Kelompok 2 Kawasan Perancangan Kawasan Khusus Cikini [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERANCANGAN KAWASAN KHUSUS (KAWASAN CIKINI)



NAMA DOSEN : Dr. Ir. SUDARMAWAN JUWONO, MT.



NAMA/NIM KELOMPOK : 1.



RANDU RAHMATULLAH LEONZONY (5201170007) 2. 3.



RD. ICHSAN NURROHIM (5201170057)



SEPTIAN ANDRI PAMUNGKAS (52001170053) 4.



SUHENDAR (5201170056)



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang



Kota Jakarta kini sedang sibuk berhias diri, mulai dari menambah RTH di ibu kota hingga rencana pemerintah dalam RTRW 2030 yaitu penataan ruang dan pengembangan kawasan strategis provinsi. Ada pun



pengertian



dari



kawasan



strategis provinsi yaitu rencana pemerintah dalam upaya melestarikan budaya, khususnya kota Jakarta. pelestarian budaya diatur dalam Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2010. Ada pun strategi dari pengembangan Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030 adalah penataan ruang dan pengembangan kawasan strategi provinsi. Salah satu wilayah di Jakarta yang ingin dikembangkan menjadi kawasan strategis provinsi adalah kawasan Cikini Raya. Kawasan tersebut memiliki beberapa bangunan bersejarah yang masuk dalam kaegori A (bangunan yang dijaga dan dilestarikan) seperti Museum Joang 45’, kantor pos Cikini, SMPN 1,



perguruan



Cikini, dan lain sebagainya. Dengan pengaruh dari gaya arsitektur bangsa Belanda dan Indonesia, menjadikan bangunan tersebut memiliki identitas dan tentu saja daya tarik tersendiri. Keunikan bangunan tersebut juga tidak hanya dari bentukan saja, tapi juga bagaimana bangunan dengan langgam eropa tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar serta iklim dan budaya setempat Para pengelolah kota dan arsitek – arsitek pada masa itu banyak menerapkan konsep lokal atau tradisional Belanda didalam perencanaan dan pengembangan kota, permukiman dan juga bangunan – bangunannya. Salah satunya yaitu kawasan Menteng. Bangunan -bangunan yang berdiri di kawasan Menteng dibangun pada masa kolonialisasi Belanda dan merupakan kawasan yang dijadikan sebagai perumahan bagi pegawai kolonial Belanda sehingga bangunan dikawasan Menteng dirancang dengan sedemikian elegan dengan gaya yang terkenal pada masanya yaitu bergaya arsitektural klasik Indische atau disebut dengan Hindia klasik atau



bisa



disebut juga dengan Indo – Eropa, karena terdapat campuran budaya Eropa dengan Indonesia.



1



2



Gambar 1.1 Bangunan Pada Kawasan Menteng dan Cikin Sumber: http://Google.com di akses 1 Januari 2018 Kota Jakarta merupakan pusat pemerintahan ketika masa kolonial, banyaknya pendatang dari luar Indonesia yang masuk ke Jakarta lalu kemudian menetap pada suatu daerah yang dimana daerah tersebut tumbuh dengan berbagai macam gaya arsitektur yang dibawa oleh para pendatang dari luar Indonesia, salah satunya adalah bangsa Belanda. Dimana, bangsa mereka membawa pengaruh occidental



(barat)



dalam berbagai aspek kehidupan termasuk juga dalam tata kota hingga bangunan. dengan begitu, munculah keunikan yang dihasilkan oleh perpaduan antara gaya arsitektur pendatang yang kemudian beradaptasi dengan gaya - gaya arsitektur lokal, lalu kemudian disesuaikan dengan iklim serta budaya – budaya lokalnya. Begitu pula dengan sejarah kawasan Cikini yang dulunya adalah tanah milik seorang pelukis tersohor pada zaman kolonial Belanda yang bernama Raden Saleh. Beliau membangun sebuah rumah di sekitar Cikini yang didasarkan pada istana Callenberg, Ketika dimana ia pernah tinggal di Jerman. Dengan taman yang luas, sebagiannya dijadikan taman umun dan kebun binatang pada tahun 1862 yang dulu dinamakan Planten En Dierentuin. Lalu pada tahun 1960 an kebon binatang tersebut dipindahkan ke Ragunan Pasar Minggu. Pada tahun 1960 dibangunlah Taman Ismail rumah susun (rusun). Dimana revitalisasi yang dimaksudkan disini adalah pembangunan baru di Marzuki dibekas taman



tersebut, dan rumah dari Raden Saleh masih tetap berdiri sampai sekarang sebagai RS.PGI Cikini.



