Kep 2020 - Pengaruh Intervensi Sleep Hygiene Terhadap Kualitas Tidur Dan Sleep Hygiene Index Remaja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI



PENGARUH INTERVENSI SLEEP HYGIENE TERHADAP KUALITAS TIDUR DAN SLEEP HYGIENE INDEX REMAJA : SEBUAH LITERATUR REVIEW



Penelitian Keperawatan Anak



ASTI WIDYA UTAMI BP.1611312011



FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2020



SKRIPSI



PENGARUH INTERVENSI SLEEP HYGIENE TERHADAP KUALITAS TIDUR DAN SLEEP HYGIENE INDEX REMAJA : SEBUAH LITERATUR REVIEW



Penelitian Keperawatan Anak



ASTI WIDYA UTAMI BP.1611312011



FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2020



i



PENGARUH INTERVENSI SLEEP HYGIENE TERHADAP KUALITAS TIDUR DAN SLEEP HYGIENE INDEX REMAJA : SEBUAH LITERATUR REVIEW



Penelitian Keperawatan Anak



SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan ( S.Kep ) pada Fakultas Keperawatan Universitas Andalas



oleh ASTI WIDYA UTAMI BP.1611312011



FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2020



iii



iv



v



UCAPAN TERIMAKASIH



Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmatNya yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Dengan berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Intervensi Sleep Hygiene Terhadap Kualitas Tidur dan Sleep Hygiene Index Remaja : Sebuah Literatur Review. Terimakasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada Ibu Ns. Hermalinda, M.Kep, Sp.Kep.An dan Bapak Ns. Feri Fernandes, M. Kep., Sp.Kep.J sebagai pembimbing peneliti yang telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada Pembimbing Akademik penulis (Alm) Bapak Ns. Yonrizal Nurdin, S.Kep., M. Biomed yang telah banyak memberi motivasi, nasehat, dan bimbingan selama peneliti mengikuti perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1.



Ibu Hema Malini, S.Kp., MN., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.



2.



Ibu Emil Huriani, S.Kp.MN. selaku Koordinator Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.



3.



Dewan penguji Ibu Ns. Deswita, M.Kep, Sp.Kep.An, Bapak Ns. Arif Rohman Mansur, S.Kep, M.kep dan Ibu Ns. Ilfa Khairina, S.Kep, M.Kep yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan skripsi ini.



vi



4.



Seluruh



Dosen dan Civitas



Akademika



Fakultas Keperawatan



Universitas Andalas yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peneliti selama perkuliahan. 5.



Orang tua dan keluarga tercinta yang selama ini selalu memberikan dukungan maksimal dan do’a tulus kepada peneliti dalam seluruh tahapan proses penyusunan skripsi ini.



6.



Sahabat-sahabat terbaik dan rekan-rekan seperjuangan A 2016 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang tak pernah berhenti untuk saling memberikan semangat, motivasi, serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,



maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Padang, Penulis



vii



Juli 2020



FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS JULI 2020 Nama No. Bp



: Asti Widya Utami 1611312011



PENGARUH INTERVENSI SLEEP HYGIENE TERHADAP KUALITAS TIDUR DAN SLEEP HYGIENE INDEX REMAJA : SEBUAH LITERATUR REVIEW” ABSTRAK Kualitas tidur yang buruk pada remaja, tidak hanya berbahaya untuk kesehatan fisik dan mental saja tapi juga dapat mempengaruhi prestasi belajar di sekolah. Salah satu faktor yang menyebabkan kualitas tidur buruk pada remaja adalah perilaku sleep hygiene yang juga buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah literatur, artikel dan dokumen hasil penelitian yang mengidentifikasi pengaruh intervensi sleep hygiene untuk meningkatkan kualitas tidur dan perilaku sleep hygiene pada remaja. Penelusuran artikel penelitian dilakukan dibeberapa database menggunakan kata kunci yang telah ditetapkan dalam periode tahun 2010- 2020. Hasil penelusuran didapatkan ada 21 jurnal yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, namun hanya 10 jurnal yang memberikan intervensi dan bisa dianalisis lebih jauh. Analisis kritis terhadap 10 jurnal dilakukan berdasarkan desain penelitian, populasi dan sampel, perlakuan, parameter, temuan dan kesimpulan. Meta-analisis tidak mungkin dilakukan karena studi yang terbatas oleh karena itu, hasil disajikan dalam bentuk narasi. Studi literature yang dilakukan menunjukan bahwa ada banyak program intervensi sleep hygiene yang bisa diberikan, namun yang paling umum diberikan adalah dengan cara memberikan informasi tentang tidur. Pemberian Intervensi sleep hygiene bisa menjadi salah satu alternative untuk mengatasi masalah kualitas tidur dan perilaku hygiene yang buruk pada remaja Kata kunci : Kualitas tidur, sleep hygiene index/ Perilaku sleep hygiene, Intervensi sleep hygiene, dan remaja.



viii



FACULTY OF NURSING ANDALAS UNIVERSITY JULY 2020 Name : Asti Widya Utami Student ID Number : 1611312011 EFFECT OF SLEEP HYGIENE INTERVENTION TO ADOLESCENT SLEEP QUALITY AND SLEEP HYGIENE INDEX: A LITERATURE REVIEW ABSTRACT Poor sleep quality in adolescents is not only dangerous for physical and mental health but can also affect learning achievement in school. One of the factors that cause poor sleep quality in adolescents is poor sleep hygiene behavior. This research aims to examine the literature, articles and research documents that identifying the influence of sleep hygiene interventions to improve sleep quality and sleep hygiene behaviour in adolescents. Search of research articles conducted in several databases using keywords that have been defined in the period 2010-2020. The search results found 21 journals that met the inclusion and exclusion criteria, but only 10 journals that provided interventions and could be analyzed further. Critical analysis of 10 journals was carried out based on the research design, population and sample, treatment, parameters, findings and conclusions. Metaanalysis was not possible due to therefore, results were presented in narrative form. The literature study conducted there are many sleep hygiene intervention programs that can be given, but the most common is by providing information about sleep. Sleep hygiene intervention can be an alternative to solve the problem of sleep quality and poor hygiene behavior in adolescent Keywords: sleep quality, sleep hygiene index / sleep hygiene behavior, sleep hygiene interventions, and adolescents.



ix



DAFTAR ISI



HALAMAN SAMPUL DALAM...................................................................................i HALAMAN PERSYARATAN GELAR......................................................................ii PERSETUJUAN SKRIPSI...........................................................................................iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI.............................................................................iv UCAPA TERIMAKASIH.............................................................................................v ABSTRAK..................................................................................................................vii ABSTRACT.................................................................................................................viii DAFTAR ISI.................................................................................................................ix DAFTAR BAGAN HASIL STUDI............................................................................xii DAFTAR TABEL......................................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1 A. Latar Belakang......................................................................................................1 B. Rumusan Masalah.................................................................................................8 C. Tujuan Penelitian...................................................................................................9 D. Manfaat Penelitian................................................................................................10 BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................11 A. Remaja...................................................................................................................11 1. Defenisi Remaja........................................................................................11 2. Tahap Tumbuh Kembang Remaja.............................................................12 3. Tugas Perkembangan Remaja...................................................................15 x



B. Tidur......................................................................................................................17 1. Defenisi Tidur............................................................................................17 2. Fisiologi Tidur...........................................................................................18 3. Tahapan Tidur...........................................................................................19 4. Siklus Tidur...............................................................................................19 5. Mekanisme Tidur.......................................................................................20 6. Manfaat Tidur............................................................................................21 7. Kebutuhan Tidur........................................................................................22 8. Kebutuhan Tidur Remaja..........................................................................23 C. Kualitas Tidur........................................................................................................24 1. Defenisi......................................................................................................24 2. Aspek- aspek Kualitas Tidur.....................................................................25 3. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur..............................................26 4. Parameter Kualitas Tidur...........................................................................28 5. Alat Ukur Kualitas Tidur...........................................................................29 6. Gangguan Tidur.........................................................................................32 7. Penatalaksanaan Gangguan Tidur.............................................................34 D. Sleep Hygiene........................................................................................................35 1. Defenisi Sleep Hygiene..............................................................................35 2. Komponen Sleep Hygiene.........................................................................35 3. Alat Ukur Sleep Hygiene...........................................................................38 E. Sleep Hygiene Intervention....................................................................................39 1. Defenisi Intervensi Sleep Hygiene............................................................39 2. Kegiatan untuk Meningkatkan Sleep Hygiene..........................................39 3. Sleep Hygiene Skill....................................................................................40 4. Pengaruh Intervensi Sleep Hygiene Terhadap Kualitas tidur dan Sleep Hygiene Index............................................................................................42 BAB III METODE PENELITIAN............................................................................43 A. Jenis Review........................................................................................................43 x i



