Kelompok 3 Diagnosis Organisasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI DIAGNOSIS ORGANISASI



Kelompok 3 TITA SUCI WOLANDARI C1B018030 YEMIMA DWI SAPUTRI C1B018069 OKTAVIANI C1B018081 DIANA JULIANI C1B018082 ZAHRI RAMADHAN C1B018091



PRODI S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BENGKULU 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah Pengembangan Organisasi tentang Proses Diagnosis ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah Perubahan dan Pengembangan Organisasi tentang Diagnosis Organisasi ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Bengkulu,



Maret 2021



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1 DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2 BAB I....................................................................................................................................................3 PENDAHULUAN.................................................................................................................................3 A.



LATAR BELAKANG...............................................................................................................3



B.



RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................3



C.



TUJUAN...................................................................................................................................3



BAB II...................................................................................................................................................4 PEMBAHASAN...................................................................................................................................4 A.



DIAGNOSIS..............................................................................................................................4



B.



PENDEKATAN DALAM DIAGNOSIS...................................................................................8



C.



PROSES DIAGNOSIS............................................................................................................11



BAB III................................................................................................................................................15 PENUTUP...........................................................................................................................................15 A.



KESIMPULAN.......................................................................................................................15



B.



SARAN...................................................................................................................................15



DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16



2



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mendiagnosa organisasi merupakan salah satu komponen utama dalam melakukan perencanaan perubahan. Diagnosis adalah proses untuk mengerti suatu fungsi dari arus sistem, yang pada kegiatan tersebut melibatkan pengumpulan informasi bersangkutan tentang operasi organisasi yang sedang berjalan, meneliti data tersebut, dan menggambarkan penarikan kesimpulan untuk peningkatan dan perubahan yang potensial. Hasil diagnosa yang efektif menyediakan pengetahuan yang sistematis bagi organisasi untuk mendesain intervensi yang sesuai. Banyak organisasi-organisasi lainnya dalam melakukan pengembangan dan perubahan organisasi tidak melakukan diagnosa oragnisasi secara benar, sehingga menyebabkan keterhambatan dalam proses perubahan dan perkembangan. Apapun bentuk dari perubahan yang dilakukan oleh organisasi, baik itu secara Radical Change ataupun Incremental Change, kebutuhan akan mendiagnosa organsiasi perlu untuk merencanakan langkah selanjutnya yang lebih strategic. Diagnosa merupakan sesuatu yang penting dalam perubahan dan pengembangan organisasi.



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan diagnosis? 2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dalam diagnosis? 3. Bagaimana proses dari diagnosis?



C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian dari diagnosis. 2. Untuk mengetahui pendekatan dalam diagnosis. 3. Untuk mengetahui proses dari diagnosis.



3



BAB II PEMBAHASAN A. DIAGNOSIS Pada halaman pendahuluan, telah diterangkan bahwa untuk mengetahui sejumlah informasi dan data yang akurat. Diagnosis adalah proses memahami bagaimana organisasi saat ini berfungsi, dan memberikan informasi yang diperlukan untuk merancang intervensi perubahan. Proses dalam membantu praktisi PO dan anggota klien bersama-sama menentukan masalah organisasi yang menjadi fokus, bagaimana mengumpulkan dan menganalisis data untuk memahaminya, dan bagaimana bekerja sama untuk mengembangkan langkah-langkah tindakan dari diagnosis. Dalam arti lain, diagnosis terjadi setiap saat. Manajer, anggota organisasi, dan praktisi PO selalu berusaha memahami pendorong efektivitas organisasi, dan bagaimana dan mengapa perubahan berlangsung dengan cara tertentu. Nilai dan keyakinan etis yang mendasari PO menunjukkan bahwa kedua organisasi tersebut anggota dan agen perubahan harus dilibatkan dalam menemukan faktor penentu efektivitas organisasi saat ini. keduanya harus terlibat aktif dalam mengembangkan intervensi yang sesuai dan menerapkannya. Misalnya, seorang manajer mungkin mencari bantuan praktisi PO untuk mengurangi ketidakhadiran di departemennya. Manajer dan konsultan PO bersama-sama mungkin memutuskan untuk mendiagnosis penyebab masalah dengan memeriksa catatan absensi perusahaan dan dengan wawancara yang dipilih karyawan tentang kemungkinan alasan ketidakhadiran. Atau, mereka mungkin memeriksa loyalitas karyawan dan menemukan elemen organisasi yang mendorong orang untuk tinggal. Analisis data tersebut dapat mengungkap faktor-faktor penentu ketidakhadiran atau loyalitas di departemen, sehingga membantu manajer dan praktisi PO bersama-sama untuk berkembang intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Tetapi sebelum Anda menelusuri lebih jauh tentang bagaimana mendapat informasi dan data penyebab perubahan, Sondang P. Siagian memberikan gambaran tentang faktorfaktor penyebab organisasi berubah: 1. Pertumbuhan pesat yang dialami organisasi; 2. Kemunduran dalam berbagai kegiatan organisasi; 3. Perubahan dalam bentuk, jenis, dan intensitas persaingan; 4. Perubahan karena perkembangan dan penerapan teknologi baru; 5. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah; 6. Perubahan sosial; 4



