KBHP Emc [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nilai :



LAPORAN PRAKTIKUM KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN (Retensi Air, Equilibrium Moisture Content (EMC)) Oleh: Nama



: Willy Rolasdo Sitanggang



NPM



: 240110180043



Hari, Tanggal Praktikum



: Selasa, 15 Oktober 2019



Waktu / Shift



: 15.30 WIB / A2



Co. Ass



: 1. A. Zahra Nursyifa 2. Maya Irmayati 3. Nunung Nurhaijah Hudairiah 4. Zhaqqu Ilham Alhafidz



LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN



2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Bahan hasil pertanian memiliki salah satu sifat memiliki kandungan air



yang banyak. Kandungan air tersebut menyebabkan bahan hasil pertanian mudah mengalami pembusukan atau masa simpannya rendah. Memperpanjang masa simpan hasil pertanian dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: pengeringan, pendinginan, pengemasan, penggunaan bahan kimia, penggunaan zat aditif (tambahan) dan pemasaran. Proses pengeringan adalah salah satu metode yang sangat sering dilakukan di masyarakat ataupun di industri. Pengeringan juga berfungsi untuk menurunkan biaya dan mengurangi kesulitan dalam pengemasan dan pengangkutan karena massa bahan lebih ringan. Proses pengeringan sangat memerhatikan kadar air yang terkandung didalam bahan hasil pertanian. Kadar air yang terkandung akan dikurangi dengan cara pengeringan tersebut hingga menghambat laju pertumbuhan mikroorganisme didalam bahan. Pengurangan kadar air tersebut diharapkan sampai tingkat keseimbangan dengan kondisi udara luar normal atau tingkat kadar air yang setara dengan aktivitas air. Pengukuran kadar air disuatu bahan dapat dilakukan menggunakan moisture tester. Pengukuran kadar air dilakukan pada berbagai kondisi yang berbeda-beda untuk pembanding supaya mendapatkan kondisi lingkungan atau kondisi penyimpanan yang sesuai dengan kadar air yang diinginkan. 1.2



Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari praktikum Retensi Air, Equilibrium Moisture



Content (EMC) kali ini adalah mengamati perubahan kadar air bahan hasil pertanian pada berbagai kondisi penyimpanan dengan menggunakan moisture tester



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Equilibrium Moisture Content (EMC) Kadar air keseimbangan atau Equilibrium of Moisture Content (EMC)



merupakan konsep penting dari teori pengeringan dan pembasahan pada bahanbahan pertanian. Kadar air suatu bahan pertanian sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban relatif udara lingkungan penyimpanan. Hal tersebut merupakan satu faktor yang menentukan sampai seberapa jauh suatu bahan dapat dikeringkan pada kondisi lingkungan tertentu dan dapat digunakan sebagai tolok ukur kemampuan berkembangnya mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau pembusukan bahan pada saat penyimpanan (Syarief, 1993). Penetapan kadar air dan aktivitas air (aw) bahan merupakan salah satu cara untuk mengetahui kondisi penanganan dan penyimpanan yang lebih baik. Suatu bahan pangan dengan kadar air yang relatif tinggi akan cenderung mengalami kerusakan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan bahan pangan yang memiliki kadar air lebih rendah (Kadir,1982). Equilibrium of Moisture Content (EMC) didefinisikan sebagai kandungan air pada bahan yang seimbang dengan kandungan air udara sekitarnya. EMC merupakan tolok ukur kemampuan berkembangnya mikro organisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau pembusukan bahan pada saat penyimpanan (Sukrisno,2011). 2.2



Kadar Air Jumlah air yang terkandung dalam bahan pangan secara total biasanya



dinyatakan dalam persen berat bahan pangan tersebut dan disebut kadar air (Nurdahlia, 2015). Kadar air merupakan salah satu sifat fisik bahan pangan yang menunjukkan banyaknya air terkandung dalam bahan persatuan bobot bahan. Terdapat 2 jenis kadar air, yaitu: kadar air basis kering dan kadar air basis basah (Devi,2016). 2.2.1



Kadar Air Basis Basah



Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat bahan basah, kadar air basis basah, dan ditentukan menggunakan persamaan sebagai berikut: Kawb =



Wa x 100 % …………………. (1) Wb



Dimana : Kawb= kadar air (%) Wa = berat air dalam bahan (g) Wb = berat basah mutlak bahan 2.2.2



