Kimia Farmasi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • RC M
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktikum Kimia Farmasi



Hari, tanggal Waktu PJP Asisten



: Kamis, 10 September 2020 : 13.00 – 17.00 : Apt. Dra. Bina Lohitasari, M.Pd, M. Farm : Glisten Madeleine Benedicta, A.md



ANALISIS KUALITATIF ASAM SALISILAT, ASAM SITRAT, NATRIUM TETRABORAT, NATRIUM BIKARBONAT, VITAMIN C DAN ZINK OXIDE Kelompok 7 Agnes Padia Wulanasari Rhino Chandra Mukti Rida Putri Sabrina



J3L118063 J3L118121 J3L118119



PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2020



Pendahuluan Analisis kualitatif bertujuan untuk menyelidiki dan mengetahui kandungan senyawa-senyawa apa saja yang terdapat dalam sampel uji, sedangkan untuk analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui kadar suatu senyawa dalam sampel, dapat berupa satuan mol, ataupun persentase dalam gram. Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam struktur kimianya, yaitu radikal hidroksi fenolik dan radikal karboksil yang terikat pada inti benzene. Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol diperoleh ester fenil salisilat yang dikenal dengan nama salol, sedangkan esterifikais radikal karboksilnya dengan aserilklorida didapatkan asetilsalisilat yang dikenal dengan aspirin. Salol dan aspirin banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena mempunyai sifat analgetik dan antipiretik (Sumardjo 2009). Asam salisilat merupakan bahan keratolitik tertua. Memiliki efek keratolitik, bahan ini juga memiliki anti inflamasi, analgesik, bakteriostatik, fungistatik, dan tabir surya. Asam salisilat telah teruji dalam terapi berbagai penyakit kulit dan kerusakan kulit akibat sinar matahari. Asam salisilat bekerja sebagai pelarut organik dan menghilangkan ikatan kovalen lipid interselular yang berikatan dengan cornified envelope di sekitar keratinosit. Mekanisme kerja zat ini adalah pemecahan struktur desmosom yang menyebabkan disintegrasi ikatan antar sel korneosit. Manfaat dan mekanisme kerja asam salisilat topikal, berbagai penelitian menyimpulkan terdapat tiga faktor yang berperan penting pada mekanisme keratolitik asam salisilat, yaitu menurunkan ikatan korneosit, melarutkan semen interselular, dan melonggarkan serta mendisintegrasi korneosit (Niken, dkk 2019). Asam sitrat adalah salah satu asam organik penting dalam kehidupan manusia, karena cukup banyak digunakan dalam dunia industri. Sekitar 70% dari asam sitrat yang dihasilkan digunakan dalam industri makanan dan minuman untuk berbagai keperluan, sedangkan 12% digunakan dalam industri obat-obatan dan sekitar 18% untuk kegunaan industri lainnya. Dalam proses fermentasi, asam sitrat merupakan produk metabolit primer yang terbentuk dari siklus TCA (‘Tricarboxylic Acid Cycle’). Glukosa merupakan sumber karbon utama dalam produksinya. Pada sebagian besar mikroba, 80% glukosa dipecah melalui reaksireaksi dalam lintasan ‘Embden Meyerhof Parnas’ (EMP). Asam piruvat yang merupakan produk akhir dari lintasan EMP akan dioksidasi lebih lanjut dan kemudian dengan bantuan enzim dekarboksilase membentuk asetat (dekarboksilasi). Asetat yang terbentuk berikatan dengan koenzimA menghasilkan Acetyl-CoA. Selanjutnya Acetyl-CoA dan oksaloasetat yang merupakan salah satu senyawa antara siklus TCA berkondensasi membentuk asam sitrat dengan bantuan enzim pengoksidasi nitrat sintase (Ririn P, dkk 2017). Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada suhu ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat (NaB4O7 10 H2O). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan asam borat



(H3BO3). Boraks banyak digunakan dadlam unia farmasi dan pertanian. Bahan kimia tersebut memiliki efek bakteristatik dan fungistatik yang biasanya digunakan sebagai antiseptik untuk pemakaian luar badan atau antiseptik di toilet. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks tidak berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Efek negatif yang ditimbulkan dapat berjalan lama meskipun yang digunakan dalam jumlah sedikit. Jika tertelan boraks dapat mengakibatkan efek pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Konsentrasi tertinggi dicapai selama ekskresi. Ginjal merupakan organ paling mengalami kerusakan dibandingkan dengan organ lain. Dosis fatal untuk dewasa 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g ( Indra T, dkk 2013). Natrium bikarbonat merupakan senyawa kimia dengan rumus NaHCO3. Senyawa ini termasuk kelompok garam dan telah digunakan sejak lama. Senyawa ini disebut juga baking soda (soda kue), natrium bikarbonat, natrium hydrogen karbonat dan lain-lain. Senyawa ini merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk. Apabila natrium bikarbonat di berikan pada suatu wilayah perairan maka dia bersifat mudah larut dalam air. Natrium karbonat adalah garam natrium netral dari asam karbonat yang bersifat higroskopis. Natrium karbonat mempunyai banyak kegunaan diantaranya dalam pembersihan dan pembuatan kaca. Proses produksi bahan alkali natrium karbonat sudah dilakukan dari zaman kuno sampai tahun 1800-an berupa pembakaran vegetasi darat dan air laut yang diikuti oleh proses kalsinasi pada panas yang menyala dan pencucian abu. Natrium bikarbonat di perairan mempunyai peranan yaitu dapat menambah kandungan natrium (Na2+) dan ion bikarbonat dalam perairan. Peranan natrium salah satunya yaitu sebagai pembentuk dinding sel pada fitoplankton. Ion bikarbonat juga merupakan salah satu sumber karbon anorganik yang dimanfaatkan oleh algae dalam proses karbonatasi. (Mokhammad R 2017). Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin C atau asam Laskorbat, atau askorbat adalah nutrisi penting bagi manusia dan hewan. Vitamin yang memiliki aktivitas vitamin C adalah asam askorbat dan garamnya, dan beberapa bentuk teroksidasi dari molekul seperti asam dehidroaskorbat. Askorbat dan asam askorbat keduanya secara alami terdapat dalam tubuh ketika salah satu dari asam ini bertemu dalam sel karena perubahan bentuk yang disebabkan oleh pH. Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selama pemrosesan dan penyimpanan. Laju perusakan meningkat karena kerja logam, terutama tembaga, besi, dan juga oleh kerja enzim. Eksposur oksigen, pemanasan yang terlalu lama dengan adanya oksigen, dan eksposur terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C makanan. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya merupakan katalis yang efisien untuk penguraian asam askorbat. Asam L-askorbat (vitamin C) adalah lakton (ester dalam asam hidroksikarboksilat) dan diberi ciri oleh gugus enadiol, yang menjadikannya senyawa pereduksi yang kuat.



