Kebijakan Luar Negeri China Terhadap Penempatan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) Di Korea Selatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kebijakan Luar Negeri China terhadap Penempatan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Korea Selatan (Studi Kasus Sanksi Ekonomi China ke Korea Selatan)



Gega Ryani Cahya Kurnia Burhamsi Putri1 Abstract South Korea and China have a good diplomatic relations, as China is a large country in the East Asia Region. Good relations between China and South Korea were not so smooth, because of the turmoil caused by the arrival of nuclear and missile threats from North Korea. US Forces Korea (USFK) began discussions with the South Korean government regarding the need to place the High Altitute Area Defense (THAAD) Terminal on the Korea peninsula in 2014 recalled North Korea's missile and nuclear threats are increasing. South Korea's decision to place the United States Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) received strong opposition from China. This refusal in the form of aggressive foreign policies by China in the form of economic sanctions in response to South Korea. This paper wants to see the factors that influence China in determining economic sanctions as their foreign policy. Analyze through the concept of foreign policy decision making. Economic factors become the biggest factor for China in determining its foreign policy to South Korea which is in the form of economic sanctions as a way to pressure South Korea to reverse the decision to place THAAD in South Korea. Keywords: China, South Korea, THAAD, Economic Sanctions, Foreign Policy



1



penulis adalah Mahasiswa pada Program Hubungan Internasional,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.



1



Pendahuluan Korea Selatan dan China memiliki hubungan diplomatik yang baik, sebagaimana sebagai China merupakan negara yang besar di Kawasan Asia Timur. China memiliki daya Tarik tersendiri bagi Korea Selatan, seperti aliran investasi, ekspor, wistawan, mahasiswa dan pengusaha Korea Selatan ke China semakin banya. Perdagangan bilateral antara seoul dan Beijing memiliki keuntungan yang besar, sehingga China dan Korea Selatan memiliki hubungan ekonomi yang kuat (Pan, 2006). Hal ini membuat Korea Selatan memposisikan diri untuk lebih dekat dengan Cina karena sangat berpengaruh bukan hanya di Kawasan tapi dunia. Di balik hubungan baik kedua negara ini, Korea Selatan juga tetap berusaha menjaga hubungan yang ada dengan Amerika Serikat. Hubungan baik antara China dan Korea Selatan tidak begitu mulus, karena adanya gejolak yang terjadi oleh datangnya ancaman nuklir dan rudal dari Korea utara. Isu nuklir dan rudal Korea Utara sejatinya sudah menjadi perhatian bagi Kawasan Asia Timur sejak lama, yang mana pelepasan nuklir dapat meluluhlantakkan Asia Timur kapan saja. Gencarnya Korea Utara membangun sistem nuklir dan rudal mereka di tahun 2014, menarik perhatian Amerika Serikat. Amerika Serikat bertekad memberantas dan menanggapi ancaman nuklir Korea Utara berlandaskan ancaman yang mengarah pada sekutunya di Asia Timur seperti Korea Selatan dan Jepang (Suastha & Sofwan, 2017). US Forces Korea (USFK) mulai berdiskusi dengan pemerintah Korea Selatan terkait perlunya menempatkan Terminal High Altitute Area Defense (THAAD) di semenanjung Korea pada 2014 mengingat ancaman rudal dan nuklir Korea Utara semakin meningkat. Semenjak itu, kedua negara ini memutuskan memperkenalkan senjata-senjata ke semenanjung yang turut ini menimbulkan beberapa keluhan dari negara tetangga. China sebagai negara yang turut mengembangkan nuklir dan rudal menolak menolak keras adanya penempatan THAAD milik Amerika Serikat. THAAD memiliki radar yang dapat memonitor beberapa area di sekitar penempatannya, sehingga apabila THAAD ditempatkan di Korea Selatan beberapa area di China dapat termonitor di dan juga akan menetralisir rudal jarak menengah yang dikerahkan di Jilin dan Shandong (Kwon, Kim, & Kang, 2017) Hal ini membuat pemerintah Korea Selatan mengalami dilema sehingga masih enggan melakukan penempatan THAAD. Banyaknya pertimbangan yang harus di lakukan seperti total biaya hosting dari THAAD,



