Kelompok 5 - Askep Teori Glomerulonefrotik Kronis - 2 Reg B [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK ASUHAN KEPERAWATAN GLOMERULONEFRITIS KRONIS



Dosen Pembimbing : Aida Novitasari, S.Kp.,Ns.,M.Kep KELOMPOK 5 Disusun oleh : 1. Chrisdani Lois Hasibuan



P27820119059



2. Eka Viola Vernanda



P27820119067



3. Khoirun Nisaa’



P27820119075



4. Muhammad Khalish Aljibran S.



P27820119080



5. Prasetyo Pujo .R.



P27820119085



6. Zalsabila Ramadhani



P27820119099



TINGKAT 2 REGULER B POLTEKKES KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2020/2021



KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini berjudul “Asuhan Keperawatan Glomerulonefritis Kronis” Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperwatan Anak Tahun Akademik 2020/2021. Pembahasan makalah ini berisi tentang makna tanggapan kelompok kami mengenai “Asuhan Keperawatan Glomerulonefritis Kronis.” Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna baik materi maupun teknik penyusunannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca guna menambah wawasan tentang Keperawatan Anak.



Surabaya, 6 Maret 2021



Penulis



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1.2 Rumusan Masaalah.............................................................................................. 1.3 Tujuan.................................................................................................................. 1.4 Manfaat ............................................................................................................... BAB II KAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORI....................................................................................................................... 2.1 Laporan Pendahuluan........................................................................................... 2.1.1 Definisi....................................................................................................... 2.1.2 Etiologi....................................................................................................... 2.1.3 Patofisiologi............................................................................................... 2.1.4 Manifestasi Klinis...................................................................................... 2.1.5 Komplikasi................................................................................................. 2.1.6 Management Medis.................................................................................... 2.2Asuhan Keperawatan Teori................................................................................... 2.2.1 Pengkajian.................................................................................................. 2.2.2 Analisa Data............................................................................................... 2.2.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................... 2.2.4 Intervensi Keperawatan.............................................................................. 2.2.5 Implementasi Keperawatan........................................................................ 2.2.6 Evaluasi Keperawatan................................................................................



BAB III PENUTUP.................................................................................................. 3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 3.2 Saran..................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain. Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis. Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Laporan Pendahulun dari glomerulonefritis kronis? 2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Teori tentang glomerulonefritis kronis? 1.3 Tujuan



1. Untuk Mengetahui Laporan Pendahulun dari glomerulonefritis kronis\ 2. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Teori tentang glomerulonefritis kronis 1.4 Manfaat Mahasiswa dapat memahami tentang pengertian, penyebab, tanda gelaja, proses perjalanan penyakit, pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan dari glomerulonefritis.



BAB II LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORI 2.1 Laporan Pendahuluan 2.1.1



Definisi Glomerolusnefritis Kronis adalah suatu kondisi peradangan yg lam dari selsel glomerolus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerolonefritis akut yg tidak membaik atau timbul secara spontan. (Muttaqin, Arif & Sari,Kumala, 2011). Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel – sel glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut



yang



tidak



membaik



atau



timbul



secara



spontan.



Glomerulonefritis kronik sering timbul beberapa tahun setelah cidera dan peradangan glomerulus sub klinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urin) dan proteinuria (protein dalam urin) ringan, yang sering menjadi penyebab adalah diabetes mellitus dan hipertensi kronik. Hasil akhir dari peradangan adalah pembentukan jaringan parut dan menurunnya fungsi glomerulus. Pada pengidap diabetes yang mengalami hipertensi 13 ringan, memiliki prognosis fungsi ginjal jangka panjang yang kurang baik. (Corwin, Elizabeth, J. 2000) Glomerulonefritis



kronis



(GNK)



adalah



suatu



kondisi



peradangan yang lama dari sel-sel glomerulus dengan diagnosis klinis berdasarkan ditemukannya hematuria dan proteinuria yang menetap. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan. Glomerulonefritis kronis sering timbul beberapa tahun setelah cedera dan peradangan glomerulus subklinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urine) dan proteinuria (protein dalam urine) ringan (Mutaqqin dan Sari, 2012; Mansjoer, et al., 2000). Jalan penyakit GNK dapat berubah-ubah. Ada pasien yang mengalami gangguan fungsi minimal dan merasa sehat. Perkembangan



penyakitnya juga perlahan. Walaupun perkembangan penyakit GNK perlahan atau cepat, keduanya akan berakhir pada penyakit ginjal tahap akhir (Baradero, 2008). 2.1.2



