KDP - Neneng Hasanah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISPA



Dibuat untuk memenuhi tugas stase KDP Program Profesi Ners



Disusun Oleh :



NENENG HASANAH NIM : 20317098



PROGAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YATSI TANGERANG TAHUN 2021



A. Definisi ISPA ISPA merupakan suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh yang di gunakan untuk bernapas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru,dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.



B. Etiologi Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis penyakit bakteri,virus, dan riketsia. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenvirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. Penyebab ISPA meliputi virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan ISPA desebabkan



oleh



virus.



Diagnosis



yang



termasuk



dalam



keadaan



ini



adalah



rhinitis, sinusitis, faringitis, tosilitis dan laryngitis. Terapi yang diberikan penyakit ini biasanya pemberian antibiotic, walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat-obatan terapeutik. Pemberian antibiotic dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat-obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotic dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bacterial. Pemberian antibiotic ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman/bacterial di kemudian hari. Namun,pada penyakit ISPA yang sudah berkelanjutan dengan gejala dahak dan ingus yang sudah berwarna hijau,pemberian antibiotic merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yang terlibat.



C. Tanda dan Gejala Penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas dapat memberikan gejala klinik yang beragam antara lain : 1. Gejala poriza (coryza syndrome) yaitu pengeluaran cairan (dischange) nasal yang berlebihan bersin. Obstruksi nasal, mata berair konjungtivitis ringan. Sakit tenggorokan (sore throat) rasa kering pada bagian posterior palantom mole dan uvula, sakit kepala,malaise, nyeri otot, lesu serta rasa kedinginan (chilliness), demam jarang sekali terjadi. 2. Gejala



faringeal, yaitu



sakit



tenggorokan



yang



ringan



sampai



berat.Peradangan



pada



faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi nasal,batuk sering terjadi, tetapi gejala coryza jarang. Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise, rasa sakit diseluruh badan, sakit kepala, demam ringan, parau (hoar senses). 3. Gejala faringokonjungtival yang merupakan varial dari gejala faringeal. Gejala faringeal sering disusul oleh konjungtifis yang disertai foto fobia dan sring pula disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang konjungtifis ini timbul terlebih dahulu dan hilang setelah seminggu sampai 2 minggu dan setelah gejala yang lain hilang,sering terjadi epidemic. 4. Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam, menggigil,lesu, sakit kepala nyeri otot menyeluruh, malaise dan



anoreksia yang



timbul tiba-tiba,batuk, sakit



tenggorokan dan nyeri retrosternal. Keadaan ini dapat menjadi berat. Dapat terjadi pandemic yang hebat dan ditumpangi oleh infeksi bacterial. 5. Gejala herpangina yang sering menyerang anak-anak yaitu sakit beberapa hari yang disebabkan oleh virus coxsackie A. sering menimbulkan vasikel faringeal, oral dan gingival yang berubah menjadi ulkus. 6. Gejala obstruksi laringotrakeobronkitis akut (croup), yaitu suatu kondisi serius yang mengenai anak-anak ditandai batuk, dispnea, stidor inspirasi yang sring disertai sianosis.



D. Patofisiologi Terjadinya infeksi antar bakteri dan flora normal disaluran napas. Infeksi oleh bakteri, virus,dan jamur dapat merubah pila kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada jalan napas seperti filtrasi udara inspirasi di ringga hidung,refleksi batuk,refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan pagositosis karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme system pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi didaerah-daerah saluran pernapasan atas maupun saluran pernapasan bawah.



E. Penatalaksanaan Medis Program nasional untuk menggalangi bahaya influenza pada beberapa negara maju menekankan bahwa golongan yang perlu mendapat imunisasi adalah semua penduduk yang berumur 65 tahun keatas : penderita penyakit pernapasan kronis, penderita penyakit jantung, penderita penyakit ginjal dan pada penderita Diabetes Melitus : orang yang menurun kekebalan tubuhnya, orang yang tinggal didalam komunitas tertutup dalam waktu yang lama (asrama,barak).



F. Pemeriksaan Diagnostik Pengkajian terutama pada jalan nafas: Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan. 1. Pola, cepat (tachynea) atau normal. 2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen. 3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin. 4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan 5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.



G. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah : 1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, 2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia, dan 3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan



H. Pengobatan Penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas yang dsebabkan oleh virus tidak memerlukan terapi specific, hanya infeksi sekunder oleh bakteri yang mempengaruhinya yang memerlukan



antibiotic. URTI biasanya berupa penyakit ringan yang dapat sembuh sendiri. penyebabnya biasanya rhinovirus, coronavirus dan virus influenza. Banyak yang memberikan pengobatan antibiotic pada URTI dengan dasar hanya untuk menyenangkan pasien dan berdasarkan pembenaran bahwa antibiotic dapat mencegah komplikasi. Pemberian antibiotic pada situasi seperti ini menyebabkan banyak mikroorganisme resistensi terhadap antibiotic.



PENGKAJIAN



A. Biodata Pasien 1. Nama



: An. A



2. Umur



: 6 Tahun



3. Jenis Kelamin



:



4. No. Register



: 00111099



5. Alamat



: Darussalam Utara 1 RT 005/05 Batu Ceper



6. Status



: Pelajar



7. Kekuarga Terdekat



: Orangtua



8. Diagnosa Medis



: ISPA



B. Anamnese 1. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) Saat Masuk Rumah Sakit: demam, batuk, pilek Saat Pengkajian: demam, batuk, pilek 2. Riwayat Penyakit Sekarang : An. A usia 6 tahun dengan keluhan klien mengatakan demam tinggi naik turun sejak 5 hari, merasa lemas, batuk berdahak sudah 3 hari dan hidung tersumbat. Klien tampak tidak nyaman karena batuk terus dan hidung klien tampak tersumbat. 3. Riwayat Penyakit Yang Lalu : Tidak ada 4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada



C. Pola Pemeliharaan Kesehatan 1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi : No Pemenuhan Makan/Minum Di Rumah 1



2



Jumlah / Waktu



Jenis



Di Rumah Sakit



Pagi : 1x



Pagi : 1x



Siang : 1x



Siang : 1x



Malam : 1x



Malam : 1x



Nasi : Nasi putih



Nasi : Bubur



Lauk : Tempe, telur



Lauk: Tahu



Sayur : Sayur wortel, Sayur : Sayur bening sesin Minum/Infus : Air Minum : Air putih putih/RL 3



