Kelompok 2 - K3 - Hazard Di Lingkungan Kerja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS K3 DAN KESEHATAN LINGKUNGAN ANALISIS HAZARD DI TEMPAT KERJA (Studi Kasus di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang)



Oleh Kelompok 2: Isma Faridatus Sholihah



102014153001



Dinana Izzatul Ulya



102014153007



Zulfia Rahmi



102014153008



Alfadhila Khairil Sinatrya 102014153009 Tamara Nur Budiarti



102014153012



Dinda Salmahela



102014153013



Ulfa Al Uluf



102014153015



Maya Fernandya Siahaan 102014153019 Joaquina Francisca Belo



102014153020



UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2020



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1 1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1 1.2 Tujuan...............................................................................................................................2 1.3 Manfaat.............................................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3 2.1 Definisi Hazard.................................................................................................................3 2.2 Jenis-Jenis Hazard (Bahaya) dan Dampaknya.................................................................3 2.3 Pencegahan Hazard........................................................................................................10 2.4 Pemeriksaan Kesehatan Kerja (Awal, Berkala, Khusus)...............................................13 BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................16 3.1 Gambaran Kasus.............................................................................................................16 3.2 Identifikasi Hazard.........................................................................................................18 3.3 Dampak dan Pencegahan Hazard...................................................................................25 3.4 Pemeriksaan Kesehatan Kerja........................................................................................30 BAB IV PENUTUP.................................................................................................................33 4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................33 4.2 Saran...............................................................................................................................34 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................35



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap lingkungan kerja mengandung potensi bahaya yang tinggi sehingga diperlukan suatu upaya pencegahan dan pengendalian agar tidak terjadi kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena adanya risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Secara garis besar penyebab kecelakaan kerja disebebkan oleh faktor-faktor, yaitu tindakan orang yang tidak mematuhi keselamatan kerja (unsafe action) dan keadaan-keadaan lingkungan atau proses dan sistem yang tidak aman (unsafe condition) (Supriyadi dkk, 2015). Tuntutan terhadap pentingnya pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di berbagai bidang didasarkan terhadap isu tentang persaingan bebas. Kesiapan industri di berbagai sektor dalam menghadapi persaingan global dan kebijakan pemerintah yang seiring dengan arus globalisasi tidak lepas dari upaya-upaya yang membudayakan program K3 sebagai isu pokok (Harlina dkk, 2013). Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar, namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Kerugian yang langsung nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja (Hellyanti, 2009). Identifikasi bahaya serta penilaian risiko dan pengendaliannya merupakan bagian dari sistem manajemen risiko yang merupakan dasar dari SMK3 sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terdiri dari identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko (risk assessment) dan pengendalian risiko (risk control) (Supriyadi dkk, 2015). PT Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang makanan yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. Perusahaan ini memperkerjakan lebih dari  1.200 orang karyawan dan telah mendapatkan piagam penghargaan atau sertifikat zero accident pada tahun 2015 oleh BPJS Ketenagakerjaan. Berdasarkan uraian diatas, kami tertarik untuk melakukan analisis lebih dalam mengenai prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan identifikasi bahaya serta pengendalian



1



untuk mencegah dan mengurangi potensi terjadinya kecelakaan kerja pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Semarang Jawa Tengah dalam pencapaian zero accident tersebut. 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan & Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) serta mengetahui lebih jauh tentang prosedur Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3), bagaimana penerapan K3 di industri, identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko (risk assessment) dan pengendalian risiko (risk control) di PT. Indofood Sukses Makmur Divisi Noodle cabang Semarang, Jawa Tengah. 1.3 Manfaat Manfaat dari pembuatan makalah ini antara lain : a.    Untuk Mahasiswa : Dapat menambah pengetahuan kita tentang prosedur Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3), bagaimana penerapan K3 di industri, identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko (risk assessment) dan pengendalian risiko (risk control). b.    Untuk Dosen Kegiatan ini merupakan mediasi Dosen untuk menjelaskan materi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) secara lebih jelas kepada mahasiswa.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hazard Hazard atau Bahaya adalah suatu sumber yang berpotensi menimbulkan kerusakan misalnya cidera, sakit, kerusakan properti, lingkungan atau gabungan dari semuanya (Harrington, 2005). Bahaya merupakan suatu karakteristik yang menjadi satu atau melekat pada suatu bahan, kondisi, sistem dan peralatan. Pemahaman yang keliru mengenai konsep bahaya akan mengakibatkan bentuk pengendalian bahaya yang tidak efektif (Prahastuti, 2012). Bahaya juga berkaitan dengan keberadaan energi. Dapat menimbulkan kecelakaan, maka harus terjadi kontak dengan energi atau substansi. 2.2 Jenis-Jenis Hazard (Bahaya) dan Dampaknya 1. Hazard fisik Sumber hazard fisik ini misalnya kebisingan, pencahayaan, getaran mekanis dan radiasi. a. Kebisingan Definisi kebisingan menurut KEP.MENAKAER NOMOR:KEP- 51/MEN/1999 adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi atau alatalat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan efek jangka pendek dan jangka panjang pada pendengaran (Ridley, 2004). Kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan: hilangnya pendengaran, sementara atau permanen, pusing, kantuk, tekanan darah tinggi, tegang dan stress, yang diikuti oleh sakit maag, kesulitan tidur dan sakit jantung, hilangnya konsentrasi, alarm atau teriakan peringatan tidak terdengar. Tingkat kerusakan pada telinga dapat diukur dengan tes pendengaran yang disebut “audiogram”. Kehilangan pendengaran pada batas suara percakapan manusia (antara 2000 sampai 4000 Hertz) dapat terjadi secara temporer atau permanen (Ridley, 2004). Noise Induced Hearing Loss (NIHL) umumnya terjadi setelah 10 tahun atau lebih. NIHL biasanya terjadi secara perlahan-lahan sehingga penderita biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah menderita ketulian (Budiono and Sugeng, 2003). Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya ketulian permanenen akibat kebisingan faktor tersebut adalah: tingkat intensitas suara (sound pressure level), lamanya pemaparan (duration of exposure) dan spectrum atau komposisi frekuensi, pola pemaparan (temporal atau intermitten), kerentanan individu (individual susceptibility). 3



b. Pencahayaan Pencahayaan atau cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang sensitif terhadap mata manusia. Definisi lainnya cahaya adalah energi yang merambat seperti gelombang elektromagnetik. Pada saat melihat atau mengamati suatu benda kita menggunakan mata, mata dapat melihat karena menerima rangsangan yang berasal dari cahaya atau sinar yang datang dari benda tersebut, baik yang di pancarkan langsung maupun yang dipantulkan dari sumber penerangan (cahaya) yang mengenai benda- benda tersebut (Ridley, 2004). Pantulan cahaya bila tidak tepat akan menyebabkan pandangan menjadi kabur dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja. c. Getaran Mekanis Getaran adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan. Pemaparan getaran terhadap pekerja merupakan efek dari peralatan mekanik yang digunakan tersebut memberikan dampak yang beraneka ragam sesuai dengan jenis, posisi dan frekuensi dan lama paparan getaran pada tenaga kerja (Djojodibroto, 1999). Pemaparan getaran mekanis terhadap pekerja terdapat pada pekerja pertanian (traktor, grinder pada pemisahan gabah padi dan chain saw), transportasi dan pekerjaan umum (trailer, jack hammer untuk memahat tanah dan memotong aspal, truk), industri (mesin-mesin, gerinda, dan gergaji). Efek mekanis ini menyebabkan sel-sel jariangan dapat rusak atau metabolismenya terganggu. Efek mekanis yang ditimbulkan dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu: 1) Pemaparan yang menahun terhadap getaran seluruh tubuh (Whole Body Vibration) dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada struktur tulang (osteoarthritis) pada sendi-sendi tulang belakang, gangguan pencernaan (sekresi), prostatitis, perubahan-perubahan pada kecepatan konduksi syaraf (nerve conduction velocity), motion sickness dan getaran ini pada frekuensi 60 -90 Hertz (frekuensi resonansi bola mata) akan menyebabkan gangguan penglihatan. 2) Getaran setempat (Tool Hands Vibration/ Segmented Vibration) sering dialami oleh para operator chain saw, chipping hammer, dan pneumatic tool. Pemaparan pada getaran ini pada frekuensi yang rendah (40 Hz) dapat menyebabkan kerusakan pada tulang-tulang persendian bahu dan siku. Pada frekuensi antara 40 dan 300 Hz, penggunaan alat-alat (Vibration Hands Tool) terutama chain saw di tempat-tempat kerja yang dingin akan menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah yang dikenal sebagai Dead Head: Vibration White Finger (VWF) atau Traumatic Vasopatic Disease. Penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala misalnya hilang kontrol otot, menurunnya kepekaan terhadap suhu 4



