7 0 227 KB
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI JOMPO WERDHA MARGO MUKTI REMBANG Dosen Pembimbing : Anita Dyah Listyarini, S.Kep, Ns, M.Kp
Disusun oleh : Kelompok 1 1. Nadia Mazaya
(2019012190)
2. Nur Nafi’ah
(2019012197)
3. Silfia Istikomah
(2019012210)
4. Wahyu Esterina A.P
(2019012214)
PSIK 5B
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS TAHUN 2019 (Jl.Lingkarraya Kudus-Pati km. 5 Jepang, Mejobo Kudus)
KATA PENGANTAR Puji dan syukur Kami sampaikan kehadiran ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami mendapat hidayah sehingga kami telah dapat Menyelesaikan makalah Keperawatan Anak ini yang disusun berdasarkan materi yang telah ditentukan; Materi yang kami tulis dalam makalah ini memang masih minim , karena kami berharap mahasiswa dapat mengadakan pengembangan diri untuk mencari lagi materi – materi yang belum lengkap. Kami bertujuan dengan makalah ini dapat membantu kita untuk belajar mandiri dan juga membuat mahasiswa lebih aktif dan giat dalam belajar. Demikian makalah ini kami susun
dan kami berharap bermanfaat dapat
mendampingi kita dalam proses belajar,kami juga mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan dari teman – teman dan dosen pembimbing kami.
Kudus,20 Oktober 2021
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................................................
1
1.2 Tujuan Instruksional umum..................................................................
2
1.3 Tujuan Instruksional khusus.................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hipertensi................................................................................
3
2.2 Etiologi.................................................................................................
3
2.3 Patofisiologi..........................................................................................
3
2.4 Komplikasi............................................................................................
4
2.5 Penatalaksanaan....................................................................................
4
2.6 Konsep lansia dengan hipertensi, definisi lansia..................................
7
2.7 Teori-teori............................................................................................
8
2.8 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia.....................................
10
2.9 Perubahan mental..................................................................................
11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian.............................................................................................
12
3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.................................................
15
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan.............................................................
15
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan teori dan kasus perdiagnosa ...........................................
19
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ..........................................................................................
23
5.2 Saran ....................................................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000) Dengan makin meningkatnya harapan hidup penduduk Indonesia, maka dapat diperkirakan bahwa insidensi penyakit degeneratif akan meningkat pula. Salah satu penyakit degeneratif yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi adalah hipertensi. Hipertensi pada usia lanjut menjadi lebih penting lagi mengingat bahwa patogenesis, perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia dewasa muda. Pada umumnya tekanan darah akan bertambah tinggi dengan
bertambahnya usia pasien, dimana tekanan darah diastolik akan sedikit menurun sedangkan tekanan sistolik akan terus meningkat. Penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular mengalami peningkatan resiko penyebab kematian, dimana pada tahun 1990, kematian penyakit tidak menular 48 % dari seluruh kematian di dunia, sedangkan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke sebanyak 43% dari seluruh kamatian di dunia dan meningkat pada tahun 2000 kematian akibat penyakit tidak menular yaitu 64 % dari seluruh kematian dimana 60% disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke dan gagal ginjal. Pada tahun 2020, diperkirakan kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 73% dari seluruh kematian di dunia dan sebanyak 66% diakibatkan penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke, dimana faktor resiko utama penyakit tersebut adalah hipertensi. (Zamhir, 2006). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi karena disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak. Sehingga kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat membebani perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang, bahkan seumur hidup. (Bahrianwar, 2009) B. Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipirtensi di Panti Werdha Margo Mukti Rembang C. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam Penulisan ini adalah diperolehnya gambaran Asuhan Keperawatan Lansia dengan Hipertensi di Panti Werdha Margo Mukti Rembang meliputi: 1. Melakukan pengkajian lansia dengan Hipertensi di Panti Werdha Margo Mukti Rembang 2. Merumuskan diagnosa keperawatan yang terjadi pada lansia dengan Hipertensi di Panti Werdha Margo Mukti Rembang
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien lansia dengan Hipertensi di Panti Werdha Margo Mukti Rembang 4. Melaksanakan intervensi pada lansia dengan hipertensi di Panti Werdha Margo Mukti Rembang 5. Melakukan evaluasi pada lansia dengan Hipertensi di Panti Werdha Margo Mukti Rembang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Hipertensi A. Pengertian Hypertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan sistolik dan diastolic serta merupakan suatu factor terjadinya kompilikasi penyakit kardiovaskuler ( Soekarsohardi,1999 : 151 ) Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic diatas standar dihubungkan dengan usia ( Gede Yasmin, 1993 : 191 ). B. Etiologi Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori : 1. Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas. Berbagai faktor yang turut berperan sebagai penyebab hipertensi seperti berrtambahnya usia , factor psikologis , dan keturunan. Sekitar 90 % hipertensi tidak diketahui penyebabnya . 2. Hipertensi sekunder telah
diketahui
penyebabnya
seperti stenosis arteri renalis,
penyakit parenkim ginjal, Koartasio aorta. Hiperaldosteron, pheochromositoma dan pemakaian oral kontrasepsi. Adapun factor pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis kelamin, umur, kegemukan, lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol dan social ekonomi (Susi Purwati , 2000 ). C. Patofisiologi
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan darah keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada factor cardiac output dan tekanan perifer. Pada keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang meningkat diperlukan peningkatan cardiac output dan tekanan perifer menurun . Konsumsi sodium ( garam ) yang berlebihan akan mengakibatkan meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga meningkatkan Renin - Angiotensien- aldosteron pada patogenesis
cardiac
aouput . Dalam sistim
hipertensi, glandula supra renal
menjadi factor penyebab oleh karena faktor hormon. Sistim Renin mengubah angiotensin menjadi angiotensin I kemudian angiotensin I menjadi angiotensin II oleh Angiotensin Convertion Ensym (ACE). Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus perifer yang mengaktifkan sistim simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler perifer meningkat . Disamping itu angiotensin II mempunyai efek langsung terhadap vaskuler smoot untuk vasokonstruksi renalis.