Kadar Air Basis Kering



Berat bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan). Pada proses pengeringan air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan. Jumlah air yang diuapkan adalah berat bahan sebelum pengeringan dikurangi berat bahan setelah pengeringan dan dinyatakan pada persamaan berikut: Ka db=



Wa x 100 %.......................... (2) Wk



Dimana : Kadb= kadar air (%) Wa = berat air dalam bahan (g) Wb = berat basah mutlak bahan 2.3



Pengeringan Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam



jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar air keseimbangan udara normal atau setara dengan nilai aktivitas air (aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis, dan kimiawi. Pengeringan merupakan salah satu proses pengolahan pangan yang sudah lama dikenal. Tujuan dari proses pengeringan adalah menurunkan kadar air bahan sehingga bahan menjadi lebih awet, mengecilkan volume bahan untuk memudahkan, menghemat biaya pengangkutan, pengemasan, dan penyimpanan. Meskipun demikian ada kerugian yang ditimbulkan selama pengeringan yaitu terjadinya perubahan sifat fisik dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan (Anton, 2011).



2.4



Kelembaban Relatif (RH) Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat



diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (Handoko, 1994). Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan volum. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual. Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas (Handoko,1994). Semua uap air yang ada di dalam udara berasal dari penguapan.Penguapan adalah perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Pada proses penguapan diperlukan atau dipakai panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas. Seperti diketahui, penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuhtumbuhan. Penguapan dari tiga tempat itu disebut dengan Evaporasi.



BAB III ALAT DAN BAHAN 3.1



Alat dan Bahan



3.1.1



Alat Peralatan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah: 1. Cawan; 2. Desikator; 3. Refrigerator; 4. Moisture tester; dan 5. Oven.



3.1.2



Bahan Bahan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah: 1. Jagung; 2. Kacang hijau; 3. Kacang kedelai; dan 4. Kacang tanah.



3.2



Prosedur Percobaan Prosedur yang harus dilakukan pada praktikum kali ini adalah: 1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan; 2. Melakukan pengukuran Rh dan suhu pada ruangan, refrigerator dan oven pada selang waktu 5, 10 dan 15 menit; 3. Membagi bahan kedalam 6 cawan dengan sama rata; 4. Memasukkan 3 cawan kedalam refrigerator dan 3 cawan kedalam oven; 5. Mengambil cawan dari dalam oven dengan selang waktu 5, 10 dan 15 menit dan desetiap pengangkatan cawan dimasukkan kedalam



desikator selama 5 menit lalu mengukur kandungan air menggunakan moisture tester; 6. Mengambil cawan dari dalam refrigerator dengan selang waktu 5, 10 dan 15 menit dan langsung mengukur kandungan air menggunakan moisture tester; 7. Menghitung kadar air basis basah dan kadar air basis kering bahan tersebut; 8. Mencatat hasil pengukuran percobaan; dan 9. Mengembalikan dan merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan.



BAB IV HASIL PERCOBAAN



4.1



Hasil Percobaan



Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Suhu dan RH Pengukura



Ruangan



Refrigerator



n



Oven RH



RH (%)



T (°C)



RH (%)



T (°C)



1



43



27.2



39



17.3



56



65.1



2



44



27.2



51



14.2



46



56.1



3



45



27.2



62



12.2



41



60.1



Rata-rata



44



27.2



50.67



14.57



47.67



60.43



Ke



(%)



T (°C)



Tabel 2. Penurunan dan Peningkatan Kadar Air Nama Bahan (5gr) Kacang Hijau (2) Kacang Kedelai Kacang Tanah Jagung Kacang Hijau (5)



Perlakuka n waktu (menit) 5 10 15 5 10 15 5 10 15 5 10 15 5 10 15



Kadar air awal (%) 8.3 8.6 8.6 9.9 10.2 9.8 13.1 13 13.3 11.1 11.6 11.6 8.3 8.4 8.7



Kadar Air Akhir (%) Penuruna Peningkatan n (oven) 8.4 8.5 8.6 9.4 9.1 9 12.6 12.7 12.3 10.9 11.9 9.6 8.6 8.2 8.2



Tabel 3. Hasil Pengukuran KA jagung segar metode ISTA



(refrigerator) 8.4 9.0 8.7 10 10.3 10.7 13.6 13.6 13.3 12 12.3 12.3 8.9 9.0 9.1



Bahan Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5



Massa cawan Ma (gr) 2.96 2.96 2.93 3.04 3.08



Ma + massa



Ma + Massa



bahan awal



Bahan Akhir



Mb (gr) 8.3 8.08 8.02 8.09 8.12



Mc (gr) 8.26 8.08 7.95 7.92 7.98



4.2



Perhitungan



4.2.1



Perhitungan Data kelompok 1



1.



