Kelompok U - Prosman [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR MODUL I PERENCANAAN PROSES



Disusun Oleh : Nama Praktikan



: 1. Regina Nurhaliza



(3333220048)



2. Anindito Adiyojati



(3333220052)



3. Arvin Al Ghaffar A.



(3333220056)



4. Faizal Ilham Mashudi



(3333220071)



5. Ananta Kosasih



(3333220112)



6. M. Ramzy Kamal



(3333220117)



Kelompok



:U



Asisten



: Rayhan Dimasz Priambada



(L1100110)



LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON-BANTEN 2023



DAFTAR ISI



Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masala 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Batasan Masalah 1.5 Sistematika Penulisan



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Proses 2.2 Gambar Teknik 2.3 Bill of Material 2.4 Struktur Produk 2.4.1



Struktur Produk Implode



2.4.2



Struktur Produk Explode



2.5 Urutan Proses (Routing) 2.6 Diagram Aliran BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1 Flowchart Penelitian Umum 3.2 Deskripsi Flowchart Penelitian Umum BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data



BAB V



4.1.1



Gambar Produk Desk Lamp



4.1.2



Bill of Material Produk Desk Lamp



4.1.3



Struktur Produk Desk Lamp



ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Produk Desk Lamp 5.2 Analisa Bill of Material Produk Desk Lamp 5.3 Analisa Struktur Produk Desk Lamp



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Pendahuluan Laboratorium Sistem Produksi atau yang sering disebut dengan LsiPro adalah salah satu laboratorium Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon, Banten, yang mendedikasikan serta mengembangkan keilmuan Teknik Industri di bidang Sistem Produksi dan Manufaktur. Dalm lab ini banya kegiatan yang berkaitan dengan produksi serta manufaktur. Salah satu Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah produk desk lamp furniture. Produk ini merupakan salah satu hasil dari sebuah rencana proses. Untuk dapat memproduksinya, akan diuraikan dengan lengkap berbagai tahap perencanaan proses sampai pembuatannya, sehingga dapat menghasilkan produk jadi. Perencanaan proses sendiri merupakan kegiatan pengambilan keputusan (decision making) terkait strategi perancangan sebuah barang atau produk, mulai dari bentuk barang, jenis bahan, ukuran, jumlah, hingga jenis barang yang ingin diproduksi. Dengan menentukan perencanaan proses pada sistem produksi, produk yang ingin dihasilkan akan menjadi satu kesatuan yang utuh, baik dari segi komponen maupun perakitan. 1.2 Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Komponen apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan produk desk lamp? 2. Proses apa saja yang dibutuhkan dalam pengerjaan produk desk lamp? 3. Bagaimana urutan proses perakitan pada produk desk lamp? 1.3 Tujuan Penelitian



