Kelompok 10 - TKI - Etos Kerja Dan Kewirausahaan Dalam Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ETOS KERJA DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM



MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Diberikan oleh Syaepul Manan, M.Pd



Oleh Aliati Risma Yanti



NIM 181411067



Alya Rahmawati Dewi



NIM 181411068



Sheha Nur Azzahra Ibrahim NIM 181411094



Kelas 1C – Teknik Kimia



PROGRAM STUDI D3- TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2018



1



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etos Kerja dan Kewirausahaan dalam Islam”. Shalawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W., yang melalui perantaranya kami dapat mengetahui berbagai ilmu yang Allah S.W.T. berikan. Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, yang telah meluangkan tenaga dan waktu nya sehingga dapat tersusun. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menghasilkan yang terbaik. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, sehingga masih jauh dari kata sempurna. Dengan hati terbuka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan penyusunan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi pembaca.



Bandung, September 2018



Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................3 1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................3 1.4 Manfaat Makalah ........................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................5 2.1 Pengertian Etos Kerja ..............................................................................5 2.1.1 Etos Kerja Dalam Perspektif Islam ..........................................................5 2.1.2 Karakteristik Etos Kerja Dalam Islam ...................................................11 2.1.3 Prinsip Etos Kerja Dalam Islam.............................................................13 2.2 Pengertian Kewirausahaan ....................................................................16 2.2.1 Maksud Dan Tujuan Kewirausahaan .....................................................17 2.2.2 Membangun Mental Dan Jiwa Wirausaha Muslim ...............................18 2.2.3 Langkah Menjadi Wirausahawan Sukses ..............................................23 2.2.4 Etika Bisnis Yang Berkah ......................................................................24 BAB III PENUTUP ..........................................................................................27 3.1 Kesimpulan ..............................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................28



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Bekerja adalah suatu kewajiban bagi kaum muslimin. Seorang muslim harus termotivasi agar mau berusaha dengan keras agar bisa menjadi tangan di atas, yaitu orang yang mampu membantu dan memberi sesuatu pada orang lain dari hasil jerih payahnya. Bagaimana mungkin dapat membantu orang lain jika untuk memenuhi dirinya sendiri tidak mencukupi. Bagaimana mungkin dapat mencukupi kebutuhan sendiri jika tidak mau bekerja keras. Seseorang akan dapat membantu sesama apabila dirinya telah berkecukupan. Seseorang dikatakan berkecukupan jika ia mempunyai penghasilan yang lebih. Seseorang akan mendapat penghasilan lebih jika berkerja keras dengan baik. Karena dalam bekerja harus disertai etos kerja tinggi. Etos kerja merupakan totalitas kepribadian diri, serta cara mengekspresikan , memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih perbuatannya secara optimal. Kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidupnya. Unsur-unsur kewirausahaan. Meliputi motivasi, visi, komunikasi,



optimisme,



dorongan



semangat



dan



kemampuan



memanfaatkan peluang. Kebahagiaan merupakan tujuan hidup setiap orang. Dan orang islam meletakkan kebahagiaannya dalam bingkai keridhaan Allah Swt. Sebagai umat muslim harus yakin bahwa berusaha dan bekerja itu merupakan kewajiban dalam hidupnya, karena dalam bekerja terdapat tujuan mulia, manfaat dan hikmah yang banyak. Seorang muslim hendaknya sadar terhadap persoalan dunia yang dihadapinya kini, hari esok, dan hari akhirat kelak. untuk itu perlu memahami kunci sukses menjalani kehidupan ini



1



dengan berfikir cerdas, memilih jenis-jenis usaha yang diminati dan menguntungkan.



Kewirausahaan



memiliki



nilai-nilai



luhur



untuk



membangun dan mengatasi persoalan hidup yang sedang dan kita akan hadapi. Memang tidak mudah dalam berwirausaha, adapun hal-hal yang harus kita perhatikan dalam melakukan wirausaha yaitu dengan kita memikirkan kelemahan dari berwira-usaha yang kita lakukan. Bisa kita ketahui beberapa kelemahan dalam berwirausaha, seperti perolehan pendapatan yang tidak pasti dan akan memikul beban resiko, bekerja keras dan waktu atau jam kerjanya panjang,kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil dikarenakan dia harus berhemat, tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia buat walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya. Selain itu juga memang tidak sedikit pula dari keuntungan dalam berwirausaha. Diantaranya terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri, terbuka peluah untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang secara penuh, terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal, terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usahausaha konkrit, dan terbuka kesempatan untuk menjadi bos dalam wirausaha yang kita lakukan. Setelah kita mengetahui beberapa dari kelemahan dan keuntungan dalam berwirausaha, tentu saja ada upaya-upaya yang diperlukan atau modal awal untuk menjadi pengusaha. Seperti kita harus berani memulai yang artinya tidak perlu menunggu nanti, besok, atau lusa, berani menanggung resiko dan berani gagal yang artinya tidak perlu takut mengalami kerugian, setiap tindakan harus penuh dengan perhitungan, seorang entrepreneur harus mampu menyusun rencana sekarang dan kedepan sebagai pedoman dan alat kontrol baginya, tidak cepat puas dan putus asa, setiap tindakan harus selalu diiringi dengan sikap optimis dan penuh keyakinan, memiliki tanggung jawab serta memiliki etika dan moral sebagai benteng untuk berwirausaha agar menjadi sukses. 2



