghargai perbedaan dan dapat mengidentifikasi kemiripan dan perbedaan berbagai sudut pandang d. Mengklasifikasi berbagai benda berdasar bentuk, warna, serta alasan pengelompokannya e. Mengidentifikasi dan menjelaskan informasi dari komponen, unsur dari benda, gambar atau foto dalam kehidupan sehari-hari f. Menjelaskan pola bangun dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan dugaan kelanjutannya berdasarkan pola berulang g. Memahami efek penambahan dan pengambilan benda dari kumpulan objek, serta memahami penjumlahan dan pengurangan bilangan asli, bulat dan pecahan h. Menggunakan diagram, gambar, ilustrasi, model konkret atau simbolik dari suatu masalah dalam penyelesaian masalah i. Memberikan interpretasi dari sebuah sajian informasi/data 4. IPA Materi IPA di SD kelas I sd III terintegrasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pembelajaran dilakukan secara terpadu dalam tema dengan mata pelajaran lain. Untuk SD kelas IV sd VI, IPA menjadi mata pelajaran tersendiri namun pembelajaran dilakukan secara tematik terpadu. Ruang lingkup materi mata pelajaran IPA SD mencakup Tubuh dan panca indra, Tumbuhan dan hewan, Sifat dan wujud benda- benda sekitar, Alam semesta dan kenampakannya, Bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan, Daur hidup makhluk hidup, Perkembangbiakan tanaman, Wujud benda, Gaya dan gerak, Bentuk dan sumber energi dan energi alternatif, Rupa bumi dan perubahannya, Lingkungan, alam semesta, dan sumber daya alam, Iklim dan cuaca, Rangka dan organ tubuh manusia dan hewan, Makanan, rantai makanan, dan keseimbangan ekosistem, Perkembangbiakan makhluk hidup, Penyesuaian diri makhluk hidup pada



lingkungan, Kesehatan dan sistem pernafasan manusia, Perubahan dan sifat benda, Hantaran panas, listrik dan magnet, Tata surya, Campuran dan larutan. 5. IPS IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang kehidupan manusia dalam berbagai dimensi ruang dan waktu serta berbagai aktivitas kehidupannya. Mata pelajaran IPS bertujuan untuk menghasilkan warganegara yang religius, jujur, demokratis, kreatif, kritis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial dan budaya, serta berkomunikasi secara produktif. Ruang lingkup IPS terdiri atas pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang dikembangkan dari masyarakat dan disiplin ilmu sosial. Penguasaan keempat konten ini dilakukan dalam proses belajar yang terintegrasi melalui proses kajian terhadap konten pengetahuan. Secara rinci, materi IPS dirumuskan sebagai berikut: a. Pengetahuan: tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa, dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya b. Keterampilan: berpikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inquiry), memecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa. c. Nilai: nilai-nilai kejujuran, kerja keras, sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai, dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut. d. Sikap: rasa ingin tahu, mandiri, menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif, dan bertanggungjawab Materi IPS mencakup kehidupan manusia dalam:



a. Tempat dan Lingkungan b. Waktu Perubahan dan Keberlanjutan c. Organisasi dan Sistem Sosial d. Organisasi dan Nilai Budaya e. Kehidupan dan Sistem Ekonomi f. Komunikasi dan Teknologi Pengemasan materi IPS disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Pada kelas I – III (SD/MI) IPS sebagai bagian integral dari mata pelajaran lain yaitu bahasa Indonesia, dan PPKn yang diajarkan secara tematik terpadu. 6. Seni Budaya dan Prakarya Mata pelajaran Seni Budaya merupakan aktivitas belajar yang menampilkan karya seni estetis, artistik, dan kreatif yang berakar pada norma, nilai, perilaku, dan produk seni budaya bangsa. Mata pelajaran ini bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memahami seni dalam konteks ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta berperan dalam perkembangan sejarah peradaban dan kebudayaan, baik dalam tingkat lokal, nasional, regional, maupun global. Pembelajaran seni di tingkat pendidikan dasar dan menengah bertujuan mengembangkan kesadaran seni dan keindahan dalam arti umum, baik dalam domain konsepsi, apresiasi, kreasi, penyajian, maupun tujuan-tujuan psikologisedukatif untuk pengembangan kepribadian peserta didik secara positif. Pendidikan Seni Budaya di sekolah tidak semata-mata dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi pelaku seni atau seniman namun lebih menitik beratkan pada sikap dan perilaku kreatif, etis dan estetis . Mata pelajaran Seni Budaya di tingkat pendidikan dasar sangat kontekstual dan diajarkan secara konkret, utuh, serta menyeluruh mencakup semua aspek (seni rupa, seni musik, seni tari dan prakarya), melalui pendekatan tematik. Untuk itu para pendidik seni harus memiliki wawasan yang baik tentang eksistensi seni budaya yang hidup dalam konteks lingkungan sehari-hari di mana ia tinggal, maupun pengenalan budaya lokal, agar peserta didik mengenal, menyenangi dan akhirnya mempelajari. Dengan demikian pembelajaran seni budaya dan prakarya di SD harus dapat; “Memanfaatkan lingkungan sebagai kegiatan apresiasi dan kreasi seni”.



