Kendala PLTS Di Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kendala PLTS di Indonesia Sumber : https://katadata.co.id/arnold/berita/5e9a5609bfb9c/arcandra-ungkap-6-penyebab-pltssulit-berkembang-di-indonesia Menurut Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ada 6 faktor yang menjadi kendala pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia: 1. Lahan Untuk membangun PLTS, ada kendala untuk membebaskan lahan. Apalgai di kota seperti Jakarta, sangat sulit mendapatkan lahan gratis membangun PLTS. Ini berbeda dengan Uni Emirat Arab yang memberikan lahan secara gratis untuk investor dalam mengembangkan tenaga surya. 2. Kualitas sinar matahari di Indonesia yang tidak sebesar negara Arab. Arcandra mengatakan kapasitas faktor listrik dari energi surya di Indonesia rata -rata sebesar 18%, sementara di negara negara Arab bisa mencapai 24%. Kapasitas faktor sendiri adalah perbandingan antara jumlah produksi listrik selama periode operasi terhadap jumlah produksi terpasang selama periode tertentu. 3. Tingkat bunga pinjaman (interest rate) bagi investor untuk pengembangan ebt di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara Arab Bunga pinjaman di Indonesia masih sekitar 10-11% sementara di negara Arab bisa dibawah 2%. 4. Perpajakan Jika di negara Arab, investor tidak dibebankan pajak. Di Indonesia dikenai pajak penghasilan 25%. 5. Masih menggunakan sistem manual dalam pengoperasian PLTS di Indonesia masih menggunakan system manual dalm pengoperasiannya. Jadi, jika sinar matahari tertutup awan, system listrik akan terputus. Untuk menangani hal ini dibutuhkan system listrik smart grid. Smart grid adalah jaringan listrik pintar yang mampu mengintegrasikan aksi-aksi atau kegiatan dari semua pengguna. Indonesia sendiri belum punya smart grid, jadi system masih diatur secara manual. 6. Pola konsumsi listrik PLTS di Uni Emirat Arab bisa maju karena beban puncaknya terjadi di siang hari. Ini sesuai dengan system kerja PLTS yang bekerja optimal saat matahari terbit. Sementara di Indonesia beban puncaknya terjadi di malam hari. Alhasil butuh baterai agar mampu menyimpan energy yang dihasilkan saat siang hari untuk dipakai malam hari.



Sumber : https://www.idntimes.com/science/experiment/nena-zakiah-1/alasan-indonesia-tidakmenggunakan-pembangkit-listrik-tenaga-surya-sebagai-sumber-energi-utama/7 1. Pemanfaatan energy surya di Indonesia baru 0,05 % PLTS tidak dapat ditransportasikan dan kurang kemampuan SDM dalam penguasaan teknologi PLTS



2. Biaya investasi mahal Sekurang-kurangnya, dibutuhkan biaya US$ 2 juta atau sekitar Rp26 miliar dari setiap 1 MWp. Jika PLTS dibangun dengan kapasitas 5000 MW, maka biaya yang dibutuhkan adalah sekitar Rp165 triliun. Kementrian ESDM mengatasi problem ini dengan membuka penawaran ke pihak swasta. Meski begitu, PLTS tidak membutuhkan biaya operasional yang besar. Biaya yang dibutuhkan hanya untuk maintenance modul surya, seperti menyiram air untuk menghilangkan debu serta melakukan pemotongan rumput di sekitar modul. Bandingkan dengan pembangkit listrik tenaga diesel yang membutuhkan ribuan liter solar untuk mengaliri listrik. 3. Pembebasan lahan PLTS membutuhkan lahan yang luas untuk menempatkan panel surya. Hal ini pun menjadi kendala karena melakukan pembebasan lahan juga tidak mudah untuk dilakukan. Terlebih, di area padat penduduk, sulit memperoleh lahan untuk membangun PLTS. Hal ini kontras dengan Uni Emirat Arab (UEA) yang memberikan lahan gratis untuk investor dalam mengembangkan tenaga surya. Berkaitan dengan masalah demografi tersebut, akan lebih baik jika PLTS dibangun di daerah yang masih memiliki lahan luas (seperti di luar Jawa), di dataran rendah dan dengan sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun



Kondisi PLTS di Indonesia Potensi energy surya di Indonesia paling besar dibanding EBT lainnya. Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Andhika Prastawa, mengaku pertumbuhan pengguna listrik tenaga surya sudah lebih baik dibandingkan saat pertama kali dikampanyekan. Pada 2017, tercatat baru hanya ada 600 kw. Potensi dari energy surya 207,8GW dan baru terpasang 0,135 GWp (o,o2%) GW



Sumber : https://mediaindonesia.com/humaniora/276363/potensi-energi-surya-di-indonesia-belumtermanfaatkan-maksimal