Kel 3 Gsa Fiks [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PEMBELAJARAN ANAK GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME ( GSA ) “Descrete Trial Training”



DOSEN PENGAMPU : Rahmah Trisilvia, S.Pd., M.Pd.



Kelompok 3 : 1. Fitri Maulidazani



19003014



2. Nofriyaldi



19003081



3. Moriarti Warjean Luke 19003144 4. Annisa



19003119



5. Meza Almayeni



19003176



PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah swt karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah pembelajaran anak gangguan spektrum autisme (GSA). Adapun judul dari makalah ini adalah “Descrete Trial Training”. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu semua tulisan ini. Hanya doa yang dapat penulis berikan, semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dibalas dan dinilai sebagai amal ibadah oleh Allah swt. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Demikianlah makalah ini dibuat semoga bermanfaat bagi kita semua.



Padang, 31 Agustus 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................................................i DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1 A.



Latar Belakang.......................................................................................................1



B.



Rumusan Masalah..................................................................................................2



C.



Tujuan....................................................................................................................2



BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3 A . Pengertian Descrete Trial Training.........................................................................3 B.



Prosedur Descrete Trial Training............................................................................5



C.



Penilaian Descrete Trial Training...........................................................................6



BAB III PENUTUP..........................................................................................................10 A.



Kesimpulan..........................................................................................................10



B.



Saran....................................................................................................................10



Daftar rujukan..................................................................................................................11



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan. Psikolog



yang berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan



kata dari psyche dan logos. Psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu, yang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu pikiran, perasaan, dan tindakan. Menurut Wundth (1829), Ilmu yang mempelajari pengalaman yang timbul pada diri manusia, seperti perasaan panca indera, pikiran, feeling,



dan



perkembangan



kehendak. seorang



Psikologi



juga



membahas



bagaimana



anak dari dalam kandungan yang akan



mempengaruhi perkembanagannya dimasa yang akan datang. ABA menerapkan ilmu



Behaviorisme



untuk membawa



perubahan yang berarti dalam tindakan individu. Ini melihat perilaku sebagai proses tiga langkah antaseden (istyarat atau instruksi), perilaku dan konsekuensinya. ABA menerapkan prinsip ini sebagai interfensi untuk menghasilkan perubahan perilaku yang positif. Di luar bidang autisme, ini banyak digunakan untuk membantu indivudu mengembangkan perilaku positif seperti kebiasan belajar yang baik. Ini juga digunakan untuk membantu mereka yang berjuang dengan perilaku yang bermasalah seperti kecanduan narkoba DTT adalah teknik ABA terstruktur yang memecah keterampilan menjadi



komponen



kecil



“diskrit”.



Secara



sistematis,



pelatihan



mengajarkan keterampilan ini satu persatu. Sepanjang jalan, paltihan menggunakan bala bantuan nyata untuk perilaku yang diinginkan. Untuk seorang anak, ini mungkin termasuk permen atau mainan kecil.



1



B. Rumusan Masalah 1. Pengertian Descrete Trial Training 2. Prosedur Descrete Trial Training 3. Penilaian Descrete Trial Training



C. Tujuan Agar dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran anak ganguan spekturm autisme (GSA), terutama “Descrete Trial Training”, mulai dari pengertian dari Descrete Trial Training, prosedur atau langkah- langkah dalam Descrete Trial Training dan penilaian Descrete Trial Training.



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Descrete Trial Training Arti harfiah dari Discrete Trial Training adalah latihan uji coba yang terukur dan teramati karena membagi keterampilan yang kompleks menjadi sederhana dan mudah diterapkan bagi anak dengan autisme. Menurut Handojo, DTT terdiri dari “siklus” yang dimulai dengan instruksi, prompt dan diakhiri dengan imbalan Discrete Trial Training ini diajarkan secara sistematik (berurutan), Teknik terstruktur dan terukur dengan memberikan instruksi spesifik yang singkat, jelas dan konsisten sehingga memudahkan anak dengan autisme menangkap maksud dari pemberi instruksi. Menurut Smith dalam Fauziah, Discrete Trial Training adalah teknik terbaik dari analisis tingkah laku (behavior analysis) untuk meningkatkan keterampilan pada anak dengan autisme. Penggunaan teknik ini adalah untuk mengajarkan anak dengan autisme mengenai bagaimana belajar



dari



lingkungan,



bagaimana



merespon



lingkungan



dan



mengajarkan perilaku yang sesuai agar anak dengan autisme dapat membedakan berbagai hal tertentu dari berbagai macam rangsangaan. Smith dalam Fauziah juga mengungkapkan bahwa discrete trial adalah unit instruksi yang terdiri dari antecedent,



respons



dan



konsekuensi. Bagian dalam discrete trail yakni; an antecedent stimulus, a prompt, a response, a consequence dan intertribal interval. Format umum dari teknik ini adalah pemberian suatu stimulus atau rangsangan berupa instruksi kepada anak, kemudian diikuti oleh prompt untuk menimbulkan respon yang dimaksud, lalu memberikan imbalan atas respon anak dan terdapat senggang waktu atau interval singkat sebelum mencoba uji coba berikutnya. (LESTARI, 2016)