2



ketidakpastian dari keefektifan THAAD terhadap ancaman Korea Utara dan juga rencana Korea Selatan untuk mengembangkan sistem pertahanan rudal pribumi serta enggan memusuhi China karena hubungan ekonomi yang erat menjadi dilema besar bagi Korea Selatan. (Meick & Salidjanova, 2017) Terjadinya tindakan uji coba rudal jarak jauh yang di lakukan Korea Utara pada Februari tahun 2016 menjadi pematik bagi Korea Selatan untuk melaksanakan THAAD. Segera setelah uji coba rudal ini terjadi, Pemerintah Korea Selatan memutuskan untuk setuju menempatkan dan mengembangkan baterai anti rudal Terminal High Altitute Area Defense (THAAD) milik Amerika Serikat di Korea Selatan pada juli 2016 (Meick & Salidjanova, 2017). Penempatan THAAD milik Amerika Serikat ini di Korea Selatan di lakukan tepatnya sebagai upaya melindungi Korea Selatan dan melawan ancaman rudal dan nuklir Korea utara. THAAD menjadi salah satu sistem pertahanan yang terpercaya untuk melindungi Korea Selatan dari serangan rudal yang sewaktu-waktu datang dari Korea utara. Terminal High Altitute Area Defense (THAAD) dirancang untuk mencegat rudal balistik jarak pendek dan menengah hingga 200 kilometer jauhnya hingga 150 kilometer dari ketinggian. Satu baterai THAAD terdiri dari enam sampai sembilan peluncur yang dipasang di truk, dengan 48 hingga 72 pencegat, unit control kebakaran dan komunikasi dan radar AN/TPY-2 X-Band. Radar X-band THAAD memiliki jangkauan hingga sekitar 2.000 kilometer dalam forward-base mode atau mode berbasis maju yang mencapai sebagain besar bagian timur China dari lokasi penempatan di daerah tenggara Seongju, dan provinsi Gyeonsang Utara di Korea Selatan (Meick & Salidjanova, 2017). Hal ini membuat THAAD lebih unggul dari rudal berbasis darat lainnya, sehingga sistem pertahanan ini lah yang dikerahkan di Korea Selatan. Mengingat lokasi Korea utara yang berdekatan dengan Korea Selatan dan ancaman rudal yang bisa datang kapan saja, jelas membuat Korea Selatan menempatkan sistem pertahanan yang canggih. Penempatan THAAD ini menjadi titik balik dalam hubungan Korea Selatan dengan China, yang mana menjadi simbol perang dingin yang baru. Sejak Juli 2016, hubungan antara Beijing dan Seoul menjadi dingin setelah Korea Selatan setuju untuk membiarkan AS menyebarkan sistem anti rudal, yang mana adalah tindakan yang sangat di tentang China. Beijing menyatakan kekhawatirannya bahwa THAAD dapat digunakan