B. Strategi Pencarian Literatur.................................................................................44 C. Krinteria Inklusi dan Ekslusi...............................................................................46 D. Ekstrasi Data........................................................................................................47 BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................................48 A. Ekstrasi Data..................................................................................................49 B. Hasil Ekstrasi Data.........................................................................................63 BAB V PEMBAHASAN...........................................................................................73 BAB VI PENUTUP...................................................................................................84 1. Kesimpulan........................................................................................................84 2. Saran..................................................................................................................86 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................87 LAMPIRAN...............................................................................................................94



x ii



DAFTAR BAGAN



Bagan 2.1 Siklus Tidur..............................................................................................20 Bagan 3.1 Alur Seleksi Jurnal....................................................................................45



xiii



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Berdasarkan Tahap dan Perkembangan Usia................22 Tabel 3.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi.......................................................................46 Tabel 4.1 Hasil Ekstraksi Data..................................................................................49



xiv



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian....................................................................94 Lampiran 2 Anggaran Biaya......................................................................................95 Lampiran 3 Kartu Bimbingan.....................................................................................96 Lampiran 4 Curriculum Vitae.....................................................................................98



xv



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Aktivitas istirahat tidur tidak hanya sekedar menjadi kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi manusia, ternyata tidur juga memiliki segudang manfaat bagi kesehatan tubuh. Tidur dapat memulihkan dan mengistirahatkan fisik setelah beraktivitas seharian, mengurangi stress dan cemas, meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak beraktivitas (Kasiati dan Rosmalawati, 2016). Namun, untuk bisa merasakan manfaat dari tidur tidaklah mudah, ada ketentuan yang harus diperhatikan agar seseorang dapat merasakan maanfaat tidur, yaitu kualitas tidur itu sendiri. Untuk mendapatkan tidur yang berkualitas yang paling utama adalah durasi waktu tidur dan yang kedua yaitu perasaan yang didapatkan saat bangun berupa rasa segar, siang tidak mengantuk tanpa stimulan ( Kemenkes, 2016 ). Kualitas tidur adalah kepuasaan seseorang terhadap tidur, seseorang dikatakan telah mencapai tidur yang berkualitas apabila tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah- pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur juga meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif seperti waktu yang diperlukan 1



2



untuk bisa tertidur, lamanya tidur, frekuensi terbangun, dan aspek subjektif seperti kepulasan dan kedalaman tidur (Daniel et all, 1998). Durasi waktu tidur yang dibutuhkan untuk tidur berbeda-beda berdasarkan tahap perkembangan dan usia seseorang. Pada tahun 2018, Kemenkes RI menyebutkan bayi berusia 0-1 bulan membutuhkan waktu tidur 1418 jam perhari, bayi usia 1- 18 bulan 12-14 jam perhari, 18 bulan – 3 tahun 1112 jam perhari, anak usia 3- 6 tahun 11- jam perhari, anak usia 6- 12 tahun 10 jam perhari, remaja usia 12- 18 tahun 8,5 jam perhari, dewasa muda usia 18-40 tahun 7- 8 jam perhari, dewasa akhir usia 40-60 tahun 7 jam perhari, dan lansia usia 60 tahun keatas kebutuhan tidurnya cukup 6 jam perhari. Waktu tidur yang ideal sangat perlu diperhatikan, terutama pada remaja karena berpengaruh terhadap produktivitas belajar. Waktu tidur yang tidak sesuai pada remaja akan menyebabkan menurunnya konsentrasi belajar, mempengaruhi kesehatan, meningkatkan stress dan mudah lupa ( Depkes, 2016). Kualitas tidur yang buruk akan mengakibatkan gangguan kesehatan fisik, mental dan meningkatkan resiko obesitas (Huda, 2016). Kualitas tidur yang buruk pada remaja, tidak hanya berbahaya untuk kesehatan fisik dan mental saja tapi juga mempengaruhi prestasi belajar di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Lomantow, Rompas & Onibala, tahun 2016 didapatkan hasil bahwa kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan terganggunya konsentrasi belajar di sekolah keesokan harinya.



3



Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fenny & Supriatmo tahun 2016 diperoleh kesimpulan bahwa penurunan kualitas tidur akan berdampak pada sistem neurobehavioral, neurocognitive, dan psychomotoric yang akibatnya adalah menurunnya konsentrasi, daya ingat, kemampuan mengatasi masalah serta menurunnya prestasi akademik. Dari penelitian ini juga diperoleh data bahwa 72% sampel dengan kualitas tidur buruk mempunyai prestasi belajar yang buruk juga. Begitu besarnya dampak kualiatas tidur yang buruk terhadap individu terkhusus pada remaja namun, itulah masalah yang terjadi sekarang. Sebuah penelitian dilakukan oleh Sleep Cycle tahun 2015 dengan mengambil sampel sebanyak 50.000 remaja usia 14- 18 tahun dari seluruh dunia. Dari penelitian ini didapatkan data bahwa remaja dari Belanda memiliki waktu tidur terlama yaitu 7 jam 54 menit, sedangkan remaja dari Jepang memiliki waktu tidur paling sebentar yaitu 5 jam 43 menit. Menurut data penelitian dari Sleep Cycle ini juga terungkap bahwa lama waktu tidur remaja di Indonesia dalam kurun waktu Maret- Juni 2015 berkisar 6 jam 46 menit hingga 7 jam 25 menit. Cureresearch pada tahun 2017 melaporkan bahwa 30% penduduk di dunia umumnya mengalami gangguan tidur kronis, 1/4 dari laporan menyatakan bahwa penduduk di Amerika Serikat (AS) terkadang mendapatkan kualitas tidur yang buruk sementara di Indonesia 10% dari jumlah penduduk (sekitar 28 juta orang) mengalami gangguan tidur kronis yang didominasi oleh remaja dan lansia.



4



Penelitian yang dilakukan Haryono, et al tahun 2016 kepada 140 orang pelajar di Jakarta dan didapatkan prevelensi gangguan tidur sebanyak 62,9%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hafidh Awwal, dkk (2015) di SMPN 5 Semarang dengan 122 subjek didapatkan prevelensi gangguan tidur sebesar 81,1%. Di Sumatera Barat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ganda Harrisa Ahmar (2016) di SMAN 9 Padang di dapatkan data dari 235 orang siswa kelas X dan XI 74,5% diantaranya memiliki kualitas tidur yang buruk. Dari penelitian tersebut didapatkan pula data bahwa sebanyak 78 orang atau 33,2% siswa SMAN 9 Padang memiliki durasi tidur hanya 5-6 jam sehari, dan 63 orang atau 26,8% memiliki durasi tidur 6-7 jam. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kebutuhan tidur responden tidak terpenuhi jika berpatokan pada kebutuhan tidur remaja menurut Kemenkes RI (2018) bahwa remaja membutuhkan waktu tidur 8,5 jam sehari. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur, di antaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, dan motivasi (Kasiati dan Rosmalawati, 2016). Sleep hygiene juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas tidur, hasil penelitian Yolanda, et al tahun 2019 menyatakan responden dengan sleep hygiene yang buruk memiliki resiko mendapatkan kualitas tidur yang buruk sebanyak 4,1 kali lebih besar.



5



National Institute of Helath pada tahun 2018 menyatakan bahwa remaja merupakan kelompok yang paling rentang mengalami masalah gangguan kualitas tidur dikarenakan pada remaja terjadi perubahan dramatis dalam pola tidurbangun yang meliputi durasi tidur berkurang, waktu tidur tertunda, perbedaan yang signifikan dalam pola tidur di hari sekolah dengan hari libur dimana pada hari libur kualitas remaja cenderung paling buruk.Pernyataan itu kemudian di dukung oleh Berman (2016) yang mengatakan bahwa pada anak yang memasuki masa remaja irama circandian mereka juga berubah sehingga mengakibatkan mereka sering mengalami penurunan durasi dan letensi tidur. Namun saat ini masalah kualitas tidur yang buruk pada remaja semakin buruk akibat dari gaya hidup dan sleep hygiene yang buruk pada remaja tersebut diantaranya penggunaan gadget atau smartphone yang berlebihan, dan kebiasaan merokok serta konsumsi kafein terutama pada remaja laki- laki (Yolanda, et al 2019). Penggunaan smartphone menjelang tidur dapat mempengaruhi kulitas tidur seseorang termasuk remaja. Penggunaan media elektronik sebelum tidur menyebabkan mereka terpapar sinar spektrum biru, sehingga otak merespon dengan menunda sekresi melatonin yang menyebabkan waktu jatuh tidur menjadi lebih panjang (Demirci, 2015). Data yang didapatkan dari penelitiann Ganda Harrisa Ahmar (2016) di SMAN 9 adalah sebanyak 55,7% responden mengalami kecanduan smartphone. Dari responden yang kecanduan smartphone tersebut 89,3% diantaranya mengalami masalah kualitas tidur yang buruk.



