Makalah Makna Fiddunya Hasanah Wafil Akhirati Hasanah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



“MAKNA FID DUNYA HASANAH WAFIL AKHIRATI HASANAH”



Untuk memenuhi tugas mata kuliah agama islam



Oleh:



NURFATIKASARI A 321 19 087



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2020



KATA PENGANTAR



Pujian dan syukur patutlah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makna fid dunya hasanah wafil akhirati hasanah”. Maka dari itu, penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan, segi susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah yang saya susun ini. Dengan demikian, penulis berharap semoga makalah tentang “Makna fid dunya hasanah wafil akhirati hasanah” dapat memberikan manfaat dan juga dapat menginspirasi setiap orang yang membacanya.



Palu, 21 Maret 2020



NURFATIKASARI



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR........................................................................................................i DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii BAB I.................................................................................................................................1 PENDAHULUAN.............................................................................................................1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1 1.3 Tujuan..........................................................................................................................1 BAB II...............................................................................................................................2 PEMBAHASAN................................................................................................................2 2.2 Pengertian Dunia dan Akhirat......................................................................................2 2.2 Menyeimbangkan Urusan Dunia dan Akhirat.............................................................3 2.3 Makna Rabbana Atina Fi Dunya Hasanah..............................................................5 BAB II.............................................................................................................................10 PENUTUP.......................................................................................................................10 3.1 Kesimpulan................................................................................................................10 3.2 Saran .........................................................................................................................10 DAFTAR PU



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan dunia bersifat fana dan semu. Kehidupan sebenarnya adalah kehidupan setelah mati. Namun banyak manusia yang lupa atau melupakan diri. Mereka mengabaikan tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Alloh SWT. Di era perkembangan zaman yang semakin maju, terjadi kemerosotan dalam pemeliharaan keimanan. Seperti perekonomian yang berkembang justru memalingkan perhatian manusia untuk lebih mencari harta, bahkan sampai lupa waktu hingga mendewakannya. Di lain sisi terdapat sebagian kaum muslim yang terjebak pada ibadah ritual semata dan cenderung meninggalkan perkara duniawi. Sepanjang hidupnya dihabiskan untuk beribadah dengan cara mengasingkan diri (uzlah) dari masyarakat dan berbagai cara lainnya. Dunia merupakan ladang akhirat. Siapa yang menanam kebaikan akan memanen kebaikan pula. Namun, Allah juga mengingatkan untuk tidak melalaikan kehidupan duniawi, seperti makan, minum, bekerja, dan memberi nafkah keluarga. Maka dari itu, kami akan membahas hadits-hadits yang berkaitan dengan keseimbangan dunia dan akhirat. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan dunia dan akhirat ? 2. Bagaimana menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat ? 3. Apa makna dari fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dunia dan akhirat. 2. Untuk mengetahui cara menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat. 3. Untuk mengetahui Makna fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah.



