Keperawatan Dewasa Ii: Asuhan Keperawatan Pada Pasien BPH [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ilma
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN DEWASA II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BPH



OLEH : KELOMPOK 3 GENTRI MAILIA



1611316004



DEFRITA



1611316009



ANIL DARMAN



1611316019



HANA KENITA SARI



1611316032



YULFIANI NAZRITA



1611316047



Dosen Pembimbing : Ns. Reni Prima Gusti, M.Kep



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2017



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi besar kita yakninya Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan pada saat sekarang ini. Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa II mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Pasien BPH”. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.



Padang, Agustus 2017



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR............................................................................................................ i DAFTAR ISI



................................................................................................................. ii



BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1 C. Tujuan



................................................................................................................. 2



BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 3 A. Definisi



................................................................................................................. 3



B. Etiologi



.................................................................................................................4



C. Patofisiologi ............................................................................................................. 5 D. Tanda dan gejala ....................................................................................................... 4 E. Komplikasi ............................................................................................................... 5 F. Pemeriksaan penunjang ............................................................................................. 4 G. Penatalaksanaan ........................................................................................................ 5 H. Asuhan Keperawatan................................................................................................. 4 BAB III PENUTUP................................................................................................................ 9 A. Kesimpulan ............................................................................................................... 9 B. Saran



................................................................................................................. 9



DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi di segala bidang dalam kehidupan ini membawa dampak yang sangat signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup, status kesehatan, umur harapan hidup dan bertambahnya usia lanjut yang melebihi perkiraan statistik. Kondisi tersebut menempati kasus degeneratif tersering yang diderita pria yaitu BPH. Benign prostatic hyperplasia atau Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) disebut juga Nodular hyperplasia, Benign prostatic hypertrophy atau Benign enlargement of the prostate (BEP) yang merujuk kepada peningkatan ukuran prostat pada laki-laki usia pertengahan dan usia lanjut.



B.



Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari BPH ? 2. Apa Etiologi dari BPH ? 3. Apa Patofisiologi dari BPH ? 4. Apa Tanda dan gejala dari BPH ? 5. Apa Komplikasi dari BPH ? 6. Apa Pemeriksaan penunjang dari BPH ? 7. Apa Penatalaksanaan dari BPH ? 8. Apa Asuhan Keperawatan dari BPH ?



C.



Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari BPH ? 2. Untuk mengetahui Etiologi dari BPH ? 3. Untuk mengetahui Patofisiologi dari BPH ? 4. Untuk mengetahui Tanda dan gejala dari BPH ? 5. Untuk mengetahui Komplikasi dari BPH ? 6. Untuk mengetahui Apa Pemeriksaan penunjang dari BPH ? 1



7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari BPH ? 8. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari BPH ?



2



BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Benign prostatic hyperplasia atau Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) disebut juga Nodular hyperplasia, Benign prostatic hypertrophy atau Benign enlargement of the prostate (BEP) yang merujuk kepada peningkatan ukuran prostat pada laki-laki usia pertengahan dan usia lanjut. Kelenjar prostat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar granular yang melingkari uretra bagian proksimal, yang terdiri dari kelenjar majemuk, saluran-saluran dan oto polos terletak dibawah kandung kemih dan melekat pada dinding kandung kemih dengan panjang 3-4cm dan lebar 4,4cm, tebal 2,6cm dan sebesar biji kenari, pembesaran pada prostat akan membendung uretra dan dapat menyebabkan retensi urin, kelenjar prostat terdiri dari lobus posterior lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi spermatozoa, terhadap tekanan yang ada pada uretra dan vagina. Serta menambah pada cairan seminalis Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di inferioe dari kandung kencing. Berat prostat normalnya ±20gr, di dalamnya berjalan uretra posterior ±2,5cm. Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum puboprostatikum dan sebbelah inferior oleh diafragma urogenitale. Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada verumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra eksterna. BPH adalah pembesaran progesif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius ( Marlyn, E.D, 2000:671) Hipertropi prostat adalah hyperplasia dari kelenjar periurethal yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Kapita Selekta,2000)