6



Penelitian yang dilakukan Purnama (2019) menunjukan bahwa perilaku sleep hygiene remaja merupakan yang paling rendah dalam indikator kognitif , artinya remaja sering melakukan hal- hal yang membuat terjaga satu jam sebelum tidur. Menurut penelitian Nursalam, et al yang melakukan penelitian pada remaja Bali dilaporkan bahwa perilaku sleep hygiene dari aspek kognitif mayoritas remaja Bali adalah melakukan hal- hal di tempat tidur yang membuat remaja terjaga. Perilaku sleep hygiene yang buruk pada remaja salah satunya disebabkan karena tidak adanya edukasi yang diberikan kepada anak mengenai pentingnya menerapkan sleep hygiene yang kemudian perilaku sleep hygiene yang buruk ini semakin membuat kualitas tidur menjadi buruk. Intervensi keperawatan yang umum untuk mengatasi gangguan tidur yaitu dengan penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis yang meliputi konseling, pendekatan hubungan antara pasien dengan tenaga medis, psikoterapi serta Sleep Hygiene (Petit, 2003). Terapi non farmakologi gangguan tidur antara lain adalah melalui aktivitas sleep hygiene, terapi pengontrolan stimulus, sleep restriction therapy, terapi releksasi dan biofeedback. Sleep hygiene bertujuan untuk memberikan lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk tidur dan merupakan aspek yang mutlak dimanipulasi pada tatalaksana gangguan tidur (Jansson-Fröjmark et al., 2019) Sleep hygiene merupakan salah satu intervensi keperawatan yang efektif dalam mengatasi masalah tidur pada remaja. Sleep hygiene Intervention bisa



7



diberikan salah satunya dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai Sleep hygiene. Sleep hygiene education merupakan serangakaian upaya promosi kesehatan tidur yang terdiri dari rangkaian rekomendasi lingkungan dan perilaku tidur untuk menciptakan kualitas tidur yang optimal (Mardalifa, Tiara., dkk, 2018). Program pendidikan kesehatan tentang sleep hygiene yang efektif perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur anak- anak usia 10- 18 tahun (Purnama, 2019). Adapun ulasan literatur review yang mengidentifikasi masalah metodologi dan program terkait mengatasi kualitas tidur dan perilaku sleep hygiene pada remaja (Dietrich et al., 2016) mengatakan bahwa dua penelitian menunjukkan intervensi berhasil mempengaruhi perilaku sleep hygiene dan empat penelitian melaporkan kualitas tidur tiga diantaranya melaporkan ada perbedaan signifikan pada kualitas tidur dan satunya tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan sehingga menyimpulkan bahwa penerapan kesehatan formal dengan upaya mempromosikan program pendidikan tidur yang berfokus pada perilaku kebersihan tidur ( Sleep Hygiene ) terbukti efektif memberikan hasil positif kepada perilaku sleep hygiene dan kualitas tidur namun, masih belum ada bukti yang cukup untuk menarik kesimpulan untuk itu masih perlu dilakukan review dan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mendeskripsikan literatur review penelitian terbaru tentang keefektifan intervensi sleep hygiene dalam meningkatkan kualitas tidur dan perilaku sleep hygiene terutama di kalangan



8



remaja. Literature review merupakan suatu penelitian yang mengkaji dan meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang didapat dalam tubuh literature berorientasi akademik serta merumuskan kontribusi teoritis dan metodiologisnya untuk topic tertentu ( Cooper dan Taylor, 2010).



B. Rumusan Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan paling dasar bagi manusia. Tidur dapat memulihkan dan mengistirahatkan fisik setelah beraktivitas seharian, mengurangi stress dan cemas, meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak beraktivitas. Supaya tubuh dapat merasakan manfaat dari tidur, perlu diperhatikan durasi tidur dan kualitas tidur. Waktu tidur yang ideal berbeda pada setiap tahap perkembangan, sementara itu kualitas tidur dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, motivasi serta sleep hygiene. Durasi tidur yang tidak cukup dan kualitas tidur yang buruk akan berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental. Pada remaja, Kualitas tidur yang buruk tidak hanya berpengaruh buruk bagi kesehatan fisik dan mental saja tapi juga mempengaruhi prestasi belajar di sekolah karena kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan terganggunya konsentrasi belajar di sekolah keesokan harinya. Masalah ini tidak boleh dibiarkan, sebagai seorang perawat



9



kita perlu memberikan Intervensi keperawatan kepada remaja terkait mengatasi kualitas tidur yang buruk. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dapat berupa terapi farmakologis, dan non farmakologis seperti terapi relaksasi otot progrosif, terapi musik, dan Pendidikan kesehatan sleep hygiene. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka pertanyaan penelitian adalah “apakah intervensi sleep hygiene efektif dalam meningkatkan kualitas tidur dan sleep hygiene indeks remaja? : sebuah literature review”



C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi intervensi sleep hygiene pada remaja dan menganalisis pengaruhnya terhadap kualitas tidur dan perilaku sleep hygiene remaja. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengidentifikasi intervensi sleep hygiene yang dilakukan pada remaja b. Untuk menganalis pengaruh intervensi sleep hygiene terhadap kualitas tidur remaja



10



c. Untuk menganalisis pengaruh intervensi sleep hygiene terhadap perilaku sleep hygiene remaja



D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat Bagi profesi keperawatan Dari hasil penelitian ini diharapkan perawat dapat memberikan peranan penting dalam memberikan intervensi dan informasi terkait sleep hygiene kepada remaja dan memberikan intervensi bagimana sleep hygiene yang baik dan benar untuk mengatasi masalah kualitas tidur yang buruk pada remaja. b. Manfaat bagi Pelayanan Kesehtan dan Keperawatan Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana pengaruh intervensi sleep hygiene terhadap sleep hygiene index dan kualitas tidur remaja. Serta dapat memberikan informasi untuk peneliti selanjutnya dan tambahan kepustakaan mengenai pengaruh intervensi sleep hygiene terhadap kualitas tidur dan perilaku sleep hygiene remaja. c. Manfaat bagi penelitian selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan data dasar untuk peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan sleep hygiene dan kualitas tidur.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Remaja 1. Defenisi Menurut WHO (2014), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 1019 tahun. Sementara menurut (Soetjiningsih, 2007) Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak- kanak dan masa dewasa yang ditandai dengan terjadinya kematangan seksual yang dimulai antara usia 11- 12 tahun sampai dengan masa dewasa muda yaitu usia. Selama masa peralihan ini, remaja akan mengalami banyak perubahan baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial (Pieter & Lubis, 2010) Menurut teori psikososial Erik Erikson masa remaja merupakan fase mencari identittas sehingga pada masa remaja banyak terjadi perubahan pada perkembangan biologis, social, psikologis serta kemampuan kognitif individu. Perubahan yang terjadi ini kemudian dapat menjawab kebingungan remaja terkait identitas dirinya (Santrock, 2012).



11



12



2. Tahapan Tumbuh Kembang Remaja 1) Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan. Pada fase remaja awal (11- 14 tahun) karakteristik seks sekunder mulai tampak seperti, penonjolan payudara pada remaja perempuan, pembesaran testis pada remaja laki- laki, pertumbuhan rambut ketiak, atau rambut pubis. Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap remaja pertengahan (14- 17 tahun) dan pada tahap remaja akhir (17- 20 tahun) struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir komplit dan remaja telah matang secara fisik(Wulandari, 2014). Standar tanda perubahan pada masa pubertas (Wilkinson, 2016) : a. Pada perempuan, pertumbuhan jaringan payudara dari terlihat pertama kali hingga matang berlangsung selama 2 sampai 6 tahun. Menarche (Menstruasi pertama) terjadi kira-kira setelah 2 tahun dari mulainya pubertas. Rata-rata umur terjadinya menarche adalah 12 tahun, tergantung dari ras dan massa tubuh. b. Pada laki- laki, masa pubertas berlangsung dari usia 9 sampai 14 tahun. Seiring dengan masa pubertas tersebut, anak laki-laki menjadi lebih berotot, suara menjadi lebih berat, dan rambut pada wajah mulai tumbuh serta menjadi lebih kasar. Untuk berkembang mencapai ukuran dewasa organ genital pada anak laki-laki membutuhkan waktu 2 sampai 5 tahun.



13



2) Perkembangan Kognitif pada Remaja Pada tahap remaja awal, remaja akan mencari- cari nilai dan energi baru serta membandingkan normalitas dengan teman sebaya yang jenis kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka telah mampu memandang masalah secara komprehensif dengan identitas intelektual sudah terbentuk ( Wulandari, 2014). 3) Perkembangan Psikososial Remaja mencoba berbagai peran , mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendiri meningkat, mempunyai banyak fantasi kehidupan serta idealitis (Wulandari, Ade., 2014). Pencarian jati diri merupakan tugas utama remaja dalam proses perkembangan psikososial (Berman, 2016). Perubahan keterikatan emosional terjadi pada masa remaja yaitu, yang pada awalnya terikat erat kepada orang tua kemudian berganti menjadi ikatan kuat antara teman sebaya (Wilkinson, 2016). Menurut teori psikososial Erik Erikson masa remaja merupakan fase identittas vs kekacauan identitas yang mana tahap ini merupakan tahap yang paling penting diantara tahap perkembangan lainnya karena pada fase ini remaja dituntut mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik. Erik Erikson menggunakan istilah krisis identitas remaja untuk menggambarkan konflik utama yang dialami pada fase ini. Tantangan terbesar pada fase remaja yaitu ketika individu harus menentukan siapa mereka, apa yang akan mereka lakukan dan apakah harapan



