Kelompok 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN PSIKOLOGIS PADA KEHAMILAN AKIBAT PEMERKOSAAN, KDRT



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3



CITRA RESKI (A1A221241)



VICARIANI (A1A221228)



LISA(A1A221232)



ALVIANA(A1A221235)



AMBAR HAFIFA(A1A221218)



SURTINA(A1A221243)



NIKMA(A1A221093)



UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN TAHUN 2021



i



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami bias menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis pada kehamilan akibat pemerkosaan, kdrt” kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu kritik dan saran dari semua pihak selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua anggota kelompok telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita, Aamiin.



Makassar, 02 april 2022



Kelompok 3



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1 B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 2 C.



TUJUAN ................................................................................................. 2



BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3 A. PSIKOLOGI PADA KEHAMILAN .......................................................... 3 B. GANGGUAN PSIKOLOGIS AKIBAT GANGGUAN PEMERKOSAAN PADA IBU HAMIL ......................................................................................... 5 C. PSIKOLOGIS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) ... 10 D. PERAN BIDAN DALAM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) .......................................................................................................... 11 E. PERAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN .................................................. 12 BAB III PENUTUP ........................................................................................... 15 A. KESIMPULAN ....................................................................................... 15 B. SARAN ................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16



iii



iv



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun psikososial seorang wanita. Ibu hamil di trimester pertama akan mengalami mual yang membuatnya merasa tidak sehat dan tidak nyaman, bahkan beberapa ibu hamil bisa jadi menolak kehamilannya tersebut. Pada trimester kedua, ibu hamil mulai merasa nyaman dengan kehamilannya, namun di trimester ketiga saat janin sudah memasuki rongga panggul, ibu hamil bisa jadi merasa cemas dan khawatir dikarenakanketakutan akan kehilangan perhatian spesial yang didapatkan semasa kehamilan(Handayani,2007). Gejala pertama kehamilan adalah berhentinya siklus menstruasi / siklus haid normal. Kebanyakan ibu akan hamil mengalami mual dan muntah, akibat mulai meningkatnya hormone-hormon yang muncul pada kehamilan. Seperti HCG (Human



ChorionicGonadotropin),



gejala



lainnya



yang



timbul



adalah



berkurangnya nafsu makan,mengidam, kelelahan, frekuensi buang air kecil yang meningkat, mengalami sembelit dan kemudian akan mengalami perdarahan berbercak dalam kurun waktu sampai 5 (lima) minggu usia kehamilan. Masa paling berat bagi beban psikis pada ibu hamil terjadi di trimester pertama, yaitu ketika terjadi perubahan aktivitas hormonal sedang besar-besarnya. Beban inilah yang mempengaruhi stabilitas emosi ibu. Beban fisik dan mental yang dialami ibu hamil biasanya disebabkan oleh karena perubahan fisik dan hormonnya, seperti bentuktubuh yang melebar dan kondisi ibu yang naik turun, beban ini sering diperparah dengan munculnya trauma-trauma kehamilan sehingga,



masalah



yang



dihadapi



ibu



pun



semakin



kompleks.



Pada umumnya kehamilan dan kelahiran bayi itu memberikan arti emosional yang besar pada setiap wanita yang normal. Kehamilan termasuk salah satu periode kritis dalam kehidupan seorang wanita tidak dapat dielakan. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis. Dalam



1



aspek psikologis timbul pengharapan yang disertai kecemasan menyambut persiapan kedatangan bayi. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaanemosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. Sedangkan pengertian dari kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatif yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas system syaraf otonom. Pada kekerasan yang terjadi dalam kehamilan akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi.Tekanan psikologi yang dialami oleh ibu akan membawa dampak yang sangat tidak baik bagi bayinya. Setiap ibu hamil biasanya akan mengalami ketakutan terhadap hal-hal yang belum diketahuinya seperti tidak siap untuk melahirkan atau persalinan tidak sesuai dengan jadwal, ibu hamil akan mengalami kelelahan, tegang selama kontraksi dan nyeri yang luar biasa sehingga ibu menjadi cemas. Kecemasan juga terjadi karena pengalaman buruk kerabat atau teman tentang persalinan dankenyataan bahwa kehamilan yang beresiko juga menyebabkan ibu tidak siap menghadapi persalinan. Tenaga medis dan situasi tempat yang tidak bersahabat dapat mempengaruhi rasa nyaman ibu untuk melahirkan,



terkadang



hambatan



psikologis



lebih



besar



pengaruhnya



dibandingkan fisik.