dan rasa sakit serta terjadinya borok pada ujung-ujung jari. Pada stadium lanjut pemaparan terhadap segmental vibration dapat menimbulkan cacat pada tangan yang permanen (permanen dissability). Efek-efek lain pada getaran ini yang sering pula ditemukan pada pemaparan yang menahun adalah tenosynovitis, terbentuknya kista-kista pada tulang pergelangan tangan, menurunnya kekuatan menggenggam (grips strengh) dan dupuytren’s contractures. d. Radiasi Radiasi adalah energi yang ditransmisikan, dikeluarkan aau diabsorbsi dalam bentuk partikel berenergi atau gelombang elektromagnetik. Radiasi yang berada di lingkungan kerja serta dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan terdiri dari radiasi elektromagnetik dan radiasi radioaktif (Budiono and Sugeng, 2003). Radiasi elektromagnetik yaitu radiasi gelombang mikro (microwave), radiasi inframerah dan radiasi ultraviolet. Radiasi radioaktif yaitu radiasi atau sinar dari zat radioaktif. 1) Radiasi ultraviolet Mata merupakan organ tubuh yang paling peka terhadap radiasi ultraviolet. Pada mata, pemaparan radiasi ultraviolet dapat menyebabkan peradangan pada kornea (fotokeratitis) dan selaput mata (konjungtivitis). Pada kulit, radiasi ultraviolet dapat menyebabkan luka bakar (skin burn/ sun burn), solar elastosis, (hipo/hiper) pigmentasi. 2) Radiasi inframerah Pengaruh radiasi inframerah terutama pada mata dan kulit. Radiasi ini dapat menyebabkan denaturasi protein lensa mata (katarak), setelah pemaparan 10-15 tahun pada intensitas 0,08-0,4 w/cm². Pada kulit pemaparan radiasi inframerah akan menyebabkan vasodilatasi dan perubahan pigmentasi kulit (hipo/hiper) pigmentasi. Luka bakar pada kulit dapat terjadi bila suhu kulit meningkat sampai 45 ºC. 3) Radiasi gelombang mikro (microwave) Pada pemaparan radiasi gelombang mikro, kerusakan-kerusakan organ-organ tubuh terutama disebabkan oleh efek termis radiasi ini. Pada mata radiasi ini dapat menyebabkan katarak. Pada sistem reproduksi, gelombang mikro (pada intensitas pemaparan yang sangat tinggi) dapat menyebabkan degenerasi sel-sel tubulus seminiferus dan kemandulan yang sifatnya tidak dapat pulih lagi (reversible). Pada pemaparan yang berulang dan menahun (10-20) tahun, gelombang mikro dapat menyebabkan gangguan – gangguan neurologis, fisiologis dan perilaku dengan tandatanda dan gejala-gejala klinis misalnya sakit kepala, mudah tersinggung/ marah, nafsu



5



makan berkurang, depresi, hipotensi, sering berkeringat, bradikardi dan kadar histamin dalam darah meningkat. 2. Hazard Kimia Bahan kimia adalah unsur kimia dan senyawanya dan campurannya, baik yang bersifat alami maupun sintesis (Cahyono, 2004). Untuk mengetahui bahaya bahan kimia, dapat dikelompokkan berdasarkan sifat fisik racun dan tipe bahan kimia. a.



Berdasarkan Sifat Fisik Racun 1) Gas Gas adalah bentuk wujud zat yang tidak mempunyai bangun sendiri, melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan normal. Tingkat wujudnya bisa diubah menjadi cair atau padat hanya dengan kombinasi meninggikan tekanan dan menurunkan suhu. Sifat-sifat gas pada umumnya tidak terlihat, dalam konsentrasi rendah tidak terlihat, tidak berbau, dan berdifusi mengisi ruangan. Contoh gas adalah O2, COx, NOx, SOx. 2) Uap Uap adalah bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa berbentuk zat padat atau cair dan yang dapat dikembalikan kepada wujud semula, baik dengan menaikkan tekanan atau dengan menurunkan suhu saja. Sifat uap umumnya tidak kelihatan dan berdifusi mengisi seluruh ruang. 3) Debu Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, peledakan, pengepakan yang cepat, dan lain-lain dari bahan baik organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, biji logam, dan sebagainya. Contoh debu: debu batu, debu kayu, debu logam, debu asbes, dan lain-lain. Sifat-sifat debu ini tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarik elektrik, tidak berdifusi, dan turun oleh gaya gravitasi bumi. 4) Kabut Kabut adalah titik cairan halus dalam udara yang terjadi karena kondensasi bentuk uap atau dari pemecahan zat cair menjadi tingkat dispersi dengan cara splashing, foaming, dan lain-lain. 5) Fume Fume adalah partikel zat padat yang terjadi karena adanya kondensasi dari bentuk gas, biasanya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan dan lain-lain, biasanya 6



disertai dengan oksidasi kimiawi, sehingga terjadi zat-zat seperti : ZnO, PbO dan lain sebagainya. 6) Asap Asap biasanya dianggap partikel-partikel zat karbon yang ukurannya kurang dari 0,5 mikron, sebagai akibat dari pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon. Contoh dampak dari berbagai bahan kimia diantaranya yaitu bahan yang menyebabkan fibrosis, misalnya debu kwarts, asbes, dan lain-lain. Bahan yang menyebabkan alergi, misalnya tepung sari, kapas dan lain-lain. Bahan yang menimbulkan demam, misalnya fume, ZnO, dan lain-lain. Bahan yang bersifat inert, misalnya aluminium, kapur, dan lain-lain. Bahan bersifat toksik, misalnya partikel Pb, AS, Mn, dan lain-lain. Racun anorganik atau organik misalnya AsH3, TEL (tetra etil lead), Nickelcarbonyl, dan lain-lain. Bahan kimia mudah menguap, yang digolongkan juga menurut pengaruhnya terhadap pekerja, yaitu bahan yang memiliki efek anastesi misalnya trikloretilen. Bahan yang dapat merusak organ tubuh misalnya CCl4. Bahan yang dapat merusak susunan darah misalnya Benzene dan bahan yang dapat merusak susunan saraf, misalnya Parathion. b. Berdasarkan Tipenya Berdasarkan tipenya bahan kimia dikelompokkan menjadi bahan kimia mudah terbakar, bahan kimia mudah meledak, bahan kimia reaktif terhadap air, reaktif terhadap asam, bahan kimia korosif, bahan kimia iritan, bahan kimia beracun dan bahan kimia karsinogen (Ester, 2000). 1) Bahan kimia mudah terbakar Bahan kimia mudah terbakar ini diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: Zat padat mudah terbakar, Zat cair mudah terbakar dan Gas mudah terbakar. Zat padat mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. Contoh zat padat yang mudah terbakar adalah belerang, batubara, kayu. Zat cair mudah terbakar banyak ditemukan di industri berupa pelarut (solvent). Contoh bahan pelarut adalah alkohol, benzen, toluene, metanol. Gas mudah terbakar adalah gas yang mudah bereaksi dengan oksigen dan mudah terbakar. Bentuk gas yang sering digunakan misalnya hidrogen, asetilen, etil oksida. 2) Bahan kimia mudah meledak



