Kelompok 2. Makalah Asesmen Kompetensi Minimum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ARAH KECENDERUNGAN DAN ISU PEMBELAJARAN FISIKA “ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM” DOSEN PENGAMPU: DR.NURLIANA MARPAUNG, M.Si



OLEH: KELOMPOK 2 AULIA SYAFRIYANTI (8216175001) NELLY CATRINA LUMBANTOBING (8216175004)



PENDIDIKAN FISIKA PPs A 21



PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2021



DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) 2.2 Kompetensi Mendasar yang Diukur dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) 2.3 Tujuan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) 2.4 Komponen Instrumen AKM 2.5 Bentuk Soal AKM 2.6 Contoh Soal AKM 2.7 Pelaksanaan AKM 2.8 Pelaporan Hasil AKM 2.9 Tingkat Kompetensi 2.10 Pemanfaatan Hasil AKM BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Daftar Pustaka



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Asesmen merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa asesmen merupakan penerapan penggunaan alat penilaian untuk mendapatkan informasi sebanyak – banyaknya tentang keberhasilan siswa dalam menguasai kompetensi tertentu. Asesmen berbeda dengan evaluasi dimana evaluasi hanya berorientasi pada kemampuan kognitif yang berhubungan dengan nilai (value). Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah penilaian kompetensi mendasar yang dibutuhkan seluruh siswa agar dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri serta berperan aktif dalam masyarakat pada kegiatan yang bernilai positif. AKM digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dimana aspek yang diukur adalah kemampuan literasi membaca dan literasi numerasi. AKM dirancang untuk mendorong terlaksananya pembelajaran inovatif yang berorientasi pada pengembangan kemampuan bernalar, bukan berfokus pada hafalan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Asesmen Kompetensi Minimum ? 2. Apa saja kompetensi mendasar yang diukur dalam Asesmen Kompetensi



Minimum ? 3. Apa tujuan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) ? 4. Apa saja komponen instrumen AKM ? 5. Bagaimana hasil AKM dilaporkan ? 6. Bagaimana pemanfaatan hasil AKM ?



1.3 Tujuan 1. Mengetahui Asesmen Kompetensi Minimum. 2. Mengetahui



kompetensi



mendasar



yang



diukur



dalam



Kompetensi Minimum. 3. Mengetahui tujuan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). 4. Mengetahui komponen instrumen AKM. 5. Mengetahui cara hasil AKM dilaporkan. 6. Mengetahui pemanfaatan hasil AKM.



Asesmen



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Baik pada literasi membaca dan numerasi, kompetensi yang dinilai mencakup



keterampilan



berpikir



logis-sistematis,



keterampilan



bernalar



menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan memilah serta mengolah informasi. AKM menyajikan masalah-masalah dengan beragam konteks yang diharapkan mampu diselesaikan oleh murid menggunakan kompetensi literasi membaca dan numerasi yang dimilikinya. AKM dimaksudkan untuk mengukur kompetensi secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten. 2.2 Kompetensi Mendasar yang Diukur dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia serta untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat. Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia.



2.3 Tujuan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen penting, yaitu kurikulum (apa yang diharapkan akan dicapai), pembelajaran (bagaimana mencapai) dan asesmen (apa yang sudah dicapai). Asesmen dilakukan untuk mendapatkan informasi mengetahui capaian murid terhadap kompetensi yang diharapkan. Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk menghasilkan informasi yang memicu perbaikan kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar murid. Pelaporan hasil AKM dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi murid. Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat capaian murid. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian murid akan memudahkan murid menguasai konten atau kompetensi yang diharapkan pada suatu mata pelajaran. 2.4 Komponen Instrumen AKM Untuk memastikan AKM mengukur kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan, juga sesuai dengan pengertian Literasi Membaca dan Numerasi yang telah disampaikan terdahulu, soal AKM diharapkan tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses kognitif. Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Pada Numerasi konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar. Tingkat kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Proses kognitif pada



Literasi Membaca dan Numerasi dibedakan menjadi tiga level. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah menemukan informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi. Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran. Konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik. Penjelasan lebih detail mengenai komponen AKM disajikan di Tabel 1. Tabel 1. Komponen AKM Literasi Membaca Konten



Numerasi



Teks Informasi, teks yang Bilangan, meliputi representasi bertujuan untuk memberikan sifat urutan, dan operasi beragam fakta, data, dan informasi jenis bilangan (cacah, bulat, dalam rangka pengembangan pecahan, decimal). wawasan



serta



pengetahuan



yang



ilmiah.