14



mereka dalam hidup. Dalam proses mencari identitas remaja sering mencoba berbagai macam hal- hal baru dan peran yang ada dilingkungannya, biasanya figur orang tua mulai luntur dan remaja mencoba mencari figur lain sebagai identifikasi. Sikap sering mencoba berbagai macam hal terkadang dapat menjerumuskan remaja ke hal-hal yang negatif, seperti kebingungan peran dapat menimbulkan kelainan perilaku yaitu kenakalan remaja dan juga psikotik. 4) Hubungan dengan Orang Tua Remaja perlu mengembangkan kemampuan untuk menentukan pilihan, bebas bertindak, dan menghadapi konsekuensi dari setiap yang mereka lakukan (Potter, 2013). Remaja pada tahap awal memiliki keinginan yang kuat untuk tetap bergantung pada orang tua, dalam tahap ini tidak terjadi konflik utama terhadap kontrol orang tua. Sedangkan pada remaja tahap pertengahan akan mengalami konflik utama pada tahap kemandirian dan kontrol karena pada tahap ini terjadi dorongan besar untuk emansipasi dan pelepasan diri (Wulandari, Ade., 2014). 5) Hubungan dengan Teman Sebaya Dapat diterima oleh kelompok teman sebayanya, seperti diterima dalam kelompok olahraga, klub atau geng pertemanan merupakan salah satu kebutuhan utama remaja, hal tersebut juga dapat meningkatkan kepercayaan diri remaja (Wilkinson, 2016). Remaja tahap awal dan pertengahan akan berusaha mencari afliasi dengan teman sebaya, pertemanan akan lebih dekat dengan teman yang memiliki jenis kelamin yang sama, namun mereka juga mulai mengeksplorasi



15



kemampuan untuk menarik lawan jenis. Sedangkan pada tahap akhir, kelompok sebaya mulai berkurang dalam hal kepentingan yang berbentuk pertemanan individu. Mereka sudah mulai menguji hubungan antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan yang permanen (Wulandari, Ade., 2014). Pada fase remaja akhir, teman sebaya biasnya digantikan oleh hubungan interpersonal yang lebih intim, seperti berpacaran, yang menandakan bahwa remaja telah mulai dewasa (American Psychologycal Association, 2002).



3.



Tugas Perkembangan Remaja Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan sebagai suatu tugas



yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila tugas itu berhasul dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan dalam menuntaskan tugastugas berikutnya. Secara rinci , Havighurst ( 1961) menjelaskan tugas- tugas perkembangan remaja sebagai beikut : 1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebayanya 2. Mencapai peran social sebagai pria atau wanita 3. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif 4. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya



16



5. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi 6. Memilih dan mempersiapkan karier ( pekerjaan ) 7. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga 8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep- konsep yang diperlukan bagi warga negara 9. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial 10. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk atau pembimbing dalam bertingkah laku 11. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa



Selanjutnya, Zan Pieter dan Namora tahun 2010 menyataka semua tugas perkembangan pada masa pubertas berfokus pada usaha mempersiapkan diri menuju masa dewasa dengan cara : 1. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang berbeda 2. Mencapai peran sosial feminisme atau maskulin 3. Menerima bentuk perubahan fisik dan menggunakannya 4. Meminta, menerima, dan, mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara social dan mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua ataupun orang dewasa lainnya



17



5. Mempersiapkan diri dalam penyesuaian diri pada norma- norma lingkungan social.



B. Tidur 1.



Defenisi Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi



individu terhadap lingkungan menurun. Tidur identik dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Kasiati dan Rosmalawati, 2016). Tidur dapat juga diartikan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, yaitu suatu keadaan yang penuh dengan ketenangan serta merupakan suatu urutan siklus yang terjadi berulang ( Tarwoto dan Wartonah, 2010). Tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari- hari ( Potter dan Perry, 2005).



2.



Fisiologi Tidur Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak



yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS berada dibagian atas batang otak dan memiliki sel-sel khusus yang dapat



18



mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba serta emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS akan melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Hidayat, 2008). a. Ritme Sirkadian Setiap Makhluk hidup memiliki bioritme ( jam biologis ) yang berbeda. Bioritme pada manusia dikontrol oleh tubuh kemudian disesuikan dengan factor lingkungan (cahaya, kegelapan, gravitasi, dan stimulus elektromagnetik). Ritme sirkadian adalah bentuk bioritme yang paling umum yang melengkapi siklus selama 24 jam. Fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, suhu, sekresi hormon, metabolism, dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadian. Tidur merupakan salah satu irama biologis tubuh yang kompleks. Sinkronasi sirkadian terjadi apabila individu memiliki pola tidur- bangun yang mengikuti jam biologisnya. Individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi dan akan tidur pada saat ritme paling rendah.



3.



Tahapan Tidur Dari



sebuah



penelitian



yang



dilakukan



dengan



bantuan



alat



elektroensefalogram (EEG), elektro- okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG) diketahui bahwa ada dua tahapan tidur yaitu non- rapid eye movement



19



(NREM) dan rapid eye movemen (REM). Selama tidur, individu akan melewati tahap NREM dan REM. Siklus tersebut dimulai dengan tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM ( Asmadi, 2008). 1. Tidur NREM Tidur NREM disebut juga dengan tidur gelombang pendek. Pada tidur NREM terjadi sejumlah penurunan fungsi fisiologis tubuh. Selain itu, semua proses metabolik termasuk tanda- tanda vital , dan kerja otot juga akan melambat. Tidur NREM ini terbagi atas 4 tahap (I- IV). Tahap I- II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahan III- IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep). 2. Tidur REM Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap tidur ini. Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlansung selama 5- 30 menit. Selama tahap REM, otak cenderung aktif dan metabolism meningkat hingga 20%. Pada tahap ini individu menjadi sulit dibangunkan atau justru dapat bangun secara tiba- tiba, tonus otot tersdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung serta ferkuensi nafas seringkali menjadi tidak teratur.



4.



Siklus Tidur Sepanjang siklus tidur, tahap NREM dan REM akan terjadi berselingan



sebanyak 4- 6 kali. Siklus tidur diawali dengan melewati tahap 1 dan 2 dari tidur



20



NREM dengan total waktu 20-30 menit, kemudian lanjut ke tahap 3 dan 4 NREM yang berlangsung selama kira- kira 50-60 menit. Setelah tahap 4 dari tidur NREM, balik lagi ke tahap 2 kira-kira selama 20 menit. Lalu, lanjut ke tahap tidur REM dimulai kira-kira selama 10 menit, artinya siklus tidur tahap pertama sudah lengkap. Jika seseorang terbangun, siklus tidur kembali diulang mulai dari tahap 1 tidur NREM. Durasi dari tahapan tidur NREM dan tidur REM bervariasi di setiap siklus tidur (Potter, 2013) Skema siklus tidur Normal :



NREM II



NREM III



NREM IV



Tidur REM



NREM IV



NREM III



Gambar 2.1 Siklus Tidur (Lehmann, et all, 2016)



5.



Mekanisme Tidur Mekanisme tidur dan bangun dipengaruhi oleh sistem aktivasi retikuler



( SAR). SAR terletak di batang otak paling atas dan terdiri dari sel khusus yang



21



berfungsi mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. Saat seseorang dalam kondisi sadar, maka aktivasi SAR akan meningkat sedangkan saat seseorang dalam kondisi tidur maka aktivasi SAR akan menurun. RAS dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan , dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir (Hidayat, 2008). Saat



keadaan sadar, neuron- neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin untuk tetap siaga. Saat seseorang mencoba untuk tidur dan menutup mata, memposisikan tubuh dalam kondisi rileks dengan rungan yang gelap dan



tenang maka selanjutnya aktivasi RAS akan menurun dan pada saat itu bulbar synchronizing regional (BSR) mengeluarkan serum serotonin ( Tarwoto dan Wartonah, 2010). Serotonin yang dikelurkan oleh BSR tersebut akan menyebabkan seseorang tertidur karena stimulus ke SAR yang menurun sudah diambil alih oleh BSR (Potter,2013).



6.



Manfaat Tidur Ketika dalam tahap IV tidur NREM, tubuh melepaskan hormon



pertumbuhan guna memperbaiki sel epitel terutama sel- sel otak, untuk tidur NREM sangat penting terutama untuk anak- anak. Selain itu, tidur juga bermanfaat untuk memulihkan penyakit, mengontrol nyeri, mengurangi kelelahan, meningkatkan sintesa protein, menyeimbangkan mekanisme melawan penyakit dalam sistem imun, membantu tubuh melakukan detoksifikasi alami membuang



22



racun dalam tubuh, meningkatkan perbaikan dan pertumbuhan sel, serta meningkatkan proses penyembuhan dan menurunkan ketegangan ( Potter dan Perry, 2005). Tidur REM juga sangat berguna untuk memulihkan jaringan otak dang fungsi kognitif. Kekurangan tidur REM akan menimbulkan perasaan bingung, perubahan suasana hati, penurunan performa motorik serta penurunan daya ingat (National Sleep Foundation, 2013). Kekurangan tidur secara umum akan meningkatkan resiko serangan jantung, stroke, infeksi dan kanker (Wilkinson, 2016).



7.



Kebutuhan Tidur Durasi waktu tidur yang dibutuhkan untuk tidur berbeda-beda



berdasarkan tahap perkembangan dan usia seseorang ( Kemenkes RI, 2018).



Tabel 2.1, kebutuhan Tidur Berdasarkan Tahap Perkembangan dan Usia Umur



Tingkat perkembangan



Jumlah Kebutuhan Tidur



0-1 Bulan



Bayi Baru Lahir



14 - 18 Jam/ Hari



0-8 Bulan



Masa Bayi



12 - 14 Jam/ Hari



18 Bulan - 3 Tahun



Masa Anak



11 - 12 Jam/ Hari



Masa Prasekolah



11 Jam/ Hari



3 - 6 Tahun



23



6 - 12 Tahun



Masa Sekolah



10 Jam/ Hari



12 - 18 Tahun



Masa Remaja



8,5 Jam/ Hari



18 - 20 Tahun



Masa Dewasa



7 - 8 Jam/ Hari



40 - 60 Tahun



Masa Muda Paruh Baya



7 Jam/ Hari



60 Tahun Keatas



Masa Dewasa Tua



6 Jam/ Hari



8.