Ruang lingkup materi untuk seni budaya dan prakaraya di SD/MI mencakup: gambar ekspresif, mozaik, karya relief, lagu dan elemen musik , musik ritmis, gerak anggota tubuh, meniru gerak, kerajinan dari bahan alam, produk rekayasa, pengolahan makanan, cerita warisan budaya, gambar dekoratif, montase, kolase, karya tiga dimensi, lagu wajib, lagu permainan, lagu daerah, alat musik ritmis dan melodis, gerak tari bertema, penyajian tari daerah, kerajinan dari bahan alam dan buatan (anyaman, teknik meronce, fungsi pakai, teknik ikat celup, dan asesoris), tanaman sayuran, karya rekayasa sederhana bergerak dengan angin dan tali, cerita rakyat, bahasa daerah, gambar ilustrasi, topeng, patung, lagu anak-anak, lagu daerah, lagu wajib, musik ansambel, gerak tari bertema , Penyajian tari bertema, kerajinan dari bahan tali temali, bahan keras, batik, dan teknik jahit, apotik hidup dan merawat hewan peliharaan, olahan pangan bahan makanan umbi-umbian dan olahan non pangan sampah organik atau anorganik , cerita secara lisan dan tulisan unsur-unsur budaya daerah, bahasa daerah, pameran dan pertunjukan karya seni. 7. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan membantu peserta didik mengembangkan pemahaman tentang apa yang mereka perlukan untuk membuat komitmen seumur hidup tentang arti penting hidup sehat, aktif dan mengembangkan kapasitas untuk menjalani kehidupan yang memuaskan dan produktif. Sehingga berdampak pada meningkatkan produktivitas dan kesiapan untuk belajar, meningkatkan semangat, mengurangi ketidakhadiran, mengurangi biaya perawatan kesehatan, penurunan kelakuan anti-sosial seperti bullying dan kekerasan, mempromosikan hubungan yang aman dan sehat, dan meningkatkan kepuasan pribadi. Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Usia SD, pada usia antara 7- 8 tahun, anak sedang memasuki perkembangan gerak dasar dan memasuki tahap awal perkembangan gerak spesifik. Karakteristik awal perkembangan gerak spesifik dapat diidentifikasi dengan makin sempurnanya kemampuan melakukan berbagai kemampuan gerak dasar yang menuntut kemampuan koordinasi dan keseimbangan agak kompleks. Oleh karenanya, keterampilan gerak yang dimiliki anak telah dapat diorientasikan pada berbagai bentuk, jenis dan tingkat permainan yang lebih kompleks. Pada anak berusia antara 9 s.d 10 tahun, anak telah dapat mengunjukkerjakan rangkaian gerak yang mutipleks-kompleks dengan tingkat koordinasi yang makin baik. Kualitas kemampuan pada tahap ini dipengaruhi oleh ketepatan rekayasa dan stimulasi lingkungan yang diberikan kepada anak pada usia sebelumnya. Pada tahap ini, anak laki-laki dan perempuan telah memasuki masa awal masa adolense. Dengan pengaruh perkembangan hormonal pada usia ini, mereka akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan fungsi motorik yang sangat cepat. Ruang lingkup materi mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah sebagai berikut:



a. Pola Gerak Dasar, meliputi: a). pola gerak dasar lokomotor atau gerakan berpindah tempat, misalnya; berjalan, berlari, melompat, berguling, mencongklak, b) pola gerak non-lokomotor atau bergerak di tempat, misalnya; membungkuk, meregang, berputar, mengayun, mengelak, berhenti, c). Pola gerak manipulatif atau mengendalikan/ mengontrol objek, misalnya; melempar bola, menangkap bola, memukul bola menggunakan tongkat, menendang bola. b. Aktivitas Permainan dan Olahraga termasuk tradisional, misalnya; rounders, kasti, softball, atletik sepak bola, bola voli, bola basket, bola tangan, sepak



takraw, tenis meja, bulutangkis, silat, karate. Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk kecenderungan alami anak untuk bermain melalui kegiatan bermain informal dan meningkatkan pengembangan keterampilan dasar, kesempatan untuk interaksi sosial. Menerapkannya dalam kegiatan informal dalam kompetisi dengan orang. Juga untuk mengembangkan keterampilan dan memahami dari konsep-konsep kerja sama tim, serangan, pertahanan dan penggunaan ruang dalam bentuk eksperimen/eksplorasi untukmengembangkan keterampilan dan pemahaman. c. Aktivitas Kebugaran, meliputi pengembangan komponen keburan berkaitan dengan kesehatan, terdiri dari; daya tahan (aerobik dan anaerobik), kekuatan, kelenturan, komposisi tubuh, dan pengembangan komponen kebugaran berkaitan dengan keterampilan, terdiri dari; kecepatan, kelincahan, keseimbangan, dan koordinasi. d. Aktivitas Senam dan Gerak Ritmik, meliputi senam lantai, senam alat, apresiasi terhadap kualitas estetika dan artistik dari gerakan, tarian kreatif dan rakyat. Konsep gerak berkaitan eksplorasi gerak dengan tubuh dalam ruang, dinamika perubahan gerakan dan implikasi dari bergerak di kaitannya dengan apakah orang lain dan /nya lingkungannya sendiri. e. Aktivitas Air, memuat kompetensi dan kepercayaan diri saat peserta didik berada di dekat, di bawah dan di atas air. Memberikan kesempatan unik untuk pengajaran gaya-gaya renang (punggung, bebas, dada, dan kupu-kupu) dan juga penyediaan peluang untuk kesenangan bermain di air dan aspek lain dari olahraga air termasuk pertolongan dalam olahraga air. f. Kesehatan, meliputi; kebersihan diri sendiri dan lingkungan, makanan dan minuman sehat, penanggulangan cidera ringan, kebersihan alat reproduksi, penyakit menular, menghidari diri dari bahaya narkoba, psikotropika, seks bebas, P3K, dan bahaya HIV/AIDS. Pola penerapan pembelajaran dalam satu minggu dapat menggunakan beberapa cara, yaitu;



a. Jika di sekolah tidak tersedia/tidak ada guru khusus mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan maka pembelajaran dapat dilakukan oleh guru kelas b. Jika di sekolah terdapat guru mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, maka pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu dengan alokasi waktu 70 menit setiap pertemuan, atau 4 kali pertemuan dalam satu minggu, dengan alokasi waktunya adalah 35 menit.