Hal
tersebut
merangsang
adrenal untuk mengeluarkan
aldosteron yang akan meningkatkan extra Fluid volume melalui retensi air dan natrium. Hal ini semua akan meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac output. ( Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3 : 2001 ) D. Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti , penyakit jantung koroner, gagal jantung ,gagal ginjal ,kerusakan mata, dan kerusakan pembuluh darah otak ( Sri Rahayu, 2000 ). E. Penatalaksanaan Perawatan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut : 1. Pengaturan diit 2. Berolah raga 3. Obat-obatan penurun tekanan darah 4. Menghilangkaan rasa takut a. Diuretik : Hidrochlortiasid, Furosemid dll. b.
Betabloker : Proparnolol, dll.
a.
Alfabloker : Prazosin dll.
b.
Penghambat ACE : Kaptopril dll.
c.
Antagonis Kalsium : Diltiasem dll. (farmakologi FKUI,1995)
5. Nutrisi Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa factor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat hipertensi, aktifitas dan ada tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi, diperlukan pengetahuan tentang jumlah kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa ( untuk orang sehat rata-rata mengandung 2800 – 6000 mg per hari ). Sebagian besar natrium berasal dari garam dapur. Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan tekanan darah serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah yaitu : 1. Diet rendah garam Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan mengkonsumsi makanan tanpa garam. Garam dapur mempunyai kandungan 40% Natrium. Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), Pengawet makanan atau natrium bensoat biasanya terdapat dalam saos, kecap, selai, jelli, makanan yang terbuat dari mentega. Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet pantang garam memperhatikan hal sebagai berikut : a. Jangan menggunakan garam dapurHindari makanan awetan seperti kecap, margarine, mentega, keju, trasi, petis, biscuit, ikan asin, sardensis, sosis dan lainlain. b. Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan tambahan atau penyedap rasa seperti saos. c. Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang mengandung sodium. d. Batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprite.
2.
Diet rendah kolesterol / lemak. Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan pospolipid. Sekitar 25 – 50 % kolesterol berasal dari makanan dapat diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang lewat faeces. Beberapa makanan yang mengandung kolestero tinggi yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, kuning telur, ginjal kepiting, dan hati. Tujuan diet rendah kolesterol adalah menurunkan kadar kolesterol serta menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hypertensi adalah :
3.
a.
Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan mentega.
b.
Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
c.
Gunakan susu full cream.
d.
Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.
e.
Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang- kacang lainnya.
f.
Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup, dodol.
g.
Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah – buahan.
Diet kalori bila kelebihan berat badan Hypertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena hypertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut : a. Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan 0,5 kg berat badan per minggu. b. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi. c. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan. Contoh menu untuk penderita hypertensi : 1 piring nasi ( 100 gram ), 1 potong daging ( 50 gram ), 1 mangkok sup ( 130 gram ), 1 potong tempe ( 50 gram ), 1 potong pepaya ( 100 gram ). ( Sri Rahayu, 2000 )
2. Konsep Lansia dengan Hipertensi A. Pengertian Lansia Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual ( Hawari, 2001 ). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan ( Pudjiastuti, 2003 ). Klasifikasi usia Lansia menurut WHO : a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun b. Lanjut usia (elderly) antara 60 dan 74 tahun c. Lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun B. Teori – Teori 1. Teori Biologik a. Teori Genetik dan Mutasi Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi b. Pemakaian dan Rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah c. Autoimune Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Pada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati. d. Teori Stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai. e. Teori Radikal Bebas Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi. 2. Teori Sosial a. Teori Aktifitas Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosia. b. Teori Pembebasan Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni : a) Kehilangan peran b) Hambatan kontrol sosial c) Berkurangnya komitmen c. Teori Kesinambungan Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah : a) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi 3. Teori Psikologi a. Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow ,1954). Tingkat kebutuhan manusia menurut Hirarki Maslow adalah Kebutuhan fisiologis, Kebutuhan Keamanan (safety), Kebutuhan kasih sayang / sosial (Love/belonging), Kebutuhan Percaya Diri (Esteem), Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization).Kebutuhan ini
memiliki urutan prioritas yang berbeda.
Ketika kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut
tercapai. b. Teori Individual Jung Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalamanpengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental. C. Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia 1. Perubahan fisik a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran
timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya
keratin. c. Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang. d. Sistem Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat. e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat, kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebabkan gizi buruk, indera pengecap menurun karena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap
glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi
melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % dialami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali. h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Produksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron. i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh. j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kifosis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut serabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kram dan tremor. D. Perubahan Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : a. Pertama - tama perubahan fisik, khususnya organ perasa b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan d. Keturunan e. Lingkungan Kenangan (memori) ada 2 : a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu. b. kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk. Intelegentia Question : 1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal. 2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada
daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS)
A. Skenario Kasus
Di Panti Jompo Werdha Margo Mukti terdapat 100 penduduk lansia, jumlah laki-laki sebanyak 55 jiwa dan perempuan sebanyak 45 jiwa. Berdasarkan hasil angket 30% lansia mengalami masalah kesehatan hipertensi. Dan berdasarkan hasil angket hanya 20% lansia yang melakukan pemanfaatan fasilitas kesehatan serta puskesmas dari penduduk yang menderita hipertensi. B. Pengkajian Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi: 1. Data inti a. Lokasi 1) Provinsi : Jawa Tengah 2) Kota
: Rembang
3) Kecamatan : Rembang 4) Kelurahan : Tasikagung b. Demografi Di Panti Jompo Werdha Margo Mukti memiliki jumlah sebanyak 60 jiwa, laki-laki sebanyak 30 jiwa dan perempuan sebanyak 30. Diskenario kasus ada 100 jiwa disini ada 60 jiwa c. Status Perkawinan Status perkawinan lansia di Panti Jompo Werdha Margo Mukti sudah menikah semua , tetapi masih ada yang utuh dan ada juga yang tidak utuh d. Nilai kepercayaan dan agama Mayoritas beragama islam yaitu 100%. Berdasarkan survey terdapat mushola untuk beribadah dan segaian besar lansianya suka mengikuti pengajian rutinan. 2. Data Subsistem a. Lingkungan fisik Berdasarkan hasil observasi kebersihan lingkungan di Panti Jompo Werdha Margo Mukti terjaga dengan baik. Berdasarkan beberapa pengurus dari panti Werdha Margo Mukti jarang mengadakan kegiatan olahraga terhadap lansia. b. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Berdasarkan
observasi
bahwa
pelayanan
kesehatan
jarang
memberikan edukasi tentang penyakit hipertensi dan yang lainnya karena jangkauan dari pelayanan kesehatan atau puskesmas sangat tidak terjangkau dan kurangnya tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil angket 20% lansia yang melakukan pemanfaatan fasilitas kesehatan, jadi hanya sedikit yang memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk lansia c. Ekonomi Berdasarkan hasil studi dokumen bahwa 85% penduduk lansia kebanyakan sudah tidak bekerja dan hanya mengandalkan anaknya yang bekerja sebagai buruh. Berdasarkan hasil angket 50% mengalami masalah kesehatan seperti hipertensi, karena pendapatannya tidak sesuai dengan kebutuhan d. Politik dan pemerintahan Berdasarkan hasil observasi bahwa mereka jarang mengkaji kesehatan pada lansia. Pada subsistem politik dan pemerintahan. e. Transportasi Berdasarkan hasil wawancara jenis transportasi yang digunakan adalah kendaraan pribadi f. Komunikasi Media komunikasi yang digunakan untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui televisi g. Pendidikan Berdasarkan hasil angket 75% tidak paham mengenai penyakit hipertensi dan akibat yang ditimbulkannya. Berdasarkan hasil wawancara 60 orang mereka belum pernah mendapatkan penyuluhan terkait hipertensi . Dan pendidikan terakhirnya adalah lulusan, SLTP 40 orang, dan SLTA 20 orang. h. Rekreasi Berdasarkan hasil wawancara tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan lansia adalah pergi ke taman untuk bermain dengan cucunya, pengurus dari
panti juga mengadakan rekreasi bersama yang diharapkan dapat mengurangi stressor dan beban pikiran.
C. Analisa data Data Data Subjektif : -
Masalah Keperawatan Defisiensi Kesehatan
Hasil observasi, terdapat tidak adanya informasi kesehatan Komunitas yang dapat diakses oleh lansia di panti jompo .
-
Hasil observasi didapatkan bahwa di panti jompo penyuluhan kesehatan dilakukan sebulan sekali dan tidak terdapat Penyuluhan untuk penyakit tidak menular (PTM)
Data Objektif : Data Subjektif : -
Ketidakefektifan Manajemen
Data Objektif : -
Riwayat penyakit hipertensi yang diderita oleh lansia di panti jompo yaitu sebanyak 30 lansia.
-
Sebanyak 50% penderita hipertensi berada di hipertensi
-
Sebanyak 30 lansia menderita hipertensi yang diakibatkan dari konsumsi makanan yang tidak sehat seperti jeroan, ikan asin, santan, gorengan.
-
Sebanyak 25 lansia menyatakan sering mengkonsumsi kopi
-
Sebanyak 20 penderita hanya mengontrol tekanan darahnya saat ada keluhan.
-
Dari total 60 lansia hanya sebanyak 10 lansiayang memiliki asuransi jaminan kesehatan.
-
Hasil literature review menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyakit terbanyak nomer 4 yang diderita oleh 40
Kesehatan
lansia
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH Diagnosa. Keperawatan
Defisiensi
Kesehatan
Pentingnya
Motivasi
Peningkatan
Rangking
Jumlah
masalah
Masyarakat
Kualitas
masalah
Untuk
Untuk
Hidup
dari
Diselesaika
Menyelesaikan
Masyarakat
sampai 6
n
Masalah
bila masalah
1
diselesaikan
:
skor 1
paling
1 : rendah
0 : tidak ada
tidak
2 : sedang
1 : rendah
0 : tidak ada
3 : tinggi
2 : sedang
1 : rendah
3 : tinggi
2 : sedang
paling
3 : tinggi
penting
penting 6
:
yang
2
2
2
4
10
3
2
2
5
12
Komunitas Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Prioritas masalah keperawatan : 1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan 2. Defisiensi Kesehatan Komunitas D. Rencana Intervensi No.
Diagnosa
Tujuan Umum
Tujuan
Keperawata 1.
n Ketidakefektifan
NOC
NIC
Khusus Setelah dilakukan Peningkatan
Manajemen
tindakan
Kognitif
Kesehatan
keperawatan
pengetahuan
selama
7
Preventif Primer
(target NOC
:
Preventif Primer
Pengetahuan
: NIC : Pengajaran : Proses
Manajemen Hipertensi
80%) peningkatan 1. Memahami
Penyakit
terkait 1. Pendidikan
Kesehatan
minggu,
skor dari pre ke
konsep hipertensi ( faktor
Keluarga dan Komunitas
pengetahuan
post test 20%
penyebab
Mengkaji
dan
faktor
penderita
resiko, tanda dan gejala,
pengetahuan
Hipertensi
manajemen
tentang
mengenai
farmakologi
penyakit
farmakologi, komplikasi,
faktor penyebab dan
hipertensi,
pencegahan
faktor
manajemen
(target pengetahuan 80%)
pengobatan dan
non
hipertensi)
hipertensi,
klien konsep meliputi resiko
HT,tanda dan gejala
pencegahan
HT, komplikasi HT,
resiko maupun
manajemen
komplikasi
pengobatan
hipertensi
farmakologi dan non
meningkat
farmakologi HT,komplikasi
HT,
pencegahan
HT,
senam hipertensi Berikan
informasi
mengenai HT Lakukan
evaluasi
terhadap pengetahuan klien tentang konsep Peningkatan Afektif
Preventif Sekunder
(target NOC
:
Kontrol
peningkatan sikap
Penderita HT
50 lansia)
1. Setuju
Peningkatan
berpartisipasi
HT Preventif Sekunder Risiko NIC : Identifikasi Risiko 1. Pemeriksaan untuk
Kesehatan Keluarga
dalam
(Skrining
dan
Psikomotor
pemeriksaan tekanan
(target
darah (target sikap
peningkatan
sebesar 50 lansia)
perilaku
35
2. Lakukan pemeriksaan
2. Mengikuti
lansia)
Konseling
kesehatan
keluarga
pemeriksaan tekanan
(pengukuran
darah
Tekanan darah).