Sebagaimana telah mengalami semua aktivitas hidup Manusia, perlu dikejar dengan kesadaran adanya akhirat di mana setiap kita akan diminta pertanggungjawaban dalam kehidupan yang telah dijalaninya di dunia. Akankah naif, manusia bisa mudah kehilangan perspektif hidup yang hakiki karena mudah terperangkap oleh pesona duniawi yang mutlak fana, oleh karena itu, agar tidak mudah kehilangan perspektif hidup yang hakiki ini, dibutuhkan manusia secara terus menerus berupaya mereaktualisasi potensi diri. Secara normatif, ajaran Islam mendorong umatnya bekerja keras. Beberapa ayat al-Qur’an dan al-Hadis yang berhubungan dengan etos kerja berikut ini, dapat dijadikan sebagai dasar bahwa Islam sangat memperhatikan etos kerja itu. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian etos kerja? 2. Bagaimana etos kerja dalam perspektif Islam? 3. Bagaimana prinsip etos kerja dalam Islam? 4. Bagaimana pengertian kewirausahaan? 5. Apa maksud dan tujuan kewirauhaan? 6. Bagaimana cara membangun mental dan jiwa wirausaha muslim? 7. Bagaimana langkah-langkah menjadi wirausahawan sukses? 8. Bagaimana etika binis yang berkah? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Menjelaskan pengertian etos kerja. 2. Menjelaskan etos kerja dalam persfektif Islam. 3. Menjelaskan prinsip etos kerja dalam Islam. 4. Menjelaskan pengertian kewirausahaan. 5. Menjelaskan maksud dan tujuan kewirauhaan. 6. Menjelaskan cara membangun mental dan jiwa wirausaha muslim. 7. Menjelaskan langkah-langkah menjadi wirausahawan sukses. 8. Menjelaskan etika bisnis yang berkah.



3



1.4 Manfaat Makalah Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat dan kegunaan baik itu secara teoretis maupun secara praktis.Secara teoretis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep pengetahuan tentang pentingnya etos kerja dan kewirausahaan. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuwan. 2. Pembaca, sebagai media informasi tentang konsep etos kerja dan entrepreneurship.



4



BAB II Pembahasan 2.1 Pengertian Etos Kerja Perbincangan tentang etos kerja, di kalangan ilmuwan, cendikiawan, birokrat dan politisi bukanlah sesuatu yang baru. Hal itu bukan berarti para pakar telah memberikan satu definisi yang seragam tentang pengertian etos kerja. Menurut, Nurcholis Majid (1995), etos artinya watak, karakter, sikap, kebiasaan dan kepercayaan yang bersifat khusus tentang seseorang induvidu atau sekelompok manusia. Sedangkan Cliffoot Greertz (1997), etos adalah sikap mendasar manusia terhadap diri dan dunia yang dipancarkan dalam hidup, dan etos erat kaitannya dengan aspek moral maupun etika yang dihasilkan oleh budaya. Pandji Anoraga (1992), kerja adalah bagian yang paling esensial dari kehidupan manusia, ia akan memberikan status dari masyarakat yang ada di lingkungannya, sehingga dapat memberikan makna dari kehidupan manusia yang bersangkutan. Sedangkan El-Qussy(1974), seorang pakar Ilmu Jiwa kebangsaan Mesir, mengatakan bahwa kerja adalah perbuatan yang berhubungan dengan mental, yang mempunyai ciri kepentingan, yaitu untuk mencapai maksud atau mewujudkan tujuan tertentu. Dari sejumlah definisi tersebut, dapatlah dipahami bahwa etos kerja, Pertama adalah sikap seseorang atau suatu bangsa yang sangat mendasar tentang kerja, yang merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi dari nilainilai ketuhanan (ilahiyah). Kedua, Etos kerja adalah pancaran dari sikap hidup manusia yang mendasar terhadap kerja dan kerja yang dimaksud adalah kerja bermotif yang terikat dengan penghasilan atau upaya memperoleh hasil, baik yang bersifat material manupun non material (spiritual).



2.1.1 Etos Kerja dalam Prespektif Islam Perbedaan antara etos kerja dengan etos kerja islami terletak pada Niatnya, Etos kerja berupa semangat dan totalitas sikap dalam bekerja Sedangkan Etos kerja islami merupakan semangat dan totalitas sikap dalam



5



bekerja dan dilandasi dengan niatan lillahita’ala sehingga pekerjaannya tersebut selain mendatangkan materi juga menjadi amal. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Bersabda ‫سم عت ق ال ع نه هللا ر ضي بال خطا ب ن عمر ح فص أب ي ال مؤم ن ين أم ير عن‬ ‫ ب ال ن يات األع مال إن ما " ي قول و س لم ع ل يه هللا ص لى هللا ر سول‬, ‫امرئ ل كل وإن ما‬ ‫ ن وى ما‬, ‫ ور سول ه هللا إل ى ف هجرت ه ور سول ه هللا إل ى هجرت ه ك ان ت ف من‬, ‫ك ان ت ومن‬ ‫ع ل يه م ت فق " إل يه هاجر ما إل ى ف هجرت ه ي ن كحها امرأة و ي ص ي بها دن يا إل ى هجرت ه‬ Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal ( Pekerjaan)itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”. Di Dalam Al-Qur’an Suroh An-najm ayat 39 juga dijelaskan



Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya( QS. An-Najm: 39) Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar pada firman Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya.