7. Perubahan politik negara di mana organisasi bergerak. Jadi, semakin jelaslah bahwa penyebab perubahan tersebut di antaranya sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Untuk mengetahui faktor penyebab secara akurat diperlukan analisis yang tepat. Analisis ini dapat kita lakukan melalui diagnosis. Sondang P. Siagian menyatakan diagnosis merupakan sarana untuk menemukan sumber penyakit yang diderita dan tidak hanya mengenali gejala-gejala yang segera tampak. Untuk memudahkan pemahaman Anda tentang diagnosis organisasi, coba Anda bayangkan bahwa organisasi itu merupakan suatu organisme yang hidup. Suatu organisme yang hidup dapat mengalami sakit, senang, sedih, dan ketidaknyamanan lain yang disebabkan hal-hal psikis atau fisik lainnya. Untuk mengetahui dengan pasti penyebab sakit tersebut diperlukan penanganan yang tepat sehingga akan didapat obat yang tepat pula. Untuk melakukan diagnosis dengan tepat diperlukan sejumlah informasi yang dapat dilakukan dengan cara menanyakan pada si pasien tentang sakit yang dirasakan, apakah demam, mual, pusing, apakah diperlukan informasi penunjang lainnya melalui roenigen, CT scan atau lainnya. Apabila informasi yang didapat dirasa cukup untuk menyimpulkan hasil diagnosis maka barulah diberikan obat-obat penyembuh. Dari ilustrasi tersebut, apabila kita kembalikan kepada pembalasan tentang organisasi maka organisasi dapat mengalami hal-hal yang tidak sehat, misalnya produktivitas yang rendah, pengeluaran tinggi, struktur tumpang tindih, koordinasi yang kurang, sarana dan prasarana yang tidak memadai lagi, karyawan banyak yang ke luar masuk. Hal-hal tersebut pada akhirnya bermuara pada ketidakseimbangan organisasi, ketidakseimbangan antara input dan output. Untuk mengurai satu per satu permasalahan organisasi sehingga ditemukan penyebab sebenarnya diperlukan suatu cara, yaitu melalui diagnosis. Dalam hal ini istilah diagnosis dalam konsepsi Pengembangan Organisasi dikenal sebagai tahapan atau kegiatan dalam organisasi untuk mengetahui "di mana nyalanya kita berada" dan “di mana seharusnya kita berada”. Adam I. Indrajaya (1983) menyatakan diagnosis sebagai suatu cara untuk menemukan persoalan dan secara sementara mencarikan jalan ke luarnya. Di dalam melakukan diagnosis, analisis yang sungguh-sungguh sangat diperlukan untuk melihat mana data yang relevan dan mana yang tidak relevan. Mana yang menjadi sebab utama dan mana pula yang merupakan penyebab sampingan. Melalui diagnosis akan ditemukan persoalan yang sebenarnya dan bagaimana strategi untuk memecahkannya. Dalam kaitannya dengan kegiatan diagnosis (Sondang P. Siagian, 2004) menyatakan diagnosis 5