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian psikologi pada masa kehamilan? 2. Bagaimana gangguan psikologi kehamilan akibat pemerkosaan? 3. Bagaimana psikologi kekerasan dalam rumah tangga?



C.TUJUAN Tujuan pembuatan makalah gangguan psikologi pada masa kehamilan yaitu agar kita dapat mengetahui dan mempelajari dengan seksama mengenai gangguan-gangguan psikologi pada ibu hamil sehingga kita memahami dan mengenal apa yang dirasakan, dibutuhkan dan diinginkan oleh wanita hamil.



2



BAB II PEMBAHASAN A. PSIKOLOGI PADA KEHAMILAN Psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata. Dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa atau mental. Psikologi tidak mempelajati jiwa atau mental secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa atau mental yang berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari ilmu tingkah laku dan proses mental. Masa reproduksi merupakan masa yang terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama 1800 hari. Biarpun pada umur 40 tahun keatas perempuan masih dapat terjadi kehamilan, fertilitas menurun cepat sesudah umur tersebut. ( Ilmu Kandungan, 2008 ). Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis



dan adaptasi dari seorang



wanita



yang



pernah



mengalaminya. Sebagian besar semua wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan yang selanjutnya. Perubahan fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma- norma sosial kultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. 1. Kehamilan yang tidak dikehendaki/ tidak diinginkan a. Mempertahankan kehamilan b. Mengakhiri kehamilan (aborsi) c. Wanita dewasa / ibu yang sudah menikah 3



2. Hamil dengan janin mati 3. Hamil dengan ketergantungan obat Ketergantungan obat adalah suatu keadaan kebutuhan fisik atau mental (psikologis ) atau kedua – duanya yang terjadi sebagai akibat pemakaian abat secara terus – menerus atau secara periodik. 4. Hamil diluar nikah Kehamilan



yang



biasanya



diakibatkan



oleh



pergaulan



bebas



dan



diakibatkan oleh pendidikan dari keluarganya berupa : a. Kekurangan kasih sayang yang diberikan oleh keluarga terhadap anak perempuannya akibat orang tua nya sibuk bekerja, perceraian dan broken home. b. Keluarga yang terlalu disiplin sehingga anak tersebut memberontak untuk menunjukkan kedewasaannya. 5. Pseudosiesis Pengertian pseudosiesis adalah kehamilan amaginer atau palsu, gejala kehamilan ini secara psikis lebih berat gangguannya daripada peristiwa abortus. Biasanya gejala yang timbul seperti tanda hamil yang pasti yaitu : a. Berhentinya menstruasi b. Membesarnya perut c. Payudara membesar d. Panggul membesar e. Perubahan-perubahan endokrin Pada kehamilan pseudosiesis secara psokologis ada sikap yangambivalen terhadap kehamilannya yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus di barengiketakutan untuk merealisir keinginan punya anak, sehingga terjadi prosesinhibisi. Keinginan – keinginan tersebut dibarengi rasa bersalah dan dorongan untuk menghukum diri sendiri yang kemudian di kompensasikan dalam



bentuk



agresivitas,



secara



simultan,



berbarengan



muncul



kesediaanuntuk tidak menyadari bahwa kehamilannya ilusi belaka. Oleh komponen yang kontradiktif ini biasanya wanita tidak mau ke dokter untuk memeriksakan dirinya.