Kebutuhan Tidur pada Usia Remaja Berdasarkan kelompok usia, setiap individu memiliki durasi waktu tidur



yang berbeda- beda. Pala tidur masa remaja dan dewasa muda relatif lebih stabil. Secara keseluruhan siklus tidur mereka terdiri dari 75- 80% tidur NREM dan 2025% tidur REM (Zhu & Zee, 2012). Kemenkes RI (2018) menganjurkan pada masa remaja untuk tidur dengan waktu 8,5 Jam/ hari sedangkan National Sleep Foundation menganjurkan pada usia remaja untuk tidur dalam rentang waktu 7- 9 jam setiap malam untuk mencapai tahapan tidur yang optimal sehingga keesokan harinya merasa segar dan tubuh dapat melakukan aktivitas sesuai fungsinya.



24



C. Kualitas Tidur 1. Defenisi Kualitas tidur adalah kepuasaan seseorang terhadap tidur sehingga orang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah- pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif seperti waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, lamanya tidur, frekuensi terbangun, dan aspek subjektif seperti kepulasan dan kedalaman tidur. (Daniel et all, 1998). Kualitas



tidur



seseorang



ditentukan



oleh



bagaimana



seseorang



mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari ( Lanywati, 2001). Kualitas tidur berhubungan dengan total lama waktur tidur, sebaik mana tidur dirasakan dan apakah telah mendapatkan tidur NREM dan REM yang cukup (Wilkinson, 2016). Tidur seseorang dikatakan berkualitas apabila tidak ditemukannya tanda- tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya (Hidayat, 2006). Kualitas tidur setiap orang bervariasi, tidak hanya kebutuhan tidur melainkan juga pola tidur. Pola tidur akan berubah seiring dengan pertambahan usia dan semakin bergamnya aktivitas. Semakin tua, maka dorongan homeostatik untuk tidurpun akan berkurang sehingga efisiensi tidurnya akan semakin menurun juga (Prasadja, 2009).



25



2. Aspek- Aspek Kualitas Tidur Nashori dan Diana tahun 2005 mengatakan bahwa kualitas tidur memiliki beberapa aspek, diantaranya : a. Nyenyak selama tidur Tidur yang nyenyak artinya selama tidur individu tidak mengalami gangguan internal dan ekseternal. Gangguan internal itu seperti suhu tubuh yang panas, terbangun untuk ke kamar mandi sedangkan gangguan eksternal dapat berupa suara gaduh, suara ketukan pintu dan suara pukulan tembok. b. Waktu tidur yang cukup Setiap individu memerlukan waktu penyimpanan tidur yang cukup guna menjaga kondisi homeostatis tidur tetap stabil. Kualitas tidur yang baik adalah tidur dengan waktu yang cukup sesuai tahapan perkembangan. c. Tidur lebih awal dan bangun lebih awal Tidur lebih awal dan bangun lebih awal merupakan keteraturan dari tidur dan terjaganya seseorang. d. Merasa segar ketika terbangun Saat bangun tidur, harusnya seseorang merasakan rasa segar atau bugas namun, tidak semua orang bisa merasakan hal yang sama. Maka kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila saat mereka terbangun maka akan merasakan perasaan segar dan bugar.



26



e. Tidak bermimpi buruk Kualitas tidur yang baik adalah ditandai denga tidak mengalami mimpi buruk saat tidur. Ketika mengalami mimpi buruk saat tidur, seseorang akan kesulitan kembali untuk memulai tidur (Tama, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Levin et al, 2009 didapatkan data bahwa subjek yang mengatakan mengalami mimpi buruk berpendapat bahwa tidur yang dilakukannya tidak berkualitas.



3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun



kuantitas tidur,



diantaranya: a. Penyakit Penyakit dapat menimbulkan rasa nyeri atau distress fisik yang kemudian dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk tidur namun, disamping itu siklus bangun- tidur individu selama sakit sangat rentan mengalami gangguan (Kasiati dan Rosmalawati, 2016). Kondisi Individu yang mengalami penyakit kronis akan mengakibatkan rasa nyeri dan sakit, hal ini kemudian akan menganggu tidur individu tersebut sehingga kebutuhan tidur dan istirahat tidak terpenuhi dengan baik (Wahyuningsih, 2015). b. Lingkungan Faktor lingkungan dapat membantu dan sekaligus menghambat proses tidur. Contohnya, suhu kamar yang tidak nyaman dan ventilasi yang buruk dapat



27



mempengaruhi tidur seseorang namun, kondisi lingkungan yang aman dan nyaman akan mempercepat terjadinya proses tidur (Kasiati dan Rosmalawati, 2016). c. Latihan dan Kelelahan Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur individu. Semakin lelah, maka akan semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya (Kasiati dan Rosmalawati, 2016). d. Gaya Hidup Pola tidur seseorang juag dipengaruhi oleh aktivitas rutin harian yang dilakukan orang tersebut. Haug (2015) mengatakan saat ini penggunaan smartphone telah menjadi gaya hidup bagi remaja. Penggunaan media elektronik sebelum tidur menyebabkan mereka terpapar sinar spektrum biru, sehingga otak merespon dengan menunda sekresi melatonin yang menyebabkan waktu jatuh tidur menjadi lebih panjang (Demirci, 2015). Gaya hidup lainnya yang mempengaruhi kualitas tidur yaitu , kafein, alkohol, merokok, dan diet. Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsan susuna syaraf pusat sehingga dapat menganggu pola tidur. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menganggu siklus tidur REM dan saat pengaruh alkohol telah hilang individu sering mengalami mimpi buruk. Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh sehingga perokok sering kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun dimalam hari. (Kasiati dan Rosmalawati, 2016).



28



e. Stress Emosional Ansietas dan depresi sangat sering mengganggu tidur seseorang. Kondisi ini dapat membuat meningkatnya kadar norepinfrin dalam darah melalu sistem saraf simapatis. Kondisi ini kemudian mengakibatkan terganggunga siklus tidur NREM tahap 4 dan tidur REM serta meyebabkan seseorang jadi sering terjaga saat tidur (Kasiati dan Rosmalawati, 2016). f. Medikasi Obat- obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang seperti Hipnotik dapat menganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat mengakibatkan insomnia dan mimpi buruk kemudian narkotik (misalnya : meperidin hidrokolrida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan sering terbangun di malam hari (Kasiati dan Rosmalawati, 2016). g. Motivasi Keingin untuk tetap terbangun kadang dapat menutup rasa lelah seseorang. Sebaliknya, rasa bosan dan tida ada motivasi untuk terjaga seringkali mendatangkan rasa kantuk (Kasiati dan Rosmalawati, 2016).



4. Parameter Kualitas Tidur Terdapat beberapa parameter untuk melihat kualitas tidur seseorang, antara lain waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur, total waktu tidur, frekuensi terbangun, dan beberapa aspek subyektif seperti perasaan segar saat bangun pagi



29



hari, kedalaman tidur, kepuasan tidur, perasaan mengantuk dan lelah di siang hari (Nugroho, 2008). Waktu yang dibutuhkan untuk tidur adalah waktu yang dihabiskan sejak timbulnya keinginan untuk tidur sampai masuk pada tidur tahap REM. Sedangkan total waktu tidur adalah jumlah waktu dalam kehidupan yang digunakan individu untuk tidur yaitu lamanya waktu tidur dikurangi lama waktu terbangun (Wilkinson, 2016). Frekuensi terbangun adalah sering atau tidaknya individu terbangun dari tidurnya yang bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau karena keingnan untuk buang air kecil. Pada masa dewasa muda, normalnya akan terbangun sekitar satu sampai dua kali, yang akan berpengaruh pada pengurangan total waktu tidur (Wilkinson, 2016).



5. Alat Ukur Kualitas Tidur Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) merupakan salah satu instrumen pengukuran kualitas tidur yang efektif dan telah banyak digunakan untuk mengukur kualitas tidur pada orang dewasa maupun pada remaja. PSQI mengukur tujuh dimensi atau indikator terhadap kualitas tidur yaitu kualitas tidur subyektif, latensi tidur, durasi tidur, efesiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, konsumsi obat tidur, dan keluhan saat terbangun (Smyth, 2012).