Dalam (Nabila et al., 2019) Metode Discerete Trial Training (DTT) merupakan metode turunan dari pendekatan ABA (Applied Behavior Analysis). DTT adalah salah satu teknik utama dari pendekatan ABA, sehingga kadang ABA disebut juga DTT (Koerniandaru, 2016). Menurut Cahyanti, Hitipeuw, dan Huda (2014) menyebutkan bahwa pendekatan ABA adalah pendekatan yang sistematik, terstruktur, dan terukur. DTT ini mengajarkan atau melatih anak dengan cara melakukan uji coba yang dilakukan secara terpisah atau paket-per paket. Menurut Sulistiyaningsih (2017) metode DTT ini menekankan pada memecah ketrampilan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, melatihnya satu persatu ketrampilan tersebut dan diulang-ulang hingga periode waktu tertentu. DTT terdiri dari “siklus” yang dimulai dengan instruksi, dorongan (prompt), dan diakhiri dengan imbalan (Handojo, 2009). Program DTT didasari oleh model perilaku operant conditioning. Metode ini dapat digunakan sebagai metode dalam upaya pengendalian perilaku. Suatu perilaku tertentu dikendalikan melalui manipulasi imbalan dan hukuman (Koerniandaru, 2016). Metode Discrete Trial Training atau DiscreteTrial Teaching (DTT) merupakan salah satu teknik utama dari Applied Behaviour Analysis (ABA) (Handojo, 2009:8) dengan memecah materi menjadi bagian-bagian kecil. Metode DTT diberikan dengan menggunakan media pembelajaran sebagai penunjang, dan media untuk berlatih. Media pembelajaran yang menggunakan konsep animasi 2 dimensi ini didasari oleh penggunaan mode komunikasi yang banyak digunakan oleh anak autis, dalam buku Komunikasi



Sosial



Anak



dengan



Autism



Spectrum



Disorder



(Wijaya,2017:36)menjelaskan bahwa mode komunikasi menggunakan gambar memiliki tingkat kompleksitas ingatan, dan pemrosesan, serta pemahaman abstrak yang rendah, sementara pemahaman secara konkret tinggi, sehingga lebih mudah diterima oleh anak autis.(Widyanti & Mahmudah, 2018)



B. Prosedur Descrete Trial Training Marjoe



H.



Charlop-Christy,



dkk.



Dala,(LESTARI,2016)



mengemukakan bahwa DTT dalam pelaksanaannya terdapat stimulus, respon dan prompt, tetapi ada peraturan penting yang harus dilakukan selama melakukan intervensi, yaitu seperti stimulus yang dilakukan secara spesifik (jelas), waktu yang tepat, perkiraan keberhasilan anak dalam merespon dan dari keduanya harus secara alami dan cepat tanggap sehingga konsekuensi dapat diberikan secara tepat. Ketaatan pada peraturan penting ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dari treatment atau intervensi dan untuk menentukan alternatif yang dibutuhkan dalam pelaksanaan intervensi jika diperlukan. teknik Discrete Trial Training terdapat instruksi yang diberikan secara jelas, konsisten, tegas tetapi tidak membentak dan singkat. Instruksi singkat yang dimaksud adalah instruksi yang hanya terdiri dari satu kata yaitu kata kunci dari perintah. Instruksi yang diberikan juga harus jelas dalam artian sesuai dengan apa yang ingin diajarkan dan hanya mengajarkan satu aktivitas, sedangkan instruksi yang konsisten adalah kata-kata yang digunakan terapis untuk satu intruksi tahap awal harus pesis sama. Secara skematis, siklus dalam DTT bisa digambarkan sebagai berikut: 1. Siklus Penuh, pelaksanaan dilakukan dengan cara memberikan instruksi pertama, menunggu respon selama lima detik. Bila taka da respon anak tidak ada maka lanjutkan dengan pemberian instruksi kedua kemudian menunggu respon selama lima detik. Bila respon anak masih belum ada, dilanjutkan dengan pemberian instruksi



ketiga,



kemudian



langsung



memberikan



prompt



(diberikan bantuan) dan segera diberikan imbalan. Pencatatan hasil dari siklus penuh ini adalah P, karena anak masih memerlukan Prompt.



2. Jika telah dilakukan siklus penuh, maka dapat terjadi kemungkinan kedua. Pada kemungkinan kedua ini dapat terjadi siklus tidak penuh yaitu instruksi diberikan kemudian menunggu respon anak selama lima detik. Bila anak tidak merespon, lanjutkan dengan pemberian instruksi kedua. Setelah memberikan instruksi kedua, guru menunggu respon anak selama lima detik. Bila anak tidak merespon juga, dilanjutkan dengan pemberian instruksi ketiga. Setelah pemberian instruksi ketiga ini, ada kemungkinan anak mampu melakukan respon tanpa prompt, maka guru segera memberikan imbalan pada anak. Hasil dari siklus tidak penuh seperti ini juga dicatat dengan P karena masih ada prompt suara yaitu instruksi kedua. 3. Setelah kedua siklus diatas dilakukan, anak kemungkinan akan langsung dapat merespon instruksi tanpa prompt (bantuan), maka guru harus segera memberi imbalan. Siklus ini dinamakan sebagai siklus pendek. Hasil dari siklus pendek seperti ini dicatat sebagai A karena anak mampu melakukan apa yang diinstruksikan secara mandiri.