7



Bahan kimia mudah meledak (eksplosive) adalah bila reaksi bahan menghasilkan jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menghasilkan kerusakan yang ada di sekelilingnya. Bahan mudah meledak biasanya juga peka terhadap panas dan gesekan. Contoh bahan yang mudah meledak belerang dan karbon. 3) Bahan kimia reaktif terhadap air Bahan reaktif adalah bahan yang bila bereaksi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar. Contoh bahan kimia yang reaktif terhadap air misalnya alkali, logam. 4) Bahan kimia reaktif terhadap asam Bahan reaktif terhadap asam akan menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. Bahan-bahan yang reaktif terhadap asam misalnya kalium permangant, asam kromat, kalium perklorat. 5) Bahan kimia korosif Bahan kimia korosif adalah bahan yang karena reaski kimia dapat merusak logam. Bahan kimia korosif misalnya asam sulfat, asam nitrat, asam klorida, natrium hidroksida, kalsium hidroksida. 6) Bahan kimia iritan Bahan kimia iritan adalah bahan yang karena reaksinya dapat menimbulkan kerusakan atau peradangan atau sensitisasi bila kontak dengan permukaan tubuh. Bantuk bahan kimia iritan dalam dikelompokkan menjadi bahan iritan padat, bahan iritan cair dan bahan iritan gas. Bahan iritan padat, timbul apabila kontak dengan kulit atau mata. Bahan iritan cair, timbul apabila kontak dengan kulit atau mata, yang menyebabkan proses pelarutan atau denaturasi protein misalnya asam sulfat, asam format. Bahan iritan gas dikelompokkan berdasarkan kelarutannya dalam air. Gas amat larut air, merusak saluran pernafasan atas, misalnya amonia. Gas dengan kelarutan sedang, merusakkan saluran pernafasan bagian atas dan bagian dalam misalnya sulfur dioksida. Gas dengan kelarutan kecil, merusakkan alat pernafasan bagian dalam misalnya ozon, fosgen. 7) Bahan kimia beracun Didefinisikan sebagai bahan yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahkluk hidup lainnya. Suatu bahan dikatakan beracun tergantung dari dosis, lama pajanan, dan kerentanan individu. 8) Bahan kimia karsinogen



8



Bahan kimia karsinogen adalah bahan kimia yang bersifat menyebabkan perubahan struktur genetik manusia, mutagen dan teratogen. 3. Hazard Biologi Bahaya atau hazard yang sering ditemukan di tempat kerja dalam bentuk virus, bakteri, jamur, parasit dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan trasnsmisinya, mikroorganisme dapat digolongkan menjadi: a. Bahaya kontak dengan individu terinfeksi Bahaya akibat kontak dengan individu yang terinfeksi, atau kontak dengan sekresi, ekskresi atau jaringan tubuh manusia yang terinfeksi (Harrington, 2005). Tempat kerja yang berisiko ada bahaya ini adalah laboratorium, rumah sakit. Contoh bahaya biologi ini adalah needle stick injury. Needle stick injury adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan berupa tertusuk jarum suntik bekas injeksi. Menjadi masalah besar bila ternyata suntikan tersebut mengandung mikroorganisme patogen, misalnya hepatitis atau HIV. Kontak dengan individu misalnya kontak dengan penderita TB. b. Bahaya akibat penularan dari binatang Bahaya ini terjadi karena pekerja atau karyawan terinfeksi oleh sekresi atau melalui kontak dengan sekresi atau jaringan tubuh binatang yang terinfeksi, atau melalui transmisi vektor intervertebrata nyamuk, kutu dan lain sebagainya, misalnya leptospirosis, antraks, dan toksoplasmosis (Ridley, 2004). Pekerjaan yang berisiko terinfeksi secara langsung ini misalnya pada pet shop, petani. c. Bahaya kerja biologi yang terjadi akibat polusi udara Bahaya



ini



terjadi



pada



lingkungan



kerja



yang



udaranya



mengandung



mikroorganisme. Pajanan ini sering terjadi pada tempat kerja yang menggunakan AC terpusat. Secara umum, bahaya biologi oleh karena polusi terdiri dari: Inhalation fever, yaitu pemajanan polusi berat misalnya karena uap logam, uap pelarut dan Alergi, misalnya asma akibat kerja. 4. Hazard Ergonomi Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia untuk menurunkan stres yang akan dihadapi (Budiono and Sugeng, 2003). Upaya yang dapat dilakukan yaitu menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. 5. Hazard Psikologis 9



Bahaya yang bersumber dari lingkungan kerja psikologis ini berupa berupa interaksi antara manusia atau karyawan dengan pekerjaan, interaksi antara karyawan dengan karyawan lain dan interaksi antara karyawan dengan atasan (Budiono and Sugeng, 2003). Interaksi antara karyawan dan pekerjaannya, yang sering menjadi sumber tekanan psikis berupa pengaturan jam kerja dan jam istirahat (jam kerja perlu diatur sesuai dengan kemampuan manusia bekerja), beban pekerjaan (beban kerja harus diatur sesuai dengan kapasitas kerja karyawan), budaya organisasi (organisasi yang menerapkan suasana kerja kekeluargaan lebih memberikan kenyamanan bekerja dibandingkan dengan tempat kerja yang kaku, kondisi ini akan memacu karyawan dalam berprestasi dan mengurangi risiko stres kerja) serta kerja monoton (dapat menimbulkan kebosanan, pada akhirnya produktifitas turun) (Prahastuti, 2012). 2.3 Pencegahan Hazard Pencegahan adalah suatu proses atau cara menahan agar sesuatu tidak terjadi (KBBI, 2019). Pencegahan hazard berarti upaya – upaya atau cara yang dilakukan untuk mencegah atau menahan efek bahaya dan atau penyakit yang ditimbulkan oleh hazard tertentu. a.



Pencegahan Hazard Fisik Hazard fisik adalah pajanan yang bersifat fisik yang merupakan produk samping yang



tidak diinginkan dari proses produksi, contohnya adalah kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultraviolet. Pencegahan utnuk hazard fisik ini dapat dilakukan sesuai dengan jenis hazard yang ditimbulkan, misalnya sebagai berikut. 1) Kebisingan a) Identifikasi sumber umum penyebab kebisingan seperti mesin, sistem ventilasi, dan alat – alat listrik. Tanyakan pada pekerja apakah mereka memiliki masalah yang terkait dengan kebisingan b) Melakukan inspeksi tempat kerja untuk pajanan kebisingan, inspeksi mungkin harus dilakukan pada waktu yang berbeda untuk memastikan bahwa semua sumber – sumber kebisingan teridentifikasi. c) Terapkan ;rule of thumb’ sederhana jika sulit untuk melakukan percakapan, tingkat kebisingan mungkin melebihi batas aman. d) Tentukan sumber kebisingan berdasarkan tata letak dan identifikasi para pekerja yang terekspos kebisingan e) Identifikasi control kebisingan yang ada dan evaluasi efektivitas pengendaliannya



10



f) Setelah tingkat kebisingan ditentukan, alat pelindung diri (APD) seperti penutup telinga (earplug dan earmuff) harus disediakan dan dipakai pekerja di lokasi yang mempunyai tingkat kebisingan tidak dapat dikurangi g) Rotasi pekerja utnuk mengurangi tingkat paparan kebisingan. 2) Penerangan a) Pastikan setiap pekerja mendapat penerangan yang sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka tidak bekerja dengan posisi membungkuk atau memicingkan mata b) Mengubah posisi dan arah lampu untuk meningkatkan visibilitas 3) Getaran a) Mendesain ulang peralatan untuk memasang penyerap getaran atau peredam kejut sebagai upayta pengendalian getaran pada sumbernya b) Bila getaran disebabkan oleh mesin besar, pasang penutup lantai yang bersifat menyerap getaran di workstation dan gunakan alas kaki dan sarung tangan yang menyerap kejutan , meskipun itu kurang efektif dibanding di atas. c) Mengganti peralatan yang lebih tua dengan model peralatan bebas getaran baru d) Memasang peredam getaran pada pegangan dan kursi kendaraan atau sistem remote control untuk membatasi tingkat getaran yang dirasakan pengguna e) Menyediakan APD yang sesuai pada pekerja misal sarung tangan yang bersifat menyerap getaran ( dan pelindung telinga utnuk kebisingan yang menyertainya. 4) Iklim Kerja a) Memastikan bahwa posisi dinding dan pembagi ruangan tidak membatasi aliran udara b) Menyediakan ventilasi yang mengalirkan udara di tempat kerja, tanpa mengarah langsung pada pekerja c) Mengurangi beban kerja fisik mereka yang bekerja dalam kondisi panas dann memastikan pekerja mengonsumsi air dan istirahat yang cukup 5) Radiasi gelombang elektromagnetik (Gelombang mikro dan sinar ultraviolet) a) Sumber radiasi tertutup b) Berupaya menghindari atau berada pada jarak yang sejauh mungkin dari sumber – sumber radiasi tersebut c) Berupaya agar tidak terus menerus kontak dengan benda yang dapat menghasilkan radiasi sinar tersebut d) Memakai APD e) Melakukan pemantauan secara rutin