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Dunia dan akhirat 1. Dunia Dunia menurut islam hakikatnya hanyalah permainan dan sifatnya fana atau tidak abadi. Dunia adalah tempat dimana manusia hidup dan beraktifitas serta menjalankan segala urusannya terutama untuk beribadah kepada Allah SWT (baca konsep manusia dalam islam). Dunia diciptakan oleh Allah beserta isinya untuk mendukung kehidupan manusia dan memenuhi segala kebutuhannya, meskipun demikian keindahan dunia dan segala yang ada didalamnya justru membuat manusia lupa atas tujuan penciptaannya dan melupakan Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Al hadid ayat 20 bahwa dunia ini sebenarnya hanya permainan belaka, sebagaimana yang disebutkan berikut ini: ‫ب‬ ٍ ‫ ِل َغ ْي‬Gَ‫وا ِل َواأْل َوْ اَل ِد ۖ َك َمث‬G َ ‫ث أَ ْع َج‬ َ G‫اثُ ٌر فِي اأْل َ ْم‬GG‫ا ُخ ٌر بَ ْينَ ُك ْم َوتَ َك‬GGَ‫ةٌ َوتَف‬Gَ‫ ٌو َو ِزين‬G‫ ُّد ْنيَا لَ ِعبٌ َولَ ْه‬G‫اةُ ال‬GGَ‫ا ْال َحي‬GG‫ا ْعلَ ُموا أَنَّ َم‬ ٌ ‫ َو‬G ‫ض‬ ْ ‫رةٌ ِمنَ هَّللا ِ َو ِر‬G ‫ا‬GG‫ان ۚ َو َم‬ َ Gِ‫د َو َم ْغف‬Gٌ ‫ْال ُكفَّا َر نَبَاتُهُ ثُ َّم يَ ِهي ُج فَتَ َراهُ ُمصْ فَ ًّرا ثُ َّم يَ ُكونُ ُحطَا ًما ۖ َوفِي اآْل ِخ َر ِة َع َذابٌ َش ِدي‬ ُ ‫ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا ِإاَّل َمتَا‬ ‫ُور‬ ِ ‫ع ْال ُغر‬ Artinya: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu



yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara



kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaanNya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Qs Al Hadid ; 20) Allah SWT menciptakan dunia beserta isinya dan terlepas dari itu semua, Allah menciptakan dunia untuk tujuan tertentu. Kehidupan dunia seringkali membuat manusia terlena dan tidak mengingat bahwa kehidupan tersebut tidaklah abadi. Dalam kehidupan dunia, manusia melewati fase-fase tertentu dan dalam setiap fase kehidupan tersebut manusia mengalami berbagai macam hal. 2



Manusia sendiri tidak bisa mengatur apakah dirinya akan lahir didunia dan dimana ia akan dilahirkan, semuanya sudah diatur oleh Allah SWT (baca hakikat penciptaan manusia dan tujuan hidup menurut islam). Suka ataupun tidak, setiap manusia yang terlahir didunia harus menjalani kehidupan dan berusaha untuk bertahan hidup dengan segala kemampuannya 2. Akhirat Akhirat (bahasa Arab: ‫رة‬GGG‫وم اآلخ‬GGG‫الي‬, translit. al-yaum al-ākhirah, har. 'hari/masa depan') dipakai untuk mengistilahkan kehidupan alam baka (kekal) setelah kematian atau sesudah dunia berakhir. Pernyataan peristiwa alam akhirat sering kali diucapkan secara berulang-ulang pada beberapa ayat di dalam Al Qur'an sebanyak 115 kali, [1] yang mengisahkan tentang Yawm al-Qiyâmah dan akhirat juga bagian penting dari eskatologi Islam. Akhirat dianggap sebagai salah satu dari rukun iman yaitu: Percaya Allah, percaya adanya malaikat, percaya akan kitab-kitab suci, percaya adanya nabi dan rasul dan percaya takdir dan ketetapan. Menurut kepercayaan Islam, Allah akan memainkan peranan, beratnya perbuatan masing-masing individu. Allah akan memutuskan apakah orang tersebut di akhirat akan diletakkan di Jahannam (neraka) atau Jannah (surga). Kepercayaan ini telah disebut sebelumnya sebagai Hari Penghakiman dalam ajaran Islam. Akhirat adalah dimensi fisik dan hukum-hukum dunia nyata yang terjadi setelah dunia fana berakhir. Bagi mereka yang beragama samawi meyakini bahwa kehidupan akhirat sebagai tempat di mana segala perbuatan seseorang di dalam kehidupan dunia ini akan dibalas. 2.2 Menyeimbangkan Urusan Dunia dan Akhirat Suatu ketika Nabi Muhammad mendengar kabar bahwa Abdullah bin Amr bin Ash berpuasa setiap hari, serta selalu salat malam, kemudian Nabi bertanya kepadanya:” apakah kamu menjalankan yang demikian itu”. Lalu ia menjawab: “betul, wahai Nabi.”Nabi lalu menasehatinya, “bahwa jasadmu mempunyai hak, begitu juga matamu mempunyai hak yang harus terpenuhi, apalagi keluargamu yang harus kamu penuhi hak-haknya.” Hal ini seperti Hadis yang diriwayatkan 3