3



B. Etiologi Penyebab pasti terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun, kelenjar protat jelas sangat bergantung dengan hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab antara lain: 1. Dehydotesteron (DHT) Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor andogen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi. 2. Perubahan keseimbangan hormone esterogen dan testoteron Pada proses penuaan yang dialami pria terjadi peningkatan hormon esterogen dan penurunan testoteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma. 3. Interaksi stoma-epitel Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma. 4. Berkurangnya sel yang mati Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan eepitel dari kelenjar prostat. 5. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mensekim sinus urogenital untuk berproliferasi dan membentuk jaringan prostat. C. Patofisiologi Menurut Mansjoer Arif (2000), pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya, serat destrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi , mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk 4



kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan difungsi saluran kemih atas.



5



Pathway BPH



1



D. Tanda dan Gejala gejala-gejal pembesaran prostat jinak dikenal sebagai Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS), yang dibedakan menjadi: 1 Gejala obstruktif, yaitu: a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengenjan yang disebabkan oleh otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama untuk meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi tekanan dalam uretra prostatika. b. Intermittency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan oleh ketidakmampuan otot destrussor dalam mempertahankan tekanan intravesika sampai berakhirnya miksi. c. Terminal dribbling yaitu menetesnya urin pada akhir kencing d. Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan uretra. e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas. 2 Gejala iritasu a. Urgensi yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan b. Frekuensi yaitu penderitaan miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari ( Nocturia) pada siang hari c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing E. Komplikasi 1.



Atherosclerosis



2.



Infark Jantung



3.



Imponten



4.



Hemoragik post Operasi



5.



Fistula



6.



Struktur pasca operasi



7.



Infeksi



1



F. Pemeriksaan Penunjang 1.



Pemeriksaan colok dubur Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingtetr anus, mukosa rectum, kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur dapat diperhatikan konsistensi prostat adakah asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas dapat dirab. Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin setelah miksi spontan. Sisa miksi ditentukan dengan mengukur urin yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula diketahui dengan melakukan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi. Ada 3 cara mengukur besarnya hipertropi prostat, yaitu : a. Rectal grading Rectal grading atau rectal toucher dilakukan dalam keadaan buli-buli kosong. Sebab bila buli-buli penuh dapat terjadi kesalahan dalam penilaian. Dengan rectal toucher diperkirakan dengan beberapa cm prostat menonjol kedalam lumen dan rectum. Menonjolnya prostat dapat ditentukan dalam grade. Pembagian grade sebagai berikut: 0-1 cm



: Grade 0



1-2 cm



: Grade 1



2-3 cm



: Grade 2



3-4 cm



: Grade 3



Lebih 4 cm : Grade 4 Biasanya pada grade 3 dan 4 batas dari prostat tidak dapat diraba karena benjolan masuk ke dalam cavum rectum. Dengan menentukan rectal grading maka didapatkan kesan besar dan beratnya prostat dan juga penting untuk menentukan macam tindakan operasi yang akan dilakuakn. Bila kecil (grade 1) maka terapi yang baik adalah T.U.R.P (Trans Urethral Resection Prostat) Bila prostat besar sekali ( grade 3-4) dapat dilakuakn prostatectomy terbuka secara transvesical. b. Clinical Grading Pada pengukuran ini yang menjadi patokan adalah banyaknya sisa urin. Pengukuran ini dilakukan dengan cara meminta pasien berkemih sampai selesai saat bangun tidur pagi, kemudian memasukan kateter ke dalam kandung kemih untuk mengukur sisa urin. 2



Sisa urin 0 cc



: Normal



Sisa urin 0-50 cc



: Grade 1



Sisa uri 50-150 cc



: Grade 2



Sisa urin > 150 cc



: Grade 3



Sama sekali tidak bisa kemih



: Grade 4



c. Intra urethra grading Untuk melihat seberapa jauh penonjolan lobus lateral ke dalam lumen urethra. Pengukuran ini harus dapat dilihat dengan penendoskopy dan sudah menjadi bidang dari urologi yang spesifik. 2.



Pemeriksaan laboraturium a Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin, elektrolit, kadar ureum kreatinin b Bila perlu Prostate Spesific Antigen (PSA), untuk dasar penentuan biopsy



3.



