KELOMPOK 6A - PAPER EKOLOGI WATERFRONT PANTAI TANJUNG BENOA-dikonversi [PDF]

Citation preview

EKOLOGI ARSITEKTUR PENGEMBANGAN LANDSCAPE SARANA WATERSPORT (Studi kasus : Pantai Tanjung Benoa)



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6 A



Dewa Made Dwika Krisnayana



(1805521111)



Yusuf Arsilah



(1905521024)



Rheyhan Naufi Widyadhana



(1905521035)



Marheindro Gilang Nugroho



(1905521036)



UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya kami dapat



menyelesaiakan



Makalah



yang



berjudul



“EKOLOGI



ARSITEKTUR



:



PENGEMBANGAN LANDSCAPE SARANA WATERSPORT (Studi kasus : Pantai Tanjung Benoa”. Walaupun beberapa hambatan yang kami alami selama proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat waktu.



Dan tidak luput kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing, yang telah ikut serta membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah. Kami mengucapkan terimakasih juga terhadap pihak narasumber yang sudah ikut memberi kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam proses makalah ini. Suatu hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat atas hasil dari makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini memberikan dampak baik dan berguna bagi kita semua. Kami pun menyadari di dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif untuk mencapai sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca.



Wonogiri, 2 Juni 2021



Penyusun



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2 DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3 BAB I .................................................................................................................................... 5 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 5 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 6 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 6 BAB II................................................................................................................................... 7 2.1 Kajian Waterfront ........................................................................................................ 7 2.1.1 Pengertian Waterfront ............................................................................................ 7 2.1.2 Karakteristik Waterfront ........................................................................................ 8 2.1.3 Jenis dan Fungsi Waterfront ................................................................................... 8 2.1.4 Tipologi Waterfront .............................................................................................. 10 2.1.5 Elemen Waterfront ............................................................................................... 13 2.2 Watersport ................................................................................................................. 14 2.2.1 Watersport Rekreasi ............................................................................................. 15 2.2.2 Persyaratan Watersport ........................................................................................ 16 2.2.3 Daya Tarik Wisata ................................................................................................ 17 2.3 Kajian Arsitektural Objek .......................................................................................... 17 2.3.1 Garis Sempadan Pantai......................................................................................... 17 2.3.2 Pembagian Daerah Zonasi..................................................................................... 18 2.3.3 Pengembangan Sarana dan Prasarana................................................................... 18 BAB III KONDISI FOKUS .................................................................................................. 20 3.1 Pantai Tanjung Benoa ................................................................................................. 20 3.1.1 Kondisi Eksisting .................................................................................................. 22 3.1.2 Permasalahan Site ................................................................................................ 23 BAB IV ............................................................................................................................... 25 4.1 Aksebilitas .................................................................................................................. 25 4.2 Citra dan Kenyamanan ............................................................................................... 28 4.3 Aktivitas dan Penggunaan ........................................................................................... 30 4.4 Sosialisasi ................................................................................................................... 31 4.5 Zona ........................................................................................................................... 32



BAB V ................................................................................................................................. 34 5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 34 5.2 Saran.......................................................................................................................... 34 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 35



