13 0 241 KB
KEPERAWATAN KOMUNITAS “LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN REMATIK” Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan komunitas Dosen Pembimbing :
Sudirman, S.kep, Ns, M.Kes
KELOMPOK 2 ZUL FAJRI DEVITA ISRA SUGIATI AGUS SALIM
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR 2020/2021
1
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok dalam membuat makalah yang berjudul “REMATIK”. Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi kelompok kami. Makalah ini disususun berdasarkan hasil diskusi kelompok kerja kami, dan kami menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu dengan adanya bantuan dari semua pihak yang terkait. Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha menyajikan semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, maka kami mengharapkan masukan ataupun saran dari dosen pembimbing serta teman-teman lainnya dalam menyempurnakan penulisan makalah kami agar dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Makassar, 16 Oktober 2020
2
DAFTAR ISI KEPERAWATAN KOMUNITAS SAMPUL............................................................................................................................................1 KATA PENGANTAR........................................................................................................................2 DAFTAR ISI......................................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................4 A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................4 BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................................................6 A. KONSEP TEORI.................................................................................................................6 1. PENGERTIAN...............................................................................................................6 2. PENYEBAB / ETIOLOGI.............................................................................................6 3. PATOFISIOLOGI..........................................................................................................7 4. MANIFESTASI KLINIK...............................................................................................8 5. DIAGNOSIS ARTRITIS................................................................................................9 6. PENATALAKSANAAN..............................................................................................10 7. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................................11 B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................11 1. PENGKAJIAN.............................................................................................................11 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................................12 3. INTERVENSI KEPERAWATAN...............................................................................13 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS...................................................................22 A. DATA UMUM...................................................................................................................22 B. RIWAYAT DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN PENDUDUK..................................23 C. KARETERISTIK PENDUDUK........................................................................................24 D. ANALISA DATA..............................................................................................................25 E. DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................................................................25 F. PRIORITAS MASALAH..................................................................................................26 BAB IV PENUTUP..........................................................................................................................32 A. KESIMPULAN..................................................................................................................32 B. SARAN..............................................................................................................................32
3
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak keluarnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 574/Menkes/ SK/IV/2000, telah di tetapkan visi pembangunan kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2013. Visi tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2013 bangsa indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanna kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, memiliki pendidikan setinggi-tingginya serta memiliki ekonomi keluarga yang mampu meningkatkan derajat hidup keluarga sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal. Sejalan dengan itu telah banyak kemajuaan yang kita capai, namun kemajuankemajuan itu masih jauh dari apa yang di harapkan pada tahun 2013. Untuk menujang percepatan dan pencapaian visi tersebut, Departemen Kesehatan merumuskan visi yaitu : masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dengan misi “ Membuat Rakyat Sehat”. Salah satu strategi untuk mencapai visi tersebut adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Desa sebagai unit kepemerintahan terkecil yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat merupakan gambaran nyata terhadap situasi dan kondisi masyarakat desa saat ini. Oleh karna itu, pembangunan yang berorientasi pada pedesaan, salah satunya dengan program posyandu lansia, merupakan pembangunan yang sesungguhnya, menyentuh langsung apa sebenarnya yang dibutuhkan dan di harapkan oleh masyarakat kita. Kalimantan Barat termasuk desa terpencil yang terletak di kepulauan atau di perbatasan indonesia-malaysia. Desa-desa tersebut tersebar di 14 kabupaten/ kota di kalbar termasuk kabupaten kubu raya yang memiliki 106 desa dengan 17 buah puskesmas. Sebanyak 952 desa yang siap memerlukan pembinaan secara intensif agar perkembangan desa dapat berjalan sesuai harapan. (profil dinkes profensi kalbar 2008). Desa Mega Timur merupakan salah satu desa yang telah dikembangkan dalam pembentukan posyandu lansia, namun dalam perkembangan nya masih jauh dari apa yang di harapkan. Sehingga saat ini masih butuh bantuan dari pemerintah dan warga
4
sekitar dalam pembangunan fasilitas kesehatan dan tenaga SDM masyarakat Mega Timur. Dusun Mega Melati adalah salah satu dari sekian dusun yang ada di Mega Timur, dalam keseharian masyarakat Dusun Mega Melati RT 01 berkerja sebagai petani, berkebun, buruh bangunan dan berwiraswasta. Fasilitas kesehatan yang minim di Dusun Mega Melati merupakan masalah yang harus segera di selesaikan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat setempat.