Pemeriksaan radiologi a Foto polos abdomen b BNO- IVP c Systocopy Dilakuakn apabila anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan urin ditemukan



mikrohematuria.



Pemeriksaan



ini



dapat



memberikan



gambaran



kemungkinan tumor didalam kandungan kemih atau sumber perdarahan dari atas apabila darah datang dari muara ureter atau batu radiolusen didalam vesica. Selain itu, sistoscopi dapat juga member keterangan mengenai besar prostat dengan mengukur panjang urethra pars prostatica dan melihat penonjolan prostat ke dalam urethra. 4.



USG (Ultrasonografi) Digunakan untuk memeriksa konsitensi, volume dan besar prostat juga keadaan buli-buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transuretal dan supra pubik.



G. Penatalaksanaan 1.



Perubahan gaya hidup Yaitu mengurangi minum-minuman beralkohol dan yang mengandung kafein. 3



2.



Pengobatan : a Alpha blockers, suatu α1-adrenergic receptor antagonis (misalnya: Doxazosin, Terazosin, Alfazosin, dan Tamsulosin), dapat memperbiki gejala-gejala BPH, Alpha blockers dapat merelaksasi otot pada prostat dan leher kandung kemih, danmenurunkan derajat hambatan aliran urine. b 5α-reductase inhibitors (misalnya: Finasteride and dutasteride). Ketika digunanakan bersama dengan alpha bockers dapat menurunkan progresifitas pembesaran prostat.



3.



Kateterisasi



4.



Pemberian obat antimikrobal



5.



Pembedahan Prostatectomy adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh atau sebagian dari kelenjar prostate. Abnormalitas prostate, seperti sebuah tumor atau apabila kelenjar prostate membesar kerena berbagai alas an dapat menghambat aliran urun Terdapat beberapa bentuk operasi pada prostat, diantaranya: a Transurethral resection of prostate (TURP) Suatu alat sistoscopy dimasukan melalui uretra ke prostat, dimana jaringan di sekeliling di eksisi. TURP adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada BPH dan hasilnya sempurna dengan tingkat keberhasilan 80-90%. b Open Prostatectomy Open Prostatectomy adalah suatu prosedur pembedahan dengan melakukan insisi pada kulit dan mengangkat ade noma prostat melalui kapsula prostat (retropubic prostatectomy) atau RPP, atau melalui kandung kemih (suporapubic prostatectomy) atau SPP. Open prostatectomy diindikasikan apabila prostat lebih dari 60 gram. c Laparoscopy prostatectomy Suatu laparoscopi atau empat insisi kecil dibuat di abdomen dan seluruh prostat dikeluarkan sesacara hati-hati dimana saraf-saraf lebih mudah rusak dengan teknik retropubic atau suprapubic. Laparoscopic prostatectomy lebih menguntungkan 4



dibandingkan dengan pembedahan radikal perineal prostatectomy atau retropubik prostatectomy dan lebih ekonomis dibandingkan teknik bantuan robot. d Robotic-assited prostatectomy Robotic-assited prostatectomy atau pembedahan dengan bantuan robot. Tangan-tangan robot laparoscopi dikendalikan oleh seorang ahli bedah. e Radical perineal prostatectomy Radical perineal prostatectomy adalah suatu insisi yang dibuat dperinium di tengahtengah antara rectum dan scrotum , dan kemudian prostat dikeluarkan



f Radical retropubic prostatectomy Radical retropubic prostatectomy adalah suatu insisi yang dibuat di abdomen bawah, dan kemudian prostat dikeluarkan (diangkat) melalui belakang tulang pubis (retropubic). Radical retropubic prostatectomy adalah salah satu tindakan kunci pada kanker prostat. g Transurethral elctrovaporization of the prostate (TVP) h Transurethral plasmakinetic vaporization prostatectomy (TUPVP) i Laser TURP j Visual laser ablation (VLAP) k Transurethral Microwaves Thermo Therapy (TUMT) l Transurethral Needle Ablation (TUNA) H. Asuhan Keperawatan Proses keperawatan pada klien dengan benigna prostat hipertropi (BPH) : 1.



