Kelompok1 - BD - Simulasi Produksi Sediaan Cair [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS SIMULASI PRODUKSI SEDIAAN CAIR Dosen Pengampu : Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt.



Disusun Oleh : Kelompok 1 BD Achmad Majid Muslich



(11181020000055)



Husna Gayo



(11181020000059)



Annisya Ayu Putri



(11181020000061)



Annisa Nurul Fakriyah



(11181020000062)



Andraansyah Novario



(11181020000070)



Aji Wahyu Sejati



(11181020000095)



Mhd. Chairul Amin



(11181020000097)



Afifah Nurnishrina Azzahra



(11181020000104)



PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA MEI / 2020



SIRUP CHLORPENIRAMINE MALEATE 1. Tahapan Produksi



1.Penimbang



2.Pencampur



Cek 3.IPC: Penyaringa



Penetapan kadar obat, Organoleptis, pH, BJ, Pengisian d Viskositas, 4. Kejernihan larutan Cek IPC:



Penutupan botol



Volume terpindahkan



5. Labeling



6. Pengemasa sekunder



7. Gudang ob jadi 1.1 Tahapan Penimbangan Bahan Kegiatan produksi diawali dengan dispensing bahan baku. Sebelum dimulai proses penimbangan untuk satu bets suatu produk, setiap bahan baku yang akan ditimbang dicocokkan terlebih dahulu identitas pada labelnya dengan kode bahan dalam lembar SO (Shop order), pick list dari warehouse dan MR (Material Requisition) dalam batch record produk terkait. Alat timbang untuk dispensing sebelumnya telah diverifikasi tiap kali sebelum dipakai dan dikalibrasi secara berkala. Penimbangan dilakukan sesuai kapasitas alat timbang yang dipakai (Nurul Hasanah, 2013).



Penimbangan dimulai dari bahan tambahan (non toksik), setelah itu ditimbang zat aktif. Penimbangan bahan tambahan seperti pewarna dan pewangi dilakukan terakhir. Penimbangan dilakukan untuk satu bets secara lengkap sehingga mencegah kontaminasi silang (Nurul Hasanah, 2013).



Scale (mg/5ml) 2,00 3000,00 4,50 1,50 1,00 2,40 2,00 -



Ite m 1 2 3 4 5 6 7 8



Bill of Materials Material Name



Quantity/L (g)



Chlorpeniramine Maleate Sucrose Methyl paraben Propyl paraben Citric acid (monohydrate) Sodium citrate Banana green flavor Water, purified



0,40 600,00 0,90 0,30 0,20 0,48 0,40 q.s. to 1 L



1.2 Tahapan Pencampuran Pada tahap pencampuran/ mixing menggunakan alat : 1. Mixing Tank Alat ini dilengkapi dengan dipstick yang terkalibrasi yang berfungsi untuk mengukur volume larutan yang terdapat dalam tangki dan mixer yang berfungsi untuk mengaduk. Alat ini menggunakan sistem double jacket yang dihubungkan dengan sistem supply steam dan chilled water 2. Holding Tank Alat ini digunakan untuk menampung bulk sebelum dilakukan pengisian. Untuk keperluan final mixing, alat ini dilengkapi dengan paddle mixer. Alat ini tidak dilengkapi dengan double jacket sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan proses pencampuran yang disertai pemanasan. Semua bagian alat yang kontak langsung dengan produk terbuat dari stainless steel (Nurul Hasanah, 2013).



Tahapan pencampuran



500 g ditambahkan ke dalam alat pabrik (bejana/wadah besar) dan dipanaskan hingga 95° sampai 98°C.



8. Wadah dibilas menggunakan 2 g air dingin dan air bilasan dicampurkan ke dalam bejana sambil diaduk dengan kecepatan tinggi



9. Perasa d dalam alat



2. Metil paraben dan propil paraben sambil dicampur hingga larut pada kecepatan yang tinggi.



7. CTM dilarutkan dalam 8 g air dingin (25°-30°C) di wadah terpisah menggunakan stirrer. Campur selama 10 menit dan larutan dipindahkan ke dalam alat pabrik (bejana/wadah besar)



10. Larutan menit den tinggi. Volu hingga 1 L m dan diadu menit den t



3. Campur selama 5 menit. Sukrosa ditambahkan sambil dicampur dengan kecepatan rendah dengan temperatur 95° sampai 98°C.



6. Pindahkan larutan ke dalam alat pabrik (bejana/wadah besar) sambil diaduk dengan kecepatan tinggi. Campur selama 2 menit.