Berdasarkan



masalah



yang



telah



dirumuskan



sebelumnya,



tujuan



dilakukannya penelitian ini : 1. Mengetahui komponen apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan produk desk lamp 2. Mengetahui proses apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan produk desk lamp 3. Mengetahui urutan proses perakitan produk desk lamp 1.4 Batasan Masalah Adapun keterbatasan masalah yang ada pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin yang terdapat ada PT LSIP 2. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui proses pemesinan dalam pembuatan produk desk lamp 1.5 Sistematika Penulisan Adapun rincian tiap bab yang ada di laporan perencanaan proses ini dijabarkan pada poin-poin berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum dan latar belakang PT LSiP, kemudian definisi dari perencanaan proses dan tujuan dari proses pembuatan produk desk lamp. Dijabarkan juga rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, serta sistematika penulisa pada bagin ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di bab ini dijabarkan secara lengkap dan rinci terkait materi modul 1, yaitu definisi, fungsi, dan contoh dari perencanaan proses, gambar teknik, bill of material, struktur produk, urutan proses atau routing, dan diagram aliran.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diberikan gambaran flowchart dalam perencanaan proses disertai dengan penjelasan lengkap mengenai flowchart tersebut guna menggambarkan informasi secara singkat namun terperinci. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Di bab 4 disajikan hasil pengumpulan dan pengolahan data untuk proses pembuatan produk desk lamp berupa gambar dari setiap komponen dengan penjelasan lengkapnya. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan gambar beserta analisa gambar dari produk desk lamp, disertai dengan penjabaran dan analisa bill of materials juga struktur produk. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Di bab ini dijabarkan kesimpulan secara keseluruhan dan garis besar terkait penelitian perencanaan proses serta saran yang diberikan praktikan terhadap perkembangan praktikum proses manufaktur untuk ke depannya.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Perencanaan Proses Dalam setiap kegiatan manufaktur, sebuah bahan mentah akan diolah menjadi bahan jadi, sehingga dapat menghasilkan nilai gunanya tersendiri. Proses perubahan bahan baku menjadi suatu produk dapat didefinisikan sebagai manufaktur, yang mana dalam prosesnya memerlukan perencanaan dan perancangan strategi yang matang. Proses merubah bahan baku menjadi suatu produk ini meliputi (1) perancangan produk, (2) pemilihan material, dan (3) tahap-tahap proses dimana produk tersebut dibuat (Supriyanto, 2017). Dengan kata lain, proses pembuatan produk pada manufaktur akan melibatkan berbagai macam bahan baku yang melalui beberapa proses, mesin dan operasi, dan mengikuti perencanaan yang terorganisasi dengan baik untuk setiap kegiatan yang diperlukan. Berbagai macam proses inilah yang nantinya akan diputuskan pada tahap perencanaan proses. Perencanaan proses produksi manufaktur berisi rangkaian produksi dan prosedur dalam pembuatan produk. Kualitas dan kuantitas output atau produk yang dihasilkan tergantung dari sistem produksi yang diterapkan, yang mana sistem ini akan ditentukan pada tahap perencanaan proses. Apabila sistem produksi yang diterapkan sesuai dengan perencanaannya, maka output atau produk yang diinginkan pun dapat tercapai dengan baik (Eprida & Ninny, 2017). Dalam hal ini, bahan baku akan menjadi modal utama yang paling penting untuk diperhatikan kualitasnya agar suatu perusahaan dapat melakukan pembuatan atau merencanakan pembelian bahan baku guna mengendalikan biaya. Untuk memaksimalkan perencanaan proses, sebuah perusahaan memerlukan suatu metode yang dapat menangani permasalahan bahan baku, salah satunya adalah metode MRP (Material Requirement Plan) atau perencanaan kebutuhan



material. Metode ini dapat berfungsi untuk menghitung kebutuhan bahan baku yang bersifat dependent terhadap hasil akhir sebuah produk jadi, sehingga perusahaan dapat merencanakan salah satu kebutuhan item-item bahan baku dengan memutuskan kapan waktu dan berapa jumlah pemesanan bahan baku (Eprida & Ninny, 2017). Ketika perencanaan proses telah selesai dan komponen yang dibutuhkan siap, bahan-bahan baku tersebut selanjutnya bisa langsung diolah ke dalam bentuk urutan proses atau biasa disebut dengan routing. 2.2 Gambar Teknik Gambar Teknik sering digunakan oleh para engineer sebagai media komunikasi. Menggambar teknik adalah suatu pekerjaan dengan membuat gambar-gambar teknik yang menunjukkan ukuran dan bentuk dari suatu produk atau konstruksi dengan aturan dan ketentuan yang sesuai dengan standar di atas kertas gambar. Standar yang digunakan sebagai penunjang gambar teknik di penelitian ini adalah standar ISO (International Organisation for Standarisation) (Abryandoko, 2020). Gambar teknik merupakan dasar bagi setiap desain, penelitian, dan dasar membuat sebuah produk. Penguasaan gambar teknik akan membantu perusahaan atau pekerja dalam menyelesaikan perencanaan proses pembuatan produk supaya memiliki gambaran atau garis besar dari bentuk dan tampakan dari produk yang akan dibuat. Peran gambar teknik dalam industri manufaktur sangatlah penting karena gambar teknik digunakan untuk menunjukan rencana sebuah objek yang akan dibangun atau dipasang. Selain digunakan untuk merencanakan gambar juga digunkan untuk sarana pengawetan yang berfungsi untuk menyuplai bagianbagian produk untuk perbaikan atau untuk diperbaiki (Arifin & Amri, 2017).