oleh imam Bukhari dalam kitabnya, Al Jami’us Shohih, bab haq al jism fi al syaum. Kisah di atas memberi isyarat kepada kita bahwa manusia harus pintar dalam membagi waktu, dan tak terlalu berlebihan dalam urusan ibadah atau disebut Guluw, sehingga kita mampu membagi kewajiban dan hak orang lain yang harus terpenuhi. Dunia memang sangat berarti bagi manusia, karena merupakan ladang menuju Akhirat, yaitu tempat menanam, serta tempat investasi. Banyak orang yang tergoda, bahkan lalai, mabuk dengannya, sampai meninggalkan kewajibankewajiban yang harus ia kerjakan, seperti seorang Suami yang lupa akan kewajibannya untuk menafkahi istri dan anaknya atau sebaliknya seorang anak terlena sampai lupa kewajibannya untuk menghormati dan mendoakan orang tuannya. Begitu juga Pejabat yang tersihir oleh gemerlapan dunia sampai ia lupa tanggung jawabnya terhadap atasan maupun bawahannya. Ulama pun kadang ada yang terlena akan kemegahan dunia sampai berani menjual identitas dirinya sebagai penuntun umat, itulah dunia selalu merayu siapapun yang terlena dengannya. Maka beruntunglah orang yang selalu ingat tujuan hidupnya, ia selalu waspada dan mengarahkan dirinya agar tak terkena racun dunia, sehingga kesempatan hidup di dunia ini dipergunakan secara maksimal. Dalam hal ini, Alquran memberi peringatan bahwa akhirat itu sangat penting, begitu juga urusan dunia tak kalah pentingnya, tinggal kita mampu menyesuaikan serta mengkombinasikan agar urusan dunia dan akhirat berjalan bersamaan, seperti potongan ayat dalam Surat Al-Qashas, Ayat 77 yang artinya “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. Menurut Imam Ibnu Kasir bahwa ayat ini menjelaskan tentang pentingnya menggunakan harta benda untuk menambah ketaatan kepada Allah supaya mendapatkan pahala di akhirat kelak, serta tak melupakan urusan dunianya, dengan 4



menempatkan hak orang lain yang harus diberikan baik kepada Tuhannya, dirinya, bahkan kepada keluarganya. Sedangkan menurut Baghawi dalam Tafsirnya yang mengutip pendapat Imam Suday menjelaskannya dengan sedekah dan silaturrahmi. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa akhirat sangat penting, namun dunia tak kalah penting, ibadah merupakan keharusan, begitu juga kerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga juga kewajiban, keduanya harus saling melengkapi, dan tak bisa dipisahkan. Salat penting, namun tak ada alasan untuk meninggalkannya cuma gara-gara alasan kerja atau banyak proyek di meja. Islam mengajarkan keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat, terutama umat islam harus tangguh dalam berbagai bidang, tak hanya dalam urusan akhirat saja, namun segala lini kehidupan, baik sosial, budaya, maupun ilmu pengetahuan, sehingga mampu berdiri sendiri, tak bergantung pada orang lain. 2.3 Makna Rabbana Atina Fi Dunya Hasanah Diantara doa yang Allah Ta’ala ajarkan dalam Al Qur’an adalah doa: Rabbana Atina Fid Dunya Hasanah wa fil akhirati hasanah waqina ‘adzabannar “Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.” (QS. al-Baqarah : 201). Dalam do’a di atas terdapat beberapa faidah di antaranya adalah: Do’a ini disyari’atkan untuk dibaca di segala kondisi, dan terdapat kondisikondisi tertentu di mana do’a ini dipanjatkan seperti: 1. Ketika thawaf dan berada di antara ar-Rukun al-Yamani dan al-Hajar alAswad [HR. Abu Dawud]; 2. Ketika selesai menunaikan rangkaian ibadah haji sebagaimana ditunjukkan dalam teks ayat sebelumnya; 3. Ketika ditimpa musibah sebagaimana disebutkan dalam hadits Anas radhiallahu ‘anhu, ُ‫ه‬Gَ‫ا َل ل‬GGَ‫خ فَق‬ َ َ‫د َخفَتَ ف‬Gْ Gَ‫لِ ِمينَ ق‬G‫د َر ُجالً ِمنَ ْال ُم ْس‬Gَ ‫ا‬GG‫ َع‬-‫ وسلم‬G‫صلى هللا عليه‬- ِ ‫أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬ ِ ْ‫ر‬GGَ‫ َل ْالف‬G‫ا َر ِم ْث‬G‫ص‬ ‫و ُل اللَّهُ َّم‬GGُ‫ت أَق‬ Gُ ‫ا َل نَ َع ْم ُك ْن‬GGَ‫ ق‬.» ُ‫أَلُهُ إِي َّاه‬G ‫ت تَ ْدعُو بِ َش ْى ٍء أَوْ ت َْس‬ Gَ ‫ « هَلْ ُك ْن‬-‫ وسلم‬G‫صلى هللا عليه‬- ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬ 5