5
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP TEORI 1. PENGERTIAN Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165). Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006). Artritis Reumatoid (Rheumatoid arthritis) is a chronic inflammatory disease with primary manifestation poliartritis progressive and involve all the organs, jadi merupakan suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2001) Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.(Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536) 2. PENYEBAB / ETIOLOGI Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan jelas tapi dianggap kelainan auotimun memegang peranan penting. Penyakit ini sering didapatkan pada usia 4050 tahun tetapi dapat pula dijumpai pada usia lain. Wanita 3x lebih sering dibanding pria. Penyakit ini akan menonaktifkan dan menimbulkan rasa nyeri pada sendi saat terjadi mobilitas. Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid, yaitu : Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus. Endokrin
6
Autoimmun Metabolik Faktor genetik serta pemicu lingkungan Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita. 3. PATOFISIOLOGI Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi
nekrosis.
Tingkat
erosi
dari
kartilago
menentukan
tingkat
ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat. Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif. Secara singkat dapat dikatakan Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim – enzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
7
4. MANIFESTASI KLINIK Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada penderita Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam. Artritis erosive merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis siccs yang merupakan sindrom Sjogren, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat
8
menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.
5. DIAGNOSIS ARTRITIS Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen. Kriteria Artritis rematoid menurut American reumatism Association (ARA) adalah: Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness). Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid Uji aglutinnasi faktor rheumatoid Pengendapan cairan musin yang jelek Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia Gambaran histologik yang khas pada nodul Berdasarkan kriteria ini maka disebut : - Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu - Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu. - Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurangkurangnya selama 4 minggu.
9
6. PENATALAKSANAAN Tujuan utama terapi adalah: Meringankan rasa nyeri dan peradangan memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita. Mencegah atau memperbaiki deformitas Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu: Istirahat Latihan fisik Panas Pengobatan :
Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml.
Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat.
Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
Garam emas
Kortikosteroid
Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut: 1. Sinovektomi,
untuk
mencegah
artritis
pada
sendi
tertentu,
untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi. 2. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian. 3. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
10
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan Laboratorium b. Pemeriksaan Rongsen
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. 1) Aktivitas / istirahat Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi. 2) Kardiovaskuler Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal). 3) Integritas ego Gejala: Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan), Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain). 4) Makanan / cairan Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi makanan / cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ) Tanda: Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
11
5) Hygiene Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi, ketergantungan. 6) Neurosensori Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan, pembengkakan sendi simetris.
7) Nyeri / kenyamanan Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi). 8) Keamanan Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan ringan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap. Kekeringan pada meta dan membran mukosa. 9) Interaksi sosial Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN - Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/ proses inflamasi/ destruksi sendi. -
Kerusakan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
deformitas
skeletal, nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot. -
Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan
kemampuan
untuk
melakukan
tugas-tugas
umum, peningkatan penggunaan energy atau ketidakseimbangan mobilitas. -
Kurang
perawatan
diri
berhubungan
dengan
kerusakan
musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak, atau depresi.
12
-
Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan proses penyakit degenerative jangka panjang, system pendukung tidak adekuat.
-
Kurang
pengetahuan/
prognosis,
dan
kebutuhan
pengobatan
belajar
mengenai
berhubungan
penyakit,
dengan
kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi. 3. INTERVENSI KEPERAWATAN NO DIAGNOSA INTERVENSI
RASIONAL
. 1.
Nyeri akut kronis
berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/ proses inflamasi/ destruksi sendi.
Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta catat lokasi dan intensitas, factor-faktor yang mempercepat, dan respon rasa sakit non verbal.
Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan
Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
Tempatkan/ pantau
13
Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan efektifitas program.
Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan menjaga pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/ nyeri
Pada penyakit yang berat/ eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri cedera.
Mengistirahatkan
penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
Anjurkan klien untuk sering merubah posisi, Bantu klien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi yang sakit. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi. Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan hilang mobilitas/ fungsi sendi.
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi.
Meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan menghilangkan kekakuan pada pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
Obat-obatan: - Bekerja sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurani kekakuan dan meningkatkan
Berikan obatobatan sesuai petunjuk : -Asetilsalisilat (Aspirin). -NSAID lainnya, missal ibuprofen (motrin), naproksen, sulindak, proksikam (feldene), fenoprofen.