Gambar 2.1 Gambar Teknik (Sumber : Arudam, 2022)



2.3 Bill of Material (BOM) Tahap perencanaan bahan baku yang akan dijadikan sebagai produk jadi melewati 3 tahap utama, yaitu penyimpanan raw material di warehouse, proses perubahan raw material menjadi finish goods di area produksi, dan penyimpanan finish goods untuk dikirim ke customer. Dalam hal ini, pemilihan bahan baku mentah melibakan peran Bill of Material (BOM). BOM dirancang untuk memuat semua perubahan bentuk sehingga mempermudah dalam penghitungan kebutuhan raw material dan pelacakan pergerakan material (material movement) (Nurina, 2018). Bill Of Material (BOM) juga digunakan untuk Material Requirement Planning (MRP) dengan daftar komponen yang lengkap, formal, dan terstruktur yang mencantumkan keanggotaan hierarkis dan hubungan kuantitas dari bahan baku ke bagian, komponen hingga produk akhir. Salah satu masalah yang sering dialami perusahaan manufaktur adalah ketidaksesuaian BOM. Ketidakcocokan BOM menyebabkan masalah seperti terlambatnya pengadaan material untuk produksi, ketidaksesuaian inventaris, pengikisan material berlebih yang biasanya dihadapi oleh perusahaan produk, khususnya perusahaan yang menerapkan perakitan produk yang disesuaikan. Oleh karena itu, perancangan BOM haruslah sesuai dengan kesanggupan dan kebutuhan perusahaan. Untuk menentukan jenis bahan baku beserta komponennya pada BOM, dapat memutuskan apakah bahan tersebut termasuk ke dalam golongan independent demand atau dependent demand. Dependent demand, penggunaan dalam perencanaan kebutuhan bahan diperuntukkan bagi perakitan produk. Independent



demand adalah penggunaan dalam perencanaan kebutuhan bahan diperuntukkan bagi non-perakitan produk (Kurnianto, 2014).



Gambar 2.2 Bill of Material (BOM) (Sumber : Sugi, 2021)



BOM dibuat berdasarkan bahan atau item yang dibutuhkan untuk segala proses produksi maupun manufaktur perusahaan. Untuk membuat BOM, biasanya terdapat beberapa komponen pada tabel : a. Part Number (nomor part), yaitu kepala tabel yang menunjukkan kode nomor atau urutan bahan yang dibutuhkan b. Description, yaitu penjelasan atau keterangan terkait item c. Quantity for Each Assembly, yaitu kuantitas atau jumlah untuk tiap item d. Unit of Measure, satuan ukuran untuk bahan-bahan yang dibutuhkan e. Decision, kepala tabel yang memberi penjelas apakah item tersebut ingin dibeli atau diproduksi sendiri 2.4 Struktur Produk Bill of Material (BOM) dan struktur produk saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Hal ini dikarenakan pembuatan BOM pada dasarnya berdasarkan struktur produk yang telah dirancang. Struktur produk dibuat dengan menggunakan tabel penjabaran yang memberikan informasi atau data : a. Level tiap komponen, yaitu level 0, 1, 2, dan seterusnya b. Jumlah kebutuhan untuk setiap komponen



c. Keterangan terkait sumber komponen, apakah berasal dari pihak luar atau dibuat oleh perusahaan sendiri Struktur produk adalah uraian mengenai jumlah komponen, sub-komponen, suku cadang, hingga bahan baku yang digunakan untuk membuat satu unit produk (Kurnianto, 2014). Setiap jenis produk yang akan dihasilkan memiliki BOM masing-masing dengan beberapa suku cadang, sub-komponen atau komponen, sehingga untuk perencanaan produksi harus dipadukan antar jenis lainnya. Selain itu, struktur produk juga menjelaskan detail komponen sub-assembling untuk jenis, jumlah dan spesifikasinya yang dibedakan dengan sistem peringkat atau level. Produk akhir atau produk jadi yang kita inginkan termasuk ke dalam level 0, sedangkan untuk level-level selanjutnya merupakan komponen-komponen atau sub-komponen dari produk jadi tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah contoh dari struktur produk secara umum.