Pengkajian a Keragu-raguan dalam memulai berkemih b Aliran urine berkurang, baik kekuatan maupun ukurannya c Pengosongan kandung kemih tak sempurna, karena masih ada residu urine d Adanya dorongan untuk berkemih e Frekuensi berkemih menjadi lebih sering f Sering buang air kemih dimalam hari 5



g Disuria (nyeri saat buang air kemih) h Hematuria (adanya darah dalam urine) i Retensi urine j Pembesaran dan nyeri pada prostat



2.



Diagnosa Keperawatan a Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, pembedahan. b Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer yang tidak adekuat, prosedur invasif. c Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi prosedur bedah d Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya berhubungan dengan kurang familier terhadapr informasi, kognitif. e Defisit self care berhubungan dengan kelemahan, penyakitnya f Risiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan imponten akibat TURP g PK: Perdarahan



6



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN



ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. L DENGAN POST OPERASI BPH DI RUANG BEDAH PRIA RSUP.DR.M.DJAMIL PADANG (Kasus)   Pengkajian dilakukan pada : Selasa, 16 Agustus 2017, pukul 20.00 WIB. Di Ruang bedah pria RSUP.DR.M.DJAMIL PADANG I.       PENGKAJIAN A.    Identitas 1.      Identitas Pasien Nama



: Tn. L



Umur



: 67 tahun



Jenis Kelamin



: Laki-Laki



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMA



Alamat



: Kampung Baru, Pariaman



No RM



: XXXXXX



Diagnosa Medis



: BPH, Batu ureter sinistra



B.     Riwayat Kesehatan 1.      Keluhan Utama Pasien mengeluh nyeri. P : nyeri luka operasi 7



Q : nyeri senat-senut R : nyeri pada daerah genetalia S : skala nyeri 6 T : nyeri sewaktu-waktu 2.      Keluhan tambahan Pasien mengeluh agak lemes 3.      Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dari poli urologi RSUP.DR.M.DJAMIL Padang untuk kontrol dan sebelumnya merupakan rujukan dari RSUD Pariaman dengan keluhan nyeri pinggang kanan dan sering kumat-kumatan, terkadang BAK terasa nyeri, hanya menetes dan harus mengejan. Setelah beberapa kali kontrol ke poli urologi RSUP.DR.M.DJAMIL Padang, pasien diprogram untuk dilakukan tindakan TURP (Transurethal Resection Prostate) pada tanggal 16 Agustus 2017 pukul 08.00 WIB 4.      Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan sebelumnya juga pernah merasakan penyakit yang sama (BPH) pada sekitar bulan Juli 2017 dan memeriksakan penyakitnya ke RSUD Pariaman, tapi tidak sesakit pengalaman yang dirasakan pasien akhir-akhir ini. 5.      Riwayat Keluarga Pasien mengatakan memiliki anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama yaitu ayah. Sedangkan kakak ke empat pasien meninggal karena gagal ginjal. Ayah dan saudara kelima juga memiliki riwayat hipertensi. C.    Pola Kesehatan Fungsional 1.      Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan DS : Pasien menganggap kesehatan itu penting, sehingga saat sakit pasien langsung meminta pertolongan tenaga kesehatan. Keputusan untuk datang ke tenaga kesehatan dirundingkan dengan isteri dan anaknya. Sebelumnya pasien mengatakan memiliki kebiasaan merokok berat satu hari bisa sampai 3 bungkus rokok, namun pelan-pelan pasien sudah menghilangkan kebiasaan tersebut dan sekarang pasien sudah tidak merokok lagi. DO : Pasien merupakan rujukan dari RSUD Pariaman. Pasien terlihat ditemani oleh isterinya. 8