Pantangan



Tidak ada



Tidak ada



4



Kesulitan Makan/Minum



Tidak ada



Batuk



5



Usaha-usaha mengatasi masalah



Tidak ada



Makan sedikit tapi sering



2. Pola Eliminasi No Pemenuhan Eliminasi BAB/BAK 1



Jumlah / Waktu



Di Rumah



Di Rumah Sakit



Pagi : 1x



Pagi : 1x



Siang : 1x



Siang : 1x



Malam : 1x



Malam : 1x



2



Warna



Kuning



Kuning



3



Bau



Bau khas



Bau khas



4



Konsistensi BAB



Lunak



Lunak



5



Masalah Eliminasi



Tidak ada



Tidak ada



6



Cara Mengatasi Masalah



Tidak ada



Tidak ada



3. Pola istirahat tidur No Pemenuhan Istirahat Tidur 1



Jumlah / Waktu



Di Rumah



Di Rumah Sakit



Pagi : 08.00 10.00



Pagi : 09.00 10.00



Siang : 13.00 15.00



Siang : 12.00 15.00



Malam : 23.00 - 05.00



Malam : 22.00 05.00



2



Gangguan Tidur



Tidak ada



Batuk, hidung tersumbat



3



Upaya Mengatasi Gangguan Tidur



Tidak ada



Berdoa



4



Hal Yang Mempermudah Tidur



Tidak ada



Tidak ada



5



Hal Yang Mempermudah bangun



Kebisingan



4. Pola kebersihan diri / Personal Hygiene : No Pemenuhan Personal Di Rumah Hygiene



Kebisingan



Di Rumah Sakit



1



Frekuensi Mencuci Rambut



Sehari sekali



Belum pernah



2



Frekuensi Mandi



Sehari dua kali



Belum pernah



3



Frekuensi Gosok Gigi



Sehari tiga kali



1x



4



Keadaan Kuku



Bersih



Bersih



5. Aktivitas Lain No Aktivitas Yang Dilakukan 1



Sekolah, mengaji, bermain



Di Rumah



Di Rumah Sakit



Sekolah, mengaji, bermain



Tidak ada, hanya berbaring saja



D. Riwayat Sosial Ekonomi 1. Latar belakang social, budaya dan spiritual klien a. Kegiatan kemasyarakatan : Tidak ada b. Konflik social yang dialami klien : Tidak ada c. Ketaatan klien dalam menjalankan agamanya : Ibadah dan mengaji d. Teman dekat yang senantiasa siap membantu : Tetangga 2. Ekonomi a. Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat : Asuransi b. Apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya : Tidak ada



E. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital a. TD : 100/70 mmHg b. Nadi : 88 x/m c. RR : 24 x/m d. Suhu : 38,2°C e. BB : f. TB : 2. Keadaan Umum Klien tampak lemah



3. Pemeriksaan Integument, Rambut Dan Kuku a. Integument Inspeksi : Adakah lesi (-), Jaringan parut (-) Warna Kulit : Sawo matang Bila ada luka bakar lokasi : Tidak ada, dengan luas : Tidak ada % Palpasi :Tekstur (lembab), Turgor/Kelenturan (elastis), Struktur (baik), Lemak Subcutan (tipis ), Nyeri Tekan (-) Identifikasi luka / lesi pada kulit • Tipe Primer Makula (+), Papula (-), Nodule (-), Vesikula (-) • Tipe Sekunder Pustula (+), Ulkus (+), Crusta (-), Exsoriasi (+), Sear (+), Lichenifikasi (+) Kelainan- kelainan pada kulit : Naevus Pigmentosus (+), Hiperpigmentasi (-),Vitiligo/Hipopigmentasi (-), Tatto (-), Haemangioma (-), Angioma/toh (+), Spider Naevi (-), Strie (-) b. Pemeriksaan Rambut Inspeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata), bau tidak, rontok (+), warna hitam, alopesia (-), hirsutisme (-), alopesia (-) c. Pemeriksaan Kuku Inspeksi dan Palpasi warna putih, bentuk oval, kuku bersih



d. Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan Px. Kulit : akral teraba hangat 4. Pemeriksaan Kepala, Wajah Dan Leher a. Pemeriksaan Kepala Inspeksi : bentuk kepala (lonjong), kesimetrisan (+), Hidrochepalus (-), Luka (-), Trepanasi (-)



darah (-),



Palpasi : Nyeri tekan (-) b. Pemeriksaan Mata Inspeksi : • Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+) • Ekssoftalmus (-), Endofthalmus (-) • Kelopak mata/palpebra : oedem (-), ptosis (-), peradangan (-), luka (-), benjolan (-) • Bulu mata : tidak rontok • Konjunctiva dan sclera : perubahan warna pucat • Warna iris coklat, reaksi pupil terhadap cahaya (miosis), isokor (+)



• Kornea : warna hitam • Nigtasmus (+), Strabismus (-) • Pemeriksaan Visus Dengan Snelen Card: OD tidak terkaji, OS tidak terkaji Tanpa Snelen Card: Ketajaman Penglihatan (baik) • Pemeriksaan lapang pandang normal • Pemeriksaan tekanan bola mata Dengan tonometri tidak terkaji, dengan palpasi teraba tidak ada nyeri tekan c. Pemeriksaan Telinga Inspeksi dan palpasi Amati bagian telinga luar: bentuk simetris, ukuran sedang, warna sawo matang, lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan serumen (-) Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna tidak terkaji, transparansi tidak terkaji, perdarahan (-), perforasi (-) Uji kemampuan kepekaan telinga : • Tes bisik : mampu mendengarkan suara yang lirih seperti berbisik – bisik • Dengan arloji : antara telinga kanan & kiri tidak ada perbedaan • Uji weber: seimbang • Uji rinne : sama dibanding dengan hantaran udara • Uji swabach : sama d. Pemeriksaan Hidung Inspeksi dan palpasi Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (tidak ada pembengkokan) Amati meatus : perdarahan (-), kotoran (+), pembengkakan (-), pembesaran/polip (-) terdapat sekret pada hidung e. Pemeriksaan Mulut dan Faring Inspeksi dan Palpasi Amati bibir : Kelainan konginetal (tidak ada), warna bibir pucat, lesi (-), bibir pecah (+) Amati gigi ,gusi dan lidah : Caries (+), Kotoran (+), Gigi palsu (-), Gingivitis (-), Warna lidah : pucat, perdarahan (-) dan abses (-) Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : ada, uvula (simetris), benda asing : (tidak) Adakah pembesaran tonsil, T 0 / T 1 / T 2 / T 3 / T 4 tidak ada pembesaran tonsil Perhatikan suara klien : (tidak berubah) f. Pemeriksaan Wajah Inspeksi Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang warna dan kondisi wajah klien : sawo matang tampak bersih Struktur wajah klien : lengkap



Kelumpuhan otot-otot fasialis (-) g. Pemeriksaan Leher Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan : • Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan warna (-), massa (-) • Kelenjar tiroid pembesaran (-) • Vena jugularis, pembesaran (-) Palpasi : pembesaran kelenjar limfe (-), kelenjar tiroid (-), posisi trakea (simetris) Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan Px. Kepala, wajah, leher hidung klien tampak terdapat sumbatan 5. Pemeriksaan Torak Dan Paru a. Inspeksi Bentuk torak (Normal chest), susunan ruas tulang belakang (normal), bentuk dada (simetris), keadaan kulit kering Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta (-), retraksi suprasternal (-), sternomastoid (-), pernafasan cuping hidung (+) Pola nafas :(dipsnea) Amati : cianosis (-), batuk (+) b. Palpasi Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama) c. Perkusi Area paru : (sonor) d. Auskultasi Terdengar : Rales (-), Ronchi (+), Wheezing (-), Pleural fricion rub (-) • Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru tampak menggunakan pernafasan cuping hidung dan terdapat suara nafas tambahan 6. Pemeriksaan Jantung a. Inspeksi Ictus cordis (-), pelebaran (-) cm b. Palpasi Pulsasi pada dinding thorak teraba : (Kuat) c. Perkusi Batas-batas jantung normal adalah : Batas atas : ICS II(N = ICS II) Batas bawah : ICS V (N = ICS V) Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra) Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra) d. Auskultasi BJ I terdengar (tunggal), (keras), (reguler)