BB



=



b−c x 100% b−a



=



8.3−8.26 x 100% 8.3−2.96



=% 2



BK



=



b−c x 100% c−a



=



8.3−8.26 x 100% 8.26−2.96



= 0.75% 4.2.2 1.



Perhitungan Data Kelompok 2 BB



=



b−c x 100% b−a



=



8.08−8.08 x 100% 8.08−2.96



= 0% 2.



BK



=



b−c x 100% c−a



=



8.08−8.08 x 100% 8.08−2.96



=%



Kadar Air % BB



BK



6,29 7,27 6,02 6,24 6,31



6.71 7.8403 6.40 6.66 6.74



4.2.3 1.



Perhitungan Data Kelompok 3 BB



=



b−c x 100% b−a



=



8.02−7.95 x 100% 8.02−2.93



=% 2.



BK



=



b−c x 100% c−a



=



8.02−7.95 x 100% 7.95−2.93



= 140% 4.2.4 1.



Perhitungan Data Kelompok 4 BB



=



b−c x 100% b−a



=



8.3−8.26 x 100% 8.3−2.96



= 0.75% 2.



BK



=



b−c x 100% c−a



=



8.3−8.26 x 100% 8.26−2.96



= 0.75% 4.2.5 5



Perhitungan Data Kelompok 5 BB



=



b−c x 100% b−a



=



8.12−7.98 x 100% 8.12−3.08



= 2.7% 6



BK



=



b−c x 100% c−a



=



8.12−7.98 x 100% 7.98−3.08



= 2.85% 4.3



Grafik



4.3.1 Kacang Kedelai (Kelompok 2)



Kadar Air Kacang Hijau Dalam Oven 8.65 8.6 8.6



Kadar Air (%)



8.55 8.5 8.5 8.45 8.4 8.4 8.35 8.3



5



10



15



Waktu (Menit)



Gambar 1. Grafik Kadar Air Kacang Hijau Dalam Oven



Kadar Air (%)



Kadar Air Kacang Hijau Dalam Refrigerator 9.1 9 8.9 8.8 8.7 8.6 8.58.4 8.4 8.3 8.2 8.1 1



9



8.7



2



Waktu (Menit)



Gambar 2. Grafik Kadar Air Kacang Hijau Dalam Refrigerator 4.3.2 Kacang Kedelai



3



Kadar Air Kacang Kedelai Dalam Oven 9.5 9.4 9.4



Kadar Air (%)



9.3 9.2 9.1 9.1 9 9 8.9 8.8



5



10



15



Waktu (Menit)



Gambar 3. Grafik Kadar Air Kacang Kedelai Dalam Oven



Kadar Air Kacang Kedelai Dalam Refrigerator 10.8



10.7



Kadar Air (%)



10.6 10.4



10.3



10.2 10 10 9.8 9.6



5



10



Waktu (Menit)



Gambar 4. Grafik Kadar Air Kacang Kedelai Dalam Refrigerator



15



4.3.3 Kacang Tanah



Kadar Air Kacang Tanah Dalam Oven 12.8 12.7



Kadar Air (%)



12.7 12.6 12.6 12.5 12.4 12.3 12.3 12.2 12.1



5



10



15



Waktu (Menit)



Gambar 5. Grafik Kadar Air Kacang Tanah Dalam Oven



Kadar Air (%)



Kadar Air Kacang Tanah Dalam Refrigerator 13.65 13.6 13.6 13.55 13.5 13.45 13.4 13.35 13.3 13.25 13.2 13.15 5



13.6



13.3



10



Waktu (Menit)



Gambar 6. Grafik Kadar Air Kacang Tanah Dalam Refrigerator



4.3.4



Jagung



15



Kadar Air Jagung Dalam Oven 14 12 10.9



11.9 9.6



Kadar Air (%)