3



untuk melawan rudal milik China dan Amerika Serikat bermaksud untuk menempatkan radar X-band di Korea Selatan untuk memata-matai China. China merasa bahwa penempatan THAAD di Korea Selatan dapat merusak atau bahkan mengancam kepentingan keamanan China (Xinhua, 2016). Sehingga melonak keras penempatan THAAD menjadi salah satu agenda prioritas bagi China. Dimana pemerintah China menenekan Seoul melalui media berita dan secara diplomatik dalam menolak sistem pertahanan rudal. Bahkan duta besar China untuk Korea Selatan pun di utus untuk menegaskan bahwa THHAD dapat menghancurkan hubungan antara Seoul dengan Beijing (Easley, 2016). Bagi Beijing, penempatan THAAD Amerika serikat tidak pernah tentang menjadi pencegat rudal tetapi sebaliknya karena radar X-band AN/TPY-2 yang canggih menyertai sistem THAAD. Hal ini memicu ketakutan bagi China bahwa radar ini dapat dikaitkan dengan sistem pertahanan rudal yang berada di China dan menurukan kemampuan PLA Rocket Force milik China untuk melakukan serangan nuklir. Geng Shuang selaku juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, mengatakan penempatan sistem THAAD sangat meremehkan kepentingan strategi keamanan yang di miliki Cina. Sehingga China akan mengambil langkah serius dalam menanggapi keputusan Korea Selatan, agar penempatan THAAD dapat dibatalkan (Rita, 2017). Hal ini menimbulkan perselisihan antara China dan Korea Selatan, di mana China bertindak secara agresif karena Korea Selatan bersikukuh menerapkan THAAD. Pemerintah China melakukan kebijakan pemblokiran akses perekonomian Korea Selatan di China sebagai bentuk pembalasan ekonomi di banyak sektor perekonomian. Dalam melihat respon China dalam menanggapi penempatan THAAD milik amerika serikat di Korea Selatan, dapat di analisa melalui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan yang di ambil oleh pemerintah China. Metode penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep yang dikemukakan oleh William D. Coplin, yaitu konsep pembuatan kebijakan luar negeri. Konsep ini melihat faktor-faktor yang mempengaruhi negara dalam mengambil kebijakan luar negerinya. Dimana didalamnya terdapat beberapa variabel, yaitu politik dalam negeri yang dipengaruhi oleh situasi dalam negeri seperti adanya policy influencers yang dapat



4



menjadikan opini public sebagai alat untuk mengarahkan pengambil keputusan. Lalu kondisi ekonomi dan militer yang di lihat dari semakin tinggi kemampuan ekonomi dan militer suatu negara maka akan memberikan posisi bargaining yang lebih kuat dalam menentukan kebijakan dengan negara lain. Variabel konteks internasional yang melihat faktor hubungan geografis, ekonomi dan juga politik di dalam sistem internasonak. (Coplin, 1971).Penulis ingin melihat faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi pemerintah China menerapkan kebijakan saksi ekonomi kepada Korea Selatan dalam menanggapi penempatan THAAD di Korea Selatan. Hasil Kebijakan Luar Negeri China terhadap Penempatan THAAD di Korea Selatan Sejak Juli 2016, ketika Korea Selatan memutuskan untuk memasang THAAD, Beijing telah melakukan serangkaian tindakan ekonomi kepada Korea Selatan untuk membalikkan keputusan oleh Seoul. Bentuk tindakan ekonomi ini ditandai dengan sanksi ekonomi yang dijadikan sebagai bentuk pembalasan ekonomi oleh China. China merespons hal ini dengan melakukan beberapa kebijakan luar negeri berupa sanksi ekonomi. Pemerintah China melakukan tindakan yang agresif melalui kebijakan sanksi ekonomi dengan memblokir akses pasar barang dan jasa Korea Selatan di berbagai sektor bisnis. Beberapa sektor barang dan jasa Korea Selatan seperti sektor hiburan, produk konsumer dan turisme mengalami tekanan hebat dari China. Setiap sektor ini menerima konsekuensi besar dari kebijakan sanksi ekonomi yang dijalankan China, seperti sektor hiburan, di mana banyak acara yang di hadiri artis K-Pop dan aktor Korea serta promosi yang dilakukan di tunda atau di hentikan secara sepihak. Pemerintah China juga memberikan peraturan siaran tentang pelarangan penayangan acara TV dan juga ekspor budaya populer milik Korea. Pelarangan ini di tekanakn pada saluran TV milik negara, China Central Television (CCTV) untuk tidak menanyangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Korea. Pemerintah China juga berhenti memberikan persetujuan pengaturan video game online milik Korea Selatan, yang juga melarang penjualan game tersebut di China.(Meick & Salidjanova, 2017) Hal ini juga terjadi di sektor produk konsumer atau produk-produk Korea yang memenuhi konsumer di China. Di mana pemerintah cina melarang penjualan produk – produk, seperti air purifiers, toilet berteknologi tinggi, kosmetik serta produk-produk