11



b. Pencegahan Hazard Kimia Untuk pencegahan atau pengendalian bahan kimia di lingkungan kerja utamanya pada saat kegiatan produksi, perlu dilakukan pengendalian secara teknis yaitu dengan mengacu pada Nilai Ambang Batas (NAB) dimana bahan kimia yang digunakan tidak melebihi NAB yang telah ditentukan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri pada poin NAB Bahan Kimia. NAB bahan kimia dengan satuan ppm atau mg/m 3 adalah konsentrasi rata – rata pajanan bahan kimia tertentu yang dapat diterima oleh hamper semua pekerja tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan atau munculnya penyakit dalam pekerjaan sehari – hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam perhari dan 40 jam perminggu. Beberapa Nnilai Ambang Batas bahan kimia adalah sebagai berikut. a) TWA (Time Weighted Average), yaitu konsentrasi rata – rata tertimbang waktu di tempat kerja yang dpaat diterima oleh hanpir seluruh pekerja tanpa mengakibat gangguan kesehatan atau penyakit, dalam pekerjaan sehari – hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam perhari dan 40 jam perminggu. b) STEL (Short Term Exposure Limit) adalah konsentrasi rata – rata tertinggi dalam waktu 15 menit yang diperbolehkan dan tidak boleh terjadi lebih dari 4 kali, dengan periode antar pajanan minimal 60 menit selama pekerja melakukan pekerjaannya dalam 8 jam kerja perhari. c) Ceiling adalah konsentrasi bahan kimia di tempat kerja yang tidak boleh dilampaui selama jam kerja Terdapat 255 bahan kimia yang sudah diatur nilai ambang batasnya oleh Menteri Kesehatan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2016 tentang Standard an Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri yang dapat dijadikan sebagai acuan pembatasan bahan kimia oleh perusahaan – perusahaan industri di Indonesia (Kemenkes RI, 2016). c. Pencegahan Hazard Biologi Pencegahan hazard biologi yang dapat dilakukan adalah imunisasi dan pemberian vaksinasi atau suntikan, misalnya vaksin cacar terhadap variola, suntikan terhadap kolera, dan tipus. Bila memungkinkan dilakukan pula imunisasi terhadap TBC dengan BCG, imunisasi terhadap difteri, dan tetanus. Imunisasi ini perlu di lakukan di awal mengingat hazard biologi ini dapat terjadi penularan dari satu pekerja ke pekerja yang lain.



12



d. Pencegahan Bahaya Faktor Ergonomi dan Pengaturan Kerja a) Menyediakan posisi kerja atau duduk yang sesuai, seperti sandaran, kursi / bangku dan / atau tikar bantalan untuk berdiri. b) mendesain workstation sehingga alat-alat mudah dijangkau dan bahu pada posisi netral, rileks dan lengan lurus ke depan ketika bekerja. c) Jika memungkinkan, pertimbangkan rotasi pekerjaan dan memberikan istirahat yang teratur dari pekerjaan intensif. Hal ini dapat mengurangi risiko kram berulang dan tingkat kecelakaan dan kesalahan. (International Labour Organization, 2013) 2.4 Pemeriksaan Kesehatan Kerja (Awal, Berkala, Khusus) a.



Pemeriksaan Kesehatan Awal / Sebelum Bekerja Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dalah adalah pemeriksaan kesehatan yang



dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan ini ditujukan agar tenaga kerja yang diterima dalam kondisi kesehatan yang setinggi - tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang bisa mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja yang lain dapat dijamin. Pemeriksaan kesehatan awal dapat dilakukan dengan yahap sebagai berikut. 1) Anamnesa Anamnesa dilakukan untuk mengetahui riwayat – riwayat penyakit umum seperti : tuberculosis, diabetes, jantung, asthma, hipertensi, penyakit kulit dan lain sebagainya. Selain itu juga ditanyakan perawatan rumah sakit yang pernah dilakukan, riwayat kecelakaan, riwayat operasi, riwayat pekerjaan, dan riwayat haid pada tenaga kerja wanita. 2) Pemeriksaan mental Pemeriksaan mental dilakukan pada saat dilakukannya anamnesa yaitu melihat fungsi umum (orientasi perorangan, waktu, ruang, situasi) dan sikap serta tingkah laku ( mudah tidaknya penyesuaian sikap dan tingkah laku dengan suasana yang ada). Kesimpulan dari pemeriksaan ini adalah normal, terganggu dan perlu pengobatan atau perlu konsultasi. 3) Pemeriksaan fisik Informasi yang ingin didapatkan dalam pemeriksaan fisik ini adalah berat badan, tinggi badan, lingkar dada, pengukuran nadi dan frekuensi pernapasan, tekanan darah, fungsi indera penglihatan, pendengaran, peraba dan perasa (kulit), inisiatif, intelegensia, dan berpikir.



13



proses



4) Pemeriksaan kesegaran jasmani Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tingkat kesegaran sesuai dengan keperluan jenis pekerjaan fisik yang berat. Cara yang dipakai adalah pengujian Scneider test. Bagi yang berumur lebih dan 40 tahun, juga dilakukan uji langkah menurut master dan pemeriksaan elektro-cardiografi (EKG). 5) Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan ini dialkukan meliputi paru – paru dan jantung.



6) Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah (Hb, sel darah putih, laju endapan darah), air seni (jenis, warna, kejernihan, reduksi, protein dan sedimen), dan tinja (warna, konsistensi dan telur cacing). 7) Pemeriksaan – pemeriksaan lebih lanjut Beberapa contoh pemeriksaan lebih lanjut yaitu elektro enchephalografi (EEG), pemeriksaan faal hati, faal ginjal, apirometri, pemeriksaan cairan otak dan sebagainya. Kesimpulan dari pengujian yang dilakukan dapat dibagi menjadi : a)



Memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan ringan atau sedang



b) Memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan berat c)



Memenuhi syarat untuk jenis pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan 2 dengan persyaratan khusus



d) Ditolak sementara oleh karena sementara belum memenuhi syarat kesehatan dan memerlukan pengobatan atau perawatan. Pemeriksaan kesehatan diulang setelah selesai pengobatan / perawatan. b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu – waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya serta menilai kemungkinan adanya pengaruh – pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan



dengan usaha – usaha pencegahan. Pemeriksaan secara berkala ini



sekurang – kurangnya dilakukan 1 tahun sekali. Pemeriksaan kesehatan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru – paru (bila memungkinkan) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Pemeriksaan kesehatan 14



berkala dikembangkan mengikuti kemampuan perusahaan dan keamjuan kedokteran dalam keselamatan kerja. c.



Pemeriksaan Kesehatan Khusus Pemeriksaan kesehatan khsus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter



secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan ini ditujukan untuk menilai adanya pengaruh – pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan – golongan tenaga kerja tertentu. Selain itu pemeriksaan kesehatan khusus juga dilakukan pada : 1) Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua minggu). 2) Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu. 3) Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan - gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan Pemeriksaan kesehatan khusus juga dilakukan apabila terdapat keluhan – keluhan diantara tenaga kerja atau atas oengamatan pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penialaian Pusat Bina Hyperker dan Keselamatan dan Balai – balainya atau atas pendapat umum di masyarakat.



15



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Kasus PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle merupakan sebuah perusahaan pembuatan mie instan siap saji yang dikemas bersamaan dengan bumbu dan minyaknya. Perusahaan ini berpusat di Kota Jakarta namun saat ini memiliki beberapa cabang salah satunya terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang berlokasi di Jl. Tambak Aji II No. 08, Kelurahan Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang bertugas untuk mendistribusikan produk ke wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Produk yang dihasilkan antara lain mie instan dengan merk Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, dan Nikimiku dengan berbagai macam rasa. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang memiliki beberapa area kerja diantaranya adalah produksi, daily tank, boiler batubara, workshop, area giling mie, gudang etiket, gudang karton, gudang bumbu, gudang tepung, unit pengolahan limbah cair, laboratorium, area boiler batubara, dan area pump house. Perusahaan ini memiliki ±800 orang karyawan (dapat berubah setiap bulan berdasarkan turn over). Karyawan di perusahaan terbagi menjadi dua jenis yaitu karyawan staf kantor dan karyawan shift (bagian produksi). Pembagian waktu kerja dan waktu istirahat untuk karyawan berbeda berdasarkan jenisnya. Pada karyawan staf kantor, waktu kerja dimulai pukul 08.00-17.00 WIB dengan jumlah hari kerja sebanyak 5 hari yaitu pada hari SeninJumat. Waktu istirahat pada karyawan staf kantor dimulai pukul 13.00-14.00 setiap harinya. Sedangkan pada karyawan shift, waktu kerja dibagi menjadi 3 bagian yaitu shift 1 dengan jam kerja pukul 07.00-14.30, shift 2 dengan jam kerja pukul 14.30-22.00, dan shift 3 dengan jam kerja pukul 22.00-07.00. Pada karyawan shift, jadwal istirahat per shift diberi waktu 2 jam dengan sistem bergantian. Salah satu fasilitas penunjang yang disediakan oleh pihak manajemen PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang adalah adanya poliklinik yang dipimpin oleh 1 orang dokter dengan jadwal kedatangan setiap hari Selasa, Kamis, dan Jumat pukul 14.00-16.00. Saat dokter tidak ada di poliklinik, pengalihan tugas dokter dilakukan oleh 1 orang paramedis yang disediakan oleh poliklinik pada setiap shift. Jika terjadi keluhan atau kecelakaan kerja dan poliklinik tidak mampu menangani karena keterbatasan alat, maka pekerja akan dirujuk ke Rumah Sakit Telogorejo atau ke Rumah Sakit Elisabeth.