6



Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian (QS. AlBaqarah : 264) Ayat ini dimulai dengan panggilan mesra Ilahi, Wahai orang-orang yang beriman, disusul dengan larangan, jangan membatalkan, yakni ganjaran sedekah kamu. Kata ganjaran tidak disebutkan dalam ayat ini untuk mengisyaratkan, bahwa sebenarnya bukan hanya ganjaran atau hasil dari sedekah itu yang hilang, tetapi juga sedekah yang memberikan modal pun hilang tidak berbekas, keduanya hilang lenyap. Allah bermaksud melipatgandakannya namun kamu sendiri yang melakukan sesuatu yang mengakibatkannya hilang lenyap, karena kamu menyebut-nyebutnya dan mengganggu perasaan si penerima. Sungguh tercela sifat mereka. (Tafsir Al-Mishbah,vol 1,h.571-572) Dua kelakuan buruk di atas dipersamakan dengan dua hal buruk yaitu pamrih dan tidak beriman. Orang yang pamrih melakukan sesuatu dengan tujuan mendapat pujian manusia tidak wajar mendapat ganjaran dari



7



Allah. Yang tampak oleh manusia bahwa dia bersedekah karena Allah, padahal dia bermaksud meraih pujian orang melalui sedekahnya, serta tujuan-tujuan duniawi lainnya, dengan memutuskan perhatiannya dari interaksi dengan Allah dan dari tujuan meraih keridhaan-Nya (Tafsir Ibnu Katsir,h.440). Kelakukannya itu menunjukkan ia tidak percaya kepada Allah tidak juga hari Kemudian. Bersedekah dengan pamrih (riya’) diibaratkan seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat. Seandainya dia bukan batu licin seandainya batu retak, berlubang, atau berpori-pori, bisa jadi tanah yang tersisa, jadi ada sisa-sisa yang tidak keluar akibat hujan, tetapi dia batu licin yang halus, licin, dan dengan sedikit air saja sudah dapat membersihkannya apalagi kalau hujan lebat, maka ia menjadi bersih, tidak meninggalkan sedikit tanah atau debu pun. Dan dengan demikian, mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, yakni tidak mendapat sesuatu apapun dari sedekah mereka itu, dan memang Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir, di antaranya mereka yang mengkufuri nikmat-Nya dan tidak mensyukuri-Nya. (Tafsir Al-Mishbah,vol 1,h.572-573)



Bekerja keras adalah merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap orang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah SWT, hal ini dibuktikan dengan banyaknya perintah Allah dalam Al-quran yang menyuruh untuk bekerja, seperti Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:



8



“ Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10) Pada ayat ini dijelaskan, yaitu apabila telah ditunaikan shalat, maka bersegeralah mencari karunia Allah, kembali pada kegiatan masing-masing bertebaran dimuka bumi untuk mencari rizki yang halal dan baik. Diakhir ayat, Allah SWT menganjurkan bahwa dalam mencari rizki supaya banyak berdzikir kepada-Nya agar memperoleh keberuntungan. Dzikir artinya ingat atau menyebut. Dzikrullah adalah bagian terpenting dalam kehidupan umat Islam, baik dalam kaitannya dengan masalah aqidah, ubudiyah dan akhlak. Baik dalam hubungan dengan Allah maupun hubungan sesama manusia, Rasulullah adalah orag yang paling banyak berdzikir, selalu ingat kepada Allah baik dalam situasi dan kondisi apapun. Dalam sebuah hadist disebutkan : ‫ ق ال ت ع نها هللا ر ضي عائ ي سة عن‬: ‫ص هللا ر سول ك ان‬.‫م‬. ‫ع لى هللا ي ذك ر‬ ‫اح يان ه ك لل‬. (‫(م س لم رواه‬ “Dari Aisyah ra mengatakan, adalah Rasulullah SAW berdzikir kepada Allah sepajang hayatnya”( HR. Muslim) Setiap muslim dapat melihat bagaimana Allah menjelsakan format ibadah pada-Nya. Selain dituntut untuk shalat kemudian berusaha mencari nafkah. Tidak berpangku tangan dan bermalasan menunggu datangnya rezeki, seumpama dengan meminta sedekah. Rosul bersabda َ َ ‫قَا َل عَنه َما‬: ‫يَلَ ال َما ( و س لم ع ل يه هللا ص لى اَلنَبَ َي قَا َل‬ ‫ض َي ع َم َر ب َناَ َو َع َن‬ َ ‫هللا َر‬ ُ َ‫َعلَي َه متَف‬ ‫ال يَسأَل اَلرَجل‬ َ َ‫ي اَلقَيَا َم َة يَو َم يَأتَ َي َحتَى اَلن‬ َ ‫ق ) لَح َم ملعَة َوج َه َه فَي لَي‬



Artinya :



9



Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang yang selalu meminta-minta pada orangorang, akan datang pada hari kiamat dengan tidak ada segumpal daging pun di wajahnya." (Muttafaq Alaihi). Etos kerja dalam perspektif Islam juga dapat diartikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaanya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal soleh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Adz-Dzaariyat: 56



Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku ( QS. Adz-Dzaariyat: 56). Menurut Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam tafsirnya, AlMisbah, penafsiran ayat di atas adalah sebagai berikut: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang kembali pada diriKu. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan atau kesudahan aktivitas meraka adalah beribadah kepada-Ku. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:



Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain[1586], (QS.Al-Insyiroh :7)



10



[1586] Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah selesai mengerjakan shalat berdoalah. (QS.94:7) 2.1.2 Karakteristik Etos Kerja Dalam Islam 1. Iman dan Taqwa Yang