4. Campur selama 1 jam dengan kecepatan tinggi. Dinginkan pada suhu 30°C sambil diaduk dengan kecepatan rendah.



5. Asam sitrat dan Natrium sitrat dilarutkan ke dalam 20 g air dingin (25°C)



(Niazi, 2004) 1.3 Tahapan Penyaringan Sirup disaring pada 1,5 bar, Gelembungkan sirup dengan gas nitrogen (Niazi, 2004) .







IPC Sebelum memasuki tahapan pengisian dan penutupan botol dilakukan IPC terhadap hasil produk, antara lain : 1. Penetapan Kadar Obat



Sebanyak 5 ml sampel diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, dan ditambahkan HCL 0,1 N sampai tanda batas, tutup, dan kocok sampai terlarut dan homogeny. Larutan sampel dilakukan pengukuran dengan spektrofotometri UV-Vis sehingga didapatkan spectrum UV-Vis kemudian dibuat spectrum derivate pertama dengan nilai delta lamda sama dengan lima. Selanjutnya, dilakukan pengolahan data untuk mengukur kadar sampel yang dilihat dari nilai amplitude dan panjang gelombang analisis CTM 229 nm yang kemudian dimasukkan ke dalam rumus persamaan yang diperoleh dari kurva kalibrasi. (Farmagazine, 2018). 2. Organoleptis a. Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas , ukuran dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan. b. Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekananyang dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus. c. Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut telah mengalami kerusakan. d. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis, asin, asam, pahit, dan gurih. Serta sensasi lain seperti pedas, astringent (sepat), dll (Djelang Zainuddin, 2018). 3. Penetapan pH Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai suhu kamar.Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air suling. Bilas elektroda dengan contoh uji.Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan yang tetap.Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter (Djelang Zainuddin, 2018).



4. Bobot Jenis



Gunakan piknometer yang bersih dan kering. Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2). Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3). Hitung bobot jenis cairan. Rumus perhitungan bobot jenis : r x = : b – a /c – a Keterangan:



r x = Bobot jenis sampel a = Berat pikno kosong b = Berat sampel sebelum diuji c = Berat sampel air (Djelang Zainuddin, 2018).



5. Viskositas Viskometer kapiler / ostwold dengan cara waktu air dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat dua tanda tersebut. Jika h1 dan h2 masing-masing adalah viskositas dari cairan yang tidak diketahui dan cairan standar, ρ1dan ρ2 adalah kerapatan dari masing- masing cairan, t1 dan t2 adalah waktu alir dalam detik. Cara kerja : menyiapkan viskometer (viskometer ostwald), lalu dipasangkan spindle 01 pada viskositer, dimasukan larutan uji kedalam cup yang telah disiapkan, diarahkan spindle yang telah terpasang kedalam cup secara tegak lurus sampai tanda batas, kemudian dihidupkan stopwatch,diamati aliran cairan sampai menuju garis batas bawah pipa kemudia diamati waktu yang diperoleh untuk cairan dari batas atas sampai batas bawah.Selanjutnya dihitung menggunakan rumus. Rumusnya adalah:



Keterangan : η : Viskositas cairan sampe η1: Viskositas cairan pembanding t1 : Waktu aliran cairan sampel t2 : Waktu aliran cairan pembanding ρ1 : Massa Jenis cairan sampel



ρ2 : Massa Jenis cairan pembanding (Djelang Zainuddin, 2018).



6. Uji kejernihan larutan Uji di lakukan secara visual oleh praktikan, dengan mengamati sediaan. Hasil uji sediaan sirup seharusnya jernih, dan tidak mengandung pengotor di dalamnya (Djelang Zainuddin, 2018). . 1.4 Tahapan Pengisian dan Penutupan botol Dalam proses produksi sediaan liquid terdapat sistem filling line yang dimulai dari botol yang telah dicuci dari bottle washing room. Pencucian botol dilakukan dengan metode “blow and suck”. Botol ditiup dengan udara bertekanan dalam kondisi vakum dan langsung dihisap. Botol yang telah dicuci masuk ke ruang pengisian sirup secara langsung (otomatis) melalui conveyor belt. Botol yang telah berisi produk obat akan ditutup (capping) secara otomatis oleh mesin yang menjadi satu bagian dengan mesin pengisian sirup (Nurul Hasanah, 2013). . Pengisian sediaan cair kedalam botol dilakukan menggunakan alat LF Avanty atau CVC sedangkan untuk penutupan botol (capping) dilakukan dengan capper machine. 