DESAIN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU A. Perencanaan Pembelajaran



1. Mengkaji Silabus Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu, pendidik perlu melakukan pengkajian terhadap silabus yang telah disiapkan sebelum mengembangkannya menjadi RPP yang akan digunakan dalam kegiatan di sekolah. Kegiatan pengkajian silabus bertujuan untuk mengetahui antara lain keterkaitan antara sub tema dengan kompetensi mata pelajaran yang akan dibelajarkan dan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan. Melalui kegiatan pengkajian silabus ini diharapkan guru juga memperoleh beberapa informasi, antara lain: (1) ketersediaan tema dan sub tema, (2) persebaran kompetensi dasar pada tema (pemetaan), dan (3) pengembangan indikator pada setiap tema (jaringan indikator pada tema. a. Pengembangan Tema dan sub tema Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan berbagai tema sebagai pemersatu pembelajaran. Dalam pembelajaran tematik terpadu tema merupakan alat atau wahana untuk mencapai tujuan. Pada Kurikulum 2013, pemerintah telah menyiapkan tema-



tema yang dapat digunakan pendidik dalam proses pembelajaran tematik terpadu. Dalam implementasinya, guru perlu mempelajari tema yang tersedia dan jika berdasarkan hasil analisis daftar tema yang tersedia dirasa kurang atau belum memenuhi karakteristik sekolah/daerah guru dapat menambah atau mengurangi tema atau sub tema dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan tema yaitu: • Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik: • Dari yang termudah menuju yang sulit • Dari yang sederhana menuju yang kompleks • Dari yang konkret menuju ke yang abstrak. • Memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri peserta didik • Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya b. Persebaran kompetensi dasar pada tema (pemetaan) Pendidik perlu melakukan persebaran seluruh Kompetensi Dasar dari setiap mata pelajaran pada tema yang tersedia, sehingga tidak ada kompetensi dasar yang tertinggal. Jika dari hasil pemetaan terdapat KD yang belum masuk dalam silabus, guru dapat menambahkannya. Contoh format yang dapat digunakan adalah: Format Pemetaan Kompetensi Dasar dalam Tema Mata pelajaran Kompetensi Dasar Tema 1234567 PPKn Bahasa Indonesia Matematika SBdP PJOK c. Jaringan indikator pada tema Berdasarkan format pemetaan Pendidik dapat mengembangkan indikator untuk setiap sub tema yang akan dilaksanakan. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat keterkaitan antar mata pelajaran. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan indikator pada jaringan indikator. contoh jaringan indikator pada sub tema seperti berikut: 2. Mengembangkan RPP Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Menyusun atau mengembangkan RPP adalah langkah perencanaan yang harus dilakukan oleh setiap guru. RPP merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan (satu hari). RPP dikembangkan dari silabus dengan memperhatikan buku peserta didik dan buku guru yang sudah disiapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. RPP disusun secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Prinsip-prinsip dalam menyusun RPP mencakup hal-hal sebagai berikut. a. Setiap RPP harus memuat secara utuh memuat kompetensi sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).



b. Memperhatikan perbedaan individual peserta didik misalnya kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuansosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. c. Mendorong anak untuk berpartisipasi secara aktif d. Menggunakan prinsip berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. e. Mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung f. Memberi umpan balik dan tindak lanjut untuk keperluan penguatan, pengayaan dan remedial g. Menekankan adanya keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. h. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. i. Menekankan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi secara integratif, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Komponen RPP terdiri atas: (a) identitas satuan pendidikan, (b) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; (c) kelas/semester; (d) materi pembelajaran; (e) alokasi waktu yang ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; (f) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi; (h) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan; (i) metode pembelajaran, yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; (j) media dan sumber pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran; (k) langkahlangkah pembelajaran yang dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan (l) penilaian hasil pembelajaran memuat soal, kunci jawaban, pedoman skoring/rubrik. Komponen-komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : Mata pelajaran : Kelas/Semester : Materi Pembelajaran : Alokasi Waktu : A. Kompetensi Inti (KI) B. Kompetensi Dasar 1. KD pada KI-1 2. KD pada KI-2 3. KD pada KI-3 4. KD pada KI-3 C. Indikator Pencapaian Kompetensi*) 1. Indikator KD pada KI-1 2. Indikator KD pada KI-2 3. Indikator KD pada KI-3 4. Indikator KD pada KI-4



D. Deskripsi Materi Pembelajaran (dapat berupa rincian, uraian, atau penjelasan materi pembelajaran) E. Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan Pertama: (…JP) a. Kegiatan Pendahuluan b. Kegiatan Inti**) • Mengamati • Menanya • Mengumpulkan informasi • Menalar • Mengomunikasikan c. Kegiatan Penutup 2. Pertemuan Kedua: (…JP) a. Kegiatan Pendahuluan b. Kegiatan Inti**) • Mengamati • Menanya • Mengumpulkan informasi • Menalar • Mengomunikasikan c. Kegiatan Penutup 3. Pertemuan seterusnya. F. Penilaian 1. Teknik penilaian 2. Instrumen penilaian dan pedoman penskoran a. Pertemuan Pertama b. Pertemuan Kedua c. Pertemuan seterusnya G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar 1. Media/alat 2. Bahan 3. Sumber Belajar *) Pada setiap KD dikembangkan indikator atau penanda. Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI-2 dirumuskan dalam bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai dan sikap yang gejalanya dapat diamati. Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik yang dapat diamati dan terukur. **) Pada kegiatan inti, kelima pengalaman belajar tidak harus muncul seluruhnya dalam satu pertemuan tetapi dapat dilanjutkan pada pertemuan berikutnya, tergantung cakupan muatan pembelajaran. Tahapan pengembangan RPP pembelajaran tematik: a. Memilah dan memilih Kompetensi Dasar Mata pelajaran pada Silabus yang dapat dipadukan dalam tema tertentu untuk satu hari. b. Memilah dan memilih kegiatan-kegiatan di dalam silabus yang sesuai dengan KD c. Kegiatan dalam silabus yang disiapkan untuk 3 atau 4 minggu (tergantung dengan tema/subtema) perlu dipilah menjadi kegiatan untuk satu minggu, kemudian dipilah dan dipilih lagi untuk kegiatan satu hari. d. Dalam memilah dan memilih kegiatan dari silabus, guru perlu memperhatikan keterkaitan



antara berbagai kegiatan dari beberapa mata pelajaran yang akan diintegrasikan sehingga pembelajaran berlangsung sesuai dengan alur. e. Menentukan Indikator pencapaian kompetensi berdasarkan kegiatan di silabus yang sudah dipilih. f. Di dalam menyusun RPP, selain menggunakan silabus, guru bisa menggunakan buku teks pelajaran dan buku guru serta hasil analisis KD dengan tema yang telah dilakukan. g. Di dalam menyusun RPP, guru harus memperhatikan alokasi waktu untuk setiap kegiatan dan kedalaman kompetensi yang diharapkan. h. Apabila kompetensi yang akan diberikan dalam suatu tema memerlukan kemampuan prasyarat yang belum pernah diajarkan, guru perlu mengajarkan kompetensi prasyarat terlebih dahulu. B. Pelaksanaan Pembelajaran



