Khutbah Jumat Maulid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KHUTBAH JUM’AT SERENTAK MEMPERINGATI MAULID NABI BESAR MUHAMMAD SAW 1436 H / 2015 M PERINGATAN MAULID NABI BESAR MUHAMMAD SAW SEBAGAI REALISASI MENCINTAI RASULULLAH Diterbitkan Oleh : Kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang–Kepulauan Riau



KHUTBAH PERTAMA



‫ْ لوألحشلههَد ألحن لل إاللـَله إإلل ا هَ لوححلدههَ لل‬،‫ت‬ ‫ت لواحلهَملجاَإزىِ لللهاَ إبلماَ لعإملل ح‬ ‫س إبلماَ لكلسلب ح‬ ‫ْ الحللحإسحي إ‬،‫ف احللخإبحيإر‬ ‫ْ لالللإطحي إ‬،‫ل احللعلإلُي احللكإبحيإر‬ ‫الحللححمهَد إ إ‬ ‫ب لعللىَ هَكلُل لنحف س‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ل‬ َ‫ه‬ َ‫ْ لولداإعييا‬،‫ُ لبلعثهَه لشاَإهيدا لوهَملبلُشيرا لولنإذحييرا‬.‫ُ لوأحشلههَد ألن لسلُيلدلناَ هَملحلميدا لعحبهَدههَ لولرهَسحولهَه‬.‫ب اللعاَللإمحيلن‬ ‫ك ا هَ لر ب‬ ‫ْ ألل للهَه اللخلهَق لوالحمهَر لتلباَلر ل‬،‫ك للهَه‬ ‫لشإرحي ل‬ ‫صلُل لولسللُحم لعللىَ لسلُيإدلناَ هَملحلمسد لولعللىَ آلإإه لوأل ح‬ ‫صلحاَإبإه لولمحن لتإبلعهَهحم إبإإححلساَسن إإللىَ ليحوإم اللُدحيإن‬ ‫ُ لالللهَهلم ل‬.‫ا إبإإحذإنإه لوإسلرايجاَ هَمإنحييرا‬ ‫ُإإللىَ إ‬. ‫ا لفلقحد لفاَلز احلهَملتقهَحولن‬ ‫ا هَأو إ‬ ‫ي إبلتحقلوىِ إ‬ ‫صحيهَكحم لوإإلياَ ل‬ ‫ْ لفلياَ إعلباَلد إ‬،‫ُأللماَ لبحعهَد‬. ‫ْ التهَقوا ل‬،‫ا‬ ‫ْ أعوذ باَل من الشيطاَن الرجيم‬،َ‫ْقاَل ا تعاَلى‬، ‫ك هَههَم احلهَمحؤإمهَنولن لحيققاَ للهَهحم لمحغإفلرةم لوإرحزمق لكإريمم‬ ‫صهَروا هَأوللإئ ل‬ ‫ا لواللإذيلن لءالوحوا لولن ل‬ ‫ُلواللإذيلن لءالمهَنوا لولهاَلجهَروا لولجاَلههَدوا إفي لسإبيإل إ‬. Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah ……! Alhamdulillah, kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan taufiqNya yang telah dilimpahkan kepada kita sekalian, sehingga kita dapat menunaikan ibadah Jum’at pada saat iniُ. Kemudian shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang pada bulan Rabiul Awal inilah beliau di lahirkan 14 abad yang lampau, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal 571 M yang disebut juga Tahun Gajahُ. Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah ……!



Hari ini Jum’at tanggal 02 Januari 2015 M / 11 Rabiul Awal 1436 H, seperti biasa khususnya kita umat Islam di Indonesia selalu mengadakan peringatan Maulidur Rasul, yang bertepatan pada tanggal 03 Januari 2015 besokُ.



Dalam memperingati kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, sudah seyogyanyalah kita mengingat kembali ajaran-ajaran yang beliau sampaikan kepada kita untuk menjadi pedoman hidup terutama dalam menghadapi era globalisasi dan tekhnologi informasi saat iniُ. Peringatan maulid ini akan lebih bermakna kalau kita menelaah tatacara beliau hidup, baik muamalahnya dalam kehidupan sosial maupun ubudiahnya dalam mengabdi kepada Allah SWTُ.