10 8 6 4 2 0



5



10



15



Waktu (Menit)



Gambar 7. Grafik Kadar Air Jagung Dalam Oven



Kadar Air Jagung Dalam Refrigerator 12.4 12.3



12.3



10



15



Kadar Air (%)



12.3 12.2 12.1 12 12 11.9 11.8



5



Waktu (Menit)



Gambar 8. Grafik Kadar Air Jagung Dalam Refrigerator



Kacang Kedelai (Kelompok 5)



Kadar Air Kacang Hijau Dalam Oven 8.7 8.6 8.6



Kadar Air (%)



8.5 8.4 8.3



8.2



8.2



10



15



8.2 8.1 8 7.9



5



Waktu (Menit)



Gambar 9. Grafik Kadar Air Kacang Hijau Dalam Oven



Kadar Air Kacang Hijau Dalam Refrigerator 9.15 9.1 9.1 9.05



Kadar Air (%)



4.3.5



9 9 8.95 8.9 8.9 8.85 8.8



5



10



Waktu (Menit)



Gambar 10. Grafik Kadar Air Kacang Hijau Dalam Refrigerator



15



BAB V PEMBAHASAN Praktikum kali ini membahas mengenai retensi air, dan equilibrium moisture content (EMC) pada bahan hasil pertanian dimana praktikum ini memiliki tujuan untuk mengamati perubahan kadar air pada suatu bahan hasil pertanian dalam berbagai metode penyimpanan dan juga mengukur kadar air. Kadar air salah satu sifat fisik bahan pertanian. Kadar air pada bahan pertanian sangat mempengaruhi umur simpan dan juga kualitas yang terdapat pada bahan tersebut, dan dengan mengetahui kadar air suatu bahan pertanian maka pengolahan lanjutan dan juga cara pendistribusian bahan dapat dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai. Pelaksanaan praktikum untuk mengetahui perubahan kadar air dari suatu bahan dilakukan dengan alat berupa moisture tester yang merupakan suatu alat untuk mengukur kadar air suatu bahan, dimana moisture tester ini dapat mengukur kadar air berbagai jenis bahan biji-bijian. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini merupakan bahan biji-bijian (grain) berupa jagung, kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang tanah. Keempat biji tersebut dilakukan beberapa perlakuan yang berbeda, untuk dapat dilihat perbedaan nilai dari tiap-tiap perlakuan berbeda tersebut, dan untuk bahan kacang hijau digunakan oleh dua kelompok yaitu kelompok dua dan lima. Percobaan dilakukan dengan melakukan dua perlakuan berbeda, dimana perlakuan pertama ialah mendinginkan bahan yang sudah berada di dalam cawan ke dalam refrigerator, dan perlakuan kedua ialah memanaskan bahan yang sudah berada didalam cawan ke dalam oven. Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali waktu perlakuan yang berbeda, sehingga masing-masing perlakuan menggunakan tiga bahan sama yang dipisahkan menggunakan tiga cawan berbeda dengan waktu berbeda-beda yaitu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Pengukuran suhu dan RH dilakukan setelah melakukan percobaan, dimana dilakukan pengukuran terhadap suhu dan kelembaban pada masing-masing perlakuan yaitu suhu dan RH pada refrigerator, oven, serta suhu dan RH pada ruangan praktikum. Hasil pengukuran mendapatkan nilai RH rata-rata ruangan



