Kelompok 4 Kelas C 2018 PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN KET



KEPERAWATAN MATERNITAS



oleh Kelompok 4/ Kelas C 2018



KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS KEPERAWATAN 2020



ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN KET



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas (KPA1421)



oleh Kelompok 4 / Kelas C 2018 Widya Maulina Cantika P.



182310101106



Pinky Issabella Nanda Basuki



182310101107



Puspaning Pramuditha



182310101142



Afifatul Mukaromah



182310101143



Dosen Pembimbing : Ns. Lantin Sulistyorini S.Kep., M.Kes NIP 19780323 200501 2 002



KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS KEPERAWATAN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya berupa kemampuan untuk berpikir serta menganalisis sehingga kami bisa menyelesaikan tentang masalah kesehatan dilingkungan pertanian yang ada di wilayah Jember dengan judul“Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan KET”.Analisis maslah ini



berisikan



kemampuan diri dalam menganalisis mengenai masalah Maka hasil analisis masalah ini dapat bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembacanya. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak,maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Ns. Lantin Sulistyorini S.Kep., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Matakuliah Dasar Keperawatan Maternitas



Akhir kata kami menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna dari makalah ini tentunya.Kami menyadari bahwa kami masih membutuhkan bimbingan mengingat keterbatasan informasi, ilmu dan pengetahuan.Oleh sebab itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun.Semoga laporan analisis artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua.Terimakasih.



Jember, 9 Maret 2020



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1



Latar Belakang ......................................................................................... 1



1.2



Rumusan Masalah .................................................................................... 2



1.3



Tujuan ....................................................................................................... 2



1.4



Manfaat ..................................................................................................... 2



BAB 2. TINJAUAN TEORI ................................................................................. 4 2.1



Konsep Dasar Penyakit ............................................................................ 4



2.2



Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................. 8



BAB 3. KERANGKA KONSEP......................................................................... 13 3.1



Pohon Masalah (WOC) .......................................................................... 13



3.2



Asuhan Keperawatan .............................................................................. 14



BAB 4. ANALISIS JURNAL ............................................................................. 23 BAB 5. PENUTUP............................................................................................... 27 5.1



Kesimpulan ............................................................................................. 27



5.2



Saran ....................................................................................................... 27



DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28



ii



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi oleh sperma selanjutnya berimplantasi pada uterus untuk tumbuh dan berkembang. Kehamilan ektopik (KE) terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium cavum uteri (Wikjosastro, 2006). Peristiwa abortus atau ruptur dapat terjadi pada kehamilan ektopik yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. Lokasi kehamilan ektopik terganggu 90% terjadi pada tuba terutama di ampula dan isthmus, serta sangat jarang terjadi pada ovarium, cavum abdominal, canalis servikalis, dan intraligameter. Keadaan yang dapat berpengaruh terhadap kejadian kehamilan ektopik antara lain: penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahi IUD (Intra Uterine Device) , riwat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilisasi, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. Faktor resiko seperti riwayat infeksi pada alat reproduksi, clamydia, gonorrhoeal, sterilisasi dan infertilitas juga memiliki kemungkinan cukup besar pula (Condous, 2006). Lokasi implantasi mempengaruhi gejala yang timbul pada penderita kehamilan ektopik terganggu. Ruptur organ dapat terjadi karena adanya peningkatan vaskularisasi pada daerah implantasi sehingga terjadi perdarahan masif,



infertilitas,



dan



kematian.



Kehamilan



ektopik



terganggu



dapat



menyebabkan keadaan gawat pada reproduksi wanita yang sangat berbahaya. Maka dari itu, hal tersebut berpengaruh pada mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapat penanganan yang tepat dan sesuai. Berdasarkan data dari The Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa kehamilan ektopik di Amerika Serikat meningkat drastis pada 15 tahun terakhir. Menurut WHO (2007) mengatakan bahwa penyebab hampir 5% kematian di negara maju adalah kehamilan ektopik. Dari penelitian yang dilakukan Budi Santoso di RSUD Dr. Soetomo dengan periode waktu 1 Juli 2008- 1 Juli 2010 didapatkan 99 penderita KE dari total 2090 kehamilan. Jumlah



1



pasien terbanyak KE berada pada rentang usia ibu 26- 30 tahun. Munculnya kehamilan ektopik semakin meningkat pada wanita terutama pada rentang usia yang lebih dari 30 tahun dan seringkali terjadi pada wanita dengan pilihan penundaan kehamilan hingga usia lebih lanjut yang menyebabkan angka kejadian KET semakin meningkat. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari kehamilan ektopik? 2. Apakah penyebab dan resiko dari kehamilan ektopik? 3. Bagaimana tanda dan gejala dari kehamilan ektopik? 4. Bagaimana prosedur diagnostik dari kehamilan ektopik? 5. Bagaimana penatalaksanaan medis dari kehamilan ektopik? 6. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Menjelaskan dan mengurangi asuhan keperawatan kepada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu 1.3.2



Tujuan Khusus 1. Menjelaskan dan menguraikan pengertian kehamilan ektopik 2. Menjelaskan dan menguraikan penyebab dan resiko kehamilan ektopik 3. Menjelaskan dan menguraikan tanda dan gejala kehamilan ektopik 4. Menjelaskan dan menguraikan prosedur diagnostik kehamilan ektopik 5. Menjelaskan dan menguraikan penatalaksanaan medis kehamilan ektopik 6. Menjelaskan dan menguraikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu



1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:



2



1. Makalah ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan akan peran dan fungsi perawat 2. Makalah ini dapat digunakan sebagai acuan bagi teman - teman dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai seorang perawat.



