KB 3-Pendekatan Dan Metode Penafsiran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENDALAMAN MATERI (Lembar Kerja Resume Modul) A. Judul Modul : Al-Quran Hadis B. Kegiatan Belajar : Pendekatan dan Metode Penafsiran Al Quran (KB 3) C. Refleksi NO 1



BUTIR REFLEKSI



RESPON/JAWABAN



Peta Konsep (Beberapa istilah dan definisi) di modul bidang studi



A. URAIAN MATERI



Pada zaman Nabi Saw para sahabat tidak membutuhkan suatu pendekatan atau metode khusus dalam memahami ayat-ayat Alquran, karena segala permasalahan langsung disampaikan kepada Nabi Saw dan beliau sendiri yang memberikan penjelasan. Demikian juga pada masa sahabat, mereka adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana Alquran diturunkan dan bagaimana Nabi Saw menjelaskan. Lain halnya saat zaman semakin jauh dari masa Nabi dan Sahabat, pemahaman alQuran sangat dibutuhkan, maka para ulama di bidang tafsir melakukan ijtihadnya masing-masing untuk melakukan penafsiran Alquran. Dalam melakukan ijtihadnya itu, para ulama ahli tafsir menggunakan pendekatan yang berbeda-beda, maka dalam kajian Ulumul Quran, dikenal tafsir bi alma’tsur, tafsir bi al ra’y dan tafsir bi al-isyarah atau kemudian disebut tafsir isyari.



1



NO



BUTIR REFLEKSI



RESPON/JAWABAN 1. Pendekatan Penafsiran Al-Quran



a) Tafsir bi al Ma’tsur Tafsir bi al-Ma’tsur atau disebut juga Tafsir bi al Riwayah adalah pendekatan yang digunakan dalam menafsirkan Alquran yang didasarkan kepada penjelasan-penjelasan yang diperoleh melalui riwayat-riwayat pada sunnah, hadis maupun atsar, termasuk ayat-ayat Alquran yang lain Secara rinci, pendekatan tafsir bi al-ma’tsur memiliki beberapa cara dalam menafsirkan ayat Alquran, yaitu; 1) Penafsiran ayat dengan ayat al-Quran yang lain. Suatu ayat dapat



ditafsirkan dengan ayat yang lain, baik ayat itu kelanjutan dari ayat yang ditafsirkan ataupun ayat yang menafsirkan berada di surat yang lain 2) Penafsiran ayat Alquran dengan hadis Nabi Saw. Ayat-ayat Alquran



lebih banyak yang bersifat global (mujmal) daripada yang terperinci (tafshil). Untuk dapat memahami kandungannya tidak bisa hanya dari ayat tersebut. Oleh karena itu, di sinilah hadis Nabi Saw berfungsi sebagai tafsir terhadap ayat-ayat Alquran 3) Penafsiran ayat Alquran dengan keterangan sahabat Nabi saw.



dan tabi’in. Jenis penafsiran ini, selain menggunakan Riwayat Hadis Nabi juga diperkaya dengan penjelasan para sahabat dan tabi’in. Adapun mengenai kitab tafsir yang menggunakan pendekatan bi alma’tsur dalam penafsirannya di antaranya adalah Tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Quran karya Ibnu Jarir at-Thabari dan Tafsir al-Quran al-‘Azim karya Ibnu Katsir. Dua tafsir ini sangat popular dan menjadi rujukan yang otoritatif dalam kategori tafsir bi al ma’tsur. b) Tafsir bi al-Ra’y atau tafsir bi al-Dirayah



Al-Ra’y berarti pikiran atau nalar, karena itu tafsir bi al-ra’y adalah penafsiran seorang mufassir yang diperoleh melalui hasil penalarannya atau ijtihadnya, di mana penalaran sebagai sumber utamanya. Seorang mufassir di sini tentu saja adalah orang yang secara kompeten keilmuannya dan telah dianggap telah memenuhi persyaratan sebagai mufassir. Kelebihan dan kelemahan. Di antara kelebihan pendekatan ini adalah mempunyai ruang lingkup yang luas, dapat mengapresiasi berbagai ide dan melihat Alquran secara lebih lebar sehingga dapat memahaminya secara komprehensif. Adapun kelemahaman pendekatan ini antara lain tafsir bi al-ra’y bisa terjadi ketika terjebak atau secara tidak sadar mufassir mengungkap petunjuk berdasarkan ayat yang bersifat parsial, sehingga dapat memberikan kesan makna Alquran tidak utuh dan pernyataannya tidak konsisten. Di samping itu, penafsiran dengan pendekatan ini juga sangat rentan dengan subjektivitas yang dapat memberikan pembenaran terhadap mazhab atau pemikiran tertentu sesuai dengan kecenderungan



2



NO



BUTIR REFLEKSI



RESPON/JAWABAN



mufassir. Kelemahan lainnya adalah peluang masuknya cerita-cerita isra’iliyat karena kelemahan dalam membatasi pemikiran yang berkembang (al-Shabuni, 1999) c) Tafsir bi al-Isyarah atau Tafsir Isyari