Dalam perjalanan hidup beliau, Nabi Muhammad SAW telah melihat berbagai ketimpangan sosial yang terjadi dalam masyarakat Arab, seperti penyembahan berhala, pembunuhan sewenang-wenang, peperangan antar suku, pelecehan seksual terhadap kaum wanita, penindasan terhadap kaum yang lemah, dan berbagai tindakan amoral lainnyaُ. Kondisi ini telah membuat beliau sangat prihatinُ. Maka melalui ibadah dzikir dan tafakkur kepada Allah SWT, beliau memilih Gua Hira’ sebagai tempat untuk bermunajat dalam mencari solusi bagaimana memperbaiki kondisi dan struktur sosial masyarakat Arab jahiliyah pada waktu ituُ. Disinilah beliau menerima wahyu yang pertama, yang terurai dalam lima ayat pertama di surat Al-Alaqُ.



Lafal “Iqra” adalah sebuah instruksi yang mengharuskan Muhammad SAW dan pengikutnya untuk membaca peristiwa-peristiwa alam dan mengintrospeksi dirinya sendiriُ. Hal ini akan mengantarkan seseorang untuk sampai ke tujuan akhir pengabdian dirinya kepada Allah SWT secara tulusُ.



Berbicara tentang cinta, memang sungguh mengasyikkan, tetapi adakah kita pernah berbicara tentang bagaimana cinta kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, yang seharusnya melebihi cinta kita kepada yang lainnyaُ.



Apabila cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi dari pada cinta yang lainnya, barulah kita bisa merasakan betapa manisnya iman kita kepada Allah Swt, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW : ‫ لثلل م‬:‫صللىَ ا هَ لعللحيإه لولسلللم‬ ‫ب‬ ‫ح ل‬ ‫ ألحن ليهَكحولن ا هَ لولرهَسحول هَهَه أللح ل‬:‫ث لمحن هَكلن إفحيإه لولجلد لحلللولة حالإحيلمـَاَإن‬ ‫ْ لوألحن هَي إ‬، َ‫ب إإللحيإه إملماَ إسلواهَهلما‬ ‫ا ل‬ ‫لقاَلل لرهَسحوهَل إ‬ ‫ْ لوألحن ليحكلرله ألحن ليهَعحولد إفىَ احلهَكحفإر لكلماَ ليحكلرههَ ألحن ليحللقىَ إفىَ اللنـَاَإر‬، ‫ل‬ ‫احللمحرلء لل هَي إ‬ ‫حببهَه إإلل إ ل إ‬



Artinya : Ada Tiga perkara, barangsiapa yang ada padanya, ia akan mendapat kemanisan iman, yaitu : Bahwa Allah dan Rasul Nya lebih di cintainya daripada yang lain. Bahwa dia mencintai manusia, tidaklah dicintainya melainkan karena Allah. Bahwa dia membenci kekufuran kembali kepadanya, sesudah Allah melepaskan dari padanya,sebagaimana dia membenci dilemparkan ke dalam neraka (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas).



Kaum Muslimin Sidang Jama’ah Jum’at Rahimakumullah ……!



Pernyataan cinta, tidak cukup hanya dengan ucapan saja tapi harus ada bukti dan kenyataanُ. Demikian juga halnya dengan cinta kepada Rasulullah SAW, juga harus dibuktikan dalam bentuk perbuatan yang nyata, antara lain :



1.



Banyak menyebut nama Rasulallah SAW. Hal ini dapat dilakukan memperbanyak shalawat dan salamُ. Shalawat adalah jamak dari shalat yang mempunyai dua arti yaitu do’a dan keberkatan, jadi arti bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW ialah menyampaikan permohonan keberkatan kepada Allah SWT untuk Nabi Besar Muhammad SAWُ. Bershalawat kepada Nabi Besar Muhammad SAW, bukan hanya kita kaum muslimin saja bahkan Allah dan para malaikat pun juga bershalawat kepada Beliauُ. Dalam surah Al-Ahzab ayat 56 Allah menjelaskan :



َ‫صبلوا لعللحيإه لولسللُهَموا لتحسإلييما‬ ‫صبلولن لعللىَ اللنإبلُي ِّ لياَ ألبيلهاَ اللإذيلن آلمهَنوا ل‬ ‫ا لولمللإئلكلتهَه هَي ل‬ ‫إإلن ل ل‬



Artinya : Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya(QS. Al-Ahzab : 56).