4



6. Keguguran Reaksi wanita terhadap keguguran kandungannya itu sangatbergantung pada kontitusi psikisnya sendiri. Maka tak bisa di pungkiri, bahwa janin atau bayi yang di kandungnya itu di rasakan sebagai bagian dari jasmani dan rohaninya sendiri. Dan berkepentingan terhadap ego wanita yang mengandung embrio tersebut : a. Faktor penyebab terletak pada psikis dan jiwa b. Wanita hamil yang bersangkutan, mencari bantuan pada faktor penyebab tersebut, melakukan abortus secara tidak sadar dan berlangsung diluar keinginan sendiri yang didorong oleh harapan yang tidak disadari. Beberapa penyebab keguguran menurut pendapat psikiater : 1) Adanya penolakan dari ayah bayi 2) Adanya penolakan dari ibu bayi 3) Ketakutan untuk menjadi ibu 4) Kecemasan yang disebabkan dari stress pekerja atau perselisihan dengan suami maupun dengan anggota keluarga lain. 7. Kemandulan Pengalaman



membuktikan



bahwa



ketakutan



serta



kecemasan



yangberkaitan dengan fungsi reproduksi akan menimbulkan dampak menimbulkandampak yang merintangi tercapainya orgasme pada coitus. Pendapat yangkeliru tentang reproduksi akan diinternalisasikan (dicernakan dalampribadinya) oleh wanita yang bersangkutan dan lambat laun akan menjadipengaruh psikis. Pengaruh psikis: a. Ketakutan-ketakutan yang tidak disadari (dibawah alam sadar) b. Ketakutan yang bersifat inflantile (kekanak-kanakan).



B. GANGGUAN PSIKOLOGIS AKIBAT GANGGUAN PEMERKOSAAN PADA IBU HAMIL 1. Pengertian Pemerkosaan Perkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapere yang berarti mencuri, memaksa, merampas, atau membawa pergi. Pada jaman dahulu perkosaan 5



sering dilakukan untuk memperoleh seorang istri. Perkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang lakilaki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan hukum. Pendapat ini senada dengan definisi perkosaan menurut Rifka Annisa Women’s Crisis Center, bahwa yang disebut dengan perkosaan adalah segala bentuk pemaksaan hubungan seksual. Bentuk perkosaan tidak selalu persetubuhan, akan tetapi segala bentuk serangan atau pemaksaan yang melibatkan alat kelamin. Oral seks, anal seks (sodomi), perusakan alat kelamin perempuan dengan benda adalah juga perkosaan. Perkosaan juga dapat terjadi dalam sebuah pernikahan (Idrus, 1999). Menurut Warshaw (1994) definisi perkosaan pada sebagian besar negara memiliki pengertian adanya serangan seksual dari pihak laki-laki dengan menggunakan penisnya untuk melakukan penetrasi vagina terhadap korban. 2. Dampak Psikologis Pemerkosaan a. Dampak jangka panjang Upaya korban untuk menghilangkan pengalaman buruk dari alam bawahsadar mereka sering tidak berhasil. Selain kemungkinan untuk terserang depresi, fobia, dan mimpi buruk, korban juga dapat menaruh kecurigaan terhadap orang lain dalam waktu yang cukup lama. Ada pula yang



merasa



lain,berhubungan



terbatasi seksual



di



dalam



dan



berhubungan



disertai



dengan



dengan



orang



ketakutan



akan



munculnyakehamilan akibat dari perkosaan. Bagi korban perkosaan yang mengalami trauma psikologis yang sangat hebat, ada kemungkinan akan merasakan dorongan yang kuat untuk bunuh diri. Korban perkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres paska perkosaan yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung terjadi dan stres jangka panjang. Stres yang langsung terjadi merupakan reaksi paskaperkosaan seperti kesakitan secara fisik, rasa bersalah, takut, cemas, malu, marah, dan tidak berdaya. Stres jangka panjang merupakan gejala psikologis tertentu yang dirasakan korban sebagai suatu trauma