30



Nilai atau skor PSQI berada dalam rentang 0- 21, Apabila skor yang diperoleh kecil dari lima artinya ada indikasi kualitas tidur yang baik. Sedangkan apabila skor yang diperoleh besar dari atau sama dengan lima, artinya terdaoat nilai yang sensitif dan spesifik dari kualitas tidur yang buruk pada individu. Semakin tinggi skor yang didapatkan maka semakin buruk pula kualitas tidur individu tersebut. Kuisioner PSQI telah dilakukan uji reliabilitas oleh University of Pittsburgh pada tahun 1988 dengan nilai Alpha Cronbach 0,83 (Dermici, 2015). Kuisioner PSQI terdiri dari 9 pertannyaan serta 7 komponen yang mana masing- masing pertanyaan memiliki skor 0-3. 7 komponen penilaian PSQI yaitu (Smyth, 2012) : a. Kualitas tidur subjektif Kualitas tidur subjektif merukapan penilaian singkat terhadap kualitas tidur seseorang apakah tidurnya sangat bail, baik, kurang dan sangat kurang. b. Latensi tidur Latensi tidur adalah durasi yang dibutuhkan individu dari berangkat tidur hingga tertidur. Seseorang dengan kualitas tidur sangat baik menghabiskan waktu kurang dari 15 menit untuk memasuki tahap tidur. Kemudian kriteria selanjutnya adalah 16- 30 menit, 31- 60 menit dan lebih lama dari 60 menit. c. Durasi Tidur Durasi tidur dihitung dari waktu seseorang tidur sampai dengan terbangun di pagi hari tanpa memperhitungkan waktu terbangun pada tengah malam. Durasi



31



tidur seseorang berbeda sesuai tahapan perkembangannya. Pada tingkat remaja usia 12- 18 tahun membutuhkan durasi tidur setidaknya 8,5 jam/ hari. d. Efisiensi kebiasaan tidur Efisiensi kebiasaan tidur merupakan rasio presentase antara jumlah total waktu tidur dibagi dengan waktu yang dihabiskan di tempat tidur. Kriterianya adalah sangat efisien, cukup efisien, dan kurang efesien. e. Gangguan tidur Merupakan kondisi terputusnya tidur yang ditandai dengan terbangun dari tidur pada malam hari atau terbangun terlalu pagi, terbangun untuk ke kamar mandi, sulit bernafas secara nyaman, batuk atau mendengkur, merasa kedinginan atau kepanasan, mengalami mimpi buruk, merasa sakit dan kondisi lainnya yang dapat menganggun tidur. f. Penggunaan obat tidur Penggunaan obat tidur dinilai dengan melihat seberapa sering seseorang mengkonsumsi obat- obatan untuk membantu tidur selama satu bulan terakhir. g. Disfungsi atau terganggunya aktivitas disiang hari Seseorang yang memiliki kualitas tidur yang buruk akan menunjukkan keadaan mengantuk ketika beraktivitas di siang hari. Disfungsi di siang hari dinilai dengan melihat apakah sebulan terakhir ada masalah yang menganggu untuk tetap terjaga saat mengendarai kendaraan, makan, beraktivitas sosial serta berapa banyak



32



masalah yang menyebabkab seseorang tidak antusias untuk menyelesaikan aktivitasnya dalam sebulan terakhir.



6. Gangguan Tidur Gangguan



tidur



merupakan



kondisi



yang



secara



umum



dapat



menyebabkan gangguan tidur malam (Potter, 2013). Berikut adalah gangguan tidur yang umum terjadi (Kasiati dan Rosmalawati, 2016). : a. Insomnia Insomnia merupakan gejala kesulitan untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan/atau tidur singkat yang ditandai dengan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Penyebabnya bisa karena gangguang fisik dan faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Gejala umumnya adalah keluhan mengantuk yang berlebihan pada siang hari. b. Parasomnia Parasomnia merupakan perilaku yang dapat menganggu tidur atau perilaku yang muncul saat seseorang sedang tidur. parasomnia umumnya dialami oleh anak- anak. Beberapa turunan parasomnia seperti berjalan saat tidur, mengngigau dan mimpi buruk. Jika dialami oleh orang dewas, parasomnia bisa menjadi indikasi adanya masalah serius.



33



c. Hipersomnia Hipersomnia adalah tidur yang berlebihan terutama pada siang hari. Gejalanya yaitu individu masih merasa ngantuk padahal jumlah waktu tidurnya sudah cukup atau normal. Gangguan ini dapat disebabkan karena kondisi tertentu seperti kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati atau ginjal, gangguan metabolisme, dll. d. Narkolepsi Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba- tiba pada siang hari. Penyebab pastinya belum diketahui namun diperkirakan karena kerusakan genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur REM. e. Apnea saat tidur dan mendengkur Apnea saat tidur adalah kondisi terhentinya nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini sering terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga malam hari, insomnia, atau mengalami perubahan psikologis. Mendengkur disebebkan oleh adanya rintangan dalam pengairan udara di hidung dan mulut pada waktu tidur biasanya disebabkan oleh adenoid, amandel atau mengendurnya otot dibelakang mulut. f. Enuresa Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada waktu tidur atau populer dengan istilah mengompol.



34



7. Penatalaksanaan Gangguan Tidur Penatalaksanaan umum gangguan tidur yaitu dengan penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis yang meliputi konseling, pendekatan hubungan antara pasien dengan tenaga medis, psikoterapi serta Sleep Hygiene. (Petit, 2004). Pendidikan kesehatan sleep hygiene merupakan intervensi nonfarmakologis yang mudah untuk dilaksanakan dan ditaati ( Halal dan Nunes, 2014). Meskipun cara farmakologi dan non farmakologi dibutuhkan untuk terapi gangguan



tidur,



namun



penatalaksanaan



utamanya



adalah



terapi



non



farmakologik. Dalam penatalaksanaan farmakologis gangguan tidur dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Obat hipnotik mempunyai efek kelemahan yang efeknya dapat dirasakan pada keesokan harinya sehingga menganggu aktivitas sehari- hari. Untuk itu, sebelum menggunakan obat hipnotik harus ditentukan terlebih dahulu jenis gangguan tidurnya (Japardi, 2002). Terapi non farmakologi gangguan tidur antara lain adalah melalui aktivitas sleep hygiene, terapi pengontrolan stimulus, sleep restriction therapy, terapi releksasi dan biofeedback. Sleep hygiene bertujuan untuk memberikan lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk tidur dan merupakan aspek yang mutlak dimanipulasi pada tatalaksana gangguan tidur (Jansson-Fröjmark et al., 2019).



35



D. Sleep Hygiene 1.



Defenisi Sleep hygiene merupakan istilah yang menggambarkan kebiasaan tidur



yang baik, yang mencakup hal- hal yang dapat dilakukan untuk memberikan kesempatan terbaik untuk mendapatkan tidur yang rileks. Sedangkan perilaku sleep hygiene adalah latihan atau kebiasaan yang berguna untuk mengoptimalkan kebiasaan sebelum tidur yang baik sehingga tercapai kualitas tidur yang optimal sehingga dapat melakukan aktivitas maksimal di siang hari. ( Australia SD. Sleep Hygiene, 2006 ) Tujuan



menjaga



dan



menerapkan



sleep



hygiene



adalah



untuk



meningkatkan periode tidur tahap REM serta mempertahankan durasi tidur tahap REM (Nolan dan Price, 2009). Pendidika kesehatan sleep hygiene guna memperbaiki sleep hygiene index merupakan cara yang sederhana namun efektif dalam meningkatkan kualitas tidur(Stanley, 2006).



2.



Komponen Sleep hygiene Secara umum sleep hygiene dibagi menjadi 4 bagian yang terdiri dari



jadwal tidur- bangun, lingkungan, diet dan kebiasaan tidur yang dapat menginduksi tidur seperti aktivitas siang hari (Amir, 2007).



36



1. Jadwal tidur- bangun Jadwal bangun tidur terbagi atas kebiasaan tidur siang, kebiasaan jam tidur, dan aktivitas latihan sebelum tidur. Tidur siang dapat menyebabkan kualitas tidur malam lebih baik. Kebiasaan tidur siang dimulai dari pukul 14.00 sampai 16.00 WIB dengan durasi tidur siang yang berbeda yaitu antara 11,5 menit sampai 108,5 menit (Pandi dan Jaime, 2010). 2. Lingkungan Lingkungan terdiri dari tempat tidur yang tidak nyaman ( misalnya matras dan guling yang tidak nyaman, selimut terlalu tebal atau terlalu tipis), kamar tidur yang tidak nyaman ( terlalu terang, suhu ruangan yang panas, suara berisik), perasaan yang buruk sebelum tidur ( marah, stress, khawatir). Studi menunjukkan bahwa sinar cahaya dalam ruangan akan berpengaruh pada hormon melatonin. Kamar yang tetap terang saat tidur akan mengurangi kadar melatonin sampai dengan 50%. sedangkan lampu yang dimatikan saat tidur akan membuat kinerja hormon melatonin maksimal hingga membuat tubuh dan otak beristirahat secara penuh (Suci, 2015). 3.



