Kelompok 1 Falsafah Kesatuan Ilmu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Latar Belakang Unity Of Sciences (UOS) MAKALAH Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah: Falsafah Kesatuan Ilmu Dosen pengampu: Bapak Ali Imron, M.Ag



Disusun Oleh: Karima Fajriyati Sa’adah



(2003016048)



Naila Silmi Kaffah



(2003016052)



Yazid Nur Iman Yahya



(2003016053)



Achmad Fachri Fuadi



(2003016063)



Aufa Muhammad Rafi



(2003016065)



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1B FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,hidayah dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Falsafah Kesatuan Ilmu ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda Nabi agung Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang. Terimakasih penyusun ucapkan kepada Bapak Ali Imron, M. Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Falsafah Kesatuan Ilmu, serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai bab Latar Belakang Unity Of Sciences (UOS) Dalam penulisan makalah ini penyusun menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sehingga dapat penyusun gunakan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Disamping itu, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.



Semarang, 18 September 2020



Penyusun



I DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR………………………………………………….I DAFTAR ISI……………………………………………………………II BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………… A. Latar Belakang………………………………………………...1 B. Rumusan Masalah……………………………………………..2 C. Tujuan…………………………………………………………2 BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………. A.Pengertian Unity Of Sciences……………………......................3 B.Humanisme Ilmu Keislaman……………………………………3 C.Paradigma Kesatuan Keislaman Unity Of Sciences…………….4 D.Prinsip Unity Of Sciences………………………………………5 BAB III : PENUTUP…………………………………………………….. A.Kesimpulan..…………………………………………………….6 B.Saran..………….………………………………………………...6 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….…..III



II BAB I



PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kesatuan keilmuan unity of science adalah solusi untuk menghindari adanya dikotomi antara ilmu agama dengan ilmu sains yang menjadi penyebab kemunduran umat islam. Unity of science seperti keterpaduan ilmu agama dan ilmu sains perlu diterapkan melalui kurikulum dalam mata kuliah atau mata pelajaran di lembaga-lembaga pendidikan islam di Indonesia. Strategi untuk mengimplementasikan wahdatul ulum (unity of science) dalam kurikulum sebagai berikut: Humanisasi ilmu-ilmu keislaman. Humanisasi yang dimaksud adalah merkonstruksi ilmu-ilmu agar semakin menyentuh dan memberi solusi bagi persoalan nyata kehidupan manusia di Indonesia. Strategi humanisasi ilmu-ilmu keislaman mencangkup segala upaya untuk memadukan nilai universal islam dengan ilmu pengetahuan modern guna peningkatan kualitas hidup dan peradaban manusia. Spritual ilmu pengetahuan. Spritualisasi adalah memberikan pijakan nilai-nilai ketuhanan (ilahiyah) dan etika terhadap ilmu-ilmu sekuler untuk memastikan bahwa pada dasarnya semua ilmu berorientasi pada peningkatan/ keberlangsungan



hidup



manusia



dan



alam



semesta,bukan



penistaan/perusakan



keduannya.strategi spiritualisasi ilmu-ilmu modern meliputi segala upaya membangun ilmu pengetahuan baru yang didasarkan pada kesadaran kesatuanilmu yang kesemuanya bersumber dari ayat-ayat Allah baik yang diperoleh melalui nabi, eksplorasi akal, maupun eksplorasi alam. Sains dan agama merupakan entitas yang berbeda,namun keduanya sama-sama memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan agama, manusia memiliki iman, etika,moral yang beradap. Dengan sains, manusia akan memajukan dunia dengan berbagai penemuan yang gemilang serta memberikan kemudahan fasilitas keberlangsungan hidup.



1 B.Rumusan Masalah



yang menunjang



1.Apa yang di maksud Unity Of Sciences? 2.Bagaimana Humanisme menurut pandangan Islam? 3.Apa yang dimaksud Paradigma kesatuan keilmuan Unity Of Sciences? 4.Prinsip apa saja yang ada pada Unity Of Sciences?