3



BAB 2. TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Penyakit 2.1.1 Pengertian Kehamilan ektopik merupakan keadaan dimana kehamilan terjadi diluar rongga rahim dengan sebagian besar lokasi implantasi adalah tuba. Pada kehamilan normal, setelah terjadi proses fertilisasi dan membentuk zigot selanjutnya terjadi implantasi pada dinding endometrium.



Gambar 1. Kehamilan Normal (kanan) dan Kehamilan Ektopik (kiri) (Sumber: Buku Ajar Perdarahan pada Kehamilan Trimester 1 UNILA, 2018) Kehamilan ektopik selanjutnya menjadi kehamilan ektopik terganggu apabila mengalami ruptur atau abortus (Pudiastuti, 2012). Kehamilan ektopik merupakan salah satu keadaan kehamilan yang berakhir abortus karena zigot menempel atau berimplantasi diluar uterus seperti ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Isitilah Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) menunjukkan kondisi dimana terjadi gangguan pada kehamilan tersebut dan menyebabkan abortus maupun ruptur yang diikuti penurunan keadaan umum pasien (Icesmi Sukarni, dkk, 2014). Apabila kehamilan ektopik terganggu tidak ditangani ataupun tidak diatasi secara tepat dan benar maka akan membahayakan penderita (Prawiroharjo, 2009). Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)



4



Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim (Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD). 2.1.2 Faktor penyebab dan resiko 1. Infeksi atau pembengkakakn pada tubafalopi sehingga menghambat jalan embrio ke rahim, sehingga membuat embrio harus menempel di tubafalopi. 2. Jaringan luka pada tubafalopi karena operasi ataupun mengalami infeksi, sehingga menghalangi jalan embrio menuju rahim. 3. Cacat lahir atau tumbuh kembang tidak normal pada tubafalopi. 4. Ibu



menderita



infeksi



menular



seksual



dan



menyebabkan



pembengkakan pada pelvis. Hal ini terjadi karena adanya bakteri, jamur ataupun parasit yang menyebar ke rahim atau tubafalopi, sehingga menyebabkan tergoresnya dinding tubafalopi. 5. Pernah mengalami kehamilan di luar rahim. 6. Penggunaan obat kesuburan. 7. Perawatan kesuburan seperti IVF (in vitro fertilization) dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik karena proses transfer embrio. Embrio yang dimasukkan ke rahim dapat bergerak dan berpindah ke tuba falopi pada fase implantasi. 8. Merokok akan meningkatkan kadar protein PROKR1 di tuba falopi. Protein ini sangat berperan dalam proses implantasi sel telur yang sudah dibuah ke dinding rahim. Jika kadar protein PROKR1 terlalu tinggi di tuba falopi, ada risiko sel telur yang sudah dibuahi malah melekat di dinding tuba falopi. 9. Hamil di usia 35-40 tahun. 2.1.3 Tanda dan gejala



5



Tanda dan gejala pada kehamilan ektopik sama dengan kehamilan normal pada umumnya seperti mual, payudara mengeras dan terhentinya menstruasi. Lalu pada tahap selanjutnya mulai dirasakan adanya hal aneh seperti nyeri pada pinggul dan perdarahan pada vagina. Tidak hanya itu, adapu beberapa tanda dan gejala yang timbul akibat kehamilan ektopik antara lain: 1. Rasa sakit atau tekanan pada rektum ketika buang air besar. 2. Rasa tidak nyaman pada saat buang air kecil. 3. Nyeri pada perut bagian bawah disertai kram perut. 4. Keluarnya cairan putihkekuningan yang berbau dan gatal dari vagina 2.1.4 Hasil Pemeriksaan Tunjangan 1. Pemeriksaan fisik abdomen Didapatkan simetris, tegang, TFU tidak teraba, nyeri tekan perut bagian bawah



dengan tanpa nyeri lepas maupun rovsing



sign. Pemeriksaan



vaginal toucher menunjukkan nyeri goyang portio minimal dan teraba massa adnexa kiri. 2. Pemeriksaan