Gambar 2.3 Struktur Produk (Sumber : Faried, 2012)



Berdasarkan gambar di atas, jemuran handuk masuk ke dalam golongan level 0 karena merupakan produk jadi atau jenis produk yang ingin dibuat. Memasuki level 1, terdapat beberapa komponen bagian yang menyusun jemuran handuk, seperti perakitan 4, 5, dan penyangga. Di level 2, perakitan kelima diturunkan lagi menjadi beberapa sub-komponen, salah satunya adalah sekrup dan pengganjal. Beberapa item ini selanjutnya akan terus terbagi-bagi menjadi beberapa subkomponen paling kecil, sehingga jika item satu dengan yang lain saling disatukan akan membentuk produk jadi yang utuh. Struktur produk berfungsi sebagai pemberi informasi terkait hubungan antar komponen dalam proses perakitan. Tujuan pengadaan dari struktur produk sendiri



agar sebuah perusahaan dapat memiliki persediaan item atau bahan baku komponen yang saling berkesinambungan dan dapat menjaga hubungan yang baik dengan pemasok (supplier) (Limbong, 2013). Informasi struktur produk di sebuah perusahaan merupakan salah satu masukan atau tindakan dalam MRP (Material Requirement Planning), sama halnya seperti BOM. Struktur produk akan menunjukkan informasi berupa bahan baku yang nantinya akan dikonversi menjadi beberapa komponen atau sub-komponen fabrikasi yang kemudian akan digabung bersama supaya dapat membentuk subassemblies. Sub-assemblies ini nantinya yang akan terbentuk menjadi produk akhir. Tujuan lain dari struktur produk untuk sebuah proses manufaktur perusahaan : a. Mengetahui jumlah item atau barang penyusun suatu produk jadi b. Memberikan informasi rinci terkait komponen apa saja yang dibutuhkan 2.4.1 Struktur Produk Implode Berdasarkan cara penyusunannya, struktur produk dibagi menjadi 2, yaitu struktur produk implode dan struktur produk explode. Sama seperti sebutannya, struktur produk implode merupakan informasi mengenai detail komponen tiap produk dengan mengelompokkannya dari yang lebih spesifik ke yang lebih umum, dalam artian level 0 berada di bawah. Jadi, struktur ini termasuk ke dalam teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari komponen sampai induk atau level diatas.Dengan kata lain, komponen yang paling kecil dan spesifik akan dicantumkan paling awal struktur, baru kemudian produk jadi yang ingin dihasilkan berada paling akhir struktur bagian. 2.4.2 Struktur Produk Explode Berkebalikan dengan struktur produk implotion, explotion memiliki arti bahwa struktur ini menunjukkan teknik penguraian komponen produk yang dimulai dari urutan induk sampai kepada komponen level paling bawah. Dengan demikian, level 0 (produk jadi atau produk akhir) dicantumkan paling akhir.



Teknik penguraian komponen ini paling sering digunakan oleh perusahaan karena lebih mudah dalam pengurutan serta penyusunan item yang dibutuhkan.



