10 0 591 KB
PENERAPAN METODE KANGAROO MOTHER CARE (KMC) UNTUK MEMPERTAHANKAN TERMOREGULASI PADA BAYI BBLR DI RUANG PERINATOLOGI RSUD BANYUMAS
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
Disusun oleh: MUHAMMAD IRFAN RABBANI, S.Kep 1911040106
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2020
HALAMAN PERSETUJUAN
1
PENERAPAN METODE KANGAROO MOTHER CARE (KMC) UNTUK MEMPERTAHANKAN TERMOREGULASI PADA BAYI BBLR DI RUANG PERINATOLOGI RSUD BANYUMAS
Oleh: MUHAMMAD IRFAN RABBANI, S.Kep 1911040106
Diperiksa dan disetujui:
Pembimbing
Ns. Deisy Sri Hardini, M.Kep., Sp.Kep.An NIK.2160911
2
HALAMAN PENGESAHAN PENERAPAN METODE KANGAROO MOTHER CARE (KMC) UNTUK MEMPERTAHANKAN TERMOREGULASI PADA BAYI BBLR DI RUANG PERINATOLOGI RSUD BANYUMAS MUHAMMAD IRFAN RABBANI, S.Kep 1911040106
Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Karya Ilmiah Akhir Ners Pada hari Jum’at, 21 Agustus 2020
SUSUNAN PANITIA UJIAN PENGUJI I
Ns. Ulfa Azizah, S.Kep., M. Kep
......................
NIK.2160887 PENGUJI II
Ns. Deisy Sri Hardini, M.Kep., Sp.Kep.An
......................
NIK.2160911 Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Dr. Ns. Umi Solikhah, S.Pd., S.Kep., M.Kep NIK.2160188
3
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Muhammad Irfan Rabbani
NIM
: 1911040106
Program Studi
: Profesi Ners
Fakultas
: Ilmu Kesehatan
Perguruan Tinggi
: Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jenis Karya
: Karya Ilmiah
Menyutujui untuk memberikan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexclisive Royalty-Free Right) kepada Universitas Muhammadiyah Purwokerto atas karya ilmiah saya yang berjudul: Penerapan Metode Kangaroo Mother Care (KMC) Untuk Mempertahankan Termoregulasi Pada Bayi BBLR Di Ruang Perinatologi RSUD Banyumas Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Purwokerto berhak menyimpan, mengalihmedia/ mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawata dan mempublikasikan tugas akhir saya dengan tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Purwokerto, 21 Agustus 2020 Yang Menyatakan,
Muhammad Irfan Rabbani
4
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama
: Muhammad Irfan Rabbani
NIM
: 1911040106
Program Studi
: Profesi Ners
Fakultas Purwokerto
:
Ilmu
Kesehatan
/
Universitas
Muhammadiyah
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa karya ilmiah akhir Ners ini adalah hasil karya saya dan bukan penjiplakan hasil karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat, dan apabila kelak dikemudian hari ada unsur penjiplakan, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Purwokerto, 21 Agustus 2020 Yang menyatakan,
MUHAMMAD IRFAN RABBANI, S.Kep NIM. 1911040106
5
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bissmillahirohmanirrohim dengan rasa syukur yang tidak terhingga saya ucapkan Alhamdulilahi robillalamin kepada Allah SWT. Karena dengan ridhoNya akhirnya saya dapat menyelesaikan karya kecil ini yang saya persembahkan untuk orang-orang yang saya cinta. Karya Ilmiah ini saya persembahkan untuk Alm. Bapak dan Almh. Ibu tercinta yang ada dalam doa-doa saya Terima kasih untuk Bapak Mohamad alwi dan Ibu Kasiyati yang selalu mendukung saya dalam doa maupun finansial Untuk Kaka saya yang senantiasa mendukung serta mendoakan saya selalu Dan untuk dia, teman sekaligus calon pendamping kelak yang selalu hadir membantu dan berjuang bersama-sama hingga perjuangan yang berat ini terasa ringan.
6
MOTTO
You’ll Never Walk Alone
7
PENERAPAN METODE KANGAROO MOTHER CARE (KMC) UNTUK MEMPERTAHANKAN TERMOREGULASI PADA BAYI BBLR DI RUANG PERINATOLOGI RSUD BANYUMAS Muhammad Irfan Rabbaniˡ, Deisy Sri Hardini ²
ABSTRAK Latar Belakang : Pemberian penerapan metode kangaroo mother care ini adalah salah satu teknik yang tepat dan sederhana, serta murah dan sangat dianjurkan untuk perawatan pada bayi BBLR dan sangat efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sangat mendasar seperti kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk menganalisis evidance based nursing practice asuhan keperawatan dengan menerapkan metode kangaroo mother care untuk mempertahankan thermoregulasi pada bayi BBLR. Metode : Metode yang dilakukan dalam Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah metode quasy eksperimen dengan rancangan one group pre and post test design. Hasil: . Hasil penerapan ini menunjukan bahwa metode kangaroo mother care dapat meningkatkan dan mempertahankan termoregulasi pada bayi baru lahir Kesimpulan: Penerapan metode kangaroo mother care pada bayi BBLR sangat efektif Kata Kunci: BBLR, kangaroo mother care, suhu tubuh 1)
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto ²Dosen Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu kesehatan universitas muhammadiyah purwokerto
8
IMPLEMENTATION OF THE KANGAROO MOTHER CARE (KMC) METHOD TO MAINTAIN TERMOREGULATION IN LBW INFANT PERINATOLOGY OF BANYUMAS HOSPITAL Muhammad Irfan Rabbaniˡ, Deisy Sri Hardini ²
ABSTRACT Background : The application of the kangaroo mother care method is one of the right and simple techniques, as well as cheap and highly recommended for the care of LBW babies and is very effective in meeting the very basic needs of babies such as warmth, breast milk, protection from infection, stimulation, safety. and compassion. Objectives: The purpose of this study was to analyze evidence based nursing practice of nursing care by applying the kangaroo mother care method to maintain thermoregulation in LBW babies. Method: This case study used the method of data collection procedures in preliminary studies. The case study was conducted in June 2020 by involving the role of the family for the delivery of passive and active ROM therapy to family members suffering from stroke. Result: The results of this application indicate that the kangaroo mother care method can improve and maintain thermoregulation in newborns. Conclusion: The application of the kangaroo mother care method to LBW babies is very effective. Keywords: Low birth weight infants, KMC, Body temperature. 1)
Nursing Student of study Program profession Ners Faculty of Health Sciences Muhammadiyah University of Purwokerto 2) Nursing Lecturer of study Program profession Ners Faculty of Health Sciences Muhammadiyah University of Purwokerto
9
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat -Nya dapat menyelesaikan Karya Ilmiyah ini dengan judul Penenerapan Posisi Pronasi Pada Asfiksia Neonatorum Dengan Masalah Pola Nafas Tidak Efektif Di Ruang Perina Rsud Banyumas. Penulis Karya Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah sulit untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1.
Dr. Anjar Nugroho, M.S.I., M.H.I , Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto;
2.
Dr. Ns. Hj. Umi Solikhah, S.Kep., S.Pd., M.Kep, dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah menyetujui penulisan karya ilmiah akhir Ners ini;
3.
Ns. Nur Isnaini, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Profesi Ners yang telah memberi berbagai informasi dan bimbingan tentang tata laksana penyusunan karya ilmiah akhir Ners, sekaligus selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini;
4.
Ns. Deisy Sri Hardini, M.Kep., Sp.Kep.An, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dalam penyususnan karya ilmiah akhir Ners.
5.
Ns. Ulfa azizah, S. Kep., M.kep, yang telah memberikan berbagai pertanyaan untuk menguji kelayakan sebagai Ners;
6.
Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, terima kasih atas ilmu pengetahuan yang telah disalurkan selama ini.
10
7.
Kedua orang tuaku ayah ibu serta saudaraku tercinta, terima kasih atas do’a, semangat dan dukungan yang sudah diberikan.
8.
Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan yang turut membantu terselesaikannya karya ilmiah akhir ners ini. Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini membaawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Aamiin. Purwokerto, 21 Agustus 2020
Penulis
11
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii SURAT PERNYATAAN HAK CIPTA...........................................................iv SURAT PERNYATAAN.................................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................vi MOTTO............................................................................................................vii ABSTRAK.......................................................................................................viii KATA PENGANTAR......................................................................................x DAFTAR ISI ...................................................................................................xii DAFTAR TABEL............................................................................................xiv BAB I
PENDAHULUAN....................................................................1 A. B. C. D.