Etiologi Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi kronik. Kedua penyakit ini berkaitan dengan cedera glomerulus yang bermakna dan berulang. Hasil akhir dari peradangan tersebut adalah pembentukan jaringan parut dan menurunnya fungsi glomerulus. Kerusakan glomerulus sering diikuti oleh atropi tubulus. (Muttaqin, Arif & Sari,Kumala, 2011). Sebagian besar glomerulonefritis timbul didahului oleh infeksi ekstrarenal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta haemolyticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. antara infeksi bakteri dan timbulnya GN terdapat masa laten selama 10 hari. GN juga dapat disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah hitam, tridion), amiloidosis, trombosis vena renalis,



penyakit



kolagen,



purpura



anafilaktoid,



dan



lupus



eritematosis. Hubungan antara GN dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa : a. Timbulnya GN setelah terjadinya infeksi skarlatina. b. Diisolasinya kuman sterptococcus beta hemolyticus golongan A. c. Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum pasien. Penyebab penyakit ini yaitu : a. Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi (Streptococcus beta hemoliticus group A.) b. Keracunan (timah hitam, tridion). c. Penyakit sipilis d. Diabetes mellitus e. Trombosis vena renalis



f. Hipertensi kronik g. Penyakit kolagen Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut. 2.1.3



Patofisiologi Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal terjadi menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut dapat menderita uremia (darah dalam air seni) dan gagal ginjal. Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal sebagai tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan berbagai racun yang tidak diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-2 liter. Selain fungsi tersebut, ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel darah merah. Begitu banyak fungsi ginjal sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal, berbagai penyakit dapat ditimbulkan. Glomerulonefritis menyerang



sel-sel



Glomerulonefritis



merupakan penyerang



menahun



adalah



berbagai ginjal



kelainan (sel



penyakit



yang



glomerulus). paling



sering



menimbulkan gagal ginjal dikemudian hari. Kelainan ini terjadi akibat gangguan utama pada ginjal (primer) atau sebagai komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya komplikasi penyakit diabetes mellitus, keracunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain. Pada penyakit ini terjadi kebocoran protein atau kebocoran eritrosit. Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat



kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar tampak bersifat imunologis. Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada glomerulus,bukan pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan interstitial maupun sistem vaskulernya. 2.1.4



Manifestasi Klinis Gejala glomerulonephritis kronis bervariasi. Banyak klien dengan penyakit yang telah parah memperlihatkan kondisi tanpa gejala sama sekali untuk beberapa tahun. Kondisi mereka secara incidental dijumpai ketika terjadi hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum. Indikasi pertama penyakit dapat berupa perdarahan hidung, stroke atau kejang yang terjadi secara mendadak. Mayoritas klien mengalami gejala umum seperti kehilangan berat badan dan kekuatan badan, peningkatan iritabilitas, dan peningkatan berkemih di malam hari (nokturia). Sakit kepala, pusing, dan gangguan pencernaan yang umumnya terjadi. Neuropati perifer disertai hilangnya reflex tendon dan perubahan neurosensory muncul setelah penyakit terjadi. Pasien mengalami konfusi dan memperlihatkan rentang perhatian yang menyempit. Temuan lain mencakup pericarditis disertai friksi pericardial dan pulsus paradoksus (perbadaan tekanan darah lebih dari 10 mmHg selama inspirasi dan ekspirasi). (Smeltzer & Bare. 2002). Glomerulonefritis kronis ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif lambat akibat glomerulonefritis yang berlangsung lama. Gejala utama yang ditemukan adalah : a. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal. b. Hematuri c. Edema, penurunan kadar albumin d. Hipertensi (Biasanya ada serangan ensefalopati hipertensi) e. Peningkatan suhu badan



f. Sakit kepala, lemah, gelisah g. Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun h. Ureum dan kreatinin meningkat i. Oliguri dan anuria j. Suhu subfebril k. Kolestrol darah naik l. Fungsi ginjal menurun m. Ureum meningkat + kreatinin serum. n. Anemia. o. Gagal jantung kematian. p. Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia). 2.1.5



Komplikasi 1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan. 2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak. 3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium. 4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik yang menurun.