6



yang menyebabkan korban memiliki rasa percaya diri, konsep diri yang negatif, menutup diri dari pergaulan, dan juga reaksi somatik seperti jantung berdebar dan keringat berlebihan. Stres jangka panjang yang berlangsung lebih dari 30 hari juga dikenal dengan istilah PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder (Rifka Annisa dalam Prasetyo, 1997). Menurut Salev (dalam Nutt, 2001) tingkat simptom PTSD pada masing-masing individu terkadang naik turun atau labil. Hal inidisebabkan karena adanya tekanan kehidupan yang terus menerus dan adanya hal-hal yang mengingatkan korban kepada peristiwa traumatis yang dialaminya. Menurut Shalev (dalam Nutt, 2000) PTSD merupakan suatu gangguan kecemasan yang didefinisikan berdasarkan tiga kelompok simptom, yaitu experiencing, avoidance, dan hyperarousal, yang terjadi minimal selama satu



bulan



pada



korban



yang



mengalami



kejadian



traumatis.



Diagnosis bagi PTSD merupakan faktor yang khusus yaitu melibatkan peristiwa traumatis. Diagnosis PTSD melibatkan observasi tentang simptom yang sedang terjadi dan atribut dari simptom yang merupakan peristiwa khusus ataupun rangkaian peristiwa. Selanjutnya definisi PTSD ini berkembang lebih dari hanya sekedar teringat kepada peristiwa traumatis yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi juga disertai dengan ketegangan secara terus-menerus, tidak dapat tidur atau istirahat, dan mudah marah. PTSD yang dialami oleh tiap individu terkadang tidak stabil. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan kehidupan yang terus menerus dan adanya hal-hal yang mengingatkan korban kepada peristiwa traumatis yang dialaminya. Para korban perkosaan ini mungkin akan mengalami trauma yang parahkarena peristiwa perkosaan tersebut merupakan suatu hal yang mengejutkan



bagi



korban.



Secara



umum



peristiwa



tersebut



bisamenimbulkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Keduanya merupakan suatu proses adaptasi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis (Hayati, 2000). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa PTSD adalah gangguan kecemasan yang



7



dialami oleh korban selama lebih dari 30 hari akibat peristiwa traumatis yangdialaminya. b. Dampak jangka pendek Dampak jangka pendek biasanya dialami sesaat hingga beberapa hari setelah kejadian. Dampak jangka pendek ini termasuk segi fisik si korban, seperti misalnya ada gangguan pada organ reproduksi (infeksi, kerusakan selaput dara, dan pendarahan akibat robeknya dinding vagina) dan lukaluka pada bagian tubuh akibat perlawanan atau penganiayaan fisik. Dari segi psikologis biasanya korban merasa sangat marah, jengkel, merasa bersalah, malu, dan terhina. Gangguan emosi ini biasanya menyebabkan terjadinya kesulitan tidur (insomnia), kehilangan nafsu makan, depresi, stres, dan ketakutan. Bila dampak ini berkepanjangan hingga lebih dari 30 hari dan diikuti dengan berbagai gejala yang akut seperti mengalami mimpi buruk,ingataningatan terhadap peristiwa tiba-tiba muncul, berarti korban mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau dalam bahasa Indonesianya dikenal sebagai stres paska trauma (Hayati, 2000). Bukan tidak mungkin korban merasa ingin bunuh diri sebagai pelarian dari masalah yang dihadapinya. Menurut Freud (dalam Suryabrata, 1995), hal ini terjadi karena manusia memiliki insting-insting mati. Selain itu kecemasan yang dirasakan oleh korban merupakan kecemasan yang neurotis sebagai akibat dari rasa bersalah karena melakukan perbuatan seksual yang tidak sesuai dengan norma masyarakat. Terkadang korban merasa bahwa hidup mereka sudah berakhir dengan adanya peristiwa perkosaan yang dialami tersebut. Dalam kondisi seperti ini perasaan korban sangat labil dan merasakan kesedihan yang berlarutlarut. Mereka akan merasa bahwa nasib yang mereka alami sangat buruk. Selain itu ada kemungkinan bahwa mereka menyalahkan diri mereka sendiri atas terjadinya perkosaan yang mereka alami. Pada kasus-kasus seperti ini maka gangguan yang mungkin terjadi atau dialami oleh korban akan semakin kompleks.