terhadap suatu permasalahan menuntut pendekatan yang sistematik yang meliputi seluruh proses yang terjadi dalam pengelolaan organisasi. Secara garis besar diagnosis meliputi berikut ini. 1. Menganalisis berbagai sub elemen yang terdapat dalam organisasi, dan jenis-jenis produk yang dihasilkan atau menganalisis hubungan yang terjadi di antara berbagai subsistem dalam organisasi yang bersangkutan. Selain itu dapat juga menganalisis berbagai elemen di berbagai tingkat manajerial dalam organisasi yang meliputi manajemen puncak, manajemen madya, dan manajemen rendah. 2. Menganalisis berbagai proses yang terjadi dalam organisasi, seperti jaringan komunikasi, pengambilan keputusan oleh kelompok, pemecahan masalah, gaya kepemimpinan, pola percaturan kekuasaan dan kewenangan, cara penentuan tujuan, proses perencanaan, manajemen konflik, dan pola persaingan yang didorong dalam rangka peningkatan produktivitas dan efektivitas kerja. Selain diperlukan pendekatan yang sistematis, suatu diagnosis akan mencapai hasil yang maksimal apabila di dalam melakukan diagnosis dilakukan oleh orang yang tepat atau professional, atau kalau diibaratkan dokter maka dokter yang ahli atau spesialis dalam menangani hal tersebut. Pendiagnosis ini dapat diambil dari orang-orang di dalam organisasi atau pun dari luar organisasi, yang terpenting adalah pendiagnosis haruslah orang yang ahli di bidangnya. Pendiagnosis di dalam PO dapat dilakukan oleh seorang konsultan. Konsultan dalam melakukan diagnosis diharapkan seorang konsultan yang tangguh dan selalu berpikir dalam konteks sebab akibat. Artinya, dalam diagnosis yang dilakukannya ia selalu berupaya untuk mengidentifikasikan berbagai implikasi dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu faktor terhadap faktor-faktor lainnya. Misalnya, klien mungkin saja menyadari adanya buktibukti terdapatnya masalah dalam mengelola suatu organisasi, seperti penjualan yang menurun, tingkat pergantian pegawai yang tinggi dalam arti banyak karyawan yang berhenti karena berbagai alasan, menurunnya pangsa pasar, yang kesemuanya sesungguhnya hanya merupakan gejala-gejala adanya masalah. Dengan dipergunakannya tenaga konsultan dimaksudkan agar upaya dalam melakukan diagnosis tidak hanya mengidentifikasi gejalagejala yang terlihat, tetapi menemukan penyebab berbagai masalah tersebut. Di dalam melakukan diagnosis hubungan antara konsultan dan klien harus dilandasi prinsip keserasian. Konsultan berupaya untuk menciptakan pola komunikasi yang efektif dan 6



terbuka dengan klien. Suasana saling mempercayai dan iklim kebersamaan dalam tanggung jawab antara konsultandan klien harus ditumbuhkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa karena pentingnya proses diagnosis, konsultan dan klien harus sama-sama sepakat bahwa ciri-ciri diagnosis yang harus terdapat ialah sebagai berikut. 1. Kesederhanaan. Artinya, informasi yang digali harus tidak rumit dan dipresentasikan oleh konsultan kepada klien dengan cara yang mudah dicema oleh klien. 2. Kejelasan. Konsultan harus mampu memilih dan menggunakan instrumen tolok ukur tentang apa yang terjadi dalam organisasi yang menyebabkan timbulnya ketidakseimbangan 3. Keterlibatan. Oleh karena peranan konsultan adalah untuk membantu kliennya memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh klien tersebut, keterlibatan semua pihak dalam organisasi merupakan keharusan yang mutlak perlu ditekankan keterlibatan ini penting ialah karena diperlukan kesediaan para anggota . Alasan utama mengapaorganisasi klien untuk menerima perubahan tersebut menjadi efektif. 4. Identifikasi faktor-faktor utama. Artinya, konsultan menggunakan kumpulan variabel utama tanpa distorsi atau rekayasa dalam diagnosis 5. Menyoroti factor-faktor kritikal. Guna menemukan akar permasalahan dan tidak sekadar mengenali berbagai gejala yang segera tampak, konsultan menyoroti faktorfaktor yang sifatnya kritikal terhadap keberhasilan organisasi mengemban misi, menyelenggarakan fungsi dan melaksanakan kegiatannya dan tidak justru menyoroti hal-hal yang bersifat peripheral. 6. Penumbuhan rasa urgensi. Pada fase diagnosis, konsultan harus mampu menumbuhkan perasaan urgensi dalam diri semua pihak yang berkepentingan dalam organisasi bahwa perubahan-perubahan tertentu sudah diperlukan, bukan hanya untuk kepentingan pemantapankemampuan organisasi mempertahankan eksistensinya, akan tetapi terlebih lagi untuk menghadapi berbagai tantangan yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang. Jadi, jelaslah bahwa di dalam melakukan diagnosis kerja sama antara konsultan dan klien diharapkan akan menghasilkan temuan yang akurat sehingga upaya pencarian permasalahan sebenarnya dapat terungkap, dan dapat dicarikan jalan ke luar yang setepattepatnya. Sebagai suatu pendekatan yang sistematik diagnosis juga merupakan tahap untuk memerinci secara jelas hakikat permasalahan yang dihadapi dan memerlukan penyelesaian, mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya dan memberikan dasar untuk memilih strategi 7