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kawasan Waterfront adalah daerah tepian air baik itu tepi pantai, sungai, ataupun danau dimana terdapat kegiatan perdagangan, transportasi, interaksi sosial, hingga hiburan. Dari keberagaman fungsi kawasan perairan, maka waterfront sangat penting diperhatikan keberadaannya pada saat ini. Dengan adanya aktivitas aktivitas vital di dalamnya, kawasan waterfront menjadi kawasan yang diminati oleh masyarakat. Kawasan ini juga memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal, mulai dari segi view, suasana, lingkungan alam sebagai sarana wisata, hingga target investasi. Waterfront Development merupakan upaya mengembangkan wilayah perairan, dimana pengembangan ini meliputi fungsi perumahan, pelabuhan, perdagangan, industri, dan juga pariwisata. Pembangunan pada kawasan perairan haruslah berkonsep pada pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan nilai-nilai ekologi yang ada dan mengurangi dampakdampak yang ditimbulkan dari adanya perkembangan kawasan tersebut. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia no 21/Permen-KP/2018 tentang Tata Cara Penghitungan Batas Sempadan Pantai (pasal 1 ayat 2) ditentukan Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai, yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m (seratus meter) dari titik pasang tertinggi ke arah darat). Peraturan ini menjadi dasar pengembangan kawasan perairan berasas ekologi. Pantai Tanjung Benoa adalah salah satu destinasi favorit wisatawan yang berkunjung ke Bali. Jika ditinjau dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Tanjung Benoa yang meningkat tiap tahunnya (era sebelum pandemi), maka terciptalah berbagai aktivitas ekonomi dan sosial di dalamnya. Daya tarik dari Pantai Tanjung Benoa adalah viewnya yang eksotis dibarengi wahana air yang beraneka macam, hal ini tentunya dapat dikembangkan lebih luas lagi sehingga kawasan waterfront Tanjung Benoa dapat berkembang dari segi penataan kawasan hiburan, konservasi, perdagangan, dan residensial. Berkaitan dengan uraian di atas, penulis akan mengkaji pengembangan kawasan waterfront berdasarkan potensi Pantai Tanjung Benoa dengan berasaskan ekologi.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat dijabarkan, antara lain : 1. Apakah yang dimaksud dengan waterfront ? 2. Bagaimana cara memanfaatkan kondisi Pantai Tanjung Benoa sebagai potensi pengembangan waterfront ? 3. Bagaimana kriteria pengembangan potensi Pantai Tanjung Benoa dengan berlandaskan keseimbangan ekologi ?



1.3 Tujuan Penelitian Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui maksud waterfront secara umum 2. Untuk mengetahui cara memanfaatkan kondisi Pantai Tanjung Benoa ssebagai potensi oengembangan waterfront 3. Untuk mengetahui kriteria pengembangan potensi Pantai Tanjung Benoa dengan berlandaskan keseimbangan ekologi



1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan yaitu : 1. memberikan informasi mengenai waterfront sebagai salah satu bagian dari ilmu Arsitektur 2. Sebagai referensi mengenai pengembangn waterfront dalam pernacangan kawasan waterfront lain 3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa maupun masyarakat umum mengenai waterfront dan diharapkan dapat diaplikasikan pada perencanaan pengembangan waterfront sehingga tidak merusak kawasan waterfront itu sendiri.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Waterfront 2.1.1 Pengertian Waterfront Pengertian waterfront dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan. Sedangkan, urban waterfront mempunyai arti suatu lingkungan perkotaan yang berada di tepi atau dekat wilayah perairan, misalnya lokasi di area pelabuhan besar di kota metropolitan (Wreen, 1983). Dari kedua pengertian tersebut maka definisi waterfront adalah suatu daerah atau area yang terletak di dekat/berbatasan dengan kawasan perairan dimana terdapat satu atau beberapa kegiatan dan aktivitas pada area pertemuan tersebut. Selain itu terapat beberapa penjelasan mengenai pengertian waterfront, antara lain sebagai berikut : ● (Carr, 1992) Kawasan tepi air adalah area yang di batasi oleh air dari komunitasnya yang dalam pengembangannya mampu memasukkan nilai manusia, yaitu kebutuhan akan ruang publik dan nilai alami. ● (Echols, 2003) menyatakan waterfront merupakan daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air atau daerah pelabuhan. ● (Salim Peter, 1993) Tanah atau tepi sungai, pelabuhan atau tanah semacam itu di sebuah kota dengan dermaganya. ● (Breen, Ann, Rigby, dan Dick, 1994) The dynamic area of the cities and towns where land and water meet ● (Wrenn, 1983) Interface between land and water Di dunia, Waterfront city mulai populer pada tahun 1980, tepatnya saat terjadi revitalisasi untuk menata kembali kawasan industri yang berada di pesisir San Fransisco, Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri pengembangan waterfront sudah mulai diperhatikan pada era kolonial Belanda. Sejarah perkembangan kawasan waterfront di Indonesia pada masa lampau lebih banyak terjadi di kawasan-kawasan tepi pantai (Soetomo, 1992). Hali ini dapat dilihat pada kota-kota besar Indonesia