C. Penilaian Descrete Trial Training Discrete Trial Training Menurut Ronny Danuatmaja, teknik Discrete Trial Training dapat membangun kemampuan yang bermanfaat untuk melatih keterampilan yang tidak dimiliki anak, mulai dari respon sederhana hingga keterampilan yang kompleks



seperti



komunikasi



spontan dan interaksi sosial. Teknik Discrete Trial Training ini mengajarkan anak bagaimana merespon stimulus dari lingkungan dan melatih perilaku yang sesuai agar anak dapat membedakan berbagai hal tertentu dari berbagai macam rangsangan. Hal yang terpenting adalah mengajarkan anak untuk siap belajar.



Jadi, manfaat dari teknik Discrete Trial Training adalah untuk melatih keterampilan anak dengan autisme mulai dari keterampilan mengikuti perintah sederhana hingga keterampilan yang kompleks seperti berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang jelas, sistematis dan konsisten. Penggunaan teknik Discrete Trial Training yang terdapat dalam metode ABA berdampak positif bagi anak karena dilakukan tanpa adanya kekerasan dan mampu memberikan stimulasi sensoris dan motoris yang cukup, tuntas, konsisten dan berkelanjutan. Stimulasi yang terusmenerus dan menyenangkan akan direkam oleh otak anak yang lamakelamaan akan membentuk perilaku yang baik dan stabil pada anak. Jadi terkait dari penilaian DTT itu sendiri dari beberapa pernyataan yang didapatkan bahwa penilain tergantung dari seberapa kemampuan anak dalam menjalan Teknik tersebut, apakah anak bisa mengikuti perintah yang sudah diberikan, apakah anak memiliki permasalahan dalam Teknik DTT tersebut jadi penilaian nya berkaitan dengan sejauhmana kemampuan anak dalam melaksanakan Teknik DTT tersebut.



Contoh Praktek Descrete Trial Training Berikut adalah contoh praktek dari DTT saat menyuruh anak duduk :



Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa langkah- langkah pelaksanaan DTT untuk perintah duduk adalah : 1. instruksi sederhana diberikan 2. Guru menunggu respon anak, jika anak tidak merespon setelah beberapa detik, berikan prompt lisan 3.



jika anak tidak merespon, berikan prompt fisik,



4. jika anak merespon dengan benar, berikan reward.



BAB III PENUTUP



A.



Kesimpulan Jadi dapat disimpulkan bawah nilai dari DTT ini, kita akan menemukan



lebih



baik



untuk



mengajar



anak-anak



bagaimana



berkomunikasi dan berinteraksi dalam masyarakat untuk memberikan mereka lebih banyak kenormalan dalam hidup mereka. Setiap metode perlatihan harus beradaptasi dengan tingkat kognisi dan komunikasi yang dimiliki siswa. Discrete Trial Training adalah upaya untuk memberikan anak keterampilan penting untuk kehidupan sehari-hari yang dapat dikonfigurasi dengan kemampuan siswa mempersiapkan mereka untuk menghadapi kehidupan yang sepunuhnya mungkin. Singkatnya, DTT adalah intervensi langkah demi langkah singkat yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan tertentu dengan cara yang seefisien mungkin. Konsentrasinya pada kepositifan dan singkatnya memungkinkan pembentukan perilaku penting yang produktif dalam format yang mudah dicerna.



B. Saran Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan laporan lebih baik lagi, dan semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.



Daftar rujukan Biasa, P. L., Gelar, M., & Pendidikan, S. (2016). Penggunaan Teknik Discrete Trial Training. Checklist, I., & Summary, E. B. (n.d.). Module : Discrete Trial Training ( DTT ) Evidence-Based Practice Brief : Discrete Trial Training ( DTT ) Module : Discrete Trial Training ( DTT ) Overview of Discrete Trial Training. LESTARI, M. N. (2016). Penggunaan Teknik Discrete Trial Training. Nabila, R. R., Amalia, G., Safitri, J., Zwagery, R. V., Psikologi, P. S., Kedokteran, F., Mangkurat, U. L., Km, A. Y., & Selatan, B. K. (2019). Penerapan Metode Discrete Trial Training ( Dtt ) Dalam Meningkatkan Kemampuan Bicara Pada Anak Yang Mengalami Keterlambatan Bicara Application of Discrete Trial Training ( Dtt ) Method To Improve Speech Ability on Children With Speech Delay. 2, 119–125. Widyanti, M. K., & Mahmudah, S. (2018). Pengaruh Metode Discrete Trial Training Bermedia Animasi 2 Dimensi Terhadap Kemampuan Menulis Permulaan Anak Autis di Surabaya. 1–12.