C.Tujuan 1.Mendeskripsikan pengertian Unity Of Sciences 2.Mendeskripsikan Humanisme menurut pandangan Islam 3.Mendeskripsikan paradigma kesatuan keilmuan Unity Of Sciences 4. Mendeskripsikan prinsip Unity Of Sciences



2 BAB II



PEMBAHASAN A.Pengertian Unity Of Sciences Unity of Sciences atau wahdatul ulum adalah sebuah pandangan yang menjelaskan bahwa semua ilmu yang ada di muka bumi merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.Hal ini juga berarti bahwa semua ilmu yang ada adalah sebuah pengembangan dan berasal dari hal yang sama. Sehingga tidak mengherankan jika para ilmuan barat di masa silam menyebutkan bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada merupakan sebuah filsafat. Memahami tentang Unity of Sciences juga meliputi tentang sebuah hal bahwa setiap ilmu yang ada tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Ada keterkaitan ilmu satu dengan ilmu lainnya. Dalam artian lain bahwa setiap ilmu bersifat multidimensional, dimana dalam penulisan dan kajian sebuah cabang ilmu membutuhkan keterlibatan dan bantuan dari ilmu lain.



B.Humanisme Menurut Pandangan Islam Kata Humanisme sendiri adalah istilah umum yang berarti jalan fikiran yang berbeda untuk memfokuskan kejalan keluar umum dalam masalah-masalah ataupun isu isu yang berhubungan dengan manusia. Dengan kata lain,humanisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang dapat memahami dunia dan keseluruhan realita dengan berdasar pada pengalaman dan nilai-nilai kemanusiaan bersama. Menurut pandangan islam, humanisme ditegakkan berdasarkan kemanusiaan yang suci dan diajarkan di dalam al-qur’an. Islam mengajarkan bahwa Allah Swt tidak menciptakan sesuatu tanpa ada manfaat nya. Begitupun dengan manusia, Allah swt menciptakan nya tidak dengan sia-sia. Hal tersebut menjadikan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang memiliki bentuk sebaik-baiknya dan sempurna lahir batinnya. Islam pun tidak pernah mengajarkan untuk mendewakan manusia maupun merendahkannya. Manusia hanyalah penerima amanah dari Allah Swt untuk mengelola alam semesta dengan sebaik-baikya.



3



Humanisme dalam islam tidaklah bersifat ekstrem, tidak mendewakan maupun merendahkan kedudukan manusia, sebaliknya islam menempatkan manusia pada proporsi yang sebenarnya. Humanisme islam menempatkan manusia diantara perpaduaan wahyu allah SWT. Meskipun berbeda, masih terdapat persamaan dalam tujuan pengurus utama kemanusiaan. Humanisme dalam islam didasarkan pada beberapa unsur,yaitu pertama, saling mencintai, kasih sayang dan selalu menjaga kebersamaan. Kedua,berpegang teguh pada agama Allah, tidak berselisih, tidak bercerai berai dan selalu menjaga menghindari permusuhan. Ketiga, menjalin hubungan dengan umat lain yang tidak memusuhi umat islam dengan saling kenal mengenal, saling berbuat baik dan saling bersikap adil. Keempat, menjalin kebebasan beragama. Terakhir, adalah saling menghormati dan menjunjung kehormatan diri serta memelihara hak bersama. C.Paradigma Kesatuan Keilmuan Unity Of Sciences Dalam tinjauan Islam, Paradigma unity of sciences ini menegaskan bahwa semua ilmu pada dasarnya adalah satu kesatuan yang berasal dari dan bermuara pada Allah melalui wahyu-Nya baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, semua ilmu sudah semestinya saling berdialog dan bermuara pada satu tujuan dan selalu berjalan beriringan. Hal ini semestinya berlaku tidak hanya untuk ilmu Agama saja melainkan juga ilmu pengetahuan. Sehingga sudah semestinya agama dan ilmu pengetahuan selalu berjalan beriringan dan tidak bertentangan satu sama lainnya. Paradigma ini akan melahirkan seorang ilmuwan yang ensiklopedis, yang menguasai banyak ilmu, memandang semua cabang ilmu sebagai satu kesatuan holistic, dan mendialogkan semua ilmu itu menjadi senyawa yang kaya. Unity of science tidak menghasilkan ilmuwan yang memasukkan semua ilmu dalam otaknya bagai kliping koran yang tak saling menyapa, tapi mampu mengolahnya menjadi uraian yang padu dan dalam tentang suatu fenomena ilmiah (Mulyar Fanani).