IPC Sebelum memasuki tahapan labeling dilakukan IPC terhadap hasil produk, antara lain  Volume terpindahkan Botol 60 ml yang sebelumnya telah di kalibrasi.Sedian sirup yang telah jadi kemudiaan dimasukan ke dalam 60 ml sampai batas kalibrasi.Tuang kembali sirup dalam gelas ukur untuk mengetahui volume terpindahkannya serta ketepatan dalam melakukan kalibrasi. 



Uji kekuatan tutup botol (torque test) : menggunakan alat khusus dimana diukur rentang kekuatan menutup botol (capping tourque) dan rentang kemapuan membuka tutup botol (Removal torque). (Nurul Hasanah, 2013).



1.5 Tahapan Labeling Pencetakan expired date dan nomor bets pada label. melakukan coding pada label untuk kemasan botol, pada bagian belakang kemasan primer serta pada kemasan



sekunder/doos. coding menggunakan sistem ink jet. Selanjutnya penempelan label pada botol (Nurul Hasanah, 2013).. 1.6 Tahapan Pengemasan sekunder Pengemasan merupakan proses pengolahan produk ruahan menjadi produk jadi sebelum dikirim ke gudang dan dapat didistribusikan. Kemasan suatu produk berfungsi untuk memberikan identitas yang berupa nama produk, isi dan kekuatan, nomor batch, nama pabrik pembuat, nomor registrasi, tanggal kadaluarsa dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Kemasan juga dapat melindungi produk dari hal-hal yang dapat mengakibatkan berkurangnya khasiat obat, melindungi dari kerusakan fisik dan kontaminasi (Nurul Hasanah, 2013). 



IPC Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap kemasan luar dari produk, meliputi karton, nomor bets, pharmacode, dan segel pengaman. Setelah itu pemeriksaan dilakukan terhadap kemasan fisik seperti kotor, bau, basah, lembab, berubah warna, mengelupas, nomor kontrol/kadaluarsa, dan lain-lain (Nurul Hasanah, 2013).



1.7 Gudang Jadi Obat Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi pada suhu ¿30oC (Nurul Hasanah, 2013).



SUSPENSI MEBENDAZOL 1.



Tahapan Produksi



1. Penimbanga



2. Pencampura



Cek3. IPC:Penyaringan



Cek IPC:



Penetapan kadar obat, Organoleptis, pH, BJ, 4. Pengisian da Viskositas



Penutupan bot



Volume terpindahkan



5. Labeling



6. Pengemasan sekunder



7. Gudang oba jadi 1.1 Tahapan Penimbangan Bahan Kegiatan produksi diawali dengan dispensing bahan baku. Sebelum dimulai proses penimbangan untuk satu bets suatu produk, setiap bahan baku yang akan ditimbang dicocokkan terlebih dahulu identitas pada labelnya dengan kode bahan dalam lembar SO (Shop order), pick list dari warehouse dan MR (Material Requisition) dalam batch record produk terkait. Alat timbang untuk dispensing sebelumnya telah diverifikasi tiap kali sebelum dipakai dan dikalibrasi secara berkala. Penimbangan dilakukan sesuai kapasitas alat timbang yang dipakai (Nurul Hasanah, 2013)..



Penimbangan dimulai dari bahan tambahan (non toksik), setelah itu ditimbang zat aktif. Penimbangan bahan tambahan seperti pewarna dan pewangi dilakukan terakhir. Penimbangan dilakukan untuk satu bets secara lengkap sehingga mencegah kontaminasi silang (Nurul Hasanah, 2013)..