USG



transvaginal



Menunjukkan tidak tampak kantong gestasi adnexa kiri ukuran



pada cavum uteri, massa



1,59 cm dengan disertai aktivitas jantung



fetal



sehingga disimpulkan adanya kehamilan ektopik pars ampullaris tuba kiri. Pada pemeriksaan USG tampak gambaran free fluid level intraperitonea. 3. Pemeriksaan



vaginal toucher ditemukan adanya cavum



douglass



menonjol. 4. Pemeriksaan Hb dengan hasil dari pemeriksaan Hb: 10,0 gr/dl \ 2.1.5



Pengobatan dengan farmakologi dan non farmakologi 1. Farmakologi a. Suntik methotrexate Pada kehamilan ektopik tahap awal dapat diatasi dengan cara menyuntikan methotrexate. Methotrexate akan menghentikan pertumbuhan sel ektopik, sekaligus juga menghancurkan sel yang telah terbentuk. Setelah pemberian methotrexate, akan memantau



6



kadar hormon hCG dalam darah tiap 2-3 hari, sampai kadarnya menurun. Menurunnya kadar hCG menandakan kehamilan sudah tidak lagi berkembang. b. Operasi laparoskopi Ada pilihan lain untuk mengatasi kehamilan ektopik yaitu dengan cara operasi lubang kunci (laparoskopi). Melalui prosedur operasi ini, akan dilakukan pengangkatan jaringan ektopik dan bagian tuba falopi tempat jaringan ektopik menempel. Namun jika memungkinkan, maka pada bagian tuba falopi tersebut cukup dengan diperbaiki tanpa harus diangkat. c. Operasi laparotomi Jika terjadi pendarahan maka akan dilakukan tindakan darurat berupa laparotomi. Dalam laparotomi, akan membuat sayatan besar di bagian perut sebagai jalan untuk mengangkat jaringan ektopik dan tuba falopi yang pecah. 2. Nonfarmakologi Pada non farmakologi pengobatannya tidak menggunakan obatobatan, maka yang dilakukan yaitu: a. Pemantauan Kondisi Pada wanita yang hamil akan dipantau untuk melihat apakah perawatan diperlukan. Pada sebagian kasus, tuba falopi dapat diperbaiki. Tetapi, biasanya tuba falopi yang pecah harus diangkat. b. Tidak berhubungan seksual dengan sembarang orang atau berganti-ganti pasangan. c. Selalu menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seksual untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengurangi terjadinya risiko peradangan pada panggul. d. Jangan merokok, terutama bagi wanita. Jika memiliki kebiasaan merokok, berhentilah merokok sebelum hamil.



7



2.2 Konsep Asuhan Keperawatan 2.2.1 1.



Pengkajian Pengkajian Data Subjektif a. Biodata: perawat wajib mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke berapa, lamanya perkawinan dan alamat. b.



Keluhan utama: nyeri perut kiri bawah dengan mengaku terlambat haid 6 minggu



c.



Riwayat kehamilan saat ini: Pasien mengaku keluar cairan putih kekuningan yang berbau dan gatal dari jalan lahir. Hal ini diakui terjadi sebelum kehamilan hingga sekarang



d. Riwayat kesehatan sekarang: nyeri perut kiri bawah e. Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya: kematian janin intrauterin dengan usia kehamilan 9 bulan f. Riwayat medis sebelumnya: Tidak ada riwayat kencing manis, riwayat asma, riwayat oprasi, riwayat sakit jantung, riwayat keluarga darah tinggi, riwayat keluarga kencing manis dan tidak merokok. g.



Riwayat sosial: tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, dan pekerjaan.



h. Riwayat diet: khususnya intake cairan. i.



Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen.



j. Integritas ego: seperti konflik interpersonal keluarga dan kesulitan ekonomi. k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. 2.2.2



Pengkajian Data Objektif a. Tanda-tanda vital: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat, adanya nafas bau aseton. b. Status gizi: berat badan meningkat/menurun.



8



c. Status kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi. d. Status hidrasi: turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria. e. Keadaan abdomen: suara abdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya distensi, adanya hepatosplenomegali. f. Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik. g. Status eliminasi: Perubahan konstipasi feses, konstipasi dan perubahan frekuensi berkemih. h. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan) 2.2.3



Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut b.d ruptur tuba yang merangsang reseptor nyeri d.d nyeri perut kiri bagian bawah b. Kekurangan volume cairan b.d ruptur tuba pars ampullaris kiri d.d perdarahan c. Defisien pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan d.d kurang pengetahuan



2.2.4



Intervensi Keperawatan



1. Diagnosa Keperawatan I Kriteria Hasil: a.



Mampu mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri)



b.



Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri



c.



Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, tanda nyeri).



d.



Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.