Gambar 2.4 Struktur Produk Explode (Sumber : Khoiri, 2020)



2.5 Urutan Proses (Routing) Setelah merencanakan produk apa yang akan dibuat, bahan baku yang dibutuhkan serta berapa jumlahnya, berapa biaya yang diperlukan, total tenaga kerja, waktu produksi, dan mesin yang diperlukan untuk sampai bisa membuat produk akhir, semua gambaran perencanaan itu nantinya akan berlanjut ke tahap berikutnya, yaitu urutan proses atau routing production. Routing production merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum memasuki kegiatan produksi, yaitu dengan mengidentifikasi atau menentukan urutan proses pada mesin atau peralatan, proses dan operasi yang sesuai dengan kebutuhan dan efisiensi (Rustiana, 2018). Urutan proses sangat penting dalam proses produksi perusahaan karena dapat memberikan informasi mengenai jalannya proses produksi dari berbagai komponen dengan menggunakan pola peta proses. Bentuk penyajian dari routing production ini biasanya dinamakan dengan Routing Sheet. Urutan proses produksi ini juga bermanfaat untuk membantu perusahaan dalam melakukan pengawasan produksi, serta melakukan penentuan mutu produk yang dibuat, sehingga dapat mengetahui waktu efisien dan efektif yang diperlukan untuk membuat produk akhir. Beberapa komponen penting yang harus ada pada urutan proses : a. b. c. d. e.



Nomor dan nama komponen Nomor gambar kerja dari komponen Jenis operasi kerja dan keterangan nomor Nama mesin atau alat produksi yang digunakan Waktu standar yang dibutuhkan untuk masing-masing sistem operasi produksi



Gambar 2.5 Urutan Proses (Routing) (Sumber : Wignjosoebroto, 2009)



Routing production juga dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk menghitung seberapa banyak jumlah mesin yang dibutuhkan untuk membuat produk akhir, serta menghitung jumlah part yang perlu disiapkan dalam menghasilkan beberapa produk jadi yang perusahaan inginkan. Berdasarkan contoh gambar di atas, sistem produksi dan manufaktur dapat menyimpulkan apa saja langkah-langkah operasi yang diperlukan untuk mengonversi bahan baku mentah menjadi produk jadi. Target yang diharapkan dapat tercapai dengan membuat urutan proses produksi adalah produk yang dikehendaki memiliki kualitas baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pemilihan sistem dan operasi yang dilakukan pada proses produksi akan sangat menentukan kualitas dari produk akhir tersebut. Oleh karena itu, biasanya di dalam urutan proses ditemukan beberapa alternatif proses lain yang melibatkan mesin atau sistem berbeda, tetapi dengan hasil akhir produk yang sama. Dengan membuat urutan proses produksi, sebuah perusahaan akan lebih mengetahui akan ke mana saja atau melalui alur mana sajakah bahan baku mentah akan diolah menjadi produk jadi. Selain itu, urutan proses juga melibatkan beberapa komponen pada produksi : a.



Lebih memperhatikan sumber daya yang dilibatkan, seperti tenaga kerja, mesin, dan bahan



b.



Ke mana bahan baku mentah akan diolah atau diproses?



c.



Berapa sistem operasi yang diperlukan?



d.



Jumlah tenaga kerja dan alternatif yang dibutuhkan pada proses produksi



Setiap tahapan pada urutan proses ditentukan berdasarkan pengaturan waktu juga untuk mengukur durasi setiap tahap produksi. Dalam hal ini, urutan proses produksi menjadi rutinitas manufaktur yang memberikan informasi urutan kerja dan proses operasional dalam perusahaan (Supriyanto, 2016). 2.6 Diagram Aliran Dalam melaksanakan kegiatan proses produksi, diperlukan sebuah cara atau metode untuk meningkatkan produktivitas berupa mengganti metode kerja sebelumnya