Salah satu fungsinya membantu mensintesis kolagen (berguna menguatkan pembuluh darah, untuk penyembuhan luka, pembentukan tulang, kekebalan, juga dapat mempercepat penyerapan besi di dalam tubuh, sehingga kadar hemoglobin bisa meningkat. Vitamin C juga bertindak sebagai antioksidan nonenzimatik eksogen yang berpartisipasi dalam pertahanan paru primer terhadap spesies oksigen reaktif. Akibat dari kekurangan vitamin C, antara lain akan mengalami sariawan yaitu bibir pecahpecah bahkan badan menjadi lemas. Kelebihan vitamin C bisa memberikan dampak negatif yaitu bisa menimbulkan efek yang buruk terhadap tubuh. Misalnya badan menjadi pucat dan kurus ( Novaisha T & Rimadani P 2018). Vitamin kebanyakan tidak dapat disintesis oleh tubuh, walaupun ada beberapa vitamin yang dapat disintesa di dalam tubuh, namun kecepatan pembentukannya sangat kecil, sehingga jumlah vitamin yang terbentuk tidak dapat memenuhi jumlah vitamin yang dibutuhkan tubuh. Oleh karena itu tubuh harus tetap memperoleh asupan vitamin dari luar yaitu dari makanan yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari – hari. Vitamin B1 berupa serbuk kristal putih atau tak berwarna. Vitamin B1 merupakan vitamin pertama yang ditemukan dan menjadi perintis bagi pengetahuan tentang vitamin secara umum. Tiamin hidroklorida adalah bentuk murni dari vitamin B1. Tiamin merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan untuk menambahkan nafsu makan,membantu penggunaan karbohidrat dalam tubuh dan sangat berperan dalam sistem syaraf. Vitamin B1 bermanfaat untuk pertumbuhan dan mengandung protein yang cukup tinggi yang berfungsi mengganti sel mati dan membantu pertumbuhan sel tubuh serta merupakan sumber mineral penting yang bermanfaat untuk pertumbuhan tulang ( Ridho A, dkk 2018). Sulfadiazin (4-amino N-2 pirimidyn benzene sulfonamid) merupakan antimikroba golongan sulfonamida. Biasanya bersifat bakteriostatik namun dalam kadar yang tinggi dapat bersifat bakterisid. Golongan obat ini memiliki antibakteri yang luas terhadap gram positif maupun gram negatif, kuman yang sensitif terhadap sulfadiazin adalah streptococus,pyrogenus, streptococus pneumonia, bacillus artharaces dan corynebacterium diphterie. Sulfadiazin adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistematik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Sulfadiazin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0 % C10H10N4O2S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kelarutan praktis tidak larut dalam air , mudah larut dalam asam mineral encer, dalam larutan kalium hidroksida, dalam larutan natrium hidroksida dan dalam larutan amonium hidroksida, agak sukar larut dalam etanol dan dalam aseton, sukar larut dalam serum manusia pada suhu 37 oC. Sulfadiazin berkhasiat terhadap disentri basiler, bahkan lebih efektif bila dibandingkan dengan kloramfenikol dan tetrasiklin. Menghilangkan bakteri yang menyebabkan infeksi, dengan cara menghentikan produksi asam folat di dalam sel bakteri. Pada mumnya digunakan untuk digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih ( Tjay 2002 ).



Magnesium sulfat merupakan garam tak berbau yang memiliki rasa asin yang pahit dan umumnya dijumpai sebagai kristal tak berwarna atau padatan kristalin putih. Senyawa ini sangat mudah larut dalam air panas. Magnesium sulfat ialah suatu garam anorganik yang mengandung unsur magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus MgSO4. Dalam molekul sulfat terdapat ikatan kovalen antara atom belerang (sulfur) dengan atom oksigen. Magnesium sulfat umumnya terbentuk dalam formasi hidrat MgSO4.xH2O dan tergolong senyawa ionik. Magnesium sulfat atau MgSO4 merupakan obat yang murah dan mudah didapatkan, juga dikenal memiliki kemampuan untuk menekan respons kardiovaskular. Magnesium sulfat bekerja sebagai antagonis alami kalsium serta antagonis nonkompetitif reseptor N-methylD-aspartate atau NMDA, sebagai antagonis reseptor NMDA, magnesium sulfat bekerja menghambat sensitisasi saraf pusat akibat stimulasi perifer serta menghilangkan reaksi hipersensitivitas, magnesium sulfat telah terbukti memiliki efek antinosiseptif melalui penghambatan saluran kalsium, seperti pelepasan katekolamin dari kedua kelenjar adrenal dan terminal saraf adrenergik perifer dalam merespons stimulasi simpatis. Magnesium sulfat memiliki sifat vasodilatasi sehingga diperkirakan efektif dalam menekan respons kardiovaskular pada laringoskopi dan intubasi trakea (Yehezkiel, dkk 2015). Mineral memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Zinc Oksida (ZnO) merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia ZnO, senyawa semikonduktor II-VI yang ionicity berada di batas antara kovalen dan ion semikonduktor. Zinc Oksida (ZnO) merupakan bahan semikonduktor yang dapat dibuat dalam berbagai nanostruktur seperti nanorods, nanowire, nanotube, nanodiscs, nanocrystal dan nanosheet. Zinc Oxide (ZnO) dengan doping litium memiliki sifat ferroelektirk yang meningkat dikarenakan atom Li+ yang menggantikan atom Zn2+ dan posisi atom Li+ tidak tepat berada di pusat kristal menyebabkan adanya dipol elektrik permanen dan berpengaruh pada sifat ferroelektrisitasnya. Teori Landau-Devonshire telah banyak digunakan peneliti dikarenakan cukup memuaskan untuk menjelaskan sifat ferroelektrisitas suatu material. Adapun struktur kristal ZnO antara lain wurtzite, zincblende dan struktur rocksalt. Pada suhu dan tekanan normal ZnO menunjukkan struktur kristal wurtzite, struktur zincblende pada substrat kubik dan struktur rocksalt pada tekanan yang relatif tinggi. Struktur lattice ZnO adalah kombinasi dari dua lattice yang saling berhubungan yaitu sublattice Zn2+ dan O2- dimana setiap atom Zn dikelilingi oleh empat atom O di sudut tetrahedral yang menunjukkan ikatan kovalen sp3 . ZnO dengan struktur wurtzite memiliki bentuk heksagonal dengan dua parameter lattice yaitu a dan c ( a = 3.25 A° dan c = 5.12 A° ) dan termasuk dalam space group atau P63mc (Iva Maulia 2015). Analisis kimia merupakan penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa



obat pada khususnya dan bahan kimia pada umumnya. Dalam analisis kimia yang paling sering digunakan adalah analisis kimia secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. Analisis kualitatif merupakan suatu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif, kita menggunakan beberapa pereaksi, di antaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Analisis kualitatatif dapat digunakan untuk menganalisis reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung C,H,N,O (Gandjar 2007).