َ‫ ْب َحان‬G‫ « ُس‬-‫لم‬GG‫ه وس‬GG‫صلى هللا علي‬- ِ ‫ فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا‬G.‫ه فِى اآل ِخ َر ِة فَ َع ِّج ْلهُ لِى فِى ال ُّد ْنيَا‬Gِ ِ‫َما ُك ْنتَ ُم َعاقِبِى ب‬ ‫اب‬ َ ‫ َذ‬G‫ا َع‬GGَ‫نَةً َوقِن‬G ‫ َر ِة َح َس‬G‫نَةً َوفِى اآل ِخ‬G ‫ َح َس‬G‫ – أَفَالَ قُ ْلتَ اللَّهُ َّم آتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا‬Gُ‫هَّللا ِ الَ تُ ِطيقُهُ – أَوْ الَ تَ ْستَ ِطي ُعه‬ ُ‫ لَهُ فَ َشفَاه‬Gَ ‫ قَا َل فَ َدعَا هَّللا‬.» ‫ار‬ ِ َّ ‫الن‬. “Sesungguhnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk seorang sahabat yang telah kurus bagaikan anak burung (karena sakit). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah kamu berdo’a atau



meminta



sesuatu



kepada



Allah?”



Ia



berkata,



“Ya,



aku



berdo’a/meminta kepada Allah, “Ya Allah siksa yang kelak Engkau berikan kepadaku di akhirat segerakanlah untukku di dunia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Subhanallah, kamu tidak akan mampu menanggungnya. Mengapa kamu tidak mengucapkan, “Ya Allah berikan kepada kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan dan peliharalah kami dari adzab Neraka.” Maka orang itupun berdo’a dengannya. Allah pun menyembuhkannya.” (HR Muslim). Kata Rabb merupakan seruan/panggilan yang mengandung pengakuan dari hamba terhadap rububiyah Allah karena Dia-lah semata yang memelihara segala urusan hamba-Nya, Dia-lah yang memperbaiki seluruh perkara dunia dan akhirat mereka, Dia-lah semata yang memberikan taufik, yang mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Ucapan ini menunjukkan betapa butuhnya hamba kepada Allah, mereka tidaklah mampu mengurus diri mereka tanpa adanya bantuan dari Allah, tidak ada yang mampu menolong dan memperbaiki segala urusan mereka kecuali Allah (alMawahib ar-Rabbaniyah hlm. 124). Dengan demikian, ketika bermunajat dengan