dengan



mempertimbangkan



beberapa



faktor



yang



dapat



mempengaruhi kegiatan proses produksi tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memaksimalkan kinerja tenaga kerja dan perpindahan material. Setiap proses produksi dari awal perpindahan material sampai penyelesaian produk akhir, dengan perpindahan semua materialnya dilakukan bersama bantuan alat atau perpindahan pekerja dari satu stasiun ke stasiun kerja yang lain disebut dengan diagram aliran. Pembuatan diagram aliran ini memberikan gambaran tata letak pabrik atau desain layout fasilitas produksi, seperti personil, operating equipment, dan fasilitas pendukung produksi lainnya. Tujuan utama dari perencanaan tata letak fasilitas adalah sebagai berikut (Habibi & dkk, 2015). a. Memudahkan proses manufaktur b. Meminimumkan perpindahan barang c. Memelihara keluwesan susunan dan operasi d. Menekan modal yang tertanam pada perusahaan e. Menghemat pemakaian fasilitas atau ruang bangunan f. Memberi kemudahan dan keselamatan bagi pegawai dalam menjalankan pekerjaannya Tata letak fasilitas merupakan faktor penting untuk mendukung kegiatan produksi sebuah perusahaan karena tata letak yang kurang efisien dan efektif akan



mempengaruhi kualitas produk. Menata ulang desain tata letak fasilitas perusahaan dapat memperlancar aliran material, sehingga kapasitas produksi perusahaan selalu meningkat. Tata letak fasilitas yang tidak efektif dapat menyebabkan pola aliran bahan yang kurang baik dan perpindahan bahan, produk, informasi, peralatan, dan tenaga kerja menjadi relatif tinggi yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian produk dan menambah biaya produksi (Sofyan & Syarifuddin, 2015). Tujuan dari proses perancangan ini adalah mengevaluasi existing layout, jarak dan rentang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses pemindahan bahan antar unit dari awal sampai akhir proses kegiatan. Evaluasi akan menghasilkan layout fasilitas produksi alternatif yang optimal. Fasilitas layout ini akan membentuk aliran prduksi yang terbentuk dari setiap bagian dan peralatan komponen yang dibutuhkan saat produksi (Zupan, 2017).



Gambar 2.6 Diagram Aliran (Sumber : Udafadli, 2016)



Dengan membuat peta diagram aliran, proses operasional dan produksi perusahaan akan dipengaruhi karena diberikan pemetaan, sehingga dapat mengurangi kejadian yang tidak diinginkan melalui pengaturan ulang tata letak dan proses tata letak yang telah dilalui (Marcelo, 2016).



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1 Flowchart Penelitian Umum Adapun flowchart penelitian umum pada modul perencanaan proses praktikum proses manufaktur sebagai berikut!



Gambar 3.1 Flowchart Penelitian Umum



3.2 Deskripsi Flowchart Penelitian Umum



Berikut adalah deskripsi dari flowchart penelitian umum agar dapat mudah dimengerti oleh pembaca! a.



Mulai Pada bagian ini adalah awal dari sebuah kegiatan berlangsung dan biasanya di tandai dengan bentuk oval.



b.



Studi Literatur Studi literatur berisi tentang metode atau teknik pengumpulan data terhadap buku,literatur,catatan dan laporan yang saling berhubungan untuk memecahkan masalah.



c.



Rumusan Masalah Dalam bagian ini dibahas tentang pertanyaan-pertanyaan yang berisi tentang suatu topik masalah yang di bahas oleh seorang peneliti atau penulis.



d.



Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah tujuan atau hal yang ingin di capai dalam sebuah penelitian.



e.



Batasan Masalah Batasan masalah mencakup ruang lingkup masalah yang dibatasi agar lebih terkendali dan terfokus pada apa yang dibuktikan.



f.



Pengumpulan Data Berisikan penginputan data masalah yang digunakan untuk mencari jawaban dari permasalahan yang dilakukan,bagian ini ditandai dengan berbentuk jajar genjang.



g.



Analisa dan Pembahasan Menganalisa atau memahami hasil dari penelitian dan melakukan perhitungan. Langkah teori, bahasan, tesis dan memberikan pemahaman secara tertulis agar pembaca dapat memahami hasil dari penelitian dengan jelas.



h.



Kesimpulan dan Saran



Kesimpulan berisi ringkasan tentang penelitian yang telah dilakukan yang mencakup terjawabnya Rumusan masalah yang ada, sedangkan saran berisi anjuran untuk kegiatan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. i.