BJ II terdengar (tunggal), (keras), (reguler) Bunyi jantung tambahan : BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur (-) e. Keluhan lain terkait dengan jantung : tidak ada keluhan 7. Pemeriksaan Abdomen a. Inspeksi Bentuk abdomen : (datar) Massa/Benjolan (-), Kesimetrisan (+) Bayangan pembuluh darah vena (-) b. Auskultasi Frekuensi peristaltic usus 15 x/m ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( + / - ) c. Palpasi Palpasi Hepar : Diskripsikan : Nyeri tekan (-), pembesaran (-), perabaan (lunak), permukaan (halus), tepi hepar (tumpul ). ( N = hepar tidak teraba). Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya tidak terkaji Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri tekan terletak pada garis



Scuffner



ke berapa? Tidak terkaji (menunjukan pembesaran lien) Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney . nyeri tekan (-),nyeri lepas (-), nyeri menjalar kontralateral (-) Palpasi dan perkusi untuk mengetahui ada acites atau tidak :Shiffing Dullnes (-), Undulasi (-) Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan (-), pembesaran (-) (N = ginjal tidak teraba) Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen tidak ada 8. Pemeriksaan Genetalia a. Inspeksi : Rambut pubis (tidak bersih), lesi (-), benjolan (-) b. Palpasi Nyeri tekan (-), benjolan (-), cairan tidak ada



9. Pemeriksaan Anus a. Inspeksi Atresia ani (-), tumor (-), haemorroid (-), perdarahan (-), perineum : jahitan (-), benjolan (-) b. Palpasi



Nyeri tekan pada daerah anus (-) pemeriksaan Rectal Toucher tidak terkaji Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Anus : tidak ada keluhan 10. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstremitas ) a. Inspeksi Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-), fraktur (-) lokasi fraktur tidak ada, jenis fraktur tidak ada, terpasang Gib (-), Traksi (-) b. Palpasi Oedem : 11. Pemeriksaan Neurologis a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale ) • Menilai respon membuka mata 4, spontan • Menilai respon verbal 5, orientasi baik • Menilai respon motorik 6, sesuai perintah Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan : (Composmentis) b. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak Peningkatan suhu tubuh (+), nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), mual –muntah (-) kejang (-) penurunan tingkat kesadaran (-) c. Memeriksa nervus cranialis Nervus I, Olfaktorius (pembau) mampu menebak bau-bauan Nervus II, Opticus (penglihatan) penglihatan jelas Nervus III, Ocumulatorius tidak terdapat edema palpebra Nervus IV, Throclearis pupil mengecil jika terkena cahaya Nervus V, Thrigeminus : - Cabang Optalmicus : mampu menggerakan mata, dahi - Cabang Maxilaris : mampu merasakan sentuhan - Cabang Mandibularis : mampu merasakan sentuhan Nervus VI, Abdusen mengikuti gerakan pemeriksa Nervus VII, Facialis mampu tersenyum Nervus VIII, Auditorius pendengaran baik Nervus IX, Glosopharingeal mampu mengucapkan A Nervus X, Vagus tidak ada kesulitan menelan Nervus XI, Accessorius mampu menggerakan bahu Nervus XII, Hypoglosal mampu menggerakan lidah ke kanan & kiri d. Memeriksa fungsi motorik Ukuran otot (simetris), atropi (-) gerakan-gerakan yang tidak disadari oleh klien (-) e. Memeriksa fungsi sensorik



Kepekaan saraf perifer : benda tumpul baik, benda tajam baik, menguji sensasi panas/dingin baik, kapas halus baik, minyak wangi baik f. Memeriksa reflek kedalaman tendon a. Reflek fisiologis • Reflek bisep (+) • Reflek trisep (+) • Reflek brachiradialis (+) • Reflek patella (+) • Reflek achiles (+) b. Reflek Pathologis Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu • Reflek babinski (-) • Reflek chaddok (-) • Reflek schaeffer (-) • Reflek oppenheim (-) • Reflek Gordon (-) • Reflek bing (-) • Reflek gonda (-) Keluhan lain yang terkait dengan Px. Neurologis tidak ada



F. Riwayat Psikologis 1. Status Nyeri : a. Menurut Skala Intensitas Numerik ●



















1



2



3



4



5



● 6



















7



8



9



10



b. Menurut Agency for Health Care Policy and Research No



Intensitas Nyeri



Diskripsi



1



□ Tidak Nyeri



Pasien mengatakan tidak merasa nyeri



2



□ Nyeri ringan



Pasien mengatakan sedikit nyeri atau ringan.Pasien nampak gelisah



3



□ Nyeri sedang



Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan atau sedang, pasien nampak gelisah, pasien mampu sedikit



berparsitipasi dalam perawatan 4



□ Nyeri berat



Pasien mangatakan nyeri tidak dapat ditahan atau berat.Pasien sangat gelisah. Fungsi mobilitas dan perilaku pasien berubah



5



sangat berat



Pasien mengatan nyeri tidak tertahankan atau sangat berat. Perubahan ADL yang mencolok(Ketergantungan), putus asa.



2. Status Emosi Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : merasa sedih Tingkah laku yang menonjol : nampak murung dan mengalihkan wajah ketika berbicara Suasana yang membahagiakan klien : bersama keluarga Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman : demam, batuk dan pilek 3. Gaya Komunikasi Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara (tidak), apakah pola komunikasinya (spontan), apakah klien menolak untuk diajak komunikasi (tidak), Apakah komunikasi klien jelas (ya), apakah klien menggunakan bahasa isyarat (tidak). c. Pola Interaksi Kepada siapa klien berspon : perawat dan keluarga Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien : keluarga Bagaimanakah klien dalam berinteraksi (aktif) Apakah tipe kepribadian klien (terbuka) d. Pola Pertahanan Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasimasalahnya : keluarga memberi dukungan e. Dampak di Rawat di Rumah Sakit Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di RS : klien lebih membaik



G. Pemeriksaan Status Mental Dan Spiritual 1. Kondisi emosi / perasaan klien • Apa suasana hati yang menonjol pada klien (sedih) • Apakah emosinya sesuai dengan ekspresi wajahnya (ya) 2. Kebutuhan Spiritual Klien : • Kebutuhan untuk beribadah (tidak terpenuhi) • Masalah - masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual : lemas • Upaya untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan spiritual : 3. Tingkat Kecemasan Klien :



No



Komponen Yang Dikaji



Cemas Ringan



Cemas Sedang



Cemas Berat



Panik



1



Orientasi terhadap



□Baik



□ Menurun



□ Salah



□ Tidakada reaksi



□ Baik



□ Menurun



□Menyempi □ Kacau t



□ Mampu dengan bantuan



□Tidak mampu



orang, tempat,waktu



2



Lapang persepsi



3



Kemampuanmenyele □ Mampu saikan masalah



4



Proses Berfikir



□Mampu berkonsentr asi dan mengingat dengan baik



□Kurang □Tidak mampu mampu mengingat menging dan at dan berkonsentras berkonse i ntrasi