seperti Jakarta, Semarang, kota kota di sepanjang selat Malaka dsb. Seiring berkembangnya zaman banyak kawasan lain yang dibangun dengan dekat dengan perairan seperti pelabuhan sebagai penghubung yang memberikan interaksi yang seimbang antara alam, manusia, dan bangunan. 2.1.2 Karakteristik Waterfront Pengembangan dari kawasan waterfront agar memperoleh hasil yang maksimal haruslah melihat keadaaan dari suatu kawasan tersebut yang dapat di definisikan sebagai karakeristik waterfront. Beberapa karakteristik yang patut dipertimbangkan untuk mencapai kesuksesan dalam penataan kawasan tepi air adalah : ● Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau, sungai, dsb) ● Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, pemukiman, atau pariwisata ● Prasarana transportasi air dan sumber irigasi ● Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan ● Sensitif terhadap pencemaran akibat kegiatan manusi (sampah dan limbah) ● Sub kawasan pengembangan fasilitas primer (alokasi penggunaan ruang dengan konsentrasi kegiatan tinggi ● Fungsi kawasan sebagai tempat : komersial, budaya dan pendidikan, historic, pemukiman, wisata, transportasi, dan pertahanan keamanan 2.1.3 Jenis dan Fungsi Waterfront Jenis-Jenis Waterfront Berdasarkan tipe proyeknya, waterfront dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu konservasi, redevelopment (pembangunan kembali), dan pengembangan (development) yang diacu dalam Rahman (2006:3). Adapun penjelasan dari masing-masing bagian sebagai berikut: ● Konservasi. Konservasi merupakan penataan waterfront lama yang masih hingga saat ini dan melestarikannya agar tetap dapat dinikmati oleh masyarakat kini hingga nanti. Sehingga dalam perancangan conservation waterfront, faktor lingkungan menjadi aspek penentu dalam perancangannya.



● Redevelopment. Redevelopment merupakan upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi dari waterfront yang lama dengan membangun kembali fasilitas-fasilits pendukung dari aktivitas waterfront ini agar kawasan waterfront ini dapat dinikmati untuk kepentingan masyarakat. ● Development. Development merupakan usaha yang dilakukan untuk menciptakan sebuah waterfront agar dapat memenuhi kebutuhan kota dengan cara mereklamasi daerah pantai atau perairan sejenisnya. Sedangkan jika dilihat berdasarkan fungsinya, waterfront dapat dibedakan menjadi 4 jenis yang diperkenalkan oleh Breen dalam Rahman (2006:2) yaitu mixedused waterfront, recreational waterfront, residential waterfront, dan working waterfront. Adapun penjelasannya dari masing-masing bagian sebagai berikut : ● Mixed-used waterfront Kombinasi atau campuran dari perumahan, perkantoran, restoran dan aktivitas-aktivitas perkotaan lainnya yang terletak berbatasan dengan tepi kawasan perairan. ● Recreational waterfront Area waterfront yang digunakan untuk sarana rekreasi seperti area bermain, fasilitas olahraga air, food court dan lain sebagainya. ● Residential waterfront Kawasan apartemen, dan resort yang dibangun di pinggir perairan. ● Working waterfront Kawasan waterfront yang berfungsi sebagai tempat penangkapan ikan, resparasi kapal pesiar, industri berat dan fungsi pelabuhan.



2.1.4 Tipologi Waterfront Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian dan pengembangan permukiman pada tahun 1995-2000 melihat bahwa struktur peruntukkan kawasan kota pantai atau kota tepi air dapat diarahkan pada 7 (tujuh) pengembangan, yaitu : ● Kawasan Komersial (Commercial Waterfront) Adapun kriteria pokok pengembangan kawasan komersial di kota pantai adalah : a. Harus mampu menarik pengunjung yang akan memanfaatkan potensi kawasan pantai sebagai tempat bekerja, belanja maupun rekreasi (wisata) b. Kegiatan diciptakan tetap menarik dan nyaman untuk dikunjungi (dinamis) c. Bangunan harus mencirikan keunikan budaya setempat dan merupakan sarana bersosialisasi dan berusaha (komersial) d. Mempertahankan keberadaan golongan ekonomi lemah melalui pemberian subsidi. e. Keindahan bentuk fisik (profil tepi pantai) kawasan pantai diangkat sebagai faktor penarik bagi kegiatan ekonomi, sosial-budaya, dll.