Intervensi: a. Kaji ulang tanda-tanda vital b. Lakukan kompres dingin selama fase akut sesuai keperluan c. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (napas dalam) d. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri sesuai anjuran dokter



9



2. Diagnosa Keperawatan II Kriteria Hasil: a. Tanda-tanda vital yang stabil. b. Pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat. Intervensi a. Lakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga. b. Berikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini. c. Observasi TTV dan observasi tanda akut abdomen d. Pantau input dan output cairan e. Pemeriksa kadar Hb f. Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut 3. Diagnosa Keperawatan III Kriteria Hasil: a. pengetahuan tentang kehamilan dipertahankan pada skala 2 (pengetahuan terbatas) ditingkatkan ke skala 3 (pengetahuan sedang) Intervensi: a.



Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan fisiologi sesuai kebutuhan



b. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai kebutuhan c. Identifikasi kemungkinan penyebab, sesuai kebutuhan 2.2.5 1.



Implementasi Keperawatan Tindakan a. Mengkaji dan mengukur tanda-tanda vital b. Melakukan kompres dingin selama fase akut sesuai keperluan c. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri sesuai anjuran dokter



10



d. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi e. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi (napas dalam) f. Mengkaji kesiapan pasien mengikuti program pembelajaran g. Menjelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan fisiologi h. Menjelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit i. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab j. Mengobservasi TTV dan observasi tanda akut abdomen k. Memantau input dan output cairan l. Memeriksa kadar Hb m. Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut 2.



Respon a. Tanda tanda vital normal b. Pasien merasa nyaman saat diberikan kompres dingin c. Pasien meminum obat analgenik sesuai anjuran dokter d. Pasien mengatakan skala nyeri berkuran menjadi 4 e. Pasien lebih tenang saat nmempraktikkan napas dalam f. Pasien siap mengikuti program pembelajaran g. Pasien memahami tentang patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan fisiologi h. Pasien memahami tanda dan gejala yang umum dari penyakit i. Pasien dapat bekerjasama dengan baik j. Pasien dapat bekerjasama dengan baik k. Parameter tidak mendeteksi adanya komplikasi lain l. Pasien bersedia untuk dianalisa kadar Hbnya sehubungan dengan perdarahan m. Pasien menerima untuk diberikan penanganan lebih lanjut



11



2.2.6



Evaluasi Keperawatan



1.



Keseimbangan cairan abnormal yang sudah berhenti



2.



Frekuensi rasa nyeri yang sudah berkurang



3.



Pengetahuan dan kesanggupan tetang masa kehamilan



12



BAB 3. KERANGKA KONSEP 3.1 Pohon Masalah (WOC) Ovarium



Tuba



Hormonal



Ovum ditangkap oleh tuba kontraleteral



Peradangan pada tuba



Konsumsi pil Kb



Lumen tuba menyempit



Produksi progesteron Gerakan tuba melambat



Abnormalitas zigot



Pemakaian IUD



Zigot terlalu besar/tumbuh terlalu cepat



Peradangan pada endometrium dan endosalping



Zigot susah melalui tuba



Zigot tidak menempel di endometrium Informasi tidak adekuat



Kehamilan Ektopik



Penembusan fili korialis kedalam lapisan muskularis menuju peritoneum



Kurang pengetahuan tentang penyakitnya



Ruptur tuba



Perdarahan Defisiensi pengetahuan Perdarahan pada uterus Gangguan perfusi jaringan



Perdarahan terus berlangsung



Kekurangan volume cairan



Perdarahan pada rongga abdomen Keadaan umum menurun



Rencana salpingektomi



13



Ansietas



darah yang mengalir ke kavum peritoneum



Merangsang reseptor nyeri di area ruptur



Sensasi nyeri



Nyeri akut



3.2 Asuhan Keperawatan 3.2.1 Kasus Pasien wanita, 26 tahun datang ke IGD RSUDZA Banda Aceh dengan keluhan nyeri perut kiri bawah dengan mengaku terlambat haid 6 minggu. Riwayat plano test (+) 3 minggu sebelumnya. Nyeri perut kiri dirasakan pasien selama 2 minggu terakhir dengan disertai keluar darah kecoklatan dari jalan lahir. Sebelumnya, siklus menstruasi teratur setiap bulan. Pasien mengaku adanya keluar cairan putih kekuningan yang berbau dan gatal dari jalan lahir. Hal ini diakui terjadi sebelum kehamilan hingga sekarang dengan tanpa pengobatan. Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya yaitu kematian janin intrauterin dengan usia kehamilan 9 bulan. Pada pemeriksaan ginekologis ditemukan discharge kuning kental dari vagina hingga ostium uteri interna, cavum uteri sebesar telur ayam, serta nyeri goyang portio minimal dengan teraba massa adnexa kiri. Hasil pemeriksaan USG transvaginal menunjukkan tidak tampak kantong gestasi pada cavum uteri dan adanya massa adnexa kiri ukuran 1,59 cm yang disertai aktivitas jantung fetal. Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar Hb 10,7 gr/dl, serta kadar βHCG 54382,00 mlU/mL. Kemudian pasien didiagnosis kehamilan ektopik pars ampullaris tuba kiri dan direncanakan mendapat terapi metotreksat (MTX). Namun, sebelum pemberian terapi MTX, pasien tiba-tiba mengeluh nyeri perut hebat, VAS:8 (Visual Analog Scale) dengan tanda akut abdomen berupa rebound tenderness. Keadaan hemodinamik pasien mengalami perburukan dengan penurunan tekanan darah dan takikardi (TD:100/60 mmHg, HR:110x/menit). Pemeriksaan vaginal toucher didapatkan cavum douglass menonjol. Pemeriksaan USG ulang menunjukkan gambaran tambahan berupa free fluid level intraperitoneal. Pemeriksaan kadar Hb:10,0 gr/dl. Kemudian, pasien didiagnosis kehamilan ektopik terganggu pars ampullaris tuba kiri. Pasien dilakukan tindakan emergensi yaitu laparotomi salpingektomi. Diawali dengan insisi midline 6 cm dan