Kaum Muslimin Sidang Jama’ah Jum’at Rahimakumullah ……!



Dengan ayat ini, jelas bahwa bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW suatu hal yang penting dalam Islam, terbukti dengan adanya kewajiban mengucapkan shalawat di dalam shalat karena termasuk diantara rukun, bahkan ketika ada yang menyebut nama Nabi Muhammad SAW disisi kita, mestinya kita lanjutkan dengan kalimat Shallallahu’alaihi Wasallam.



Dalam hadits riwayat Ahmad Nabi SAW bersabda :



َ‫خيهَل لمحن هَذإكحر ه‬ ‫صلُل لعلللي‬ ‫احللب إ‬ ‫ت إعحنلدههَ لفللحم هَي ل‬



Artinya : Orang yang bakhil adalah orang yang apabila disebut namaku disisinya, dia tidak shalawat kepadaku (HR. Ahmad).



Dalam hadis lain, yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i, Nabi SAW juga bersabda :



‫ت لوهَرإفلع ح‬ ‫ت لوهَحلط ح‬ ‫ت‬ ‫ت للهَه لعحشهَر لدلرلجاَ س‬ ‫ت لعحنهَه لعحشهَر لخلطلياَ س‬ ‫صلللوا س‬ ‫صللية لوا إ‬ ‫صللىَ ا هَ لعللحيإه لعحشلر ل‬ ‫حلدية ل‬ ‫صللىَ لعلللي ل‬ ‫لمحن ل‬ Artinya : Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali, dihapuskan dosanya sepuluh dosa, diangkatkan derajatnya sepuluh derajat (HR. An-Nasa’i) Kaum Muslimin Sidang Jama’ah Jum’at Rahimakumullah ……!



2. Berjuang menegakkan, mengembangkan dan membela ajarannya, serta menjaga kemurniannya dari aliran-aliran sesat, bid’ah dan khurafat. Akhir-akhir ini kita disibukkan dengan munculnya beberapa faham-faham keagamaan, antara lain :



1ُ. 2ُ. 3ُ. 4ُ. 5ُ.



Ahmadiyah Salamullah Al-Qiadah Al-Haq AKI (Amanat Keagungan Ilahi), dll Dalam Rakernas MUI tanggal 6 November 2007 di Jakarta telah ditetapkan 10 kriteria sebuah faham/aliran keagamaan dinyatakan sesat, yaitu :



1ُ. 2ُ. 3ُ. 4ُ. 5ُ. 6ُ. 7ُ. 8ُ. 9ُ. 10ُ.



Mengingkari salah satu rukun iman/rukun Islam Mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syar’i Meyakini turunnya wahyu sesudah Al-Qur’anُ. Mengingkari kebenaran Al-Qur’an Menafsirkan Al-Qur’an tidak berdasarkan qaidah tafsir Mengingkari hadits sebagai sumber ajaran Islam Menghina/melecehkan/merendahkan Nabi/Rasul Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir Mengubah, menambah, mengurangi pokok-pokok ibadah Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i



Kaum Muslimin Sidang Jama’ah Jum’at Rahimakumullah ……!



3. Mengamalkan dan mematuhi ajaran agama Islam yang diajarkannya denganmempedomani Al-Qur’an dan Sunnah dalam kehidupan. Dalam Surah Ali Imran ayat 31 Allah SWT berfirman :



‫ا هَ لوليحغإفحر للهَكحم هَذهَنولبهَكحم ْ لو ل‬ ‫ا لفاَلتإبهَعوإني هَيححإبحبهَكهَم ل‬ ‫حيمم‬ ‫ا هَ لغهَفومر لر إ‬ ‫قهَحل إإحن هَكحنهَتحم هَت إ‬ ‫حببولن ل ل‬ Artinya : Katakanlah (Muhammad) jika kamu benar-benar mencintai Allah SWT, ikutilah aku, niscaya Allah SWT mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.