4



Pemahaman tentang konsep inilah yang menyebabkan banyak ilmuan di masa lalu tidak hanya menguasai salah satu cabang ilmu saja melainkan penguasaan tentang banyak ilmu pengetahuan pada dirinya sangatlah kuat. Sebagai contoh banyak ilmuan islam di masa lalu yang menguasai ilmu alam (matematika, fisika, dll) tetapi juga sangat mahir dan menguasai dalam ilmu perpolitikan semisal ilmuan Islam Al-Farabi. Tokoh lain yang menunjukkan hal sama juga ditunjukkan oleh Ibn Shina yang dianggap sebagai Bapak kedokteran modern oleh banyak kalangan. Selain karyanya tentang kedokteran yang sangat terkenal yaitu Qanun fi Thib yang menjadi rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad, ia juga banyak menulis di bidang lain terutama filosofi. Karya lain yang terkenal yang memuat banyak pokok bahasan ilmu lainnya adalah Asy Syifa yang terdiri dari 18 jilid beriri tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. D.Prinsip Unity Of Sciences Prinsip-prinsip paradigma Unity of Sciences (wadat al-ulum) adalah : 1.Meyakini bahwa bangunan semua ilmu pengetahuan sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan yang kesemuanya bersumber dari ayat-ayat Allah baik yang diperoleh melalui para Nabi, eksplorasi akal, maupun eksplorasi alam. 2.Memadukan nilai universal Islam dengan ilmu pengetahuan modern guna peningkatan kualitas hidup dan peradaban manusia. 3.Melakukan dialog yang intens antara ilmu-ilmu yang berakar pada wahyu (revealed sciences), ilmu-ilmu modern (modern sciences), dan local wisdom. 4. Menghasilkan ilmu-ilmu baru yang lebih humanis dan etis yang bermanfaat bagi pembangunan martabat dan kualitas bangsa serta kelestarian alam. 5.Meyakini adanya pluralitas realitas, metode, dan pendekatan dalam semua aktifitas keilmuan. Dalam hal pendekatan, paradigma Unity of Sciences menggunakan pendekatan theoanthropocentris yakni sebuah cara pandang bahwa realitas ketuhanan dan kemanusiaan adalah satu kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan. Untuk itu, dalam berpengetahuan, manusia tidak bisa melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan.



5



BAB III PENUTUP A.Kesimpulan Unity of Sciences atau wahdatul ulum adalah sebuah pandangan yang menjelaskan bahwa semua ilmu yang ada di muka bumi merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dan juga meliputi tentang sebuah hal yang mana bahwa setiap ilmu yang ada tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Dalam artian lain, bahwa setiap ilmu bersifat multidimensional. Dimana dalam penulisan dan kajian sebuah cabang ilmu membutuhkan keterlibatan dan bantuan dari ilmu bantu lainnya. Menurut pandangan islam, humanisme ditegakkan berdasarkan kemanusiaan yang suci dan diajarkan di dalam al-qur’an. Islam mengajarkan bahwa Allah Swt tidak menciptakan sesuatu tanpa ada manfaat nya. Begitupun dengan manusia, Allah swt menciptakan nya tidak dengan sia-sia. Hal tersebut menjadikan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang memiliki bentuk sebaik-baiknya dan sempurna lahir batinnya. Islam pun tidak pernah mengajarkan untuk mendewakan manusia maupun merendahkannya. Manusia hanyalah penerima amanah dari Allah Swt untuk mengelola alam semesta dengan sebaik-baikya. Paradigma unity of sciences ini menegaskan bahwa semua ilmu pada dasarnya adalah satu kesatuan yang berasal dari dan bermuara pada Allah melalui wahyu-Nya baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, semua ilmu sudah semestinya saling berdialog dan bermuara pada satu tujuan dan selalu berjalan beriringan. Hal ini semestinya berlaku tidak hanya untuk ilmu Agama saja melainkan juga ilmu pengetahuan. Sehingga sudah semestinya agama dan ilmu pengetahuan selalu berjalan beriringan dan tidak bertentangan satu sama lainnya. B.Saran Demikian makalah yang dapat kami buat guna memenuhi tugas kuliah Filsafat Kesatuan Ilmu. Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan untuk makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.



6 DAFTAR PUSTAKA Syamsudin, Ach Maimun, 2012, Integrasi Multidimensi Agama Sains, Jakarta: Diva Press. Fanani Muhyar, Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015. Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Belukar, 2004.



III