dinamakan



iman



adalahmeyakini



di



dalam



hati,



menyatakannya dengan lisan, dan malaksanakannya dengan perbuatan. Kata taqwa (at-taqwa) dan kata-kata kerja serta kata-kata benda yang dikaitkan dengannya memiliki tiga arti, menurut Abdullah Yusuf Ali pertama, takut kepada Allah, merupakan awal dari ke’arifan. Kedua, menahan atau menjaga lidah, tangan dan hati dari segala kejahatan. Ketiga, ketaqwaan, ketaatan dan kelakuan baik. Dalam Al-qur’an banyak memuat ayat yang manganjurkan taqwa dalam setiap perkara dan pekerjaan. Ayat-ayat tentang keimanan selalu diikuti dengan ayat-ayat kerja, demikian pula sebaliknya. Ayat seperti “orang-orang yang beriman” diikuti dengan ayat “dan mereka yang beramal sholeh”. Jika Allah SWT ingin menyeru kepada orang-orang mukmin dengan nada panggilan seperti “Wahai orang-orang yang beriman”, maka biasanya diikuti oleh ayat yang berorentasi pada kerja dengan muatan ketaqwaan, di antaranya, “keluarkanlah sebagian dari apa yang telah kami anugerahkan kepada kamu”, “janganlah kamu ikuti/rusakkan sedekahsedekah (yang telah kamu keluarkan) dengan olokan-olokan dan kata-kata yang menyakitkan” ; “wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah”.[3][12] Keterkaitan ayat-ayat tersebut memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar utama etos kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya. Memisahkan kerja dengan iman berarti



11



mengucilkan Islam dari aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada



wilayah



kemaslahatannya



sendiri,



bukan



dalam



kaitannya



perkembangan individu, kepatuhan dengan Allah, serta pengembangan umat manusia. Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etos yang harus diikutsertakan di dalamnya, oleh karena kerja merupakan bukti adanya iman dan parameter bagi pahala dan siksa. Hendaknya para pekerja dapat meningkatkan tujuan akhir dari pekerjaan yang mereka lakukan, dalam arti bukan sekedar mencari upah dan imbalan, karena tujuan utama kerja adalah demi memperoleh keridhaan Allah SWT sekaligus berkhidmat kepada umat. Prinsip inilah yang terutama dipegang teguh oleh umat Islam, sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang zaman. 2.



Niat (komitmen)



Pembahasan mengenai pandangan Islam tentang etos kerja barang kali dapat dimulai dengan usaha menangkap makna sedalam-dalamnya sabda Nabi yang amat terkenal ‫ب ال ن يات األع مال إن ما‬ bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (tujuan mencari ridha Allah) maka iapun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka), maka setingkat tujuan itu pulalah nilai kerjanya tersebut.[4][14] Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang sesuai dengan dengan tinggi rendah nilai komitmen yang dimilikinya. Dan komitmen atau niat adalah suatu bentuk pilihan dan keputusan pribadi yang dikaitkan dengan sistem nilai (value system) yang dianutnya. Oleh karena itu komitmen atau niat juga berfungsi sebagai sumber dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan sunggguh-sungguh. 12



Sebuah pekerjaan pekerjaan yang dilakukan tanpa tujuan luhur yang terpusat pada usaha mencapai ridho Allah berdasarkan iman kepadanya itu adalah bagaikan fartamorgana. Yakni, tidak mempunyai nilai-nilai atau makna yang suptansial apa-apa. 2.1.3 Prinsip Etos Kerja Dalam Islam Menurut riwayat Al-Baihaqi dalam ‘Syu’bul Iman’ ada empat prinsip etos kerja yang diajarkan Rasulullah. Keempat prinsip itu harus dimiliki kaum beriman jika ingin menghadap Allah dengan wajah berseri bak bulan purnama. Pertama, bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan). Halal dari segi jenis pekerjaan sekaligus cara menjalankannya. Antitesa dari halal adalah haram, yang dalam terminologi fiqih terbagi menjadi ‘haram lighairihi’ dan ‘haram lidzatihi’. Analoginya, menjadi anggota DPR adalah halal. Tetapi jika jabatan DPR digunakan mengkorupsi uang rakyat, status hukumnya jelas menjadi haram. Jabatan yang semula halal menjadi haram karena ada faktor penyebabnya. Itulah ‘haram lighairihi’. Berbeda dengan preman. Dimodifikasi bagaimanapun ia tetap haram. Keharamannya bukan karena faktor dari luar, melainkan jenis pekerjaan itu memang ‘haram lidzatihi’. Kedua, bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah). Kaum beriman dilarang menjadi benalu bagi orang lain. Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang muda dan kuat tetapi pekerjaannya mengemis. Beliau kemudian bersabda, “Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya di atas punggung lebih baik dari orang yang mengemis kepada orang kaya, diberi atau ditolak” (HR Bukhari dan Muslim). Dengan demikian, setiap pekerjaan asal halal adalah mulia dan terhormat dalam Islam. Lucu jika masih ada orang yang merendahkan jenis 13



pekerjaan tertentu karena dipandang remeh dan hina. Padahal pekerjaan demikian justru lebih mulia dan terhormat di mata Allah ketimbang meminta-minta. Ketiga, bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Mencukupi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain. Tidak dapat diwakilkan, dan menunaikannya termasuk kategori jihad. Hadis Rasulullah yang cukup populer, “Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang dihasilkan tangannya. Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada diri, keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung sebagai sedekah” (HR Ibnu Majah). Tegasnya, seseorang yang memerah keringat dan membanting tulang demi keluarga akan dicintai Allah dan Rasulullah. Ketika berjabat tangan dengan Muadz bin Jabal, Rasulullah bertanya soal tangan Muadz yang kasar. Setelah dijawab bahwa itu akibat setiap hari dipakai bekerja untuk keluarga, Rasulullah memuji tangan Muadz seraya bersabda, “Tangan seperti inilah yang dicintai Allah dan Rasul-Nya”. Keempat, bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi). Penting dicatat, Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam melarang kaum beriman bersikap egois. Islam menganjurkan solidaritas sosial, dan mengecam keras sikap tutup mata dan telinga dari jerit tangis lingkungan sekitar.



14



“Hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian harta yang Allah telah menjadikanmu berkuasa atasnya.” (Qs Al-Hadid: 7). Lebih tegas, Allah bahkan menyebut orang yang rajin beribadah tetapi mengabaikan nasib kaum miskin dan yatim sebagai pendustapendusta agama .