Dalam Surah An-Nisa ayat 80 Allah SWT juga berfirman :



َ‫ك لعللحيإهحم لحإفييظا‬ ‫ا َهَّلل لولمحن لتلوللىىَ لفلماَ ألحرلسحللناَ ل‬ ‫لمحن هَيإطإع اللرهَسولل لفلقحد أللطاَلع ل ل‬ Artinya : Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah SWT, dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.



Seterusnya dalam Surah Al-Hasyr ayat 7 Allah SWT berfirman :



‫ب‬ ‫ا لشإديهَد احلإعلقاَ إ‬ ‫ا َهَّلل إإلن ل ل‬ ‫لولماَ آلتاَهَكهَم اللرهَسوهَل لفهَخهَذوههَ لولماَ لنلهاَهَكحم لعحنهَه لفاَحنلتهَهوا ِّ لوالتهَقوا ل ل‬ Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah SWT sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.



Kaum Muslimin Sidang Jama’ah Jum’at Rahimakumullah ……!



‫‪Semoga khutbah yang sangat singkat ini ada manfa’atnya bagi kita semua dengan‬‬ ‫‪kesimpulan bahwa Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW merupakan realisasi‬‬ ‫‪mencintai Rasulallah, yang dapat dilakukan dengan cara :‬‬



‫;‪Memperbanyak shalawat kepada Beliau‬‬ ‫;‪Berjuang menegakkan, mengembangkan dan membela ajarannya‬‬ ‫‪Mengamalkan dan mematuhi ajaran agama Islam dan menghentikan semua‬‬ ‫‪larangannyaُ.‬‬



‫ت لواللُذحكراحللحإكحيإم لولتلقلبلل إملُنىَ لوإمحنهَكحم إتلل لولتهَه إإلنهَه هَهلو اللسإمحيهَع احللعلإحيم‬ ‫ك ا هَ إلىَ لولـَلهَكحم إفىَ احلقهَحرآإن احللعإظحيإم لولنلفلعإنىَ لوإإلياَهَكحم إبـَلماَ فحيإه إملن حالللياَ إ‬ ‫‪ُ.‬لباَلر ل‬