14



dilanjutkan dengan pembukaan peritonium. Didapatkan 500 cc darah kecoklatan dengan kehamilan ektopik terganggu berupa ruptur tuba pars ampullaris kiri serta patensi tuba kanan baik.



3.2.2



Analisis Data dan Masalah Nama



No.



Tanggal



Data



Etiologi



Masalah



dan paraf



1.



6



DS: pasien



Oktober



mengatakan



2016



nyeri perut kiri bawah selama 2 minggu terakhir



Ruptur Tuba



Nyeri Akut



€ Ns. Pinky



Merangsang reseptor nyeri di area ruptur



DO: -VAS:8



Sensasi Nyeri



-Pemeriksaan vaginal toucher



Nyeri akut



menunjukkan nyeri goyang portio minimal 2.



6



DO:



Penembusan fili



Kekurangan



Oktober



Didapatkan 500



korialis kedalam



volume



2016



cc darah



lapisan muskularis



cairan



kecoklatan



menuju peritoneum



berupa ruptur tuba pars ampullaris kiri



Ruptur tuba pars ampullaris kiri



Perdarahan 15



Ns. Pinky



6



DS: pasien



Keluar cairan putih



Defisien



Oktober



mengaku



kekuningan yang



pengetahuan



2016



keluar cairan



berbau dan gatal



putih



∞ Ns. tika



dari jalan lahir



kekuningan yang berbau



informasi tidak adekuat



dan gatal dari jalan lahir sejak sebelum kehamilan



kurang pengetahuan tentang penyakitnya



DO: klien tampak



3.2.3



bingung dengan



defisien



apa yang terjadi



pengetahuan



Diagnosa Keperawatan b. Nyeri akut b.d ruptur tuba yang merangsang reseptor nyeri d.d nyeri perut kiri bagian bawah c. Kekurangan volume cairan b.d ruptur tuba pars ampullaris kiri d.d perdarahan d. Defisien pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan d.d kurang pengetahuan



3.2.4 No



1.



Intervensi Keperawatan Tanggal



6 Oktober 2016



Diagnosa



Tujuan dan



Keperawatan



Kriteria Hasil



Nyeri akut b.d ruptur tuba yang merangsang reseptor nyeri



Intervensi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan



4. Kaji ulang tanda-tanda vital 5. Lakukan kompres



1x24 jam



dingin selama fase akut



diharapkan nyeri



sesuai keperluan



16



d.d



akut pada pasien



non farmakologi (napas



berkurang



dalam)



dengan kriteria hasil : M1. mampu mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri) 2. 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri - 3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, tanda nyeri). -



6. Ajarkan tentang teknik



4. Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.



17



7. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri sesuai anjuran dokter



6 Oktober a. Kekuranga 2016 n volume cairan b.d ruptur tuba pars ampullaris kiri d.d perdarahan



Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam diharapkan volume cairan pasien menujukkan kestabilan dengan Kriteria Hasil :



1. Lakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pengetahuan tentang kehamilan dipertahankan pada skala 2 (pengetahuan terbatas) ditingkatkan ke skala 3 (pengetahuan sedang)



d. Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan fisiologi sesuai kebutuhan e. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai kebutuhan f. Identifikasi kemungkinan penyebab, sesuai kebutuhan



2. Berikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini. 3. Observasi TTV dan observasi tanda akut abdomen



4. Pantau input dan output 1. Tanda-tanda cairan vital yang stabil, 5. Pemeriksa kadar Hb 2. pengisian kapiler cepat, 6. Lakukan kolaborasi sensorium tepat, dengan tim medis untuk serta frekuensi penanganan lebih lanjut berat jenis urine adekuat. 6 Oktober Defisien 2016 pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan d.d kurang pengetahuan



