Keperawatan Gawat Darurat Sprain [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN SPRAIN



ENDANG SRI REJEKI 185139041



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA JAKARTA 2019



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Trauma pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu jaringan yang spesifik seperti ligament, tendon atau satu otot tunggal, walaupun injury pada satu jaringan tunggal jarang terjadi. Kejadian yang lebih umum adalah beberapa jaringan mengalami injury dalam suatu insiden traumatik seperti fraktura yang berhubungan dengan trauma kulit, saraf dan pembuluh darah. Injury yang kurang alamiah sifatnya melibatkan lebam atau kontusio pada kulit ; kram (regangan) atau strain pada serabut tendon atau ligament, keseleo (koyak) atau sprain yang pada beberapa banyak atau semua tendon, ligament bahkan juga tulang dan sekeliling sendi. Karena keadaan di atas yaitu kram dan keseleo mempunyai tanda inisial yang mirip (dengan beberapa perbedaan). Di antara kelainan yang timbul pada banyak organ tubuh manusia akibat penuaan adalah atrofi, yang berarti organ tersebut menjadi lebih kecil. Atrofi dapat terjadi pada otot, kerangka tulang, kulit, otak, hati, ginjal sertajantung. Atrofi disebabkan karena kurang aktif dari organ tersebut, tidak cukup nutrisi, dan kurang stimulasi hormonal (osteoporosis wanita menopause), dan kehilangan sel. Atrofi pada otot menimbulkan tungkai mengecil (menjadi lebih kurus), tenag berkurang/menurun. Atrofi pada hati menurunnya kemampuan untuk mengeliminasi obat-obatan dan minuman keras (alkohol). Atrofi pada saraf menyebabkan saraf kehilangan serabut myelin, sehingga kecepatan hantaran saraf berkurang serta refleks menjadi lebih lambat.



B.



Fungsi Kapsul Sendi Kapsul sendi adalah pembungkus sendi dari bahan berserat dengan struktur tipis namun kuat yang berperan untuk menahan ligament yang terdapat dalam sendi tersebut. Kapsul itu sendiri berasal dari bahasa Latin , yaitu “ kapsa” yang berarti “ kotak “ . Secara harfiah kapsul tersebut merujuk pada bentuk atau struktur yang menyelubungi atau mewadahi. Nah karena disebut sebagai mewadahi, itulah yang mengakibatkan munculnya kapsul sendi tersebut. Tanpa adanya kapsul sendi ini, aktivitas tubuh anda tidak akan berjalan lancar dan juga baik. Fungsi dari kapsul sendi tersebut antara lain adalah sebagai berikut ; Penghubung ujung tulang agar tulang dapat lebih stabil, melapisi sendi sehingga sendi tidak akan kaku namun mudah untuk digerakkan, melancarakan pergerakan dari bagian persendian, sebagai piranti yang mempunyai fungsi untuk melapisi bagian rongga sendi.



BAB II TINJAUAN TEORI A.



Definisi Sprain



Sprain merupakan keadaan ruptura total/parsial pada ligament penyangga yang mengelilingi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini terjadi sesudah gerakan memuntir yang tajam.(Kowalak, Jennifer P. 2011.Buku Ajar Patofisiologi.EGC: Jakarta) Sprain merupakan cedera yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga yaitu cedera pada sendi dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stres berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang ulang dari sendi.(Wahid Abdul.



