Kelompok 6 KB Mow [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DOKUMENTASI KEBIDANAN Pendokumentasian askeb pada Aseptor KB (MOW)



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6 1.



Bella Lestari



(P00340219002)



2.



Dinda Putri Auriel



(P00340219008)



3.



Ike Deva Andela



(P00340219014)



4.



Indah Damai Yanti



(P00340219015)



5.



Nia Maghfirah



(P00340219030)



6.



Putri Oktapiani



(P00340219032)



7.



Siska Meiliya Alfina



(P00340219039)



Dosen Pengampu : Wenny Indah PES,SST,M.Keb



KEMENERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BENGKULU PRODI DIII KEBIDANAN CURUP T.A 2019/2020



1.



Pengertian MOW MOW (Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut



dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2006) Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (Noviawati dan Sujiayatini, 2009) jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004). 2.



Syarat Melakukan MOW ( Metode Operasi Wanita )



Syarat dilakukan MOW Menurut Saiffudin (2002) yaitu sebagai berikut: a) Syarat Sukarela Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang cara cara kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi mantap serta pengetahuan tentang sifat permanen pada kontrasepsi ini (Wiknjosastro, 2005) b) Syarat Bahagia Syarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan harmonis, umur istri sekurang kurangnya 25 dengan sekurang kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun (Wiknjosastro,2005) c) Syarat Medik Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap. Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk dapat memutuskan apakah seseorang dapat menjalankan kontrasepsi mantap. Ibu yang tidak boleh menggunakan



metode kontrasepsi mantap antara lain ibu yang mengalamai peradangan dalam rongga panggul, obesitas berlebihan dan ibu yang sedang hamil atau dicurigai sdang hamil (BKKBN, 2006) 3.



Teknik Melakukan MOW a) Tahap persiapan pelaksanaan 1) Informed consent 2) Riwayat medis/ kesehatan 3) Pemeriksaan laboratorium 4) Pengosongan kandung kencing, asepsis dan antisepsis daerah abdomen 5) anesteri b) Tindakan pembedahan (2009) teknik yang digunakan dalam pelayanan tubektomi antara lain: 1) Minilaparotomi Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relative murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga lebih aman dan efektif (Syaiffudin, 2006) Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan, pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian. Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kasa yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan komplikasi, klien dapat dipulangkan setelah 2 - 4 hari. (Syaiffudin,2006). 2) Laparoskopi Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu pasca pesalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi). Laparotomi



sebaiknya dipergunakan pada jumlah klien yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaannya cukup mahal. Seperti halnya minilaparotomi, laparaskopi dapat digunakan dengan anestesi lokal dan diperlakukan sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan. (Syaiffudin,2006). c) Perawatan post operasi 1) Istirahat 2-3 jam 2) Pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu 3) Ambulasi dini 4) Diet biasa 5) Luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama 1 minggu, cari pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada abdomen yang menetap, perdarahan luka insisi. 4.



Waktu Pelaksanaan MOW Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005) pelaksanaan MOW



dapat dilakukan pada saat: a) Masa Interval (selama waktu selama siklus menstrusi) b) Pasca persalinan (post partum c) Pasca keguguran d) Waktu opersi membuka perut Sedangkan menurut Noviawati (2009) waktu pelaksanaan MOW (Mantap Operasi Wanita) dapat dilaukan pada: a) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil b) Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi) c) Pasca persalinan d) Pasca keguguran



5.



Indikasi MOW Komperensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia



tahun 1976 di Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur 25 – 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut: umur istri antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih, umur istri antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur istri 35 – 40 tahun dengan satu anak atau lebih sedangkan umur suami sekurang kurangnya berumur 30 tahun, kecuali apabila jumlah anaknya telah



melebihi



jumlah



yang



diinginkan



oleh



pasangan



tersebut.