1. Tahapan pelaksanaan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan yaitu kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. a. Kegiatan Pendahuluan



Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional, dan internasional; mengajukan pertanyaanpertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong peserta didik menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani sesuai dengan tema, bernyanyi, bernyanyi sambil menari mengikuti irama musik, dan menceritakan pengalaman. b. Kegiatan inti



Kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam rangka pengembangan Sikap, maka seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong peserta didik untuk melakukan aktivitas melalui proses afeksi yang dimulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Untuk kompetensi pengetahuan dilakukan melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Untuk kompetensi keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) dan pembela-jaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Seluruh aktivitas pembelajaran dalam kegiatan inti meliputi kegiatan mengamati, menanya, pengumpulan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.



c. Kegiatan Penutup



Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan dan melakukan refleksi dalam rangka evaluasi. Evaluasi yang dilakukan mengkhususkan pada seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh dan yang selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung; Kegiatan penutup juga dimaksudkan untuk memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Beberapa contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik/bernyanyi. 1. Berpusat pada siswa Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas dan harus mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitar siswa. 2. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna. 3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. 5. Bersifat fleksibel Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata pelajaran. E. Model-model Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu menurut Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh model dalam merencanakan pembelajaran terpadu, yaitu : 1)Model Penggalan (Fragmented) Model ini ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya,dalma mata pelajaran bahasa Indonesia materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran ketrampilan berbahasa. 2)Model Keterhubungan (Connected) Model Connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada mata pelajaran bahasa dan sastra. 3)Model Sarang (Nested) Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam tertentu guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman bentuk kata, makna kata,dan ungkapan dengan saran pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berfikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. 4)Model Urutan/Rangkaian (Sequenced) Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita dalam roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya secara pararel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata.



5)Model Bagian (Shared) Model Shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Buir-butir pembelajaran tetang kewarganegaraan dalam PKn misalnya,dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran Tata Negara, PSPB dsb. 6)Model Jaring Laba-laba (Webbed) Model ini bertolakdari pendekatan tematis sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegaiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. 7)Model Galur (Threaded) Model Threaded merupakan model pemaduan bentuk ketrampilan, misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadiankejadian, antisipasi terhadap cerita, dsb. Bentuk model ini terfokus pada meta kurikulum. 8)Model Keterpaduan (Integrated) Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam pelajaran matematika,bahasa Indonesia, IPA, dan IPS agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya IPA 9)Model Celupan (Immersed) Model Immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. 10)Model Jaringan (Networked) Model Networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda.



MODEL TERKAIT (CONNECTED MODEL) Menurut Trianto (2007), model pembelajaran terkait atau connected model adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan suatu konsep dengan konsep lain, mengaitkan suatu pokok bahasan dengan bahasan berikutnya, mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan lainnya, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari yang lain, atau hari berikutnya dalam satu bidang studi. Pada pembelajaran model ini kunci utamanya adalah adanya satu usaha secara sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu. (Sukayati, 2004: 6) Dengan demikian, Model terhubung (connected) merupakan model integrasi inter bidang studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintregrasikan suatu konsep, keterampilan atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau subpokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub bahasan lain, dalam satu bidang studi. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Pengintegrasian ide- ide dipelajari tersebut terdapat dalam satu semester atau catur wulan dengan semester catur wulan berikutnya menjadi satu kesatuan yang utuh.[5] Sehubungan dengan itu, model berbeda dengan teori, sebuah model biasanya tidak dipakai untuk menjelaskan proses yang rumit; model dipakai untuk menyerdahanakan proses dan menjadikannya lebih mudah dipahami. Model dipakai untuk menunjukkan bagaimana



sesuatu itu seperti sesuatu yang lain. Tetapi, sebuah teori berusaha mendiskripsikan prooses yang mendasari fenomena yang kompleks. Teori penguatan misalnya, adalah usaha untuk menerangkan mengapa proses belajar itu terjadi. Namun berbeda dengan model, teori tidak berusaha untuk menunjukkan seperti apakah belajar itu.[6] Adapun yang dimaksud model pembelajaran dalam pembelajaran Tematik ini merajuk pada pendapat Joyce dan Weil (1980: 1) adalah: “ A patters or plan, which can be used to shaped a curriculum or course to select instruction materials, and to guide a teacher’s actions yaitu sebuah pola atau rencananya, yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum atau kursus untuk memilih bahan ajar, dan untuk membimbing tindakan guru.[7]



Dalam Model Tematik Terpadu, hanya ada tiga model yang dikembangkan atau dikenalkan di sekolah maupun lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK) di Indonesia. Ketiga model tersebut adalah (1) model keterhubungan (connected), (2) model jaring laba-laba (webbed) dan (3) model kerpaduan (integrated). Model-Model Pembelajaran Terpadu[13] 1. Model Pembelajaran Jaring Laba-Laba ( Webbed Model) a)



Pengertian



Pembelajaran model Webbed adalah pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan berbagai bidang studi. b) Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan dari model jaring laba-laba (Webbed) meliputi: 1).



Penyeleksian



tema



sesuai



dengan



minat



akan



memotivasi



anak



untuk



belajar



2). lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman 3). Memudahkan perencanaan 4). Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa dan, 5). memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait. Selain kelebihan yang dimiliki, model Webbed juga memiliki beberapa kekurangan antara lain: 1). Sulit dalam menyeleksi tema 2). Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal dan, 3). Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada pengembangan konsep. c). Contoh Model Jaring Laba-laba/Model Terjala (Webbed model) Pada model pembelajaran tematik jaring laba-laba guru menyajikan pembelajaran dengan tema yang menghubungkan antar mata pelajaran. Model jaring laba-laba adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema. Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. 1)



Tahap perencanaan



Langkah perancangan pembelajaran tematik adalah langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam perancangan pembelajaran yang berorientasi dalam pembelajaran tematik. Langkah persiapan pembelajaran tematik meliputi pemetaan kompetensi dasar pada tema, menentukan tema sentral, pemetaan pokok bahasan, penentuan alokasi waktu, perumusan tujuan pembelajaran, penentuan alat dan media pembelajaran, dan perencanaan evaluasi. Berikut ini adalah contoh merencanakan pembelajaran tematik model jaring laba-laba yang dimulai dari penjabaran kompetensi dasar beberapa mata pelajaran di kelas I ke dalam indikator: • IPA –



Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya.