● Kawasan Budaya, Pendidikan dan Lingkungan Hidup (Cultural, Education, dan Environmental Waterfront) Kriteria pokok pengembangannya adalah : a. Memanfaatkan potensi alam pantai untuk kegiatan penelitian, budaya dan konservasi. b. Menekankan pada kebersihan badan air dan suplai air bersih yang tidak hanya untuk kepentingan kesehatan saja tetapi juga untuk menarik investor. c. Diarahkan untuk menyadarkan dan mendidik masyarakat tentang kekayaan alam tepi pantai yang perlu dilestarikan dan diteliti. d. Keberadaan budaya masyarakat harus dilestarikan dan dipadukan dengan pengelolaan lingkungan didukung kesadaran melindungi atau mempertahankan keutuhan fisik badan air untuk dinikmati dan dijadikan sebagai wahana



pendidikan (keberadaan keragaman biota laut, profil pantai, dasar laut, mangrove, dll. e. Perlu ditunjang oleh program-program pemanfaatan ruang kawasan, seperti penyediaan sarana untuk upacara ritual keagaman, sarana pusatpusat penelitian yang berhubungan dengan spesifikasi kawasan tersebut, dll. f.



Perlu upaya pengaturan/pengendalian fungsi dan kemanfaatan air/badan air.



● Kawasan Peninggalan Bersejarah (Historical/Herritage Waterfront) Kriteria pokok pengembangannya adalah : a. Pelestarian peninggalan-peninggalan bersejarah (landscape, situs, bangunan dll) dan/atau merehabilitasinya untuk penggunaan berbeda (modern); b. Pengendalian pengembangan baru yang kontradiktif dengan pembangunan yang sudah ada guna mempertahankan karakter (ciri) kota; c. Program-program pemanfaatan ruang kawasan ini dapat berupa pengamanan pantai dengan pemecah gelombang untuk mencegah terjadinya abrasi (melindungi bangunan bersejarah di tepi pantai), pembangunan tanggul, polder dan pompanisasi untuk menghindari terjadinya genangan pada bangunan bersejarah, dll. ● Kawasan Wisata/Rekreasi (Recreational Waterfront) Kriteria pokok pengembangan kawasan rekreasi/wisata di kota pantai adalah : a. Memanfaatkan kondisi fisik pantai untuk kegiatan rekreasi (indoor atau outdoor). b. Pembangunan diarahkan di sepanjang badan air dengan tetap mempertahankan keberadaan ruang terbuka. c. Perbedaan budaya dan geografi diarahkan untuk menunjang kegiatan pariwisata, terutama pariwisata perairan. d. Kekhasan arsitektur lokal dapat dimanfaatkan secara komersial guna menarik pengunjung. e. Pemanfaatan kondisi fisik pantai untuk kegiatan rekreasi/wisata pantai. ● Kawasan Permukiman (Residential Waterfront)



Kriteria pokok pengembangan kawasan permukiman di kota pantai adalah : a. Perlu keselarasan pembangunan untuk kepentingan pribadi (private) dan umum. b. Perlu memperhatikan tata air, budaya lokal serta kepentingan umum. c. Pengembangan kawasan permukiman dapat dibedakan atas kawasan permukiman penduduk asli dan kawasan permukiman baru. d. Pada permukiman/perumahan nelayan harus dilakukan upaya penataan dan perbaikan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kawasan. Penempatan perumahan nelayan baru hendaknya disesuaikan dengan potensi sumber daya sekitar dan “market” hasil budidaya perikanan. e. Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan permukiman penduduk asli (lama) antara lain: revitalisasi/penataan bangunan, penyediaan utilitas, penanganan sarana air bersih, air limbah dan persampahan, penyediaan dermaga perahu, serta pemeliharaan drainase. f. Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan permukiman baru antara lain : penataan bangunan dengan memberi ruang untuk public access ke badan air, pengaturan pengambilan air tanah, reklamasi, pengaturan batas sempadan dari badan air, program penghijauan sempadan, dll. ● Kawasan Pelabuhan dan Transportasi (Working and Transportation Waterfront) Kriteria pokok pengembangannya adalah : a. Pemanfaatan potensi pantai untuk kegiatan transportasi, pergudangan dan industri. b. Pengembangan kawasan diutamakan untuk menunjang program ekonomi kota (negara) dengan memanfaatkan kemudahan transportasi air dan darat. c. Pembangunan kegiatan industri harus tetap mempertahankan kelestarian lingkungan hidup. d. Program pemanfaatan ruang yang dapat diterapkan : pembangunan dermaga, sarana penunjang pelabuhan (pergudangan), pengadaan fasilitas transportasi, dll. ● Kawasan Pertahanan dan Keamanan (Defence Waterfront) Kriteria pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan di kota pantai :