8



3. Pengaruh Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil Terhadap Janin Yang Dikandung Masalah



psikologis



ibu



berpengaruh



pada



kondisi



janin



yang



dikandungnya. Jika masalah ini terjadi saat trimester I maka akan berpengaruh fatal pada proses pembentukan organnya. Trauma dan stress berkepanjangan menyebabkan anak hiperaktif. Selain itu memicu kelahiran premature dan tidak berkembangnya janin. ( Shinto, 2009) Setelah trimester pertama pembentukan organ telah selesai. Artinya, janin sudah lebih kuat menghadapi pengaruh dari luar. Selain itu, janin sudah mampumendengar dan bereaksi terhadap sentuhan dari luar dan sudah bias merasakan kondisi psikologis ibunya. Kondisi ibu yang selalu menyenangkan bias membuat pertumbuhan janin optimal. 4. Cara Mengatasi Kondisi Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil a. Dapatkan informasi dari berbagai sumber tentang perubahan kondisi fisik dan psikologis pada saat kehamilan, terutama ibu hamil untuk anak pertama. b. Komunikasi dengan suami segala hal yang dialami oleh ibu hamil, agar terjadi saling pengertian dan dukungan dari keluarga tentang perubahan yang dialami. c. Untuk menjaga kesehatan dan perkembangan janin yang normal, rajin chek up / periksa kehamilan. d. Makan makanan yang sehat, bergizi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi. e. Tetap menjaga penampilan. f. Kurangi



kegiatan



yang



bisa



membahayakan



pertumbuhan



dan



perkembangan janin. g. Dengarkan music agar lebih rileks menghadapi setiap perubahan yang ada. h. Melakukan senam hamil untuk dapat membantu ibu hamil menormalkan perubahan psikologis. i.



Latihan pernapasan yang teratur untuk mempersiapkan fisik pada waktu melahirkan.



9



C. PSIKOLOGIS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) Dari masalah yang terjadi pada kekerasan dalam kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Tekanan psikologi yang dialami oleh ibu akan membawa dampak yang sangat tidak baik bagi bayinya. Sehingga pada masalah kekerasan dalam kehamilan ini mengalami depresi, maka kemungkinan besar motivasi ibu untuk merawat bayi juga akan menurun. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi psikologi antara lain : 1. Ekonomi Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologi ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologi yang baik pula. Kekerasan rumah tangga terjadi di semua kelas sosial, tetapi umumnya terjadi pada kelas yang kurang berpendidikan, pengangguran dan mereka yang hidup dalam kemiskinan. Kekerasan tersebut bisa terjadi dalam bentuk : a. kekerasan secara fisik Seperti : mendorong, menampar, menendang, memukul,mengancam dengan pistol. b. Kekerasan secara emosional Seperti : Intimidasi, memaksa wanita untuk berada di rumah, menghalangi untuk bertemu saudara atau temantemannya,mengancam dengan kekerasan. Kekerasan dalam rumah tangga dalam berbagai bentuk sering terus berlangsung. Meskipun perempuan tersebut mengandung. Sering kali justrumembuat perempuan lebih rentan dan kekerasan yang dialami dapat menyebabkan keguguran. Status gizi pun akanmeningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologi mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari – hari setelah bayinya lahir. Pada ibu hamil dengan kondisi ekonomi yang lemah maka ia akanmendapatkan banyak kesulitan, terutama masalah kebutuhan primer. 2. Kekerasan yang dilakukan oleh Pasangan. 10