perubahan yang diperkirakan akan efektif serta teknik-teknik mewujudkannya yang dianggap paling tepat. Harus disadari bahwa hasil suatu diagnosis yang lemah, tidak akurat, bahkan salah adalah program PO yang mahal dan tidak efektif. Ada beberapa kriteria umum yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kualitas clemen organisasi berikut 1. Kemampuan beradaptasi, yaitu kemampuan mengarahkan kegiatan dan tenaga dalam memecahkan masalah yang dihadapi. 2. Tanggung jawab, yaitu kesesuaian antara tujuan individu dan tujuan organisasi. 3. Identitas, yaitu kejelasan misi dan peran masing-masing unit. 4. Komunikasi, yaitu kelancaran arus data dan informasi antarunit dalam organisasi. 5. Integrasi, yaitu hubungan baik dan efektif antarpribadi dan antarkelompok, terutama dalam mengatasi konflik dan krisis. 6. Pertumbuhan, yaitu iklim yang sehat dan positif yang mengutamakan eksperimen dan pembaruan, serta yang selalu menganggap pengembangan sebagai sasaran utama. Diagnosis organisasi yang baik tidak hanya memberikan informasi yang tepat tentang hakikat sistem organisasi klien, tetapi juga bermanfaat dalam merancang bangun dan memperkenalkan alternatif tindakan untuk memperbaiki situasi problematik yang dihadapi. Artinya, diagnosis yang dilakukan harus memperkuat pandangan tentang perlunya perubahan diwujudkan dan berbagai manfaat yang akan diperoleh apabila perubahan itu diwujudkan



B. PENDEKATAN DALAM DIAGNOSIS Proses masuk dan kontrak dapat menghasilkan kebutuhan untuk memahami secara keseluruhan sistem atau beberapa bagian, proses, atau fitur organisasi. Untuk mendiagnosis organisasi, praktisi PO dan anggota organisasi perlu memiliki gagasan tentang apa informasi untuk dikumpulkan dan dianalisis. Kerangka konseptual itu yang digunakan orang untuk memahami organisasi disebut sebagai "model diagnostik". mendeskripsikan hubungan di antara berbagai fitur organisasi, serta nya konteks dan efektivitasnya. Akibatnya, model diagnostik menunjukkan area mana yang akan dituju memeriksa dan pertanyaan apa yang harus diajukan dalam menilai bagaimana organisasi berfungsi. model diagnostik dan proses harus dipilih dengan hati-hati untuk mengatasi masalah organisasi yang disajikan serta untuk memastikan kelengkapan. Untuk memudahkan kegiatan diagnosis, akan sangat bermanfaat apabila dipergunakan suatu pendekatan berupa model. Model tersebut nantinya akan menggambarkan keadaan, gejala ataupun persoalan dan usaha pemecahannya. Dalam suatu model biasanya terkadung: 8