18



3.2.5 Implemntasi Keperawatan No



Tanggal



Pukul



1



6



07.00



Tindakan



Respon



Mengkaji



Oktober



mengukur



2016



tanda vital



Paraf



dan TD:110/80 mmHg tanda-



N: 90x/menit



€ Ns. pinky



R: 20x/ menit S: 37ºC 2



6



07.05



Melakukan kompres Pasien merasa nyaman



Oktober



dingin selama fase saat diberikan kompres



2016



akut



€ Ns. pinky



sesuai dingin



keperluan



3



6



07.10



Memberikan



Pasien meminum obat



Oktober



analgetik



untuk analgenik



2016



mengurangi



nyeri anjuran dokter



sesuai



sesuai



€ Ns. pinky



anjuran



dokter



5



6



10.00



Melakukan



Pasien



mengatakan



Oktober



pengkajian nyeri



skala



2016



secara komprehensif



menjadi 4



nyeri



berkuran



€ Ns. pinky



termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi



6



6



10.15



Mengajarkan



19



Pasien lebih tenang saat







Oktober



tentang teknik non nmempraktikkan napas



2016



farmakologi (napas dalam



Ns. pinky



dalam)



7



6 Oktober 2016



10.20



Mengkaji kesiapan Pasien siap mengikuti ∞ pasien mengikuti program pembelajaran Ns. Tika program pembelajaran



8



6 Oktober 2016



10.35



Menjelaskan Pasien memahami ∞ patofisiologi tentang patofisiologi penyakit dan penyakit dan bagaimana Ns. Tika bagaimana hubungannya dengan hubungannya anatomi dan fisiologi dengan anatomi dan fisiologi



9



6 Oktober 2016



10.45



Menjelaskan tanda Pasien memahami tanda ∞ dan gejala yang dan gejala yang umum Ns. Tika umum dari penyakit dari penyakit



10



6 Oktober 2016



10.55



Mengidentifikasi kemungkinan penyebab



6 Oktober 2016



11.00



Pasien bekerjasama baik



dapat dengan



Mengobservasi TTV TD:110/80 mmHg dan observasi tanda N: 88x/menit akut abdoment.



€ Ns. pinky € Ns. pinky



R: 20x/ menit S: 37ºC Parameter tidak mendeteksi adanya komplikasi lain 6 Oktober 2016



11.15



6 Oktober 2016



11.30



Memantau input dan Pasien dapat output cairan bekerjasama dengan baik



∞ Ns. Tika



kadar Pasien bersedia untuk € dianalisa kadar Hbnya sehubungan dengan Ns. pinky perdarahan



Memeriksa Hb



20



6 Oktober 2016



12.00



Melakukan Pasien menerima untuk ∞ kolaborasi dengan diberikan penanganan Ns. Tika tim medis untuk lebih lanjut penanganan lebih lanjut



3.2.6 Evaluasi Keperawatan No 1



Tanggal/Jam



No. DX Kep



6 Oktober 2016/ 13.00



1



Evaluasi S: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang menjadi skala 4



Paraf & Nama € Ns. pinky



O: Skala nyeri dari 8 menjadi 4. Pasien merasa lebih nyaman A: Masalah teratasi P: Hentikan intervensi 2



6 Oktober 2 2016/ 13.10



S: Pasien mengatakan keadaannya sudah mulai membaik



€ Ns. pinky



O: volume cairan pasien menujukkan kestabilan A: Masalah teratasi P: Hentikan intervensi 6 Oktober 3 2016/ 13.20



S: pasien mengatakan bahwa ∞ ia sudah memahami patofisiologi, penyebab, Ns. Tika tanda dan gejala dari penyakit



O: pasien telah memahami



21



patofisiologi, tanda dan penyakit



penyebab, gejala dari



A: masalah teratasi P: henikan inervensi



22



BAB 4. ANALISIS JURNAL Penulis



Tgk Puspa Dewi dan Meyla Risilwa



Judul



Kehamilan ektopik terganggu: Sebuah tinjauan kasus



Jurnal, Volume, Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Vol. 17, Nomor 1, dan Tahun Nomor,



dan 2017



Tahun Kasus



Pasien 26 tahun datang ke Igd RSUD ZA Banda Aceh dengan keluhan nyeri perut kiri bawah dengan mengaku terlambat haid 6 minggu. Riwayat plano test (+) 3 minggu sebelumnya, nyeri perut kiri dirasakan pasien selama 2 minggu terakhir dengan disertai keluar darah kecoklatan dari jalan lahir. Sebelumnya, siklus haid teratur setiap bulan. Pasien mengaku adanya keluar cairan putih kekuningan yang berbau dan gatal dari jalan lahir. Hal ini diakui terjadi sebelum kehamilan hingga sekarang dengan tanpa pengobatan. Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya yaitu kematian janin intra uterine dengan usia kehamilan 9 bulan. Pada pemeriksaan ginekologis ditemukan discharge kuning kental dari vagina hingga ostium uteri interna, cavum uteri sebesar telur ayam, serta nyeri goyang portio minimal dengan teraba massa adnexa kiri. Hasil pemeriksaan USG transvaginal menunjukkan tidak tampak kantong gestasi pada cavum uteri dan adanya massa adnexa kiri ukuran 1,59 cm yang disertai aktivitas



jantung fetal. Pada pemeriksaan



laboratorium menunjukkan kadar Hb 10,7 gr/dl, serta kadar βHCG 54382,00 mlU/mL. Kemudian pasien didiagnosis kehamilan ektopik pars ampullaris tuba kiri dan direncanakan mendapat terapi metotreksat