BAB II
Latar Belakang....................................................................1 Rumusan Masalah...............................................................3 Tujuan.................................................................................4 Manfaat...............................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................6 A. Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) ......................................6 1. Definisi BBLR ...............................................................6 2. Etiologi ..........................................................................8 3. Manifestasi .....................................................................9 4. Patofisiologi ...................................................................10 5. Pathway ..........................................................................12 6. Pemeriksaan Penunjang .................................................13 7. Komplikasi .....................................................................16 8. Penatalaksanaan .............................................................16 B. Asuhan Keperawatan .........................................................18 1. Fokus Pengkajian ...........................................................18 2. Diagnosa Keperawatan ..................................................18 3. Intervensi .......................................................................19 4. Implementasi ..................................................................19 5. Evaluasi ..........................................................................20 C. Kangaroo Mother Care ......................................................21 1. Definisi KMC ................................................................21 2. Jenis Perawatan KMC ....................................................22
12
3. Jenis dan Jangka Waktu Penerapan ...............................23 4. Tujuan Perawatan Metode .............................................24 5. Pelaksanaan Perawatan ..................................................24 D. Termoregulasi ....................................................................26 1. Definisi Termoregulasi ..................................................26 2. Termoregulasi Pada Bayi ..............................................26 3. Mekanisme Termoregulasi ............................................28 BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN...........................................32 A. Format Pengkajian Bayi.....................................................32 1. Analisa Data ...................................................................41 2. Diagnosa Keperawatan...................................................42 3. Rencana Tindakan Keperawatan....................................43 4. Implementasi Keperawatan............................................48 5. Evaluasi Keperawatan....................................................58
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN.............................65 A. Profil Lahan Praktik............................................................65 1. Gambaran Umum Rumah Sakit .....................................65 B. Analisa Masalah Keperawatan...........................................68 C. Analisa Intervensi Masalah.................................................68 D. Alternatif Pemecahan Masalah...........................................70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................71 A. KESIMPULAN...................................................................71 B. SARAN...............................................................................71
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................73 LAMPIRAN ...................................................................................................74
13
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hubungan Orang Tua Dan Bayi .............................................38 Tabel 3.2 Hasil Laboratorium ………………………………………….39 Tabel 3.3 Terapi Obat ..............................................................................40 Tabel 3.4 Analisa Data ………………………………….......................41 Tabel 3.5 Rencana Tindakan Keperawatan …………………………… 43 Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan …………………………………48 Tabel 3.7 Evaluasi Keperawatan ………………....................................58
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
SOP Kangaroo Mother Care (KMC)
Lampiran 2
SAP Kangaroo Mother Care (KMC)
Lampiran 3
Jurnal Terkait
Lampiran 4
Lembar Konsultasi
Lampiran 5
Lembar Revisian
15
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak. Selain itu, angka kematian bayi juga merupakan cerminan dari status kesehatan masyarakat. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi yang baru lahir/neonatal (usia 0-28 hari) (Susilowati dkk, 2016). Setiap tahun, kurang lebih 20 juta bayi lahir dengan BBLR, 97 % diantaranya terjadi di Negara berkembang khususnya dinegara-negara di wilayah Asia dan Afrika. Secara global, prevalensi BBLR tahun 2014 cukup tinggi, yaitu 15 % sampai 20%dan saat ini diupayakan agar tercapai pengurangan sebesar 30 % pada tahun 2025 (WHO,2014). Dalam penelitian Fatimah dan Siti (2015) Angka kematian bayi di Indonesia mencapai 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2013, sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara dengan angka kematian bayi tertinggi di ASEAN. Salah satu penyebab angka kematian bayi di Indonesia adalah kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 38,85%.
16
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menujukkan bahwa prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 6,2 %, namun pesentase BBLR tertinngi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah (8,9%) dan terendah di jambi (2,6%) (Siwabessy, 2018). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2017) Persentase bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada tahun 2017 sebesar 5,1%, lebih tinggi dibandingkan persentase BBLR tahun 2016 yaitu 3,9% . persentase BBLR cenderung meningkat sejak tahun 2011 sampai tahun 2017 meskipun tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2017 terjadi peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah yang sangat kompleks dan memberikan kontribusi berbagai hasil kesehatan yang buruk karena tidak hanya menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas, tetapi dapat juga menyebabkan kecacatan, gangguan, atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif, dan penyakit kronis dikemudian hari (Susilowati dkk, 2016). Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia) dalam seminar orientasi metode kanguru yang diselenggarakan pada Forum Promosi Kesehatan Indonesia, bayi premature maupun BBLR terutama dibawah 2000 gr terancam kematian yang diakibatkan asfiksia (kesulitan bernafas), infeksi dan hipotermi (suhu badan dibawah 36,5°C). Kangaroo Mother
17
Care berperan dalam perawatan bayi baru lahir dalam meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi. Kangaroo Mother Care mampu memenuhi kebutuhan BBLR dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim termasuk suhu tubuh, sehingga memberi peluang bagi BBLR untuk beradaptasi di dunia luar (Imral, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Sri Abdi Lestari (2014) yang berjudul pengaruh perawatan metode kanguru atau Kangaroo Mother Care terhadap stabilitas suhu tubuh bayi berat lahir rendah di ruang peristi RSUD Kebumen dengan hasil ada pengaruh perawatan metode kanguru/kangaroo mother care terhadap stabilitas suhu tubuh bayi berat lahir di Ruang Peristi RSUD Kebumen dengan menggunakan uji Chi square didapatkan hasil p-value = 0,000 ( p-value < α ) dengan α = 0,005. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulisan karya tulis ilmiah ini akan mengkaji tentang “Pengaruh penerapan metode kangaroo mother care (KMC) untuk mempertahankan termoregulasi pada bayi BBLR di ruang Perinatologi RSUD Banyumas” B. Perumusan Masalah Berdasarkan
uraian
latar
belakang
diatas
maka
penulis
merusmukan masalah “Adakah pengaruh Kangaroo Mother Care terhadap kestabilan suhu tubuh bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di ruang perinatologi RSUD Banyumas”
18
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Menganalisis asuhan keperawatan pada bayi neonatus dengan masalah termoregulasi pada kasus BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Banyumas. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian pada bayi (BBLR) b. Menetapkan diagnosis pada bayi (BBLR) c. menentukan intervensi Kangaroo Mother Care pada
bayi
(BBLR) d. Melakukan implementasi keperawatan Kangaroo Mother Care pada (BBLR) e. Melakukan evaluasi Kangaroo Mother Care pada bayi (BBLR) f. Menganalisis
Evidence
Based
Nursing
Practice
asuhan
keperawatan pada bayi dengan pemenuhan kebutuhan dasar termoregulasi : dengan metode Kangaroo Mother Care pada bayi BBLR. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Penulisan ini
merupakan
suatu wadah
dalam
penerapan
ilmu
pengetahuan yang telah di dapat, memberikan pengalaman dalam bidang penelitian dan menambah pengetahuan penulis, terutama mengenai
19
pengaruh Kangaroo Mother Care terhadap kestabilan suhu tubuh pada bayi baru lahir rendah pada kasus yang nyata. 2. Bagi Profesi Keperawatan Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan, sumber pemikiran dan pedoman bagi profesi keperawatan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan, terutama dalam bidang keperawatan anak. 3. Bagi Orangtua a. Sebagai pengetahuan dalam upaya menjaga agar bayi tetap hangat. b. Sebagai bahan acuan untuk membantu meningkatkan kestabilan suhu pada bayi baru lahir rendah.
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) 1. Definisi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang
baru
pertumbuhan
sehingga dan
dapat
mengakibatkan
perkembangan,
bahkan
pada dapat
terhambatnya menggangu
kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006). Pada kongres Europeran Perinatal Medicine ke II di London tahun 1970 telah disusun sebagai berikut : a. Bayi kurang bulan (BKB) dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari) b. Bayi cukup bulan (BCB) dengan masa kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari) c. Bayi lebih bulan (BLB) dengan masa kehamilan 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih) Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada saat kelahirannya (Indrasanto, dkk, 2008).
21
Berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau 2499 gram (Hidayat, 2005). 1.) Klasifikasi a.) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang lahir dengan BB kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi. b.) Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir ekstrem rendah: bayi yang lahir dengan BB kurang dari 1000 gram. c.) Berat badan lahir sangat rendah: bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram. d.) Berat badan lahir rendah sedang: bayi yang lahir dengan BB antara 1501– 2500 gram. e.) Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi: bayi yang lahir dengan BB berada di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intrauterin. f.) Retardasi
pertumbuhan
intrauterine
(Intrauterine
Growth
Retardation/IUGR): ditemukan pada bayi yang pertumbuhan intrauterinenya
mengalami
retardasi
(terkadang
digunakan
sebagai istilah yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk masa gestasi). g.) Bayi besar untuk usia gestasi: bayi yang BB-nya berada di atas presentil ke-90 pada kurva perumbuhan intrauterine.
22
2. Etiologi Faktor Ibu penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir perkawinan yang sah. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat tertentu.
23
3. Manifestasi Klinis Bayi Premature
BB < 2500gr
PB < 45 cm
LD badan
Kulit tipis transparan, lanugo banyak
Ubun-ubun dan sutura lebar
Genetalia immature
Rambut halus, tipis, teranyam
Elastisitas daun telinga kurang
Tangis lemah
Tonus otot leher lemah
Bayi kecil masa kehamilan, dibagi dalam stadium :
I = kurus relatif lebih panjang, kulit tipis & kering
II = I + warna kehijauan pada kulit, plasenta, umbilicus
III= I + warna kuning pada kulit, kuku dan tali pusat manifestasi klinik bayi premature
Reflek moro (memeluk) (+), reflek menghisap, menelan, batuk belum sempurna.
24
Bila lapar, menangis, gelisah, aktifitas bertambah, bila dalam 3 hari hal ini tidak tampak bayi menderita infeksi / perdarahan intrakarnial.
Nafas belum teratur.
Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak.