2013,



Buku



Saku



Asuhan



Keperawatan



Dengan



gangguan



Sistem



Muskoloskeletal.TIM: Jakarta). Sprain adalah cedera yang terjadi karena regangan berlebihan atau terjadi robekan pada ligamen dan kapsul sendi. Sprain merupakan bentuk cidera pada system musculoskeletal. Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki. Sprain adalah kekoyakan pada otot, ligament atau tendon yang dapat bersifat sedang atau parah. Keseleo atau terkilir, adalah istilah umum untuk cedera otot. Dalam bahasa medis, ada dua istilah yang merujuk pada kondisi ini namun memiliki arti yang berbeda yaitu "sprain" dan "strain". Dalam Bahasa Indonesia kedua istilah ini sering diterjemahkan sebagai satu kata yang sama, yaitu ‘keseleo’ dan/atau ‘terkilir’ namun sebenarnya ada perbedaan arti. Jika seseorang mengalami keseleo atau terkilir, berarti ada dua kemungkinan yaitu "sprain" atau "strain". Sendi disambung menjadi satu dan dikuatkan oleh jaringan ikat yang disebut ligamen. Otot menempel pada sendi dengan bantuan jaringan ikat yang disebut tendon. Dengan kata lain, sprain adalah cedera sendi yang biasanya melibatkan robek ringan (trauma mikro) pada ligamen dan kapsul sendi. Bagian tubuh yang biasanya mengalami sprain adalah jempol, pergelangan kaki, dan pergelangan tangan.



Jadi dapat ditarik kesimpulan, sprain merupakan salah satu jenis cedera yang terjadi pada ligament penyangga yang mengelilingi sebuah sendi dengan kondisi ruptura dapat secara total/ parsial dapat disebabkan karena stres berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang ulang dari sendi.



B.



Anatomi Dan Fisiologi Ligamen Ligamen adalah jaringan lunak yang melekati tulang tulang. Ligamen sangat mirip dengan tendon. Perbedaannya adalah bahwa tendon otot melekat ke tulang. Kedua struktur ini terdiri dari serat kecil dari bahan yang disebut kolagen. Serat kolagen yang dibundel bersama untuk membentuk struktur tali-seperti. Ligamen dan tendon datang dalam berbagai ukuran dan seperti tali, terdiri dari serat yang lebih kecil. Ketebalan ligamen atau tendon menentukan kekuatannya.



C.



Etiologi Penyebab sprain: a. Pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat dari pada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendiri diluar kisaran gerak (RPS) normal. b. Fraktur atau dislokasi yang terjadi secara bersamaan.



D.



Klasifikasi Sprain dapat diklasifikasikan dalam derajat I, II, III. a. Sprain derajat I atau ringan menyebabkan regangan berlebihan atau robekan ringan pada ligamen tanpa instabilitas sendi. Seseorang yang mengalami sprain ringan biasanya mengalami nyeri dan pembekakan ringan disertai sedikit atau tidak ada kehilangan kemampuan fungsional. Memar tidak ada atau minimal dan orang tersebut umunya mampu bertumpu pada sendi yang mengalami sprain. b. Sprain derajat II atau sedang mengakibatkan robekan ligamen parsial dan ditandai dengan memar, nyeri sedang dan bengkak. Orang yang mengalami sprain sedang biasanya memiliki sedikit kesulitan bertumpu pada sendi yang mengalami sprain dan mengalami sedikit kehilangan fungsi. c. Sprain derajat III atau berat mengalami robekan total atau ruptur pada ligamen. Nyeri, bengkak, dan memar biasanya hebat. Pasien selalu tidak mampu bertumpu pada sendi.



E.



Manifestasi Klinis Tanda dan gejala yang mungkin timbul karena keseleo (sprain) meliputi : a. Nyeri lokal (Khususnya pada saat menggerakkan sendi) b. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi c. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah cedera)



d. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah kedalam jaringan sekitarnya.



F.



Komplikasi Komplikasi Sprain meliputi: a.



Dislokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh dengan sempurnah sehungga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya (jika diperlikan).



b.



Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh dan tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka ligamen ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang,yang disertai pembentukan jaringan parut secara berlebihan)



G. Penatalaksanaan a. RICE (Rice, Ice, Compression, Elevation) Prinsip utama penatalaksanaan sprain adalah mengurangi pembengkakan dan nyeri yang terjadi. Langkah yang paling tepat sebagai penatalaksanaan tahap awal (24-48 jam) adalah prinsip RICE (rest, ice, compression, elevation), yaitu 1. Rest (istirahat) Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin.Jangan menaruh beban pada tempat yang cedera selama 48 jam. Dapat digunakan alat bantu seperti crutch (penopang/penyangga tubuh yang terbuat dari kayu atau besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang cedera. 2. Ice (es) Letakkan



es



yang



sudah



dihancurkan



kedalam



kantung



plastik



atau



semacamnya.Kemudian letakkan pada tempat yang cedera selama maksimal 2 menit guna menghindari cedera karena dingin.