2.1.6



Management Medis Penatalaksanaan dibagi menjadi 2, yaitu medik sama perawatan: a. Medik 1. Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit. 2. Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien. 3. Pengawasan hipertenasi antihipertensi. 4. Pemberian antibiotik untuk infeksi. 5. Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien. b. Keperawatan 1. Disesuaikan dengan keadaan pasien. 2. Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada ahlinya. 3. Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya. 4. Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai 5. kemampuannya. 6. Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke 7. sindrom nefrotik atau GGK. Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus. a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 68 minggu. b. Pemberian penisilin pada fase akut. c. Pemberian



antibiotik



ini



tidak



mempengaruhi



beratnya



glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksis yang lama



sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan, karena terdapat imuntas yang menetap. d. Pengaturan



dalam



pemberian



cairan



(perlu



diperhatikan



keseimbangan cairan dan elektrolit). Pemberian diet rendah protein ( 1 gr/kg BB/hari) dan rendah garam (1 gr/hari). Makanan lunak dinerikan pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu normal kembali. Bila ada anuria/muntah diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi. e. Pengobatan terhadap hipertensi. f. Bila anuri berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis, hemodialisis, transfusi tukar dan sebagainya. g. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir akhir ini pemberian furosemid (lasix) secara intravena (1 mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus. 2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 2.2.1



Pengkajian 1. Identitas Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun lebih sering terjadi pada pria. 2. Keluhan Utama a. Keluhan utama Pada umunya akan terjadi urin berwarna kemerahan (hematuria) urine yang berbuih, hipertensi, edema pada wajah, kaki, tangan dan perut. Terkadang ada juga klien yang tidak merasakan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal. b. Upaya yang telah dilakukan



Upaya yang telah dilakukan dokter dan tim kesehatan lain saat klien masuk rumah sakit. c. Terapi atau Operasi yang pernah dilakukan Terapi/operasi yang pernah dilakukan klien seblum masuk rumah sakit 3. Riwayat Penyakit a. Riwayat Kesehatan Sekarang Adanya keluhan kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh, tidak nafsu makan, mual, muntah, dan diare yang dialami klien. b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya Kaji apakah klien pernah menderita penyakit diabetes mellitus



sebelumnya.



Penting



untuk



dikaji



mengenai



pemakaian obat-obatan dimasa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat, adanya infeksi streptokokus pada hemolitik dan riwayat lupus eritematosus (penyakit autoimun lain) c. Riwayat Kesehatan Keluarga Pada penderita glomerulonefritis kemungkinan sebagai akibat dari kombinasi faktor genetic dan lingkungan. Faktor genetic biasanya melibatkan gen yang mengontrol respon imun, terutama bersifat kompleks hisokompakbilitis mayor dan gen HLA. Salah satu oenyakit genetic yaitu sindrom alport dapat menyebabkan glumerulonefritis kronis. d. Riwayat Kesehatan Lingkungan Faktor lingkungan yang ikut berpengaruh antara lain obatobatan, zat kimia, dan agens infeksius. Peran mekanisme imun pada pathogenesis glomerulonefritis di indikasikan dengan munculnya autoantibody atau abnormalitas serum, dan deposisi antibody, komplek imun,komplemen dan fibirin. Papaparan zat kimia pelarut juga diduga memicunya glomerulonefritis kronis. 4. Pola-pola Fungsi Kesehatan a. Pola persepsi dan Tata Laksana