4. Patofisiologi Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi; Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Meningkatnya
kebutuhan
energi
dan
nutrien
untuk
pretumbuhan dibandingkan BBLC. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang
25
diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu, paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
26
5.Pathway
Gambar 3.1 Pathway Keperawatan (Moore, 1997)
27
5. Pemeriksaan Penunjang a. Radiologi Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran hyalin
karena
kekurangan
surfaktan
berupa
terdapatnya
retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white lung (Masjoer, dkk, 2000). USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka (Merenstein, 2002). b. Laboratorium 1) Darah Rutin 2) Hematokrit (HCT)
Bayi usia 1 hari 48-69%
Bayi usia 2 hari 48-75%
Bayi usia 3 hari 44-72%.
3) Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
28
4) Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb. 5) Hb F
Bayi usia 1 hari 63-92%
Bayi usia 5 hari 65-88%
Bayi usia 3 minggu 55-85%
Usia 6-9 minggu 31-75%.
6) Jumlah leukosit
Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 ( L)
Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 ( L
Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 ( L).
7) Bilirubin 8) Total (serum)
Tali pusat < 2,0 mg/dl
hari 8,0 mg/dl
1-2 hari 12,0 mg/dl
2-5 hari 16,0 mg/dl
Kemudian 2,0 mg/dl.
9) Direk (terkonjugasi)
0,0-0,2 mg/dl
29
10)
Glukosa (8–12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila
konsentrasi glukosa plasma < 50 mg/dl. 11)
Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg
12)
Tekanan parsial O2 (PO2)
Lahir 8-24 mmHg
5-10 menit 33-75 mmHg
30 menit 31-85 mmHg
1 jam 55-80 mmHg
1 hari 54-95 mmHg
Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg.
13)
Saturasi oksigen (SaO2)
Bayi baru lahir 85-90%
Kemudian 95-99%.
14)
pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.
15)
Elektrolit darah (k/p)
16)
Natrium
c. Tes kocok/shake test Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung
30
kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan tabung tetap berdiri. Interpretasi hasil:
(+): Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
(-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan
artinya
paru-paru
belum
matang/tidak
ada
surfaktan.
Ragu: Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang.
6. Komplikasi Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas). Hipoglikemi simtomatik. Asfiksis neonatorum Penyakit membran hialin. Hiperbilirubinemia. Sepsis neonatorum. 7. Penatalaksanaan Setelah bayi lahir dilakukan: Tindakan Umum
31
-
Membersihkan jalan nafas.
-
Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
-
Perawatan tali pusat dan mata.
Tindakan Khusus -
Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila (tambah 0,5 oC pada pengukuran rektal)), pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat, bayi dengan BBL 2000 gram dirawat dalam inkubator atau dengan boks kaca menggunakan lampu.
-
Awasi frekwensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui sindroma aspirasi mekonium.
-
Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila 60x/mnt lakukan foto thoraks.
-
Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.
-
Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan darah).
-
Awasi keseimbangan cairan.
-
Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan keadaan umum baik.
32
Tindakan pencegahan infeksi: - Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. - Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan. - Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat. - Pemberian antibiotik - Membatasi tindakan seminimal mungkin. Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian. Berikan dukungan psikologis dengan perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care) bagi BBLR yang memungkinkan (tidak terpasang infus maupun mengalami masalah pernafasan). B. Asuhan Keperawatan 1. Fokus pengkajian Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan data tetang klien. Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar tentang kebutuhan, masalah kesehatan, tujuan, nilai, dan gaya hidup yang dilakukan klien (Potter & perry, 2019). 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR (Nur arif & kusuma, 2013) :
33
Termoregulasi tubuh tidak efektif Definisi : fluktuasi suhu antara hiipotermia dan hipertermia. Batasan karakteristik : kulit dingin, sianosis, fluktuasi suhu tubuh diatas dan dibawah kisaran normal, kulit memerah, hipertensi. Peningkatan frekuensi napas, menggigul, pucat, piolereksi, penurunan suhu tubuh dibawah kisaran normal, teraba hangat.
3. Intervensi Perencanaan merupakan keputusan yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan. Karena nya, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk pasien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi, 2008). Intervensi dalam penelitian ini adalah memberikan stimulasi massage. 4. Pelaksanan asuhan keperawatan (Implementasi) Implementasi adalah fase ketika perawat mengimlementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologi Nursing Outcome Clacification
(NIC),
implementasi
terdiri
dari
melakukan
dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melakukan intervensi (atau program keperawatan). Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan
34
kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut (Kozier, 2010). 5. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi,
2008),
langkah-langkah
untuk
mengevaluasi
pelayanan
keperawatan: a. Menetukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi, b. Menentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai, c. Menentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan dengan sumber-sumber prosen atau hasil, tergantung kepala dimensi evaluasi yang di inginkan. d.
Menentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data yang diperlukan.
e. Membandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar untuk evaluasi f. Identivikasi penyebab atau alasan yang tidak optimal atau pelaksanaan yang kurang memuaskan g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan: mungkin tujuan tidak realistik, mungkin
35
tindakan tidak tepat, atau mungkin ada faktor linngkungan yang diatasi (Nurhidayat, 2015). C. Metode Kangaroo Mother Care 1. Pengertian Kangaroo Mother care merupakan alternatif metode perawatan bayi baru lahir. Metode ini adalah salah satu teknik yang tepat dan sederhana, serta murah dan sangat dianjurkan untuk perawatan pada bayi BBLR. Metode ini tidak hanya menggantikan inkubator, tetapi juga dapat memberikan manfaat lebih yang tidak didapat dari pemberian inkubator. Pemberian Kangaroo Mother Care ini dirasa sangat efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sangat mendasar seperti kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang (Maryunani, 2013). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui manfaat dari pemberian Kangaroo Mother Care, sejak tahun 1996 Indonesia telah melakukan penerapan metode ini dibeberapa provinsi, diantaranya (Maryunani, 2013): a. Penelitian telah dilakukan di Jawa Barat dengan membandingkan hasil dari pemberian metode kangaroo pada bayi BBLR kurang dari 2500 gram dengan pemberian buli-buli atau botol air panas, dibendong di bawah lampu panas ataupun boks bayi yang dihangatkan. Hasil yang diperoleh dari pemberian Kangaroo
36
Mother Care menunjukkan hasil yang lebih baik. Kangaroo Mother Care u nyatanya lebih baik dalam usaha meningkatkan suhu tubuh serta pempertahankan suhu tubuh optimal bayi. b. Studi
mengenai
penerimaan
wanita
terhadap
pelaksanaan
Kangaroo Mother Care telah dilakukan di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Hasilnya, secara budaya pelaksanaan Kangaroo Mother Care ini dapat diterima, pemberian metode ini juga memberi hasil yang cukup baik bagi bayi BBLR karena sangat berpengaruh pada perkembangan suhu tubuh dan kenaikan bera badan bayi. 2. Jenis Kangaroo Mother Care Kangaroo Mother Care terdapat dua jenis, Kangaroo Mother Care intermitten dan kontinyu: a. Kangaroo Mother Care Intermitten Metode ini biasanya dilakukan pada fasilitas unit perawatan khusus dan intensif. Metode ini tidak diberikan secara terus menerus
sepanjang
waktu,
hanya
diberikan
ketika
ibu
mengunjungi bayi yang masih berada dalam inkubator dengan durasi minimal satu jam secara terus menerus dalam satu hari. Metode ini dapat dimulai pada bayi yang yang sakit, yang berada dalam proses penyembuhan tetapi masih memerlukan
37
pengobatan medis (seperti infus, tambahan oksigen dengan konsentrasi rendah) (Maryunani, 2013). 3. Kangaroo Mother Care Kontinyu Metode kontinyu ini bisa dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan yang diperuntukan untuk perawatan kangguru ataupun dilakukan di rumah. Pada metode kontinyu ini dapat dilakukan sepanjang waktu. Perawatan kontinyu dapat diterapkan apabila kondisi bayi dalam kondisi stabil yakni 17 bayi dapat bernafas secara alami atau spontan tanpa oksigen bantuan (Maryunani, 2013). 4. Lama dan jangka waktu penerapan Kangaroo Mother Care a. Secara bertahap lama waktu Kangaroo Mother Care ditingkatkan dari: Mulai dari perawatan belum menggunakan Kangaroo Mother Care Dilanjutkan
dengan
pemberian
Kangaroo
Mother
Care
intermitten Kemudian diikuti dengan Kangaroo Mother Care kontinyu (Maryunani, 2013) b. Pelaksanaan Kangaroo Mother Care yang singkat kurang dari 60 menit dapat membuat bayi stress. Strategi yang dapat dilakukan untuk menghindari hal tersebut antara lain: Jika bayi masih berada di fasilitas pelayanan kesehatan, maka lebih baik bayi diletakkan di inkubator.