1. Unsur-unsur penting dari suatu fenomena, seperti seseorang, sekelompok, atau organisasi; 2. Struktur, hubungan, dan interaksi antara unsur-unsur tersebut; 3. Proses-proses utama yang terjadi. Penggunaan model dalam diagnosis dapat mempertajam dan mempermudah kegiatan diagnosis, serta mempermudah komunikasi antara konsultan dengan klien. Selain itu, model juga sangat bermanfaat untuk menyamakan kerangka berfikir. Manfaat penggunaan model dalam melakukan diagnosis, yaitu: 1. Berguna untuk lebih memahami persoalan dan organisasi itu sendiri; 2. Berguna sebagai penuntun dalam kegiatan pengumpulan data yang betul-betul relevan; 3. Bermanfaat untuk lebih memahami faktor-faktor yang dapat memengaruhi timbulnya suatu persoalan dan usaha pemecahannya; 4. Berguna sebagai alat untuk melakukan eksperimentasi tanpa mengambil risiko yang leih besar; 5. Dalam keadaan tertentu dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan pengujian terhadap alternatif-alternatif pemecahannya; 6. Bermanfaat untuk menyusun langkah-langkah tindakan dalam melakukan perubahan organisasi. Dalam kaitannya dengan penggunaan model, Sondang P. Siagian mengatakan bahwa suatu diagnosis didasarkan pada pemahaman tertentu tentang cara berfungsinya suatu organisasi, oleh karena itu diperukan suatu kerangka konseptual yang dikenal dengan istilah model-model diagnosis. Sondang P. Siagian membagi model-model diagnosis sebagai berikut. 1. Model Analitikal Model



analitikal



dikenal



dengan



istilah



diferensiasi-integrasi



yang



dikembangkan oleh Paul Lawrence dan Jay Lorsch dari Universitas Harvard. Dalam model analitikal ditekankan pentingnya diagnosis analitikal yang tepat sebagai dasar untuk mewujudkan perubahan dalam organisasi. Model tersebut dikembangkan dengan tujuan memelajari dan memahami permasalahan antarsatuan kerja secara



9



teliti, serta mengidentifikasi wilayah permasalahan dalam organisasi yang bersangkutan. Tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing satuan kerja dapat dipelajari dan dikaitkan dengan empat karakteristik dari lingkungan organisasi, yaitu: a. Struktur satuan-satuan kerja yang ada; b. Orientasi waktu para anggota setiap satuan kerja; c. Orientasi para anggota satu satuan kerja dengan para anggota satuan kerja yang lain; d. Orientasi para anggota organisasi mengenai tujuan yang hendak dicapai. 2. Model Kecenderungan Perilaku Kelompok Model yang menyoroti kecenderungan para anggota suatu kelompok menampilkan perilaku tertentu. Model ini didasarkan pada hasil pemikiran George Homans yang perhatian utamanya di tunjukan kepada interpendensi antar kelompok. Model ini untuk menganalisis perilaku dalam kelompok kerja menggunakan dasar konseptual. Menurut model ini prilaku yang kompleks terdiri atas aktivitas, interaksi, perasaan dan norma-norma yang berkembang dari serangkaian perilaku dan hubungan yang diperlukan demi berfungsinya kelompok yang bersangkutan. 3. Model Konsultasi Manajemen Terry Amstrong dan Walter Wheatly sebagai konsultan telah mengembangkan suatu model doagnotik yang dapat menganalisis enam faktor utama dalam suatu organisasi. a. Perencanaan dasar dalam arti apakah organisasi memiliki misi, visi, dan sasaran yang ingin dicapai? b. Praktek-praktek bisnis pada umumnya, dalam arti apakah organisasi memliki sistem manajemen yang benar? c. Keuangan, dalam arti apakah organisasi beroperasi berdasarkan rencana dan data financial yang tepat waktun dan akurat? d. Iklan dan promosi dalam arti apakah para anggota organisasi sadar tentang kaitan anatara iklan dan penjualan? e. Riset pemasaran dalam arti apakah para anggota organisasi menyadari bahwa pesaing juga memiliki strategi, kebijakan dan sebagainya, dan bahwa perhatian pada kebutuhan, para pelanggan harus benar? 10