Menyebutkan nama bagian-bagian tubuh menceritakan kegunaan bagian bagian tubuh







Menyebutkan anggota gerak tubuh.



• Bahasa Indonesia –



Menyebutkan nama bagian-bagian tubuh.







Menceritakan kegunaan bagian bagian tubuh.







Menyebutkan anggota gerak tubuh.



• Matematika –



Membilang banyak benda.







Membilang atau menghitung secara urut.







Menyebutkan banyak benda.







Membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit, atau



sama banyak. • IPS –



Mengiden-tifikasi identitas diri, keluarga, dan kerabat.







Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan.







Menyebutkan nama ayah, ibu, saudara dan wali.







Menyebutkan alamat tempat tinggal.







Menyebutkan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.



• Kewarganegaraan –



Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama dan suku bangsa.







Menyebutkan berdasarkan jenis kelamin anggota keluarga.



• Pendidikan Agama Islam –



Membiasakan perilaku terpuji.







Membiasakan perilaku jujur.







Membiasakan perilaku bertanggung jawab.



Setelah menjabarkan KD ke dalam indikator guru menentukan tema sentral dan memetakan keterhubungan antar mata pelajaran dengan tema sentral. Berikut ini adalah jaring-jaring tema dengan tema sentral keluargaku. tema sentral dan memetakan keterhubungan antar mata pelajaran dengan tema sentral.



2. Pembelajaran Terpadu Tipe Keterkaitan (Connected) a. Pengertian Connected Model (keterkaitan) adalah model pengembangan kurikulum yang menggabungkan secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan satu hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran. Model



pembelajaran



terpadu



tipe



connected



atau



keterhubungan



pada



prinsipnya mengupayakan adanya keterkaitan antara konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan dalam suatu bidang studi. Model ini tidak melatih siswa untuk melihat suatu fakta dari berbagai sudut pandang, karena dalam model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada satu bidang studi saja. Model ini menghubungkan beberapa materi, atau konsep yang saling berkaitan dalam satu bidang studi. Materi yang terpisah-pisah akan tetapi mempunyai kaitan, dengan sengaja dihubungkan dan dipadukan dalam sebuah topik tertentu. Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung (connected) : 1. Guru



menghubungkan/menggabungkan



konsep



matematika



tentang



uang



dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga. 2.



Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep



jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga. 3.



Guru menghubungkan konsep pecahan dengan desimal, dan pecahan dengan uang,



tingkatan, pembagian, rasio, dan sebagainya. b. Kelebihan – Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/indikator yang digabungkan; dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam satu bidang studi adalah siswa memperoleh gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu. – menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi sangat memungkinkan bagi siswa untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide secara terus menerus sehingga memudahkan untuk terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.



– Kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada indikator; – Siswa memperoleh gambaran secara siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi.menyeluruh tentang suatu konsep sehingga



transfer



pengetahuan



akan



sangat



mudah



karena



konsep-konsep



pokok



dikembangkan terus-menerus; – Siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap. c. Kekurangan – Model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain; – Masih kelihatan terpisahnya antar bidang studi, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin). – Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari pelajaran tetap saja terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi, – Memadukan ide-ide dalam satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan – Model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan secara mandiri; – Bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan. d. Kapan Menggunakan Connected Model Model ini digunakan sebagai permulaan kurikulum terpadu. Guru merasa percaya diri mencari keterhubungan dalam mata pelajaran mereka (jika guru bidang studi). Mereka menjadi mau mengadaptasikan hubungan ide-ide dalam mata pelajaran yang menyeberang. Pembuatan keterhubungan juga diselesaikan secara kolaborasi dalam pertemuan guru (departement meeting) dalam hal ini dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang dapat terjadi lebih famillier. Guru dapat memulai model ini sebelum memasuki keterpaduan yang lebih kompleks.



3. Pembelajaran Terpadu Model Integrated (Terpadu) a. Pengertian Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang pengembangan. Model ini berusaha memberikan



gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang pengembangan. Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah: Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran. b. Kelebihan 1). Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang dikembangkan dari berbagai bidang studi/mata pelajaran; 2). Memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator; 3). Siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar berbagai disiplin ilmu; 4). Memperluas wawasan dan apresiasi guru. c. Kekurangan 1). Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan; 2). Kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru; 3). Sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait; 4). Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema. Dari ketiga model tersebut dapat disimpulkan bahwa, Model keterhubungan, pada prinsipnya mengupayakan dengan sengaja adanya keterhubungan konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan dalam satu bidang studi. Pada model ini, siswa tidak terlatih untuk melihat suatu fakta dari berbagai sudut pandang, karena pada model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada satu bidang studi saja. Model jaring laba laba (webbed) merupakan model dengan menggunakan pendekatan tematik. Karena karakterik dari model ini adalah menggunakan pendekatan tema maka dalam model ini, tema dijadikan sebagai pemersatu dari beberapa mata pelajaran. Setelah tema ditemukan. Baru dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitanya dengan mata pebelajaran yang dipadukan. Sedangkan model keterpaduan merupakan model yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Diupayakan penggabungan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan



menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Model ini sulit di laksanakan sepenuhnya mengingat sulitnya menemukan materi dari setiap bidang studi yang benar–benar tumpang tindih dalam satu semester, dan sangat membutuhkan keterampilan guru yang cukup tinggi dalam perencanaan dan pelaksanaanya. [14]



Kemampuan berpikir anak sekolah dasar menurut teori Piaget berada pada tahap berpikir operasional konkrit. Anak mulai menunjukkan perilaku belajar yang memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif, dan memandang unsur-unsur secara serentak, mulai membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat. Dengan demikian, anak usia SD memiliki kecenderungan belajar dengan ciri-ciri: a. konkrit yaitu belajar melalui hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, b. integratif/holistik yaitu memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatukeutuhan, atau belum mampu memilah-milah konsep dari ber bagai disiplin ilmu, cara berpikir anak deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian, c. hierarkis yaitu memandang belajar yang berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Dengan kecenderungan belajar demikian, maka peserta didik usia SD akan lebih mudah belajar melalui pendekatan pembelajaran terpadu yang menekankan pada pengalaman dan kebermaknaan bagi anak. Di samping itu, di dalam pembelajaran terpadu diperhatikan aspek emosi, minat, dan bakat anak sehingga dapat menumbuhkan sikap positif anak.



Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Satuan pendidikan



: SD Rahmatan Lil ’Alamin



Kelas / semester



: IV (empat) / 1 (satu)



Tema / Sub Tema



: Selalu Berhemat Energi / Gaya dan Gerak



Alokasi waktu



: 6 x 35 menit



A. Kompetensi inti 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain



4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia B. Kompetensi Dasar dan Indikator Bahasa Indonesia 1.1. Meresapi makna anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa persatuan yang kokoh dan sarana belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan. 2.4. Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia 3.4. Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku: Menggali informasi tentang unsur-unsur cerita dari teks cerita 4.4. Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku dengan rasa percaya diri: Menceritakan pengalaman dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan memperhatikan unsur-unsur ceritanya. IPA 2.1. Memiliki kepedulian terhadap gaya, gerak, energi panas, bunyi, cahaya, dan energi alternatif melalui pemanfaatan bahasa Indonesia 3.3. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui pengamatan, serta mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari: Mengidentifikasi tentang gaya gravitasi dalam aktivitas sehari-hari 4.3. Menyajikan laporan hasil percobaan gaya dan gerak menggunakan tabel dan grafik dengan: Mengisi tabel hasil percobaan gaya gravitasi IPS 2.3. Memiliki perilaku santun dan jujur tentang jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi melalui pemanfaatan bahasa Indonesia 3.5. Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam,sosial, budaya, dan ekonomi: Mengidentifikasi sikap yang harus dimiliki ketika berinteraksi dengan orang lain 4.5. Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi : Menjelaskan cara berinteraksi dengan orang lain di sekolah SBdP 1.2. Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, energi, serta permasalahan sosial



3.5. Mengetahui berbagai alur cara dan pengolahan media karya kreatif : Mengamati alur cara membuat parasut 4.14. Membuat karya kreatif yang diperlukan untuk melengkapi proses pembelajaran dengan memanfaatkan bahan di lingkungan: Membuat parasut untuk menunjukkan pengaruh gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari C. TUJUAN –



Setelah melakukan percobaan, siswa mampu menyimpulkan tentang gaya



gravitasi dengan benar. – Dengan mengamati langkah-langkah pengerjaan, siswa dapat membuat parasut sesuai dengan runtutan yang benar. – Setelah bermain parasut, siswa dapat menceritakan kembali kegiatan bermain mereka dengan memperhatikan unsur-unsur cerita dalam sebuah karangan. – Dengan membuat refleksi sikap, siswa dapat menuliskan cara berinteraksi yang baik dengan orang lain. D. MATERI IPA 



Pengaruh Gaya Gravitasi dalam kehidupan sehari-hari



SENI, BUDAYA DAN PRAKARYA  Membuat parasut BAHASA INDONESIA  Unsur-unsur Cerita  IPS 



Menceritakan pengalaman Interaksi dengan orang lain



E. PENDEKATAN & METODE  Pendekatan : Scientific 



Model pembelajaran: Cooperatif Learning tipe STAD







Metode: 1. Eksperimen; 2. Diskusi; 3. Tanya jawab; 4. Penugasan







Karakter yang dikembangkan: Rasa ingin tahu, peduli, percaya diri, santun, disiplin, sopan



F. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Pendahuluan 1. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing ; 2. Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa; 3. Bertanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan pembelajaran sebelumnya dan menghubungkan dengan kegiatan yang akan dilakukan; 4. Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang “Selalu berhemat energi” dan sub tema yaitu “Gaya dan Gerak”; 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah proses pembelajaran berlangsung 15 menit. 2. Inti



1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen; 2. Siswa mengamati teks yang ada di buku tentang gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari dengan rasa percaya diri; 3. Siswa melakukan percobaan untuk mengetahui gaya gravitasi bersama dengan teman sekelompoknya; 4. Siswa diberikan kesempatan untuk bereksplorasi dengan benda-benda di kelas; 5. Siswa berdiskusi untuk mengambil kesimpulan dari tabel yang dibuatnya, yang belum mengerti diberikan penjelasan oleh temannya; 6. Siswa menyimpulkan percobaan yang telah dilakukan 180 menit; 1. Siswa mengamati cara kerja membuat parasut ; 2. Siswa membuat parasut untuk membuktikan adanya gaya gravitasi; 3. Siswa berdiskusi tentang hubungan permainan parasut dengan gaya gravitasi; 4. Siswa yang sudah mengerti dengan rasa peduli memberikan penjelasan kepada siswa yang belum mengerti sampai semua anggota dalam kelompok mengerti; 5. Siswa menceritakan pengalamannya dengan rasa percaya diri bermain parasut dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan memperhatikan unsur-unsur ceritanya; 6. Siswa juga menjelaskan tentang sikap yang harus ditunjukan saat bermain parasut dan manfaat yang diperoleh dari mempraktikkan sikap itu. 3. Penutup 1. Guru memberikan evaluasi berbentuk kuis (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi); 2. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan hasil belajar; 3. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk menutup kegiatan pembelajaran) 15 menit G. Sumber dan Media 1. Buku Guru Tematik



kelas IV ; Indonesia. 2013, Selalu Berhemat Energi,



Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta 2.