Tafsir isyari adalah suatu upaya untuk menjelaskan kandungan Alquran dengan menakwilkan ayat-ayat sesuai isyarat yang tersirat dengan tanpa mengingkari yang tersurat atau zahir ayat (al-Zahabi, 1976: 352). Pendekatan tafsir ini berdasarkan isyarat dari hasil perenungan spiritual, tapi hanya isyarah shahihah saja yang dapat diterima. Abdul Wahid (Wahid, 2020) menyebutkan syarat-syarat diterimanya sebuah tafsir isyari sebagai berikut: a) Tidak bertentangan dengan makna lahir (pengertian tekstual) Alquran. b) Penafsirannya didukung atau diperkuat oleh dalil-dalil syara’ lainnya. c) Penafsirannya tidak bertentangan dengan dalil syara‘ atau rasio. d) Penafsirannya tidak menganggap bahwa hanya itu saja tafsiran yang dikehendaki Allah, bukan pengertian tekstual ayat terlebih dahulu. e) Penafsirannya tidak terlalu jauh sehingga tidak ada hubungannya dengan lafadz



2. Metode Penafsiran Alquran a. Metode Tahlili (Analitis) Metode tahlili adalah suatu metode dalam menjelaskan ayat Alquran dengan cara menguraikan ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai tata urutan dengan penjelasan yang cukup terperinci sesuai dengan kecenderungan masing-masing mufassir terhadap aspek-aspek yang ingin disampaikan. Misalnya, menjelaskan ayat disertai aspek qira’at, asbab al-nuzul, munasabah, balaghah, hukum dan lain sebagainya. Kitab tafsir yang disusun dengan metode ini antara lain kitab Tafsir Jami li Ahkam Alquran karya al-Qurtubi, kitab Tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir Alquran karya Ibnu Jarir at-Thabari, Tafsir Alquran al-Adzim karya Ibnu Katsir dan kitab Tafsir Alquran alKarim karya at-Tusturi. b. Metode Ijmali (Global) Metode ijmali adalah sebuah metode dalam menjelaskan ayat Alquran dengan cara mengemukakan makna yang bersifat global dengan bahasa yang ringkas supaya mudah dipahami. Di sini mufassir menjelaskan pesanpesan pokok dari ayat secara singkat tanpa menguraikan panjang lebar. Diantara jenis kitab tafsir ini yang populer adalah kitab Tafsir Jalalain karya Jalal alDin al-Suyuthi dan Jalal al-Din al-Mahalli dan kitab Tafsir Alquran alAzhim karya Muhammad Farid Wajdi



3



NO



BUTIR REFLEKSI



RESPON/JAWABAN



c. Metode Muqaran (Komparatif) Metode muqaran adalah metode menjelaskan ayat-ayat Alquran dengan cara membandingkan dengan ayat lain yang memiliki kedekatan atau kemiripan tema namun redaksinya berbeda; atau memiliki kemiripan redaksi tetapi maknanya berbeda; atau membandingkannya dengan penjelasan teks hadis Nabi Saw, perkataan sahabat maupun tabi’in. Metode tafsir ini juga mengkaji pendapat para ulama tafsir kemudian membandingkannya. Bisa juga berupa membandingkan antara satu kitab tafsir dengan kitab tafsir lainnya agar diketahui identitas corak kitab tafsir tersebut. Tafsir Muqaran dapat juga berbentuk perbandingan teks lintas kitab samawi, seperti Alquran dengan Injil/Bibel, Taurat atau Zabur (ArRumi, 1419 H: 60). d. Metode Maudhu’i (Tematik) Metode maudhu’I atau metode tematik berupaya menjelaskan ayat-ayat Alquran dengan mengambil suatu tema tertentu. Kelebihan metode ini mampu menjawab kebutuhan zaman yang ditujukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan, praktis dan sistematis serta dapat menghemat waktu, dinamis sesuai dengan kebutuhannya, serta memberikan pemahaman Alquran tentang satu tema menjadi utuh. Dibalik kelebihannya, kekurangannya adalah bisa jadi dalam proses inventarisasi ayat-ayat setema tidak tercakup seluruhnya, atau keliru dalam mengategorikan yang akhirnya membatasi pemahaman ayat Al-Farmawi (al-Farmawi: tth, 62) telah merinci langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seorang mufassir ketika melakukan proses penafsiran menggunakan metode tematik, sebagai berikut: 1) Menetapkan masalah yang akan dibahas, dengan memprioritaskan pada persoalan yang menyentuh kehidupan masyarakat yang berarti bahwa seorang mufassir harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang masyarakat. 2) Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut 3) Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang asbab nuzulnya dan ilmu-ilmu lain yang mendukungnya. 4) Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masingmasing (Ilmu Munasabat) 5) Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (membuat out line). 6) Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan. 7) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama atau mengkompromikan antara yang ‘amm (umum) dengan yang khash (khusus), mutlak dan muqayyad (terikat), atau yang tampak pada lahirnya bertentangan sehingga seluruhnya dapat bertemu dalam satu muara tanpa perbedaan dan pemaksaan makna



4



NO



BUTIR REFLEKSI



RESPON/JAWABAN



Diantara karya tafsir dengan metode maudhu’I adalah karya Abbas Mahmud al-Aqqad yang berjudul al-Insan fi al-Qur’an dan al-Mar’ah fi alQur’an; dan karya Abu al-A’la Al-Maududi berjudul al-Riba fi al-Qur’an; karya al-Jashshash, berjudul Tafsir Ahkam al-Qur`an dan karya yang cukup populer dari Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshary al-Qurtuby yang berjudul al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an 2



Daftar materi bidang studi yang sulit dipahami pada modul



Diantara kelemahaman pendekatan tafsir bi al-ra’y adalah bisa terjadi terjebak atau secara tidak sadar mufassir mengungkap petunjuk berdasarkan ayat yang bersifat parsial, sehingga dapat memberikan kesan makna Alquran tidak utuh dan pernyataannya tidak konsisten



3



Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran



Metode tafsir maudhui terkadang dipengaruhi latarbelakang madzhab mufassirnya



5