2.      Pola nutrisi – metabolik DS : Pasien mengatakan sebelum dan selama sakit nafsu makan baik. Makan 3x sehari habis satu porsi makanan berat seperti nasi, sayur, dan lauk. Minum habis 6-8 gelas air putih sehari. Sebelum sakit pasien mengatakan jarang minum-minuman yang pekat seperti teh dan kopi. Selama sakit pasien hanya minum air putih saja. DO : 3.      Pola eliminasi a.       Pola defekasi DS : Pasien dan keluarga pasien mengatakan sebelum dan selama sakit kebiasaan BAB 1x sehari, konsistensi lunak, sedikit-sedikit, warna kuning. DO : Abdomen supel. b.      Pola eliminasi urin DS : Pasien mengatakan sebelum operasi BAK lancar 4-5 kali sehari, warna kuning jernih, namun terkadang jumlahnya menetes dan tidak puas saat berkemih. Setelah operasi pasien mengatakan nyeri saat BAK. DO : pasien terpasang DC 4. Pola aktifitas - latihan Kemampuan dalam perawatan 0



1



2



3



4



Makan / minum ˅ Mandi ˅ Toileting ˅ Berpakaian ˅ Mobilitas di tempat tidur ˅ Berpindah ˅ Ambulasi / ROM ˅ Keterangan : 0 : mandiri, 1: dengan alat, 2 : dibantu orang lain, 3 : di bantu orang lain dan alat, 4 : tergantung total.



5.      Pola persepsi - kognitif Alat Indera: 9



a.       Penglihatan DS : Pasien mengatakan masih dapat melihat objek yang besar dan masih dapat membaca tulisan dengan baik. DO : Pasien tidak menggunakan kacamata. b.      Pendengaran DS : Pasien mengatakan masih dapat mendengar suara dengan jelas. DO : Saat berbicara terkadang pasien sambil melihat mimik muka lawan bicara. Pasien terlihat fokus saat diajak berbicara. c.       Pengecap DS : Pasien mengatakan masih dapat merasakan rasa asin, manis, dan pahit. DO: pasien mengatakan rasa roti yang ada di mejanya manis. d.      Persepsi Nyeri DS : Pasien mengatakan dapat merasakan nyeri yang ada pada daerah genetalianya, serta tidak tahu bagaimana cara mengurangi rasa nyeri. DO : Pasien terkadang terlihat menahan rasa sakit. DO : Pasien mampu berbicara dengan baik DS : Pasien merupakan lulusan SMA. Pasien tidak memiliki riwayat gangguan kejiwaan. 6.      Pola istirahat-tidur DS : Pasien mengatakan pola tidur teratur, biasa tidur 5-8 jam dan merasa tidurnya nyenyak. DO : Pasien terlihat akan beristirahat saat dikaji. 7.      Pola konsep diri a.       Gambaran diri/body image DS : Pasien merasa ingin segera sembuh dengan keadaan tubuhnya saat ini. b.      Identitas diri DO : Pasien adalah seorang laki-laki. c.       Peran DS : Pasien berperan sebagai suami dan seorang ayah. Pasien merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. d.      Ideal diri DS : Pasien mengatakan bahwa dirinya ingin kembali sehat seperti sebelumnya. 10



e.       Harga diri DS : Pasien tidak merasa malu atas penyakitnya, dan menerima apa yang terjadi saat ini. 8.      Pola peran dan hubungan DS : Pasien merupakan seorang suami dan seorang ayah. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya dan kelima saudaranya. DO : Selama di rumah sakit, pasien ditunggu oleh isteri dan bergantian dengan anaknya. 9.      Pola seksualitas dan reproduksi DS : Pasien sudah menikah. DO : Pasien seorang laki-laki dan memiliki satu orang anak. 10.  Pola koping – toleransi stress DS : Pasien mengatakan jika ada masalah pasien selalu bercerita kepada isterinya. DO : Isteri pasien merupakan penanggung jawab atas perawatan pasien selama di RS. 11.  Pola keyakinan dan nilai Pasien merupakan orang Minang, sehari-hari menggunakan bahasa Minang. Pasien beragama islam. Pasien yakin dengan berdoa, dirinya akan diberi kesembuhan oleh Allah swt. D.    Pemeriksaan Fisik 1.      Keadaan umum : Cukup 2.      Kesadaran



: compos mentis dengan E = 4, V = 5, M = 6; GCS = 15



3.      Postur tubuh : Tidak ada kifosis, lordosis dan skoliosis, pasien bergerak bebas 4.      Tanda – tanda vital a.       Frekuensi pernafasan



: 20x/menit



b.      Nadi



: 80x/menit



c.       Suhu



: 37 0C



d.      Tekanan darah



: 150/90 mmHg



5.       Head to toe 11



tampak tidak dapat



a.       Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada lesi. 1)      Rambut 2)      Mata



: beruban, lurus, tidak berketombe, tampak bersih. : bentuk simetris, tidak tampak sekret, pupil isokor tidak ada midriasis,



konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. 3)      Wajah



: bentuk oval, tampak meringis saat menahan nyeri post operasi



4)      Hidung



: bentuk simetris, tidak ada sumbatan, tidak ada sekret.