16



PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sejak tahun 2000 dibuktikan dengan terbentuknya Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) sejak tanggal 24 Mei 2000. Panitia yang tersusun terdiri atas ketua, wakil ketua, sekretaris, seksi litbang, seksi kebersihan lingkungan, seksi kesehatan karyawan, seksi PMK, seksi mekanik, listrik, dan konstruksi, seksi audit K3, dan seksi pelatihan dan training K3. Perusahaan melalui top management dan P2K3 telah membuat aturan dan kebijakan penerapan K3 perusahaan sebagai implementasi kepatuhan perusahaan terhadap Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang penerapan SMK3 di perusahaan. Proses produksi di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang terdiri dari proses penuangan tepung pada mesin screw, mixing, pressing, steaming, cutting, frying, cooling, dan packaging. Pekerjaan yang dilakukan pada proses pertama adalah penuangan tepung ke dalam mesin screw. Pekerjaan yang dilakukan pada proses mixing adalah pencampuran bahan baku utama yaitu tepung terigu dan larutan alkali oleh mesin sampai adonan menjadi homogen. Pekerjaan yang dilakukan pada proses pressing adalah perapatan adonan oleh mesin roll press sampai didapatkan adonan dengan ketebalan tertentu setelah melalui proses mixing. Pekerjaan yang dilakukan pada tahap steaming adalah pemasakan mie dengan sistem kukus melalui steam box yang dialirkan uap dengan suhu ±1000C. Cutting adalah tahap pada proses produksi dengan rincian pekerjaannya yaitu pemotongan mie sesuai dengan ketebalan menggunakan pisau cutter. Frying adalah proses produksi berupa memasukkan mie ke dalam mangkuk dan digoreng dengan suhu sekitar ±1200C - ±1600C. Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pada mie yang awalnya 32%-35% menjadi ±3% sehingga mie akan tahan selama 8 bulan. Proses selanjutnya adalah cooling yaitu pendinginan mie menggunakan kipas angin sehingga mie akan lebih cepat dikemas. Proses terakhir adalah packaging yaitu pengemasan mie dengan ditambahkan bumbu pelengkap. Setelah semua proses dilalui mulai dari penuangan tepung pada alat screw sampai dengan packaging, maka tahap selanjutnya adalah penyimpanan mie dengan terlebih dahulu dibungkus karton box sesuai dengan isi yang telah ditentukan dan disimpan pada gudang penyimpanan produk jadi atau gudang finish good. Kondisi yang ada di ruangan mesin screw diantaranya adalah tingginya getaran mesin sehingga mengakibatkan pekerja harus menggunakan APD lengkap untuk melindungi dirinya dari potensi bahaya yang dihasilkan. Pada ruangan mixing, kondisi yang terjadi yaitu memiliki lantai cukup licin karena lantai dilapisi keramik dan suara mesin cukup tinggi. Pada ruangan pressing, kondisi ruangan sangat panas dan hanya ada lubang blower yang diarahkan 17



ke tempat duduk pekerja. Kondisi ruangan steaming yaitu ruangan memiliki suhu cukup panas. Pada ruangan cutting, kondisinya tidak menunjukkan gejala ekstrem karena hanya ada proses pemotongan di ruangan tersebut. Pada ruangan frying, kondisi yang terjadi didalamnya yaitu suhu udara sangat panas namun terdapat jendela yang berada di bawah atap sehingga memungkinkan suhu dapat menyebar ke segala arah dan panas yang terjadi merata serta tidak terlalu tinggi. Pada ruangan cooling, kondisinya cukup gelap namun tidak melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan. Kondisi pada ruangan packaging yaitu tidak memiliki gejala ekstrem. 3.2 Identifikasi Hazard Identifikasi hazard di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya berdasarkan jenis bahaya di beberapa ruangan kerja. Identifikasi hazard disusun dalam bentuk tabel sebagai berikut: No .



Area identifikasi



Jenis Hazard



Fisik



1.



Penuangan tepung pada mesin screw



Kimia



Biologi



Ergonomi 2.



Mixing



Fisik



Potensi bahaya



Keterangan bahaya yang terjadi



Risiko yang ditimbulkan Tubuh menerima Mesin screw getaran tinggi dalam Getaran menghasilkan getaran waktu yang lama tinggi secara terus menerus Proses kerja pada Konsleting mesin screw Kebakaran listrik membutuhkan tenaga listrik Terjadi saat proses Gangguan Debu penuangan tepung ke pernapasan dalam mesin Hewan tikus berada Adanya di setiap ruangan, Terbawa agen hewan terlebih pada ruangan penyebab penyakit tikus dengan kondisi kotor Proses berulang Gangguan pada Pekerjaan ketika pekerja sistem berulang memasukkan tepung muskuloskeletal ke dalam mesin Mesin mixing Kebisinga Gangguan menghasilkan suara n pendengaran tinggi Lantai dilapisi Lantai keramik sehingga Terpeleset licin cukup licin Konsleting Proses kerja pada Kebakaran listrik mesin mixing membutuhkan tenaga 18



No .



Area identifikasi



Jenis Hazard



Potensi bahaya



Kimia



Debu



Biologi



Adanya hewan tikus



Keterangan bahaya yang terjadi listrik Proses pencampuran bahan pembuatan mie menghasilkan debu di udara Hewan tikus berada di setiap ruangan, terlebih pada ruangan dengan kondisi kotor Suhu udara cukup tinggi di dalam ruangan dan hanya ada lubang blower yang diarahkan ke tempat duduk pekerja



Tekanan panas



Melalui pengukuran pencahayaan, kondisi penerangan di ruangan pressing kurang memadai



Pencahaya an Fisik



3.



Pressing



Biologi



Psikologi 4.



Steaming



Fisik



Proses kerja pada Konsleting mesin pressing listrik membutuhkan tenaga listrik Kemungkinan terjadi penekanan pada Mesin roll anggota tubuh press pekerja saat pekerja melakukan pengecekan Hewan tikus berada Adanya di setiap ruangan, hewan terlebih pada ruangan tikus dengan kondisi kotor Ketidaknyamanan pekerja akibat adanya Stres kerja kondisi suhu ruangan cukup tinggi Proses kerja pada Konsleting mesin steaming listrik membutuhkan tenaga listrik Tekanan Suhu udara dalam panas ruangan cukup tinggi



19



Risiko yang ditimbulkan Gangguan pernapasan Terbawa agen penyebab penyakit 1. Stres kerja 2. Dehidrasi pada pekerja 3. Gangguan pada kulit 1. Gangguan pada penglihatan 2. Kurangnya konsentrasi saat melakukan pekerjaan Kebakaran



Terjepit mesin



Terbawa agen penyebab penyakit



Gangguan kejiwaan



Kebakaran 1. Stres kerja 2. Dehidrasi pada pekerja 3. Gangguan pada kulit



No .



Area identifikasi



Jenis Hazard Biologi



Psikologi



Fisik 5.



Cutting



Biologi 6.