ilmu bersifat Pengukuran dan geometri, meliputi mengenal bangun datar hingga



menggunakan



volume



yang dan luas permukaan dalam bertujuan untuk memberikan kehidupan sehari-hari. Juga pengalaman mendapatkan menilai pemahaman peserta Teks



fiksi,



teks



tetang pengukuran cerita, didik dan melakukan perenungan panjang, berat, waktu, volume dan debit, serta satuan luas kepada pembaca. hiburan,



menikmati



menggunakan satuan baku. Data meliputi



dan



ketidakpastian, pemahaman,



interpretasi serta penyajian data maupun peluang. Aljabar,



meliputi



persamaan



dan pertidaksamaan, relasi dan fungsi (termasuk pola bilangan), serta rasio dan proporsi. Proses



Menemukan



Kognitif



mencari,



informasi, Pemahaman, memahami fakta,



mengakses



serta prosedur serta alat matematika



menemukan informasi tersurat Penerapan, mampu menerapkan



dari wacana.



konsep matematika dalam situasi Interpretasi dan integrasi, nyata yang bersifat rutin memahami informasi tersurat maupun tersirat, memadukan Penalaran, bernalar matematika interpretasi antar bagian teks konsep untuk menghasilkan inferensi.



dengan untuk



menyelesaikan masalah bersifat non rutin



Evaluasi



dan



menilai



refleksi, kredibilitas,



kesesuaian



maupun



keterpecayaan



teks



serta



mampu mengaitkan isi teks dengan hal lain di luar teks. Konteks



Personal. Berkaitan dengan Personal, kepentingan



diri



berkaitan



dengan



secara kepentingan diri secara pribadi



pribadi Sosial budaya, berkaitan dengan Sosial dengan



budaya,



berkaitan kepentingan



kepentingan



antar



antar



individu,



individu,



budaya



dan



isu budaya dan isu kemasyarakatan



kemasyarakatan Saintifik, berkaitan dengan isu, Saintifik, berkaitan dengan aktivitas, serta fakta ilmiah baik isu,



aktivitas,



ilmiah



baik



serta



fakta yang telah dilakukan maupun



yang



telah futuristic.



dilakukan maupun futuristic.



2.5 Bentuk Soal AKM Berikut ini merupakan 5 bentuk soal AKM : 1. Pilihan ganda: memilih satu jawaban benar dari tiap soal. 2. Pilihan ganda kompleks: memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu soal. 3. Menjodohkan: menjawab dengan menarik garis dari satu titik ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya. 4. Isian singkat: menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya. 5. Uraian: menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.



2.6 Contoh Soal AKM



2.6.1 Literasi Penelitian Ilmiah di Rumah Seringkali ketika kita mengatakan penelitian ilmiah, maka yang kita pikirkan adalah laboratorium dengan alat-alat canggihnya. Padahal kita dapat melakukan penelitian ilmiah di mana saja, di dalam laboratorium, maupun di luar laboratorium, misalnya mengamati ketaatan murid terhadap peraturan lalu lintas di persimpangan jalan atau mengamati pergerakan bulan ketika terjadi gerhana bulan.



Penelitian



ilmiah



adalah



rangkaian



pengamatan



yang



sambung



menyambung serta terakumulasi untuk menemukan, mengembangkan dan menguji jawaban atas pertanyaan ataupun masalah. Kunci utama penelitian ilmiah adalah melakukan pengamatan secara sistematis baik dari segi objek amatan, waktu mengamati, hal yang kita lakukan pada objek, maupun data yang kita catat. Contoh penelitian ilmiah yang dapat kamu lakukan dirumah adalah pengamatan untuk menjawab pertanyaan: “Apakah jumlah air penyiraman mempengaruhi tinggi tanaman?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut kamu perlu menciptakan beberapa situasi: 1. menyiram hanya sekali sehari, 2. atau menyiram dua kali sehari. Ada dua situasi seringnya dilakukan penyiraman air yang berbeda untuk mengetahui apakah benar jumlah air penyiraman mempengaruhi tinggi tanaman. Penelitian dikatakan sistematis jika air penyiraman tidak asal jumlahnya. Kamu harus menentukan jumlah yang sama untuk setiap kali penyiraman. Jumlah ini harus konsisten kamu lakukan setiap kali penyiraman, kamu tidak boleh mengubahnya!