Metode Identifikasi asam salisilat. Reaksi pendahuluan dilakukan dengan zat atau larutan zat ditambah FeCl3, warna ungu akan terbentuk setelah pencampuran. Saat diberikan alkohol warna akan tetap ungu (stabil dalam alkohol). Reaksi esterifikasi dilakukan dengan disiapkan zat atau larutan zat ditambahkan metanol dan H2SO4 pekat lalu dipanaskan, tercium bau gandapura menandakaan adanya metil salisilat Reaksi penegasan dilakukan dengan beberapa perlakuan yang berbeda. Pertama Zat atau larutan zat ditambahkan basa (NaOH 2N) akan larut. Perlakuan kedua dengan Zat ditambah HCl 2N akan terbentuk endapan. Ketiga dengan cara Reaksi marquis dimana Zat ditambahkan formalin dan H2SO4 pekat akan terbentuk merah rose menandakan adanya carmin. Keempat dengan Reaksi spica, zat atau larutan zat ditambahkan HNO3 pekat atau 5%, kemudian diencerkan dengan NH4OH pekat berlebih akan terbentuk endapan kuning emas. Pada larutan salisilat netral, dapat ditambahkan FeCl3 akan terbentuk warna violet kemerahan yang intensif mantap dengan penambahan sedikit asam asetat P. Kemudian ditambahkan asam klorida encer P, warna hilang dan terbentuk hablur putih asam salisilat. Identifikasi asam sitrat. Reaksi pendahuluan dilakukan dengan zat ditambahkan FeCl3 akan terbentuk warna kuning. Reaksi cuprifil dilakukan dengan sampel ditambahkan pereaksi cuprifil akan terbentuk warna biru muda.



Reaksi Hausler dilakukan dengan Zat ditambahkan Vanilin, lalu dilarutkan dalam alkohol atau spirtus, diuapkan sampai kering dan ditambahkan H2SO4 pekat. Terbentuk warna biru hijau. Jika ditambah H2O warna akan hilang, sedangkan jika ditambah NH4OH yang diikuti dengan pemanasan, akan terbentuk warna merah kecoklatan. Didihkan larutan sitrat dengan larutan Hg (II) sulfat berlebih, jika perlu disaring, didihkan, dan ditambahkan beberapa tetes larutan KMnO4. Terjadi warna yang hilang serta terbentuk endapan putih. Identifikasi Natrium tetraborat. Sebanyak 0,5 mL larutan sampel ditambahkan H2SO4 pekat dan alkhol atau methanol pada plat tetes, jika dibakar akan memberikan nyala hijau. Sebanyak 0,5 mL larutan sampel ditambahkan Perak nitrat, akan terbentuk endapan putih dari perak metaborat. Pada pemanasan akan terbentuk endapan Ag2O yang berwarna hitam. Sebanyak 0,5 mL larutan sampel ditambahkan BaCl2 jenuh, akan terjadi endapan putih barium metaborat. Identifikasi Natrium bikarbonat. Pada Identifikasi Natrium terdapat beberapa perlakuan. Pertamaa Sampel serbuk diletakkan dalam cawan porselin ditambah alkohol, dibakar memberikan nyala kuning. Perlakuan kedua Sampel larutan dikeringkan dulu hingga didapatkan Kristal dalam cawan porselin berisi alkohol, dibakar akan terbentuk nyala kuning. Perlakuan ketiga larutan garam natrium di asamkan dengan asam asetat, disaring, dan ditambahkan larutan magnesium uranil asetat berlebih, terbentuk hablur kuning. Identifikasi Bikarbonat terdapat beberapa perlakuan. Perlakuan pertama Larutan ditambahkan MgSO4, kemudian dididihkan, akan terbentuk endapan putih magnesium karbonat. Perlakuan kedua larutan ditambahkan CaCl2 berlebih, jika ada endapan harus disaring, kemudian ditambahkan amoniak ke dalam filtrat lalu akan terbentuk endapan atau putih keruh. Identifikasi Vitamin C. Reaksi pendahuluan dilakukan dengan zat ditambahkan FeCl3 dan dipanaskan akan terjadi perubahan warna dari ungu kemudian hilang. Reaksi kuprifil positif dilakukan dengan zat ditambah larutan campuran (CuSO4 + NaOH 2N) akan terbentuk endapan kuning coklat. Reaksi penegasan dilakukan dengan beberapa perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama Zat dapat ditambahkan NaOH dan Luff, akan terbentuk endapan Cu2O warna merah bata. Perlakuan kedua Zat ditambahkan larutan Barfoed maka