Buku Siswa Tematik



kelas IV ; Indonesia. 2013, Selalu Berhemat Energi,



Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta 3. Tutup stoples 4. Paku 5. Spidol 6. Gunting



7. Kantong plastik/kresek 8. Benang 9. Boneka kecil 10. Kertas HVS 11. Pulpen 12. Kelereng H. PENILAIAN 1. Prosedur Penilaian : – Penilaian Proses: Menggunakan format yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir – Penilaian hasil 2. Instrumen Penilaian : – Penilaian Kinerja : – Kriteria Penilaian B.Indonesia dan IPA ; – Kriteria: Bagus Sekali, Bagus, Cukup, Berlatih lagi. Kemampuan siswa menggali informasi dari teks Siswa mampu menemukan 3 unsur cerita (tema, latar, tokoh) dari teks yang dibacanya (5) Siswa menemukan 2 unsur cerita dari teks yang dibacanya; (4) Siswa menemukan 1 unsur cerita dari teks yang dibacanya; (3) Siswa belum mampu menemukan unsur-unsur cerita dalam teks yang dibacanya ; (1) Kemampuan mengidentifikasi gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari Siswa mampu menjelaskan konsep gaya gravitasi dan hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda serta memberi contoh beberapa gaya gravitasi; (5)Siswa mampu menjelaskan konsep gaya gravitasi dan hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda; (4)Siswa mampu menjelaskan konsep gaya gravitasi atau menjelaskan hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda; (3)Siswa belum mampu menjelaskan konsep gaya gravitasi hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda. 



Nilai maksimal : 10







Nilai Minimal



:2



Mengetahui, Kepala Sekolah SD…….



Guru Mata Pelajaran PKn



Langkah-langkah Guru dalam Pembelajaran Tematik Integratif Langkah-langkah guru yang akan membelajarkan materi dengan menggunakan pendekatan Tematik Integratif (TI) adalah sebagai berikut : 1. Memilih/menetapkan Tema Daftar tema yang terdapat dalam dokumen Kurikulum 2013, bukanlah urutan yang harus dibelajarkan guru. Guru dapat melakukan pemilihan tema yang akan dibelajarkan terlebih dahulu. Sejatinya penetapan tema



haruslah disesuaikan dengan kondisi daerah, sekolah, peserta didik, dan guru di wilayahnya. Di bawah ini adalah Tema untuk peserta didik SD kelas IV dan V semest er 1. 2. 3. I 4. 5.



Kelas IV



Kelas V



Indahnya Kebersamaan 1. Benda-benda di Linkungan Selalu Berhemat Energi Sekitar Peduli Terhadap Lingkungan 2. Peristiwa Dalam Kehidupan Berbagai Pekerjaan 3. Kerukunan Dalam Bermasyarakat Pahlawanku 4. Sehat Itu Penting 5. Bangga Sebagai Bangsa Indonesia



6. Indahnya Negeriku 7. Cita-citaku 8. Tempat Tinggalku II 9. Makanan Sehat dan Bergizi



6. 7. 8. 9.



Organ Tubuh Manusia dan Hewan Sejarah Peradaban Indonesia Ekosistem Lingkungan Sahabat Kita



2. Melakukan Analisis SKL, KI, KD, membuat Indikator Langkah kedua ini dilakukan dengan cara guru harus membaca semua SKL, KI, KD dari semua mata pelajaran. Meskipun Indikator sudah tersedia dalam dokumen K-13, guru bisa juga menambahkan Indikatornya dengan mengikuti kriteria pembuatan Indikator. 3. Melakukan pemetaan KD, Indikator dengan Tema Guru melakukan kegiatan pemetaan kompetensi Dasar dan Indikator dikaitkan dengan Tema yang tersedia yang dimasukkan ke dalam format pemetaan agar lebih memudahkan proses penyajian pembelajaran, indicator mana saja yang dapat disajikan secara terpadu dengan cara memberikan cek (√) 4. Membuat Jaringan Kompetensi Dasar Setelah dilakukan pemetaan KD, Indikator dengan tema dalam satu tahun, maka dilanjutkan dengan membuat jaringan KD dan Indikator dengan cara menurunkan hasil cek dari pemetaan ke dalam format jaringan KD dan Indikator. 5. Menyusun Silabus Tematik Terpadu



a. b. c.



d. e.



Langkah guru selanjutnya adalah menyusun silabus tematik untuk memudahkan guru melihat seluruh desain pembelajaran untuk setiap Tema sampai tuntas tersajikan di dalam proses pembelajaran. Adapun komponen-komponen yang terdapat pada Silabus Tematik Integratif yakni: Kompetensi Dasar (di ambil dari jaringan KD yang sudah terpilih) Indikator( dibuat oleh guru, juga diturunkan dari jaringan) Kegiatan Pembelajaran dan Penilaian (memuat perencanaan penyajian untuk beberapa minggu Tema tersebut akan dibelajarkan, dan penilaian proses serta penilaian hasil yang wajib memuat penilaian dari aspek keterampilan, sikap, dan pengetahuan selama proses pembelajaran berlangsung) Alokasi waktu (ditulis secara utuh komulatif satu minggu berapa jam pertemuan, misalnya 30Jp x 35 menit) x 4 minggu) Sumber dan Media



6. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Integratif(TI) Menyusun RPP merupakan langkah terakhir dari sebuah perencanaan. Di dalam RPP TI tergambar proses penyajian secara utuh dengan memuat berbagai konsep mata pelajaran yang disatukan dalam Tema. Adapun komponen-komponen yang termuat dalam RPP TI , meliputi :  Identitas : Satuan Pendidikan Kelas / Semester Tema Pertemuan keAlokasi Waktu  A. Kompetensi Inti (KI) B. Kompetensi Dasar (KD) C. Indikator D. Tujuan Pembelajaran E. Materi Pembelajaran (meliputi berbagai mata pelajaran) F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran G. Langkah Pembelajaran H. Sumber dan Media Sumber : Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 I.