14
-D-penisilamin (cuprimine). -Antasida -Produk kodein
mobilitas. ASA harus dipakai secara regular untuk mendukung kadar dalam darah teurapetik. Riset mengindikasikan bahwa ASA memiliki indeks toksisitas yang paling rendah dasi NSAID lain yang diresepkan. - Dapat digunakan bila klien tidak memberikan respons pada aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin. - Dapat mengontrol efek-efek sistemik dari RA jika terapi lainnya tidak berhasil. Efek samping yang lebih berat misalnya trombositopenia, leucopenia, anemia aplastik membutuhkan pemantauan yang ketat. Obat harus diberikan diantara waktu makan, karena absorbs obat menjadi tidak seimbang antara makanan dan produk antasida dan besi. - Diberikan bersamaan dengan NSAID untuk
15
meminimalkan iritasi/ ketidaknyamanan lambung. - Meskipun narkotik umumnya adalah kontraindikasi, namun karena sifat kronis dari penyakit, penggunaan jangka pendek mungkin diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk mengontrol nyeri yang berat. 2.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan. Buat jadwal aktivitas yang sesuai dengan toleransi untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu. Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif, demikian juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan Ubah posisi klien setiap dua jam dengan bantuan 16
Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting, untuk mencegah kelelahan, dan mempertahankan kekuatan.
Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Latihan yang tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.
Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan
personel yang cukup. Demonstrasikan /bantu teknik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas.
Posisikan sendi yang sakit dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, dan bebat, brace.
Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
Dorong klien mempertahankan postur tegak dan duduk, berdiri, dan berjalan. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak/pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda. Konsultasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan 17
kemandirian klien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.
Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh serta dapat mengurangi kontraktur.
Mencegah fleksi leher.
Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh.
Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasi alat/bantuan mobilitas.
Obat – obatan : - Krisoterapi ( garam emas ) dapat menghasilkan remisi dramatis / terus –
spesialis vokasional.
menerus tetapi dapat mengakibatkan inflamasi rebound bila terjadi penghentian atau dapat terjadi efek samping serius, misl krisis nitrotoid seperti pusing, penglihatan kabur, kemerahan tubuh, dan berkembang menjadi syok anafilaktik.
Berikan obat – obatan sesuai indikasi : -Agen antireumatik, mis garam emas, natrium tiomaleat. -Steroid.
- Mungkin dibutuhkan untuk menekan inflamasi sistemik akut. 3.
Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugastugas umum, peningkatan penggunaan energy atau ketidakseimbangan mobilitas.
Dorongn klien
Memberikan
mengungkapakan
kesempatan untuk
perasaannya
mengidentifikasi rasa
melalui proses
takut / kesalahan
penyakit dan
konsep dan mampu
harapan masa
menghadapi masalah
depan.
secara langsung.
Diskusikan arti dari
Mengidentifikasi
kehilangan /
bagaimana penyakit
perubahan pada
mempengaruhi persepsi
klien / orang
diri dan interaksi
terdekat. Pastikan
dengan orang lain akan
bagaimana
menentukan kebutuhan
pandangan pribadi
terhadap intervensi /
klien dalam
konseling lebih lanjut.
berfungsi dalam
Isyarat verbal /
gaya hidup sehari –
nonverbal orang
hari, termasuk
terdekat dapat
aspek –aspek
memengaruhi
seksual.
bagaimana klien
Diskusikan
memandang dirinya
18
persepsi klien ,mengenai
Nyeri konstan akan
bagaimana orang
melelahkan, perasaan
terdekat menerima
marah, dan bermusuhan
keterbatasan klien.
umum terjadi.
Akui dan menerima perasaan berduka,
sendiri.
Dapat menujukkan
bermusuhan, serta
emosional atau metode
ketergantungan.
koping maladatif,
Obesrvasi perilaku
membutuhkan
klien terhadap
intervensi lebih lanjut /
kemungkinan
dukungan psikologis.
menarik diri, menyangkal atau terlalu
Membantu klien untuk
memperhatikan
mempertahankankontro
perubahan tubuh.
l diri, yang dapat
Susun batasan pada
meningkatkan perasaan
perilaku maladatif.
harga diri.
Bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat
Meningkatkan perasaan
membantu
kompetensi/ harga diei,
mekanisme koping
mendorong
yang adaptif.
kemandirian, dan
Ikut sertakan klien
mendorong partisipasi
dalam
dalam terapi.
merencanakan
Klien/ orang terdekat
perawatan dan
mungkin mebutuhkan
membuat jadwal
dukungan selama
akitvitas.
berhadapan dengan proses jangka panjang/
Rujuk pada 19
ketidakmampuan.
konseling psikiatri,
Mungkin dibutuhkan
mis perawat
pada saat munculnya
spesialis psikiatri,
depresi hebat sampai
psikiatri/
klien mampu
psikolog,pekerjaan
mengembangkan
sosial.
kemampuan koping
Berikan obat –
yang lebih efektif.
obatan sesuai petunjuk, mis antiasietas dan obat – obatan peningkatan dalam perasaan
20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS A. DATA UMUM 1. Tipe komunitas RT : RT 01 Dusun Mega Melati terdiri dari 51 kepala keluarga dengan kebanyakan masyarakatnya berkerja sebagai petani, peternak, buruh bangunan dan wiraswasta . Untuk masalah kesehatan sebagian besar warga lansia mengatakan persendian tangan mereka nyeri, pusing kepala, demam dan biasanya warga hanya diam di rumah, dan penyakit akan sembuh dengan sendirinya. Ada juga sebagian penduduk mengalami artritis rheumatoid, hipertensi, dan asam urat. Sebagian besar penduduk berobat ke perawat setempat, ataupun ke pukesmas. Walaupun di Mega Timur ada polindes warga lebih cenderung pergi ke pukesmas 24 jam dikerenakan waktu sebagian besar warga berkerja pada pagi hari sehingga untuk mengunjungi polindes menjadi tidak sempat ada juga yang sempat ke polindes hanya saja di polindes tenaga kesehatannya juga terbatas. 2. Suku Di daerah Dusun Mega Melati RT 01 ada 3 suku mayoritas masyarakat yaitu Melayu, Bugis, dan Madura. Penduduk aslinya adalah suku Melayu dan warga pendatang yang hadir merupakan hasil dari perkawinanan antara warga melayu dan adapun warga yang datang karena transmigrasi pemerataan wilayah dari pemerintah pada daerah tersebut. Untuk lingkungan sosialisasi masyarakat saling menghormati suku satu dengan suku yang lainnya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Pontianak, Madura, Bugis dan Indonesia. Bila ada masyarakat yang sakit, biasanya tetanga datang untuk menjenguk atau membantu untuk membawa ke pukesmas ataupun menghubungi perawat setempat.
21
Pukesmas yang sering dijadikan rujukan adalah pekesmas 24 jam yang berada di siantan. 3. Agama Sebagian penduduk memeluk agama Islam. Karena penduduk asli kebanyakan memeluk agama islam sehingga pada hari-hari penting islam lebih sering ada acara seperti pengajian, maulid nabi, dan lain-lainnya. 4. Status sosial ekonomi penduduk Pencari nafkah sebagian besar adalah bapak-bapak yang berkerja sebagai petani, peternak, buruh bangunan dan wiraswasta. untuk perkerjaan ibu-ibu di Dusun Mega Melati segaian besar adalah Ibu rumah tangga yang membuka perkerjaan sambilan seperti membuka warung di depan rumah ataupun membantu perkerjaan suami yang petani. 5. Aktivitas silahturahmi penduduk Selain berkerja sebagian besar penduduk mencari hiburan di luar dusun seperti datang ke pasar malam, mengadakan kegiatan-kegiatan bersama pada hari-hari besar keagamaan.