□Alur fikiran kacau



5



Motivasi



□ Baik



□ Menurun



□ Putus asa



4. Konsep diri klien: • Identitas diri : An. A sebagai Anak • Ideal diri : Ingin menjadi anak yang baik • Gambaran diri : Ingin menjadi seperti ibunya • Hargadiri : Percaya diri • Peran : Menjadi anak



H. Terapi • Ambroxol 3x1 • PCT 3x1



□ Kurang



□Tidakada tanggapan



ASUHAN KEPERAWATAN DATA FOKUS DATA (DS & DO)



MASALAH/ DIAGNOSA KEPRAWATAN



DS : klien mengatakan batuk berdahak sudah



Kategori : Fisiologis



3 hari dan sulit bernafas karena hidungnya



Subkategori : Respirasi



tersumbat



D 0149 : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif



DO : terdapat secret pada hidung dan tenggorokan, tampak sulit bernafas RR : 24x/menit DS : klien mengatakan sulit bernafas karna



Kategori : Fisiologis



banyak secret pada hidungnya



Subkategori : Respirasi D 0105 : Pola Nafas Tidak Efektif



DO : klien tampak sulit bernafas RR : 24x/menit DS : klien mengatakan demam tinggi naik



Kategori : Lingkungan



turun sehaj 5 hari yang lalu dan badannya



Subkategori : Keamanaan dan Proteksi



lemas



D 0130 : Hipertermia



DO : klien teraba panas, pucat dan lemas S : 38,3°C



PRIORITAS MASALAH/DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kategori : Fisiologis Subkategori : Respirasi D 0149 : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif



2. Kategori : Fisiologis Subkategori : Respirasi D 0105 : Pola Nafas Tidak Efektif



3. Kategori : Lingkungan Subkategori : Keamanaan dan Proteksi



D 0130 : Hipertermia



RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan & data



NOC/SLKI



NIC/SIKI



penunjang (DO & DS) Kategori : Fisiologis



Setelah dilakukan Tindakan I. 01006 Latihan Batuk Efektif



Subkategori :



keperawatan selama kurang Observasi



Respirasi



dari 15 menit kriteria hasil



-



Identifikasi kemampuan batuk



D 0149 : Bersihan



yang diharapkan meningkat:



-



Monitor tanda dan gejala infeksi



Jalan Nafas Tidak



L.



Efektif



Napas



01001



Bersihan



saluran nafas



Jalan



Terapeutik



Batuk efektif (2-4)



-



Produksi sputum (2-4)



Lakukan teknik batuk efektif (Ayu dkk, 2019).



Dipsnea (2-4)



-



Atur posisi semi fowler atau fowler



-



Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien



-



Buang secret pada tempat sputum



Edukasi -



Jelaskan



tujuan dan



prosedur



batuk efektif -



Anjurkan



Tarik



nafas



dalam



melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik -



Anjurkan mengulangi Tarik nafas dalam hingga 3 kali Anjurkan batuk dengan kuat langsung



setelah



Tarik



nafas



dalam yang ke-3 Kolaborasi -



Kolaborasi



pemberian



mukolitik



atau ekspektoran, jika perlu



Kategori : Fisiologis



Setelah dilakukan Tindakan I. 01026 Terapi Oksigen



Subkategori :



keperawatan selama 15-30 Observasi



Respirasi



menit



yang



-



Monitor kecepatan aliran oksigen



D 0105 : Pola Nafas



diharapkan dapat meningkat :



-



Monitor efektivitas terapi oksigen



Tidak Efektif



L. 01003



kriteria



hasil



Terapeutik



Dipsnea (2-4) Pola nafas (2-4) Bunyi nafas tambahan (2-4)



-



Berikan posisi semi fowler



-



Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea jika perlu



-



Pertahankan



kepatenan



jalan



dan



atur



nafas -



Siapkan



peralatan pemberian oksigen Kategori : Lingkungan Setelah dilakukan tindakan



I.15506 Manajemen Hipertermia



Subkategori :



keperawatan selama 15-30



Observasi



Keamanaan dan



menit



-



Proteksi



diharapkan:



Teraupetik



D 0130 :



L.14134 Termoregulasi



-



Longgarkan atau lepas pakaian



Hipertermia



Kulit merah (2-4)



-



Metode: Penerapan kompres



kriteria



Suhu tubuh (2-4) Suhu kulit (2-4)



hasil



yang



Monitor suhu tubuh



hangat



untuk



menurunkan



hipertermia Edukasi - Anjurkan tirah baring



IMPLEMENTASI HARI KE-1 Tanggal / hari/



No.Dx



Implementasi



Evaluasi



Paraf



waktu Senin, 08 Maret 2021



1.



Observasi



S : Klien mengatakan



-



Mengidentifikasi kemampuan batuk masih batuk



-



Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas



Terapeutik -



Melakukan teknik batuk efektif (Ayu dkk, 2019).



-



Mengatur posisi semi fowler atau fowler



-



Memasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien



-



Membuang secret pada tempat sputum



Edukasi -



-



O : tampak banyak secret pada hidung



A : Masalah



belum



teratasi



P : Lanjutkan Intervensi Observasi -



Identifikasi kemampuan batuk



-



Monitor



tanda



dan



gejala infeksi saluran



batuk efektif



nafas



Menganjurkan Tarik nafas dalam



ditahan selama 2 detik, kemudian



Terapeutik -



mencucu (dibulatkan) selama 8 detik Menganjurkan mengulangi Tarik nafas dalam hingga 3 kali



yang ke-3



(Ayu



dkk,



posisi



semi



2019). -



Atur



fowler atau fowler -



Pasang



perlak



dan



bengkok di pangkuan



Menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik nafas dalam



Lakukan teknik batuk efektif



keluarkan dari mulut dengan bibir



-



dan



Menjelaskan tujuan dan prosedur



melalui hidung selama 4 detik,



-



tenggorokan



pasien -



Buang



secret



tempat sputum



pada



Neneng



Kolaborasi



Edukasi



Berkolaborasi pemberian mukolitik atau



-



ekspektoran, jika perlu



Jelaskan tujuan dan prosedur



batuk



efektif -



Anjurkan Tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan



selama



detik,



2



kemudian



keluarkan dari mulut dengan



bibir



mencucu (dibulatkan) selama 8 detik -



Anjurkan mengulangi Tarik



nafas



dalam



hingga 3 kali -



Anjurkan



batuk



dengan kuat langsung setelah Tarik nafas dalam yang ke-3 Kolaborasi -



Kolaborasi



pemberian



mukolitik



atau



ekspektoran, jika perlu



Senin, 08 Maret 2021



2.



Observasi -



Memonitor



S : Klien mengatakan kecepatan



aliran



efektivitas



terapi O : Klien tampak masih



masih sulit bernafas



oksigen -



Memonitor oksigen



Terapeutik -



Memberikan posisi semi fowler



-



Membersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea jika perlu



-



Pertahankan kepatenan jalan nafas



sulit bernafas



A



:



Masalah



belum



teratasi



P : Lanjutkan Intervensi Observasi



Neneng



-



Menyiapkan dan atur peralatan



-



pemberian oksigen



Monitor



kecepatan



aliran oksigen -



Monitor



efektivitas



terapi oksigen Terapeutik -



Berikan posisi semi fowler



-



Bersihkan secret pada mulut,



hidung



dan



trakea jika perlu -



Pertahankan kepatenan jalan nafas



-



Siapkan



dan



atur



peralatan



pemberian



oksigen



Senin, 08 Maret 2021



3.