‫)‪Khutbah kedua (jum’at‬‬



‫الخطبه الثاَ نيه‬



‫ك للهَه إحرلغاَيماَ إللمحن لجلحلد إبإه لولكلفلر لوالحشلههَد اللن لسلُيلدلناَ هَملحلمداي لعحبهَدههَ‬ ‫ل لححمداي لكـَإثحيراي لكلماَ اللملر‪ ,‬الحشلههَد الحن لل إالله إالل ا هَ لوححلدههَ لللشإرحي ل‬ ‫الحللححمهَد إ‬ ‫صلحاَ إبإه الحجلمإعحيلن لولسـَلللم لتحسلإحييماَ ي لكإثراي‬ ‫صللىَ ا هَ لعللىَ لسلُيإد لناَ هَملحلمسد لولعللىَ اللإإه لوال ح‬ ‫‪,‬لولرهَسحول هَهَه لسلُيهَد حاللخللإئإق لوحاللبلشلر ل‬ ‫صبلوا لعللحيإه لولسللُهَموا‬ ‫لياَالبيلهاَ اللناَ هَ‬ ‫ا لوافحـَلعهَلوااحللخحيلر لواحجلتإنهَبوالعإن اللسلُيآَ إ‬ ‫ا لولمللإئلكإتهَه هَيصبلولن لعللىَ اللنإبىَ ليآَالبيلهاَ اللإذحيلن آلمهَنوا ل‬ ‫ت‪ ,‬إإلن ل‬ ‫س‪ ,‬إالتهَقوا ل‬ ‫لُ‬ ‫لُ‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫هَ‬ ‫هَ‬ ‫صلُل لولسلحم لولباَإرحك لعللىَ لسلُيإدلناَ هَملحلمسد لو لعللىَ‬ ‫صلوا لولسلهَموا لعللىَ لمحن إبإه ا هَ لهلدا كحم‪ ,‬لاللهَهلم ل‬ ‫ا إاللىَ لماَ لدلعاَ كحم لو ل‬ ‫ا إعباَ للد إ‬ ‫لتحسلإحييماَ‪ ,‬فـَلاَ ل إ‬ ‫جـَحيهَبوا ل‬ ‫ت‬ ‫حإمحيلن‪ ,‬اللللهَهلم احغإفحر إلحلهَمؤ إمإنحيلن لواحلهَمحؤإملناَ إ‬ ‫ك لياَالحرلحلم اللر إ‬ ‫ض لعلناَ لملعهَهحم إبلر ححلمإت ل‬ ‫صححإبإه الحجلمإعحيلن لولعللىَ اللتاَإبإعحيلن لولتاَ إبإع اللتاَإبإعحيلن لوالر ل‬ ‫آلإإه لو ل‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫جحي م‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫صحر ا هَلمةَّ ي لسليإد لناَ هَملحلمسد‬ ‫ت‪ُ.‬لالللهَهلم احن هَ‬ ‫م‬ ‫هَ‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ت‪ُ.‬‬ ‫وا‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫هَ‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ء‬ ‫يآَ‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ت‬ ‫ماَ‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫هَ‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫هَ‬ ‫ل‬ ‫وا‬ ‫ب اللدحعلوا إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ح ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫صلر اللُد حيإن لواحخهَذحل لمن‬ ‫لالللهَهلم احر لححم ا هَلمةَّ ي لسليإد لناَ هَملحلمسد لالللهَهلم احن هَ‬ ‫صحر لمحن لن ل‬ ‫لخلذلل احلهَمحسإلـَإمحيلن‪ ُ.‬لواحجلعـَحل لبـَحللد لتلناَ إاحنهَد إنإسلياَ لهإذإه لبـَحللدية آإملنةَّ ي هَمحطلمإئـَلنةَّ ي لولساَ إئـَلر هَبحلـَلداإن احلهَمحسلإإمحيلن لعاَ لمةَّ ي‪ ُ.‬لالللهَهلم احدفـَلحع لعلناَ احلـَلغل للء لواحللبل للء‬ ‫صةَّ ي لو‬ ‫ف لو احلهَمحخلتإلـَلفةَّ ل لواللشلدا إئلد لواحلإملحلن لواحلإفلتلن لماَلظـَلهلر إملنلهاَ لولماَ لبلطلن إمحن لبلـَلإد لناَ لهلذا لخاَ ل‬ ‫لواحللولباَلء لواحللفححلشاَلء لواحلهَمحنـَلكلر لو احللبحغلىَ لوالبسهَيحو ل‬ ‫ك لعللىَ هَكإل لشحيئْ س لقـَلإد حيـَمر‬ ‫‪ُ.‬إمحن هَبحللداإن احلهَمحسلإإمحيلن لعاَلمةَّ ي إالن ل‬ ‫ك لرهَئحو م‬ ‫ححيمم‬ ‫ف لر إ‬ ‫‪ُ.‬لرلبلناَ احغإفحر لـَللناَ لوإلإحخلواإنلناَ للإذحيلن لسلبقهَحو لناَ إباَلإحيلماَن لولللتحجلعحل إفىَ قهَـَلـَ هَحوإبلناَ إغليق إلللإذحيلن آلمهَنحوا لرلبلناَ إالن ل‬ ‫ا ليأحهَمهَر بإـَاَحللعحدإل لوحالإححلساَإن لوإاحيلتاَإء إذىِ حالقـَ هَحرلبىَ لوليحنلهىَ لعإن حاللفححلشاَإء لوحالهَمحنلكر لوحاللبحغي ليإع هَ‬ ‫ا‬ ‫إعلباَلد إ‬ ‫ظهَكحم لـَللعلـَلهَكحم لتلذلكهَرحولن لواحذهَكهَروا ل‬ ‫ا إالن ل‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫هَ‬ ‫احللعإظحيلم ليحذهَكحرهَكحم لواحسلألـَ هَحوههَ إمحن فـَل ح‬ ‫صلللة‬ ‫ا الكلبهَر‪ ُ.‬الإقإم ال ل‬ ‫ضلإإه هَيحعإطهَكحم لوليحهإدكحم لولإذ كهَر إ‬



‫‪1ُ.‬‬ ‫‪2ُ.‬‬ ‫‪3ُ.‬‬



Dalam makalah ini kami akan membahas hadits tentang pribadi yang Teguh dalam pendirian dan dan pendidikan Nabi Muhammad kepada shahabat saat peristiwa pencurian di Makhzumiyyahُ. II.