rutin
untuk
monitoring kesehatan (
target
perilaku
3. Lakukan
konseling
mengenai
hasil
kehadiran sebesar 50
pemeriksaan
lansia)
kesehatan. 4. Monitoring
IMT,
hasil
NOC : Perilaku Patuh :
pengukuran IMT dan
Manajemen Hipertensi
TD tiap kunjungan ke
1. Konseling
keluarga.
manajemen hipertensi (target
kehadiran
perilaku 35 lansia).
5. Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin ke tenaga
NOC
:
Pengetahuan
:
(TD)
kesehatan
Manajemen Hipertensi 2. Memahami
terkait
NIC:
Dukungan
konsep hipertensi ( faktor
Pengambilan
penyebab
Keputusan
dan
faktor
resiko, tanda dan gejala, manajemen farmakologi
pengobatan dan
Tentukan apakah ada perbedaan
non
atau pandangan dari
farmakologi, komplikasi,
masyarakat
pencegahan
penyedia
hipertensi)
(target pengetahuan 50 lansia)
pendapat dengan perawatan
kesehatan
Membantu masyarakat mengklarifikasi nilai dan
harapan
yang
mungkin membantu
akan dalam
membuat pilihan
Membantu masyarakat
mengidentifikasi keuntungan
untuk
mengikuti
skrining
dan
konseling
tekanan
darah
maupun manajemen hipertensi
Memberikan informasi dengan
sesuai permintaan
masyarakat
terkait
skrining
dan
konseling
tekanan
darah
ataupun
manajemen hipertensi NIC
:
Pengajaran
:
Peresepan Obat-Obatan 1. Pengajaran Manajemen Hipertensi Farmakologi
(Obat
antihipertensi ) dan non
Farmakologi
(Konsumsi Semangka
Untuk
terapi penurunan TD) • Mengkaji pengetahuan masyarakat mengenai manajemen Hipertensi Pengobatan Farmakologi antihipertensi
(Obat )
manajemen Pengobatan
non
Farmakologi (Konsumsi Semangka terapi TD)
Untuk penurunan
memberikan
informasi mengenai manajemen hipertensi Farmakologi
(Obat
antihipertensi ) dan non
Farmakologi
(Konsumsi Semangka terapi
Untuk penurunan
TD) • Memberikan
terapi
konsumsi semangka
untuk
menurunkan
TD • Melakukan evaluasi mengenai kepatuhan mengikuti manajemen hipertensi Farmakologi
(Obat
antihipertensi ) dan non
Farmakologi
(Konsumsi Semangka terapi
Untuk penurunan
TD) • Memonitor
TD
maupun pada klien yang tidak teratur dalam pengobatan. • Menganjurkan klien
ke
Rumah
Sakit
apabila obat habis atau terjadi gejalagejala yang lain dari hipertensi NIC:
Pengajaran:
Peresepan Diet 1. Pengajaran
Diet
DASH Mengkaji pengetahuan masyarakat
terkait
diet DASH Memberikan informasi terkait diet DASH Melakukan evaluasi terkait
kepatuhan
diet DASH Memonitor tekanan darah peserta yang tertatur
maupun
tidak
teratur
mengikuti
diet
DASH Peningkatan
Preventif Tersier
NOC : Perilaku Patuh NIC : : Pengajaran : Peresepan
Psikomotor (target
Aktivitas
peningkatan
Disarankan
perilaku lansia)
Preventif Tersier
35
yang Latihan 1. Senam hipertensi
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang ditentukan
(target
• Mengajarkan praktek senam hipertensi • Mengevaluasi
perilaku sebesar 35
kemampuan
dan
lansia)
kemandirian
senam
2. Melaporkan yang
dialami
gejala
hipertensi.
dan
• Berdiskusi
dengan
melaporkan
obat
keluarga
untuk
habis kepada tenaga
membuat
jadwal
kesehatan (35 lansia)
pelaksanaan
senam
hipertensi 2.