Pola tentang bagaimana perubahan klien ketika di rumah dan di rumah sakit dalam menerapkan tata cara hidup sehat. b. Pola Nutrisi dan Metabolisme Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema, pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia. c. Pola Eliminasi Gangguan



pada



glumerulus



menyebabkan



sisa-sisa



metabolisme tidak dapat di sekresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria, anuria, proteinuri, hematuria. d. Pola Tidur dan Istirahat Klien tidak dapat tidur telentang karena sesak dan gatal disebabkan adanya uremia, keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus. e. Pola Aktivitas Kelemahan



otot dan kehilangan



tonus karena



adanya



hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan darh mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan darah sudah normal selama 1 minggu. f. Pola Hubungan dan Peran Anak yang tidak dibesuk oleh teman-temannya karena jauh serta anak mengalami kondisi kritis menyebabkan anak diam dan merasa kesepian. g. Pola Persepsi dan Konsep Diri Biasanya klien akan merasa cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema serta mengalami perawatan yang lama. h. Pola Sensori dan Kognitif



Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar  dan rasa gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. i. Pola Reproduksi Seksual Pola tentang hubungan dengan pasangan, ada tidaknya perubahan pada klien sebelum dan sesudah sakit. j. Pola Pengembangan Stres Pola tentang apa yang dilakukan klien saat ada masalah. k. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan Klien berdoa memohon kesembuhan kepada tuhan. 5. Pemeriksaan Fisik a. Status Kesehatan Umum Meliputi pemeriksaan vital sign/ TTV sering didapatkan adanya perubahan pada fase awal, sering didapatakan suhu tubuh meningkat, frekuesi denyut nadi mengalami peningkatan, frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh, tekanan darah terjadi dari hipertensi ringan sampai berat. Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya compos mentis tetapi akan berubah apabila system saraf pusat mengalami gangguan sekunder dari penurunan perfusi jaringan otak dan kerusakan hantaran saraf sekunder dari abnormalitas elektrolit dan uremia. B1 (breathing) Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada masa akut. Pada masa lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang merupakan respons terhadap pulmoner dan adanya sindrom uremia. B2 (blood) Peningkatan tekanan darah sekunder dari retensi natrium dan air



yang



memberikan



dampak



pada



fungsi



system



kardiovasikuler dimana akan terjadi penurunan perfusi jaringan akibat tingginya beban sirkulasi. B3 (brain) Didapatkan edema wajah terutama periorbital, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, dan mukosa mulut tidak mengalami



peradangan.



Status



neurologis



mengalami



perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia pada sistem saraf pusat. Pasien berisiko kejang sekunder gangguan elektrolit. B4(Bladder) Inspeksi. Terdapat edema pada ekstremitas dan wajah. Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola dari proteinuri, silinderuri, dan hematuri. Palpasi. Didapatkan adanya nyeri tekan ringan pada area kostovebra. Perkusi. Perkusi pada sudut kostovetebra memberikan stimulus nyeri ringan lokal disertai suatu penjalaran nyeri ke pinggangdan perut. B5(Bowel) Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. B6(Bone) Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari edema tungkai atau edema wajah terutama pada periorbital, anemia, dan penurunan pefusi perifer dan hipertensi. b. Sistem integument -



Kulit : kaji keadaan kulit seperti adanya lesi, turgor kulit, perubahan



warna



kulit,



temperature,



kelmbaban,



permukaan kulit serta kelainan kulit. -



Rambut : kebersihan rambut, tekstur, warna rambut.



-



Kuku : warna kuku, kebersihan, bentuk, perubahan.



c. Kepala



Pemeriksaan bentuk kepala, lesi, benjolan, kesimetrisan kepala, nyeri/trauma d. Muka Pemeriksaan keadaan, kesimetrisan, lesi, oedema, warna kulit e. Mata Pemeriksaan bentuk mata, keadaan umum mata, pupil, reaksi terhadap cahaya, kongjutiva, sclera, kelopak mata, bola mata, alis mata. f. Telinga Pemeriksaan fungsi pendengaran, keadaan umum telinga, bentuk, kebersihan. g. Hidung Keadaan umum hidung, membrane mukosa, indikasi bau. h. Mulut dan Faring -



mulut :