Potensi bahaya



Keterangan bahaya yang terjadi Hewan tikus berada Adanya di setiap ruangan, hewan terlebih pada ruangan tikus dengan kondisi kotor Ketidaknyamanan pekerja akibat adanya Stres kerja kondisi suhu ruangan cukup tinggi Proses kerja pada Konsleting mesin cutting listrik membutuhkan tenaga listrik Alat pemotong mie Alat dengan tingkat pemotong ketajaman tinggi Hewan tikus berada Adanya di setiap ruangan, hewan terlebih pada ruangan tikus dengan kondisi kotor



Frying Tekanan panas



Kondisi suhu ruangan sangat tinggi



Pencahaya an



Melalui pengukuran pencahayaan, kondisi penerangan di ruang frying kurang memadai



Fisik



Kimia



Biologi Psikologi



Proses kerja ruang Konsleting mesin frying listrik membutuhkan tenaga listrik Uap hasil pembakaran mesin Uap hasil boiler dibutuhkan pembakara untuk proses n mesin pemanasan minyak boiler goreng di dalam mesin Hewan tikus berada Adanya di setiap ruangan, hewan terlebih pada ruangan tikus dengan kondisi kotor Stres kerja Ketidaknyamanan pekerja akibat adanya kondisi suhu ruangan 20



Risiko yang ditimbulkan Terbawa agen penyebab penyakit



Gangguan kejiwaan



Kebakaran Bagian tubuh pekerja terpotong Terbawa agen penyebab penyakit 1. Stres kerja 2. Dehidrasi pada pekerja 3. Gangguan pada kulit 1. Gangguan pada penglihatan 2. Kurangnya konsentrasi saat melakukan pekerjaan Kebakaran



Gangguan pernapasan



Terbawa agen penyebab penyakit Gangguan kejiwaan



No .



Area identifikasi



Jenis Hazard



Potensi bahaya



Keterangan bahaya yang terjadi sangat tinggi Melalui pengukuran pencahayaan, kondisi penerangan di ruang cooling kurang memadai



Pencahaya an



Fisik 7.



Cooling



Biologi 8.



Packaging



Fisik



Kimia



Biologi Ergonomi



Kipas angin dengan perputaran tinggi Kipas dibutuhkan untuk angin mendinginkan mie setelah melalui proses frying Proses kerja pada Konsleting mesin cooling listrik membutuhkan tenaga listrik Hewan tikus berada Adanya di setiap ruangan, hewan terlebih pada ruangan tikus dengan kondisi kotor Proses kerja pada Konsleting mesin packaging listrik membutuhkan tenaga listrik Alat angkat angkut seperti forklift, Alat loader, lorry yang angkat digunakan untuk akut memindahkan barang menuju dengan kecepatan gudang normal cenderung penyimpa pelan namun tetap nan membahayakan produk pekerja saat sopir tidak memperhatikan kondisi sekitar Debu yang terdapat Debu di tumpukan kardus box produk Hewan tikus berada Adanya di setiap ruangan, hewan terlebih pada ruangan tikus dengan kondisi kotor Gerakan Gerakan berulang berulang yang terjadi saat memindahkan produk yang sudah dikemas 21



Risiko yang ditimbulkan 1. Gangguan pada penglihatan 2. Kurangnya konsentrasi saat melakukan pekerjaan Anggota tubuh pekerja masuk ke dalam kipas



Kebakaran



Terbawa agen penyebab penyakit



Kebakaran



1.Kaki terlindas 2.Tertabrak 3.Terjepit



Gangguan pernapasan Terbawa agen penyebab penyakit Gangguan pada sistem muskuloskeletal



No .



Area identifikasi



Jenis Hazard



Fisik



Kimia



9.



Pembongka ran tepung



Biologi



Ergonomi



10.



Boiler



Fisik



Potensi bahaya



Keterangan bahaya yang terjadi menuju gudang penyimpanan produk Alat yang digunakan untuk melakukan pengangkutan tepung menuju perusahaan Alat adalah dengan angkut kecepatan normal bahan cenderung lambat tepung namun tetap menimbulkan bahaya jika sopir tidak memperhatikan kondisi sekitar Debu yang terdapat pada sisa-sisa Debu pembongkaran tepung Pembakaran bahan Hasil bakar truk pembakara menghasilkan gas n bahan yang diserap oleh bakar truk pernapasan Vektor penyakit yang mungkin terbawa saat tepung diangkut dari penyedia bahan Ikut mentah ke sertanya perusahaan adalah vektor tikus dan kecoa penyakit karena hewan tersebut menyukai tempat kotor dan tidak tertata Gerakan berulang yang dilakukan pekerja saat Gerakan melakukan berulang penurunan tepung dari truk menuju gudang penyimpanan tepung Tekanan Proses perubahan air panas menjadi uap membutuhkan pemanasan tinggi sehingga menyebabkan 22



Risiko yang ditimbulkan



1. Kaki terlindas 2. Tertabrak 3. Terjepit



Gangguan pernapasan



Gangguan pernapasan



Terbawa agen penyebab penyakit



Gangguan pada sistem muskuloskeletal



1. Stres kerja 2. Dehidrasi pada pekerja 3. Gangguan pada kulit



No .



Area identifikasi



Jenis Hazard



Kimia



Fisik



11.



Gudang tepung



Kimia



Biologi



Ergonomi 12.



Gudang finish good atau penyimpana n produk



Fisik



Potensi bahaya



Keterangan bahaya yang terjadi tingginya suhu udara di area boiler Proses kerja pada mesin boiler membutuhkan tenaga Konsleting listrik sehingga listrik memungkinkan terjadi konsleting listrik Pembakaran batu Gas hasil bara untuk proses pembakara pemanasan mesin n batu boiler menghasilkan bara gas sisa pembakaran Alat forklift yang digunakan untuk melakukan pengangkutan dari area pembongkaran menuju gudang Alat tepung dengan angkat kecepatan normal angkut cenderung pelan namun tetap membahayakan pekerja saat sopir tidak memperhatikan kondisi sekitar Perlunya aliran listrik Konsleting pada gudang tepung listrik untuk penerangan Debu yang bertebaran di setiap Debu sudut ruang gudang tepung Hewan tikus berada Adanya di setiap ruangan, hewan terlebih pada ruangan tikus dengan kondisi kotor Gerakan yang Gerakan dilakukan berulang berulang saat melakukan penataan tepung Alat Alat forklift yang angkat digunakan untuk angkut melakukan pengangkutan dari area packaging 23



Risiko yang ditimbulkan



Kebakaran



Gangguan pernapasan



1. Kaki terlindas 2. Tertabrak 3. Terjepit



Kebakaran Gangguan pernapasan Terbawa agen penyebab penyakit Gangguan pada sistem muskuloskeletal 1. Kaki terlindas 2. Tertabrak 3. Terjepit



No .



Area identifikasi



Jenis Hazard



jadi Kimia



Biologi



Ergonomi



Potensi bahaya



Keterangan bahaya yang terjadi menuju gudang penyimpanan dengan kecepatan normal cenderung pelan namun tetap membahayakan pekerja saat sopir tidak memperhatikan kondisi sekitar Kegiatan pada Konsleting gudang penyimpanan listrik membutuhkan tenaga listrik Adanya partikel debu Debu di tumpukan kardus box produk Hewan tikus berada Adanya di setiap ruangan, hewan terlebih pada ruangan tikus dengan kondisi kotor Gerakan berulang Gerakan saat melakukan berulang penataan karton box



Risiko yang ditimbulkan



Kebakaran Gangguan pernapasan Terbawa agen penyebab penyakit Gangguan pada sistem muskuloskeletal



3.3 Dampak dan Pencegahan Hazard



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Jenis Hazard FISIK Kebisingan Penerangan Tekanan Panas Getaran Konsletting listrik Mesinroll Press Lantai licin



Dampak Hazard



Pencegahan



 Gangguan Pendengaran  Penggunaan APD & Tuli Modifikasi Lingkungan  Gangguan Penglihatan o Kebisingan  Penggunaan (Myopi, Hipermetropi, Ear Muff Silinder)  Kecelakaan kerja o Penerangan  Penerangan  Panas  Dehidrasi, Stress alami (lampu TL) dan  Getaran continue  Tunnel buatan (jendela) Carpal Syndrome o Tekanan Panas   Kebakaran  Melepuh (luka Penyediaan air minum bakar) dalam galon & ventilasi  Peledakan  Kehilangan alami, lubang blower anggota tubuh, Cedera, o Getaran  Pemberian Kematian pelindung alat vital atau  Terjepit Mesin  spotter dan juga pemberian Kehilangan anggota tubuh makanan tambahan berupa  Terpleset & Terjatuh  susu Cidera, Perdarahan o Konsleting listrik   Tertimpa  Cedera & Monitor & pengamanan kehilangan anggota tubuh listrik perusahaan 24



o Kebakaran  Penyediaan APAR, Penyediaan Rescue Team o Messiroll press  Pemberian himbauan jelas untuk mematuhi aturan penggunaan mesin o Lantai licin  Penggunaan Safety Shoes, Monitor lingkungan kebersihan perusahaan o Pengukuran NAB KIMIA 1. Debu  Gangguan Pernafasan 2. Uap pembakaran Asma, batuk, flu batu bara  Gangguan Penglihatan Buram