(MTX). Namun, sebelum



pemberian terapi MTX, pasien tiba-tiba mengeluh nyeri perut hebat,



VAS:8 (Visual Analog Scale) dengan tanda



akut



abdomen berupa rebound tenderness. Keadaan hemodinamik



23



pasien mengalami darah



perburukan dengan penurunan tekanan



dan takikardi (TD:100/60 mmHg,



Pemeriksaan vaginal



HR:110x/menit).



toucher didapatkan cavum douglass



menonjol. Pemeriksaan USG ulang menunjukkan gambaran tambahan berupa free fluid level intraperitoneal. Pemeriksaan kadar Hb:10,0 gr/dl. Kemudian, pasien didiagnosis kehamilan ektopik terganggu pars ampullaris tuba kiri. Pasien dilakukan tindakan emergensi yaitu laparotomi salpingektomi. Diawali dengan



insisi midline 6 cm dan dilanjutkan dengan



pembukaan peritonium. Didapatkan 500 cc darah kecoklatan dengan kehamilan ektopik terganggu berupa ruptur tuba pars ampullaris kiri serta patensi tuba kanan baik. Pembahasan



Pada kasus ini gejala klinis yang muncul pada pasien adalah adanya nyeri perut bawah sebelah kiri dan mengalami keluarnya cairan kecoklatan kental dari jalan lahir selama 2 minggu. Selama 6 minggu pasien tidak haid (amenore) disertai hasil plano test (+). Gejala yang muncul pada penderita kehamilan ektopik pada umumnya adalah perdarahan yang terjadi selama trimester pertama dan nyeri pada abdomen. Pemeriksaan USG sangat diperlukan untuk mengetahui lokasi kehamilan.



Selanjutnya



untuk



menyingkirkan



beberapa



diagnosis lain digunakan pemeriksaan fisik abdomen dengan hasil bentuk simetris, tegang, TFU tidak teraba, terdapat nyeri tekan perut bagian bawah dengan tanpa nyeri lepas maupun rovsing sign. Dari pemeriksaan tersebut, diagnosis apendisitis dapat disingkirkan karena tidak ada rovsing sign. Saat pemeriksaan vaginal toucher menunjukkan nyeri goyang portio minimal dan teraba massa adnexa kiri. Dari pemeriksaan tersebut, diagnosis abortus dapat disingkirkan karena nyeri goyang portio minimal. Untuk mendukung diagnosis kasus ini, faktor resiko



24



pasien dikaji dan dihubungkan dengan adanya riwayat keluarnya cairan putih kekuningan berbau dan gatal dari jalan lahir sebelum kehamilan. Hal tersebut diketahui dapat memegang peranan penting sebagai faktor kerusakan tuba dan memicu munculnya kehamilan ektopik. Pada hasil USG transvaginal ditemukan massa adnexa kiri 1,59 cm disertai dengan adanya jantung fetal dan tidak tampak kantong gestasi sehingga dapat disimpulkan terjadinya kehamilan ektopik pars ampullaris tuba kiri. Pasien direncanakan pemberian metotrexat (MTX) yang kerjanya menghambat sintesis DNA dan RNA. Namun sebelum diberikan terapi, pasien mengeluh nyeri hebat pada bagian perut nawah (VAS 8) dan ditemukan rebound tenderness. Pemeriksaan vaginal toucher dilakukan dan ditemukan adanya penonjolan cavum douglass. Nilai Hb pasien: 10,0 gr/dl dan pada hasil USG didapat free fluid level intraperitoneal yang menunjukkan adanya kehamilan ektopik terganggu (KET). Saat terjadi KET tekanan darah pasien turun 100/60 mmHg dan nadi 110x/menit. Keadaan dimana tekanan darah turun dan nadi meningkat dijelaskan jika terjadi perdarahan berlanjut dan hipovolemik. Terjadinya perdarahan dapat menyebabkan cavum douglass menonjol akibat darah dari fimbrae tuba yg mengumpul. Pada KE tuba, ruptur terjadi lebih awal pada ismus atau pars ampullaris. Selanjutnya dilakukan tindakan pembedahan emergensi pada pasien di kasus ini yang disebut laparotomi salpingektomi. Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa terjadinya kehamilan ektopik terganggu (KET) dapat terjadi secara tiba-tiba pada seluruh kasus KE. Selanjutnya penelitian oleh Budi Santoso yang dilakukan di Ruang Bersalin Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada 1 Juli 2008 – 1 Juli 2010 dengan tujuan