38
Apabila bayi telah dilakukan pemulangan, anggota keluarga lain dapat menggantikan ibu dalam melaksanakan Kangaroo Mother Care (Maryunani, 2013). Pemberian Kangaroo Mother Care dapat dihentikan, apabila : Berat badan bayi minimal >2500 gram. Bayi mampu menetek dengan kuat seperti bayi besar dan sehat. Suhu tubuh bayi stabil 37̊C (Maryunani, 2013). 5. Tujuan Perawatan Metode Kangguru Tujuan dari pemberian metode Kangaroo Mother Care adalah untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Metode ini dapat dimulai segera setelah bayi lahir atau setelah 18 bayi stabil. Metode ini dapat dilakukan di rumah sakit maupun di rumah. Pemberian metode ini dapat terus dilakukan meskipun bayi belum bisa menyusui (Sudarti, Endang Khoirunnisa., 2010). 6. Pelaksanaan Kangaroo Mother Care Pelaksanaan metode Kangaroo Mother Care adalah skin to skin atau kulit dengan kulit antara bagian depan tubuh bayi dengan dada dan perut ibu dalam baju kangguru. adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: Semua pakaian bayi dilepas. Ibu atau keluarga yang akan menggendong diminta melepas BH atau baju dalam (hanya memakai baju/atau kaos yang longgar).
39
Gendong bayi, letakkan bayi didalam baju sehingga terjadi sentuhan kulit ibu dan kulit bayi tanpa perantara. Bebat/ikat pinggang ibu dibawah badan bayi sehingga badan badan bayi terhatan tidak turun ( ikatan di luar baju). Gendong bayi seperti biasa menggunakan kain, ikatan kain penggendong diluar baju ibu. Pakaikan topi penutup kepala bayi. Penelitian ini juga sejalan dengan Jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan (2015), tentang pengaruh pelaksanaan Kangaroo Mother Care (KMC) selama satu jam terhadap suhu tubuh bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di ruang perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali. Hasil penelitian diperoleh rata-rata suhu tubuh BBLR pada hari pertama hingga ketiga sebelum pelaksanaan kangaroo mother care selama satu jam (pretest) sebesar 36,66⁰c. Nilai rata-rata suhu tubuh BBLR pada hari pertama sampai ketiga sesudah pelaksanaan kangaroo mother care selama satu jam (posttest) sebesar 37,07⁰c. Sehingga tiga hari berturut-turut, terdapat kenaikan suhu rata-rata sebesar 0,41⁰c. Penelitian ini menunjukkan hari pertama, kedua dan ketiga semua suhu badan BBLR mengalami peningkatan, baik terhadap bayi yang mengalami hipotermi maupun hipertermi.
40
D. Termoregulasi 1. Definisi Termoregulasi berasal dari kata “thermos” yang berarti panas dan “regulation”yang berarti pengaturan. Termoregulasi merupakan usaha untuk mempertahankan keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran panas sehingga suhu tubuh tetap konstan dan dalam batas normal (Yunanto, 2008; Vander, 2011). Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara
produksi panas
dan
pengeluaran
panas
harus
dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular. Termoregulasi diatur oleh hipotalamus. Hipotalamus terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh sebagaimana kerja thermostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas. 2. Termoregulasi Pada Bayi Selama perkembangan, embrio dikelilingi oleh lingkungan maternal pada suhu tubuh normal. Pada saat lahir, mekanisme pengaturan suhu bayi belum sepenuhnya fungsional. Bayi akan kehilangan panas dengan cepat akibat ukurannya yang kecil. Sebagai konsekuwensinya, bayi yang baru lahir harus dalam keadaan kering dan dibungkus, bahkan bayi yang lahir
41
prematur membutuhkan alat inkubator sebagai pengatur suhu. Pada bayi, suhu tubuhnya juga kurang stabil dibandingkan dengan orang dewasa. Laju metabolism menurun ketika mereka tidur dan meningkat ketika bangun. Meskipun mereka tidak dapat menggigil, namun mereka mampu meningkatkan suhu tubuh dengan cepat. Bayi memiliki jaringan lemak di antara bahu, sekitar leher dan kemungkinan di tubuh bagian atas. Jaringan ini memiliki banyak vakularisasi dengan sel-sel adiposit yang mengandung mitokondria yang dinamakan lemak cokelat (brown fat). Sel-sel adiposity dipersarafi oleh serabut saraf simpatis yang apabila dirangsang dapat meningkatkan lipolysis di adiposit. Energi yang dilepaskan melalui katabolisme asam lemak dilepaskan ke sekeliling jaringan sebagai panas yang kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh. Dengan cara ini maka bayi dapat meningkatkan perolehan panas metabolisme 100% lebih cepat sementara termogenesis nonshevering pada orang dewasa hanya meningkatkan produksi panas sebanyak 10-12% setelah dalam periode mingguan. Dengan meningkatnya usia dan ukuran tubuh, suhu tubuh menjadi lebih stabil dan mekanisme termoregulasi jenis ini menjadi kurang penting.
42
3. Mekanisme Termoregulasi Pusat pengaturan suhu tubuh manusia terdapat dihipotalamus melalui reseptor yang peka terhadap sirkulasi darah dan melewati otak (suhu inti). Hipotalamus mengontrol suhu tubuh melalui stimulasi saraf otonom kelenjar keringat ketika suhu eksternal naik ataupun turun (Brueggemeyer, 2011). Bagian otak yang berperan dalam pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus
anterior
(AH/POA) berperan
dalam
peningkatan
kehilangan panas, vasodilatasi dan pengeluaran keringat sedangkan hipotalamus posterior (PH/POA) berfungsi dalam penyimpanan panas, penurunan aliran darah, piloerektil, menggigil, produksi panas, sekresi hormon tiroid, sekresi epinefrin dan norepinefrin serta 7 peningkatan Basal Metabolic Rate (BMR) (Vander, 2011; Brueggemeyer, 2011).
43
Gambar
3.2
Patofisiologi
termoregulasi
(Sumber:
Brueggemeyer, 2011). Saat terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang membantu produksi panas melalui mekanisme umpan balik negatif dengan meningkatkan suhu tubuh sampai batas normal. Termoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls saraf ke area preoptikdan pusat peningkatan panas di PH/POA serta sel neurosekretorik hipotalamus yang menghasilkan hormon Thyrotropin Releasing Hormon (TRH).
44
Hipotalamus mengirimkan impuls saraf dan menyekresi TRH, yang merangsang tirotropin di 8 kelenjar pituitari anterior untuk melepaskan Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Impuls saraf di hipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor. Berbagai organ efektor meningkatkan suhu tubuh agar mencapai nilai normal, diantaranya adalah: a. Impuls saraf merangsang saraf simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah kulit. Vasokonstriksi akan menurunkan aliran darah hangat, sehingga terjadi perpindahan panas dari organ dalam ke kulit. b. Impuls saraf di saraf simpatis menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin oleh medula adrenal kedalam darah untuk meningkatkan metabolisme selular dalam upaya termogenesis. c. Pusat
produksi
panas
merangsang
bagian
otak
untuk
meningkatkan tonus otot dan produksi panas. Tonus otot meningkat dan terjadi siklus berulang yang disebut menggigil, sehingga produksi panas tubuh meningkat hingga empat kali dari BMR dalam waktu beberapa menit. d. Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan hormon tiroid ke dalam darah. Peningkatan kadar
45
hormon tiroid secara perlahan meningkatkan metabolic rate dan suhu tubuh (Kurz, 2008). Jika suhu tubuh meningkat di atas normal maka putaran mekanisme umpan balik negatif berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas. Impuls saraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah di kulit, sehingga kulit menjadi hangat dan kelebihan panas akan dikeluarkan ke lingkungan (Kurz, 2008;Brueggemeyer, 2011). Tubuh memiliki tiga respons utama dalam proses termoregulasi, yaitu respons aferen, regulasi sentral dan respons eferen. Rangsangan diterima dan diteruskan oleh neuron yang mempunyai reseptor termosensitif di kulit, jaringan dalam, medula spinalis dan otak.Input aferen dari perubahan tersebut diproses di otak untuk memulai respons eferen yang sesuai. Tubuh dapat menggigil atau berkeringat, atau vasodilatasi kutaneus tergantung pada respons yang diperlukan (Kurz, 2008; Yunanto, 2008).
46
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN
I.
II.
Identitas Pasien & Keluarga : Nama Pasien
: By. Ny. T
Nama Ibu
: Ny. T
Jenis Kelamin
:P
Usia Ibu
: 35 tahun
Usia bayi
: 8 hari
Agama
: Islam
Anak ke 2 dari 2 bersaudara
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal masuk
: 21 November 2019
Pendidikan
Tgl Pengkajian
: 26 November 2019
Alamat
: Pesanggrahan
Diagnosa medis
: BBLR
Pekerjaan
: IRT
: SD
Riwayat Bayi APGAR Skor
: 1’ 7, 5’ 9
Tanggal Lahir
: 13 november 2019
Usia gestasi
: 3 minggu
Berat badan
: - BBL : 2123 gr
Panjang badan
: 40 cm
Komplikasi persalinan
: Tidak ada
Aspirasi mekonium
: Tidak ada
Denyut jantung janin abnormal
: Tidak ada
Prolaps Lati pusat Ketuban pecah dini
: tidak ada : Tidak ada
47
Kurva Lubchenco:
Ga mbar 3.3 Kurva Lubchenco Kesimpulan
:
1. Usia gestasi
: preterm
2. Berat Badan
: Kecil Masa Kehamilan
48
III.