Observasi



S : klien mengatakan



-



badannya masih panas



Memonitor suhu tubuh Hasil : S : 38,3°C



Teraupetik



O : klien teraba panas S :



-



Melonggarkan atau lepas pakaian



38,3°C



-



Melakukan metode: Penerapan kompres menurunkan



hangat



untuk hipertermia



A : Masalah belum teratasi



Edukasi -



Menganjurkan tirah baring



P : Lanjutkan Intervensi Observasi -



Monitor



suhu



tubuh Teraupetik -



Longgarkan



atau



lepas pakaian -



Metode: Penerapan kompres



hangat



untuk menurunkan



Neneng



hipertermia Edukasi -



Anjurkan



tirah



baring



IMPLEMENTASI HARI KE-2 Tanggal / hari/



No.Dx



Implementasi



Evaluasi



Paraf



waktu Selasa, 09



1.



Observasi



S : Klien mengatakan Neneng



Maret



-



Mengidentifikasi kemampuan batuk masih



2021



-



Memonitor tanda dan gejala infeksi



batuk



namun



sekretnya berkurang



saluran nafas Terapeutik -



Melakukan teknik batuk efektif (Ayu dkk, 2019).



-



Mengatur posisi semi fowler atau fowler



-



Memasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien



-



Membuang secret pada tempat sputum



O : tampak masih terdapat secret pada tenggorokan dan hidung



A : Masalah teratasi



P : Lanjutkan Intervensi Observasi -



Edukasi -



-



Menjelaskan tujuan dan prosedur



kemampuan batuk -



Monitor



tanda



dan



gejala infeksi saluran



Menganjurkan Tarik nafas dalam



nafas



ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir



Terapeutik -



detik Menganjurkan mengulangi Tarik nafas dalam hingga 3 kali Menganjurkan batuk dengan kuat



Lakukan teknik batuk efektif



mencucu (dibulatkan) selama 8



-



Identifikasi



batuk efektif



melalui hidung selama 4 detik,



-



belum



(Ayu



dkk,



posisi



semi



2019). -



Atur



fowler atau fowler -



Pasang



perlak



dan



bengkok di pangkuan



langsung setelah Tarik nafas dalam yang ke-3



pasien -



Kolaborasi -



Buang



secret



pada



tempat sputum



Berkolaborasi pemberian mukolitik



Edukasi -



atau ekspektoran, jika perlu



Jelaskan tujuan dan prosedur



batuk



efektif -



Anjurkan Tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan



selama



detik,



2



kemudian



keluarkan dari mulut dengan



bibir



mencucu (dibulatkan) selama 8 detik -



Anjurkan mengulangi Tarik



nafas



dalam



hingga 3 kali -



Anjurkan



batuk



dengan kuat langsung setelah Tarik nafas dalam yang ke-3 Kolaborasi - Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu



Selasa, 09 Maret



2.



Observasi -



Memonitor



S : Klien mengatakan Neneng kecepatan



aliran



efektivitas



terapi O : Klien tampak masih



masih sulit bernafas



oksigen



2021 -



Memonitor oksigen



Terapeutik -



Memberikan posisi semi fowler



-



Membersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea jika perlu



-



Pertahankan kepatenan jalan nafas



-



Menyiapkan dan atur pemberian



sulit bernafas



A



:



Masalah



belum



teratasi



P : Lanjutkan Intervensi Observasi



oksigen



-



Monitor



kecepatan



aliran oksigen -



Monitor efektivitas terapi oksigen



Terapeutik -



Berikan posisi semi fowler



-



Bersihkan secret pada mulut,



hidung



dan



trakea jika perlu -



Pertahankan kepatenan jalan nafas



-



Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen



Selasa, 09



3.



Maret



Observasi



S : klien mengatakan



-



masih demam



Memonitor suhu tubuh



Neneng



Hasil : S : 38,0°C



2021



Teraupetik



O : Klien teraba panas S :



-



Melonggarkan atau lepas pakaian



38,0°C



-



Melakukan metode: Penerapan kompres menurunkan



-



hangat



untuk hipertermia



Edukasi Menganjurkan tirah baring



A : Masalah belum teratasi



P : Lanjutkan Intervensi Observasi -



Monitor suhu tubuh Hasil : S : 38,0°C



Teraupetik -



Longgarkan lepas pakaian



-



Lakukan



atau



metode:



Penerapan kompres hangat



untuk



menurunkan Edukasi - Anjurkan tirah baring



hipertermia



hipertermia Edukasi -



Anjurkan



tirah



baring



IMPLEMENTASI HARI KE-3 Tanggal / hari/



No.Dx



Implementasi



Evaluasi



Paraf



waktu Rabu, 10



1.



Observasi



S



Maret



-



Mengidentifikasi kemampuan batuk



2021



-



Memonitor tanda dan gejala infeksi



A : Masalah teratasi



Mengatur posisi semi fowler atau P : Hentikan Intervensi



fowler Memasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien -



Membuang



secret



pada



tempat



sputum Edukasi -



Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif



-



sudah tidak batuk lagi



Melakukan teknik batuk efektif (Ayu dkk, 2019).



-



mengatakan Neneng



batuk dan secret tidak ada



Terapeutik



-



Klien



O : klien taampak tidak



saluran nafas



-



:



Menganjurkan Tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir



-



mencucu (dibulatkan) selama 8 detik -



Menganjurkan mengulangi



Tarik



nafas dalam hingga 3 kali -



Menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik nafas dalam yang ke-3



Kolaborasi -



Berkolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu



Rabu, 10



2.



Observasi -



Maret



Memonitor



S



:



Klien



mengatakan Neneng



kecepatan



aliran



sudah tidak sulit bernafas



efektivitas



terapi



O : Klien tampak dapat



oksigen



2021 -



Memonitor oksigen



bernafas dengan mudah



Terapeutik -



Memberikan posisi semi fowler



-



Membersihkan secret pada mulut,



A



:



Masalah teratasi



P : Hentikan Intervensi



hidung dan trakea jika perlu -



Pertahankan kepatenan jalan nafas



-



Menyiapkan dan atur pemberian oksigen



Rabu, 10 Maret



3.