Scale (mg/5ml) 102,00 10,00 1,00 750,00 8,25 7,50 0,55 52,50 25,00 7,50 12,50 -



Ite m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12



Bill of Materials Material Name



Quantity/L (g)



Mebendazole Methyl paraben Propyl paraben Sodium citrate Saccharin sodium Sodium citrate Citric acid (monohydrate) Microcrystalline cellulose Carboxmethylcellulose sodium Polysorbate 80 All fruits flavor Water, Purified



20,40 2,00 0,20 150,00 1,65 1,50 0,11 10,50 5,00 1,50 2,50 q.s to 1 L



1.2 Tahapan Pencampuran Pada tahap pencampuran/ mixing menggunakan alat : -Vacuum emulsifier mixer/ vacuum mixing vessel, dilengkapi dengan impeller, scrapper, dan emulsifier (ketiganya merupakan pengaduk), selain itu dilengkapi dengan double jacket yang memungkinkan untuk melakukan pengadukan dengan bantuan pemanasan. fungsi dari vacuum disini adalah untuk mengurangi timbulnya buih atau busa saat proses berjalan (Nurul Hasanah, 2013)..



Tahapan Pencampuran



300 g Air (25° 30°C) di dalam mixer. Na. Sitrat, Asam Sitrat, dan Sakarin dilarutkan sambil di aduk dengan kecepatan 18 rpm Metil paraben dan propil paraben dilarutkaan dalam 30 g Propilen gllikol (45°C) di wadah stainless steel sambil di aduk dengan stirrer



Dinginkan hingga suhu 25°-30°C



Larutan paraben ditambahkan ke dalam step 1 sambil dicampur



(Niazi, 2004)



Polisorbat 80 dilarutkan dalam 20 g air (50°) dalam wadah stainless steel sambil diaduk dengan stirer



Dinginkan hingga suhu 25° 30°C.Diamkan selama 1 jam sampai proses pembentukan gelatin selesai



Na CMC di dispersi kan ke 100 g air dalam wadah stainless steel sambil diaduk dengan stirer



Mikrokristalin selulosa didipersikan ke 200 g air dalam wadah stainless steel sambil diaduk dengan stirer. Diamkan selama 1 jam sampai proses hidrasi selesai



Dinginkan hingga suhu 30°C. Propilen glikol 120 g ditambahkan sambil diaduk Mebendazol didispersikan sambil di aduk. Diamkan sampai proses penggabungan selesai Tambahkan dispersi Selulosa dan NaCMC ke dalam mixer pada step 1. Campur dan homogenkan dengan mixer dengan kecepatan 18 rpm, homogenizer kecepatan lambat dan vakum 0,4-0,6 bar selama 10 menit. Larutan mebendazole ditambahkan ke step 1. Campur dan homogenkan dengan Mixer dengan kecepatan 18 rpm, Homogenizer kecepatan lambat dan Vakum 0,4-0,6 bar selama 10 menit.



Perasa ditambahkan ke semua bahan. Volume di tambahkan hingga 1 L dan di aduk dengan kecepatan 18 rpm selama 5 menit.



1.3 Tahapan Penyaringan Kehomogenan suspensi di cek, Suspensi di pindahkan ke dalam tanki penyimpanan stainless steel melalui 630-micron penyaring (Niazi, 2004). 



IPC Sebelum memasuki tahapan pengisian dan penutupan botol dilakukan IPC terhadap hasil produk, antara lain : 1. Penetapan Kadar obat Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 mg Mebendazol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, dan tambahkan 90 ml kioroform P, 7 ml isopropiln alkohol P dan 2 ml asam format 96%. Kocok sampai larut, tambahkan isopropyl alkohol P sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml ke dua, encerkan dengan isopropil alkohol P sampai tanda. Larutan mengandung mebendazol lebih kurang 5 tg per ml. Larutan uji I Ukur saksama sejumlah volume suspensi oral setara dengan lebih kurang 1000 mg mebendazol, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan asam format 96% sampai tanda dan campur. Pipet 10 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml kedua, tambahkan 40 ml asam format 96% dan panaskan di dalam tangas air pada suhu 50° selama 15 menit. Dinginkan, tambahkan air sampai tanda, kocok dan saring melalui penyaring kaca masir dengan porositas sedang. Pipet 10 ml filtrat ke dalam corong pisah 250 ml, tambahkan 50 ml air dan 50 ml kioroform P, kocok selama lebih kurang 2 menit. Biarkan memisah dan pindahkan lapisan kioroform ke dalam corong pisah 250 ml kedua, cuci lapisan air dua kali tiap kali dengan 10 ml kloroform P, tambahkan cucian kloroform ke dalam corong pisah kedua, buang lapisan air. Cuci gabungan lapisan kloroform dengan campuran 4 ml asam klorida I N dan 50 ml larutan asam format 96% dalam air (1:10), dan pindahkan lapisan kioroform ke dalam labu tentukur 100-ml. Ekstraksi air cucian dua kali, tiap kali dengan 10 ml kloroform P, tambahkan ekstrak gabungan kloroform ke dalam labu tentukur di atas, tambahkan 2 ml asam format 96% dan 7 ml isopropil alkohol P, encerkan dengan kloroform P sampai tanda, kocok. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan isopropil alkohol P sampai tanda. Larutan uji 2 (bila suspensi oral dikemas dalam siring yang terkalibrasi untuk pemberian mebendazol dengan dosis meningkat) Ukur sejumlah volume tertentu suspensi oral ke dalam labu tentukur yang sesuai dan encerkan dengan asam format 96% hingga kadar lebih kurang 10 mg per ml. Pipet 10 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 40 ml asam format 96% dan panaskan dalam tangas air pada suhu 50° selama 15 menit. Lakukan seperti tertera pada Larutan uji I dimulai dan "Dinginkan, tambahkan air sampai tanda Larutan blangko Campur 90 ml kioroform P dengan 2 ml asam format



96% dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan isopropil alkohol P sampai tanda dan kocok. Pipet 5 ml lanutan ke dalam iabu tentukur 100-ml yang kedua, encerkan dengan isopropil alcohol P sampai tanda. Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 247 nm, menggunakan Larutan blangko. Hitung jumlah dalam mg mebendazol, C 16H 13N303, dalam suspensi oral yang digunakan pada Larutan uji 1 dengan rumus: Au ) 200C( As C adalah kadar Mebendazol BPFI dalam per ml Larutan baku; Au dan A s berturutturut adalah serapan dari Larutan uji 1 dan Larutan baku. Bila diperlukan, hitung jumlah dalam mg mebendazol, C16H13N303, dalam suspensi oral yang digunakan pada Larutan uji 2 dengan rumus: C Au 20.000( )( ) V As V adalah volume dalam ml labu tentukur yang digunakan pada pembuatan Larutan uji 2; Au dan A s berturut-turut adalah serapan dari Larutan uji 2 dan Larutan baku. (FI Edt. V)



2. Organoleptis Evaluasi organoleptis suspensi dilakukan dengan menilai perubahan rasa, warna, dan bau (Sana et al., 2012). 3. Bobot Jenis Bobot jenis diukur dengan menggunakan piknometer. Pada suhu ruang, piknometer yang kering dan bersih ditimbang (A gram). Kemudian diisi dengan air dan ditimbang kembali (A1 gram). Air dikeluarkan dari piknometer dan piknometer dibersihkan. Sediaan lalu diisikan dalam piknometer dan timbang (A2 gram). Bobot jenis sediaan dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Bobot jenis = A2− A/ A1− A x BJ air pada suhu ruangan s (Departemen kesehatan Republik Indonesia, 1995). 4. Viskositas Uji visikositas dilakukan dengan menggunakan visikometer stormer. Cara penentuan visikositas dari sediaan suspensi adalah sebagai berikut: masukan sediaan suspensi sebanyak 50 mL kedalam cup. Alas wadah dinaikkan sedemikian rupa sehingga slinder (bob) tetap berada ditengah – tengah cup dan terbenam dalam sediaan. Skala diatur sehingga menunjukkan angka nol. Berikan beban tertentu dan lepaskan kunci pengatur putaran sehingga beban turun dan mengakibatkan bob berputar. Catatlah waktu yang diperlukan bob untuk berputar 100 kali putaran. Dengan menambah dan mengurangi beban akan didapat pengukuran pada beberapa kecepatan geser. Hitung



kecepatan geser dalam RPM dalam tiap beban yang diberikan dengan persamaan sebagai berikut:



Keterangan: RPM : rotasi per menit t : waktu yang dibutuhkan bob untuk berputar 100 kali (s) Hitung visikositas sediaan pada tiap kecepatan geser dengan persamaan sebagai berikut :