Kemudian sistematis objek serta perlakuan terhadap objek. Objek penelitian kita adalah tanaman A serta B. Tanaman A harus selalu disiram sebanyak satu kali sehari dan tanaman B sebanyak dua kali sehari. Kamu tidak boleh secara asal menukar perlakuan penyiraman terhadap tanaman A dengan B. Oleh karena itu, sangat penting dalam penelitian ilmiah kamu melakukan pencatatan prosedur sehingga penelitian dapat terlaksana secara sistematis. Hal lain yang tidak boleh kamu lupakan adalah memastikan hasil pengamatanmu tidak dipengaruhi hal lain, misal jenis tanaman A dan B harus sama, umur kedua tanaman sama, atau pun intensitas cahaya matahari sama. Hal ini sangat penting supaya kamu yakin bahwa yang mempengaruhi perbedaan tinggi tanaman adalah jumlah air siraman, bukan karena jenis tanaman B lebih cepat tinggi dibandingkan tanaman A. Jika kamu sudah secara sistematis melakukan penyiraman, catatlah tinggi tanaman secara sistematis juga. Gunakan pengukur panjang yang sama, cara yang sama dan waktu yang sama. Contohnya mencatat tinggi tanaman setiap seminggu sekali, dalam ukuran milimeter, secara tegak lurus terhadap permukaan tanah tempat tanaman tumbuh. Setelah catatan tinggi tanaman tersebut terkumpul secara



terus-menerus, akumulasi data dapat menjawab pertanyaan penelitian. Selamat melakukan penelitian ilmiah di rumah. Contoh Pertanyaan 1. Tentukan apakah setiap aktivitas berikut merupakan langkah sistematis dalam melakukan penelitian ilmiah di atas ataukah tidak!



Aktivitas



Sistematis



Tidak Sistematis



Jumlah air penyiraman tanaman A ditambahkan setelah dua minggu Kedua tanaman disiram pada jam yang sama setiap harinya. Tinggi tanaman diukur ketika terlihat perubahan tinggi tanaman



ada



Data pengukuran tinggi tanaman dicatat dalam satuan panjang yang sama



2. Berikut ini yang merupakan manfaat dari pencatatan prosedur penelitian ilmiah adalah…. (Boleh memilih lebih dari satu jawaban) ● Memastikan langkah yang dilakukan konsisten dari waktu ke waktu ● Membuka peluang siapapun dapat melanjutkan penelitian ilmiah dengan cara yang sama ● Membuktikan kepada orang lain bahwa hasil penelitiannya pasti benar ● Mempercepat proses dilakukannya penelitian ilmiah



2.5.2 Numerasi



2. Dewan Ekonomi Internasional memiliki program untuk membantu negaranegara yang mengalami kesenjangan pendapatan penduduk. Negara B ditetapkan sebagai negara prioritas yang menerima program bantuan tersebut. Apakah keputusan Dewan Ekonomi tersebut benar? Jelaskan alasanmu! ● Ya ● Tidak Penjelasan



:



____________________________________________________________ 2.7 Pelaksanaan AKM Pelaksanaan Akm Dikoordinasi Oleh Kemendikbud Bekerja Sama Dengan Dinas Pendidikan Dan Kanwil Dan Kantor Kemenag. Sampel peserta didik kelas 5, 8, dan 11 ditentukan oleh Kemdikbud. Asesmen Nasional dilaksanakan menggunakan komputer dan secara daring. Murid mengerjakan pada sesi dengan



jadwal yang ditentukan dan dengan diawasi. AKM dilaksanakan dalam waktu 2 hari : 1. Hari ke-1 (Literasi) SD (75 menit) SMP & SMA (90 Menit) 2. Hari ke-2 (Numerasi) SD (75 menit) SMP & SMA (90 Menit)



2.8 Pelaporan Hasil AKM Hasil AKM dilaporkan dalam empat kelompok yang menggambarkan tingkat kompetensi yang berbeda. Urutan tingkat kompetensi dari yang paling kurang adalah: 1. Perlu Intervensi Khusus, 2. Dasar, 3. Cakap, 4. Mahir.



2.9 Tingkat Kompetensi 2.9.1 Tingkat Kompetensi Literasi Membaca a. Perlu Intervensi Khusus Murid belum mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks ataupun membuat interpretasi sederhana. b. Dasar Murid mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks serta membuat interpretasi sederhana.



c. Cakap Murid mampu membuat interpretasi dari informasi implisit yang ada dalam teks; mampu membuat simpulan dari hasil integrasi beberapa informasi dalam suatu teks. d. Mahir Murid mampu mengintegrasikan



beberapa informasi lintas



teks;



mengevaluasi isi, kualitas, cara penulisan suatu teks, dan bersikap reflektif terhadap isi teks.