Observasi



S : klien mengatakan



-



demam nya sudah turun



Memonitor suhu tubuh Hasil : S : 37,5°C



2021



Teraupetik



O : S : 37,5°C



-



Melonggarkan atau lepas pakaian



-



Melakukan metode: Penerapan kompres menurunkan



hangat



A : Masalah teratasi



untuk hipertermia



Edukasi Menganjurkan tirah baring



P : Hentikan Intervensi



Neneng



Pengaruh Pemberian Nafas Dalam dan Batuk Efektif Terhadap Kebersihan Jalan Nafas Pada Anak Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)



Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019



PENGARUH PEMBERIAN NAFAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF TERHADAP KEBERSIHAN JALAN NAFAS PADA ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) Ayu Novita Permatasari1), Ni Luh Putu Eka Sudiwati2), Wahyu Dini Metrikayanto3) 1)



Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang 3) Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang E-mail : [email protected]



ABSTRAK Sulitnya anak mengeluarkan sekret menjadi pemicu utama anak yang mengalami Infeksi saluran pernafasan atas, upaya untuk membersihkan jalan nafas yaitu dengan cara nafas dalam dan batuk efektif. Tujuan peneliti untuk mengetahui pengaruh pemberian nafas dalam dan batuk efektif terhadap kebersihan jalan nafas pada anak infeksi saluran pernafasan atas di Puskesmas Dau Malang. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasy experiment) dengan Nonequivalent Pretest-Posttest Design adalah untuk mengetahui kebersihan jalan nafas kelompok eksperimen perlakuan nafas dalam dan batuk efektif pada anak ISPA di Puskesmas Dau Malang. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 15 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Quota Sampling sebanyak 15 responden. Proses penelitian diawali dengan pre test untuk mengetahui kebersihan jalan nafas dengan menggunakan lembar observasi, lalu melakukan nafas dalam 3 kali sehari selama 3 hari, setelah itu diadakan pengukuran kembali (post test) dengan lembar observasi yang sama. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebelum diberikan pembelajaran tentang teknik nafas dalam dan batuk efektif, responden memiliki mean 1,87dan simpanan baku (SD) 0,352 sedangkan sesudah di berikan nafas dalam dan batuk efektif responden memiliki mean 1,67. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai signfikansi 0,048 dimana nilai signifikansi tersebut kurang dari 0,05 yang artinya ada pengaruh latihan nafas dalam dan batuk efektif terhadap keefektifan bersihan jalan nafas. Kata Kunci :



Anak usia 6-8 tahun; batuk (ISPA); nafas dalam.



11



efektif; Infeksi Saluran Pernafasan Atas



Pengaruh Pemberian Nafas Dalam dan Batuk Efektif Terhadap Kebersihan Jalan Nafas Pada Anak Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)



Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019



THE INFLUENCE OF THE GIVING OF A BREATH IN AND COUGH EFFECTIVELY AGAINST CLEANLINESS BREATH ROAD IN CHILDREN UPPER RESPIRATORY TRACT INFECTIONS



ABSTRACT The difficulty of the child issued its secretions become the main trigger for children who have experienced upper respiratory tract Infection, efforts to clean up the streets of breath by breath and coughing in a way effective. The purpose of the researcher to know the influence of the giving of a breath in and cough effectively against cleanliness breath road in children upper respiratory tract infections in Clinics Dau Malang. This research uses quasi experimental design (quasy experiment) Pretest-Posttest Nonequivalent with Design is to know the street cleanliness breath breath in treatment of experimental group and effective cough in children's respiratory Clinic Dau Malang. The population in this research as much as 15 respondents with sampling techniques using the Quota Sampling as much as 15 respondents. The research process starts with pre test to know the street cleanliness breath using observation sheets, then do the breath in 3 times a day for 3 days, after which the measurement was held back (post test) with the same observation sheets. Analysis using the Wilcoxon test. The research results obtained that before learning about the techniques given in breath and cough effectively, the respondents have a mean raw deposits and 1.87 (SD) 0.352 while having given breath deep and effective cough respondents have mean 1.67. Based on the results of the analysis using the Wilcoxon test obtained the value of the signfikansi value of the significance which the 0.048 less than 0.05 means there is influence of exercise in breath and cough effectively against the effectiveness of cleavage way breath. Keywords: Breath In; children ages 6-8 year; effective coug; upper respiratory tract infections.



infeksi pernafasan (Wong, 2008:67). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih dari saluran pernapasan, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) beserta organ adneksanya seperti



PENDAHULUAN Anak merupakan golongan usia yang paling rawan terhadap penyakit, hal ini berkaitan dengan fungsi protektif atau immunitas anak, salah satu penyakit yang sering diderita oleh anak golongan usia 36 tahun adalah gangguan pernafasan atau 12



Pengaruh Pemberian Nafas Dalam dan Batuk Efektif Terhadap Kebersihan Jalan Nafas Pada Anak Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)



Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019



sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Hartono & Rahmawati, 2012:45). Menurut data WHO (2014), mengemukakan hampir 4,25 juta orang di dunia meninggal setiap tahunnya karena ISPA. Depkes RI (2014), menunjukan di Indonesia sebesar 657.490 anak mengalami ISPA, sedangkan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Jawa Timur tahun 2014 sebanyak 83.708 kasus dan di Kota Malang sebanyak 3.761 penderita ISPA. Berdasarkan data Puskesmas Dau Malang di dapatkan jumlah kunjungan pasien ISPA kalangan anak-anak tahun 2016 sebanyak 627 pasien. Cara menangani ISPA pada anak dengan menggunakan pemberian nafas dalam dan batuk efektif untuk melancarkan dan membersihan jalan nafas anak.Nafas dalam dan batuk efektif penting dilakukan pada anak yang mengalami ISPA. Tindakan ini bertujuan untuk menghilangkan gangguan pernapasan dan menjaga paru-paru agar tetap bersih. Pemberian nafas dalam dan batuk efektif pada anak dilakukan setiap dua jam sekali yang didampingan orangtua. Anak yang melakukan nafas dalam dan batuk efektif mampu mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan, membantu membersihkan sekret dari bronkus dan mencegah penumpukan sekret sehingga membersihkan jalan nafas (Potter & Perry, 2006:50). Latihan nafas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga



memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Hartono & Rahmawati, 2012:45). Tujuan pemberian nafas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, merilekskan tegangan otot, meningkatkan efesiensi batuk sehingga melancarkan pernafasan pada anak, apabila pemberian nafas dalam tidak dilakukan anak secara maksimal maka anak perlu melakukan batuk efektif (Price & Wilson, 2006:74). Menurut penelitian Maidartati (2014), didapatkan sebelum melakukan nafas dalam sebanyak sebanyak 17 (100%) anak penderita ISPA mengalami jalan nafas tidak bersih sedangkan sesudah melakukan nafas dalam sebanyak 11 (67%) anak mengalami jalan nafas bersih. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat yang bertugas di ruang adminitrasi Puskesmas Dau Malang menjelaskan bahwa pada bulan Maret 2017 didapatkan sebanyak 53 anak melakukan pemeriksaan yang diakibatkan oleh penyakit ISPA. Hasil wawancara dengan 7 (70%) ibu yang membawa anaknya selesai melakukan pengobatan ISPA secara rawat jalan di Puskesmas Dau Malang, didapatkan sebanyak 6 (60%) ibu menjelaskan tidak pernah mengajarkan anaknya untuk melakukan nafas dalam ataupun batuk efektif, sedangkan sebanyak 1 ibu menjelaskan selalu menyuruh anaknya melakukan tarik nafas dan buang nafas secara perlahanlahan saat mengalami sesak nafas. Sesuai hal tersebut membuktikan bahwa perlu 13



Pengaruh Pemberian Nafas Dalam dan Batuk Efektif Terhadap Kebersihan Jalan Nafas Pada Anak Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)



Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019



ada informasi kepada ibu agar memberikan tindakan pada anak yang mengalami ISPA seperti melakukan nafas dalam ataupun batuk efektif.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian nafas dalam dan batuk efektif terhadap kebersihan jalan nafas pada anak infeksi saluran pernafasan atas di Puskesmas Dau Malang.



nafas dalam dan batuk efektif dan variabel dependent dalam penelitian ini adalah kebersihan jalan nafas.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi yang diberikan sebelum dan sesudah pemberian nafas dalam.Nafas dalam diberikan selama 3 kali sehari dalam tiga hari.Analisa data yang digunakan yaitu uji Wilcoxon dengan menggunakan program SPSS. Prinsipprinsip etika dalam penelitian ini yaitu: prinsip manfaat, prinsip menghormati harkat martabat manusia, prinsip etik berbuat baik (beneficence), dan prinsip keadilan (right to justice).



METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasy experiment) dengan Nonequivalent Pretest-Posttest Design adalah untuk mengetahui kebersihan jalan nafas kelompok eksperimen perlakuan nafas dalam dan batuk efektif pada anak ISPA di Puskesmas Dau Malang.Sampel pada penelitian ini sebanyak 15 orang anak ISPA yang mengunjungi Puskesmas Dau Malang. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampling secara Quota Sampling, dimana pengambilan sampel disesuaikan dengan proporsi yang ditentukan yaitu sebanyak 15 anak yang diberikan perlakuan nafas dalam dan batuk elektif. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami ISPA, anak usia 6 – 8 tahun, ibu bersedia membimbing anak melakukan tindakan pemberian nafas dalam dan batuk efektif selama 3 kali sehari (pagi, siang dan sore) dalam 3 hari, diagnosa medis ISPA, sadar, dan dapat mengikuti perintah. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian



HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin dan usia di Puskesmas Dau Malang Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Usia 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun Total



f 5 10 15 f 8 4 3 15



(%) 33 67 100 (%) 53 27 20 100



Berdasarkan Tabel 1 menunjukan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 10 anak (67%) dan sebagian besar responden berusia 6 tahun yaitu 8 anak (53%).



14



Pengaruh Pemberian Nafas Dalam dan Batuk Efektif Terhadap Kebersihan Jalan Nafas Pada Anak Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)



Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019



Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan orangtua dan pekerjaan orangtua di Puskesmas Dau Malang Pendidikan Orangtua SD SMP SMA Total Pekerjaan Orangtua Petani Pedagang Buruh Swasta TNI Total



f 7 3 5 15 f 4 3 4 3 1 15



kebersihan jalan nafas masuk dalam kategori tidak bersih yaitu 10 responden (66,7%). Tabel 4. Distribusi frekuensi kebersihan jalan nafas sesudah diberikan nafas dalam dan batuk efektif di Puskesmas Dau Malang



(%) 47 20 33 100 (%) 27 20 27 20 6 100



Kebersihan Jalan Nafas Bersih Tidak Bersih Total



f



(%)



2 13 15



13,3 86,7 100



(%)



5 10 15



33,3 66,7 100



Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa sebelum diberikan nafas dalam dan batuk efektif bahwa responden memiliki mean 1.87 dan simpanan baku (SD) 0,352 sedangkan sesudah di berikan nafas dalam dan batuk efektif responden memiliki mean 1,67 dan simpangan baku (SD) 0,488. Tabel 5. Perbedaan kebersihan jalan nafas sebelum dan sesudah di berikan nafas dalam dan batuk efektif



Berdasarkan Tabel 2 menunjukan sebagian besar pendidikan orangtua responden Sekolah Dasar yaitu 7 responden (47%) dan pekerjaan orangtua sebagai petani dan buruh yaitu 4 responden (27%). Tabel 3. Distribusi frekuensi kebersihan jalan nafas sebelum diberikan nafas dalam dan batuk efektif di Puskesmas Dau Malang Kebersihan Jalan Nafas Bersih Tidak Bersih Total



f



Kebersihan Jalan Nafas Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan



Mean ± SD 1,87 ± 0,352 1,67 ± 0,488



Penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon untuk menentukan pengaruh pemberian nafas dalam dan batuk efektif terhadap kebersihan jalan nafas pada anak infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) di puskesmas Dau Malang. Hasil analisis uji Wilcoxon dengan program SPSS di dapatkan nilai signfikansi 0,048 dimana nilai signifikansi tersebut kurang dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh nafas dalam dan batuk



Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar responden sebelum diberikan nafas dalam dan batuk efektif kebersihan jalan nafas masuk dalam kategori tidak bersih yaitu 13 responden (86,7%). Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa sebagian besar responden sesudah diberikan nafas dalam dan batuk efektif 15



Pengaruh Pemberian Nafas Dalam dan Batuk Efektif Terhadap Kebersihan Jalan Nafas Pada Anak Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)



Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019



efektif terhadap kebersihan jalan nafas pada anak ISPA di Puskesmas Dau Malang.



dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif seluruhnya mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas 100%. Hasil serupa juga diungkapkan oleh Nugroho, (2011) yang menyatakan tentang pengeluaran dahak awal pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di instalasi rehabilitasi medik RS Baptis Kediri. Frekuensi pengeluaran daha awal adalah sedikit 8 (53,33%). Hal ini dibutuhkan solusi untuk mengatasinya salah satunya dengan melakukan batuk efektif. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi atau infeksipada membran mukosa) penyebab proses penyembuhan tidak berjalan secara adekuat normal seperti tadi, sehingga mukus ini dapat tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intraabdominal yang tinggi (Darmanto, 2006:30). Penanganan pada pasien ISPA dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan non farmakologi, apabila tidak diberi penanganan akan terjadi infeksi berat, pada kondisi infeksi yang berat akan menyebabkan ganguan yang hebat pada pernafasan yang disebut respiratory distress syndrome, selain itu infeksi yang tidak ditanggulangi dengan tepat dapat menyebar keseluruh tubuh dan menyebabkan peradangan dan gangguan fungsi dari organ-organ lainya, kondisi ini disebut sepsis, yang dapat berahir dengan kematian (Wong, 2008:67). Kurangnya pengetahuan tentang batuk efektif yang bisa membantu dalam



Kebersihan Jalan Nafas Sebelum Dilakukan Batuk Efektif dan Nafas Dalam pada Anak Usia 6-8 Tahun di Puskesmas Dau Malang Berdasarkan Tabel 3 didapatkan hasil bahwa sebagian besar 13 responden (86,7%) kebersihan jalan nafas responden masuk dalam kategori tidak bersih. Tabel 5 menunjukan bahwa sebelum diberikan nafas dalam dan batuk efektif bahwa responden memiliki mean 1.87 dan simpanan baku (SD) 0.352 yang artinya semakin tinggi nilai mean maka kebersihan jalan nafas semakin tidak efektif. Hal ini dikarenakan responden belum pernah mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang cara mengeluarkan dahak atau secret, di puskesmas sendiri responden hanya diberikan medikasi saja tanpa disertai dengan pemberian pendidikan kesehatan. Menurut Potter & Perry (2006) ketidakefektifan jalan nafas merupakan keadaan individu yang tidak mampu mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas, maka perlunya pendidikan kesehatan seperti batuk efektif dan nafas dalam mungkin dapat membantu pasien untuk mengelurkan sekret secara mandiri. Hasil penelitian lain oleh Astuti (2014) didapatkan bahwa keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) sebelum 16



Pengaruh Pemberian Nafas Dalam dan Batuk Efektif Terhadap Kebersihan Jalan Nafas Pada Anak Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)



Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019



pengeluaran sputum juga dijelaskan oleh Pranowo (2009) yang sebelum dilakukan batuk efektif rata-rata volume sputum dari 30 responden 0.22 cc sebanyak 20 responden (66,6%) tidak dapat mengeluarkan sputum dan hanya mengeluarkan ludah. Hal tersebut dikarenakan pasien belum tahu bagaimana cara batuk efektf.