Diet Komponen diet dalam sleep hygiene terdiri dari perilaku konsumsi



kafein, merokok dan konsumsi alkohol dan yang dinilai 4 jam sebelum tidur (Mastin, 2006). Dalam kafein terdapat komponen bioaktif yang dapat menghilangkan rasa kantuk (Astawan, 2008). Konsumsi kafein yang berlebih dapat menyebabkan



37



perburukan jumlah jam tidur, onset tidur, frekuensi terbangun dimalam hari, kedalaman dan ketidakpuasan tidur serta disfungsi di pagi hari (Binti dan Samosir, 2013). Mekanisme kerja utama kafein adalah mengahmbat reseptor Adenonsin yang merupakan neurotransmitter yang memiliki efek mengurangkan aktivitas sel terutama sel saraf. Jika reseptor adenosine berkaitan dengan kafein, maka aktivitas sel saraf akan tetap akitif karena adenosine tidak bisa bekerja menghambat aktivitas sel. Berbeda dengan konsumsi kafein, konsumsi alkohol akan memicu rasa kantuk saat seseorang sudah terjaga dalam waktu yang lama dan mulai reda setelah tidur. Setelah minum alkohol, produksi adenosine akan meningkat yang memungkinkan untuk cepat tidur namun, akan mereda dan menyebabkan seseorang terbangun sebelum benar- benar istirahat. Dampak lainnya konsumsi alkohol adalah blocking tidur tahap REM (Matizih, 2004) Merokok juga merupakan salah satu perilaku yang harus dihindari sebelu, tidur. Kandungan nikotin yang terdapat dalam rokok akan meningkatkan konsentrasi intrasynaptic dopamine (DA) diventral striatum/ nucleus accumbens (VST/Nac) dan serotonin sebagai neurotransmitter penahan kantuk yang menyebabkan proses jatuh tidur semakin lama (Liem, 2010). Penelitian Vaora tahun 2014 menemukan bahwa perokok berat memiliki risiko 9.3 kali lebih besar mengalami insomnia.



38



4.



Kebiasaan yang dapat menginduksi tidur Tindakan non- spesifik untuk menginduksi tidur (sleep hygiene) dapat



dilakukan dengan bangun pada waktu yang sama setiap hari, batasi waktu ditempat tidur, hindari tidur sekejap di siang hari, batasi waktu di tempat tidur, aktif berolahraga di sore hari, merendam kaki dengan air hangat selama 20 menit,hindari makan banyak sebelum tidur, lakukan relaksasi sebelum tidur dan mempertahankan kondisi tidur yang menyenangkan merupakan tindakan yang dapat menginduksi tidur (Prayitno, 2002).



3. Alat ukur sleep hygiene Sleep hygine dapat diukur dengan menggunakan kuisioner Sleep Hygiene Index (SHI). kuisioner ini digunakan sebagai alat ukur untuk menilai baik atau buruknya perilaku atau kebiasaan tidur dan lingkungan seseorang. Kuisioner sleep hygiene index yang oleh mastin et all tahun 2006 terdiri dari 13 pertanyaan yang terdiri dari 4 komponen yaitu jadwal tidur- bangun, lingkungan, diet dan kebiasaan yang menginduksi tidur dengan rentang skor 1-5. Hasil interpretasi sleep hygiene index dibagi menjadi tiga yaitu skor 13-27 (baik), 28-40 (sedang), dan 41-75 (buruk) .



39



E. Sleep Hygiene Intervention 1. Defenisi Sleep Hygiene didefinisikan sebagai seperangkat rekomendasi perilaku dan lingkungan yang dimaksudkan untuk mendorong kebiasaan tidur yang sehat. Salah satu intervensi keperawatan sleep hygiene yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan sleep hygiene. Pendidikan kesehatan Sleep hygiene adalah pendidikan pola tidur yang sehat kepada pasien yang mengalami gangguan tidur (Gellis et al., 2014). Kegiatan pendidikan kesehatan sleep hygiene dapat berupa memberikan serangkaian informasi kepada pasien tentang kebiasaan tidur yang sehat dan didorong untuk mengikuti serangkaian rekomendasi untuk meningkatkan kualitas tidur mereka (mis., hindari kafein, berolahraga secara teratur, menghilangkan kebisingan dari lingkungan tidur, mempertahankan jadwal tidur yang teratur (Leah, A. Irish, et all).



2. Pedoman Pelaksanaan sleep hygiene Menurut (Hodges- Crowder, 2007) Pedoman sleep hygiene yang baik yaitu : a. Pergi ke tempat tidur dan bangun di waktu yang sama setiap hari b. Hindari kebiasaan tidur siang hari c. Hindari konsumsi makanan berat sebelum tidur d. Tidak melakukan kegiatan lain seperti membaca di tempat tidur (pergi ketampat tidur hanya untuk tidur)



40



e. Usahakan tidak meletakan jam di kamar tidur berada dalam pandangan ketika berbaring f. Mengurangi kebisingan eksterna ketika mencoba tidur g. Mengurangi konsumsi stimulant seperti nikotin dan kafein sebelum tidur h. Siapkan diri untuk tidur 30 menit sebelum berbaring. Relaksasi sangat membantu dalam mempersiapkan tidur



3. Aplikasi Sleep Hygiene Tujuan : Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur a. Langkah 1: Melacak kebiasaan tidur Tujuan melacak kebiasaan tidur adalah untuk memahami bagaimana kita tidur, ini sangat membantu untuk menyimpan log dari pola tidur seseorang. Pelaksanaan sleep hygiene akan optimal apabila dikombinasikan dengan perpanjangan waktu tidur yang dapat dilakukan dengan mengisi jadwal tidur melalui sleep diary. Adapun rangkaian yang terdapat dalam sleep diary adalah : 1) Tidur Siang: Catat waktu untuk semua tidur siang (disengaja atau tidak), Misalnya jika tertidur saat menonton TV catat ini sebagai tidur siang.



41



2) Tidur : Ini adalah waktu yang benar-benar digunakan untuk pergi tidur. 3)



Sleep-onset latency: Berikan perkiraan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tertidur setelah mematikan lampu.



4) Jumlah terbangun : Ini adalah berapa kali terbangun di malam hari. 5) Durasi terbangun: Perkirakan berapa menit yang Anda habiskan untuk bangun setelah bangun setiap malam. 6)



Morning Awakening: Catat waktu bangun dari tempat tidur terakhir sebelum memutuskan untuk memulai kegiatan harian.



7) Waktu di luar tempat tidur: Catat waktu bangkit dari tempat tidur untuk memulai hari. b. Langkah 2: Sleep Hygiene Setelah memantau pola dan kebiasaan tidur, perhatikan apa jenis kesulitan tidur yang dialami (misalnya : kesulitan tidur memulai tidur, kesulitan mempertahankan tidur). Kemudian, lakukan pedoman sleep hygiene yang diinginkan. Setidaknya lakukan satu strategi dan pedoman baru setiap hari untuk dicoba.



42



4. Pengaruh Intervensi Sleep Hygiene Terhadap Kualitas tidur dan Sleep Hygiene Index Sleep hygiene yang baik dapat mencegah berkembanganya gangguan dan masalah tidur yang sedang dialami seseorang. Hal ini berarti, intervensi sleep hygiene akan mempengaruhi perilaku sleep hygiene kearah yang lebih baik dan dapat membantu seseorang memiliki kualitas tidur yang baik pula. Menurut Malone ( 2011 ) pengaruh intrvensi sleep hygiene adalah : a. Dapat meningkatkan kualitas tidur REM sehingga seseorang akan merasa lebih segar saat bangun b. Dapat memperkuat irama sirkandian dan onset latensi tidur yang teratur c. Memperdalam dan memperpanjang tidur d. Konsumsi kafein di malam hari dapat menganggu tidur sehingga pembatasan waktu konsumsi kafein dapat meningkatkan kualitas tidur e. Obat tidur mungkin efektif digunakan namun mengkonsumsi obat tidur justru dapat merugikan penderita insomnia karena ketergantungan sehingga menjaga perilaku hygiene lebih disarankan



BAB III METODE PENELITIAN



A. Jenis Review Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sekunder yang berjenis Literature Review. Literature Review merupakan metode dalam melaksanakan review artikel dengan standar, kriteria, evaluasi terstruktur, dan pengkategorian dari evidence based yang telah dihasilkan sebelumnya (Hariyati,2010). Jenis review yang digunakan yaitu tradisional review yang mana tradisional review merupakan tinjauan pustaka yang selama ini umum dilakukan oleh peneliti. Paper- paper ilmiah yang direview dipilih sendiri oleh peneliti sesuai topik penelitian. Adapun metode pencarian artikel atau jurnal yang digunakan yaitu pencarian melalui electronic database goggle scholar, Science Direct, Portal Garuda Ristekdikti, dll. Peneliti menuliskan kata kunci sesuai MeSH (Medical Subject Headding) yaitu “Sleep Hygiene Intervention for Adolescents / Intervensi Sleep Hygiene pada Remaja”, “Sleep Quality of Adolescents/ Kualitas Tidur Remaja” dan Perilaku Sleep Hygiene (Sleep Hygiene Index).