Artinya tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?(1)Itulah orang yang menghardik anak yatim(2)dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin(3) (Qs Al-Ma’un: 1-3). Itu karena tidak dikenal istilah kepemilikan harta secara mutlak dalam Islam. Dari setiap harta yang Allah titipkan kepada manusia, selalu menyisakan hak kaum lemah dan papa. Demikianlah, dan sekali lagi, kemuliaan pekerjaan sungguh tidak bisa dilihat dari jenisnya. Setelah memenuhi empat prinsip di atas, nilai sebuah pekerjaan akan diukur dari kualitas niat (shahihatun fi an-niyat) dan pelaksanaannya (shahihatun fi at-tahshil). Itulah pekerjaan yang bernilai ibadah dan kelak akan mengantarkan pelakunya ke pintu surga. Istilah wirausaha merupakan terjemahan dari kata entrepreneur (bahasa Perancis), yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between, yaitu orang yang berani bertindak mengambil peluang.



15



2.2 Pengertian Kewirausaan Kasmir



dalam



bukunya



mendefinisikan



wirausahawan



(entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Kewirausahaan adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dari perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menururt Thomas W. Zimmerer (1996), kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin serta proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.



Menurut Robert D. Hisrich et al. kewirausahaan adalah suatu proses dinamis atas penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang berani mengambil resiko utama dengan syarat-syarat yang wajar, waktu dan atau komitmen karier atau penyediaan nilai untuk berbagai barang dan jasa. Produk dan jasa tersebut tidak atau mungkin baru atau unik, tetapi nilai tersebut bagaimanapun juga harus dipompa oleh usahawan dengan penerimaan dan penempatan kebutuhan keterampilan dan sumbersumber daya. Peter F. Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan ada yang sebelumnya. Sementara itu, Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai 16



suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha) Menurut Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1 995: “Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.” Hakikat kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (create new & different). Berpikir sesuatu yang baru (kreativitas) dan bertindak melakukan sesuatu yang baru (keinovasian) guna menciptakan nilai tambah (value added) agar mampu bersaing dengan tujuan menciptakan kemakmuran individu dan masyarakat. Karya dari wirausaha dibangun berkelanjutan, dilembagakan agar kelak dapat tetap berjalan dengan efektif di tangan orang lain. 2.2.1



Maksud dan Tujuan Kewirauhaan



1.Meningkatkan jumlah wirausaha berkualitas Dengan bimbingan yang tepat, sumber daya manusia tersebut tidak hanya dapat diberdayakan kemampuannya, namun juga dapat dilatih dan dikembangkan supaya dapat menjadi calon wirausaha yang berkualitas. 2.Membudayakan semangat wirausaha di masyarakat Tujuan kewirausahaan membudayakan semangat wirausaha di masyarakat dapat diwujudkan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu dengan bersikap seperti apa adanya seorang entrepreneur. 3. Memajukan dan menyejahterakan masyarakat Semakin sukses dan semakin berkembangnya sebuah bisnis, pasti akan membutuhkan semakin banyak sumber daya manusia. Dengan berkurangnya jumlah pengangguran, berarti sebuah bisnis telah berhasil 17



mewujudkan tujuan kewirausahaan untuk memajukan dan menyejahterakan masyarakat. 2.2.2 Membangun Mental dan Jiwa Wirausaha Muslim Wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan yang sukses atau definisi lain wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi pada tindakan, dan bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar tujuannya. Wirausaha harus mempunyai sifat percaya diri dalam melakukan bisnisnya, seorang wirausaha harus yakin bahwa dia harus sukses dalam menjalankan



usahanya.



wirausaha



tidak



boleh



mempunyai



sifat



ketergantungan, karena sifat ini sangat berpengaruh sekali dalam usahanya. Seorang wirausaha harus bisa belajar mandiri sebagai individualitas dan selalu optimis dalam setiap menentukan langkah. Seorang wirausaha juga harus memberikan kepercayaan kepada rekan mitra kerjanya agar tumbuhnya saling percaya dapat memberikan peluang yang besar, wirausaha harus selalu berpikir positif dari pada berpikir negative. wirausaha tidak boleh selalu menunda dalam setiap kegiatan yang ada saat itu karena sangat berpengaruh sekali dalam usahanya, seorang wirausaha harus segera dan buru-buru mengambil dan mencari peluang agar tidak kedahuluan pesaingnya, seorang wirausaha juga harus selalu sigap dalam mencari informasi tentang bisnis agar bias membaca peluang pasar, maka sangatlah penting sekali seorang wirausaha itu selalu meningkatkan daya pikir mereka agar tidak terpuruk karena semakin majunya teknologi. Wirausaha harus mengejar tujuan- tujuan yang berehubungan dengan kemampuan-kemampuan dan keterampilan. Terimalah diri anda sebagaimana adanya dan cobalah tekankan kekuatan- kekuatan anda dan kuarangilah kelemahan anda. Jika anda secara jujur dan agresif mengejar