(Wiknjosastro,2005) Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut: 1) Indikasi medis umum Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita ini hamil lagi. a) Gangguan fisik Gangguan fisik yang dialami seperti tuberculosis pulmonum, penyakit jantung, dan sebagainya. b) Gangguan psikis Gangguan psikis yang dialami yaitu seperti skizofrenia (psikosis), sering menderita psikosa nifas, dan lain lain. 2) Indikasi medis obstetrik Indikasi medik obstetri yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea yang berulang, histerektomi obstetri, dan sebagainya. 3) Indikasi medis ginekologik Pada



waktu



melakukan



operasi



ginekologik



dapat



pula



dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi. 4) Indikasi sosial ekonomi Indikasi sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat. a) Mengikuti rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak hidup dan umur ibu, kemudian dapat dilakukan sterilisasi atas persetujuan suami istri,



misalnya umur ibu 30 tahun dengan anak hidup 4, maka hasil perkaliannya adalah 120. b) Mengikuti rumus 100 1) Umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4 orang 2) Umur ibu 30 tahun ke atas dengan anak hidup 3 orang 3) Umue ibu 35 tahun ke atas dengan anak hidup 2 orang 6.



Kontraindikasi MOW Menurut Mochtar (1989) kontraindikasi dalam melakukan MOW yaitu



dibagi menjadi 2 yang meliputi indikasi mutlak dan indikasi relative 1) Kontra indikasi mutlak a) Peradangan dalam rongga panggul b) Peradangan liang senggama aku (vaginitis, servisitis akut) c) Kavum dauglas tidak bebas, ada perlekatan 2) Kontraindikasi relative a) Obesitas berlebihan b) Bekas laparotomi Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) yang sebaiknya tidak menjalani Tubektomi yaitu: a) Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai b) Pedarahan pervaginal yang belum jelas penyebabnya c) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol d) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan e) Belum memberikan persetujuan tertulis. 7.



Keuntungan MOW Menurut BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini antara



lain: a) Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi b) Tidak mengganggu kehidupan suami istri



c) Tidak mempengaruhi kehidupan suami istri d) Tidak mempengaruhi ASI e) Lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil), lebih ekonomis Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) keuntungan dari kontrasepsi mantap adalah sebagai berikut: a) Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan). b) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breasfeeding). c) Tidak bergantung pada faktor senggama. d) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius. e) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local. f) Tidak ada perubahan fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium) 8.



Kerugian MOW Kerugian dalam menggunakan kontrasepsi mantap (Noviawati dan



Sujiyati,2009) yaitu antara lain: a) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali. b) Klien dapat menyesal dikemudian hari c) Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum d) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan e) Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis ginekologi atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi. f) Tidak melindungi diri dari IMS.



9.



Komplikasi dan Penanganan



KOMPLIKASI



PENANGANAN



Infeksi Luka



Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotik.



Demam pascaoperasi ( > 38 oC)



Obati



infeksi



berdasarkan



apa



yang



ditemukan Luka



pada



kandung



kemih. Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat.



Intestinal (jarang terjadi).



Apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk kerumah sakit yang tepat bila perlu.



Hematoma (subkutan)



Gunakan pack yang hangat dan lembab ditempat tersebut.



Emboli gas yang dilakukan oleh Ajurkan ke tingkat asuhan yang tepat dan laparoskopi (sangat jarang terjadi)



mulailah resusitasi intensif, termasuk cairan intravena, resusitasi cardiopulmonary dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.



Rasa sakit pada lokasi pembedahan



Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan



Perdarahan superficial (tepi tepi Mengontrol kulit atau subkutan)



perdarahan



dan



berdasarkan apa yang ditemukan.



ASUHAN KEBIDANAN



obati



Pada Ny “B” Dengan Penggunaan Akseptor KB Tubektomi Di Rumah Sakit M. Yunus Bengkulu Tanggal pengkajian : 20 April 2020 Jam: 09.00 WIB I.



Langkah 1: Identifikasi Data Dasar A. Data Subjektif 1. Identitas Istri / Suami Nama



: Ny.B / Tn.Z



Umur



: 36 tahun / 37 tahun



Nikah



: 1 Kali



Suku



: Rejang / Rejang



Agama



: Islam / Islam



Pendidikan



: SMA / S1



Pekerjaan



: IRT /Wiraswasta



Alamat



: jalan hibrida 13 kota Bengkulu



2. Keluhan a.



Keluhan Utama: ibu mengatakan ingin menggunakan Aseptor KB



b.