5



yang di perdagangkan melalui toko bebas pajak. Selain itu juga, produk LG Chem dan Samsung SDI di tiadakan dari dari daftar pemasok baterai listrik yang disetujui di China. Pelarangan ini juga berdampak pada tingkat ekspor Korea Selatan ke China pada produk makanan dan juga produk mobil seperti Hyundai dan Kia (Park, 2017). Lotte Corporation menjadi salah satu perusahaan yang mendapatkan dampak paling besar dari pemasangan THAAD ini. Hal ini dikarenakan Lotte memberikan tanah mereka di Korea untuk mejadi tempat pemasangan sistem THAAD. Sehingga Lotte Corporation khususnya di bidang toko bebas pajak yang mereka miliki mengalami kerugian besar. Di mana 67 dari 99 toko telah di tutup di China oleh pemerintah setempat.(Kwon et al., 2017). Padahal Lotte Corporation telah berinvestasi besar di China sejak dahulu, tetapi perseteruan THAAD ini membutakan China untuk menghetikan bisnis Lotte berjalan. Sektor turisme juga menjadi salah satu objek sanksi ekonomi China, di mana pemerintah cina menolak beberapa permohonan dari maskapai penerbangan Korea Selatan untuk menambahkan penerbangan carter antara kedua negara. Pada tahun 2017 juga Chinese National Tourism Administration memerintahkan agen Travel untuk menghentikan penjualan paket tur ke Korea Selatan. Selain itu juga beberapa kunjungan turis China ke Korea Selatan banyak yang di batalkan karena perseteruan THAAD ini (Mokoto, 2017). Banyaknya produk barang dan jasa Korea yang dipasarkan di China yang di boikot jelas berdampak besar pada perekonomian Korea saat ini. Kebijakan China melakukan sanksi ekonomi dengan memblokir akses pasar barang dan jasa Korea Selatan memberikan kerugian yang besar bagi Korea Selatan mencapai 1 triliun won. Khususnya, Lotte Corporation Duty Free Shop atau toko bebas pajak mendapatkan dampak secara langsung, karena memberikan lahan untuk pemasangan THAAD. Di mana, pada akhir Juni, penjualan Lotte Corporation Duty free turun sebesar 350 miliar won dibandingkan tahun 2015. Selain itu, Hanwha Galleria juga memutuskan untuk mengembalikan hak bisnis bebas pajak di Bandara Jeju hingga akhir Agustus, karena turis China yang mencari Jeju menurun 80 sampai 90%. Hotel – hotel juga kosong, sejak Maret, tingkat reservasi untuk turis China masih 0% (Kwon et al., 2017). Hal ini tak lain di sebabkan oleh tegasnya pemerintah China menghimbau masyarakatnya, untuk satu suara dalam menerapkan sanksi ekonomi agar Korea Selatan mau membatalkan pemasangan THAAD di wilayahnya. Sehingga banyak masyarakat China yang turut memboikot bisnis-bisnis Korea yang beroperasi di China. Sebagaimana China adalah pasar yang