18



tujuan ini anda akan mencapai hasil-hasil yang positif. Berorientasi pada tujuan akan mendorong sifat-sifat anda yang paling baik. Kebanyakan orang membiarkan keadaan luar mengendalikan sikap mereka. Sikap mental positif memudahkan wirausaha untuk memfokuskan pada kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian dan atas hasil-hasil yang ingin dicapai. Seorang wirausaha harus bersikap mental secara positif terhadap semua peristiwa dan mencari hikmah dalam setiap penglaman. Wirausaha yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil baik, seorang pempmpin harus mencari peluang-peluang memulai proyek-proyek mengumpulkan sumber daya manusia dan financial yang diperlukan untuk melaksanakan proyek untuk menentukkan tujuan mereka sendiri dan orang lain. Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mencari peluang cara-cara yang lebih baik. Sifat-sifat kepemimpinan harus dikembangkan sendiri karena sifat ini berbeda-beda pada setiap orang. wirausaha harus berani mengambil resiko karena mereka ingin berhasil. Mereka mendapatkan tugas-tugas yang sulit tetapi realistic dengan menerapkan ketrampilan mereka. Jadi situasi resiko kecil dan situasi resiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan ini tidak mungkin terdapat pada masing-masing situasi itu. Ringkasnya wirausaha menyukai tantangan yang sulit namun dapat dicapai. Kebanyakan orang takut mengambil resiko karena mereka ingin aman dan mengelakkan kegagalan namun setiap pekerjaan mengandung resiko. Dalam berwirausaha kita tidak boleh kaku tetapi kita harus aktif dan efektif dalam setiap langkahnya, agar semua yang kita cita-citakan dapat terlaksana dengan hasil yang maksimal. Tidak ada salahnya seorang wirausaha itu selalu meningkatkan skillnya kita tidak boleh malu berguru kepada orang yang dianggap mempunyai pengetahuan lebih dari kita, beguru pun tidak harus berguru pada orang yang lebih tinggi derajatnya tetapi dapat berguru pada siapa saja. Seorang wirausaha tidak boleh selalu merasa puas dia harus selalu mencoba mencoba dan terus mencoba hingga



19



hasilnya maksimal. Seorang wirausaha perlu berpikir positif untuk menghadapi liberalisasi perekonomian dunia. Berpikir positif merupakan bagian dari persiapan mental pengusaha untuk mengahadapi era pasar bebas. Karena era perdagangan bebas sebenarnya bukan hanya menjadi tantangan usaha kecil, tetapi juga tantangan serius bagi pengusaha menengah dan besar. Akan tetapi tantangan yang akan dihadapi oleh usaha kecil dalam era perdagangan bebas tidak seserius yang akan dihadapi oleh usaha menengah dan besar. Wirausahawan harus dipaksa untuk meningkatkan profesionalitas dan efisiensi usaha-usah guna mengantisipasi persaingan yang semaikn lama semakin besar dan ketat. Pentingnya berpikir positif bagi para wirausaha sangat dibutuhkan. Wirausaha tidak boleh takut gagal tetapi harus bisa mengambil resiko. Wirusahawan juga harus dapat menerima kenyataan dengan lapang dada apabila terjadi kerugian dalam bisnisnya. Salah satu kiat sukses pengusaha selain berpikir positif tetapi juga jeli melihat peluang dan mampu memanfaatkan peluang tersebut, punya kemampuan melihat peluang, namun tidak bias memanfaatkannya akan sia-sia. Sementara niat besar untuk menggarap usaha atau bisnis, namun tak peka melihat peluang hanya membuang waktu dan energi saja. Sehingga pengusaha yang dapat menangkap peluang bias dikatakan sebagai separo sukses sudah ada ditangan.



Tinggal



mengoptimalkan



kinerja,



etos



kerjanya



dan



mengembangkan jaringan khususnya jaringan pemasaran. Manajemen praktis sebenarnya masuk dalam relung-relung yang mendasar tersebut tanpa harus terkontaminasi dengan nuansa kolusi dan nepotisme. Jika seorang pengusaha masih menggantungkan diri pada fasilitas dan kemudahan birokrasi maka matanya jadi tertutup dan tak mampu lagi melihat pelauang didepan mata. Adapun yang diperlukan adalah wawasan atau pengetahuan yang mampu meningkatkan kepekaan usahawan dan manajer melihat jauh



20



kedepan dalam hal kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa agar mampu menangkapnya sebagai peluang dan mewujudkannya sebagai usaha bisnis. 1. Bangkitkan jiwa rasa ingin tahu Rasa



keingintahuan



sangatlah



penting



untuk



menunjang



pengetahuan anda. Pernah mengalami kejadian dimana anda tidak tahu kemudian akhirnya anda tidak jadi melakukannya, seperti itulah pentingnya sebuah pengetahuan. Dalam dunia bisnis, ada banyak hal yang perlu anda pelajari, meningkatkan pengetahuan dengan mempelajari bisnis akan meningkatkan mental anda juga, dengan mental bisnis yang meningkat, jelas akan membuat anda semakin percaya diri. Seperti halnya ketika anda akan melakukan ujian, dimana malam sebelumnya anda sudah belajar, ketika ujian datang pasti anda akan lebih percaya diri. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, anda tidak akan merasa malas dan bosan dalam mempelajari bisnis, khususnya bisnis di industri yang anda targetkan, dengan begitu anda akan memiliki amunisi yang benar-benar sakti mandraguna. 2. Berani Mencoba Punya pengetahuan dan keahlian tapi gak berani mencoba, lah bagaimana mau sukses kalau begitu? Secanggih-canggihnya smartphone yang anda miliki, jika tidak digunakan maka anda juga tidak bisa merasakan kecanggihannya. Maka dari itu, jika anda memiliki kemampuan, keahlian, atau ide bisnis, cobalah untuk merealisasikannya. Jangan pernah berpikir bahwa anda dapat meraih kesuksesan tanpa kesusahan, dengan keberanian untuk mencoba akan membangun mental bisnis anda untuk mencapai kesuksesan yang anda impikan selama ini. 3. Jangan Takut Mengambil Resiko Resiko merupakan bagian dari sebuah bisnis, anda harus memahami bahwa di setiap bisnis pasti memiliki resikonya sendiri. Jangan pernah mengharapkan bahwa anda akan terhindar dari resiko ketika ingin menjalani 21