Hadits dan terjemah



A.



Tangguh Dalam Pendirian



‫ععنن ححعدنيعفعة عقاَل ع عقاَل ع رسو ا صلى ا عليه وسلم لععتحكنوحنوا ااممععةة عتحقوحلوعن اانن‬ ‫س‬ ‫سعن المناَ ح‬ ‫سحكنم اانن أعنح ع‬ ‫سمناَ عواانن عظلعحموا عظلعنمعناَ عولعاكنن عوططحنوا أعننفح ع‬ ‫س أعنح ع‬ ‫سعن المناَ ح‬ ‫أعنح ع‬ ‫ساَحءوا عفعل عتنظلاحموا ) اخرجه الترمدي في كتاَب البر‬ ‫أعنن حتنحاسحنوا عواانن أع ع‬ 2[2](‫والصلحا‬ “Dari Hudzaifah berkata, bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda: “Janganlah kalian menjadi tidak berpendirian, kalian berkata, “Jika manusia berbuat baik, kamipun berbuat baik, dan jika manusia berbuat dholim, kamipun berbuat dholim; akan tetapi tetaplah pada pendirian kalian. Jika orang-orang berbuat kebaikan, berbuat baiklah kalian, dan jika orang-orang berbuat kejahatan, janganlah kalian berbuat kejahatan”ُ.(Hُ.Rُ. At-Tirmidi dalam kitab Birri was sholah ) B.



Perkara Pencurian Makhzumiyyah



‫شاَ أععهممحهنم ع‬ ‫ضعي ا ح ععننعهاَ أعمن قحعرني ة‬ ‫ععنن ععاَائ ع‬ ‫شعة عر ا‬ ‫شأنحن انلعمنرأعاة انلعمنخحزواممياة اللاتي‬ ‫سعرعقنت عفعقاَحلوا عوعمنن حيعكطلحم فانيعهاَ رسول ا صلى ا عليه وسلم عفعقاَحلوا عوعمنن‬ ‫ع‬ ‫ب رسول ا صلى ا عليه وسلم عفعكلمعمحه‬ ‫ساَعمحة نبحن عزنيدْد اح ب‬ ‫ئ ععلعنياه اامل أ ح ع‬ ‫عينجعتار ح‬ ‫ساَعمحة عفعقاَل ع رسول ا صلى ا عليه وسلم أععت ن‬ ‫ا حثمم‬ ‫شعفحع افي عحدد امنن حححدواد ا‬ ‫أح ع‬ ‫سعرعق فانياهحم ال م‬ ‫ف‬ ‫شارني ح‬ ‫ب حثمم عقاَل ع اامنماَ أعنهلععك الطذنيعن عقنبلعحكنم أعمنحهنم عكاَحننوا ااعذا ع‬ ‫عقاَعم عفاَنخعتعط ع‬ ‫ا لعنوأعمن عفاَاطعمعة ابنن ع‬ ‫ت‬ ‫ف أععقاَحموا ععلعنياه انلعحمد عواانيحم ا‬ ‫ضاعني ح‬ ‫سعرعق فانياهحم ال م‬ ‫عتعرحكوهح عوااعذا ع‬ ‫سعرعقنت لععقعطنع ح‬ 3[3](‫ت عيعدعهاَ )اخرجه البخاَري في كتاَب احاَديث النبياَء‬ ‫حمعحممدْد ع‬



“Dari Aisyah ra. Bahwasanya suku Quraisy dibingungkan oleh seorang wanita yang bermarga Mahzumiyyah yang telah melakukan pencurian. Mereka berkata: “siapa yang berani berkata kepada Rasulullah SAW.? Dan siapa lagi yang berani (bertanya) kepada Nabi kecuali Usamah kekasih Rasulullah SAW.? Usamah lalu memberitahu Rasulullah SAW, beliau lalu bersabda: ”Apakah kamu memberi syafaat dalam salah satu had Allah. Kemudian beliau berdiri dan berpidato: “wahai manusia sesungguhnya orang-orang sebelum kamu sama tersesat karena mereka apabila ada orang terhormat melakukan pencurian, mereka membiarkannya, dan apabila ada orang lemah melakukanya, mereka mendirikan had atasnya. Demi Allah, andaikan fatimah binti Muhammad melakukan pencurian niscaya Muhammad memotong tangannya. (HRُ. Al-Bukhari dalam kitab Hadits anbiya’)ُ.[4] C. Pembahasan 1.