Gambar 1.2 PetaGambar Kawasan Cikini Tahun 1850 1.2 Sumber: https://issuu.com/diankusumasari5 di akses 1 Januari 2018 Pada gambar dibawah ini menjelaskan peta tentang kawasan menteng dan sekitarnya ketika tahun 1874. Dimana kawasan Cikini berada di kanan bawah pada gambar.



Gambar 1.3 Peta Kawasan Cikini Tahun 1874 dan 1923 Sumber: Menteng ‘Kota Taman’ Pertama di Indonesia(2001) 1.1.1 Taman Ismail Marzuki



Kawasan Cikini merupakan kawasan pendukung atau penyokong kehidupan kawasan menteng dengan hadirnya beberapa fungsi salah satunya yaitu kebon binatang dan dan taman umum yang dulu disebut Planten En Dierentuin.



Gambar 1.4 Planten En Dierentuin tahun 1920an Sumber: https://google.com di akses 1 Januari 2018 Kebon binatang ini berdiri diatas tanah Raden Saleh. Dulu tempat ini dikenal sebagai ruang rekreasi umum “Taman Raden Saleh” Pengunjung Taman Raden Saleh selain dapat menikmati kesejukan dan melihat sejumlah hewan, mereka juga disugguhkan dengan tontonan balapan anjing yang kini berubah menjadi kantor dan ruang kuliah mahasiswa fakultas perfilman dan televise IKJ, selain itu juga terdapat lapangan bermain sepatu roda yang berlantaikan semen. Namun pada tahun 1962 kebon binatang dipindahkan ke Ragunan. Lalu pada tanggal 10 November tahun 1968 diresmikannya Taman Ismail Marzuki oleh Gubernur Pemerintahan Daerah DKI Jakarta Jenderal Marinir Ali Sadikin



Gambar 1.5 Planten En Dierentuin tahun 1920an Sumber: https://google.com di akses 1 Januari 2018



Kemudian ketika awal tahun 1890-an, Cikini berkembang menjadi kawasan komersil (penginapan, toko dan bioskop) dan Pendidikan (SMPN 1 Cikini dan Perguruan



Gambar 1.6 Bangunan Komersil di Cikini Sumber: https://google.com di akses 1 Januari 2018 1.1.2 Gedung SMPN 1 Cikini Bangunan SMPN 1 Cikini dulunya berdiri ditanah bekas sekolah pertama milik pemerintahan Belanda untuk orang pribumi pada tahun 1947. Kemudian pemerintah Republik Indonesia mengambil alih gedung tersebut untuk digunakan sebagai sekolah yang bernama SMP Negeri 1 Cikini.



Gambar 1.7 SMPN 1 Cikini Sumber: https://google.com di akses 1 Januari 2018 1.1.3 . Gedung SMPN 1 Cikini Bangunan Kantor Pos Cikini juga merupakan bangunan yang berdirik sejak zaman kolonial belanda yang hingga saat ini pun berdiri dengan fungsi yang sama sebagai kantor pos.



Gambar 1.8 Kantor Pos Cikini Sumber: https://google.com di akses 1 Januari 2018



1.1.4 Yayasan Perguruan Cikini Yayasan Perguruan Cikini yang sudah berdiri sejak tanggal 1Agustus tahun 1942, yang dulu disebut Sekolah Rakyat Partikelir Mayumi. Sebelumnya ia hanyalah sebuah tempat kursus Bahasa Indonesia. Yayasan Perguruan Cikini pernah mendapatkan musibah ledakan granat, targetnya yaitu



Presiden



Soekarno yang sedang berkunjung ke sekolah tersebut, pada masa itu juga sekolah tersebut tempat putra – putri Presiden Soekarno bersekolah (Guntur, Guruh dan Megawati) peristiwa itu dikenal dengan nama “Peristiwa Cikini”.



Gambar 1.9 Yayasan Perguruan Cikini Sumber: https://google.com di akses 1 Januari 2018 Pemerintah Jakarta memang telah menaruh perhatian khusus untuk wilayah Cikini, dengan menjadikannya sebagai salah satu wilayah di Jakarta yang ingin dikembangkan menjadi kawasan strategis provinsi. Beberapa



bangunan bersejarah yang masuk dalam kategori A (bangunan yang dijaga dan dilestarikan) juga merupakan salah satu bentuk pemugaran dari pemerintah Jakarta. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, tetap saja diperlukan suatu usaha untuk menata, dan memperbaiki kawasan Cikini, yang memang kini faktanya terdapat beberapa permasalahan yang harus terselesaikan terlebih dahulu. Beberapa permasalahan yang ada salah satunya yaitu terdapat pada jalur pedestriannya. Jalur pedestrian yang seharusnya dimanfaatkan untuk pejalan kaki, berubah menjadi jalur untuk pedagang kaki lima yang banyak sekali terpampang di sepanjang jalan Cikini raya. Tidak hanya itu, permasalahan selanjutnya adalah jalur tersebut juga menjadi “area parkir” untuk kendaraan bermotor, bahkan mobil pun terlihat di berbagai



titik



jalur



pedestrian.