bisnis. Jadi intinya, beranilah untuk melawan resiko yang menghadang, jangan merasa minder jika anda sedang menghadapi resiko yang besar, karena disitulah mental bisnis anda di bangun. Perlu anda pahami, ketika anda tidak berani mengambil sebuah resiko, disitulah sebenarnya anda kehilangan peluang untuk sukses, karena kesuksesan itu selalu beriringan dengan resiko. 4. Berfikir Positif “Pikiran dan ucapan adalah sebuah doa”, begitulah ucapan orang tua jawa. Pepatah dan nasihat tersebut memang benar adanya. Berpikiran positif merupakan hal pokok dalam memulai segalanya, daripada berpikiran negative yang hanya akan meredupkan semangat, membenamkan ide, dan mencegah anda bertindak, lebih baik anda berpikir positif yang akan membuat anda tambah semangat, dan menjernihkan pikiran, sehingga anda akan lebih yakin dalam menjalani bisnis.



5. Semangat Membara Semangat yang tinggi sangat



anda perlukan dalam membangun mental bisnis yang kuat, karena dengan semangat secara otomatis anda juga akan memiliki daya dongkrak yang kuat dalam melakukan segala aktivitas bisnis anda. Selain itu, semangat juga akan membuat anda melakukan aktivitas dengan cara yang lebih efektif dan efisien, bandingkan jika anda melakukan aktivitas dengan semangat yang lesu, pasti tidak akan maksimal dan merasa gampang capek sehingga efektivitas dan efisiensi kurang bagus. 6. Terus Mencoba Salah satu cara membangun mental bisnis yang kuat adalah dengan terus mencoba, mencoba, dan mencoba, artinya jangan menyerah dan lapang dada ketika anda menghadapi ketidakberhasilan karena itu bukanlah suatu kegagalan, namun jalan yang perlu anda lalui sebelum mencapai suatu keberhasilan. Menyikapi suatu ketidakberhasilan dengan lapang dada akan lebih baik daripada di sikapi dengan marah-marah, marah karena



22



ketidakberhasilan tidak akan menghasilkan apa-apa dan hanya akan memperkeruh keadaan. Lapang dada lah, bersabarlah, sehingga pikiran anda jernih, dengan begitu solusi terbaik akan muncul 7. Tingkatkan Spiritualitas Religious Mental yang kuat adalah mental yang tahan banting, namun hati juga harus merasakan suatu kenyamanan, karena itulah suatu spiritualitas religius sangat diperlukan. Macam-macam kegiatan spiritualitas yang dapat anda jalankan seperti beribadah, berdoa, bersedekah, atau ibadah lainnya sesuai dengan agama anda. Ada pepatah yang mengatakan “tanpa agama, anda akan buta”, sehingga kita memang memerlukan sebuah kegiatan keagamaan untuk meningkatkan mental kita, membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta mengontrol diri sendiri agar tetap berjalan di jalan yang positif dalam menjalankan bisnis. 2.2.3



Langkah Menjadi Wirausahawan Sukses



1. Mulailah dari Mimpi dan Imajinasi Dengan mimpi dan keyakinanlah seharusnya produk-produk kita ditawarkan. Hanya seorang pemimpi yang mampu menciptakan dan membuat terobosan dalam produk, cara pelayanan, jasa. Dengan mimpi tidak ada keterbatasan dan kata tidak mungkin, sehingga bisa berkreasi tanpa batas. 14 2. Mencintai Produk atau Servis yang Ditawarkan Mencintai produk yang ditawarkan akan menjadikan pekerjaan kita lebih menyenangkan. Dan karena kita mencintai produk, juga akan lebih mudah meyakinkan pelanggan. 3. Antusiasme dan Keuletan Antusiasme dan keuletan adalah pertanda cinta dan keyakinan. Sikap malas dan ogah-ogahan hanya akan membuat usaha kita tertinggal. 4. Pelajari Dasar-Dasar Bisnis



23



Pengetahuan adalah kunci keberhasilan, tidak akan ada sukses tanpa pengetahuan. Belajar dengan orang-orang yang telah sukses akan membantu dan memotivasi kita ketika melewati masa-masa sulit. 5. Berani Mengambil Resiko Harus di ingat hasil yang di capai akan proporsional dengan resiko yang di ambil. Sebuah resiko yang diperhitungkan akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. 6. Lakukan Komunikasi dengan Baik Kemampuan untuk memahami dan menguasai hubungan dengan pelanggan akan sangat membantu mengembangkan usaha. Kepiawaian dalam berkomunikasi adalah kunci sukses memasarkan produk.



7. Kerja Keras Entrepreneur sejati tidak pernah lepas dari kerja keras. Pada saat tidurpun otaknya bekerja dan berpikir akan peluang bisnis yang baik. Ciriciri mereka tak kenal lelah dan putus asa. 2.2.4



Etika Bisnis yang Berkah



1. Sedikit Untung Banyak Laku Bisnis yang paling menguntungkan adalah bisnis yang membuat semakin banyak orang yang merasa diuntungkan. Jika kita serakah karena ingin untung besar sendiri,maka jangan heran jika kita malah memperoleh kerugian. Memang, bias jadi pertamanya merasa untung, namu sesudah itu orang akan merasa terkecoh sehingga tidak ada lagi yang ingin bertransaksi lagi dengannya. Tidak Cuma itu, merekapun bias saja menyampaikan penyesalan dan keluhannya kepada orang lain sehingga kredibilitas kita semakin berkurang. Akibatnya kita tinggal menunggu waktu bangkrut saja.