Keterangan: Ƞ : visikositas (cp) M : beban (g) Kv : konstanta alat (cp/g s) Kurva dibuat berdasarkan hubungan antara kecepatan geser terhadap beban yang diberikan pada setiap sediaan (Martin, et al., 1993). 5. Pengukuran pH Suspensi ditentukan dengan menggunakan pH meter digital. Kalibrasi alat, lalu elektroda dari pH meter digital dicelupkan ke dalam suspensi, biarkan selama 30 detik, catat nilai pH yang muncul pada layar alat. (Aremu & Oduyela, 2015)



1.4 Tahapan Pengisian dan Penutupan botol Setelah lulus uji maka dilakukan proses pengisian ke dalam botol maka dilakukan penutupan botol dengan Cap Sealing Machine. Pemeriksaan IPC dilakukan terhadap kekencangan penutupan (Riza Fahlevi, 2008). 



IPC Sebelum memasuki tahapan pengisian dan penutupan botol dilakukan IPC terhadap hasil produk, antara lain : 1. Volume sedimentasi Suspensi (10 mL) dimasukkan ke dalam gelas ukur bervolume 10 mL. Kemudian biarkan tersimpan tanpa gangguan, catat volume awal (Vo), simpan maksimal hingga 4 minggu. Volume tersebut merupakan volume akhir (Vu). Parameter pengendapan dari suatu suspensi dapat ditentukan dengan mengukur volume sedimentasi (F) yaitu perbandingan volume akhir endapan (Vu) dengan volume awal sebelum terjadi pengendapan (Vo) yaitu (Anief, 1994):



2. Redispersi



Evaluasi suspensi ini dilakukan setelah pengukuran volume sedimentasi konstan. Dilakukan secara manual dan hati-hati, tabung reaksi diputar 180° dan dibalikkan ke posisi semula. Formulasi yang dievaluasi ditentukan berdasarkan jumlah putaran yang diperlukan untuk mendispersikan kembali endapan partikel ibuprofen agar kembali tersuspensi. Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dan diberi nilai 100%. Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama, maka akan menurunkan nilai redispersi sebesar 5%. (Gebresamuel & Gebre Mariam, 2013). 3. Freeze-thawcycling Sebanyak 50 mL dari masing-masing formula dibekukan pada suhu 4° C dan dicairkan pada suhu 40° C secara bergantian selama 24 jam sebanyak enam siklus lalu dilanjtukan dengan evaluasi pertumbuhan kristal dengan pengamatan mikroskopis langsung menggunakan mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan kamera (Madjid, et al., 2003). 4. Distribusi ukuran partkel Masing-masing formula dievaluasi distribusi ukuran partikel yang dilakukan secara mikroskopis cahaya menggunakan lensa okuler pada 100x (10x10) yang dilengkapi kamera. Ukuran partikel dilakukan dengan mengukur 1000 partikel dari masingmasing formula dan dilakukan pengelompokan ukuran partikel (Panda, et al., 2011).. 1.5 Tahapan Labeling Pencetakan expired date dan nomor bets pada label. melakukan coding pada label untuk kemasan botol, pada bagian belakang kemasan primer serta pada kemasan sekunder/doos. coding menggunakan sistem ink jet. Selanjutnya penempelan label pada botol. Dilakukan IPC meliputi estetika, kelengkapan etiket pada botol (Nurul Hasanah, 2013).. 1.6 Pengemasan sekunder Pengemasan merupakan proses pengolahan produk ruahan menjadi produk jadi sebelum dikirim ke gudang dan dapat didistribusikan. Kemasan suatu produk berfungsi untuk memberikan identitas yang berupa nama produk, isi dan kekuatan, nomor batch, nama pabrik pembuat, nomor registrasi, tanggal kadaluarsa dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Kemasan juga dapat melindungi produk dari hal-hal yang dapat mengakibatkan berkurangnya khasiat obat, melindungi dari kerusakan fisik dan kontaminasi (Nurul Hasanah, 2013).. 1.7 Gudang Jadi Obat Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi pada suhu ¿30oC (Nurul Hasanah, 2013).