43



44



B. Strategi Pencarian Literatur Metode pencarian artikel atau jurnal yang digunakan yaitu pencarian melalui electronic Portal Garuda Ristekdikti, goggle scholar, Science Direct, , dll. Peneliti menuliskan kata kunci sesuai MeSH (Medical Subject Headding) yaitu kosa kata atau tersaurus terkontrol dari US National Library of Medicine yang digunakan untuk mencari data di PubMed dan beberapa database lain (CQUniversity Australia, 2020). Jadi peneliti menggunakan kata kunci yaitu “Sleep Hygiene Intervention for Adolescents / Intervensi Sleep Hygiene pada Remaja”, “Sleep Quality of Adolescents/ Kualitas Tidur Remaja” dan “Perilaku Sleep Hygiene (Sleep Hygiene Index)”. Penelitian ini dilakukan dengan literature review dengan rentang waktu pengumpulan jurnal sampai tahap penulisan hasil jurnal sampai dengan Juli 2020



45



Alur Seleksi Jurnal



nggunakan keyword melalui database Garuda Ristekdikti, Google Scholar,PubMed dan Science Dierect N = 117



Exclude ( n = 24 ) Tidak sesuai topik ( n= 13 ) Literatur review ( n = 3 ) Book chapters, skripsi (n=3) Tidak ada hubungan dengan kualitas tidur atau sleep hygiene (n=5)



Exclude ( n = 11 ) Penelitian non- eksperimen / non intervensi ( n = 9 ) Tujuan tidak sesuai ( n = 2 )



Bagan 3.1 Alur Seleksi Jurnal



46



C. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel pada literature review ini adalah menggunakan paling sedikit 5-10 jurnal terkait intervensi sleep hygiene pada remaja dan pengaruhnya terhadap kualitas tidur dan atau perilaku sleep hygiene remaja, bergantung dari hasil pemilihan yang sesuai dengan kriteri inklusi dan ekslusi. Tabel 3.1 Kriterian Inklusi dan Eklusi Kriteria Inklusi Populasi/ Jurnal memiliki objek Masalah penelitian mengenai intervensi sleep hygiene dan pengaruhnya terhadap kualitas tidur dan atau perilaku sleep hygiene remaja Intervensi



Sleep hygiene intervention



Eklusi



Intervensi



sleep hygiene dikombinasikan dengan intervensi lain Outcome Menyajikan hasil bagaimana Tidak menyajikan bagaimana pengaruh intervensi terhadap pengaruh intervensi terhadap kualitas tidur dan atau perilaku kualitas tidur dan atau perilaku sleep hygiene remaja sleep hygiene remaja Study design Quasi Experimen, A crosssectional, Mix methods study, experimental study, survey study, dll. Tahun terbit Jurnal atau artikel di Jurnal atau artikel publikasikan dalam rentang dipublikasikan sebelum tahun tahun 2010-2020 2010 Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Selain Bahasa Indonesia dan Inggris Bahasa Inggris Sampel Remaja awal usia 12- 18 tahun Selain Remaja awa lusia 12- 18 dan remaja akhir usia 18-21 tahun dan remaja akhir usia 18tahun 21 tahun



47



D. Ekstrasi Data



Data diekstraksi dari setiap sudut yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah di tetapkan. Alur ekstrasi data literatur review yang peneliti lakukan meliputi : 1. Melakukan pencarian jurnal, artikel dengan memasukan kata kunci yang sudah ditetapkan 2. Menseleksi jurnal, artikel sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah di tetapkan. 3. Menganalisis jurnal Analisa Jurnal bertujuan untuk mendapatkan gambaran dari hasil penelitian dan hipotesis yang sebelumnya telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, serta memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian yang sudah dilakukan sebagi kontribusi dalam pengembangan terhadap ilmu pengetahuan yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).



BAB IV HASIL KAJIAN LITERATUR



A. Hasil Seleksi Studi Jumlah pencarian dengan memasukan kata kunci melalui database google scholar ditemukan 925 jurnal dengan science dierect 1.025, PubMed 284 jurnal dan dengan portal garuda ristekdikti sebanyak 17 jurnal. Namun setelah di telesuri lebih jauh hanya 90 jurnal yang memuat tentang intervensi sleep hygiene dan pengaruhnya terhadap kualitas tidur dan perilaku sleep hygiene pada remaja. Pembagian terhadap 90 jurnal tersebut diantaranya 17 jurnal ditemukan dari portal garuda ristekdikti 12 Jurnal dari science dierect dan 61 jurnal lainnya dari google scholar. Setelah dilakukan seleksi jurnal dalam rentang 5-10 tahun terakhir serta jurnal yang berbahasa Indonesia atau Inggris ditemukan ada 48 Jurnal. Selanjutnya penulis melakukan seleksi lebih lanjut terhadap judul dan duplikat jurnal dan menemukan ada 45 jurnal selanjutnya dari 45 jurnal hanya 21 yang layak dilakukan Identifikasi Abstrak dan lebih lanjut ditemukan 10 jurnal yang bisa penulis analisis lebih lanjut.



48



49



A.



Ekstrasi Data



Tabel 4.1 Ekstrasi Data No. 1.



Peneliti,



Design



Sampel



Instrumen



tahun terbit



Penelitian



Penelitian



Penelitian



Intervensi



Hasil Penelitian



Peneliti



Quasi



99 orang



-Adolescent



Intervensi sleep



Pendidikan kesehatan



:(Luh et al.,



Experimen



(Intervensi



Sleep Hygiene



hygiene yang



menggunakan media



2020)



Rancangan



menggunakan



Scale



diberikan yaitu berupa



booklet dan media



Tahun



the two



booklet 53



-Pittsburgh



pendidikan kesehatan



audiovisual berupa



terbit :



group



orang dan



Sleep Quality



mengenai kebutuhan



pemutaran video secara



2020



pretest



audiovisual



Index



tidur remaja dan



efektif meningkatkan



posttest



46 orang)



- Booklet



bagaimana sleep



perilaku kebersihan tidur



-Video



hygiene yang baik dan



dan kualitas tidur remaja



benar. Pendidikan



dengan gangguan tidur



kesehatan diberikan



(p = 0,001).



design



dengan menggunakan multimedia video untuk kelompok 1 dan dengan menggunakan 49



50



booklet untuk kelompok 2. 2.



Peneliti :



Penelitian



- 1.347 orang



Kuisioner :



Intervensi dalam



Ada perbedaan



(tsuka et



terbuka,:



kelompok



-



program ini diberikan



prevelensi masalah tidur



al., n.d.)



Rancangan



intervensi



demographic



dalam bentuk



antara kelompok



Tahun



posttest



- 1.468 orang



variables



pendidikan kesehatan



intervensi dan kelompok



terbit: 2019



only control



kelompok



-sleep status



dengan menggunakan



kontrol setelah diberikan



group



kontrol



-lifestyle,



bahan ajar yang



sleep hygiene education



-mental health



berjudul “Healthy



(p=0.035)



status,



Living Sleep Guide



-



lines for High School



Internet



Students: 12 Sleeping



Usage



Catchphrases for



design



High School materi bahan



Students”. Materi



ajar sleep



bahan ajar yang



hygiene.



diberikan berfokus pada pentingnya tidur, fisiologi tidur, durasi



51



tidur esuai usia, efek negatif gangguan tidur dan kurang tidur, serta sleep hygiene dan efek konsumsi kafein dan alkohol 3.



Peneliti :



Quasi



Mariyana, R., Oktorina, R. & Pratama, A. Tahun Terbit : 2020



Experiment: rancangan Pre Test dan Post Test Two Group Design.



20 orang



Sleep



sebelum tidur tidur. Intervensi sleep



Ada perbedaan



disturbanc



hygiene yang



bermakna rata-rata



e scale for



diberikan mengacu



kualitas tidur responden



children



kepada program



setelah diberi intervensi



( SDSC)



F.E.R.R.E.T (Food,



terapi wudhu (p = 0,001)



Emotion, Routine,



mapun terapi hygiene



Restrict,



(p=0,002).



Environment, Timing) . Responden akan diatur untuk mengikuti prosedur modifikasi dari program ferret yang



52



terdiri atas tidur pada waktu yang sama setiap hari, tidak minum apapun 30 menit sebelum tidur, tidak menggunakan alat elektronik 30 menit menjelang tidur, meredupkan lampu tidur, tidak mengerjakan tugas sekolah di tempat tidur, dan membuka jendela serta menyalakan lampu kamar saat bangun tidur 4.



Peneliti



Experimental 96 orang



Sleep Hygiene



Intervensi berupa



Ada penurunan bermakna



:(Gipson et



design that



Awareness and



pendidikan kesehatan



pada rerata skor sleep



- 52 orang



53



al., 2019)



compared



kelompok



Tahun



an



intervensi



Terbit :



intervention



2019



group and



kelompok



an attention



kontrol



control group



- 44 orang



Practice Scale - Sleep Hygien e Index -Pittsburgh Sleep Quality Inde -SelfEfficacy for Sleep Hygiene Inventory



melalui pesan teks



hygiene index kelompok



yang dikirim setiap



intervensi (p = 0,004) dan



2x seminggu yaitu



kelompok kontrol (p =



setiap hari senin dan



0,001).



kamis pukul 3 sore



Begitu juga dengan skor



yang berlansung



rerata kualitas tidur ada



selama 6 minggu.



penurunan skor bermakna



Pesan teks yang



kelompok intervensi (p =



dikirim merupakan



0,02). kelompok kontrol



informasi adaptasi



( p = 0,02).



yang di rekomendasikan oleh National Sleep Foundation berupa informasi rekomendasi sleep hygiene prosedur dan ditulis mengacu pada rekomendasi Centers for Disease Control



54



and Prevention. Guide to Writing for Social Media (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Panduan Menulis untuk Media Sosial) 5.



Peneliti



Randomized



:(John et al., 2016) Tahun Terbit : 2016



58 Orang



Sleep Hygiene



(34 orang controlled pilot trial



kelompok intervensi dan 24 kelompok kontrol)



Index , Pittsburgh Sleep Quality Inde, The Cleveland Adolescent Sleepiness Questionnair e



Intervensi yang



Ada hubungan yang



diberikan dalam



signifikan antara



bentuk Program



kebersihan tidur dengan



promosi tidur



kualitas tidur, diamati



Program dibagi ke



pada kelompok



dalam 3 sesi yang



eksperimen dan kontrol



terdiri dari 50 menit



(𝑝