24



Oleh karenanya, mari kita mulai menikmati keberuntungan orang lain sebagai satu keuntungan kita. Ungkapkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, dengan merasa nikmat ketika melihat orang lain mendapatkan barang baik dengan harga murah. 2. Mudah dan Menyenangkan Jangan pernah mempersulit orang lain ketika bertransaksi, apalagi jika kita bias dengan murdah menyelesaikannya. Percayalah orang yang suka mempersulit orang lain hidupnya akan selalu dirundung kesulitan juga. Buatlah suasana yang mudah dan menyenangkan dalam setiap transaksi bisnis yang kita lakukan. Dengan begitu jadi atau tidak transaksi yang dilakukan, insya Allah selalu meninggalkan kesan kebaikan yang tergambar pada kedua belah pihak. 3. Jujur Kejujuran adalah harga mati yang harus dilakukan seseorang apabila ingim usahanya berkah. Kejujuran adalah harga diri, kehormatan, dan kemuliaan bagi siapapun yang berpegang teguh kepadanya. Sebaliknya, tipu daya, licik dan kebohongan hanya untuk mendapatkan untung sedikit, niscaya akan menghancurka kredibilitas perusahaan kita.akibatnya, bukan kemuliaan dan kehormatan yang didapat, tetapi kesengsaraan dan kehinaan yang diraih. 4. Tepat Janji Janji adalah hutang. Tidak ada kata lain bagi yang ingin bisnisnya berkah, selain harus sekuat-kuatnya menepati janji. 5. Amanah Tidak ada yang lebih mulia dari sifat-sifat lainnya, selain menunaikan sifat amanah. Karenanya suatu kehormatan bersar jikalau kita mampu menunaikan amanah yang kita terima. 6. Bertabur Zikir dan Doa Dengan banyak berdzikir kepada Allah SWT, niscaya transaksi bisnis apapun akan jauh lebih bermakna. Tidak sekedar pertukaran uang dan barang saja, tetapi ada yang lebih dari semua itu, yaitu aktifitas bisnis kita



25



menjadi bagian dari dzikir (pengingat) kepada Allah. Karenanya, sangat dianjurkan bila mengawali suatu transaksi, ucapkanlah basmalah dan mengakhirinya dengan hamdalah. Taburkan juga doa. Yakinlah bahwa doa adalah senjata orang beriman. Dengan doa kita bias meminta takdir terbaik bagi diri dan bisnis yang kita lakukan. 7. Sedekah Melimpah Sedekah adalah penolak bala dan pelipat ganda rezeki. Karena itu sedekah adalah hal yang sangat dianjurkan.



26



BAB III PENUTUP 3.1



Kesimpulan Etos kerja adalah semangat dan totalitas dalam bekerja yang dapat menjadi kunci kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat . Oleh karena itu mari kita tanamkan dalam diri kita etos kerja yang islami. Bekerja dengan prinsip-prinsip keimanan dan ketaqwaan. Lakukanlah pekerjaan dengan total, sungguh-sungguh, dan maksimal karena niat beribadah kepada Allah Swt. Kewirausahaan merupakan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kewirausahaan bertujuan untuk meningkatkan jumlah wirausaha yang berkualitas, membudayakan semangat berwirausaha di masyarakat dan memajukan kesejahteraan masyarakat. Sebagai seorang muslim, kita dianjurkan untuk memiliki kemampuan untuk melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis dan kemudian mengumpulkan sumber daya untuk mendapatkan keuntungan yang berkah. Kemampuan tersebut harus dimiliki oleh seorang wirausaha muslim. Untuk membangun mental dan jiwa seorang wirausaha muslim maka kita harus membangkitkan rasa ingin tahu, berani mencoba, jangan takut mengambil resiko, berpikir positif, terus mencoba dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses maka langkah-langkah yang harus kita lakukan yaitu mulailah memiliki mimpi, cintai produk atau pelayanan yang ditawarkan, antusias, ulet, pelajari dasardasar bisnis, berani mengambil resiko, lakukan komunikasi dengan baik dan bekerja keras. Agar keuntungan yang kita dapat dari bisnis berkah maka dalam berbisnis kita dapat menerapkan prinsip sedikit untung banyak laku. Selain itu kita juga harus jujur, tidak mempersulit orang lain, tepat janji, amanah, selalu berzikir dan berdoa, serta menyisihkan sebagian dari keuntungan tersebut untuk bersedakah dan jangan lupa untul membayar zakat.



27



DAFTAR PUSTAKA Jusmaliani. 2013. Bisnis Berbasis Syariah. Jakarta : Bumi Aksara Gymnastiar, Abdullah. 2004. Etika Bisnis MQ. Bandung : MQ Publishing Abidin, Zaenal. 2013. “Pengertian dan Maksud Etos Kerja Islam”, http://ikumpul.blogspot.com/2013/05/pengertian-maksud-etos-kerjaislam-muslim.html, diakses pada 17 September 2018 pukul 11.30 Saepulloh, Muhammad. 2010. “Etos Kerja dalam Prespektif Islam”. http://iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/654, diakses pada 17 September 2018 pukul 11.47 Hamidatul, Imas. 2016. “Kewirausahaan dalam Prespektif Islam”, https://www.kompasiana.com/imashi/585b94a35093736c1c1090c5/kewi rausahaan-dalam-perspektif-islam, diakses pada 17 September 2018 pukul 13.15 Seila, Yunita. 2016. “Kewirauhaan Menurut Prespektif Islam”, https://www.kompasiana.com/seli_yulita/585904e330977333129b306c/ kewirausahaan-menurut-perspektif-islam, diakses pada 17 September 2018 pukul 11.54 Linda, Lusia. 2015. “Kewirauhaan Menurut Pandangan Islam”, https://www.kompasiana.com/lusia31/585b3f201497737c0c238760/kew irausahaan-menurut-pandangan-islam, diakses pada 17 September 2018 pukul 12.44



28