EMULSI IECORIS ASELLI



1. Tahapan Produksi



1. Penimbanga



2. Pencampura



Cek3. IPC:Penyaringan



Cek IPC: Uji redispersi, uji tipe emulsi, v uji stabilitas emulsi



Penetapan kadar obat, Organoleptis, pH, BJ, 4. Pengisian da Viskositas



Penutupan bot



5. Labeling



6. Pengemasan sekunder



7. Gudang oba jadi



1.1 Tahapan Penimbangan 1.2 Tahapan Pencampuran 1.3 Tahapan Penyaringan  IPC a. Penetapan Kadar Obat Dilakukan dengan kromatografi gas. Sejumlah Emulsi yang telah dicampur dengan baik ditimbang secara akurat, setara dengan sekitar 100 mg sampel , masukkan ke labu didih leher-panjang, bulat-bawah, 100-mL yang dilengkapi dengan kondensor refluks yang sesuai dihubungkan oleh sambungan ground-glass. Untuk standar 100 mg sampel, ditimbang secara akurat, masukkan dalam labu. Lakukan langkah-langkah berikut pada masing-masing labu: Tambahkan 30 mL campuran 300 mL metanol dan 3,7 mL asam sulfat, refluks dalam penangas air dipertahankan pada suhu 75 F hingga 80 F selama 2,5 jam, dinginkan, dan bilas kondensor dengan 10 mL air. Pindahkan isi labu ke pemisah 125 mL dengan bantuan 10 mL air. Bilas kondensor dan labu dengan 25 mL heksana pelarut, dan pindahkan ke pemisah. Kocok pemisah selama 2 menit, dan tarik lapisan berair ke dalam pemisah 125 mL kedua. Tambahkan 20 mL heksana pelarut ke separator kedua, kocok selama 2 menit, buang lapisan berair, dan pindahkan lapisan heksana pelarut ke separator pertama dengan bantuan 10 mL heksana pelarut. Cuci ekstrak gabungan dengan tiga bagian air 5 mL, buang cucian, dan pindahkan ekstrak yang dicuci ke labu berbentuk kerucut 125 mL, melalui corong yang mengandung natrium sulfat anhidrat, dengan bantuan 25 mL heksana pelarut. Tempatkan labu di bak air panas, dan uapkan dengan bantuan arus udara hingga kering. Pada residu tambahkan 10,0 mL larutan standar internal, dan campur hingga larutan lengkap. Suntikkan sekitar 5 μL ke dalam kromatografi gas, dan ukur ketinggian puncak karena sampel dan standar internal. b. Organoleptis Uji organoleptis sediaan emulsi bertujuan untuk menjamin emulsi yang dibuat tidak mengalami perubahan bau, warna, dan fase. Prinsip dari uji organoleptis ini ialah mengamati perubahan penampilan emulsi dari segi bau, warna, pemisahan fase dan pecahnya emulsi secara mikroskopis. Adapun persyaratannya ialah emulsi dapat dikatakan memenuhi syarat apabila tidak terjadi perubahan warna, dan bau, pemisahan fase dan pecahnya emulsi. c. Bobot jenis Penetapan bobot jenis memiliki tujuan untuk menjamin sediaan emulsi memiliki bobot jenis yang sesuai dengan spesifikasi dari produk yang telah ditetapkan. Adapun prinsipnya ialah membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama dengan menggunakan piknometer. Adapun prosedurnya ialah Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan, dinginkan hingga suhu 25°. Atur suhu zat uji hingga lebih kurang 20° , tnasukkan cairan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25°, buang kelebihan zat uji dan timbang. Jika pada monografi tertera suhu yang berbeda dan 25°, piknometer yang telah diisi harus diatur hingga mencapai suhu yang diinginkan sebelum ditimbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh



dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25°. d. Viskositas Adapun tujuan dari mengetahui viskositas dan sifat aliran emulsi dan menjamin kenyamanan penggunaan. Adapun prinsipnya ialah melakukan pengukuran viskositas dalam berbagai kecepatan dengan viscosimeter brokfield untuk mendapatkan viskositas dan diagram sifat aliran emulsi. Adapun prosedur pengujian viskositas ialah Kekentalan minyak dinyatakan dalam skala arbitrasi