Selesai Bagian ini menandakan bahwa akhir dari suatu kegiatan penelitian dan disimbolkan dengan oval.



BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA



4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan suatu hal yang dilakukan guna memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun data yang diperoleh dari produk desk lamp adalah seperti dibawah ini. 4.1.1 Gambar Produk Desk Lamp Desk lamp merupakan salah satu barang yang sering kita jumpai karena biasanya desk lamp ini digunakan sebagai sumber penerangan ketika sedang mengerjakan sesuatu di meja. Untuk contoh gambar desk lamp bisa dilihat pada gambar dibawah ini.



Gambar 4.1 Gambar Produk Desk Lamp



4.1.1.1 Komponen Penyanggah Bawah Tempat Laci Penyanggah bawah laci dapat dikatakan sebagai alas dari laci itu sendiri. Adapun gambar komponen tersebut tertera pada gambar dibawah.



Gambar 4.2 Komponen Penyanggah Bawah Tempat Laci



4.1.1.2 Komponen Penyanggah Kanan Tempat Laci Sebuah laci sudah pasti disusun dari berbagai komponen untuk menjadi bentuk yang utuh. Salah satu komponen yang ada pada laci yaitu penyanggah kanan tempat laci. Untuk penyanggah kanan tempat laci bisa dilihat pada gambar dibawah ini.



Gambar 4.3 Komponen Penyanggah Kanan Tempat Laci



4.1.1.3 Komponen Penyanggah Kiri Tempat Laci Tempat laci ternyata disusun juga oleh sebuah penyanggah bagian kiri. Bagian penyanggah kiri tersebut dapat dilihat dari gambar dibawah ini.



Gambar 4.4 Komponen Penyanggah Kiri Tempat Laci



4.1.1.4 Komponen Penyanggah Belakang Tempat Laci Penyanggah belakang laci masih menjadi sebuah komponen yang berhubungan dengan komponen penyanggah kanan dan kiri laci. Gambar dari penyanggah bagian belakang laci dapat dilihat dibawah ini.



Gambar 4.5 Komponen Penyanggah Belakang Tempat Laci



4.1.1.5 Komponen Penyanggah Atas Tempat Laci Bagian penyanggah atas laci menjadi komponen pelengkap agar sebuah laci dapat terbentuk dengan sempurna menjadi sebuah laci. Gambar penyanggah atas tempat laci bisa dilihat pada gambar dibawah ini.



Gambar 4.6 Komponen Penyanggah Atas Tempat Laci



4.1.1.6 Komponen Laci Sebuah laci sudah pasti disusun dari berbagai komponen untuk menjadi bentuk yang utuh. Komponen-komponen tersebut sudah pasti beda satu sama lain, namun pada akhirnya komponen yang beda itu disusun dan disatukan untuk dibentuk menjadi sebuah laci. Gambar komponen laci dapat dilihat pada gambar dibawah ini.



Gambar 4.7 Komponen Laci



4.1.1.7 Komponen Alas Penyanggah Lampu



Komponen ini berperan penting sebagai alas yang menahan serta menjadi tempat berdiri tegaknya sebuah lampu. Komponen ini dapat dilihat pada gambar dibawah.



Gambar 4.8 Komponen Alas Penyanggah Lampu



4.1.1.8 Komponen Penyanggah Bawah Lampu Desk lamp tidak akan berdiri jika tidak ada komponen yang menyanggahnya. Salah satu komponen yang harus ada pada desk lamp sebagai penunjang desk lamp itu untuk tetap bertahan tegak adalah komponen penyanggah bawah lampu. Gambar penyanggah bawah lampu dapat dilihat dibawah ini.



Gambar 4.9 Komponen Penyanggah Bawah Lampu



4.1.1.9 Komponen Penyanggah Tengah Lampu Komponen



ini



menjadi



penghubung



antara



komponen



penyanggah bawah lampu dengan komponen penyanggah atas lampu. Gambar komponen ini terlampir dibawah ini.