6



sangat penting bagi Korea, hal ini jelas menimbulkan dilemma bagi Korea Selatan untuk menghentikan pemasangan THAAD di wilayahnya. Mengingat China tidak pernah mainmain dengan keputusan yang telah di buat sampai tujuan yang di inginkan tercapai. Kebijakan yang di ambil China jelas memperlihatkan bahwa China adalah pasar yang penting bagi Korea Selatan. Sanksi ekonomi yang diberikan China jelas sangat mempengahuri perkenomian Korea Selatan sehingga mendapat banyak dampak kerugian yang cukup besar. Diskusi Sanksi Ekonomi China terhadap Bisnis Korea Selatan sebagai Kebijakan Luar Negeri China Kebijakan sanksi ekonomi telah menjadi salah satu bentuk kebijakan luar negeri yang dijalani China, yang dilakukan China ke Korea Selatan dan beberapa negara lainnya, seperti Mongolia, Filipina (Glaser, 2017). Sanksi ekonomi di berlakukan oleh China karena kondisi ekonomi China yang menjanjikan sehingga dapat mempengaruhi negara yang di tuju untuk mencapai kepentingannya. Dalam melihat bentuk kebijakan luar negeri yang di ambil China berupa sanksi ekonomi dapat di analisa menggunakan konsep pembuatan kebijakan luar negeri yang berlandaskan faktor – faktor, politik dalam negeri, faktor ekonomi dan politik, juga kondisi internasional. Dalam melihat situasi politik domestik China dari pengaruh-pengaruh domestik yang mempengaruhi pengambilan kebijakan. Terdapat pengaruh birokrasi yang mempengaruhi kebijakan yang di ambil, yaitu kementerian luar negeri sebagaimana yang berhubungan diplomatik langsung dengan Korea Selatan, kementerian perdagangan China yang berkaitan dengan hubungan perekonomian kedua negara dan kementerian pertahanan nasional China yang menekankan penempatan THAAD mengancam kepentingan keamanan China (Panda, 2017). Terhitung sejak adanya diskusi Korea Selatan dengan Amerika Serikat terkait THAAD, pihak berwenang Beijing menanggapi hal ini dengan cukup tenang yang di dukung dengan pernyataan dari juru bicara kementerian luar negeri China, Hong Lei melalui press conference di tahun 2015 yang menekankan bahwa China memiliki posisi yang konsisten dan jelas terkait isu-isu anti rudal. Serta berharap bahwa negara yang bersangkutan dapat menangani isu ini secara relevan dan tepat dalam menjaga



7



kepentingan perdamaian dan stabilitas regional dan bilateral. Tetapi pernyataan tenang ini tidak berjalan lama. (Foreign Ministry People Republic of China, 2015) Setelah pemerintah Korea Selatan setuju memasang THAAD menjadi pematik bagi Beijing, yang awalnya masih ditanggapi biasa menjadi semakin jelas. China menjadi sangat peduli dengan keputusan ini dengan mengeluarkan beberapa pernyataan. Bahwa tidak ada negara yang akan melemahkan kepentingan keamanan negara lain sambal mengejar kepentingannya sendiri dan bahwa penempatan THAAD tidak akan membantu menjaga keamanan dan stabilitas Kawasan, dan tidak akan dapat menjadi solusi yang tepat bagi situasi yang ada (Foreign Ministry of the Republic of China, 2016). Pernyataan ini mempengaruhi kementerian - kementerian yang bersangkutan untuk mengambil tindakan. Seperti halnya kementerian pertahanan China yang menangguhkan dialog pertahanan tingkat tinggi dengan Korea Selatan dan menunda kunjungan Menteri pertahanan Korea Selatan ke China. Pemerintah China juga memutuskan untuk tidak mengirim pejabat tingkat tinggi sebagai tamu pada acara hari nasional kedutaan tahunan Korea Selatan pada tahun 2016 (Swaine, 2016). Selain pengaruh birokrasi, adanya mass influencer atau opini public yang dibentuk melalui arahan media massa. Adanya opini yang dituliskan pada sebuah artikel yang muncul pada media massa China people’s daily. Dimana Zhong Sheng menuliskan empat seri artikel tentang isu THAAD pada bulan Juli sampai Agustus 2016. Dalam tulisannya, Sheng menekankan pada posisi berkuasa China yang mengambil sikap yang jauh lebih keras. Serta mengecam Amerika Serikat karena secara sengaja merusak stabilitas Asia dengan secara eksplisit menghubungkan THAAD untuk melemahkan keamanan China (Swaine, 2016). Adanya opini publik ini, menjadi salah satu penekan bagi pengambilan keputusan untuk mempertimbangkan kebijakan mana yang tepat untuk diambil. Adanya pengaruh-pengaruh dari birokrasi dan Opini publik China turut membentuk situasi politik dalam negeri China dalam menentukan pengambilan keputusan. Selanjutnya dalam faktor ekonomi dan militer, dapat diketahui bahwa perekonomian China di Kawasan Asia timur memegang peringkat teratas. Dengan tingkat GDP per kapita sebesar USD 8.117.267 dan GNI per kapita sebesar USD 15.480 pada tahun 2016 (World Bank, 2016b). Tingginya total GDP dan GNI per kapita