mengucapkan



panggilan



ini,



seorang



hamba



seyogyanya



menghadirkan hati akan makna rububiyah Allah karena hal ini akan menimbulkan rasa khusyuk, khudlu’ (ketundukan) dan hamba akan merasakan manisnya bermunajat kepada Allah; Menginginkan kebaikan duniawi semata adalah ciri bagi mereka yang bercita-cita rendah karena pada ayat sebelumnya, Allah menyebutkan perihal 6



golongan yang meminta kebaikan di dunia tanpa meminta kebaikan di akhirat, dan Allah pun menegaskan di akhirat kelak tidak akan ada bagian kebaikan bagi mereka. ‫ق‬ ٍ ‫اس َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َو َما لَهُ فِي اآْل ِخ َر ِة ِم ْن َخاَل‬ ِ َّ ‫ن الن‬Gَ ‫فَ ِم‬ “Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Rabb kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.” (QS. al-Baqarah : 200). Patut dicatat, terkabulnya keinginan duniawi pun bersifat terbatas, Allah hanya akan memberikan kebaikan di dunia dengan sesuatu yang Dia kehendaki dan hanya diberikan kepada mereka yang diinginkan Allah. ‫د‬Gُ ‫د ْال َعا ِجلَةَ َع َّج ْلنَا لَهُ فِيهَا َما نَ َشا ُء لِ َم ْن نُ ِري‬Gُ ‫ن َكانَ ي ُِري‬Gْ ‫َم‬ “Barangsiapa yang menginginkan balasan yang segera, maka kami akan menyegerakan balasan itu untuknya di dunia dengan apa yang kami kehendaki, bagi siapa yang Kami inginkan” (QS. Al-Isrâ`: 18). Berkebalikan dengan poin 2, dalam Islam, mereka yang bercita-cita tinggi tentu akan lebih mendahulukan untuk meminta kebaikan di akhirat; Kebaikan di dunia yang dimaksud dalam ayat di atas mencakup seluruh keinginan duniawi, baik berupa kesehatan, rumah yang lapang, istri yang cantik, reseki yang melimpah, ilmu yang bermanfaat, amal shalih, kendaraan yang mewah, pujian dan selainnya (Tafsir Ibn Katsir 1/343). Sedangkan kebaikan di akhirat tentulah yang dimaksud adalah al-jannah (surga) karena mereka yang tidak dimasukkan ke dalam surga sungguh telah diharamkan untuk memperoleh kebaikan di akhirat (Tafsir ath-Thabari 1/553). Termasuk juga di dalamnya adalah rasa aman dari rasa takut ketika persidangan di hari kiamat dan kemudahan ketika segala amalan dihisab (Tafsir Ibn Katsir 1/342).



7



Ucapan ‫ار‬ َ ‫ َذ‬GGGGَ‫ا ع‬GGGGَ‫ َوقِن‬merupakan permintaan hamba agar ِ َّ ‫اب الن‬ dilindungi dari siksa neraka sekaligus menunjukkan bahwa dirinya memohon segala sebab agar dirinya dijauhkan dari siksa neraka dipermudah oleh Allah, yaitu dengan menjauhi segala bentuk keharaman, dosa dan meninggalkan perkara yang syubhat (samar hukumnya) (Tafsir Ibn Katsir 1/342). Ucapan ini juga mengandung permohonan agar Allah tidak memasukkan hamba ke dalam an-naar (neraka) karena maksiat yang telah dikerjakannya, untuk kemudian dikeluarkan dengan adanya syafa’at (Tafsir al-Qurthubi 1/786). Betapa jauhnya kedudukan dan keutamaan antara kedua golongan tersebut (golongan yang menginginkan kebaikan akhirat dan golongan yang menginginkan kebaikan duniawi semata) karena pada ayat selanjutnya Allah menggunakan isim isyarah lil ba’id (kata tunjuk untuk sesuatu yang jauh), yaitu ‫ أولئك‬dalam firman-Nya, ‫صيبٌ ِم َّم ا َك َسبُوا َوهَّللا ُ َس ِري ُع ْال ِح َساب‬ َ ِ‫أُولئ‬ ِ َ‫ك لَهُ ْم ن‬ “Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya” (QS. al-Baqarah : 202). Meski lafadznya ringkas namun kandungan do’a ini mencakup seluruh kebaikan dunia dan akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering memanjatkan do’a ini, dan bahkan Anas radhiallahu ‘anhu mengatakan do’a ini adalah do’a yang paling banyak dipanjatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Bukhari dan Muslim). Demi meneladani beliau, di setiap permintaan yang dipanjatkan kepada Allah, Anas mesti menyelipkan do’a ini dan beliau pun mendo’akan kebaikan bagi para sahabatnya dengan do’a ini (Fath al-Baari 11/229). Diperbolehkan bagi hamba untuk memanjatkan dalam do’anya keinginan dunia dan akhirat, karena manusia pastilah membutuhkan kebaikan di dunia terlebih kebaikan di akhirat kelak;