25



mengetahui faktor risiko kehamilan ektopik. Pada penelitian jurnal ini menunjukkan dari 99 orang pasien KE terbanyak pada kelompok usia 26-30 tahun sebanyak 32 pasien (32,32%), kelompok usia 31-35 tahun sebanyak 25 pasien (25,25%), 21– 25 tahun (18,18%), kemudian sebanyak 17 pasien pada kelompok 36–40 tahun (17,17%), didapatkan 4 pasien pada kelompok 41 tahun ke atas (4,04%) dan yang paling kecil pada kelompok usia 16–20 tahun dengan 3 pasien (3,03%). Dari data tersebut terdapat persamaan usia pasien pada kasus yaitu 26 tahun yang termasuk dalam rentang usia dengan pravelensi tertinggi tejadinya KE. Pada hasil penelitian jurnal ini juga menunjukkan bahwa kejadian KE terbanyak terjadi pada gravida kedua yaitu sebanyak 34 pasien (34,,34%) dari 99 orang. Berikutnya dikaji riwayat abortus pada pasien KE ditemukan 12 pasien (41,38%) pernah mengalami abortus, sebanyak 6 pasien (20,69%) yang menggunakan KB, sebanyak 6 pasien (20,69%) dengan riwayar KB dan abortus, 3 pasien dengan riwayat operasi (10,34%), dan hanya 2 pasien (6,90%) dengan riwayat operasi dan abortus. Dari penelitian tersebut dapat diketahui persamaan dengan pasien pada kasus yaitu adanya faktor resiko abortus dengan prevalensi tertinggi pada penelitian. Selain itu, pada kasus diatas pasien mengalami KE pada kehamilan kedua yang menunjukkan persamaan terhadap angka kejadian KE pada gravida kedua pada penelitian. Menurut Condous (2006), riwayat infeksi pada alat reproduksi, clamydia, gonorrhoeal, sterilisasi dan infertilitas memiliki kemungkinan cukup besar juga terjadinya KE. Pasien pada kasus mengalami keluarnya cairan putih kekuningan berbau dan gatal yang tidak mendapatkan penanganan dari sebelum kehamilan hingga saat ini. Hal tersebut dapat diketahui sebagai salah satu faktor resiko KE selain abortus dan usia Ibu.



26



BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kehamilan ektopik merupakan keadaan dimana kehamilan terjadi diluar rongga rahim dengan sebagian besar lokasi implantasi adalah tuba. Pada kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi oleh sperma selanjutnya berimplantasi pada uterus untuk tumbuh dan berkembang. Kehamilan ektopik (KE) terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium cavum uteri (Wikjosastro, 2006). Terjadinya kehamilan ektopik terganggu dapat terjadi secara tiba-tiba pada seluruh kasus kehamilan ektopik. Maka dari itu diperlukan adanya diagnosis dini yang tepat berkaitan dengan pentingnya kelangsungan hidup ibu dan kondisi sistem reproduksi selanjutnya. 5.2 Saran Diharapkan hasil makalah ini dapat dijadikan masukan dan dapat menjadi masukan mengenai asuhan keperawatan pada ibu dengan kehamilan ektopik terganggu. Kemudian diharapkan untuk menggali informasi mengenai ibu dengan kehamilan ektopik terganggu dengan cara banyak membaca buku ataupun jurnal penelitian yang berkaitan dengan kehamilan dan gangguan yang menyertainya.



27



DAFTAR PUSTAKA



Asyima. 2018. Hubungan Paritas dan Umur Ibu Terhadap Kejadian Kehamilan Ektopik terganggu (KET) di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia. 2 (2) : 87-88 Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : FK UNPAD Coundos, G., 2006. Ectopic Pregnancy risk factor and diagnosis. Australian Family Physician, Sydney; Vol. 35: 854–857. Lee, et al. (2018). Diagnosing Ectopic Pregnancy in the Emergency Setting. Ultrasonography. 37(1). pp. 78–87. Mayo



Clinic



Selner, Harding,



(2018). M. M.



Diseases



&



Conditions.



Ectopic



Pregnancy.



Healthline



(2018).



Ectopic



Pregnancy.



Patient



(2017).



Ectopic



Pregnancy.



WebMD (2019). What to Know About Ectopic Pregnancy Mayoclinic.



https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ectopic



pregnancy/symptoms-causes/syc-20372088 Diakses pada Maret 2020 NHS. https://www.nhs.uk/conditions/ectopic-pregnancy/treatment/ Diakses pada Maret 2020 Pudiastuti, RD. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal dan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Santoso, B. 2011. Analisis Faktor Risiko Kehamilan Ektopik. Jurnal Ners. 6 (2) : 164-168 Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP Sukarni K Icesmi, dkk. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Neonatus Resiko Tinggo. Yogyakarta: Nuha Medika



28



Suryawan, A., Gunanegara, R F., Hartanto, H., Sastrawinata, U S. JKM. 6 (2) Wiknjosastro, H., 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga, Cetakan kedelapan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta: 323–338.



29