Korban kekerasan terhadap perempuan adalah wanita yang telah bersuami.Kekerasan yang terjadi akan membahayakan ibu dan bayinya. Efek psikologi yang muncul adalah ganguan rasa aman dan nyaman. Pada ibu hamil pun mengalami perasaan teranam yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya. Kekerasan yang dialami oleh ibu hamil akan sangat membekas dan mempengaruhi kepribadiannya, biasanya tumbuh dengan kepribadian yang tertutup. Pada masalah ini harus diwaspadai adanya keguguran, premature, dan kematian pada janin. Faktor – faktor pemicu stress ibu hamil yang berasal dari diri ibu sendiri. Adanya beban psikologi yang ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh menjadi seseorang dengan kepribadian tidak baik, bergantung pada kondisi stress yang dialami oleh ibunya, seperti anak menjadi seorang dengan kepribadian temperamental, autis, atau orang yang terlalu rendah diri ( minder ). Pemicu stress bentuknya sangat bervariasi antara lain : a. Ekonomi b. Konflik Keluarga c. Pertengkaran dengan suami d. Tekanan dari Lingkungan Pada dasarnya terjadi pertengaran pada suami istri sebainya dihindari. Pada keadaan ibu hamil seharusnya mendapatkan perhatian khususnya pada hubungan suami istri. Prilaku dalam keluarga yang sehat membantu psikologi pada ibu hamil agar tidak mengalami depresi yang dapat mempengaruhi janiinya.



D. PERAN BIDAN DALAM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) Kemampuan yang harus dimiliki bidan agar dapat berperan dalam mengatasi masalah kekerasan terhadap perempuan dan penanganan korban adalah :



11



1.



Memahami masalah kekerasan terhadap perempuandan ketidak berdayaan korban, yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi perempuan. 2. Dapat memeberikan penyuluhan yang tepat dan menyakinkan perempuan bahwa berbagai bentuk penyalahgunaan atau kekerasan terhadap pasangan tidak dapat diterima dan karena nya tidak ada perempuan yang pantas untu dipukul, dipaksa dalam berhubungan seksual atau didera secara emosional. 3. Dapat melakukan anamnesis/bertanya kepada korban tentang kekerasan yang dialami dengan cara simpatik, sehingga korban merasa mendapat pertolongan. 4.



Dapat memberikan rasa empati dan dukungan terhadap korban



5. Dapat memberikan pelayanan medis, konsseling, visum, yangb sesuai dengan kebutuhan, merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dengan cepat dan tepat. 6. Memberikan pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya sesuai dengan kebutuhan, serta mencegah dampak serius terhadap kesehatan reproduksi korban. 7. Dapat mengindentifikasi korban kekerasan dan dapat menghubungkan mereka dengan pelayanan dukungan masyarakat lainya misalnya politik LSM dan bantuan lainnya.



E. PERAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Upaya pencegahan terhadap korban kekerasan di tiap tingkat Pelayanan kesehatan dilakukan di tingkat kesehatan dasar dan rujukan yang perlu didukung adalah kegiatan di masyarakat oleh Bidan. 1. Kegiatan pelayanan di tingkat masyarakat Bidan berperan menyebarluaskan informasi yang ditujukan kepada masyarakat khususnya kepada kader kesehatan dan tokoh masyarakat agar mereka mampu merespon secara simpatik terhadap korban KtP . kegiatan dilakukan oleh bidan dengan