Riwayat Keluhan: 1) Ibu mengatakan pernah menggunakan aseptor kb suntik



3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan yang lalu Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, DM dan penyakit lainnya. ibu tidak pernah menderita penyakit menular, ibu tidak pernah menderita penyakit menurun, tidak ada riwayat alergi dan ketergantungan obat-obatan. b. Riwayat Kesehatan Keluarga Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit serius seperti hipertensi, asma, diabetes melitus, kanker dan penyakit jantung.



c. Riwayat Menstruasi 1) Menarche



: 15 tahun



2) Siklus



: 28 hari



3) Lamanya



: 5 hari



4) Disminorhea : ada d. Riwayat Ginekologi Ibu tidak pernah mengalami Penyakit Menular Seksual (PMS) 4. Riwayat Obstetrik Ibu mempunyai 2 orang anak, anak pertama umur 15 tahun dan anak kedua umur 10 tahun. Ibu tidak pernah mengalami keguguran Anak 1 2



Tahun 2005



Kehamilan Aterm



2010



Aterm



Tempat KLINIK KLINIK



Jenis Spontan Spontan



JK Lk



Nifas Tdk ada



Pr



penyulit Tdk ada penyulit



5. Riwayat KB Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB Apapun setelah menikah 6. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar a. Makan



: 3x sehari



b. Minum



: 7-10 gelas/hari



c. Nafsu Makan



: Baik



d. Eliminasi 1) BAB



: 1-2 kali/hari



2) BAK



: 2-4 kali/hari



e. Personal Gygiene



: Baik



f. Istirahat: 1) Malam



: 6-7 jam/hari



2) Siang



: 2 jam/hari



7. Data Psikologi dan Spiritual Ibu merasa ia harus menggunakan aseptor kb tersebut dikarenakan ibu merasa gelisa jika dia hamil lagi, Pengambilan keputusan dalam keluarga dengan cara musyawarah, ibu dan suaminya bersama dalam mengambil keputusan untuk berKB, ibu berkeyakinan bahwa tidak ada larangan dalam agama untuk berKB, ibu menjalankan shalat 5 waktu sehari. B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum ibu : Baik b. Kesadaran



: Composmentis



c. Tanda-tanda vital: TD : 120/80 mmHg N



: 80 x/menit



P



: 20 x/menit



S



: 36,6 oC



d. BB : 60 kg e. Wajah Inspeksi



: Tidak pucat, tidak ada cloasma



Palpasi



: Tidak ada edema



f. Mata Inspeksi



: Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda,



sclera putih g. Mulut Inspeksi



: Bibir lembab, tidak pucat, gigi tampak bersih,



tidak ada caries.



h. Leher Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis



i. Payudara Inspeksi



: Simetris kiri dan kanan, putting susu terbentuk



Palpasi



: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan



j. Abdomen Inspeksi



: Tidak terdapat luka bekas operasi, tampak linea nigra dan



Palpasi



striae alba



: Tidak ada pembesaran uterus, tidak ada nyeri



tekan k. Ekstremitas Inspeksi



: Simetris kiri dan kanan, tidak ada varices



Palpasi



: Tidak ada edema



2. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tes kehamilan plano test (Negatif) II.



Langkah 2: Interpretasi data dasar Diagnosa: Akseptor baru KB tubektomi 1. Data Subjektif ibu



ingin



mengikuti



kontrasepsi



mantap



(tubektomi),



Ibu



mengatakan telah memiliki berapa orang anak



2. Data Ojektif Dalam hasil pemeriksaan, K/U Ibu baik, Berat badan :60 kg, TD :120/80 mmHg , N : 80 x/menit P : 20 x/menit S : 36,6 oC 3. Analisa dan interpretasi data a. MOW (Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut



dengan



sterilisasi.



MOW



merupakan



tindakan



penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2006) b. Tubektomi



adalah



prosedur



bedah



sukarela



untuk



menghentikan fertilitas atau kesuburan perempuan dengan



mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (Noviawati dan Sujiayatini, 2009) jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004). c. Ibu baru pertama kali menggunakan aseptor kb dan ibu memilih kontrasepsi mantap (tubektomi), sehingga ekspresi wajah ibu tampak cemas III. Langkah 3: Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial Tidak ada masalah potensial IV.



Langkah 4: Identifikasi kebutuhan segera Tidak ada indikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi



V.



Langkah 5: Intervensi Diagnosa



: Akseptor KB Tubektomi



Masalah Potensial



: tidak ada masalah potensial



1. Tujuan a.



Agar ibu tetap menjadi akseptor KB selama waktu yang ditentukan.



b.