Penilaian (meliputi penilaian rubric dilampirkan)



proses



dan



hasil,



instrument



dan



Sedangkan Fogarty (1991), mengembangkan 10 model pembelajaran terpadu yang ditinjau dari sifat materi, cara memadukan konsep, keterampilan, dan unit tematiknya. Adapun kesepuluh model tersebut adalah sebagai berikut.



a. Connected model (model hubungan/model terkait) Model pembelajaran ini menyajikan hubungan yang eksplisit di dalam suatu mapel yaitu menghubungkan satu topik ke topik lain, satu konsep ke konsep lain, satu keterampilan ke keterampilan lain, satu tugas ke tugas berikutnya. Contoh: guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, bunga. b. Webbed model (model jaring laba-laba/model terjala) Model pembelajaran ini pada dasarnya menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema disepakati maka dilanjutkan dengan pemilihan subsub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan antar mapel. Dari subsub tema ini direncanakan aktivitas belajar yang harus dilakukan anak. Melalui model pembelajaran ini, anak akan memperoleh pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda. Contoh: peserta didik dan guru menentukan tema, misal air. Maka guru-guru mapel dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema, misal siklus air, kincir air, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mapel-mapel Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa. c. Integrated model (model terpadu) Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekatan antar mapel yaitu menggabungkan beberapa mapel dengan menetapkan prioritas dari kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mapel. Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mapel misal: Matematika, IPS, IPA, dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan nilai sikap yang



memiliki keterhubungan erat dan tumpang tindih antara mapel-mapel tersebut. Melalui model pembelajaran ini, anak akan mudah menghubungkan dan mengaitkan materi dari beberapa mapel. d. Fragmented model (model terpisah) Model ini mengajarkan mapel-mapel secara terpilah-pilah, tanpa ada usaha untuk memadukan keterhubungan antara mapel-mapel tersebut. Setiap mapel dipandang sebagai satu mata kajian yang murni berdiri sendiri. Sedangkan bila ada kesamaan dalam materi pada mapel-mapel itu, maka kedua materi itu disampaikan secara implisit saja. Sehingga, setiap kajiandari mapel dipelajari secara murni baik keluasan kajiannya maupun kedalaman materinya. e. Nested model (model gugusan) Model pembelajaran ini merupakan perpaduan berbagai keterampilan dari berbagai disiplin ilmu yang dicapai bersama-sama dalam mengkaji suatu masalah. f. Sequenced model (model urutan) Pada model pembelajaran ini, guru dapat menyusun urutan topik-topik yang sama. Misalnya dua mapel yang mempunyai topik sama diajarkan secara urut. Contoh: guru matematika mengajarkan pengukuran tentang skala, sementara guru IPS mengajarkan tentang peta dalam atlas yang menggunakan skala. g. Shared model (model gabung bagian) Pada model pembelajaran ini beberapa mapel memiliki bagian yang sama dengan bagian dari mapel yang lain. Materi yang sama dari beberapa mapeldigabung pembelajarannya yang disampaikan oleh sebuah tim. Contoh : materi kebersihan di SD yang dibahas pada IPS dan PPKn pembelajarannya digabung dan disampaikan oleh tim guru yang bersangkutan. h. Threaded model (model rajutan) Model pembelajaran ini merupakan perpaduan bentuk keterampilan yang difokuskan pada mata kurikulum. Target hasil pembelajarannya adalah pada perpaduan berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan secara utuh sehingga dapat digunakan untuk berbagai sasaran kepentingan yang berbeda. Contoh: guru menargetkan suatu perkiraan keterampilan untuk peserta didik pada mengukur volum air (matematika), percobaan pemanasan air di laboratorium IPA, pemanfaatan air di rumah (IPS), sementara Bahasa Indonesia menargetkan perkiraan kegiatan saat itu dan mengurutkan penulisan laporan keterampilan yang diperoleh dalam lintas mapel. i.



Immersed model (model celup)



Pada model pembelajaran ini guru membantu anak dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuannya untuk dihubungkandengan kegiatan keseharian sehingga diperoleh bentuk pengala man dan pengetahuan baru. j.



Networked model (model jaringan)



Model pembelajaran ini secara terus menerus mencari masukan dari luar untuk memperoleh perluasan, ekstrapolasi, dan pembaharuan gagasangagasannya. Peserta didik perlu memiliki kemampuan mengadakan penafsiran ulang terhadap pemahaman yang dimilikinya dan menerapkannya secara tepat.



Dari kesepuluh model yang dikembangkan Forgarty ini, hanya 3 model yang dikembangkan atau dikenalkan di PGSD yaitu connected model, webbed model, dan integrated model. Pembelajaran tematik yang diharapkan berkembang di SD/MI saat ini mengarah pada penggabungan dari webbed model (model jaring laba-laba) dan integrated model (model terpadu). Hal ini terlihat dari materi sosialisasi tematik yang dilaksanakan oleh Depdiknas yang menghendaki pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah atau terkotak-kotak. Penggabungan model jaring laba-laba dan model terpadu yang dimaksud adalah penggunaan tema untuk menggabungkan beberapa mapel dengan menetapkan prioritas dari kurikulum untuk menemukan keterkaitan antar mapel. Sehingga peserta didik akan memperoleh pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda. Dengan demikian peserta didik akan mudah menghubungkan dan mengaitkan materi-materi dari beberapa mapel.



Karakteristik Pembelajaran Tematik Menurut Tim Puskur (2006), pendekatan pembelajaran tematik m emiliki karakteristik sebagai berikut. a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran tematik dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada peserta didik, baik secara individu maupun kelompok. Peserta didik diharapkan dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya. b. Memberikan pengalaman langsung kepada anak. Pembelajaran tematik diprogramkan untuk melibatkan peserta didik secara langsung dalam pembelajaran yang mengaitkan antar konsep dan prinsip yang dipelajari dari beberapa mapel. Sehingga mereka akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang dialami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sedangkan peserta didik sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya. c. Pisahan mapel tidak kelihatan atau antar mapel menyatu. Pembelajaran tematik memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mapel sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi yang utuh.



d. Menyajikan konsep dari berbagai mapel dalam suatu proses pembelajaran sehingga bermakna. Pembelajaran tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarpengetahuan yang dimiliki peserta didik, sehingga berdampak kebermaknaan dari materi yangdipelajari peserta didik. Hasil nyata akan didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari. Hal ini diharapkan akan berdampak pada kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya. e. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Pada pembelajaran tematik dikembangkan pendekatan Pembelajaran yang Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melihat bakat, minat, dan kemampuan sehingga memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar terus menerus.