3. Compression (penekanan) Untuk mengurangi terjadinya pembengkakan lebih lanjut, dapat dilakukan penekanan pada daerah yang cedera.Penekanan dapat dilakukan dengan perban elastik.Balutan dilakukan dengan arah dari daerah yang paling jauh dari jantung ke arah jantung. 4. Elevation (peninggian)



Jika memungkinkan, pertahankan agar daerah yang cedera berada lebih tinggi daripada jantung.Sebagai contoh jika daerah pergelangan keki yang terkena, dapat diletakkan bantal atau guling dibawahnya supaya pergelangan kaki lebih tinggi daripada jantung.Tujuan daripada tindakan ini adalah agar pembengkakan yang terjadi dapat dikurangi.



b. Adapun penangan secara klasifikasi: 1. Sprain tingkat satu (first degree) Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukup diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya 2. Sprain tingkat dua (Second degree).  Pemberian pertolongan dengan metode RICE  Tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu. 3. Sprain tingkat tiga (Third degree).  Pemberian pertolongan dengan metode RICE  Dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali



H. Pemeriksaan Penunjang a. Foto rontgen untuk menyingkirkan kemungkinan fraktur b. Stress radiography untuk memfisualisasi cedera ketika bagian tersebut digerakkan c. Artrografi d. Artroskopy



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS



A.



Identitas Klien Pada Identitas klie biasanya meliputi : Nama klien, Umur dan tanggal lahir klien, jenis kelamin klien, alamat, tanggal klien masuk rumah sakit, dan dibuat jua siapa nama penaggung jawab dan status hubungan dengan klien.



B.



Primary Survey 1. Airway Pada pengkajian airway atau pengkajian jalan nafas yang perlu dilihat yaitu : apakah ada sumbatan jalan nafas seperti terdapat benda asing pada jalan nafas atau adanya cairan atau secret yang menyumbat jalan nafas. 2. Breathing Pada breathing atau pola nafas yang perlu dikaji yaitu bagaimana pola nafas klien apakah klien dapat bernafas spontan atau dengan bantuan dan lihat juga bagaimana klien bernafas apakah ada sesak atau tida, hitung RR klien dan lihat apakah ada retraksi dinding dada atau tidak. 3. Circulation Pada circulation atau sirkulasi tubuh kaji yang berhubungan dengan sirkulasi tubuh seperti tekanan darah, suhu tubuh dan nadi, dan lain-lain. 4. Disability



Pada pengkajian disability atau yang disebut tingkat kesadaran pasien kita menggunakan dengan cara mengukur nilai GCS pasien, 5. Exposure Pada pengkajian exposure akan di lakukkan dengan cara membuka pakaian pasien dengan melihan anggota tubuh pasien apakah ada terdapat lesi atau memar dan juga dikaji suhu tubuh klien.



C.



Analisa Data Primary Suevey Analisa data pada primary survey dibuat dengan berpatokan keadaan klien setelah dilakukkan pengkajian ABCDE, dan akan ditegak kan diagnosa dan itervensi sesuai dengan pengkajian yang didapat dan akan ditegakkan diagnosa prioritas yang terlebih dahulu dilakukkan imlementasi. Diagosa pada primary survey biasanya yang bersifat gawat darurat atau dapat menjadi prioritas seperti : 1.



D.