kesimetrisan bentuk mulut, jumlah gigi,



kemampuan menelan -



bibir : keadaan bibir, lembab, kering, pecah-pecah



-



tonsil : ukuran, warna



i. Leher Bentuk, simetris, ukuran, nyeri, lesi, warna, kemampuan gerak j. Thoraks Bentuk, kesimetrisan, warna dan sifat k. Paru Pemeriksaan paru dengan inspeksi, palpasi, perkuasi, dan auskultasi. Simetris, pergerakan, suara napas tambahan. l. Jantung Pemeriksaan jantung dengan cara inspeksi untuk mengetahui letak jantung, palpasi, perkusi, auskultasi untuk mendengar suara jantung, letak jantung m. Abdomen Ada tidaknya masa, simetris, benjolan, nyeri, turgor, bentuk abdomen, peristaltic usus



n. Inguinal-Genetalia-Anus -



Anus : kondisi, spingter, koordinasi, kemampuan BAB



-



Genetalia : produksi urine, warna, volume, kemampuan BAK



-



Inguinal : adanya pembesaran limfe atau tidak, abses, tumor



o. Ekstermitas Kelainan



ekstermitas,



kemampuan



gerak



normal,



pembengkakan, nyeri, tremor, infeksi p. Tulang belakang Keadaan tulang belakang normal, skoliosis, lordosis, kifosis 6. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan urine, pemeriksaan urine merupakan metode eritrosit terpenting dalam mendiagnosis glomerulonefritis karena



dapat



mendeteksi



adanya



kerusakan



struktur



glomerulus. Beberapa parameter yang di analis melalui pemeriksaan urin antara lain : -



Keberadaan sel darah merah menandakan adanya kerusakan glomerulus



-



Keberadaan sel darah purih sebagai penanda adanya peradangan



-



Menurunya berat jenis urine



-



Keberadaan protein sebagai penanda adanya kerusakan sel ginjal



b. Tes darah. Tes darah dapat memberikan informasi tambahan terkait kerusakan ginjal. -



Menurunnya kadar hemoglobin (anemia)



-



Meningkatnya zat sisa seperti ureum dan keratinin



-



Menurunnya kadar protein albumin dalam darah karena keluar melalui urine



c. Tes imunologi, dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kelainan system imun. Pemeriksaan tersebut antara lain



antinuclear



antibodies



(ANA),



komplemen,



antineuthrophil



cytoplasmic



antibody



(ANCA)



dan



antiglomuler basement membrane (anti-GBM) d. Pencitraan, digunakan untuk melihat keadaan kondisi ginjal secara visual. Metode pencitraan yang digunakan antara lain : foto rontgen, CT Scan, dan USG. e. Biopsi ginjal, dilakukan untuk membantu dokter mencari penyebab dari glomerulonefritis. 7. Terapi yang Sedang Berjalan Terapi glomerulonefritis digunakan untuk mencegah kerusakan ginjal yang lebih parah atau mengurangi rasa sakit akibat glomerulonefritis. Beberapa jenis pengobatan yang digunakan untuk penderita glomerulonefritis : a. Obat imunosupresan, untuk menangani glomerulonefritis akibat autoimun. b. Obat antihipertensi, untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut akibat peningkatan tekanan darah tinggi. c. Plasmapheresis, yaitu metode untuk membuang plasma yang memiliki sifat merusak dengan plasma sehat. d. Obat-obatan lain seperti obat deuretik untuk meredakan bengkak dan suplemen kalsium. 2.2.2



Analisa Data Menurut Setiawan (2012), Analisis data merupakan metode yang



dilakukan



perawat



untuk



mengkaitkan data klien



serta



menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan keperawatan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pasien dan keperawatan pasien. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon pasien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap pasien 2.2.3



Diagnosa Keperawatan



1) Gangguan intregitas kulit b.d kelebihan volume cairan d.d kerusakan jaringan 2) Resiko ketidakseimbangan volume cairan d.d penyakit ginjal (glomerulonefrits) 3) Gangguan pola tidur b.d kurang control tidur d.d mengeluh sulit tidur, sering terjaga, dan istirahat tidak cukup 2.2.4