yang dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain, karena penggunaan alat yang berbeda. Alat yang paling banyak digunakan adalah Redwood nomor I dan nomor 2, Engler, Saybolt Universal, dan Saybolt Furol. Tiap alat menggunakan satuan arbitrasi menurut nama masing-masing alat. Suhu baku digunakan untuk memudahkan pemakaian alat. Pada alat Saybolt, pengukuran umumnya dilakukan pada suhu 100°F dan 2 10°F; alat Redwood dapat digunakan pada beberapa suhu hingga 250°F; dan hasil yang diperoleh dengan alan Engler umumnya pada 20°C dan 50°C. Jenis alat yang relatif mudah dan cepat adalah viskosimeter rotasi, yang menggunakan gasing atau kumparan yang dicelupkan ke dalam zat uji, dan mengukur tahanan gerak dari bagian yang berputar. Tersedia kumparan yang berbeda untuk rentang kekentalan tertentu, dan umumnya dilengkapi dengan beberapa kecepatan rotasi. e. Pengukuran pH Tujuan dari mengetahui pH dari emulsi ialah untuk mengetahui kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah disesuaikan. Prinsipnya ialah pengukuran pH emulsi menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dengan larutan dapar. Adapun prosedurnya ialah Harga pH adalah hanga yang diberikan oleh alat potensiometnik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mainpu mengukur hanga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka, elektroda kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai. Alat hams mampu menunjukan potensial dari pasangan elektrode dan untuk pembakuan pH menggunakan potensial yang dapat diukun oleh sirkuit dengan menggunakan "pembakuan nol", "asimetri", atau "kalibrasi" dan hams mampu mengontrol perubahan dalam milivolt per perubahan unit pada pembacaan pH melalui kendali "suhu" dan/ atau kemiringan. Pengukuran dilakukan pada suhu 25°±2°, kecua!i dinyatakan lain dalam masing-masing monografi



1.4 Tahapan Pengisian dan Penutupan botol 1.5 Tahapan Labeling Pencetakan expired date dan nomor bets pada label. melakukan coding pada label untuk kemasan botol, pada bagian belakang kemasan primer serta pada kemasan



sekunder/doos. coding menggunakan sistem ink jet. Selanjutnya penempelan label pada botol (Nurul Hasanah, 2013). 1.6 Tahapan . Pengemasan sekunder Pengemasan merupakan proses pengolahan produk ruahan menjadi produk jadi sebelum dikirim ke gudang dan dapat didistribusikan. Kemasan suatu produk berfungsi untuk memberikan identitas yang berupa nama produk, isi dan kekuatan, nomor batch, nama pabrik pembuat, nomor registrasi, tanggal kadaluarsa dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Kemasan juga dapat melindungi produk dari hal-hal yang dapat mengakibatkan berkurangnya khasiat obat, melindungi dari kerusakan fisik dan kontaminasi (Nurul Hasanah, 2013).



1.7 Gudang Jadi Obat Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi pada suhu ¿30oC (Nurul Hasanah, 2013).



DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2014, Farmakope Indonesia, Edisi V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. . Anief, M., (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Aremu, O.I., & Oduyela, O.O. (2015). Evaluation of Metronidazole suspensions. African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 9 (12), 439-450. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia. (Edisi IV). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Djelang Zainuddin Fickri, S.Farm (2018). Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Sirup Anti Alergi dengan Bahan Aktif Chlorpheniramin Maleat (CTM). 1 (1), 16-24. Gebresamuel, N., & Gebre-Mariam, T. (2013). Evaluation of suspending agent properties of two local Opuntia spp. muchilago on Paracetamol suspension. Journal of Pharmacy and Sciences. 26 (1), 23- 29. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia. (Edisi V). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Madjid, S., Naser, D. M., & Djavad, F. (2003). Prevention of crystal growth in Acetaminophen suspension by the use of Polyvinyl pyrrolidone and Bovine serum albumin. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutics Sciences. 11 (3), 139148



Martin, A., Bustamante, P., & Chun, A.H.C., 1993, Physical Pharmacy: Physical Chemical Principles in the Pharmaceutical Sciences, Fourth Edition, Lea & Febiger, Philadelphia, 331-336, 463. Niazi, 2004, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation, Liquid Products, volume 3, CRC Press, Boca Raton London New York Washington, D.C. Nurul Hasanah, S.Farm. (2013). Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Glaxo Wwllcome Indonesia, Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker. Panda, M., Patro, G., & Malpani, A. (2011). Formulation and evaluation of Norfloxacin suspension with β- cyclodextrin complexation. International Journal of Pharmaceutics Sciences Review and Research. 9 (1), 173-177. Riza Fahlevi, S.Farm. (2008). Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.