Defisiensi
Setelah dilakukan Peningkatan
Preventif Primer
Kesehatan
tindakan
Afektif
Komuniitas
keperawatan
peningkatan sikap
selama
7
(target
NOC
:
Preventif Primer Kompetensi
Komunitas 1. Kolaborasi
50 lansia)
NIC
:
Pengembangan
Program antar
1. Pengusulan Pengadaan
minggu,dihara Peningkatan
kelompok komunitas dan
Posyandu PTM
pkan
Psikomotor
lintas
Bantu lansia untuk
masyarakat
(target
menyelesaikan
mampu
peningkatan
hipertensi
dengan
pembuatan
program
yaitu HT Berikan
pengendalian
penyakit
pengusulan Program
membuat
dan
menjalankan program pengendalian penyakit tidak
perilaku lansia)
60
sektor
untuk masalah
tidak menular (PTM) 2. setuju untuk mengadakan Posbindu PTM
mengidentifikasi masalah
Posyandu
kesehatan
PTM
sebagai
alternatif
dalam
mengatasi
menular (PTM)
prevalensi penderita
dimana
HT
berkolaborasi dengan
lintas
Jelaskan
tujuan,
manfaat,
sasaran,
sektor lainnya
dan
serta
sumber daya yang
meningkatkan
dapat terlibat dalam
status
memfasilitasi
kesehatan
terlaksananya
komunitas
program
dengan
PTM
identifikasi
Posyandu
pemberdayaan kader
dan
a. Preventif Sekunder
pendidikan
NIC:
kesehatan
Kesehatan Komunitas
Pengembangan
1. Pelatihan Pengukuran Tekanan
Darah
kepada Kader Menjelaskan tujuan dan manfaat kepada
kader
mengenai
program
pelatihan
pengukuran tekanan darah Berikan kesempatan kader
untuk
berpartisipasi dalam program
pelatihan
kader Melatih kader untuk melakukan pengukuran tekanan darah Kembangkan kemampuan untuk
kader
mengukur
tekanan darah secara mandiri
yang
selanjutnya
akan
dievaluasi Peningkatan Kognitif
Preventif Sekunder
(target
pengetahuan
50
NOC : Status Kesehatan
peningkatan skor
setelah
dari pre ke post
penjelasan
test 20 lansia
tekanan
Peningkatan
NIC
Komunitas 1. Pengetahuan
lansia)
Afektif
Preventif Sekunder
diberikan
Keputusan
pengukuran (target
kader terkait pengukuran
50 lansia)
tekanan
melalui
pendapat
atau pandangan dari kader
(target 2. Peningkatan pengetahuan
peningkatan sikap
Tentukan apakah ada perbedaan
pengetahuan 50 lansia)
darah
Dukungan
Pengambilan kader
darah
:
dengan
penyedia
perawatan
kesehatan
Membantu
kader
Peningkatan
hasil pre-test dan post-
mengklarifikasi nilai
Psikomotor
test (kenaikan sebesar 20
dan
(target
lansia)
mungkin
peningkatan perilaku 60%)
3. Peningkatan kemampuan
membantu
/ skill kader dan pengurus panti dalam pengukuran
harapan
yang akan dalam
membuat pilihan
Membantu
kader
tekanan
darah
(target
mengidentifikasi
perilaku skill 40 lansia) 4. Kader
setuju
berpartisipasi pelatihan tekanan
keuntungan
untuk
mengikuti
dalam
pengukuran tekanan
pengukuran darah
sebagai
Memberikan informasi
di masyarakat
dengan partisipasi
pelatihan
darah
pengembangan program 5. Peningkatan
untuk
sesuai permintaan
kader
terkait
kader untuk mengikuti
pelatihan pengukuran
pelatihan
tekanan darah
pengukuran
tekanan darah
Peningkatan Kognitif
(target
pengetahuan lansia)
Preventif Tersier 50
Preventif Tersier
NOC : Kontrol Resiko Komunitas
:
Penyakit Kronik
peningkatan skor 1. Penyediaan
program
NIC
:
Pendidikan
Kesehatan 1. Penyuluhan Pencegahan Komplikasi
dan
dari pre ke post
pendidikan
test 20 lansia
tentang komplikasi kekambuhan
publik pencegahan dan penyakit
Kekambuhan Hipertensi Mengkaji pengetahuan tentang,
meliputi:
hipertensi
kepada
komplikasi
masyarakat
khusus
pencegahan
penderita HT
klien HT,
komplikasi strategi
HT,
pencegahan
kekambuhan HT Berikan
informasi
mengenai pencegahan komplikasi
dan
kekambuhan penyakit hipertensi Lakukan
evaluasi
terhadap pengetahuan klien
tentang
pencegahan komplikasi
dan
kekambuhan penyakit hipertensi
E. Implementasi Kegiatan No DxNama
Hari,
tanggal
Implementasi
Respon Klien
Kegiatan Pelaksanaan PenyuluhanKes Pelaksanaan 1 : Penyuluhan 1: ehatan
1. Berkoordinasi dengan pengurus dari panti jompo tentang waktu pelaksanaan
tampak
sangat
antusias
penyuluhan Hipertensi
Warga
aktif
dengan
2. Mengkaji pengetahuan warga terkait hipertensi dengan melakukan pre test
Warga
TTD
bertanya menanyakan
sebanyak 4 pertanyaan.
Peserta memperhatikan dan
3. Membagikan leaflet tentang hipertensi
mendengarkan
4. Memberikan penyuluhan tentang
dengan baik meskipun ada
penyuluhan
Definisi Hipertensi
sebagian kecil peserta yang
Faktor Resiko Hipertensi
mengikuti
Tanda Gejala Hipertensi
penyuluhan
kegiatan dari
luar
Penatalaksanaan Hipertensi
ruangan.
Pencegahan Hipertensi
didapatkan sebesar 45 lansia
5. Melakukan post test untuk mengevaluasi
keberhasilan penyuluhan
Hasil pre test penyuluhan Hasil post test penyuluhan didapatkan sebesar 58 lansia
Pelaksanaan 2 :
60 lansia Warga tampak sangat antusias
Penyuluhan 2: 1. Berkoordinasi dengan pengurus panti dan kader
Kehadiran warga sebanyak
tentang
waktu
pelaksanaan
penyuluhan manajemen hipertensi 2. Mereview materi yang telah dijelaskan pada saat penyuluhan pertama (konsep hipertensi) 2. Mengkaji pengetahuan warga terkait manajemen hipertensi dengan melakukan pre test 3. Membagikan leaflet tentang manajemen hipertensi
Peserta
memahami
penyampaian
materi
penyuluhan pertama sebesar 60 lansia Warga aktif bertanya dengan menanyakan
sebanyak
3
pertanyaan. Nilai
pre
tes
sebanyak
55blansia Hasil post test sebesar 60 lansia
Peserta yang hadir sebanyak
4. Memberikan penyuluhan tentang Manajemen Farmakologis
60 lansia
Manajemen Non Farmakologis 4. Melakukan post test untuk mengevaluasi Pelaksanaan 3 :
keberhasilan penyuluhan Penyuluhan 3:
Peserta
1. Berkoordinasi dengan perangkat desa dan kader
tentang
waktu
pelaksanaan
penyuluhan komplikasi hipertensi 2. Mereview
kembali
materi
yang
hipertensi)
dan
penyuluhan
kedua (manajemen hipertensi) 3. Mengkaji pengetahuan warga terkait
Peserta
memahami
60 lansia Peserta
memahami
penyampaian penyuluhan lansia
pre test
penyampaian
hipertensi 5. Memberikan penyuluhan tentang
materi
penyuluhan pertama sebesar
komplikasi hipertensi dengan melakukan 4. Membagikan leaflet tentang komplikasi
aktif
mendengarkan penyampaian
dijelaskan pada saat penyuluhan pertama (konsep
penyuluhan
materi kedua
Peserta
sebesar
memahami materi
penyuluhan kedua sebesar 60 lansia
Peserta
aktif bertanya
penyuluhan
Komplikasi Hipertensi
Peserta bertanya 2 pertanyaan
Pencegahan Hipertensi
Hasil pre tes penyuluhan 3 adalah 35 lansia
6. Melakukan post test untuk mengevaluasi
Hasil post test penyuluhan 3
keberhasilan penyuluhan
adalah 58 lansia Jumlah Pelatihan KaderPelaksanaan :
1.