 Penggunaan APD & Modifikasi Lingkungan  o Penggunaan Gown (baju pelindung) o Penggunaan Safety Shoes o Penggunaan Masker (Kain & Respirator) o Penggunaan kacamata pelindung (Faceshield, googles)



BIOLOGI  (Bakteri bahan &  barang produksi)  2. Hewan Penyebar  Penyakit (Tikus)  1. Mikroorganisme



Pruritus (Gatal-gatal) Penggunaan APD & Infeksi Modifikasi Lingkungan PES o Penggunaan gloves Leptospirosis o Penggunaan Gown Hemorrhagic Fever with o Penggunaan masker renal syndrome (HFRS) o Penggunaan Safety Shoes o Penyediaan fasilitas cuci tangan & himbauan cuci tangan pada para pekerja o Penyediaan alat environment check disetiap ruangan untuk mendeteksi adanya tikus yang kemudian dimusnahkan



EROGONOMI 1. Pekerjaan  Gangguan Muskuloskeletal Penyediaan Sarana & Berulang  LowBack Pain, Neck Pain Prasarana o Mengatur jadwal shift dan jam istirahat yang ideal 8 jam/perhari o Penyediaan tempat ISOMA yang bersih, nyaman dan memadai (luas, berventilasi) 25



a. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan PT. ISM telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, organisasi dan pengambilan keputusan Komitmen penerapan SMK3 1. Kebijakan Terhadap K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) PT. ISM menyediakan kondisi kerja yang aman dan nyaman bagi seluruh karyawan yang bekerja, menjamin standar keselamatan industri yang tinggi, dan terus berupaya mengurangi tingkat kecelakaan kerja. Selain itu kebijakan K3 yang dilaksanakan PT. ISM yaitu dengan memasang tulisan berisi Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja di kantor P2K3. 2. Kebijakan Terhadap Lingkungan PT. ISM dalam melaksanakan kebijakan terhadap lingkungan dengan menyusun rancangan dengan mempertimbangkan faktor lingkungan di setiap tahap pembuangan limbah, operasi dan pemasaran produk dengan tetap berupaya mengurangi dampak lingkungan industri dengan menekankan pada tindakan pencegahan polusi dan memilih teknologi yang bersih dan meminimalkan polusi yang tidak terduga, memastikan kontrol yang tetap atas bahan buangan limbah dan segala sesuatu yang terlepas ke atmosfer. Pelaksanaan kebijakan K3 dilapangan dilakukan oleh tim P2K3. 3. Safety Health and Environment (SHE) Di PT. ISM belum dibentuk departemen SHE, namun sudah dibentuk P2K3 4. Program-program K3 Program K3 yang diterapkan di lingkungan PT. ISM adalah : a. Training K3 Rutin dilakukan 1 tahun sekali atau setiap ada kesempatan dan kebutuhan untuk training K3. b. Penyuluhan K3 Melalui safety talk yang dilaksanakan setiap hari secara rutin sebelum kartyawan memulai pekerjaannya. c. Kampanye K3 Secara visual melalui poster-poster K3, spanduk K3 dan bendera K3 yang dipasang di area perusahaan. d. Pemasangan warning sign dan safety sign Pemasangan dilakuan di area atau lokasi tertentu yang berotensi menimbulkan bahaya



26



b. Pelayanan Kesehatan Kerja PT. ISM menyediakan berbagai macam fasilitas pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk memenuhi dan meningkatkan kesehatan tenaga kerja. Bentuk fasilitas pelayanan kesehatan tersebut antara lain : 1. Poliklinik Poliklinik memberikan pelayanan kesehatan kepada tenaga kerja selama 24 jam. Poliklinik berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja, pemeriksaan tenaga kerja, serta memberikan pelayanan obatobatan bagi tenaga kerja yang sakit, baik yang disebabkan oleh penyakit umum maupun penyakit akibat kerja. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh poliklinik PT. ISM sudah cukup baik dari segi pengobatan dan pelayanannya, namun untuk keadaan darurat masih kurang karena belum disediakannya mobil ambulans perusahaan yang dapat digunakan sewaktu-waktu dalam keadaan darurat. Pelayanan kesehatan di poliklinik berlaku untuk semua karyawan PT. ISM dan untuk keluarga tenaga kerja (1 istri dan 3 anak). Jika ada keluarga karyawan yang sakit, maka diperbolehkan periksa di poliklinik dan nanti akan diberikan resep obat. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di poliklinik tenaga kerja tidak dikenai biaya pengobatan dan pemeriksaan, semua menjadi tanggung jawab perusahaan. Fasilitas sarana dan prasarana yang terdapat dipoliklinik antara lain ruang tunggu, ruang pemeriksaan, 2 buah tempat tidur, ruang penyimpanan obat, ruang penyimpanan dokumen, dan gudang. Kotak PPPK disediakan di setiap departemen sehingga kepala masing-masing departemen bertanggung jawab langsung dengan kotak P3K, namun beluk ada petugas P3K secara langsung. Isi kotak P3K antara lain ; obat merah, betadine, paracetamol. Antalgin, obat diare, hansaplast, kapas pembalut, kain kasa, dll. Poliklinik juga bekerjasama dengan RS. Elizabeth dan RS.Telogorejo dan untuk rujukan serta Apotik Beringin dan Apotik Farmaka untuk menyediakan obat. Semua tenaga kerja di PT. ISM sudah masuk program jamsostek. 2. Tenaga Kesehatan Untuk memberikan pelayanan yang maksimal di poliklinik PT. ISM menyediakan tenaga kesehatan dengan rincian : a. 1 Orang dokter perusahaan yang telah mengikuti pelatihan Hiperkes dan KeselamatanKerja bagi perusahaan dari Disnaker. Dokter perusahaan datang setiap 3 kali dalam seminggu ( selasa, kamis, jum’at) dari pukul 14.00-16.00 WIB.



27



b. 3 Orang paramedis, 1 Orang sudah mendapatkan sertifikat pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja dan 2 Orang belum mendapatkan sertifikat. Jam kerja paramedis mengikuti shift karyawan setiap shift ada 1 orang paramedis yang berjaga 3. Macam-Macam Pelayanan Kesehatan Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di PT. ISM terdiri dari : a. Pemeriksaan Awal Pemeriksaan awal yaitu pemeriksaan yang diperuntukkan bagi calon karyawan baru, yang terdiri dari pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan visus, tinggi badan, berat badan dan tekanan darah. Sedangkan untuk tes laboratorium meliputi tes urine, tes darah, rontgen fototorax, tes HBsAG dan tes widal. b. Pemeriksaan Berkala dan Khusus Pemeriksaan berkala dilakukan setiap 1 tahun sekali terhadap setiap karyawan. Selain itu juga dilakukan pengukuran kebisingan dan penerangan yang dimasukkan dalam pemeriksaan khusus. Namun untuk pemeriksaan khusus terhadap karyawan beluk dilakukan, karena perusahaan belum mencurigai adanya gangguan penyakit akibat kecelakaan pada tenaga kerja. Dengan dilakukannya pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus ini perusahaan ini dapat memberikan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit akibat kerja. 4. Pelaporan Penyakit Akibat Kerja Pelaporan penyakit akibat kerja di PT. ISM belum terdeteksi secara akurat dan perusahaan belum mengadakan pemeriksaan khusus secara tersendiri terhadap penyakit akibat kerja. Namun untuk mengantisipasi timbulnya penyakit akibat kerja disediakan vitamin untuk tenaga kerja yang lembur kerja, susu untuk tenaga kerja bagian tepung, screw dan boiler yang diberikan setiap shift 1 kali, dan pemberian spotter untuk karyawan dibagian screw c. Gizi Kerja Gizi kerja adalah nutrisi atau bahan makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi sesuai dengan berat bebannya masing-masing. Makanan adalah sumber energi tenaga kerja di tempat kerja maka di PT. ISM menyediakan fasilitas pelayanan makanan berupa: 1. Kantin 28