12



memanfaatkan forum yang telah ada atau pelatihan yang sudah ada berupa: Menayangkan poster dan alat KIE lainnya diruang tunggu praktek Melibatkan organisasi wanita setempat misalnya kelompok PKK. 2. Kegiatan pelayanan di tingkat pelayanan dasar Tindakan yang perlu dilakukan di tingkat pelayanan dasar adalah sebagai berikut : a. Mengikut sertakan kader kesehatan dalam pelatihan agar dapat menjadi kelompok pendukung bagi korban KtP. b. Memberi dukungan agar kader/tokoh masyarakat menjadi agen pembaharu di



masyarakat



melalui



penyuluhan



di



masyarakat



dan



pembahasan/identifikasi tentang norma dan sikap masyarakat yang berisiko dan protektif terhadap kejadian KtP. c. Memberikan dukungan emosional dan spiritual kepada korban KtP. Selanjutnya secara bertahap dapat diperluas oleh bidan 3. Mengadakan pelayanan khusus dengan privasi yang tinggi untuk : a. Koordinasi dengan kelompok wanita setempat untuk menyediakan pelayanan melalui telepon b. Mengorganisasi kelompok wanita dengan perempuan yang sudah pernah menjadi dan memberi bantuan korban KtP, agar mampu mandiri serta meminjamkan tempat kepada kelompok wanita untuk membantu perempuan korban kekerasan c. Memasukan pertanyaan tentang KtP kedalam format pencatatan data klien yang sudah ada. d. Menyusun prosedur tetap untuk penanganan korban KtP. e. Melakukan skrining terhadap KtP terhadap kelompok tertentu , misalnya pasien kebidanan , pasien unit gawat darurat, dan pasien kesehtan jiwa Memasang poster dan pamphlet di ruang tunggu f. Mengupayakan rencana penyelamatan diri dan pencatatan kasus g. Melatih bidan untuk mengenali dan menanggapi korban KtP secara memadai h. bidan baik Polindes, Rumah bersalin, Praktik perorangan, Puskesmas dimana bidan bertugas.



13



14



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan baik secara halus maupun kasar. Pemerkosaan terjadi tidak semata-mata karena ada kesempatan, namun pemerkosaan dapat terjadi karena pakaian yang dikenakan korban menimbulkan hasrat pada si pelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan, serta pemerkosaan bisa juga disebabkan karena rendahnya rasa nilai, moral, asusila dan nilai kesadaran beragama yang rendah yang dimiliki pelaku pemerkosaan. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang menjadi korban perkosaan tersebut. Pada kekerasan dalam kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Tekanan psikologi yang dialami ibu hamil akan membawa dampak yang sangat tidak baik bagi bayinya. Sehingga pada masalah kekerasan dalam kehamilan ini mengalami depresi berat. Pertengkaran apalagi kekerasan seharusnya dihindari. Sebaiknya pada wanita hamil harus mendapatkan perhatian apalagi pada kehidupan rumah tangga.



B. SARAN 1. Mencari informasi seputar kehamilan, perubahan yang terjadi dalam diri ibu dan hal-hal yang perlu dihindari agar janin tumbuh sehat. 2. Bicarakanlah perubahan selamakehamilan dengan suami maupun keluarga, sehingga mengetahui dan di harapkan bias berempati dan mampu member dukungan psikologis yang di butuhkan. 3. Periksa hamilan secara teratur. 4. Perhatikan penampilan fisik dengan menjaga kebersihan, melakukan latihan fisik ringan. 5. Upayakan dengan berbagai cara agar terhindar dari stress.



15



DAFTAR PUSTAKA Supiati, Murwat. 2014. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi depresi postpartum. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. Volume 3 No 2 November 2016, hlm 106-214 Susianawati. 2017. Pengaruh pendampingan suami terhadap tingkat kecemasan ibu selama proses persalinan normal. Sjafriani, 2016. Psikologi ibu dan anak P. 45k. Penerbit : Fitramaya. Yogyakarta Aryasatiani. 2018. Asuhan kebidanan persalinan. Penerbit : Pustaka Rihama. Yogyakarta Herman. 2016. Prevalence of depression among postpartum women. Journal of Nursing Dayakisni & Yuniardi, 2019. Bebas stress usai melahirkan. Penerbit : Javalitera. Yogyakarta Kartono. 2016. Budaya bersumber dari cerita turun menurun dalam masyarakat kepercayaan. Penerbit : Alfabeta. Bandung



16



17