Riwayat Ibu Usia ibu
: 35 Tahun
Status obstetric
: G2P1A0
Jenis persalinan
: Sectio Caesaria
Komplikasi kehamilan
: Tidak ada
Perawatan antenatal
: Ya, Berapa kali
: 12 kali
Ruptur plasenta/plasenta previa : Tidak Pre Eklampsia/Toxemia : Tidak Suspect sepsis
: Ya
Persalinan premature/post matur : Ya IV.
Pengkajian Fisik Neonatus 1. Reflek Moro ()
Menggenggam ()
Postur ( )
Tonus ( )
Menghisap ( )
Rooting ( )
2. Tonus/ Aktivitas a. Aktif ( ) Letargi ()
Kejang ( )
b. Menangis keras ( ) Lemah () melengking ( ) sulit menangis ( ) 3. Kepala / leher a. Fontanel anterior : Menonjol b. Sutura sagitalis
: Tepat
c. Gambaran wajah : Simetris d. Molding
: Caput succedaneum
49
4. Mata : Bersih 5. THT a. Telinga
: Normal
b. Hidung
: Normal
6. Abdomen a. Lunak ( ) Tegas ( ) Datar () Kembung ( ) b. Lingkar Perut
: 27 cm
c. Liver
: >2cm
7. Thoraks a. Simetris () Asimetris ( ) b. Retraksi
: Derajat 1 ( ) Derajat 2 () Derajat 3 ( )
c. Klavikula : Normal 8. Paru-paru a. Suara nafas kanan kiri
: Sama
b. Bunyi nafas disemua lapang paru : Terdengar c. Suara Nafas
: Bersih
d. Respirasi
: Spontan
9. Jantung a. Bunyi normal sinus rhytm, frekuensi 14x/menit
50
10. Ekstremitas a. Bebas bergerak ( ), ROM terbatas (), Tidak terkaji ( ) Nadi Perifer Keras Brakial kanan Brakial kiri Femoral kanan Femoral kiri b. Ekstremitas atas : Normal
Lemah
Tidak ada
c. Ektremitas bawah : Normal 11. Umbilikus
: Normal
12. Genetalia
: Normal , Perempuan
13. Anus
: paten
14. Spinal
: Normal
15. Kulit a. Warna
: Pucat
b. Kemerahan/rash : Tidak ada kemerahan c. Tanda lahir
: Tidak ada tanda lahir
16. Suhu
V.
a. Lingkungan
: Inkubator
b. Suhu kulit
: 36,4⁰c
Riwayat Sosial (Struktur keluarga dalam genogram tiga keturunan)
51
Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Klien : Garis Perkawinan : Garis Keturunan a. Antisipasi vs pengalaman nyata kelahiran b. Budaya
: Jawa
c. Suku
: Jawa
d. Agama
: Islam
: -
e. Bahasa utama : Jawa dan Indonesia f. Perencanaan makanan bayi
: ASI
g. Masalah social yang penting : masalah ekonomi h. Hubungan Orangtua dan bayi
52
Ibu Tingkah laku Menyentuh Memeluk Berbicara Berkunjung Memanggil nama Kontak mata i. Orang terdekat yang dapat dihubungi : Orangtua
Ayah X
j. Orangtua berespon terhadap penyakit: ya (), tidak ( ) k. Orangtua berespon terhadap hospitalisasi : ya (), tidak ( ) l. Riwayat anak lain : Tidak ada
53
m. Data tambahan Pemeriksaan Hemoglobin
Hasil H 19.4 g/dl
Nilai Normal 12.0 -14.0
Interprestasi High
Hematokrit
55.8 %
31.0 – 59.0
Normal
Eritrosit
4.74 10^6/ul
4.10 – 550
Low
Leukosit
6.25 10^/ul
5.00 -13.50
Normal
Trombosit
185 10^3/ul
150 – 450
Normal
MCV
H 117.8 fl
73.0 – 89.0
High
MCH
H 40.9 %
24.0 - 30.0
High
MCHC
H 34.8 %
24.0 – 30.0
High
RCW
18.5 %
31.8 – 35.4
Low
Neutrofil
46.46 %
11.5 – 14.5
High
Limfosit
32.27 %
39.30 – 73.70
Low
Monosit
H 18.820 %
18.00 – 48.30
High
Eosinofil
1.800 %
4400 – 12 700
Low
Basofil
0.650 %
0.600 – 7300
Normal
APTT
55.3
22.5 – 37.7
High
PT
14.2
11.4 – 16.15
Normal
n. Terapi yang digunakan
54
Nama Obat Ampisulbac Amikasin
VI.
Dosis 65mg 25mg
Pemberian 2x65mg 1x25mg
RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN DATA FOKUS DS
: By. Ny.T lahir tanggal 18 November 2019, Usia gestasi 32
minggu, status gestasi G2P1A0, bayi dilahirkan secara SC, Berat badan lahir 2123 gr, PB 40 cm LK 28 cm LP 27 cm Ld 27,5 cm DO
: Keadaan umum: Baik
Klien tampak kecil
Klien terlihat menangis
Reflek hisap bayi lemah
Terpasang ogt
Terpasang infus KN
Gerak kurang aktif
Bayi didalam inkubator
GDS : 35 mg/dl
Suhu : 36,3⁰c
Nadi 142x/menit
RR 48x/menit
Berat badan 2123 gr
Ampisulbac 2 x 65 mg
Amikasin 1 x 25
VII.
ANALISIS DATA NO 1
DATA FOKUS DS : Bayi BBLR
MASALAH ETIOLOGI Ketidakkeseimbangan Faktor Nutrisional
55
DO
:
Berat nutrisi
badann
kurang dari
lahir kebutuhan tubuh
Malnutrisi
(2123gr) dibawah ideal,
Refleks
ketidakseimbangan
hisap
lemah,
nutrisi kurang dari
mukosa
dan
kebutuhan tubuh
konjungtiva pucat
2
Terpasang OGT
Resiko
DS : -
nutrisi Kulit tipis, imatur
Ketidakefektifan
DO : Kulit bayi termoregulasi
defisit
fungsi
tampak kering N 142 x/menit ,
Jaringan
lemak
Rr : 48x/menit,
subkutan tipis
Suhu : 36,3⁰c Meningkatkan kehilangan panas Termoregulasi tidak efektif 3
DS : Bayi BBLR
Resiko infeksi
DO : terpasang OGT Terpasang infuse Crp 15
VIII. PRIORITAS MASALAH
56
1. Ketidakefektifan termoregulasi b.d usia ekstrem ditandai dengan penurunan suhu 36,3ºc (D 11, Kelas 6, KD 00008) 2. Ketidakkeseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis ditandai dengan berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal (D 2, Kelas 1, KD 00002) 3. Resiko infeksi b.d peningkatan paparan lingkungan pathogen (D 11, Kelas 1, KD 00004)
IX.