terbentuk endapan Cu2O warna merah bata. Perlakuan ketiga dilakukan engan Zat yang ditambahkan Feling A dan B, maka terbentuk endapan Cu2O warna merah bata. Reaksi sifat reduktor kuat dilakukan dengan beberapa perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yakni Sampel ditambahkan dengan alkohol ,pereaksi Parri dan NH4OH maka terbentuk warna violet. Perlakuan kedua yakni Sampel ditambahkan Iodium maaka akan terbentuk warna hilang. Perlakuan ketiga yakni Sampel ditambahkan KMnO4 maka terbentuk warna luntur dan terbentuk endapan putih. Reaksi Szest Gyirgyl dilakukan dengan Zat ditambahkan air, NaOH 0,1 N sampai asam lemah, lalu ditambahkan 1 tetes FeSO4 maka akan terbentuk warna ungu. Zat ditambahkan air, NaOH sampai basa, kemudian ditambahkan Cu Asetat maka terbentuk endapan jingga. Zat ditambahkan Na2CO3, akan keluar CO2, kemudian ditambah FeSO4 hingga warna ungu. Zat ditambahkan K3(Fe(CN)6) dan FeCl3 maka akn terbentuk warna biru. Identifikasi Vitamin B1. Terdapat beberapa perlakuan, pertama Larutkan 5 mg zat dalam 5 mL NaOH, ditambahkan 0,5 mL kalium ferisianida dan 1 mL alkohol lalu dikocok kuat-kuat. Larutan dibiarkan memisah, lapisan amil alkohol akan berfluoresensi biru terang. Perlakuan kedua dipanaskan serbuk sampel pada cawan porselin, terbentuk bau yang khas. Perlakuan ketiga Larutan sampel ditambahkan pereaksi luff pada keadaan dingin, terbentuk warna hijau, kemudian endapan kuning. Perlakuan keempat Larutan sampel ditambahkan pereaksi Mayer, maka terbentuk endapan putih kekuningan. Identifikasi Magnesium Sulfat. Terdapat dua Identifikasi, yakni identifikasi adanya Mg2+ dan identifikasi SO4 2. Pada yakni identifikasi adanya Mg2+ terdapat beberapa perlakuan, perlakuan pertama larutan sampel ditambahkan NaOH, maka terbentuk endapan putih. Perlakuan kedua yakni larutan sampel ditambahkan ammonium karbonat maka terbentuk endapan putih. Perlakuan ketiga yakni larutan sampel ditambahkan NH4Cl, NH4OH dan Na2HPO4 maka terbentuk endapan putih. Perlakuan keempat yakni Larutan sampel ditambahkan NaOH dan difenilkarbasida, disaring, dan endapan dicuci dengan air panas, maka akan terbentuk kompleks teradsorpsi warna ungu. Perlakuan kelima yakni Larutan sampel ditambahkan NH4Cl Kristal, lalu diaduk-aduk kemudian ditambahkan asam sitrat. Lalu dipanaskan sampai larut, diaduk serta ditambah dengan NH4OH pekat. Terjadi Kristal berbentuk butiran, kemudian berubah seperti urat daun.



Identifikasi SO4 2- terddapat beberapa perlakuan, pertama Sampel ditambah BaCl2 maka terbentuk endapan putih yang tidak larit dalam asam. Perlakuan kedua Larutan sampel ditambahkn Pb(NO3)2, maka terbentuk endapan putih. Identifikasi ZnO. Terdapat beberapa perlakuan. Pertama Sampel dipanaskan kuat-kuat maka akan terbentuk warna kuning, jika didinginkan warna akan hilang. Perlakuan kedua Zat ditaambahkan H2S dan Na asetat maka terbentuk endapan putih, tidak larut dalam asam asetat, tetapi larut dalam HCl 3N. Perlakuan ketiga Zat ditambahkan ammonium sulfide maka akan terbentuk endapan putih. Perlakuan keempat Zat ditambahkan Kalium heksasianoferat maka endapan putih yang tidak larut dalam HCl 3N. Perlakuan kelima Sampel ditambahkan Natrium sulfide, terbentuk endapan putih.



Hasil dan Pembahasan Asam salisilat dikenal juga dengan Asam 2,hidroksi-benzoat merupakan senyawa golongan fenol. Pemerian hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus; putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Kelarutannya sukar larut dalam air dan dalam benzena. Mudah larut dalam etanol dan dalam eter. Larut dalam air mendidih dan agak sukar larut dalam kloroform. Khasiat dan penggunaan sebagai keratolitikum (menipiskan selaput kulit/meratakan kulit) dan anti fungi. Asam salisilat merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai fungisidal dan bakteriostatis lemah. Asam salisilat bekerja keratolitis sehingga digunakan dalam sediaan obat luar terhadap infeksi jamur yang ringan (Fatmawati F 2017).



Gambar 1 Struktur asam salisilat Uji kualitatif yang dilakukan pada asam salisilat adalah untuk mengidentifikasi senyawa pada fenolyang terkandung didalamnya. Pada percobaan dibagi menjadi 3 uji yaitu uji pendahuluan dengan penambahan FeCl3, uji spesifik dengan penambahan etanol dan H2SO4 pekat, serta uji penegasan dengan 3 pengujian yaitu dengan penambahan HCl, NaOH dan pereaksi marquis. Percobaan pertama yaitu uji pendahuluan dengan penambahan FeCl3 kedalam larutan sampel sehingga



menghasilkan warna ungu. Fenol yang bereaksi dengan FeCl3 akan memberikan warna ungu, karena asam salisilat adalah senyawa yang mengandung fenol maka reaksi FeCl3 dengan asam salisilat juga akan memberikan warna ungu. Terbentuknya warna ungu terjadi dikarenakan adanya reaksi antara asam salisilat dengan ion Fe(H2O)63+. Atom oksigen baik pada gugus hidroksi maupun gugus karboksilat dari asam salisilat akan berikatan dengan ion kompkeks terbebut. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil yaitu adanya warna ungu pada sampel, hal ini menandakan bahwa sampel tersebut mengandung asam salisilat. Adapun reaksi yang terjadi antara asam salisilat dengan FeCl3 sebagai berikut:



Gambar 2 Reaksi asam salisilat dengan FeCl3 Uji kedua yaitu uji spesifik dengan penambahan metanol dan H2SO4. Uji ini melalui reaksi esterifikasi menggunakan katalis asam atau disebut ficher esterification. penambahan methanol berfungsi sebagai pereaksi sekaligus sebagai pelarut dalam reaksi ini. Penambahan H2SO4 berfungsi sebagai katalis asam karena apabila tidak ditambahkan H2SO4 proses reaksi akan berlangsung lambat tanpa adanya katalis berupa asam kuat, tetapi reaksi akan mencapai kesetimbangan dalam waktu yang singkat ketika asam karboksilat dan alkohol direfluks dengan asam sulfat pekat atau asam klorida dalam jumlah sedikit. Larutan dipanaskan didalam penangas air bertujuan untuk mempercepat reaksi yang terjadi. Reaksi antara asam salisilat dan metanol menggunakan katalis berupa asam sulfat akan menghasilkan metilsalisilat sesuai dengan reaksi berikut:



Gambar 3 Reaksi esterifikasi asam salisilat (Priambodo et al 2019)