Sehingga, fungsi fungsi utama dari pedestrian sudah berubah, dan bahkan menghilang. Selain itu, kondisi pedestrian yang kurang nyaman pun menjadi salah satu alasan banyak pejalan kaki enggan untuk menikmati suasana Cikini Raya, kondisi seperti kurangnya area teduh untuk pejalan kaki, hingga area untuk beristirahat sangat minim disediakan di kawasan tersebut. Bukan hanya jalur pedestrian saja yang perlu mendapat perhatian khusus, tapi juga banyak bangunan bangunan, maupun lahan kosong yang terbengkalai begitu saja. Bangunan terbengkalai tersebut bahkan telah beralih



fungsi,



beberapa menjadi lahan parkir liar yang pada akhirnya merusak



estetika



kawasan tersebut. Meskipun menurut data pemerintah, beberapa bangunan memang tergolong dalam kategori A yaitu kategori bangunan yang harus dilindungi seperti Museum Joang 45’, Kantor pos Cikini, SMPN 1 Cikini, dan lain sebagainya, tetap saja bangunan lainnya masuk dalam kategori C, yang berarti bangunan yang boleh façadenya dirubah dan bisa ditambahkan fungsi baru, namun tetap menerapkan beberapa elemen dari langgam bangunan setempat, mulai dari pengulangan jendela, pintu, atau ornament. Dengan fakta demikian, maka ide untuk menata koridor di Cikini Raya dengan suatu konsep yang Responsive terhadap permasalahan permasalahan tersebut merupakan suatu keharusan. Dengan



menciptakan



jalur pedestrian yang nyaman dan disertai bentuk estetika bangunan yang dikembalikan pada langgam bangunan heritage khas Cikini Raya sebagai wujud dari bagaimana kawasan ini ingin dijadikan kawasan wisata sesuai



dengan rencana pemerintah untuk kawasan ini. Selain itu, pengembalian façade bangunan tersebut juga memang sangat penting, guna menyokong bangunan dengan kategori A di kawasan tersebut dan mengembalikan identitas asli kawasan tersebut sehingga menciptakan identitas baru kawasan ini dan nantinya bisa dinikmati oleh pengunjung kawasan ini. 1.2



Rumusan Masalah



1. Teori Responsive Environment terhadap kawasan Cikini 2. Mencari data bangunan apa saja yang bersejarah di kawasan Cikini 3. Disain Cikini berdasarkan teori Responsive Environment 1.3



Tujuan Penelitian



1. Untuk dapat menerapkan teori Responsive Environment pada koridor Cikini 2.



Untuk mendapatkan data bangunan bersejarah apa saja yang terdapat



dikawasan Cikini 3. Untuk mendapatkan desain koridor Cikini yang sesuai dengan teori Responsive Environment 1.4



Ruang lingkup Penelitian



1.



Pengolahan dan penambahan fungsi pada kawasan Cikini, dimana pada



penulisan kali ini, akan fokus terhadap pengolahan serta penambahan fungsi yang dapat menunjang kawasan Cikini. 2.



Merekap sejarah bangunan apa saja yang ada dikawasan Cikini, akan



dilakukan pendataan bangunan – bangunan apa saja yang bersejarah pada kawasan Cikini. 3.



Pengolahan dan Perancangan kawasan, perancangan koridor



Cikini



sesuai teori Responsive Environment. 1.5



State of the Art



1.



Lilik Krisnawati dan Rima Dewi Suprihardjo dalam



Arahan



Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism (2014) Pada jurnal ini membahas tentang permasalahan yang ada pada kawasan Cagar Budaya Singosari yang kurangnya peran serta stakeholder dan keterpaduan perencanaan dalam mengembangkan obyek wisata. Pendekatan



yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan rasionalisme. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan kawasan cagar budaya Singosari malang sebagai Heritage Tourism. 2.