RENCANA KEPERAWATAN
57
Nama klien
: By. Ny. T
Usia
Jenis Kelamin
:P
Dx Medis
Tgl masuk RS
: 21 november 2019 Tgl pengkajian : 26 november 2019
No
Diagnosa Ketidakefektifan termoregulasi 00008)
: BBLR
Perencanaan NIC NIC :
NOC 1
: 8 hari
NOC :
(KD Termoregulasi: Baru Pengaturan suhu Lahir (0801) Setelah
(3900)
dilakukan O :
tindakan keperawatan Monitor selama
3x7
diharapkan
jam
setiap 2 jam respirasi,
Kriteria Hasil :
warna kulit T 5
warna
dalam
batas normal
suhu 3. Mempertahankan
masalah Monitor nadi,
A 2
respirasi
dan
2. Pola nafas normal
dapat teratasi dengan Indikator Perubahan
Rasional 1. Nadi, suhu
kestabilan
suhu
pada bayi 4. Keluarga
pasien
memahami
N:
Kangaroo Mother
Lakukan
Care
Kangaroo
kulit Suhu
2
tubuh Keterangan
5
Mother
Care
pada bayi Sesuaikan
1. Menurun
suhu
2. Cukup
lingkungan
menurun
untuk
3. Sedang
kebutuhan
4. Cukup
pasien
meningkat 5. Meningkat
E: Ajarkan
58
metode Kangaroo Mother
Care
pada ibu atau keluarga pasien Edukasi pentingnya penerapan Kangaroo Mother
Care
pada bayi C: (Jurnal intervensi pengaruh metode Kangaroo Mother Care,
Weni
Lidya Hendayan 2019)
2
Ketidakseimbangan
NOC :
NIC :
nutrisi kurang dari (Status Nutrisi Bayi Status kebutuhan
tubuh 1020)
nutrisi
bayi (1020)
59
(KD 00002)
Setelah
dilakukan O:
Mengetahui
tindakan keperawatan Monitor selama
3x7
jam
diharapkan
intake
nutrisi yang masuk
asupan nutris
nutrisi Monitor turgor
bayi seimbang
kulit
Kriteria Hasil :
N:
Indicator Intake
A 2
T 5
Nutrisi Perbadin
2
5
gan berat badaa Keterangan
Untuk
Berikan
mencukupi
asupan nutrisi kebutuhan nutrisi melalui OGT mengetahui Timbang berat Untuk perubahan berat badan badan
E:
1. Menurun
2. Cukup menurun 3. Sedang
C: Kolaborasikan
4. Cukup
dengan
meningkat 5. Meningkat
gizi
Untuk
pemberian
ahli nutrisi yang tepat untuk
memberikan nutrisi
yang
tepat pada bayi
3
Risiko infeksi (KD NOC : 00004)
(Kontrol
O: Risiko Kontrol
infeksi
60
1902)
(6540)
Setelah
dilakukan O :
tindakan keperawatan selama
3x7
diharapkan
jam N : tidak Bersihkan
1. Mencegah
tanda-tanda infeksi
lingkungan
kriteria hasil :
pasien dengan
Indicator Mengide
A T 3 5
ntifikasi
Cuci
tangan dan
lingkungan tetap steril
sesudah
gejala infeksi Mempert
2. Menjaga
baik sebelum
tanda dan
infeksi
kegiatan 3
5
ahankan
perawatan pasien
lingkung
E:
an yang
Ajarkan
bersih Keterangan
keluarga pasien
1. Menurun
mengenai cuci
2. Cukup
tangan dengan
menurun
memasuki dan
4. Cukup
meninggalkan
5. Meningkat
terjadi
nya
infeksi
tepat pada saat
3. Sedang meningkat
3. Mencegah
ruangan pasien Ajarkan keluarga pasien mengenai
61
tanda
dan
gejala infeksi C:
CATATAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Nama klien
: By. Ny. T
Usia
: 8 hari
Jenis Kelamin : P
Dx medis
: BBLR
Tgl Masuk RS : 21 november ‘19
Tgl pengkajian : 26 november’19
62
Tgl/jam Rabu 27 november 2019
Dx Implementasi 1 1. Memonitor
Respon pasien suhu Suhu: 36,3ºc
Paraf Irfan
setiap 2 jam 2. Memonitor
nadi, Nadi
respirasi, warna kulit
Jam : 09.00
138x/menit, Rr 42x/menit,kulit tampak
pucat
dan
teraba
dingin 3. Melakukan kangaroo Bayi tampak mother care pada tenang dan bayi selama 1 jam nyaman. Suhu sebelum 36,2ºc dan
sesudah
36,8ºc KMC 4. Menyesuaikan
suhu Suhu ruangan lingkungan untuk hangat 28ºc kebutuhan pasien
5. Mengajarkan metode Ibu dan kangaroo mother care keluarga pada ibu atau memahami keluarga pasien
cara penerapan dari
metode
kangaroo care
63
6. Mengedukasi
Keluarga
pentingnya
pasien
penerapan kangaroo
mengetahui
mother
manfaat
care
pada
bayi
penting dari
nya metode
kangaroo mother care Kamis
1
28
1. Memonitor
suhu Suhu: 36,2ºc
Irfan
setiap 2 jam
November 2019
2. Memonitor
Jam :
nadi, Nadi
respirasi, warna kulit
142x/menit, Rr
09.0
44x/menit,kulit
0
tampak kering dan
teraba
dingin 3. Melakukan kangaroo Bayi tampak mother care pada tenang dan bayi selama 1 jam nyaman. Suhu sebelum 36,4ºc dan
sesudah
37,2ºc KMC 4. Menyesuaikan
suhu Suhu ruangan lingkungan untuk hangat 27ºc kebutuhan pasien
5. Mengajarkan metode
64
kangaroo mother care Ibu pada
ibu
atau
keluarga pasien
dan
keluarga memahami cara penerapan dari
metode
kangaroo care 6. Mengedukasi pentingnya
Keluarga
penerapan kangaroo
pasien
mother
mengetahui
care
pada
bayi
manfaat penting dari
nya metode
kangaroo mother care
Jum’at 29
1
1. Memonitor
suhu Suhu: 36,1ºc
Irfan
setiap 2 jam
November 2019 Jam : 09.00
2. Memonitor
nadi, Nadi
respirasi, warna kulit
142x/menit, Rr 44x/menit,kulit tampak kering dan
teraba
65
dingin
3. Melakukan kangaroo mother
ca/re
pada
bayi selama 1 jam
Bayi
tampak
tenang
dan
nyaman. Suhu sebelum 36,3ºc dan
sesudah
37,1ºc KMC
4. Menyesuaikan
suhu
lingkungan
untuk
Suhu ruangan hangat 27ºc
kebutuhan pasien 5. Mengajarkan metode kangaroo mother care pada
ibu
atau
keluarga pasien
Ibu
dan
keluarga memahami cara penerapan dari
metode
kangaroo care Keluarga
6. Mengedukasi
pasien
pentingnya penerapan kangaroo mother bayi
care
pada
mengetahui manfaat penting dari
nya metode
kangaroo mother care
66
Rabu
2
27
1. Memonitor
asupan
nutrisi
Sonde masuk Irfan melalui OGT
November
setiap 2 jam
2019
sekali 17cc
Jam : 09.00 2. Memonitor
turgor
kulit
Kulit tampak kering
3. Memberikan asupan nutrisi melalui OGT
Asi
telah
diberikan sebanyak 17cc
4. Menimbang
berat
badan
2123kg
5. Mengkolaborasikan dengan
ahli
gizi
2
Asupan nutrisi sesuai
untuk
memberikan
dengan
nutrisi
yang
anjuran
tepat
1. Memonitor
ahli
gizi
pada bayi
Kamis
BB pasien :
asupan
Sonde masuk Irfan
67
28
nutrisi
melalui OGT
November
setiap 2 jam
2019
sekali
Jam : 09.00 2. Memonitor
turgor
kulit
Kulit tampak kering
3. Memberikan asupan nutrisi melalui OGT
Asi
telah
diberikan sebanyak 17cc
4. Menimbang
berat
badan
2135kg
5. Mengkolaborasikan dengan
ahli
gizi
29
2
Asupan nutrisi sesuai
untuk
memberikan
dengan
nutrisi
yang
anjuran
tepat
pada bayi Jum’at
BB pasien :
1. Memonitor
ahli
gizi asupan
nutrisi
Sonde masuk Irfan melalui OGT
Nogvember
setiap 2 jam
2019
sekali
Jam : 09.00
2. Memonitor
turgor
kulit 3. Memberikan asupan
Kulit tampak kemerahan Asi
telah
68
nutrisi melalui OGT
diberikan sebanyak 17cc
4. Menimbang
berat
badan
2150kg
5. Mengkolaborasikan dengan
ahli
gizi
27 November
3
Asupan nutrisi sesuai
untuk
memberikan
dengan
nutrisi
yang
anjuran
tepat
pada bayi
Rabu
BB pasien :
ahli
gizi
1. Membersihkan lingkungan
pasien
dengan baik
Lingkungan pasien
Irfan
bersih
dam nyaman
2019 Jam : 09.00
2. Mengajarkan keluarga
pasien
mengenai cuci tangan dengan
tepat
dan
bersih
pada
saat
Keluarga pasien memahami cara
mencuci
69
memasuki
dan
tangan
6
meninggalkan
langkah
ruangan pasien
dengan tepat
3. Mengajarkan keluarga
pasien
Kelurga
mengenai tanda dan
pasien
gejala infeksi
memahami tanda
dan
gejala infeksi
70
Kamis
3
Lingkungan
1. Membersihkan
28
lingkungan
November
dengan baik
pasien
pasien
irfan
bersih
dam nyaman
2019 Jam : 09.00 2. Mengajarkan keluarga
pasien Keluarga
mengenai cuci tangan
pasien
dengan
tepat
dan
memahami
bersih
pada
saat
cara
dan
tangan
memasuki
mencuci 6
meninggalkan
langkah
ruangan pasien
dengan tepat
3. Mengajarkan keluarga
pasien Kelurga mengenai tanda dan pasien gejala infeksi memahami tanda
dan
gejala infeksi
Jum’at
3
Lingkungan
1. Membersihkan
29
lingkungan
November
dengan baik
pasien
pasien
bersih
dam nyaman
2019 Jam : 09.00
71
Keluarga
2. Mengajarkan keluarga
pasien
pasien
mengenai cuci tangan
memahami
dengan
tepat
dan
cara
bersih
pada
saat
tangan
dan
langkah
memasuki meninggalkan
mencuci 6
dengan tepat
ruangan pasien 3. Mengajarkan keluarga
Kelurga pasien pasien
memahami
mengenai tanda dan
tanda
gejala infeksi
gejala infeksi
dan
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
72
Nama klien
: By. Ny. T
Usia
: 8 hari
Jenis Kelamin
:P
Dx Medis
: BBLR
Tgl masuk RS
: 21 november’19
Tgl pengkajian : 26 November’19
Tanggal
Dx
Evaluasi
Paraf
(SOAP) 27/11/201
1
9
S: -
Irfan
O: Suhu : 36,8ºc Nadi : 138x/menit Rr
: 42x/menit
Kulit tampak kering Ibu pasien memahami metode KMC Keluarga pasien mengetahui manfaat dan penting nya metode KMC A: Masalah belum teratasi Indikator Perubahan warna kulit Suhu tubuh P: Lanjutkan intervensi
A 2 2
T 5 5
S 2 2
Monitoring suhu setiap 2 jam Pantau nadi, respirasi, dan warna kulit
2
S:-
Irfan
O:
73
Sonde / 2 jam (17cc) Kulit tampak kering BB pasien : 2123kg A : masalah belum teratasi Indikator Intake nutrisi Perbandingan
A 2 berat 2
T 5 5
S 3 3
badan P : lanjutkan intervensi Monitoring asupan nutrisi Monitoring turgor kulit dan timbang berat badan pasien 3
S: -
Irfan
O: Lingkungan pasien bersih dam nyaman Keluarga
pasien
memahami
cara
mencuci tangan 6 langkah dengan tepat Kelurga pasien memahami tanda dan gejala infeksi A: Masalah teratasi Indicator Mengidentifikasi
A T 3 5
S 3
3
3
tanda dan gejala in eksi Mempertahanka n
5
lingkungan
yang bersih
74
P: lanjutkan intervensi Bersihkan lingkungan dengan baik Ajarkan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi 28/11/19