8



memperlihatkan bahwa China memiliki tingkat perekonomian yang tinggi dan besar di dunia khususnya di Kawasan Asia timur. Selanjutnya ketergantungan China terhadap perdagangan dan finansial internasional yang ditunjukkan melalui neraca perdagangan juga menunjukkan hasil luar biasa. Neraca perdagangan China pada tahun 2016 mencapai USD 1.04 triliun (Observatory of Economic Complexity, 2016). Pencapaian ekonomi yang di miliki China merupakan hasil yang memuaskan yang menunjukkan bagaimana posisi China dalam bidang ekonomi di mata dunia. Korea sebagaimana menjadi salah satu negara yang menjadikan China sebagai pasar ekspor terbesar mereka, dijadikan kesempatan bagi pemerintah China. Dimana dengan memberikan sanksi ekonomi sebagai bentuk pembalasan kesepakatan THAAD, nantinya akan berdampak pada laju perekonomian Korea Selatan. Sehingga dengan menekan Korea Selatan dari segi ekonomi akan membalikkan keputusan yang di ambil oleh Korea Selatan terkait pemasangan THAAD. Kapasitas penggunaan kekuatan militer China juga mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan. Kapasitas penggunaan kekuatan militer dapat dilihat dari jumlah pasukan militer China yang tergabung dalam pasukan tempur aktif sebanyak 2.695.000 orang (World Bank, 2016a). Besarnya jumlah manpower atau pasukan militer aktif yang juga berdampak pada kekuatan militer China. China turut menggunakan kemampuan militernya untuk turut menghukum Korea Selatan melalui membekukan interaksi resmi militer cina dengan Korea Selatan dari tingkat rendah sampai tinggi pada tahun 2016 (Meick & Salidjanova, 2017). Pelaksanaan pelatihan kemiliteran yang sering dilakukan seperti latihan di dalam dan gabungan dengan negara lain juga menjadi faktor yang mempengaruhi kebijakan. China kerap melakukan latihan gabungan militer dengan negara-negara sekitar, seperti India, negara-negara ASEAN, Australia dan Rusia (Mollman, 2018). Persenjataan yang dimiliki oleh China juga berbagai macam, seperti persenjataan berupa pistol, rifle, nuklir, rudal, serta perlengkapan kendaraan militer seperti kapal, pesawat jet tempur, tank, kapal selam (SCMP, 2016). Sebagai negara besar khususnya di Kawasan Asia serta memiliki pengaruh yang besar di dunia, China turut mengembangkan nuklir untuk memenuhi tuntutan pertahanan negara. Maka dari itu, China menolak keras adanya pemasangan THAAD di wilayah Korea Selatan karena Xband radar yang terdapat di dalam THAAD melemahkan nuklir China. Dengan adanya radar ini, baik Korea Selatan maupun Amerika Serikat dapat mendeteksi sebagian besar