5)      Mulut



: simetris, tidak menceng, mukosa lembab, bibir tidak sianosis, lidah kotor, tidak



ada stomatitis. 6)      Telinga



: bentuk simetris, tidak ada serumen



b.      Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ada peningkatan JVP. c.       Dada 1)      Paru-paru Inspeksi



: gerakan dada simetris, tidak tampak retraksi dinding dada, tidak ada lesi.



Palpasi : tidak ada krepitasi, vokal fremitus sama kiri dan kanan, tidak ada penurunan maupun peningkatan getaran. Perkusi



: terdengar sonor pada seluruh lapang paru ICS 1-6



Auskultasi



: terdengar vesikuler, tida terdengar wheezing, ronki, dan krekels.



2)      Jantung Inspeksi



: tidak tampak pulsasi aorta di ICS 2 kanan



Palpasi : tidak teraba nyeri Perkusi



: terdengar pekak pada ICS 2 kanan dan kiri sampai dengan ICS 5 kiri.



Auskultasi



: S1>S2, reguler, tidak terdengar murmur dan S3 atau bunyi gallop.



d.      Abdomen Inspeksi: umbilikus simestris, tidak terdapat luka Auskultasi



: Bising usus 8x/menit



Perkusi



: Terdengar timpani, terdengar pekak dari ICS 6 ke arah



Palpasi



umbilikus



: perut supel, tidak distensi, tidak terdapat nyeri tekan, kandung kemih tidak



teraba penuh. e.       Genitalia : Laki-laki, terdapat luka post operasi TURP, terpasang kateter, terpasang irigasi grojog dan terpasang traksi. f.       Ekstremitas 12



1)      Ekstremitas atas : terpasang infus RL 20 tpm, tidak dapat bergerak bebas, saat daerah post operasi



dibuka



tampak



ekstermitas



bergerak



dan



menutupi



daerah



operasi.



2)      Ekstremitas bawah : Tidak terdapat oedeme, tidak ada varises, gerak terbatas. 3)      Kekuatan otot : Tangan kanan



Tangan kiri



(5)



(5)



Kaki kanan



Kaki kiri



(5)



(5)



Keterangan : 0 = tidak ada kontraksi 1 = hanya kontraksi 2 = hanya bergeser 3 = hanya bisa mengangkat tetapi tidak mampu menahan gravitasi 4 = mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu menahan beban 5 = mampu melawan beban g.      Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit baik, akral hangat. E.     Pemeriksaan Penunjang 1.    Pemeriksaan Laboratorium Interpre



Tanggal



Pemeriksaan



Hasil



Satuan



Nilai Normal



15/8/2017



Hematologi Paket darah rutin Hemoglobin Leukosit Hematokrit Eritrosit Trombosit



13,4 8020 39 4,4 384.000



g/dL u/L % 10^6/uL 10^3/uL



14-18 4800-10800 42-52 4,7-6,1 150.000-



Turun Normal Turun Turun Normal



30,2 34,5 87,4



pg g/dL fL



450.000 27-31 33-37 79-99



Normal Normal Normal



1,6



%



2-4



Turun



MCH MCHC MCV Diff Count Eosinofil



13



tasi



Basofil Limfosit Monosit



0,5 42 6,9



% % %



0-1 25-40 2-8



Normal Naik Normal



PT



10,6



Detik



9,3-11,4



Normal



APTT



35,6



Detik



29-40,2



Normal



Kimia Klinik Ureum Creatinin



17 0,94



mg/dL mg/dL



14,98-38,52 0,8-1,3



Normal Normal



Glukosa



102



mg/dL