B. RIWAYAT DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN PENDUDUK 1. Tahap perkembangan penduduk saat ini Tahap perkembangan penduduk sebagian besar anak-anak di Dusun Mega Melati RT 01 sudah bersekolah saat usia dini minimal 6 tahun. Sang anak bersekolah menuntun ilmu dan bersosialisasi dengan teman-temannya bukan hanya di sekolah tetapi juga di lingkungan sekitar mereka bermain meningkatkan kemampuan intelegensi dan motorik. Seperti bermain kejar duduk, bermain, berenang dan lompat tali. Dan tahap perkembangan pendidikan penduduk Dusun Mega Melati RT 01 sebagian besar tamatan SD, SMP, SMA dan adapula yang tidak bersekolah. 2. Riwayat penduduk sebelumnya
22
Penduduk sebelumnya kebanyakan mayoritas melayu Pontianak, persilangan perkawinan dan tranmigrasi yang banyak merubah perkembangan penduduk di Dusun Mega Melati, dengan keyakinan agama yang sama permasalahan masyarakat dilaksanakan dengan musyawarah mufakat. 3. Riwayat penduduk saat ini Sebagian besar anak remaja yang bersekolah tamatan SMA mereka langsung berkerja mengikuti sang ayah, dan berkeluarga. Tidak hanya itu ada pula yang melanjutkan sekolah ke jenjang perkuliahan bagi orang tua yang mampu. C. KARETERISTIK PENDUDUK 1. Tempat tinggal yang ditempati. Rumah-rumah merupakan hasil dari warisan kakek yang di beli dengan cara kredit antar keluarga. Jarak antara rumah warga satu dengan yang lain kira-kira berjarak 10 meter rumah-rumah di dusun Mega Melati juga masih jarang berbeda dengan daerah perkotaan. Air bening sulit di dapat karena yang ada di daerah rumah hanya ada air yang berwarna merah yang tercampur dengan warnah tanah, air yang di gunakan untuk minum biasanya dengan air hujan yang di tampung dengan drum air ukuran 50 liter. Untuk keperluan mandi masyarakat Dusun Mega Melati menggunakan sumber air di depan rumah karena dekat parit yang air lumayan bersih bisa digunakan untuk keperluan mencuci baju, mencuci alat dapur, dan lain-lainnya. 2. Perkumpulan interaksi masyarakat Perkumpulan tidak dijadikan rutinitas, kapanpun dan dimana pun hal ini dapat dilakukan, masyarat biasanya mengikuti pengajian rutin pada hari jum’at sore di masjid sekitar rumahnya, dan anak-anak belajar membaca al’quran dengan guru mengaji setiap hari setelah mandi sore hari. 3. Sistem pendukung penduduk Sistem penujang pendidikan seperti sekolah, sudah ada beberapa sekolah dasar yang ada di daerah tersebut walaupun dengan tenaga pengajar masih seadanya dan untuk sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas masih sangat jarang bisanya anak-anak daerah dusun Mega Melati harus keluar ke kota untuk
23
mencari pendidikan lanjutan. Sarana transportasi warga menggunakan kendaraan roda dua atau menggunakan tranportasi massal yang masih minim, fasilitas jalan yang masih berbatu dan berlubang menyebabkan kesulitan mengujugi pelayanan kesehatan.
D. ANALISA DATA Data DS:
sebagian
Penyebab besar
warga
Terjadinya
Masalah
akumulasi Nyeri kronis
mengatakan persendian tangan
cairan yang mengakibatkan
mereka nyeri.
inflamasi
DO: terlihat pada sebagian besar warga ada pembengkakan pada persendian tangan. DS: warga mengatakan mereka hanya
sempat
pergi
Sulit untuk menyesuaikan Kesulitan
ke jadwal
perkerja
warga mengunjungi
pelayanan kesehatan setelah
dengan waktu operasional
pelayanan
pulang dari berkerja.
polindes
kesehatan
DO: jarak antara polindes terdekat ±5 KM dengan situasi jalan yang berbatu dan berlubang ditambah
lagi
fasilitas
transportasi yang minim. Waktu operasional polindes dari jam 07.00 – 13.00
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN Dx 1 : Nyeri kronis berhubungan dengan terjadinya akumulasi cairan yang mengakibatkan inflamasi pada persendian
24
Dx 2
: Kesulitan mengunjungi pelayanan kesehatan berhubungan dengan Sulit untuk menyesuaikan jadwal perkerja warga dengan waktu operasional polindes.
F. PRIORITAS MASALAH No Kriteria 1
2
3
4
Skor
Sifat masalah Tidak / kurang sehat
3
Ancaman kesehatan
2
Krisis atau keadaan sejahtera
1
Bobot 1
2
Kemungkinan masalah dapat diubah Dengan mudah
2
Hanya sebagian
1
Tidak dapat
0 1
Potensi masalah dapat diubah Tinggi
3
Cukup
2
Rendah
1 1
Menonjolnya masalah Masalah berat, harus ditangani
2
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani
1
25
Masalah tidak dirasakan
0
Dx1 Nyeri kronis berhubungan dengan terjadinya akumulasi cairan yang mengakibatkan inflamasi. 1
Sifat masalah
1
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
2
3
Potensi masalah dapat diubah
3
4
Menonjolnya masalah
2
1
2
2
4
1
3
1
2
jumlah
11
Dx2 Kesulitan mengunjungi pelayanan kesehatan berhubungan dengan fasilitas Sulit untuk menyesuaikan jadwal perkerja warga dengan waktu operasional polindes 1
Sifat masalah
2
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
1
3
Potensi masalah dapat diubah
1
4
Menonjolnya masalah
1
Jumlah
1
2
2
2
1
1
1
1 6
26
G. INTERVENSI KEPERAWATAN Dx1
Nyeri
kronis
berhubungan
dengan
terjadinya
akumulasi
cairan
yang
mengakibatkan inflamasi. NO . 1
DIAGNOSA Nyeri kronis berhubungan dengan terjadinya akumulasi cairan yang mengakibatkan inflamasi. Tujuan setelah dilakukannya tindakkan keperawatan 1x24 jam
INTERVENSI
Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta catat lokasi dan intensitas, factor-faktor yang mempercepat, dan respon rasa sakit non verbal.
Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan
Tempatkan/ pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
Anjurkan klien untuk mandi air hangat.
Kriteria Hasil Nyeri berkurang Inflamasi berkurang
27
RASIONAL
Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan efektifitas program.
Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan menjaga pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/ nyeri
Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi. Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi yang sakit. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
Berikan obatobatan sesuai petunjuk : -Asetilsalisilat (Aspirin). -NSAID lainnya, missal ibuprofen (motrin), naproksen, sulindak, proksikam (feldene), fenoprofen. -D-penisilamin (cuprimine). -Antasida -Produk kodein
28
hilang mobilitas/ fungsi sendi.
Meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan menghilangkan kekakuan pada pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
Obat-obatan: - Bekerja sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurani kekakuan dan meningkatkan mobilitas. ASA harus dipakai secara regular untuk mendukung kadar dalam darah teurapetik. Riset mengindikasikan bahwa ASA memiliki indeks toksisitas yang paling rendah dasi NSAID lain yang diresepkan. - Dapat digunakan bila klien tidak memberikan respons pada aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin. - Dapat mengontrol efek-efek sistemik dari RA jika terapi lainnya tidak berhasil. Efek
samping yang lebih berat misalnya trombositopenia, leucopenia, anemia aplastik membutuhkan pemantauan yang ketat. Obat harus diberikan diantara waktu makan, karena absorbs obat menjadi tidak seimbang antara makanan dan produk antasida dan besi. - Diberikan bersamaan dengan NSAID untuk meminimalkan iritasi/ ketidaknyamanan lambung. - Meskipun narkotik umumnya adalah kontraindikasi, namun karena sifat kronis dari penyakit, penggunaan jangka pendek mungkin diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk mengontrol nyeri yang berat. 2
Kesulitan mengunjungi pelayanan kesehatan berhubungan dengan sulitnya menyesuaikan jadwal perkerja warga dengan waktu operasional polindes. Tujuan setelah dilakukan penyuluhan tentang
Kaji aktivitas keseharian masyarakat.
Lakukan pelayanan kesehatan pada saat warga tidak sibuk berkerja
Lakukan Home care atau pelayanan yang datang kerumahrumah warga.
29
Untuk mengetahui aktivitas masyarakat pada umumnya seperti berkerja, bersosialisasi dan ketempat-tempat reakreasi
Menyesuaikan waktu operasional pelayanan kesehatan dengan waktu warga pada saat tidak berkerja
Agar pelayanan kesehatan dapat berjalan secara
kesehatan masyarakat dapat memprioritaskan masalah pemeriksaan kesehatan. Kriteria Hasil Warga dengan mudah memeriksakan kesehatannya
Kolaborasi dengan pemerintah setempat guna membantu menyediakan fasilitas kesehatan yang memiliki standar operasional 24 jam
30
fleksibel yang menyesuaikan kebutuhan warga sekitar Dusun Mega Melati
Dengan adanya fasilitas kesehatan 24 jam warga sekitar akan dengan mudah melakukan pemeriksaan kesehatannya.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah penulis membahas asuhan keperawatan dengan perbandingan antara teori dan kasus lapangan, kemudian penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut: Rheumatoid Arthritis adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenal sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
B. SARAN Dari kesimpulan yang telah didapat, penulis menganggap perlu adanya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang diharapkan agar dapat membantu klien dalam mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal. Disamping itu penulis memberikan saran kepada pihak yang diharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Rheumatoid Arthritis dan saran tersebut diantaranya: 1. Untuk penulis Dalam penerapan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa dapat melakukan pengkajian yang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang kompeten bagi pasien. Mahasiswa juga diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya selama proses pembelajaran baik di kampus maupun dilapangan. 2. Untuk Keluarga Diharapkan dapat menjaga pola hidup sehat dan merubah gaya hidup menjadi lebih baik, serta mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terjangkau dan ekonomis seperti puskesmas atau klinik.
31