1
S: -
Irfan
O: Suhu : 37,2ºc Nadi : 142x/menit Rr
: 44x/menit
Kulit tampak kemerahan dan teraba hangat Ibu pasien memahami metode KMC Keluarga pasien mengetahui manfaat dan penting nya metode KMC A: Masalah teratasi Indikator Perubahan warna kulit Suhu tubuh P: Lanjutkan intervensi
A 2 2
T 5 5
S 3 3
Monitoring suhu setiap 2 jam Pantau nadi, respirasi, dan warna kulit 2
S:-
Irfan
O: Sonde / 2 jam (17cc) Kulit tampak kering BB pasien : 2135kg
75
A : masalah belum teratasi Indikator Intake nutrisi Perbandingan
A 2 berat 2
T 5 5
S 3 3
badan P : lanjutkan intervensi Monitoring asupan nutrisi Monitoring turgor kulit dan timbang berat badan pasien 3
S: O: Lingkungan pasien bersih dam nyaman Keluarga
pasien
memahami
cara
mencuci tangan 6 langkah dengan tepat Kelurga pasien memahami tanda dan gejala infeksi A: masalah teratasi indikator Mengidentifikasi
A T 2 5
S 3
2
3
tanda dan gejala infeksi Mempertahanka n
5
lingkungan
yang bersih P: lanjutkan intervensi Bersihkan lingkungan dengan baik Ajarkan keluarga mengenai tanda
76
dan gejala infeksi 29/11/19
1
S: -
Irfan
O: Suhu : 37,1ºc Nadi : 145x/menit Rr
: 45x/menit
Kulit tampak kemerahan dan teraba hangat Ibu pasien memahami metode KMC Keluarga pasien mengetahui manfaat dan penting nya metode KMC A: Masalah teratasi Indikator Perubahan warna kulit Suhu tubuh P: Lanjutkan intervensi
A 2 2
T 5 5
S 3 3
Monitoring suhu setiap 2 jam Pantau nadi, respirasi, dan warna kulit 2
S:-
Irfan
O: Sonde / 2 jam (17cc) Kulit tampak kemerahan BB pasien : 2150kg A : masalah belum teratasi Indikator Intake nutrisi Perbandingan
A 2 berat 2
T 5 5
S 4 4
77
badan P : lanjutkan intervensi Monitoring asupan nutrisi Monitoring turgor kulit dan timbang berat badan pasien 3
S: -
Irfan
O: Lingkungan pasien bersih dam nyaman Keluarga
pasien
memahami
cara
mencuci tangan 6 langkah dengan tepat Kelurga pasien memahami tanda dan gejala infeksi A: masalah belum teratasi indikator Mengidentifikasi
A T 2 5
S 3
2
3
tanda dan gejala infeksi Mempertahanka n
5
lingkungan
yang bersih P: lanjutkan intervensi Bersihkan lingkungan dengan baik Ajarkan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
78
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. RSUD Banyumas Profil RSUD Banyumas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas merupakan Rumah Sakit tipe B pendidikan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas yang berlokasi di Jl. Rumah Sakit No.1 Kejawar, Kec. Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53192 dengan jumlah tempat tidur 360 TT, luas tanah 6,2 Ha dan luas bangunan 4,5 Ha.
79
Apresiasi terhadap RSUD Banyumas baik dari masyarakat sebagai pelanggan maupun dari pemerintah RI terus meningkat secara bermakna. Pada tahun 1997 RSUD Banyumas mendapat peredikat juara I tingkat nasional lomba kinerja RS kelas C, tahun 2000 terakreditasi secara penuh untuk akreditasi tingkat lanjut dari kemnkes pertama di Jawa Tengah. Tahun 2003 terakreditasi untuk akreditasi penuh tingkat lengkap dari Kemenkes pertama di Indonesia, dan tahun 2006 RSUD Banyumas mendapat predikat juara I lomba pelayanan publik tingkat nasional, dan masih banyak apresiasi yang di raih RSUD Banyumas. Sejak tahun 1992 sampai dengan sekarang tercatat lebih dari tiga puluh predikat membanggaan yang diraih RSUD Banyumas baik tingkat regional maupun nasional. Prestasi demi prestasi ini diraih RSUD Banyumas bukan dengan cara yang sederhana dan proses yang mudah. Sejak tahun 1992, diadakan upaya perbaikan mutu pelayanan yang intensif melalui penerapan Total Quality Management yang dibarengi dengan kegiatan continuous improvement lainnya. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2001, RSUD Banyumas adalah salah satu Badan Teknis Daerah milik Pemerintah Kabupaten Banyumas yang mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara efektif dan efisien dengan mengutamakan upaya penyembuhan serta pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Dalam perkembangannya RSUD Banyumas terus melesat secara bermakna dari tugas sesuai Peraturan daerah tersebut diatas. Menyikapi dengan perkembangan yang signifikan dari RSUD Banyumas ini, pengelolaan RSUD Banyumas pun menjadi satu kebutuhan untuk diubah dari status swadana menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Berdasarkan Keputusan Bupati Banyumas Nomor 445/371/2008 tentang Pola Pengelolaan Keuangan, RSUD Banyumas pun berubah status pengelolaannya menjadi BLUD yang menerapkan Pola Pengelolaan
80
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Dari catatan sejarah RSUD Banyumas berdiri pada tanggal 30 april 1925 pada masa Hindia Belanda. Berikut adalah perjalanan sejarah RSUD Banyumas dari masa ke masa. Sejarah Periode tahun 1925–1935 RSUD Banyumas diberi nama “Julianna Bugerziekenheis” yang pada waktu itu lebih dikenal dengan Rumah Sakit Julianna yang pengelolaannya dibawah Pemerintah Hindia Belanda. Periode tahun 1935–1945 RS Julianna tersebut diberi nama Rumah Sakit Banyumas yang pengelolaannya di bawah Pemerintah Jepang.Periode tahun 1945–1947, Rumah Sakit Banyumas pengelolaannya dibawah Kabupaten Banyumas. Periode tahun 1950–1953 dengan nama Rumah Sakit Umum Banyumas yang pengelolaannya dibawah Departemen Kesehatan Kabupaten Banyumas. Periode tahun 1953 sampai dengan tahun 1992 RSU Banyumas dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas, pengelolaannya dibawah Pemerintah Daerah. Periode tahun 1992–1993 Rumah Sakit tersebut dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dengan status kelas D yang pengelolaannya dibawah Pemerintah Kabupaten Banyumas. Periode tahun 1993–2000 Rumah Sakit tersebut dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dengan status kelas C yang pengelolaannya di bawah Pemerintah Kabupaten Banyumas. Periode tahun 2000–2001, RSUD Banyumas menjadi RS kelas B non-Pendidikan yang pengelolaannya dibawah Pemerintah Kabupaten Banyumas.Periode tahun 2001–2008 Rumah Sakit tersebut diberi nama Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dengan status kelas B pendidikan yang pengelolaannya dibawah Pemerintah Kabupaten
Banyumas,
445/371/2008
tertanggal
sesuai 16
keputusan Juli
2008
Bupati diberi
Banyumas
nomor
kewenangan
untuk
melaksanakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD).
81
Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di RSUD Banyumas sebagai berikut : Rawat inap dewasa
Rawat inap anak/perinatal
Rawat inap intensif (ICU/HCU)
Instalasi Gawat darurat ( IGD)
Kamar bersalin
Kamar operasi
Rawat jalan
CSSD
IPAL
GIZI
IRSRS
Laboratorium
Radiologi
Hemodialisa
Farmasi
P2CSR
B. Analisa Masalah Keperawatan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan asuhan keperawatan dengan masalah keperawatan termoregulasi dalam mempertahankan suhu tubuh pada bayi BBLR. Pasien BBLR secara umum mengalami masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini dikarenakan pasien lahir dengan kondisi premature. Pada kondisi ini, organ tubuh bayi belum siap sepenuhnya salah satunya yaitu sistem pencernaan. Menurut Maryunani (2013) Kangaroo Mother Care merupakan alternatif metode perawatan bayi baru lahir. Metode ini adalah salah satu teknik yang tepat dan sederhana, serta murah dan sangat dianjurkan untuk perawatan pada bayi BBLR. Metode ini tidak hanya menggantikan inkubator,
82
tetapi juga dapat memberikan manfaat lebih yang tidak didapat dari pemberian inkubator. Pemberian Kangaroo Mother Care ini dirasa sangat efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sangat mendasar seperti kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,
bahkan
dapat
menggangu
kelangsungan
hidupnya
(Prawirohardjo, 2006). C. Analisis Intervensi Keperawatan Dalam mengatasi masalah yang dialami pasien terhadap masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan peneliti menggunakan inovasi berupa perawatan metode kanguru. Pada perawatan ini bayi didekap oleh ibu, sehingga memberikan dampak yang baik bagi ibu dan bayi. Perawatan metode kanguru memberikan manfaat tidak hanya untuk perkembangan kesehatan bayi tetapi juga bagi penyembuhan psikologis ibu sehubungan dengan kelahiran preterm dan memperoleh kembali peran keibuan. Manfaat yang didapat yaitu mempermudah ibu dalam memberikan ASI dan meningkatkan lama menyusui dan kesuksesan dalam menyusui (Depkes RI, 2008). Sedangkan menurut Rahmayenti (2009) bahwa manfaat Kangaroo Moher Care (KMC) dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat memberi kehangatan kepada bayinya secara terus menerus dengan cara kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi. Selain itu dapat meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi, memudahkan bayi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, mencegah infeksi dan memperpendek masa rawat inap sehingga dapat mengurangi biaya perawatan.