a. Dipersiapkan



khusus



untuk



kepentingan



pertahanan



dan



keamanan



bangsanegara; b. Perlu dikendalikan untuk alasan hankam dengan dasar peraturan khusus; c. Pengaturan tata guna lahan (land-use) untuk kebutuhan dan misi hankam negara. 2.1.5 Elemen Waterfront Elemen merupakan bagian dasar yang membentuk satu kesatuan, dalam konteks waterfront elemen menjadi dasar pembentuk dari waterfront. Beberapa elemen tersebut adalah sebagai berikut : ● Pesisir Pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat, meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air dan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin (Syahrin 2012:75). Wilayah ini sering digunakan sebagai tempat untuk bersantai, seperti duduk hingga berjemur dan dikelilingi oleh pemandangan perairan. ● Promenade atau Esplanade Promenade atau Esplanade merupakan area perkerasan di tepian air yang digunakan untuk pejalan kaki maupun berkendara (kendaraan tidak bermotor). Perbedaan dari keduanya, jika promenade area perkerasannya hanya sedikit lebih tinggi di atas permukaan air, sedangkan esplanade area perkerasannya lebih tinggi di atas permukaan air seperti balkon. ● Dermaga Dermaga merupakan tempat kapal atau perahu untuk bersandar atau menepi yang memiliki fungsi sebagai jalan di atas air untuk menghubungkan daratan dengan kapal maupun perahu. ● Jemabatan Jembatan merupakan suatu penghubung dua bagian daratan yang terpotong oleh adanya perairan maupun sungai. Suatu jembatan dapat mengekspresikan misi arsitektural tertentu. ● Pulau buatan atau bangunan air



Pulau buatan atau bangunan air dibangun untuk memenuhi kesan unsur air pada kawasan tersebut. Elemen ini dapat terhubung oleh sebuah jembatan atau terpisah langsung dari daratan. ● Ruang terbuka (urban space) Ruang terbuka sebagai bagian dari elemen Waterfront dapat dibuat dalam bentuk taman maupun plaza, yang merupakan ruang bersama di kawasan tepian air. ● Aktivitas Selain elemen-elemen tempat yang telah disebutkan sebelumnya, ruangruang tersebut tak akan lengkap apabila tidak mewadahi suatu aktivitas. Aktivitas dalam kawasan-kawasan tersebut berguna untuk menghidupi, meramaikan, dan memberikan ciri khas. Beberapa contoh aktivitas tersebut diantaranya ialah floating market, marketplace, atau event-event lainnya. 2.2 Watersport Watersport merupakan salah satu jenis olahraga yang berkaitan dengan penggunaan unsur air dalam skala besar. Seperti dalam penamaannya, watersport terbagi atas dua kata yaitu ‘water’ yang berarti air, dan ‘sport’ yang berarti olahraga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, olahraga merupakan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Olahraga air adalah kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan dengan diri sendiri atau perjuangan dengan orang lain serta konfrontasi dengan unsur alam dalam hal ini adalah air sebagai elemen utama. Berdasarkan tujuannya, terdapat klasifikasi watersport menurut Kusmaedi (2004:4) yaitu :



Gambar 2.1 Klasifikasi Watersport (sumber : Kusmadi N (2002:4) Gambar diatas mewakili garis besar klasifikasi watersport yang berdasar pada tujuannya. Proporsi-porporsi tersebut mewakili tujuan dari watersport. Porporsi yang paling kiri merupakan proporsi bermain yang paling tinggi, sedangkan yang paling kanan merupakan proporsi kerja paling tinggi. Proporsi bermain berbanding lurus dengan nilai rekreatif suatu olahraga. Olahraga kesehatan terletak pada posisi tengah. Olahraga kesehatan yang bersifat preventif sering dikombinasi dengan unsur bermain, sementara untuk olahraga kesehatan yang bersifat promotif atau rehabilitatif lebih mengutamakan hasil akhir. Berbeda dengan tujuan olahraga yang lain, pada klasifikasi olahraga mata pencaharian mengutamakan pada hasil akhir berupa uang atau material. 2.2.1 Watersport Rekreasi Water Sport Rekreasi merupakan watersport yang mencakup kegiatan pengisi waktu luang yang melibatkan fisik, mental/emosi, dan sosial yang mengandung sifat pemulihan kembali kondisi seseorang dari segala beban yang timbul akibat kegiatan sehari-hari dan dilaksanakan dengan kesadaran sendiri. Dalam perkembangannya di kalangan masyarakat terdapat istilah baru dalam olahraga rekreasi/wisata bahari (selam, dayung, layar, ski air, selancar air) yang