f. Sumber daya manusia dalam arti apakah organisasi memiliki sistem yang tepat untuk rekruitmen, pelatihan dan mempertahankan para karyawana gar tidak ingin pindah ke organisasi lain? 4. Model Sosioteknikal Model ini merupakan karya Eric Trist pada lembaga Tavistok. Model ini digunakan untuk menganalisis suatu organisasi sebagai suatu sistem sosioteknikal yang berinteraksi dengan lingkungannya. Trist bersama rekan-rekannya berpendapat bahwa dalam setiap organisasi terdapat suatu sistem sosial yang terdiri dari jaringan hubungan yang sifatnya interpersonal sekaligus adanya suatu sistem technological yang terdiri dari tugas, kegiatan dan sarana serta prasarana yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. 5. Model Analisis Bidang Kekuatan Model ini dikembangkan oleh Kurt Lewin. Model ini merupakan suatu teknik yang dapat digunakan untuk beraneka ragam kepentingan analisis. Pendapat Lewin didasarkan pada pandangan bahwa perilaku organisasi bukanlah merupakan hal yang didasarkan pada suatu pola yang statis melainkan merupakan suatu keseimbangan yang dinamis antara berbagai kekuatan yang bergerak pada arah yang berlawanan.



C. PROSES DIAGNOSIS Bagian ini memperkenalkan teori sistem, seperangkat konsep dan hubungan yang menjelaskan sifat dan perilaku hal-hal yang disebut sistem-organisasi, kelompok, dan orang, misalnya. Sistem dipandang sebagai keutuhan kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian atau sub sistem; sistem berfungsi untuk mengintegrasikan bagian-bagian tersebut ke dalam suatu unit yang berfungsi. Sebagai contoh, sistem organisasi terdiri dari departemen, seperti penjualan, operasi, dan keuangan. Organisasi berfungsi untuk mengoordinasikan perilaku departemennya sehingga mereka berfungsi bersama untuk mencapai tujuan atau strategi. Proses Diagnosis ini mengacu pada tulisan Sondang S. SIagian, berikut langkahlangkah melakukan diagnosis. 1. Mengidentifikasi wilayah permasalahn tentatife.



11



Langkah awal ini merupakan kegiatan mengidentifikasikan, permasalahn secara sementara, dengan melihat permasalahan yang muncul secara umum atau yang di katakan dengan gejala- gejala yang muncul dari organisasi yang bermasalah. 2. Pengumpulan Data. Data dikumpulkan berdasarkan pada langkah pertama. Data merupakan bahan baku yang di gunakan untuk membantu proses pengambilan keputusan, oleh sebab itu pengumpulan data harus dilakukan secara terencana dan teliti. Berikut cara yang bisa di gunakan agar pengumpulan data lebih maksimal: a. Menentukan sarasan Identifikasi terlebih dahulu siapa sasaran yang akan dituju pada perubahan ini. Pemahaman akan sasaran yang tepat dapat membantu menemukan informasi yang lebih relevan. b. Menyeleksi Variabel sentral Konsultan dan klien memutuskan bersama-sama faktor-faktor mana yang di anggap penting dan informasi tambahan apa yang di perlukan agar masalah klien dapat diidentifikasi dengan tepat. c. Menyeleksi teknik pengumpulan data Sebaiknya metode yang digunakan adalah metode yang sistematik artinya, dengan menggunakan metode tertentu harus dapat di lakukan perbandingan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif antara berbagai unsur dalam organisasi. Berbagai teknik pengumpulan data yang dapat digunakan: 1) Menggunakan sumber data sekunder Contohnya data Akunting, data produktifitas, dan indikator kinerja 2) Membagikan kuisioner 3) Observasi langsung 4) Wawancara d. Evaluasi efektifitas pengumpulan Data Suatu pengumpulan data dapat di katakan efektif apabila berbagai kriteria kuantitas dan kualitas tentang manfaat data tersebutdalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang di hadapi oleh organisasi klien terpenuhi. Kriteria yang dapat di jadikan pegangan untuk bertindak adalah sebagai berikut: a) Validasi data b) Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data 12