8



Seyogyanya prioritas utama seorang hamba dalam do’anya adalah perkara akhirat. Hal ini ditunjukkan dalam ayat di atas, dimana terdapat dua permohonan terkait perkara akhirat, yaitu kebaikan akhirat dan perlindungan dari siksa neraka, dan hanya satu permohonan terkait pekara dunia. Diantara ciri do’a yang baik adalah mengandung permintaan yang mengumpulkan sikap raghbah (meminta pahala/kebaikan) dan rahbah (menghindar dari siksa), sehingga seorang hamba mampu menyeimbangkan antara rasa rajaa (mengharap pahala) dan khauf (takut akan siksa); Betapa pentingnya do’a yang bersumber dari kitabullah karena meski dengan lafadz yang singkat tapi makna yang terkandung di dalamnya mencakup seluruh keinginan hamba, baik berupa perkara dunia maupun akhirat.



9



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kebaikan diakhirat adalah tujuan akhirat, dan kebaikan diakhirat adalah surga (Al-jannah) yaitu sesuatu tempat yang berada dialam akhirat yang penuh dengan segala macam kenikmatan, kebahagiaan dan kesenangan yang diperuntukkan bagi hambahambanya yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan yang beramal shalih, serta tidak lupa untuk berdoa agar terhindar dari siska neraka.Ilmu yang perlu kita pelajari, baik yang langsung maupun tidak langsung sepatutnya semakin memujudkan rasa takut kepada AllahSWT. Kalua ilmu yang mempelajarinya akan timbul rasa jauh dan sombong dari Allah SWT tinggalkanlah. Agama akan menjamin kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat karena dengan adanya agama kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam hal ini kita tahu mana yang diperintahkan oleh allah dan mana yang merupakan larangannya. Maka dari itu kita diperintahkan oleh allah agar taat dan patuh serta selalu tetap berada padaapa yang telah ditetapkan oleh allah swt. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, apalagi sekadar ucapan, semua akan dipertanggung jawabkan. 3.2 Saran Dari makalah ini, kami berharap para pembaca mampu memanfaatkan nya sebagai sumber belajar dengan baik dan menambah wawasan dan juga dapat memeberikan kritik dan masukan dalam bentuk apapun sangat kami hargai agar kedepan nya makalah ini jadi lebih baik.



10



DAFTAR PUSTAKA



https://www.google.com/amp/s/dalamislam.com/dasar-islam/dunia-menurut-islam/amp. Diakses 20 Maret 2020 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Akhirat. Diakses 20 Maret 2020 https://bincangsyariah.com/ubudiyah/menyeimbangkan-urusan-dunia-dan-akhirat/. Diakses 22 Maret 2020 https://muslim.or.id/23409-penjelasan-doa-rabbana-atina-fid-dunya-hasanah.html. Diakses 25 Maret 2020



11