83
Pada saat dilakukan tindakan Kangaroo Mother Care menunjukkan bahwa bayi tampak tenang dan mau menyusu. Selain itu, durasi menyusui yang diberikan oleh ibu lebih lama dan ibu tampak lebih tenang saat memberikan ASI
Hasil sebelum dan sesudah dilakukan nya metode Kangaroo Mother Care Hari Hari I Hari II Hari III
Sebelum 36,2ºc 36,4 ºc 36,3 ºc
Sesudah 36,8 ºc 37,2 ºc 37,1 ºc
Hasil 0,6 ºc 0,8 ºc 0,8 ºc Jumlah = 2,2 ºc Total : 3 = 2,2 3 = 0,73 ºc
D. Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada pasien menujukkan bahwa dengan pemberian terapi perawatan metode kanguru dapat mengatasi masalah termoregulasi pada tubuh bayi. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Setyawan (2016) hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu tubuh rata-rata sebelum dan sesudah penerapan KMC selama satu jam pada hari I, II, dan III terdapat kenaikan suhu tubuh dari implementasi kangaroo mother care pada suhu tubuh bayi sebesar 0,73ºc. Selain meningkat suhu tubuh pada bayi metode kangaroo mother care dapat meningkatkan berat badan pada bayi. Perawatan metode kanguru adalah salah satu tindakan perawatan yang dilakukan oleh ibu secara langsung dengan metode menempelkan kulit bayi
84
dan kulit ibu. Metode perawatan yang dilakukan oleh ibu secara langsung dapat menstabilkan suhu tubuh bayi, detakan jantung, respirasi, tingkah laku bayi kurang menangis dan sering menyusui, penggunaan kalori berkurang, kenaikan berat badan bayi, waktu tidur bayi menjadi lebih lama serta hubungan kedakatan bayi denga ibu lebih baik (Perinasia, 2008). Menurut IDAI (2013) bahwa Kangaroo Mother Care (KMC) merupakan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-toskin contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga menigkatkan lama dan pemberian ASI.
85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pengkajian
menunjukkan sesuai dengan
kondisi pasien, dimana
pasien lahir dengan berat badan dibawah normal atau dibawah standard. Diagnosa asuhan keperawatan yaitu ketidakefektifan termoregulasi b.d usia ekstrem ditandai dengan penurunan suhu tubuh di bawah kisaran normal. Berdasarkan dengan masalah pasien yaitu termoregulasi tidak efektif, tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan masalah keperawatan yaitu kangaroo mother care. Hasil evaluasi dari pasien menunjukkan masalah keperawatan ketidakefektifan termoregulasi dapat teratasi dengan adanya peningkatan suhu tubuh sebesar 0,73ºc. Implementasi berupa perawatan kangaroo mother care dapat meningkatkan termoregulasi namun belum bisa mengatasi masalah pasien secara keseluruhan. B. Saran 1. Bagi Rumah Sakit Disarankan bagi rumah sakit untuk selalu meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam penanganan pasien pada kasus BBLR yang memiliki
masalah
keperawatan
termoregulasi
tidak
efektif
daan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dengan menerapkan pemberian perawatan metode kanguru. 2. Bagi Ibu Disarankan bagi ibu yang memiliki bayi BBLR untuk dapat melakukan perawatan metode kanguru secara continue karena sangat bermanfaat untuk bayi dan juga ibu bayi. Perawatan metode kanguru dapat dilakukan oleh ibu dirumah hingga berat bayi mencapai ± 2500 gram.
86
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian ini tentang kasus yang sama pada bayi BBLR dengan metode kangaroo mother care dengan masalah keperawatan lain yang mungkin muncul seperti ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
87
DAFTAR PUSTAKA Susilowati dan Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: Refika Aditama World Health Organization (WHO) 2014. Obesity. Geneva, World
Commission on Ending Childhood
Health Organization, Departement of
Noncommunicable disease surveillance. Rita Magdalena br. Tarigan. 2012. Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Perawatan Bayi BBLR Di Rumah Di RSKIA Kota Bandung. Departemen Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan, RI. Nyqvist KH et al. (2010). Towards universal Kangaroo Mother Care: recommendations and report from the First European Fiyanah Sofiani, Fatikhu Yatuni Asmara. 2014. Pengalaman Ibu Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Mengenai Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK) Di Rumah. Setiyawan. 2019. Pengaruh Pelaksanaan Kangaroo Mother Care Selama Satu Jam Terhadap Suhu Tubuh Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Rang Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali Rahmayanti. (2011). Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru pada Ibu yang Memiliki BBLR di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Jakarta. Jakarta: Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Weni Lidya Hendayani. 2019. Pengaruh Kangaroo Mother Care Terhadap Kestabilan Suhu Tubuh BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar. Prawirohardjo S. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
88
Maryunani Anik. (2013). Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Jakarta Cv. Trans Info Media Silvia. (2015). Pengaruh Kangaroo Mother Care Terhadap Perubahan Berat Badan Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal IPTEK Terapan IDAI. (2013). Perawatan Metode Kanguru (PMK) Menigkatkan Pemberian ASI. Hapsari. 2009. Makalah Termogulasi Pada Bayi Baru LahirPerlindungan Termal. http://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/html. Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Sri
Abdi
Lestari.
PENGARUH
PERAWATAN
METODE
KANGURU/KANGAROO MOTHER CARE TERHADAP STABILITAS SUHU TUBUH BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUANG PERISTI RSUD KEBUMEN. Gardner, L & Merenstein, G. (2002). Hand Book of Neonatal Intensive Care. Mosby. Perinasia. (2008). Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah Dengan Metode Kanguru. Jakarta: Perinasia. Kemenkes RI. (2013). Hasil Riskesdas 2018. Jakarta: Departemen Kesehatan RI https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasilriskesdas-2018_1274.pdf
89
LAMPIRAN
Pengertian Tujuan
Standar Operasional Prosedur (SOP) PERAWATAN METODE KANGGURU Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kangguru (PMK) adalah kontak kulit antara ibu dan bayi secara dini, terusmenerus serta dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Suatu metode untuk meningkatkan berat badan bayi prematur atau berat badan lahir rendah (BBLR) : Menstabilkan denyut jantung, pola pernafasan dan saturasi oksigen Memberikan kehangatan pada bayi Meningkatkan durasi tidur Mengurangi tangisan bayi dan kebutuhan kalori Mempercepat peningkatan berat badan dan perkembangan otak Meningkatkan hubungan emosional ibu dan bayi Meningkatkan keberhasilan dan memperlama durasi menyusui
indikasi
Bayi dengan berat badan ≤ 2000 gram Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai Refleks dan koordinasi isap dan menelan yang baik Perkembangan selama di inkubator (rumah sakit) baik Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasilan
Persiapan Alat
Alat pengukur tanda vital bayi (thermometer, stetoskop, jam) Gendongan Topi bayi dan kaos kaki bayi
Prosedur
A. Pra Interaksi Menerima ibu dan keluarga dengan rasa hormat B. Orientasi Memberi salam dan memperkenalkan diri Mengajari ibu dan keluarga teknik mencuci tangan yang benar. Memberi kesempatan ibu dan keluarga untuk bertanya C. Tahap Kerja
90
Mengukur tanda-tanda vital bayi, BB, PB dan LK bayi kemudian mencatat hasilnya di lembar observasi bayi dalam PMK. Posisikan bayi di dada ibu atau ayah Pertahankan posisi dengan menggunakan gendongan bayi Tepi kain penggendong bagian atas harus dibawah telinga bayi Pakaikan topi bayi Pakai kembali baju atas ibu atau ayah D. Terminasi Observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum bayi tiap 3 jam oleh petugas ruangan/petugas bayi kemudian beri nama serta paraf petugas Dilakukan minimal 1-2x/hari. Lama perlekatan minimal 1 jam. Evaluasi
Dokumentasi
Pantau kondisi bayi mencakup tanda-tanda vital dan status oksigenisasi Identifikasi tanda-tanda bahaya yang menetap dan lakukan tindakan sesuai masalah yang ditemukan Sebelum bayi pulang ukur tanda-tanda vital bayi, BB, PB, LK bayi dan kemudian mencatat hasilnya di lembar observasi bayi dalam PMK Catat jam Hari Tanggal Serta suhu Berat badan dan tanda-tanda vital bayi setelah dilakukan perawatan metode kangguru
91
92