ialah 44% dengan suhu rata-rata 27,2oC. Hasil pengukuran pada refrigerator mendapatkan niali RH rata-rata sebesar 50,67% dan suhu rata-rata sebesar 14,57oC, sedangkan hasil pengukuran pada oven mendapatkan besar nilai RH ratarata sebesar 47,67% dan suhu oven rata-rata sebesar 60,43oC. Percobaan selanjutnya dilakukan pengukuran rata-rata kadar air awal bahan dimana didapatkan kadar air kacang hijau oleh kelompok 2 sebesar 8,5%, kacang kedelai sebesar 9,96%, kacang tanah sebesar 13,13%, jagung sebesar 11,43 %, dan kacang hijau oleh kelompok 5 sebesar 8,46%. Hasil percobaan penurunan kadar air mengalami memperoleh data yang tidak sesuai dengan literasi seperti kacang hijau pada kelompok 2 mengalami kenaikan kadar air yaitu 8.4, 8.5, 8.6, kadar air kacang tanah naik pada menit ke-10 sebesar 0,1% dan pada jagung pada menit ke-10 naik sebesar 1%. Hasil percobaan peningkatan kadar air terdapat data yang tidak sesuai literasi yaitu pada kacang hijau oleh kelompok 2 mengalami penurunan pada menit ke-15 sebesar 0,3%, kacang tanah pada menit ke-15 turun sebesar 0,3%. Selain data yang disebutkan tersebut, data yang diperoleh sudah benar sesuai literasi. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat terlihat dengan jelas pada grafik dimana seharusnya kondisi peningkatan akan mendapatkan grafik yang mengalami peningkatan nilai secara terus-menerus mulai dari titik awal terendah, begitupun sebaliknya dengan kondisi penurunan yang seharusnya mendapatkan grafik yang mengalami penurunan nilai terus-menerus mulai dari titik awal tertinggi. Pada literasi dikatakan bahwa peningkatan kadar air terjadi bila melakukan perlakuan pendinginan dan penurunan kadar air dilakukan dengan cara pemanasan dimana dalam percobaan kali ini peningkatan kadar air



menggunakan



refrigerator dan penurunan kadar air menggunakan oven. Kesalahan-kesalahan yang menyebabkan hasil percobaan tidak sesuai dengan literasi dikarenakan perlakuan yang tidak sempurna saat melakukan perhitungan kadar air menggunakan moisture tester, dan waktu yang dilakukan untuk percobaan tidak tepat 5, 10, dan 15 menit dengan kata lain waktu terlalu singkat dan juga pengukuran terhadap moisture tester terlalu lama karena mengantri sehingga suhu bahan sudah sempat dipengaruhi oleh suhu ruangan sehingga mempengaruhi kadar air yang ada.



BAB VI PENUTUP 6.1



Kesimpulan Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah: 1. Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan hasil pertanian. 2. Kadar air bahan sangat mempengaruhi umur simpan dan juga kualitas yang terdapat pada bahan tersebut. 3. Mengetahui kadar air dapat dimanfaatkan untuk perlakuan pengolahan lanjutan serta cara pendistribusian bahan dengan cara yang tepat dan sesuai. 4. Penurunan kadar air dilakukan dengan cara memanaskan bahan sedangkan untuk meningkatkan kadar air dilakukan dengan cara pendinginan bahan. 5. Berdasarkan grafik hasil praktikum, penurunan kadar air bahan yang paling mendekati benar adalah bahan kacang hijau oleh kelompok 5



6.2



Saran Saran untuk praktikum selanjutnya adalah penggunaan moisture tester



yang lebih banyak atau setiap kelompok satu supaya pengukuran terhadap moisture tester tidak terlalu lama karena mengantri sehingga suhu bahan tidak sempat dipengaruhi oleh suhu ruangan sehingga mempengaruhi kadar air yang ada.



DAFTAR PUSTAKA Anton, Irawan. 2011. Modul Laboraturium Pengeringan. Sultan Ageng Tirtayasa Press. Syarief, R. dan Halid, H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan Lanjut. Cetakan I. Penerbit Arcan. Jakarta. Devi, 2016. Kajian Pengeringan Jahe Berdasarkan Perubahan Geometrik dan Warna Menggunakan Metode Image Analysis. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 2, September 2016 Sukrisno, 2011. Karakteristik Isoterm Sorpsi Air Biji Kopi Dengan Model Bet dan Gab. AGRITECH, Vol. 31, No. 3, AGUSTUS 2011 Handoko, 1986. Pengantar Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian, Jurusan Geofisika dan Metereologi FMIPA-IPB: Bogor. Kadir, S., M.A. Nur, dan Syachri, M., 1982. Pengontrolan dan pengukuran aw (aktivitas air) dari ikan pindang dalam rangka meningkatkan mutu dan stabilitasnya dengan menggunakan NaCl sebagai humectant. Laporan Penelitian. Bagian Kimia. Institut Pertanian Bogor.



LAMPIRAN



Gambar 11. Pemasukan Kedalam Oven (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)



Gambar 12. Pengukuran Kadar Air Bahan Menggunakan Moisture Tester (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)



Gambar 13. Refrigerator yang Digunakan (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)



Gambar 14. Kacang Tanah (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)