Pengertian



Pendidikan



Kepribadian



Pendidikan adalah suatu kegiatan yang didalamnya terdapat metode-metode pengajaran dan pengembangan segala aspek yang dimiliki oleh seseorangُ. Sedangkan pengertian kepribadian adalah seperangkat karakteristik dan kecenderungan yang stabil, yang menentukan keumuman dan perbedaan tingkahlaku psikologik (berfikir, mersas dan gerakan) dari seseorang dalam waktu yang panjang dan tidak dapat dipahami secara sederhana sebagai hasil dari tekanan sosial dan tekanan biologis saat ituُ. Karakteristik itulah yang membedakan antara individu yang satu dengan lainyaُ.[5] Dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan kepribadian adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk melatih dan mendidik kepribadian, atau karakter seseorangُ. 2.



Teguh



Dalam



Pendirian



Teguh pendirian adalah lawan dari kata tidak berpendirian َّ‫ إالملعية‬artinya orang yang mengikuti setiap ada orang yang mengajak, dan dia berkata kepada semua orang, saya mengikutimu karena tidak mempunyai pendapatُ. Maknanya seorang pengikut yang menjadikan agamanya sebagai pengikut agama yang lainya tanpa adanya pendapat dan buktiُ. Kutipan Imam al-Qari dari kitab al-Faid: didalam kalimat diatas memberikan isyarat terhadap larangan mengikuti secara penuh baik pada akhlaq lebih-lebih pada i’tiqad dan ibadahُ. Dalam kamus “tidak berpendirian” itu seperti orang yang gelisah dan berkeluh kesah dan keduanya tampak ketika seorang lelaki mengikuti setiap orang atas pendapatnya, tidak ada ketetapan hati terhadap sesuatu, mengikuti kebijakan manusia tanpa diajak, mengikuti orang-orang pada agamanya dalam keragu-raguan tanpa adanya tindakan dan seseorang yang berkata “dia bersama orang-orang”ُ. Yang dimaksud disini yaitu: 1ُ.



Seseorang



yang



mengikuti



hawa



nafsunya



dan



kehendaknyaُ.



2ُ. Seseorang yang berkata saya bersama dengan orang-orang sebagaimana mereka bersama sayaُ. Apabila mereka baik saya pun baik, dan apabila mereka jelek saya pun jelekُ. Makna ini adalah makna dari potongan hadits ‫س‬ َ‫ُلتهَقولهَـَـَـَـَـَـَـَـَـَـَـَـَـَولن إاحن ألححلسـَـَـَـَـَـَـَـَـَـَـَـَـَلن اللنـَـَـَـَـَـَـَـَـَـَـَـَـَاَ ه‬. Sedangkan menurut imam at-Thibi makna dari ‫س‬ َ‫ لتهَقوهَلولن إاحن ألححلسلن اللنـَاَ ه‬itu sebagai penjelas terhadap ‫ي‬ kata َّ‫ إالملعة‬, karena sesungguhnya arti dari redaksi ‫ لوإاحن لظللهَموا‬yaitu aku mengikuti manusia dari dalam kabaikan dan kedhzaliman mereka dan mengikuti jejak merekaُ. ُ‫ لوللإكـَـَـَحن لو ل‬dalam kamus, ketetapan teguhnya pendirian adalah ‫س ألحن هَتححإسـَـَـَهَنوا‬ َ‫طهَنـَـَـَوا ألحنفهَلسـَـَـَهَكحم إاحن ألححلسـَـَـَلن اللنـَـَـَاَ ه‬ mempersiapkan dan membuatnya tenangُ. Didalam kitab munjid tetapnya pendirian yaitu menetapkan jiwa terhadap sesuatu dan dengan mempersiapkan hati untuk melakukan dan mengarahkan kehidupan terhadap sesuatuُ.[6] Seseorang dikatakan teguh pendirianya dimana seseorang itu mampu menguasai nafsu dan kehendaknyaُ. Tidak hanya mengikuti orang lain tanpa dasar dan pendapatُ. Seorang guru harus mendidik muridnya dengan dasar yang kuat sehingga anak tersebut tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang jelek dan menjadi pribadi yang teguh pendirianyaُ. 3.