Berkoordinasi dengan pengurus desa
kehadiran
peserta
sebanyak 60 lansia sangat antusias
dan
dan kader tentang waktu pelaksanaan
mendengarkan
pelatihan kader
mahasiswa
2. Mengkaji
pengetahuan
kader
terkait
aktif
bertanya
prosedur pengukuran tekanan darah,
menanyakan
dengan melakukan pre test
pertanyaan.
3. Membagikan SOP pengukuran tekanan darah
dengan
sebanyak
6
Nilai pre test warga sebanyak 28 lansia
4. Memberikan penjelasan terkait prosedur pengukuran
penjelasan
tekanan
darah
dengan
metode demo menggunakan alat yang telah dipersiapkan
Hasil post test sebesar 53 lansia Hasil evaluasi skill kader secara
mandiri
adalah
40
5. Memberikan kesempatan kepada kader untuk melakuan prosedur pengukuran tekanan
darah
mahasiswa
secara
mandiri,
menghitung
lansia Peserta yang hadir sebanyak
dan
60 lansia
persentase
tingkat kemandirian kemampuan kader menggunakan ceklist SOP 6. Melakukan post test untuk mengevaluasi keberhasilan pelatihan kader, dengan Pemeriksaan Kesehatan dan
Pelaksanaan :
hasil post test 45 lansia 1. Melakuka pemeriksaan kesehatan dengan
tampak
mengukur tekanan darah dan gula darah
mengikuti
2. Memberikan konseling pada warga yang
kesehatan
Konseling
membutuhkan informasi terutama terkat
Manajemen
manajemen
Hipertensi
farmakologis dan non-farmakologis
hipertensi
secara
3. Memberikan leaflet kepada warga yang membutuhkan informasi terkait penyakit hipertensi pada saat konseling
sangat
antusias
pemeriksaan
Beberapa lansia melakukan konseling dengan mahasiswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan Tekanan darah rata – rata sistolik : 137 mmHg Tekanan darah rata – rata
diastolik : 85 mmHg Peserta yang hadir sebanyak Senam
Pelaksanaan :
Hipertensi
1. Melakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum melakukan senam hipertensi 2. Mempraktikkan gerakan – gerakan senam hipertensi bersama warga Dusun Princi 3. Melakukan pemeriksaan tekanan darah 30 menit setelah senam hipertensi
60 lansia Warga tampak sangat antusias mengkuti
senam
hipertensi
bersama mahasiswa Tekanan darah sistolik rata – rata sebelum senam : Tekanan darah sistolik rata – rata setelah senam : Tekanan darah diastolik rata – rata sebelum senam : Tekanan darah diastolik rata – rata setelah senam : Peserta yang hadir sebanyak 60 lansia
F. Evaluasi No
Nama Kegiatan Diag
Tanggal, Waktu
Evaluasi
nosa 2
Pelatihan Kader
Sabtu, 27 Juli 2020
S:
Pukul : 15.00 WIB
Peserta mengatakan paham dengan materi
yang
disampaikan oleh pemateri O:
Peserta
terlihat
antusias dan aktif bertanya
tentang
materi
yang
diberikan
Hasil
pre
test
didapatkan sebesar 45%
Hasil
post
penyuluhan
test
didapatkan sebesar 93%
Peserta
dapat
melakukan pengukuran hipertensi dengan jumlah 60 lansia
Kehadiran
warga
sebanyak 60 lansia A: Masalah teratasi P: Hentikan Intervensi 1
Penyuluhan Konsep Hipertensi
Kamis, 25 Juli 2020
S:
Pukul : 17.00 WIB
Peserta mengatakan paham dengan materi
yang
disampaikan oleh pemateri
O: Peserta
Terlihat
Antusias Dan Aktif Bertanya
Tentang
Materi
Yang
Diberikan Hasil Nilai
Rata-Rata Pre
Test
Didapatkan Sebesar (74%) Hasil Nilai
Rata-Rata Post
Test
Penyuluhan Didapatkan Sebesar (97%)
Kehadiran
Warga
Sebanyak 60 Orang A: Masalah teratasi P: Lanjutkan monitoring dan evaluasi 1
Penyuluhan Manajemen
Sabtu, 28 Juli 2019
S:
Pukul : 07.40 WIB
Peserta mengatakan
pengobatan
paham dengan
Hipertensi
materi
yang
disampaikan oleh pemateri
O:
Peserta
terlihat
antusias dan aktif bertanya
tentang
materi
yang
diberikan
Hasil
pre
test
didapatkan sebesar 86,95%
Hasil
post
test
penyuluhan didapatkan sebesar 100%
Kehadiran
warga
sebanyak 39 orang A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan monitoring dan evaluasi 2
Penyuluhan
Kamis, 1 Agustus
S:
Komplikasi
2019
Peserta mengatakan
dan
Pukul : 16.00 WIB
paham dengan
Pencegahan
materi
yang
Hipertensi
disampaikan oleh pemateri O: Peserta
Terlihat
Antusias Dan Aktif Bertanya
Tentang
Materi
Yang
Diberikan Hasil
Pre
Test
Didapatkan Sebesar 69% Hasil
Post
Test
Penyuluhan Didapatkan Sebesar 97% Kehadiran
Warga
Sebanyak 39 Orang Dari 60 Penderita Hipertensi A: Masalah teratasi P: Lanjutkan monitoring dan evaluasi 1
Senam
Sehat
Minggu, 28 Juli
S:
Anti Hipertensi
2019
Pukul : 06.30 –
Peserta
senam
mengatakan
07.15 WIB
mengerti tujuan
telah tentang
diadakan
senam
Peserta
senam
mengatakan
tidak
mengalami kesulitan
saat
melaksanakan senam
dengan
gerakan-gerakan yang diajarkan oleh mahasiswa profesi
Peserta
senam
mengatakan masih belum hafal tentang gerakan dari senam
O:
Peserta
terlihat
antusias mengikuti senam di halaman SDN Gadingkulon 02
yang
mana
sudah datang lebih awal
Peserta mengikuti
yang senam
23 orang
Peserta
antusias
mengikuti kegiatan senam dilihat dari para peserta yang kadang
kadang
berteriak pada saat senam
Terdapat penurunan tekanan darah dari sebelum ke
sesudah
dilakukan kegiatan senam A: Masalah Teratasi P: Lakukan monitoring dan evaluasi
saat
melaksanakan senam 1
Skrining Kesehatan
Tanggal: 2019
21
Juli
S : 45 orang peserta yang
dan
Waktu:
Konseling
14.00 WIB
Hipertensi
08.00
–
hadir menyatakan puas dengan
dilakukannya