9



tes rudal China di timur laut China dan rudal balistik antar benua. Selain itu, THAAD hanya memberikan pertahanan minimal terhadap rudal Korea Utara dan karenanya harus ditargetkan ke China. (Meick & Salidjanova, 2017). Kedua hal ini berpengaruh pada kemampuan penangkal nuklir yang di miliki China yang berdampak pada kekuatan militer yang dimiliki. Sehingga nantinya akan berpengaruh pada pertahanan dan keamanan China karena tindakan China akan terdeteksi dan bentuk ledakan dari penembakan rudal dapat mengenai wilayah China. Pada konteks internasional dapat di lihat dari geografis, dimana letak geografis China dan Korea Selatan berada di dalam satu Kawasan Asia Timur dengan lokasi yang berdekatan. Lokasi geografis yang strategis ini memudahkan kedua negara dalam bekerja sama dalam berbagai bidang. Dengan lokasi yang berdekatan, bentuk perdagangan ekspor impor dapat dijalani dengan biaya yang lebih murah dan lebih menguntungkan. Maka dari itu, Korea cukup bergantung dengan China karena dengan lokasi yang dekat dan pasar yang besar dapat menguntungkan Korea dari segi ekonomi. Ditambah China lebih berdekatan dengan Korea Utara yang mana menjadi target ancaman yang di tuju oleh negara-negara Asia Timur lainnya. Selain itu juga posisi geografis antara sekutu AS, Korea Selatan dan juga Jepang semakin memojokkan China. Sehingga penempatan THAAD di wilayah Korea Selatan yang ditujukan untuk menangkal nuklir dan rudal dari Korea Utara jelas akan membahayakan wilayah China juga. hal ini jelas menjadi ancaman bagi China, sehingga memerlukan tindakan yang signifikan dalam bentuk perlawanan. Sehingga hal ini menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan luar negeri yang di ambil. Hubungan ekonomi antara China dan Korea Selatan telah terjalin sejak lama. Di mana Korea Selatan sangat bergantung dengan China dalam bidang ekonomi. Perekonomian Korea bergantung sebagian besar pada perdagangan, dimana perdagangan menghasilkan hubungan eksternal yang cukup penting. Hampir USD 500 miliar barang di ekspor ke seluruh dunia dan sekitar USD 125 miliar di kirim ke China (Ferrier, 2017). Yang mana seperempat dari ekspor yang dilakukan Korea Selatan dilakukan ke China, sehingga menempatkan China sebagai daftar teratas pada tujuan ekspor Korea Selatan. Hal ini menjadi salah satu faktor pengambilan keputusan kebijakan luar negeri China berupa sanksi ekonomi, melihat Korea Selatan sangat bergantung pada hubungan ekonominya dengan China.



10



Kesimpulan Dalam membentuk kebijakan luar negerinya sebagai respon menanggapi keputusan penempatan THAAD milik Amerika Serikat oleh Korea Selatan di dominasi oleh faktor ekonomi yang dimiliki oleh China. Mengingat bagaimana bergantungnya korea selatan terhadap china dalam bidang ekonomi. China jelas melakukan kebijakan luar negerinya dengan banyak pertimbangan sehingga menjalankan sanksi ekonomi di Korea sudah dirasa paling tepat. Mengingat bagaimana bergantungnya Korea Selatan terhadap pasar yang terdapat di China. Yang mana hal ini terbukti, semenjak di berlakukannya sanksi ini Korea mengalami kerugian yang cukup besar khususnya di bidang ekspor yang mereka miliki. Belum lagi adanya kerugian lainnya di mana banyak turis yang berasal dari China membatalkan liburan ke Korea atau pemblokiran tayangan hiburan yang dimiliki Korea Selatan. Hal ini memperlihatkan bahwa kebijakan yang di ambil china untuk menanggapi pemasangan THAAD oleh korea selatan menjadi salah satu langkah yang tepat.



11



REFRENSI Buku, Jurnal, Dokumen Resmi Coplin, W. D. (1971). Introduction to International Politics (2nd ed.). Chicago: Markham Publisher Co. Easley, L.-E. (2016). Kaesong and Thaad. World Affairs, 179(2), 21–27. https://doi.org/10.1177/0043820016673778 Kwon, T. young, Kim, W., & Kang, H. Y. (2017). The Effect of THAAD on Korean Consumers and Distributors. Journal of Marketing Though, 4, No. 3,(2288), 49– 65. Meick, E., & Salidjanova, N. (2017). China’s Response to U.S.-South Korean Missile Defense System Deployment and Its Implications. Retrieved from https://www.uscc.gov/sites/default/files/Research/Report_China%27s Response to THAAD Deployment and its Implications.pdf Swaine, M. D. (2016). Chinese Views on South Korea’s Deployment of THAAD. China Leadership Monitor, 52.