Ibu dapat beradaptasi dengan aseptor KB Tubektomi



2. Kriteria a.



Keadaan umum ibu baik



b.



Tanda-tanda vital dalam batas normal



3. Rencana tindakan Tanggal 20 April 2020 pukul 09.00 WIB 1.    Lakukan KIE ( Konseling, Informasi, dan Edukasi ) tentang :



a. Pengertian kontrasepsi mantap ( Tubektomi ). Tubektomi ialah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang/ pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi.



b. Kekurangan dan kelebihan dari kontrasepsi mantap ( Tubektomi ). Kekurangan : 1)    Hampir tidak ada kekurangannya. 2)    Tidak melindungi dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS. 3)    Harus dipertimbangkan sifat permanen dari kontrasepsi ini. 4)    Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan. Kelebihan : 1)    Sangat efektif ( 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama setahun pertama penggunaan ). 2)    Tidak



mempengaruhi



proses



menyusui



karena



kontrasepsi ini tidak mengandung hormon. 3)    Tidak bergantung pada faktor senggama. 4)    Tidak ada efek samping dalam jangka panjang. 5)    Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius. Rasional  : Dengan informasi yang jelas dan edukatif dapat meyakinkan ibu untuk menjadi akseptor KB tanpa adanya rasa cemas dan takut. 2.    Observasi Keadaan Umum ibu. Rasional  : Keadaan umum ibu merupakan suatu indikator untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu. 3.    Kontrol tanda-tanda vital ibu. Rasional  : Kontrol tanda-tanda vital ibu utuk mengetahui keadaan ibu dalam batas normal. 4.    Beri support dan dukungan pada ibu. Rasional  : Support dan dukungan sangat membatu psikologis ibu dalam menghadapi operasi.



5.    Anjurkan ibu melakukan relaksasi dengan cara mengatur pernapasan. Rasional  : Dengan melakukan relaksasi akan mengurangi rasa takut dan cemas ibu. 6.    Lakukan informed concent. Rasional  : Persetujuan dari pasien dan keluarganya akan membantu terlaksananya operasi kontrasepsi mantap. 7.    Beri penjelasan tentang perawatan luka bekas operasi  pasca operasi. Rasional  : Dengan memberikan penjelasan tentang perawatan luka bekas operasi ibu dapat merawat lukanya agar terhindar dari infeksi. 8.    Anjurkan ibu untuk datang seminggu kemudian untuk memeriksakan luka bekas operasinya. Rasional  : Dengan menganjurkan ibu untuk datang seminggu kemudian untuk memeriksakan luka bekas operasinya akan membantu proses penyembuhan luka operasinya.



VI. Langkah 6: Implementasi Tindakan Tanggal : 20 April 2020



Jam : 09.00 WIB



1. Memberikan konseling tubektomi yaitu : d. Manfaat kontrasepsi -



Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)



-



Tidak mempengaruhi proses menyusui



-



Tidak bergantung pada factor senggama



-



Non Kontrasepsi



-



Berkurangnya risiko kanker ovarium



e. Keterbatasan -



Harus diperhitungkan sifat permanent metode ini



-



Resiko komplikasi kecil



-



Tidak melindungi diri dari IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS



f. Yang dapat menjalani tubektomi -



Usia > 26 tahun



-



Paritas > 2



-



Yakin



telah



mempunyai



besar



keluarga



sesuai



kehendaknya 2.      Memberikan informed consent sebagai persetujuan dari klien dan suami 3.      Menanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metoe kontrasepsi tubektomi 4.      Menyiapkan ibu menjelang yindakan operatif yaitu ; -



memasang infuse



-



memasang cateter tetap



-



melakukan skeren



5. Memberikan HE pada ibu pasca tindakan operatif : -



Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas normal secara bertahap



-



Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman.



-



Hindari mengangkat benda-benda berat dan kerja keras selama 1 minggu



-



Kalau sakit miinumlah 1 atau 2 tablet analgesic setiap 4-6 jam



-



Jadwalkanlah sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7-14 hari setelah pembedahan



-



Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu



VII.Langkah 7: Evaluasi Tanggal : 20 April 2020



Jam : 09.00 WIB



a) Ibu mengerti penjelasan dari dokter



b) Ibu mantap memilih metode kontrasepsi tubektomi c) Ibu berharap semoga operasinya berjalan lancar