menjadikan olahraga rekreasi semakin bervariatif, tidak menutup kemungkinan kedepannya jenis olahraga rekreasi semakin berkembang. a) Olahraga rekreasi di laut yaitu: layar, selam, ski air, dayung, dan renang. b) Olahraga rekreasi di danau yaitu: dayung, jet ski, dan renang. c) Olahraga rekreadi di sungai yaitu: arung jeram, dan kano. d) Olahraga rekreasi di kolam yaitu: renang, loncat indah, dan polo air 2.2.2 Persyaratan Watersport Persyaratan Lokasi Olahraga Water Sport Olahraga yang disediakan pada fasilitas water sport berupa kegiatan yang dilakukan di laut lepas dan kegiatan pendukung yang dilakukan di dalam ruangan, berikut persyaratan lokasi untuk kedua jenis kegiatan : 1. Kegiatan olahraga air di dalam ruangan: a) Terdapat lahan datar untuk kolam dengan luasan tipe yang akan dipilih. b) Lingkungan mampu mendukung kebutuhan utilitas yang diperlukan untuk aktivitas kolam. c) Hubungan lalu lintas baik. d) Jendela utama depan menghadap selatan-barat. 2. Kegiatan olahraga di laut: a) Merupakan laut dangkal dengan dalam 1,25 (minimal) sampai 4 (maksimal). b) Memiliki kontur bawah laut yang relatif sama pada raidus 50 m dengan pertimbangan sirkulasi dari jet penarik wahana. c) Keadaan bawah laut tidak tediri dari karang laut yang membahayakan pengguna.



d) Cuaca saat mendukung untuk melakukan aktivitas olahraga, tidak terjadi angin kencang dan ombak melebihi 2 m. e) Akses yang mudah menuju pantai atau daratan. f)



Pemantauan mudah dari daratan



2.2.3 Daya Tarik Wisata Daya Tarik watersport itu sendiri terdapa pada penyediaan banyak pilihan permainan serta harga wahana sangat murah. Tidak hanya water sport, wahana permainan lainnya yang tersedia seperti parasailing, jet ski, banana boat, fly fish, snorkeling dan wisata ke pulau penyu. Selain menikmati keindahan laut, juga memberikan sensasi untuk mencoba berbagai permainan yang unik. 2.3 Kajian Arsitektural Objek 2.3.1 Garis Sempadan Pantai Berhubungan dengan diberkannya wewenang atas penentuan garis sempadan pantai sesuia dengan peerintah daerah masing-masing, wewenang tersebut termasuk menentukan garis sesuai dengan kondisi fisik pantai masing-masing daerah. Namun melalui Kepres no 32 tahun 1990, pemerintah pusat telah menentukan kawasan sempadan pantai dengan jarak 100 meter dari pantai pada waktu pasang tertinggi, sebagai pedoman pemerintah daerah terutama di tingkat II. (Sugito & Sugandi,2016)



Gambar 2. Peraturan Pembangunan dan Garis Sempadan Pantai



2.3.2 Pembagian Daerah Zonasi Berdasarkan peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2004 tentang pedoman umum pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil, terdapat 3 jenis zonasi dalam pengembangannya, anatara lain : ● Zona Intensif Zona intensif adalah zona yang dirancang untuk dapat menerima kunjungan dan tingkat kegiatan yang tinggi. Zona ini memberikan ruang yang luas untuk kegiatan dan kenyamanan pengunjung. Dalam zona ini dikembangkan lagi meliputi sarana dan prasarana fisik untuk menunjang pariwisata dengan luasan