Dilakukan identifikasi asam salisilat dengan ditandai adanya bau gandapura atau metil salisilat. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil



adanya bau gandapura dari senyawa metil salisilat yang terbentuk, hal ini menandakan sampel mengandung asam salisilat. Senyawa metil salisilat merupakan turunan dari ester asam salisilat. Senyawa ester tersebut dihasilkan dari reaksi esterifikasi yang telah dilakukan. Uji ketiga yaitu uji penegasan yang dilakukan dengan 3 pengujian yaitu dengan penambahan HCl, NaOH dan pereaksi marquis. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil pada uji dengan penambahan HCl pada sampel menghasilkan endapan putih pada dasar tabung reaksi. Hal tersebut menandakan bahwa sampel mengandung asam salisilat. Kemudian dilakukan uji dengan penambahan NaOH, sampel ditambahkan NaOH menghasilkan garam larut dalam air, hal tersebut juga menegaskan bahwa sampel mengandung asam salisilat. Dengan reaksi sebagai berikut:



Gambar 4 Reaksi asam salisilat dengan NaOH



Uji penegasan selanjutnya adalah uji dengan pereaksi marquis. Dikarenakan asam salisilat mengandung senyawa fenol maka asam salisilat dapat diidentifikasi dengan pereaksi marquis. Pereaksi Marquis sangat umum dalam analisa kualitaif. Pereaksi ini adalah perpaduan antara Asam Sulfat Pekat dengan Formalin ( Cair ). Pereaski marquis yang harus dibuat segar karena bersifat mudah bereaksi dan tidak stabil. Analisisnya ditandai dengan terbentuknya warna merah rose (carmin) yang menyerupai cincin berada ditengah-tengah antara kedua larutan tersebut. Reaksi ini dapat dikategorikan sebagai reaksi umum beberapa golongan yang mempunyai hasil yang sangat spesifik namun masih membutuhkan dukungan dari reaksi yang lain untuk mendapat hasil analisa yang lebih akurat. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil terbentuknya warna merah rose pada larutan. Hal tersebut menandakan sampel positif mengandung asam salisilat. Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang larut dalam air (aqueous antioxidant). Vitamin C merupakan bagian dari sistem pertahan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Vitamin C berbentuk kristal putih dengan berat molekul 176,13 dan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C mudah teroksidasi secara reversible membentuk asam dehidro L-asam askorbat dan kehilangan 2 aton hydrogen. Vitamin C termasuk salah satu vitamin esensial karena



manusia tidak dapat menghasilkan vitamin C di dalam tubuh sendiri, vitamin C harus diperoleh dari luar tubuh (Sibagariang, 2010) Vitamin C dalam keadaan kering stabil tetapi mudah rusak atau terdegradasi jika vitamin C berada dalam bentuk larutan, terutama jika terdapat di udara, logamlogam seperti Cu, Fe dan cahaya. Vitamin C jika terkena cahaya berubah menjadi coklat. Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan mereduksi yang kuat dan mudah tereduksi yang dikatalis oleh beberapa logam terutama Cu dan Ag (Sediaoetama 2007)



Gambar 5 Struktur vitamin C (Nerdy 2017) Analisa kualitatif dilakukan untuk memastikan bahwa sampel benar-benar mengandung vitamin C. Analisa kualitatif dilakukan secara uji tabung dengan menggunakan reagen-reagen tertentu yang menimbulkan perubahan warna dan pembentukan endapan. Ada banyak uji kualitatif untuk vitamin C, namun pada percobaan kali ini dilakukan uji kualitatif vitamin C dengan reaksi kuprifil, reaksi penegasan dengan fehling A dan fehling B, reaksi sifat oksidator kuat dengan pereaksi parri, iodium, dan KMnO4, serta reaksi biru prussi. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil uji kualitatif vitamin C sebagai berikut: Tabel 1 Hasil analisis kualitatif vitamin C Reaksi Hasil Sampel + kuprifil + Sampel + Fehling A dan B + Sampel + pereaksi parri + Sampel + iodium + Sampel + KMnO4 + Sampel + pereaksi biru + perussi



Keterangan Endapan kuning coklat Endapan merah bata Warna Violet Warna iodin hilang Warna KMnO4 hilang Warna biru



Reaksi Cuprifil, merupakan reaksi yang menggunakan NaOH dan CuSO4 sebagai pereaksinya, hasil positif apabila didapatkan suatu kompleks Cu yang jernih (larutannya jernih). Reaksi ini biasa digunakan untuk anlisa atau identifikasi zat / bahan obat dengan penambahan CuSO4 + NaOH. Dan reaksi ini biasanya terjadi warna biru muda / biru laut jika direaksikan dengan zat tertentu. Beberapa zat yang bisa dianalisis dengan Reaksi Cuprifil antara lain : golongan Sulfa, golongan Vitamin, beberapa golongan Alkohol, Nicotinamid ( Niasinamid ), CTM, dan lain sebagainya. Zat vitamin C yang dianalisis dengan reaksi cuprifil akan menghasilkan endapan kuning coklat. Pada percobaan uji kualitatif dengan pereaksi cuprifil, sampel uji ditambahkan dengan larutan CuSO4 menghasilkan warna hijau pada larutan. Kemudian ditambahkan larutan NaOH sampai basa, setelah dikocok kuat menghasilkan endapan kuning coklat pada dasar tabung reaksi, hal ini menunjukkan sampel positif mengandung vitamin C. Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion + terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Hal yang menyebabkan dihasilkannya endapan merah bata ini karena ini berasal dari Fehling yang memiliki ion direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan berwarna merah bata (Cu2O) (Chandra B et al 2019). Prinsip kerja uji vitamin C menggunakan pereaksi Fehling, yaitu reagen Fehling ini adalah gula reduksi bereaksi dengan Fehling B membentuk enediol, kemudian enediol bereaksi dengan Fehling A membentuk ion Cu2+ dan campuran asam-asam. Selanjutnya ion Cu2+ dalam suasana basa akan mengendap menjadi endapan Cu2O berwarna hijau, kuning-orange, atau merah bata tergantung jenis gula reduksi yang diuji (Mathews et al. 2000). Dari hasil yang didapatkan pada penambahan pereaksi fehling larutan sampel erbentuk endapan merah bata. Hal tersebut berarti sampel positif mengandung vitamin C. Adapun mekanisme reaksi antara gula reduksi dan reagen Fehling dapat dilihat dalam persamaan reaksi sebagai berikut:



Gambar 6 Reaksi Fehling A dan B



Uji vitamin C dengan pereaksi parri merupakan uji penegasan dalam uji kualitatif vitamin C. Reaksi ini didasarkan pada zat ditambah etanol ditambah pereaksi parri dan uap anomiak (NH3) akan terjadi warna ungu. Pada percobaan sampel



ditambahkan etanol lalu ditambahkan pereaksi parri menghasilkan warna violet seulas pada larutan. Kemudian ditambahkan larutan NH3 menghasilkan warna violet yang lebih tajam. Berdasarkan percobaan tersebut didapatkan hasil positif vitamin C dengan ditandainya warna ungu violet pada larutan. Uji kualitatif dengan iodium menggunakan larutan iodium sebagai indikator karena reaksi antara asam askorbat dalam vitamin C dan iodine akan menghilangkan warna dari iodine. Hasil dari filtrat ditambah iodium adalah warna dari iodium luntur. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:



Gambar 7 Reaksi vitamin C dengan iodin (Suprayogi D et al 2011)



Berdasarkan percobaan sampel yang diuji diteteskan dengan larutan iodin menyebabkan hilangnya warna idone hal ini dikarenakan vitamin c yang direaksikan dengan larutan iodin akan menghasilkan molekul asam askobat yang mengikat molekul iodine. Hal itu terjadi karena molekul vitamin C lebih besar daripada molekul iodine. Semakin banyak vitamin c yang terkandung pada sampel uji, maka asam askobat yang dihasilkan akan mengikat molekul zat warna iodine lebih banyak juga. Sehingga warna yang dihasilkan pada sampel uji yang mengandung banyak vitamin C menjadi tidak berwarna menunjukkan tidak ada lagi molekul zat warna iodine bebas karena sudah diikat oleh molekul vitamin C. Sedangkan apabila kandungan vitamin C pada larutan sedikit, maka zat warna iodine tidak dapat terikat sempurna sehingga warna pada larutan iodine tidak sepenuhnya hilang. Uji kualitatif yang kedua dengan menggunakan kalium permanganate. Pada uji kualitatif vitamin C dengan kalium permanganate terjadi reaksi redoks (reduksi oksidasi). Dimana KMnO4 berfungsi sebagai oksidator dan indikator adanya vitamin C dalam sampel. Sedangkan vitamin C sebagai zat reduktor yang dapat mereduksi ion permanganate karena permanganate dapat direduksi dalam susana asam menjadi ion mangan, sedangkan vitamin C dioksidasi ion permanganate karena berpotensi untuk melepaskan ion H + nya menjadi asam dihydroaskorbat. Ion permanganat menerima elektron ion yang lepas dari vitamin C sehingga warna KMnO4 hilang. Suatu sampel dinyatakan positif mengandung vitamin C apabila warna KMnO4 yang ditambahkan hilang. Hasil dari percobaan yaitu sampel ditambahkan dengan kalium permanganate kemudian diaduk menghasilkan warna dari kalium permanganate yang luntur, hal



tersebut menandakan pada sampel mengandung vitamin C. Reaksi KMnO4 dengan vitamin C ialah sebagai berikut:



Gambar 8 Reaksi asam askorbat dengan KMnO4



Uji kualitatif vitamin C dengan reagen K3(Fe(CN)6) dan FeCl3 didasarkan pada perubahan warna dengan direaksikan reagen FeCl3 1 mM dan K3(Fe(CN)6) 5 mM. Adanya vitamin C dapat dilihat dengan munculnya warna biru perrusi pada larutan. Mekanisme ini terjadi karena atom (H+ ) pada gugus enandiol vitamin C mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ kemudian dengan penambahan K3(Fe(CN)6) akan membentuk koloid biru prusian7 . Mekanisme tersebut secara kimiawi disajikan sebagai berikut 2Fe3+ + C6H8O6 → 2Fe2+ + C6H8O6 + 2H+ . Tahap kedua adalah pembentukan dari koloid biru prusian (KFe 3+ [Fe2 (CN)6]) ketika Fe2+ direaksikan dengan kalium ferrisianida (K3[Fe3 (CN)6 ])7 . Mekanisme tersebut secara kimiawi disajikan sebagai berikut Fe2+ + K3[Fe3+ (CN)6]→ KFe 3+ [Fe2+ (CN)6] + 2K+ (Yuliati N et al 2017). Berdasarkan percobaan didapatkan sampel ditambahkan dengan K3(Fe(CN)6) terbentuk warna hijau seulas pada larutan tetapi hilang dalam beberapa detik. Kemudian ditambahkan FeCl3 terbentuk warna biru, hal ini menandakan sampel positif mengandung vitamin C. Natrium bikarbonat merupakan senyawa kimia dengan rumus NaHCO3. Senyawa ini termasuk kelompok garam dan telah digunakan sejak lama. Senyawa ini disebut juga baking soda (soda kue), natrium bikarbonat, natrium hydrogen karbonat dan lain-lain. Senyawa ini merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk. Apabila natrium bikarbonat di berikan pada suatu wilayah perairan maka dia bersifat mudah larut dalam air (Pambudi dan Widjanarko 2015). Analisis kualitatif adalah pemeriksaan ion atau unsur yang terdapat dalam suatu unsur tunggal atau campuran senyawa. Dalam analisis kualitatif, suatu zat atau unsur



dalam sampel dapat ditentukan melalui tahap analisis pendahuluan dan analisis secara sistematis. Analisis pendahuluan merupakan pengamatan terhadap bentuk dan warna zat, reaksi nyala, mengamati reaksi zat terhadap senyawa tertentu, dan lain-lain (Tim Analitik 2012). Pada percobaan kali ini dilakukan uji kualitatif natrium karbonat dengan analisis pendahuluan yaitu uji nyala. Uji nyala adalah pemeriksaan sampel dengan membakarnya pada nyala oksidasi atau reduksi pembakar Bunsen. Tiap-tiap uap senyawa logam akan memberikan warna nyala yang khas. Berikut adalah warna nyala beberapa unsur logam yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Warna nyala beberapa unsur logam (Hamdani S dkk 2012)



Percobaan pada sampel uji dilakukan penambahan sejumlah alkohol hal ini berfungsi untuk melarutkan sampel. Kemudian sampel dibakar diatas Bunsen hingga terlihat nyala api berwarna kuning. Sampel uji positif mengandung logam natrium sesuai dengan pernyataan Hamdani S dkk (2012) yang menyatakan bahwa logam natrium menghasilkan warna nyala berwarna kuning. Asam sitrat adalah salah satu asam organik penting dalam kehidupan manusia, karena cukup banyak digunakan dalam dunia industri. Sekitar 70% dari asam sitrat yang dihasilkan digunakan dalam industri makanan dan minuman untuk berbagai keperluan, sedangkan 12% digunakan dalam industri obat-obatan dan sekitar 18% untuk kegunaan industri lainnya. Asam Sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5%, C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat. Adapun struktur dari asam sitrat adalah,