Situs Online Ferrier, K. (2017). Just How Dependent is South Korea on Trade with China? | KEI | Korea Economic Institute. Retrieved December 17, 2018, from http://keia.org/justhow-dependent-south-korea-trade-china



12



Foreign Ministry of the Republic of China. (2016). Foreign Ministry Spokesperson Hua Chunying’s Remarks on ROK and US’s Decision to Officially Start Talks on Deploying THAAD System in ROK. Retrieved December 17, 2018, from https://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/xwfw_665399/s2510_665401/t1339451.shtml Foreign Ministry People Republic of China. (2015). Foreign Ministry Spokesperson Hong Lei’s Regular Press Conference on February 5, 2015. Retrieved from https://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/xwfw_665399/s2510_665401/t1234787.shtml Glaser, B. S. (2017). China’s Rapprochement With South Korea. Foreign Affairs. Retrieved from https://www.foreignaffairs.com/articles/china/2017-11-07/chinasrapprochement-south-korea Mokoto, R. (2017). As Leaders Argue, South Korea Finds China Is No Longer an Easy Sell. Retrieved from https://www.nytimes.com/2017/03/08/world/asia/china-southkorea-economy.html Mollman, S. (2018). China’s power brings military drills center stage in Asia — Quartz. Retrieved December 17, 2018, from https://qz.com/1366425/chinas-growingpower-is-bringing-military-drills-to-the-fore-in-asia/ Observatory of Economic Complexity. (2016). OEC - China (CHN) Exports, Imports, and Trade Partners. Retrieved December 17, 2018, from https://atlas.media.mit.edu/en/profile/country/chn/ Pan, E. (2006). South Korea’s Ties with China, Japan, and the U.S.: Defining a New Role in a Dangerous Neighborhood. Retrieved from https://www.cfr.org/backgrounder/south-koreas-ties-china-japan-and-us-definingnew-role-dangerous-neighborhood#chapter-title-0-4 Panda, A. (2017). Chinese Defense Ministry: Opposition to THAAD ‘Will Definitely Not Stay On Words Only’ | The Diplomat. Retrieved December 17, 2018, from https://thediplomat.com/2017/03/chinese-defense-ministry-opposition-to-thaadwill-definitely-not-stay-on-words-only/ Park, H. ki. (2017). China ups THAAD retaliation against Korean products. Retrieved December 15, 2018, from https://www.koreatimes.co.kr/www/news/biz/2017/01/488_222465.html



13



Rita, M. (2017). Protes Amerika Soal THAAD, Cina Hukum Korea Selatan - Dunia Tempo.co. Retrieved December 17, 2018, from https://dunia.tempo.co/read/870011/protes-amerika-soal-thaad-cina-hukum-koreaselatan SCMP. (2016). China’s military weapons | South China Morning Post. Retrieved December 17, 2018, from https://www.scmp.com/topics/chinas-military-weapons Suastha, R. D., & Sofwan, R. (2017). AS-Korsel Sepakat Bangun Sistem Pertahanan Rudal Tahun Ini. CNN Indonesia. Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/internasional/20170203093116-113-191020/askorsel-sepakat-bangun-sistem-pertahanan-rudal-tahun-ini World Bank. (2016a). Armed forces personnel, total | Data. Retrieved December 17, 2018, from https://data.worldbank.org/indicator/MS.MIL.TOTL.P1?locations=CN World Bank. (2016b). GDP (current US$) | Data. Retrieved December 17, 2018, from https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?locations=CN Xinhua. (2016). THAAD deployment in ROK may threaten China’s security interests World - Chinadaily.com.cn. Retrieved December 14, 2018, from http://www.chinadaily.com.cn/world/2016-02/26/content_23651727.htm



14