Ketidak efektifan Perfusi jaringan



Secondary Survey a. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Kesehatan Sekarang Tanyakan pada klien keluhan saat dilakukannya pengkajian 2) Riwayat Kesehatan Dahulu Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit kronis sebelumnya ataupun penyakit yang sama. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga Tanyakan pada klien apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama, penyakit keturunan serta penyakit menular lainya. b. Pemeriksaan Fisik Head To Toe Tanda-tanda Vital TD :70/90 mmHg N :100 x/i S :36°c RR:20x/i 1.



Kepala



a. Inspeksi - Bentuk kepala : simetris kiri dan kanan - Keadaan rambut bersih - Warna rambut : hitam b. Palpasi - Tidak mudah rontok - Tidak teraba benjolan 2. Muka a. Inspeksi - Struktur muka simetris kiri dan kanan - Ekspresi wajah meringis - Wajah tampak pucat b. Palpasi - Tidak ada nyeri tekan - Tidak ada benjolan pada muka 3.



Mata



a. Inspeksi - Posisi mata simetris ki/ka - konjungtiva tampak merah muda - Fungsi penglihatan baik - palpebra tidak ada oedem b. Palpasi - Tidak ada nyeri tekan. - Tidak memakai alat bantu. 4.



Hidung



a. Inspeksi - Tidak terdapat cairan/secret hidung - ketajaman penciuman normal - Struktur hidung simetris ki/ka b. Palpasi - Tidak ada nyeri tekan pada sinus 5. Telinga a. Inspeksi



- Struktur telinga simetris ki/ka - Lubang telinga tidak berisi serumen - ketajaman pendengar normal - Tidak memakai alat bantu pendengaran b. Palpasi - Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan 6. Mulut a. Inspeksi - Keadaan gigi lengkap - Mulut bersih - mukosa lembab - bentuk bibir normal - tidak ada kelainan, - lidah tampak kotor, gigi kotor dan ada caries - Kemampuan bicara baik 7. Leher a. Inspeksi - Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfa b. Palpasi - Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe 8. Thorax dan pernapasan a. Inspeksi - Bentuk dada simetris ki/ka - Irama pernapasan mengikuti gerakan dada - Frekuensi pernapasan 19 x/m - Tipe pernapasan : normal b. Palpasi - Tidak ada nyeri tekan 9. Abdomen a. Inspeksi - Bentuk abdomen normal simetris kanan/kiri - Pada bagian abdomen terdapat luka bakar luas 9% b. Palpasi - Teraba benjolan pada abdomen kanan bawah



10.



Kardiovaskuler a. Inspeksi - Tidak ada nyeri dada - irama jantung teratur, dan - tidak ada cyanosis



11.



Ekstremitas bawah a. inpeksi : - tampak memar pada sendi daerah mata kaki - adanya pembengkakan



E.



F.



Diagnosa Keperawatan 1.



Nyeri Akut b/d edema jaringan lunak



2.



Hambatan mobilitas fisik b/d cedera jaringan



Intervensi Keperawatan DIAGNOSA Nyeri Akut



NOC



NIC



v Pain level



Pain management



v Pain control



- lakukan pengkajian nyeri secara



v Comfort level



komprehensif



Kriteria Hasil :



- observasi reaksi nonverbal dari



v Mampu mengontrol nyeri



ketidaknyamanan



v Melaporkan bahwa nyeri



- kaji kultur yang mempengaruhi



berkurang v Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang



respon nyeri - kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri - kolaborasi dalam pemberian analgetik



Hambatan mobilitas fisikv Joint Movement : Active



Exercise therapy : ambulation



v Mobility Level



- monitoring vital sign



v Self care : ADLs



-kaji kemampuan klien dalam



Kriteria Hasil : v Klien meningkat dalam aktivitas fisik v Mengerti tujuan dari mobilitas fisik



mobilisasi - latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kekampuan - bantu klien dalam mobilisasi



v Memperagakan penggunaan alat



- ajarkan klien bagaimana merubah posisi



BAB IV TINJAUAN KASUS I.



PENGKAJIAN i.