Intervensi Keperawatan 1. a. Diagnosa : Gangguan intregitas kulit b.d kelebihan volume cairan d.d kerusakan jaringan b. Tujuan : Keutuhan kulit dapat meningkat c. Kriteria hasil : 1) Kerusakan kulit : menurun 2) Kerusakan lapisan kulit : menurun d. Intervensi 1) Identifikasikan penyebab gangguan integritas kulit Rasional : mengetahui penyebab terjadinya gangguan integritas kulit agar mempermudah intervensi dan observasi 2) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring Rasional : untuk mengurangi kerusakan lapisan kulit akibat terbaring terlalu lama 3) Anjurkan untuk menggunakan pelembab Rasional : memperbaiki lapisan kulit yang kering 4) Anjurkan minum air yang cukup Rasional : menjaga kelembaban dan kesegaran kulit 2. a. Diagnosa Resiko ketidakseimbangan volume cairan d.d penyakit ginjal (glomerulonefrits). b. Tujuan :



Ekuilibrium antara volume cairan diruang intraselulr dan ekstraseluler tubuh dapat meningkat. c. Kriteria hasil : 1) Asupan cairan meningkat 2) Haluaran urin meningkat 3) Edema menurun 4) Dehidrasi menurun 5) Membrane mukosa membaik 6) Turgor kulit membaik d. Intervensi 1) Monitor status hidrasi Rasional : untuk mempermudah pemeriksaan 2) Monitor pemeriksaan hasil laboratorium Rasional : membantu dalam mendiagnosa keluhan klien 3) Beriksan asupan cairan sesuai kebutuhan Rasional : agar tidak terjadi kelebihan cairan 3. a. Diagnosa Gangguan pola tidur b.d kurang control tidur d.d mengeluh sulit tidur, sering terjaga, dan istirahat tidak cukup b. Tujuan Keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur membaik c. Kriteria hasil : 1) Keluhan sulit tidur menurun 2) Keluhan sering terjaga menurun 3) Keluhan istirahat tidak cukup menurun d. Intervensi 1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur Rasional : untuk mengetahui aktivitas klien yang dapat menganggu tidur klien 2) Identifikasi faktor pengganggu tidur Rasional : untuk mengetahui penyebab klien sulit tidur 3) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit



Rasional : agar klien termotivasi untuk tidur tepat waktu dan menghindari hal-hal yang menyebabkan sulit tidur. 2.2.5



Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan pengelolaan dan mewujudkan dari perencanaan keperawatan yang meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan rumah sakit



2.2.6



Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan setelah diberikan tindakan keperawatan dengan melihat respon klien mengacu pada kriteria hasil. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dadan untuk melakukan pengkajian ulang. Evaluasi mempunyai 3 kriteria hasil yaitu : 1. Masalah teratasi 2. Masalah teratasi sebagian 3. Masalah belum teratasi



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel – sel glomerulus. Glomerunefritis merupakan penyakit perdangan ginjal bilateral. Glomerulonefritis akut paling lazim terjadi pada anak-anak 3 sampai 7 tahun meskipun orang dewasa muda dan remaja dapat juga terserang , perbandingan penyakit ini pada pria dan wnita 2:1. Penyebab glomerulonefrits yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi kronik. Kedua penyakit ini berkaitan dengan cedera glomerulus yang bermakna dan berulang .Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. 3.2 Saran Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar sudi kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.



DAFTAR PUSTAKA Brunner and Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8 Vol.2. Jakarta : EEC Aschenbrenner, D.S., Cleveland, L.W., & Venable, S.J. (2002). Drug Therapy inNursing. Philadelphia: Lippincot.Barkaukass, et. al (1994), Health & Physical Assessment.Missouri : Mosby. Black, Joice. M., & Hawk, Jane. H. (2005). Medical Surgical Nursing; clinicalmanagement for positive outcomes. 7th Edition. Elsevier. Inc : St. Louis. Hediyani,



Novie.



2012.



Waspadai



Batu



Ginjal



dan



Saluran



Kemih.



http://www.dokterkuonline.com/index.php/article/72-waspadai-batuginjal-dan-saluran-kemih. Diakses pada tanggal 10 Maret 2021. Jam: 18.14 WIB