Sadar Pakarti Budi dalam Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata



Perkotaan



Studi



Kasus



Jakarta



(2015)



Melalui



jurnal



ini,



dalam



pengembangan kawasan pariwisata perlu strategi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi faktor – faktor utama dalam menentukan strategi pengembangan kawasan wisata. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan para ahli sektor publik dan pariwisata swasta. Data akan dianalisis dengan menggunakan Analytic Network Process (ANP), yang nantinya hasil dari penelitian ini adalah strategi pengembangan kawasan perkotaan pariwisata yang urutan prioritas adalah kualitas pembangunan sumber daya manusia, peningkatan komitmen stakeholder, pelayanan serta pemasaran global. 3.



Manlian Ronald A Simanjuntak dan Armila Adityawati dalam Analisis



Pengaruh Kualitas Area Pedestrian Terhadap Kemudahan Akses Pengunjung Bangunan Mal Dijalan Asia – Afrika (2011) Melalui jurnal ini diungkapkan bahwa penyediaan area pedestrian bagi pejalan kaki memiliki peran penting karena dapat membantu terwujudnya sebuah lingkungan yang ideal, terutama dalam sebuah perancangan bangunan komersial. Penelitian ini menggunakan metodologi dalam memperoleh data primer dan data sekunder.



Hasil



penelitian yang diperoleh adalah bahwa kemudahan akses pengunjung Mal diciptakan dari kesinambungan area pedestrian di luar dan dalam bangunan. Selanjutnya, dengan meningkatkan kualitas area pedestriannya,



setiap



bangunan yang berdekatan dapat berinteraksi satu sama lain, sehingga dapat meningkatkan kualitas sebuah kawasan jalan maupun boulevard. Hal tersebut terutama dapat diterapkan pada area-area komersial untuk meningkatkan aktivitas yang sehat, selain mendukung meningkatnya aspek komersial. 4.



Aktivianti Poshi Negasari, Imma Widyawati Agustin dan Nailah



Firdausiyah dalam Penataan Jalur Pejalan Kaki Berdasarkan Persepsi Dan Perilaku Pejalan Kaki Dikawasan Pusat Kota Malang (2014) Penelitian ini membahas bahwa kawasan pusat Kota Malang merupakan kawasan bersejarah dikarenakan terdapat bangunan-bangunan kuno berupa bangunan Balaikota Malang, sekolah SMA, dan bangunan lainnya yang dibangun pada masa



pemerintahan



Belanda.



tujuan



utama



dari



penelitian



ini



adalah



untukmemperbaiki desain jalur pejalan kaki di kawasan pusat Kota Malang menjadi nyaman, aman, menyenangkan dan menarik bagi anak-anak, orang dewasa, orang lanjut usia dan juga pejalan kaki



berkebutuhan



khusus



(difable). Penelitian ini menggunakan analisis behavior mapping yang digunakan untuk mengetahui perilaku pengguna jalur pejalan kaki di lokasi penelitian sesuai dengan variabel yang telah ditentukan, dan



juga



menggunakan analisis kano untuk mengetahui persepsi dari pengguna jalur pejalan kaki mengenai desain yang sesuai dengan keinginan berdasarkan variabel yang digunakan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa desain jalur pejalan kaki harus memenuhi empat kriteria yaitu keselamatan yang meliputi ketinggian jalur pejalan kaki dan jalan



yang



sama,



perbaikan



material perkerasan jalur pejalan kaki, penambahan lebar jalur pejalan kaki, untuk kriteria kenyamanan yakni meliputi jalur



sirkulasi



bagi



difable,



sirkulasi tidak terganggu hambatan samping, terdapat pohon peneduh, penambahan tempat sampah, pengaturan vegetasi, penambahan lebar jalur pejalan kaki. Hal itu diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengurangan jumlah pemakaian kendaraan dan meningkatkan



minat



masyarakat untuk dapat menggunakan jalur pejalan kaki. 5.



Wahyu Purnomo Sidiq dalam Penataan Streetscape Penggal Jalan Lawu



di Karanganyar Sebagai Kawasan Shopping Street yang Rekreatif (2015) Penelitian ini membahas tentang perilaku masyarakat yang semakin maju dan berkembang ini menimbulkan keinginan masyarakat akan suatu



fasilitas



tempat perbelanjaan yang lengkap, baik, aman dan nyaman. Hal



ini



mendorong perlunya penataan kembali penggal jalan Lawu di Karanganyar agar tercipta sebuah sistem yang baik untuk meningkatkan kualitas jalan Lawu Karanganyar, yang nantinya akan dirancang sebagai kawasan shopping street. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan melakukan studi literatur dan survei lapangan dengan cara langsung di lapangan untuk memperoleh data primer.



mengamati