2.9.2 Tingkat Kompetensi Numerasi a. Perlu Intervensi Khusus Murid hanya memiliki pengetahuan matematika yang terbatas. Murid menunjukkan penguasaan konsep yang parsial dan keterampilan komputasi yang terbatas. b. Dasar Murid memiliki keterampilan dasar matematika: komputasi dasar dalam bentuk persamaan langsung, konsep dasar terkait geometri dan statistika, serta menyelesaikan masalah matematika sederhana yang rutin. c. Cakap Murid mampu mengaplikasikan pengetahuan matematika yang dimiliki dalam konteks yang lebih beragam. d. Mahir Murid mampu bernalar untuk menyelesaikan masalah kompleks serta nonrutin berdasarkan konsep matematika yang dimilikinya.



2.10 Pemanfaatan Hasil AKM 1. Pemanfaatan hasil AKM untuk menguasai konten Contoh strategi penguasaan konten dalam mata pelajaran Fisika: Guru fisika melakukan aktivitas percobaan dan murid akan melakukan pencatatan data, penyajian data, melakukan interpretasi serta menarik kesimpulan hasil percobaan. Dari contoh ini, diinformasikan empat tingkat kompetensi dengan tindak lanjut yang perlu diberikan: a.



Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus memiliki penguasaan konsep matematika yang sangat minimal. Murid ini perlu didampingi mulai dari pencatatan data serta dilakukan diskusi untuk memvalidasi hasil pencatatan data. Diskusi dapat dilakukan dengan teman yang kompetensi numerasinya cakap ataupun mahir.



b. Murid di tingkat Dasar sudah menguasai konsep dasar, namun masih kesulitan untuk menerapkan dalam situasi yang relevan. Murid perlu diberi contoh cara menyajikan data atau menuangkan data hasil catatannya ke dalam bentuk penyajian yang tepat dan akurat. Interpretasi holistik mengenai data sebelum menarik kesimpulan dilakukan dalam diskusi bersama. c. Murid di tingkat Cakap sudah memahami konsep dan mampu menerapkan



konsepnya,



namun



perlu



diasah



kemampuan



bernalarnya untuk mengetahui adanya kesalahan pada data atau anomali data. Murid dapat ditugaskan untuk membandingkan datanya dengan data kelompok lainnya kemudian membuat simpulan umum hasil penelitian dalam satu kelas. Murid dibimbing dalam menjustifikasi data yang sifatnya anomali. d. Murid di tingkat Mahir mampu menerapkan konsep matematika yang dimiliki dalam berbagai konteks serta bernalar untuk menyelesaikan masalah. Murid ini dapat ditugaskan untuk membandingkan data dirinya, data kelompok lainnya dan data dari sumber lainnya (misal, jurnal ilmiah yang relevan) kemudian



membuat generalisasi hasil percobaan yang dilakukan dengan menganalisis beragam data. 2. Pemanfaatan hasil AKM untuk meningkatkan kompetensi literasi dan Numerasi 3. AKM tidak mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun, pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran mata pelajaran. 4. Pelaporan tingkat kompetensi dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas 5. Guru



diharapkan



kompetensi murid



menyesuaikan



pembelajarannya



sesuai



tingkat



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan AKM adalah bagian dari Asesmen Nasional. Berfungsi untuk mengevaluasi kualitas sistem pendidikan. Mengukur literasi membaca dan numerasi sebagai hasil belajar kognitif. Kompetensi mendasar yang diukur dalam AKM adalah Literasi Membaca dan Numerasi.



Pelaporan hasil AKM dirancang untuk



memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi murid. Hasil AKM dilaporkan dalam empat kelompok yang menggambarkan tingkat kompetensi yang berbeda. Urutan tingkat kompetensi dari yang paling kurang adalah: 5. Perlu Intervensi Khusus, 6. Dasar, 7. Cakap, 8. Mahir.



Daftar Pustaka Cahyana, Ade. 2020. “Prospek AKM Dan Survei Karakter: Memperkuat Basis Praliterasi Dan Pranumerasi Usia Dini.” In Banpaudpnf Kemendiikbud, , 1–4. Mendikbud. 2020. Pusat Asesmen Dan Pembelajaran Badan Penelitian Dan Pengembangan



Dan



Perbukuan



Kementerian



Pendidikan



Dan



Kebudayaan AKM Dan Implikasinya Pada Nanda Novita, Dkk. 2021. “Asesmen Nasional: Pengetahuan Dan Persepsi Calon Guru.” Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol.5, No.(January): 174. Resti, Y, and E S Kresnawati. 2020. “Peningkatan Kemampuan Numerasi Melalui Pelatihan Dalam Bentuk Tes Untuk Asesmen Kompetensi Minimum Bagi Guru Sdit Auladi Sebrang Ulu Ii Palembang.” Jurnal Pendidikan (November 2020): 18–19.