Gambar 4.10 Komponen Penyanggah Tengah Lampu



4.1.1.10 Komponen Cover Lampu Komponen ini menjadi bagian cover untuk melindungi lampu utama. Gambar komponen dapat dilihat dibawah ini.



Gambar 4.11 Komponen Cover Lampu



4.1.1.11 Komponen Penyanggah Atas Lampu



Komponen ini menjadi bagian penghubung paling dekat dengan cover lampu. Bagia ini pula yang nantinya akan bersatu dnegan cover lampu. Gambar komponen ini dapat dilihat pada gambar dibawah.



4.1.2 Bill Of Material Produk Desk Lamp Sebuah produk sudah pasti mempunyai bill of material sebagai informasi mengenai komponen-komponen yang ada pada produk tersebut. Begitupun pada produk desk lamp sudah pasti terdapat bill of material. Bill of material pada produk desk lamp dapat dilihat pada gambar tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Bill of Material (BOM) Produk Desk Lamp



4.1.3 Struktur Produk Desk Lamp Struktur



produk



merupakan



suatu



diagram



yang



menggambarkan susunan dari komponen-komponen pembentuk suatu produk akhir. Produk desk lamp jugamempunya struktur produk yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.



Gambar 4.13 Struktur Produk Desk Lamp



BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN



5.1 Analisa Gambar Produk Desk Lamp



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN



6.1 Kesimpulan Setelah dilakukannya penelitian ini, adapun beberapa kesimpulan yang dapat dirumuskan seperti pada penjelasan berikut. 1. Komponen yang dibutuhkan untuk membuat produk desk lamp : a.



Komponen penyangga tempat laci (kanan, kiri, belakang, dan atas)



b.



Komponen alas penyangga lampu



c.



Komponen



penyangga



lampu



(bawah, tengah, dan atas) 2. Dalam pembuatan produk desk lamp, dibutuhkan beberapa proses pengerjaan, seperti 6.2



Saran Adapun saran dari kami untuk praktikum kali ini :



1. Pastikan bahwa setiap komponen memiliki ukuran yang sesuai agar nantinya produk dapat eterakit dengan sempurna. 2. Pastikan bahwa setiap proses saat analisa BOM dan struktur produk sudah berjalan sebagaimana mestinya untuk menghindari kekeliruan yang bisa saja berakibat pada produk akhir. d.



DAFTAR PUSTAKA



Supriyanto, Erlian. 2017. “Manufaktur” dalam Dunia Teknik Industri. Jurnal Industri Elektro dan Penerbangan. Vol 3 No 3 : 15. Eprida, Bintang., Ninny. 2017. Perencanaan Produksi Dan Kebutuhan Bahan Baku Produk Dengan Metode MRP pada CV Fawas Jaya. Journal of Industrial and Manufacture Engineering. Vol 1(1) : 15. Abryandoko, Wahyu E. 2020. Menggambar Teknik. Edisi Pertama. Jawa Barat. Widina Bhakti Persada Bandung. Arifin, Nur A., Amri, Febrianto. 2017. Relevansi Kompetensi Teknik Gambar Manufaktur di SMK Muhammadiyah 2 Jatinom terhadap Kebutuhan Industri. Jurnal Dinamika Vokasional Teknik Mesin. Vol 2 No 2 : 106. Nurina, Betha., dkk. 2018. Bill of Material (BOM) pada Sistem Inventori Kawasan Berikat untuk Pelacakan Material Movement. ILKOM Jurnal Ilmiah. Vol 10 No 3 : 324 – 325. Kurnianto, Atik. 2014. Perencanaan dan Pengendalian Bahan dengan Menggunakan Material Requirement Planning (MRP). Jurnal Sains dan Teknologi. Vol 1 No 2 : 22. Limbong, Inggried. 2013. Manajemen Pengadaan Material Bangunan dengan Menggunakan Metode MRP (Material Requirement Planning) Studi Kasus : Revitalisasi Gedung Kantor BPS Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Sipil Statik. Vol 1 No 6 : 423.