Pemberian batuk efektif dan nafas dalam dapat membantu pengeluaran sekresi juga dapat dilihat dari hasil penelitian Nugroho, (2014) yang mengatakan bahwa pengeluaran dahak setelah diberikan batuk efektif pada pasien degan ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebanyak 10 (66,66%). Hal ini dikarenakan responden mengerti penjelasan tata cara batuk efektif sehingga suara nafas seperti mengi, lemah, pusing sedikit berkurang dan menjadi rileks. Batuk efektif adalah tidakan yang diperlukan untuk membersihkan sekret.Batuk efektif merupakan suatu metode batuk yang benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dengan tujuan menghilangkan ekspansi, mobilisasi sekresi, mencegah efek samping dari retensi ke sekresi (Hudak & Galuh, 1999:76).



Kebersihan Jalan Nafas Sesudah Dilakukan Batuk Efektif dan Nafas Dalam pada Anak Usia 6-8 Tahun di Puskesmas Dau Malang Berdasarkan Tabel 4 didapatkan hasil bahwa sebagian besar 10 responden (66,7%) kebersihan jalan nafas responden masuk dalam kategori tidak bersih. Tabel 5 menunjukan bahwa sesudah di berikan nafas dalam dan batuk efektif responden memiliki mean 1.67 dan simpangan baku (SD) 0.488 yang artinya semakin sedikit skor yang diperoleh maka kebersihan jalan nafas semakin efektif. Pemberian nafas dalam dan batuk efektif yang dibantu dengan pemberian terapi farmakologis dapat meningkatkan kebersihan jalan nafas karena efek dari farmakologi yang menyebabkan penurunan produksi sekresi dan pemberian batuk efektif dan nafas dalam yang membantu mengeluarkan sekresi dapat membuat saluran pernafasan tetap bersih atau tidak memperburuk adanya sumbatan pada jalan nafas. Pemberian batuk efektif dan nafas dalam pada penelitian ini dilakukan selama 3 hari, 3 kali dalam sehari.



Pengaruh Pemberian Nafas Dalam dan Batuk Efektif Terhadap Kebersihan Jalan pada Anak ISPA di Puskesmas Dau Malang Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf signifikansi 0,05 didapatkan p value = 0,048 (0,048 < 0,05) yang artinya terdapat pengaruh pemberian nafas dalam dan batuk efektif terhadap kebersihan jalan nafas di Puskesmas Dau Malang. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pemberian nafas dalam dan batuk efektif juga diberikan dengan medikasi dari Puskesmas Dau Malang. Penelitian serupa juga dilakukan 17



Pengaruh Pemberian Nafas Dalam dan Batuk Efektif Terhadap Kebersihan Jalan Nafas Pada Anak Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)



Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019



oleh Astuti (2014) dengan hasil p=0,000 yang artinya ada pengaruh latihan nafas dalam dan batuk efektif terhadap keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien PPOM. Tujuan nafas dalam untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, meghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi bernafas (Bunner & Suddarth, 2002:56). Menurut Jenkins (2006) batuk efektif dan nafas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari aspirasi yang bertujuan: merangsang terbukanya sistem kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, meningkatkn volume paru, memfasilitasi pembersihan saluran nafas. Batuk efektif yang baik dan benar akan dapat memercepat pengeluaran dahak pada pasien dengan gangguan saluran pernafasan (Nugroho, 2014:43).



dalam pada anak ISPA di Puskesmas Dau Malang sebagian besar masuk dalam kategori bersih. 3) Ada pengaruh pemberian nafas dalam dan batuk efektif terhadap kebersihan jalan nafas pada anak ISPA.



SARAN Untuk peneliti selanjutnya diharapkan melibatkan orangtua dalam pemberian nafas dalam dan batuk efektif.



DAFTAR PUSTAKA Astuti, Dkk. 2010.Profil Patogen Penyebab Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Eksaserbasi Akut (Studi di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang Periode Januari – Desember 2010). Fakultas Kedokteran Brawijaya. Diakses Pada Tanggal 16 April 2017. Brunner & Suddarth.2001. Bedah Buku Ajaran Medikal Vol 1 (Edisi 8). Jakarta: EGC. Darmono. 2006. Sistem Kekebalan Tubuh. Online.http://www.geoclties.com/Kul iahfarm/imunologi/sistemkekebalan.d oc. Diakses pada tanggal 13 April 2017. Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Hartono & Rahmawati, D. 2012.Gangguan Pernafasan pada



KESIMPULAN 1) Kebersihan jalan nafas sebelum dilakukan batuk efektif dan nafas dalam pada anak ISPA di Puskesmas Dau Malang sebagian besar masuk dalam kategori tidak bersih. 2) Kebersihan jalan nafas sesudah dilakukan batuk efektif dan nafas 18



Pengaruh Pemberian Nafas Dalam dan Batuk Efektif Terhadap Kebersihan Jalan Nafas Pada Anak Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)



Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019



Anak: ISPA. Yogyakarta: Nuha Medika. Hudak & Gallo. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC Hudaks & Galuh. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC. Jenkins. 2006. Panduan Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif.Online.http://www.latihannafa sdalamdanbatukefektif.ac.id. Diakses Pada Tanggal 11 April 2017. Maidartati. 2014. Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas pada Anak Usia 1-5 Tahun yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan Nafas di Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung. Jurnal: Universitas BSI Bandung. 2. (1). http://ejournal.bsi.ac.id/index.php/fro ntpage/filterjournal/. Diakses pada tanggal 10 April 2017. Nugroho, Yosef. Agung. 2014. Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak pada Pasien dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal : STIKES RS. Baptis Kediri. 4(2).hal.135-142 http://ejurnal.stikesbaptis.ac.id.Diakse s pada tanggal 10 April 2017. Potter & Perry. 2006. Buku Ajar. Fundamental Keperawatan.Konsep, Proses dan Praktik.Edisi 4. Jakarta: EGC. Pranowo, Chrisanthus Wahyu. 2008. Efektivitas Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Sputum Untuk Penemuan BTA Pada Pasien TB Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit



Mardi Rahayu Kudus.[Naska Publikasi].http://eprints.undip.ac.id/1 0476/1/artikel.pdf Diakses pada tanggal 12 April 2017. Price, S. A. & Wilson, L. M. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyaki.Edisi 4. Jakarta: EGC. WHO. 2014. Diarrhoea: Why chidren are still dying and what can be done. Geneva, Switzerland. http://www.who.com/chidren/2014/. Diakses pada tanggal 10 April 2017. Wong, L. M. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC.



19