Perkara



Pencurian



Makzumiyyah



Ketika Fatimah binti Aswad mencuri perhiasan pada perang Fathul Makkah, siapa yang berani mengatakan peristiwa ini kepada Rasulullah, dengan menanyakan dalil (dasar hukumnya)ُ. Dan tidak ada yang berani diantara kita menanyakannya (karena kewibawaan Rasulullah SAW), dan



karena Rasulullah SAW tidak akan lemah dalam memegang agama Allah, kecuali Usamah bin Zaid yaitu kekasih Rasulullahُ. Lalu Usamah mengatakan kejadian tersebut kepada Rasulullah SAWُ. Beliau lalu bersabda: ”Apakah kamu memberi syafaat dalam salah satu had Allahُ. Kemudian beliau berdiri dan berpidato: “wahai manusia sesungguhnya orang-orang sebelum kamu sama tersesat karena mereka apabila ada orang terhormat melakukan pencurian, mereka membiarkannya, dan apabila ada orang lemah melakukanya, mereka mendirikan had atasnyaُ. Demi Allah, andaikan fatimah binti Muhammad melakukan pencurian niscaya Muhammad memotong tangannyaُ. Kenapa disini Fatimah dijadikan contoh, karena dia merupakan keluarga Nabi yang paling tinggi derajatnya diantara keluarga Nabiُ.[7] Bahwa Nabi menganjurkan agar terhadap kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan oleh anggota masyarakat dimaafkan saja oleh yang terkena yaitu jika tidak mengganggu kepentingan anggota masyarakat dan tidak memudaratkan, jangan diadukan kepada aparat (hakim)ُ. Apabila perkara itu sudah sampai ketangan hakim, hakim harus menjatuhkan hukuman dan tidak boleh lagi orang yang mengadukanya memberi syafaatُ.[8] Diantara sifat beliau tidak mau membeberkan kesalahan sahabat ditengah ramaiُ. Sifat itu baik kita teladani, agar lahir keadilan dan tegak akhlak murni ditengah masyarakat ramaiُ.[9] Disini agama Islam tidak membeda-bedakan status seseorang dalam memberikan hukumُ. Seperti yang Nabi sendiri berkata bahwa ia akan memotong tangan Fatimah jika mencuriُ. Inilah pribadi Rasulullah yang harus kita teladani untuk memberikan pengajaran kepada orang-orang, agar hukum yang berlaku di Negara kita tidak memandang status dalam memerikan hukumanُ. [1] Anshory Umar Sitanggal, Terjemah Durratun Nashihin, (Semarang: CV Asy Syifa’, 1991), hlmُ.294-296ُ. [2] Abi Isa Muhammad Bin Isa Bin Saurah, Jami’us Shohih Jus 4, (Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiah), Hlmُ.320 [3] Ahmad Bin Ali Bin Hajar Al-Asqolani, Fathul Bari Juz 6, (Beirut: Darul Fiqr ), Hlmُ.513 [4]Imam Abdullah Muhammad Bin Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhari Juz 8, ( Semarang: CVُ. Asy Syifa’, 1993), Hlmُ. 627-628 [5] Nur Zariah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: PTُ. Bumi Aksara, 2007), Hlmُ. 143 [6] Imam Hafidz Abil ‘Ula Muhammad Abdurohman Bin Abdirrohim Mubarokfuri, Tuhfatul Ahwad Juz 6, ( Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiah), Hlmُ.123 [7] Imam Sihabbudin Bin Abil ‘Abas Ahmad Bin Muhammad Atsani Al Qustholani, Irsyadus Syari Jus 7, (Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiah), Hlm 432 [8] Teungku Muhammad Hasbsi Ash-Shidieqy, Koleksi Hadits-Hadits Hukum Jilid 4, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2011), Hlmُ. 401-402 [9] Kahar Masyhur, Bulughul Maram, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Hlmُ. 217ُ.