Untuk memenuhi kebutuhan kalori tenaga kerja dengan pengadaan makan dan menyediakan kantin bagi tenaga kerja. Dalam menyediakan makanan PT. ISM menggunakan jasa katering. Sistem pelayanan jasa katering dilakukan 2 minggu sekali. Penyelenggaraan makanan diberikan oleh perusahaan secara cuma-cuma untuk tenaga kerja dan untuk pengambilan makanan diberlakukan sistem nasi sesuai keinginan tenaga kerja dan lauk pauk dibatasi. Kebersihan kantin, kebersihan makanan, kebersihan pekerja, kebersihan peralatan makan, gizi dan menu makanan selalu di monitoring oleh tim menu dan poliklinik. Setiap 1 minggu 2 kali dilakukan Audit kantin oleh bagian Poliklinik dan P2K3. Pengawasan dan pembinaan terhadap perlengkapan sanitasi juga telah dilaksanakan yaitu dengan penyediaan tempat cuci tangan melalui kran (washtafel) disertai dengan sabun dan handuk. Penyimpanan, pengolahan , pengangkutan, dan penyajian makanan selalu diperhatikan keadaannya sehingga higienis dan sehat untuk di konsumsi. Setiap hari petugas poliklinik melakukan pemeriksaan menu makanan dan menghitung nilai kalori nya. Menu makanan yang disajikan dibuat oleh tim menu yang kemudian diajukan ke pihak katering. Pengubahan menu makanan harus dilaporkan ke tim menu minimal 1 hari sebelum penyajian. 2. Makanan Tambahan Makanan tambahan di PT. ISM diberikan kepada tenaga kerja dengan shift malam, berupa snack dan susu atau kopi. Serta pemberian susu kepada tenaga kerja tepung, screw dan boiler yang diberikan 1 kali untuk setiap shift. 3.4 Pemeriksaan Kesehatan Kerja Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di PT. Indofood Sukses Makmur terdiri dari : 1. Pemeriksaan Awal Pemeriksaan awal yaitu pemeriksaan yang diperuntukkan bagi calon karyawan baru, yang terdiri dari pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Pemeriksaan kesehtan di PT. Indofood Sukses Makmur sesuai dengan Undang-undang No. 01 Tahun 1970 Pasal 8 Ayat 1 yang berbunyi pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun yang akan dipindahkan sesuai dengan sifat pekerjaan yang diberikan padanya (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 1980). Pemeriksaan Fisik



Tes Laboratorium



a. Pemeriksaan Visus



a. Tes urine 29



b. Pengukuran tinggi badan



b. Tes darah



c. Pengukuran Berat Badan



c. Rontgen Fotorax



d. Pemeriksaan Tekanan darah



d. Tes HBsAG e. Tes widal



Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja (awal ) bertujuan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja yang lain-lainnya dapat dijamin. 2.



Pemeriksaan Berkala dan Khusus



a.



Pemeriksaan Berkala Pemeriksaan berkala di PT. Indofood Sukses Makmur dilakukan setiap 1 tahun sekali



terhadap setiap karyawan. Dilakukan oleh dokter perusahaan bekerjasama dengan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans No. Per 02/ MEN/ 1980 tentang Pemeriksaan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Kesehatan Kerja Pasal 5 tentang pemeriksaan kesehatan Khusus dan sesuai dengan Undang-undang No. 01 Tahun 1970 Pasal 8 Ayat 2 yaitu pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh perusahaan dan dibenarkan oleh direktur Selain itu juga dilakukan pengukuran kebisingan dan penerangan yang dimasukkan dalam pemeriksaan khusus (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 1980). Pemeriksaan Kesehatan Berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratoriuin rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Pemeriksaan Kesehatan Berkala bertujuan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan atau mencegah terjadinya penyakit akibat kerja (PAK).



b.



Pemeriksaan Khusus



30



Pemeriksaan Kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan pula terhadap: a.



Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua minggu).



b.



Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.



c.



Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan. Namun untuk pemeriksaan khusus terhadap karyawan di PT. Indofood Sukses Makmur



belum dilakukan, karena perusahaan belum mencurigai adanya gangguan penyakit akibat kecelakaan pada tenaga kerja. Dengan dilakukannya pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus ini di PT. Indofood Sukses Makmur dapat memberikan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit akibat kerja.



31



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenega kerja dari resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja, khususnya di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3 diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman nyaman sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktifitas kerja



dan



produktifitas



perusahaan.



K3 memiliki peranan



yang



besar dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan terutama dapat mencegah korban manusia. Untuk



mewujudkan



K3



perlu



dilakukan



pelaksanaan



dengan



perencanaan



dan pertimbangan yang tepat. Salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek   perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh. Sampai sekarang penyelenggara konstruksi masih kurang memperhatikan tentang K3, mereka kurang memperhatikan pencegahan pada saat mengerjakan proyek konstruksi padahal biaya ganti rugi yang dikeluarkan akan lebih besar dibandingkan dengan biaya pencegahan. Sudah banyak peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menyukseskan program K3 dalam proyek konstruksi namun banyaknya peraturan tidak sejalan dengan kecelakaan kerja yang semakin sering terjadi. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan adalah bagian dari sistem perusahaan secara



keseluruhan yang menunjang akan perkembangan



perusahaan itu sendiri. Dalam pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari tidak terlepas dari sistem pelayanan kesehatan yang paripurna. Kunci dari pelaksanaan sistem menejemen keselamatan dan kesehatan kerja meliputi penetapan pelaksanaan keselamatan



dan



kesehatan



kerja



dan



menjamin komitmen,



perencanaan, penerapan, pengukuran dan evaluasi, serta peninjauan ulang dan peninngkataan sistem menejemen keselamatan dan kesehatan kerja. Pada materi ini kami mempelajari berbagai macam bahaya baik fisik maupun non fisik yang terjadi di suatu perusahaan sehingga dapat melakukan pencegahan serta penaganan pada kecelakaan yang terjadi di perusahaan tersebut. Adanya kerjasama lintas sektor dan lintas program untuk mencegah dan menangani kasus yang mungkin terjadi baik sengaja maupun tidak sengaja di suatu perusahaan tersebut.



32



4.2 Saran 1. Perlunya pemberian



seminar



kepada



penyelenggara



konstruksi



agar



lebih



memahami tentang pentingnya K3 dan pencegahan kecelakaan kerja karena cost yang dikeluarkan akan lebih sedikit jika dibandingkan melakukan pekerjaan konstruksi tanpa pencegahan. 2. Keterlibatan pemerintah dapat bertindak tegas terhadap penyelenggara konstruksi yang nakal atau tidak memtaati peraturan.



33



DAFTAR PUSTAKA Budiono, A., Sugeng, 2003. Buku Saku Hiperkes dan KK. Badan Penerbit Undip, Semarang. Cahyono, A., 2004. Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Djojodibroto, D., 1999. Kesehatan Kerja Di Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Ester, 2000. Bahaya Bahan Kimia pada Lingkungan. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Harrington, J.M., 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Hellyanti, Putri.(2009). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman di Dept. Utility And Operation PT. Indofood Sukses Makmur tbk. Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2009. Skripsi. Depok: FKM UI. International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untuk Produktivitas. In International Labour Organization Website (5th ed.). International Labour Organization. https://doi.org/10.4337/9781849807692.00014 KBBI.



(2019).



Arti



Kata



Cegah.



Kamus



Besar



Bahasa



Indonesia



Daring.



https://kbbi.web.id/cegah Kemenkes RI. (2016). Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri (No. 70). http://kesjaor.kemkes.go.id/documents/PMK_No._70_ttg_Standar_Kesehatan_Lingkun gan_Kerja_Industri_.pdfMenteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (1980). Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. Per. 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan



Tenaga



Kerja



dalam



Penyelenggaraan



Keselamatan



Kerja.



https://toolsfortransformation.net/wp-content/uploads/2017/05/Per-Men-Naker-No.2thn-1980-ttg-Pemeriksaan-Kesehatan-Naker-dlm-penyelenggaraan-K2_E.pdf Prahastuti, A.D., 2012. Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jember University Press, Jember. Ridley, J., 2004. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta. 34



Selyanti, Harlina, Syamsiar S. Russeng dan Masyitha Muis (2013). Gambaran Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT. Semen Bosowa Maros. Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Hassanudin. Makassar Supriyadi, Ahmad Nalhadi, Abu Rizaal. (2015). Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko K3 pada Tindakan Perawatan dan Perbaikan Menggunakan Metode HIRARC (Hazard Identification and Risk Assesment Risk Control) pada PT.X. Seminar Nasional Riset Terapan (SENASSET). Semarang Growth Center, 2008. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Angkatan IV. Semarang : SGC. Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja(Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja). Surakarta : Harapan Press.



35