Gambar 9 Struktur asam sitrat. Secara alami asam sitrat terdapat dalam buah-buahan seperti jeruk, nanas, pir dan sebagainya. Asam sitrat juga dapat dihasilkan melalui proses kimia dan proses mikrobiologi (Puspadewi et al 2017). Pemerian dari asam sitrat ialah hablur bening, tidak berwarna atau serbuk, hablur granul sampai halus; putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering. Identifikasi asam sitrat dapat dilakukan melalui beberapa uji diantaranya melalui Reaksi pendahuluan di mana asam sitrat yang telah diletakan dalam pelat tetes ditambahkan dengan beberapa tetes FeCl3 dan menunjukkan terbentuknya warna kuning yang artinya sampel yang di uji memang benar merupakan asam sitrat. Analisis lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan cara mereaksikan asam sitrat dengan pereaksi cuprifil dengan hasil positif apabila campuran berwarna biru muda. Interaksi antara asam sitrat dengan pereaksi cuprifil, dalam Percobaan dilakukan dengan penambahan NaOH dan CuSO4 ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan uji. Penambahan NaOH dimaksudkan untuk membuat reaksi dalam suasana basa. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya kompleks Cu dengan ligan asetat dalam asam sitrat dengan teridentifikasinya warna biru muda, di mana senyawa kompleks dapat berwarna karena senyawa tersebut menyerap energi pada daerah sinar tampak. Penyerapan energi tersebut digunakan untuk melakukan promosi atau transisi elektronik pada atom pusat Cu (Hanum et al 2017). Hal inilah yang dapat memungkinkan penggunaan pereaksi cuprifil dalam analisis golongan asam, seperti halnya asam sitrat yang mengandung gugus asetat. Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwasannya campuran asam sitrat dengan pereaksi cuprifil berwarna biru muda. Reaksi Hausler pada uji asam sitrat dilakukan dengan penambahan vanilin ke dalan asam sitrat kemudian dilarutkan dalam alkohol atau spirtus dan diuapkan sampai kering, kemudian ditambahkan H2SO4 pekat yang akan membentuk warna biru hijau. Ketika campuran ditambah H2O warna akan hilang, sedangkan jika ditambah NH4OH yang diikuti dengan pemanasan, akan terbentuk warna merah kecoklatan. Ketika larutan asam sitrat didihkan dengan larutan Hg (II) sulfat berlebih, akan terbentuk senyawa pereduksi yang mana ketika tambahkan beberapa tetes larutan KMnO4 warna ungu dari KMnO4 akan menghilang yang menunjukkan bahwa KMnO4 tereduksi dan terbentuk endapan putih.



Natrium tertraborat atau yang lebih dikenal dengan boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada suhu ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat (NaB4O7 10 H2O). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan asam borat (H3BO3) (Tubagus et al 2013). Natrium Tetraborat mengandung sejumlah Na2B4O7, yang setara dengan tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 105,0% Na2B4O7.10H2O. Pemerian dari senyawa natrium tetraborat ini adalah hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein. Pada waktu mekar di udara kering dan hangat, hablur sering dilapisi serbuk warna putih. Adapun struktur dari boraks adalah,



Gambar 10 Struktur natrium tetraborat. Identifikasi natrium tetraborat dapat dilakukan melalui beberapa uji diantaranya dengan mereaksikan H2SO4 pekat dan alkhol atau methanol dengan natrium tetraboat pada plat tetes, yang mana jika dibakar akan memberikan nyala hijau. Sampel yang mengandung boraks ketika dilakukan uji nyala api akan terbentuk nyala api bewarna hijau hal ini disebabkan oleh terbentuknya metilborat atau etil borat (Maharani 2017). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : H3BO3 + 3CH3OH → B(OCH3)3↑+ 3H2O (Maharani 2017) Adapun percobaan yang dilakukan menunjukkan hasil positif di mana ketika boraks yang telah diberi alkohol di bakar terlihat bahwa api menjadi berwarna hijau di bagian atasnya. Uji berikutnya adalah dengan mereaksikan natrium tetraborat dengan Perak nitrat. Natrium tetraborat ketika diuji dengan AgNO3 akan menghasilkan endapan putih perak metaborat, AgBO2 dari larutan yang cukup pekat yang akan larut pada larutan amonia maupun asam asetat. Dengan mendidikan endapan dengan air, maka endapan akan terhidrolisis sempurna, dan diperoleh endapan coklat hingga hitam perak oksida. Endapan ini dihasilkan langsung pada larutan yang sangat encer (Maharani 2017). Reaksi yang terjadi adalah : B4O72- + 4Ag++ H2O → 4AgBO2 ↓ + 2H+ 2AgBO2↓ + 3H2O → Ag2O↓ + 2H3BO3 (Maharani 2017)



Adapun percobaan yang telah dilakukan menunjukkan hasil positif di mana ketika natrium tetraborat yang berada didalam tabung reaksi ketika diteteskan dengan perak nitrat langsung terbentuk endapan berwarna putih yang merupakan endapan dari perak metaborat, akan tetapi proses pemanasan tidak dilakukan, adapun jika proses pemanasan dilakukan maka akan terbentuk warna coklat hingga hitam dari perak oksida. Uji berikutnya adalah dengan mereaksikan natrium tetraborat dengan BaCl2 jenuh, di mana setelah natrium tetraborat direaksikan dengan BaCl2 jenuh akan menghasilkan endapan putih dari barium metaborat (Ba(BO2)) dari larutan-larutan yang cukup pekat, yang mana endapan barium metaborat akan larut dalam reagen yang berlebih, dalam asam-asam encer dan dalam larutan garam amonium (Maharani 2017). Reaksi yang terjadi adalah: B4O72-+ 2Ba2+ + H2O → 2Ba(BO2)2↓ + 2H+ (Maharani 2017) Adapun pada percobaan yang telah dilakukan menunjukkan hasil positif di mana ketika natrium tetraborat yang berada didalam tabung reaksi ketika diteteskan dengan BaCl2 jenuh langsung terbentuk endapan berwarna putih yang merupakan endapan dari barium metaborat. Zinc Oxide merupakan salah satu mild astringent dengan kajian farmakologis sebagai antiseptik lokal. Mild astringent yang dimaksud adalah mengecilkan jaringan kulit sehingga dapat melindungi jaringan kulit. Sediaan pasta dipilih karena tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. Pasta Zinc Oxide ini dimaksudkan untuk menormalkan ketidakseimbangan fungsi kulit, membantu mencegah kelainan, dan meregulasi kelenjar sebacea. Zat ini merupakan gabungan mineral dengan oksigen yang sangat efektif untuk sintesis protein dan meningkatkan sistem imun (Ningsih et al 2015). Zink Oksida yang baru dipijarkan mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% ZnO. Pemerian zink oxide ini adalah serbuk amorf, sangat halus; putih atau putih kekuningan; tidak berbau; lambat laun menyerap karbon dioksida dari udara. Identifikasi zink oxide dapat dilakukan melalui beberapa uji diantaranya dengan memanaskan sampel kuat-kuat akan terbentuk warna kuning pada ZnO dan ketika ddinginkan ZnO akan kembali berwarna puti dan berdasarkan hasil percobaan pemanasan sampel ZnO menunjukkan hasil positif yang mana sampel berubah menjadi berwarna kuning ketika dipanaskan dan menjadi putih kembali setelah didinginkan. Zink oksida (ZnO) berupa padatan putih yang mempunyai struktur intan dengan jaringan ikatan kovalen. Dalam kristalnya, setiap atom Zn dikelilingi oleh empat atom O (tetrahedron) dan setiap atom O dikelilingi oleh empat atom Zn (tetrahedron). Jika dipanaskan, warna ZnO dapat berubah menjadi kuning dan kembali berwarna putih jika didinginkan. Hal tersebut karena pemanasan menyebabkan beberapa atom O hilang dari kisi kristal sehingga terjadi kelebihan elektron yang dapat berpindah