Berdasarkan pengalaman biasanya waktu yang di butuhkan lebih dari yang di perkirakan. c) Biaya pengumpulan data d) Kultur dan Norma-norma organisasional. Konsultan akan berhasil dalam upaya membantu klien apabila memperhatikan kultur dan norma- norma ynag ada di organisas tersebut 3. Menganalisis data sehingga data berubah bentuknya menjadi informasi yang mutahir, relevan, akurat dan lengkap. Ciri- ciri informasi yang demikianlah yang sangat penting untuk dimiliki. Seorang konsultan didalam melakukan diagnosis harus memperhatikan rambu -rambu sebagai berikut : a. Masalah kerahasiaan Salah satu isu dalam kegiatan konsultasi adalah kerahasiaan. Harus di sadari bahwa hubungan konsultan dengan klien adalah hubungan yang bersifat rahasia karena dalam interaksi mereka tidak mustahil terungkap hal-hal yang tidak perlu atau tidak boleh diketahui oleh orang lain. Artinya seorang konsultan sesungguh nya dipercayakan untuk memiliki informasi yang tidak untuk di sebarluaskan dan kepercayaan itu harus terus dipelihara. b. Diagnosis yang berlebihan Harus dipahami dan diterima sebagai suatu kenyataan bahwa diagnosis merupakan langkah yang penting dalam upaya mewujudkan perubahan. Akan tetapi di dasari pula bahwa diagnosis memperlambat kelangsungan perubahan. Oleh karena itu harus dijaga tidak boleh terjadi diagnosis terus-menerus berlanjut hingga kalien menjadi bingung tentang hakikat permasalahan yang di hadapinya. c. Diagnosis krisis Diagnosis krisis adalah situasi apabila konsultan terperangkap pada penanganan masalah oleh klien dianggap mendesak dan penting. Artinya konsultan menghabiskan tenaga atau waktunya untuk menangani gejala- gejala yang segera tampak dengan akibat bahwa situasi yang sesungguhnya mengundang penyelesaian. d. Diagnosis yang mengancam Dalam



berinteraksi



dengan



klien



seorang



konsultan



harus



menyampaikan berbagai permasalahan yang perlu diselesaikan ,konsultan 13



harus menyadari bahwa dalam menyampaikan permasalahan harus sedemikian rupa sehingga klien tidak merasa terancam, baik dalam arti jabatan atau reputasinya. e. Kebiasaan konsultan Seperti kultur organisasi dimana konsultan bekerja, latar belakang sosial, latar belakang pendidikan , kelahiran. Artinya bisa saja seorang konsultan memaksakan keinginannya menggunakan teknik-teknik diagnosis yang disukainya,padahal teknik tersebut tidak sesuai dengan situasi. f. Diagnosis gejala Artinya apabila konsultan memiliki data tentang tingkat perpindahan pegawai, ia mengatakan bahwa pada perpindahan pegawai mungkin saja merupakan gejala kondisi tertentu dalam organisasi, contonya seperti pengawasan yang tidak baik , penilaian kerja yang tidak rasional dan objektif,tetapi berdasarkan sikap senang dan tidak senang seorang atasan terhadap bawahannya



14



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Sebagai suatu sistem yang berproses organisasi selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi karena organisasi berada pada kondisi ketidakseimbangan atau mengalami suatu masalah. Untuk mengurasi satu persatu permasalahan organisasi sehingga ditentukan penyebab sebarnya diperlukan suatu cara, yaitu diagnosis. Di dalam melakukan diagnosis terhadap permasalahan suatu organisasi dituntut suatu pendekatan yang sitematis. Hal ini ditujukan agar diketahui seacra jelas persoalan apa yang akan dipecahkan dan strategi apa yang akan digunakan untuk memecahkannya. Pendekatan yang sistematis dapat dilakukan dengan menggunakan suatu model yang merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya. Dalam proses diagnosis informasi yang akurat dan andal sanga diperlukan agar dapat menentukan permasalahan organisasi setapat-tepatnya dan dapat mencarikan jalan keluar sesuai dengan permasalahan yang ada. Informasi yang akurat dapat diperoleh apabila dalam melakukan diagnosis digunakan konsultan yang profesional yang mampu berfikir rasional, objektif, dan bebas dari keterikatan emosioanl.



B. SARAN Sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.



15



DAFTAR PUSTAKA Istianda, Meita dkk. 2015. Pengembangan Organisasi. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.



16