pemeriksaan kesehatan di desa, 10 tidak puas karena tidak adanya pemberian obat yang dapat diberikan dan pemeriksaannya kurang lengkap (asam urat dan kolestrol) O : Rata-rata darah
tekanan
warga
yang
melakukan pemeriksaan
adalah
137/85
mmHg.
Kehadiran
peserta
dalam
mengikuti
pemeriksaan sebanyak 60 orang yang diukur A : Masalah Teratasi P : Hentikan Intervansi
BAB IV PEMBAHASAN
Diagnosa keperawatan komunitas 1: Defisiensi Kesehatan Komunitas terkait Tidak Adanya Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) khususnya Hipertensi Tujuan dari tindakan preventif primer adalah pengurus panti dan kader mampu membuat dan menjalankan pengusulan program pengendalian penyakit tidak menular (PTM) yang mana program ini akan dilakukan kolaborasi dengan lintas sektor yang lainnya seperti Petugas Kesehatan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, perlu diadakan program pengusulan pengadaan Posyandu PTM dengan metode diskusi dengan faktor pendukung terkait. Faktor pendukung pada program intervensi tersebut adalah Tokoh , pengurus panti jompo dan pihak Puskesmas. Menurut Puskesmas belum terdapat program Posyandu PTM sehingga sebagian besar masyarakat dan bersedia untuk dilakukan pengusulan program tersebut. Pelaksanaan program di masyarakat diawali dengan deteksi dini dan monitoring hipertensi melalui Posyandu PTM dimana membutuhkan kerjasama dengan Kader, aktivis masyarakat maupun puskesmas setempat yang dapat dilaksanakan di rumah tangga, sekolah ,maupun tempat kerja. Kemudian hasil dari monitoring dimana masyarakat yang beresiko selanjutnya akan diberikan program sesuai dengan pencegahan promotive (penyuluhan/KIE), preventif (deteksi dini, surveilans, kemitraan), kuratif dan rehabilitative (penemuan dan tatalaksana kasus HT, serta rujukan) (Kemenkes RI, 2018). Posyandu PTM merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian penyakit tidak menular dengan melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring-evaluasi (Rahajeng, 2012). Pada preventif sekunder, tujuan dari intervensi program pelatihan kader adalah diharapkan kader kesehatan di panti jompo mengetahui, memahami, dan mampu melakukan keterampilan kesehatan terkait program Posyandu PTM yaitu pengukuran TTV khususnya pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter. Faktor pendukung dari intervensi tersebut adalah tentunya kader
kesehatan yang mana sebagian besar kader kesehatan antusias dengan adanya pelatihan kader dalam pengukuran tensi. Para peserta pelatihan aktif dalam tanya jawab dan mampu praktik skill mengukur tekanan darah secara mandiri. Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan dan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Adapun Tujuan pelatihan penyakit tidak menular pada Posyandu : a. Memberikan pengetahuan tentang penyakit tidak menular, faktor risiko, dampak, dan pengendalian penyakit tidak menular. b. Memberikan pengetahuan tentang posbindu. c. Memberikan kemampuan dan keterampilan dalam memantau faktor risiko penyakit tidak menular d. Memberikan keterampilan dalam melakukan konseling serta tindak lanjut Tujuan dari tindakan preventif tersier dengan penyuluhan kesehatan terkait pencegahan dan komplikasi hipertensi adalah untuk meningkatkan pengetahuan penderita hipertensi terkait pencegahan dan komplikasi hipertensi meningkatkan. Penyuluhan berlangsung dengan metode ceramah dan Tanya jawab dengan media leaflet. Sebagian besar lansia yang menderita hipertensi sangat antusias dalam kegiatan penyuluhan. Warga sangat kooperatif dalam menyimak dan melakukan tanya jawab saat kegiatan penyuluhan berlangsung. Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi kesehatan yang tujuannya memampukan masyarakat untuk dapat menghindari perilaku-perilaku yang berisiko meningkatkan kejadian hipertensi dan/atau mencegah terjadinya komplikasi bagi penderita hipertensi Diagnosa keperawatan komunitas 2: Ketidakefektifan manajemen kesehatan Tujuan dari tindakan preventif primer adalah untuk meningkatkan pengetahuan lansia dalam komunitas tentang konsep hipertensi (definisi, faktor penyebab, tanda gejala, manajemen pengobatan farmakologi dan non farmakologi serta pencegahan dan
komplikasi) dengan menggunakan program intervensi pendidikan kesehatan. Faktor pendukung pada program intervensi tersebut adalah sebagian besar keluarga kooperatif saat diberikan pendidikan kesehatan. Sebagian besar lansia banyak yang menyatakan bersedia untuk melakukan manajemen hipertensi sesuai anjuran, namun masih ada keluarga yang menyatakan belum melakukan manajemen hipertensi secara optimal. Mahasiswa menyatakan bahwa ketidakpatuhan manajemen hipertensi dapat dipengaruhi oleh faktor presepsi sakit terhadap penyakit hipertensi, dukungan keluarga dan akses pelayanan kesehatan. Solusi yang bisa dilakukan dari ketidakpatuhan tersebut adalah dengan memperbaiki pemahaman mengenai presepsi terhadap penyakit hipertensi, memotivasi keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan lansia yang terkena hipertensi serta menggunakan pelayanan kesehatan terdekat yang tersedia di daerah tersebut. Pada preventif