Identetias Klien Nama



: Tn. A



Umur



: 25 th



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Alamat



: Kp. Makasar, jakarta timur



Diagnosa Medis



: Sprain



Alasan masuk



: Klien masuk ke IGD RS dengan sprain. Klien tampak



meringis kesakitan dan tampak lemas.



ii. Primary Survey a.



Airway Tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas



b.



Breathing -



Frekuensi nafas 20x/i, nafas tampak teratur, tidak terdapat batuk ataupun sesak pada klien.



c.



-



Saat dipalpasi, suara sonor



-



Saat diperkusi, vocal premitus teraba



-



Bunyi nafas vesikuler



Circulation Suhu : 36°C, TD : 70/90 mmHg, saat dipalpasi nadi teraba lemah dan cepat N : 100x/i, turgor kulit baik, tidak ada sianosis, capilary refil ˂3 detik, ekstremitas dingin



d. Disability Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan keadaan klien dalam keadaan sadar dengan GCS 15 (E4V5M6) atau composmentis. e.



Exposure



Pada saat dilakukan pengkajian exposure pada Tn. C, pakaian Tn. C dibuka dan didapatkan : - Tampak adanya memar pada daerah dekat mata kaki klien sebelah kanan - Tampak sedikit pembengkakan pada daerah tersebut.



iii.



Analisa Data Primary Survey



NO.



DATA



DS 1. :- klien mengatakan nyeri



DIAGNOSA



INTERVENSI



KEPERAWATAN



KEPERAWATAN



Ketidakefektifan perfusi



- Monitor TTV



jaringan



- Obervasi TTV



- Klien mengatakan rasa kaku pada



daerah



mata



kaki



Suhu : 36°C, TD : 70/90 mmHg, saat dipalpasi nadi teraba lemah dan cepat N : 100x/i, turgor kulit baik, tidak ada sianosis, capilary refil



˂3



detik,



ekstremitas



- Kolaborasi pemberian analgesik - Batasi gerak pada ektremitas klien - Monitor adanya tromboplebitis



dingin. - Tampak adanya memar pada daerah dekat mata kaki klien sebelah kanan - Tampak sedikit pembengkakan pada daerah tersebut.



iv.



Secondary Survey



c. Riwayat Kesehatan 1.



Riwayat Kesehatan Sekarang Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 26 desember 2019, klien mengeluh nyeri pada sendi daerah mata kaki sebelah kanan, yang mengakibatkan klien sulit untuk beraktivtas karena adanya pembekakan dan kekakuan pada daerah tersebut



2.



Riwayat Kesehatan Dahulu



Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang serius, biasanya klien hanya mengalami demam dan batuk saja dengan minum obat yang dibeli di apotik, demam dan batuk klien dapat berkurang. 3.



Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturuan serta penyakit yang menular.



d. Pemeriksaan Fisik Head To Toe Tanda-tanda Vital TD :70/90 mmHg N :100 x/i S :36°c RR:20x/i 1.



Kepala a. Inspeksi -



Bentuk kepala : simetris kiri dan kanan



-



Keadaan rambut bersih



-



Warna rambut : hitam



b. Palpasi



2.



-



Tidak mudah rontok



-



Tidak teraba benjolan



Muka a. Inspeksi -



Struktur muka simetris kiri dan kanan



-



Ekspresi wajah meringis



-



Wajah tampak pucat



b. Palpasi



3.



-



Tidak ada nyeri tekan



-



Tidak ada benjolan pada muka



Mata a. Inspeksi -



Posisi mata simetris ki/ka



-



konjungtiva tampak merah muda



-



Fungsi penglihatan baik



-



palpebra tidak ada oedem



b. Palpasi



4.



-



Tidak ada nyeri tekan.



-



Tidak memakai alat bantu.



Hidung a. Inspeksi -



Tidak terdapat cairan/secret hidung



-



ketajaman penciuman normal



-



Struktur hidung simetris ki/ka



b. Palpasi 5.



Tidak ada nyeri tekan pada sinus



Telinga a. Inspeksi -



Struktur telinga simetris ki/ka



-



Lubang telinga tidak berisi serumen



-



ketajaman pendengar normal



-



Tidak memakai alat bantu pendengaran



b. Palpasi 6.



Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan



Mulut a. Inspeksi - Keadaan gigi lengkap -



Mulut bersih



-



mukosa lembab



-



bentuk bibir normal



-



tidak ada kelainan,



-



lidah tampak kotor, gigi kotor dan ada caries



-



Kemampuan bicara baik



7.



Leher



a. Inspeksi -



Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfa



b. Palpasi -



Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe



8. Thorax dan pernapasan a. Inspeksi -



Bentuk dada simetris ki/ka



-



Irama pernapasan mengikuti gerakan dada



-



Frekuensi pernapasan 19 x/m



-



Tipe pernapasan : normal



b. Palpasi -



Tidak ada nyeri tekan



9. Abdomen a. Inspeksi - Bentuk abdomen normal simetris kanan/kiri - Pada bagian abdomen terdapat luka bakar luas 9% b. Palpasi - Teraba benjolan pada abdomen kanan bawah 10. Kardiovaskuler a. Inspeksi -



Tidak ada nyeri dada irama jantung teratur, dan



-



tidak ada cyanosis



10. Ekstremitas bawah a. inpeksi : - tampak memar pada sendi daerah mata kaki - adanya pembengkakan



ANALISA DATA DATA DS : - klien mengatakan nyeri pada sendi mata kaki DO : - Klien tampak meringis - skala nyeri 9 - tampak pembengkakan daerah sendi mata kaki - tampak memar pada kaki klien DS :-klien mengatakan kesulitan dalam menggerakkan ektremitas bawah - klien mengatakan kesulitan saat berubah posisi DO : -Klien tampak kesulitan dalam mengatur posisi - klien tampak kesulitan dalam bergerak - tampak memar pada sendi daerah mata kaki klien Tampak adanya pembengkakan



v.



ETOLOGI Spasme otot ↓ Gerakan fragmen tulang ↓ Edema ↓ Cedera jaringan lunak



PROBLEM Nyeri Akut



Cedera jaringan ↓ Kerusakan rangka neuromuskuler



Hambatan Mobilitas Fisik



Diagnosa Keperawatan



1. Nyeri Akut b/d edema jaringan lunak 2. Hambatan mobilitas fisik b/d cedera jaringan



vi.



Intervensi Keperawatan DIAGNOSA Nyeri Akut



NOC v Pain level v Pain control



NIC Pain management



v Comfort level



- lakukan pengkajian nyeri secara



Kriteria Hasil :



komprehensif



v Mampu mengontrol nyeri



- observasi reaksi nonverbal dari



v Melaporkan bahwa nyeri



ketidaknyamanan



berkurang



- kaji kultur yang mempengaruhi



v Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang



respon nyeri - kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri - kolaborasi dalam pemberian analgetik



Hambatan mobilitas fisikv Joint Movement : Active



Exercise therapy : ambulation



v Mobility Level



- monitoring vital sign



v Self care : ADLs



-kaji kemampuan klien dalam



Kriteria Hasil : v Klien meningkat dalam aktivitas fisik



mobilisasi - latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri



v Mengerti tujuan dari mobilitas fisik



sesuai kekampuan - bantu klien dalam mobilisasi



v Memperagakan penggunaan alat



- ajarkan klien bagaimana merubah posisi



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau memutar (keseleo). Sprain terjadi karena adanya benturan dari benda tumpul atau benda tajam yang terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Penyebab terjadinya sprain adalah pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran gerak normal.



B. Saran Penyusunan berharap tentang Askep dengan sprain ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA



Kowalak, Jennifer P. (2011).Buku Ajar Patofisiologi.EGC: Jakarta Wahid, Abdul. (2013) Buku Saku Asuhan Keperawatan Dengan gangguan Sistem Muskoloskeletal.TIM: Jakarta Kneale, Julia D. (2011). Keperawatan Oretopedia & Trauma Edisi 2. EGC: Jakarta