menghasilkan beda potensial. Ketika didinginkan, atom O yang keluar dari kisi kristal kembali ke posisi semula sehingga warna ZnO kembali putih. Oleh karena itu, ZnO termasuk material semikonduktor (Fadila 2018). Pada penentuan senyawa-senyawa yang mengandung kation, kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa pereaksi. Golongan yang paling umum dipakai sebagai pereaksi adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat. Di mana penambahan pereaksi golongan akan mengendapkan ion-ion dalam golongan tersebut. Salah satunya adalah kation Zn2+ dari ZnO yang merupakan kation golongan III yang mana ketika direaksikan dengan H2S, ammonium sulfide, dan natrium sulfide di mana kation Zn2+ akan mengendap dan membentuk endapan putih dengan ketiga pereaksi tersebut. Hal serupa ditunjukkan dengan hasil pada percobaan ketika ZnO direaksikan dengan ammonium sulfide terbentuk endapan putih, akan tetapi untuk percobaan ZnO yang direaksikan dengan H2S dan natrium sulfide tidak dapat dilakukan karena keterbatasan bahan. Adapun uji berikutnya adalah mereaksikan ZnO dengan Kalium heksasianoferat akan membentuk senyawa kompleks dalam bentuk endapan putih yang tidak larut dalam HCl 3N. Dan berdasarkan uji yang dilakukan menunjukkan hasil positif dimana ketika ZnO direaksilkan dengan kalium sianoferat terbentuk endapan putih.



Simpulan Sebagian besar uji kualitatif untuk senyawa asam sitrat, natrium tetraborat, asam salisilat, natrium bikarbonat, vitamin C dan zink oxide yang dilakukan menunjukkan hasil positif baik yang teramati melalui perubahan dan pembentukan warna, terbentuk gas, timbulnya aroma, ataupun pembentukan endapan.



Daftar Pustaka Chandra, Boy, et al. 2019. Penetapan kadar vitamin C dan B1 pada buah naga merah (hylocereus lemairel (hook.) britton & rose) dengan metode spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Farmasi Higea. 11(1): 62-74. Fatmawati, Fenti; Herlina, Lina. Validasi Metode dan Penentuan Kadar Asam Salisilat Bedak Tabur dari Pasar Majalaya. EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan), 2017, 2.2: 141-150. Feladita Niken, Retnaningsih A., Susanto P,. 2019. Penetapan kadar asam salisilat pada krim wajah anti jerawat yang dijual bebas di daerah kemiling menggunakan metode spektrofotometri uv-vis. Jurnal Analis Farmasi. Vol. 4, No. 2, Hal : 101-107.



Hamdani, Syarif, dkk. 2012. Modul Praktikum Kimia Analisis. Bandung (ID) : STFI Nerdy. 2017. Determination of vitamin c in several varieties of melon fruits by titration method. Jurnal Natural. 17(2): 118-121. Priambodo, Widyanto Saptawan; Daniel, Saleh Chairul. 2019. Preparation of methyl salicylate use the acid catalyst by without solvents method. Jurnal atomik, 4.1: 41-44. Puspadewi R., Anugrah R., Sabila D. 2017. Kemampuan Aspergillus wentii dalam menghasilkan asam sitrat. Jurnal Illmiah Farmasi. Vol. 5, No. 1, Hal : 15-20. Sediaoetama D, Achmad. 2010. Ilmu Gizi. Jakarta (ID) : Dian Rakyat Sumardjo, Drs. D. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta (ID) : EGC Press. Suprayogi, Dawam, et al. 2011. Uji kualitatif vitamin C pada berbagai makanan dan pengaruhnya terhadap pemanasan. Sainmatika: Jurnal Sains dan Matematika Universitas Jambi. 3(1): 221096. Tim kimia analitik, 2004. Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Kimia Analitik. Jambi (ID) : Universitas Jambi. Tubagus I., Citraningtyas G., Fatimawali. 2013. Identifikasi dan penetapan kadar boraks dalam bakso jajanan di kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 2, No. 4, Hal : 142-148. Tsany, Mokhammad R.N. 2017. Studi pemberian kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) terhadap dinamika nilai n/p rasio dan kelimpahan plankton. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga. Surabaya. Techinamuti N., Pratiwi R. 2018. Metode analisis kadar vitamin C. Jurnal Farmaka. Vol. 16, No. 2, Hal : 309-315. Tjay dan Rahardja. 2006. Obat-Obat Penting. Jakarta (ID) : PT Elex Media Komputindo. Yehezkiel, dkk. 2015. Efektivitas magnesium sulfat 30 mg/kgbb intravena dibanding dengan fentanil 2 mcg/kgbb intravena dalam menekan respons kardiovaskular pada tindakan laringoskopi dan intubasi. Jurnal Anestesi Perioperatif. Vol. 3, No. 2, Hal : 87-92. Yuliati N, Kurniawati E. 2017. Analisis kadar vitamin c dan fruktosa pada buah mangga (mangifera indica l.) varietas podang urang dan podang lumut metode spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Wiyata: Penelitian Sains dan Kesehatan. 4(1): 49-57.