sekunder, tujuan dari intervensi program pemeriksaan kesehatan, konseling hipertensi serta penyuluhan mengenai manajemen farmakologi dan non farmakologi (DASH) adalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan tekanan darah secara rutin serta untuk mendeteksi keparahan gejala serta penatalaksanaan manajemen Hipertensi yang tepat untuk gejala tersebut. Faktor pendukung dari intervensi tersebut dikarenakan sebagian besar masyarakat antusias dengan adanya pemeriksaan kesehatan. Hal ini kemungkinan dapat disebabakan oleh faktor motivasi dari individu, semakin besar motivasi individu maka kesadaran untuk melakukan pemeriksaan kesehatan juga akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya. Perasaan takut terhadap hasil yang kemungkinan ditemukan atau kondisi tentang penyakitnya juga merupakan faktor penghambat dalam melakukan pemeriksaan kesehatan. Solusi untuk menyelesaikan masalah keluarga yang tidak ingin dilakukan pemeriksaan kesehatan dan konseling hipertensi adalah dengan memberikan edukasi yang lebih menekankan pada pentingnya pemeriksaan kesehatan dan konseling hipertensi.
Tujuan dari tindakan preventif tersier dengan senam hipertensi adalah untuk meningkatkan perilaku hidup sehat berupa senam hipertensi untuk keluarga dengan hipertensi. Sebagian besar keluarga antusias, kooperatif, serta menyatakan mau melakukan senam hipertensi sesuai yang diajarkan. Hambatan dari intervensi senam hipertensi pada keluarga dengan hipertensi adalah tidak hafal semua gerakan dari senam hipertensi. Solusi dari masalah tersebut adalah dengan memberikan video dan sop senam hipertensi.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pada diagnosis Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan pengelolaan Hipertensi disimpulkan sudah teratasi sebagian. Hal ini dibuktikan dengan ketercapaian semua preventif kecuali preventif sekunder. Pada diagnosis Defisiensi Kesehatan Komunitas disimpulkan sudah teratasi. Ketercapaian diagnosis dapat dilihat berdasarkan ketercapaian semua preventif B. SARAN Diharapkan untuk memfasilitasi terapi komplementer untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi rasa nyeri terutama pada klien Hipertensi. Sebaiknya diadakan kegiatan rutin penyuluhan kesehatan tentang hipertensi sebagai upaya pencegahan primer sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta kesadaran lansia akan pentingnya menjaga kesehatan dan merubah gaya hidup. Selain itu perlu adanya deteksi dini kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mengurangi perilaku beresiko hipertensi pada lansia, sehingga dapat menjadi salah satu upaya preventif sekunder terhadap kejadian hipertensi yang disebabkan oleh perilaku beresiko.
Puskesmas perlu mengadakan program untuk pemberdayaan lansia dengan mengikutsertakan peran aktif kader untuk mendeteksi dini kesehatan warga dan meneruskan terkait kegiatan yang telah dilakukan yaitu senam hipertensi dan penyuluhan kesehatan. Sehingga kader dapat ikut berperan langsung dan membantu mensukseskan program dari puskesmas. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan adalah secara rutin cek tekanan darah untuk memantau perubahan tekanan darah sehingga jika warga mengalami peningkatan tekanan darah dapat segera mendapat tindakan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, Mc Farlane. 2000. Community As Partner Theory And Practice In Nursing. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins. Batin, W. O. S., Tina, L., & Saptaputra, S. K. (2017), Pengaruh Pemberian Jus Mentimun + Pepaya + Semangka Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Liya Kabupaten Wakatobi Tahun 2017, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Volume 2 nomor 6 tahun 2017, Kabupaten Wakatobi. Hal. 8 Clark. 1999. Nursing In The Community Dimensionsof Community Health Nursing. Stamford: Appleton & Lange Depkes, RI. (2014), Pedoman Umum Gizi Seimbang, Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. hal.13-14 Friedman, Marilyn. M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek Edisi 5. EGC. Jakarta Houston, M. C., Harper, K. J., & PharmD . (2008), Potassium, Magnesium, and Calcium: Their Role in Both the Cause and Treatment of Hypertension, The Journal Of Clinical Hypertension, Volume 10 nomor 7 tahun 2008, Hal. 7
Mahardani, N.M.A.F., 2010, Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di klub Jantung Sehat Klinik Kardiovaskuler Rumah Sakit Hospital Cinere tahun 2010. Manno, F. A., Soputri, N., & Simbolon, I. (2016), Efektivitas Buah Semangka Merah (Citrullus Vulgaris Schard) Terhadap Tekanan Darah, Jurnal Skolastik Keperawatan, Volume 2 nomor 2 tahun 2016, Bandung. Hal.184. Manurung, W. P., & Wibowo, A. (2016), Pengaruh Konsumsi Semangka (Citrullus vulgaris) untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi, Majority, Volume 5 nomor 5 tahun 2016, Lampung. Hal.105 Mubarak W.I. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta :CV Sagung Seto. Noorfatmah Siti. 2012. Kepatuhan Pasien yang Menderita Penyakit Kronis Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta