Makalah Kimia Farmasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Farmasi I. Makalah ini membahas mengenai hubungan antara struktur cefadroksil dengan cara kerjanya. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Palopo,13 Oktober 2017 Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................



i



DAFTAR ISI ......................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ..............................................................................



1



I.2 Tujuan Penulisan...........................................................................



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Cefardoxil ...................................................................



3



2.2 Farmakoknetik Cefadroxil ...........................................................



3



2.3 Farmakodinamik Cefadroxil ........................................................



4



2.4 Indikasi, kontra indikasi cefadroxil dan perhatian .......................



5



2.5 Dosis dan Sediaan Cefadroxil ......................................................



5



2.6 Efek samping................................................................................



8



2.7 Interakis Cefadroxil ......................................................................



9



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ..................................................................................



10



3.2 Saran .............................................................................................



10



Daftar Pustaka ....................................................................................



11



ii



BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejak sulfonamid ditemukan pada tahun 1930, telah banyak ditemukan antimikroba baru. Seiring dengan itu jug aterjadi perkembangan resistensi kuman yang mencemaskan. Pada tahun 2010, WHO menyatakan bahwa perkembangan resistensi kuman adalah salah satu dari 3 amcaman terbesar terhadap kesehatan manusia. Di banyak negara, termasuk indonesia, kualitas penggunaan anti mikroba masih jauh dari baik karena sekitar 50% dari penggunaan anti mikroba adalah tidak rasional. Dewasa ini timbul masalah yang disebabkan oleh berbagai kuman resisten yang dulu tidak menimbulkan persoalan (Amir Syarif.dkk.2016). Indonesia merupakan negara tropis, dimana infeksi masih merupakan penyakit utama dan penyebab kematian no.1. oleh karena itu, penggunaan antibakteri atau antiinfeksi masih paling dominan dalam pelayanan kesehatan. Jumlah dan jenis antibakteri sangat banyak dan selalu bertambah seiring perkembangan infeksi (Priyanto.2010). Antimikroba adalah obat yang berperan dalam membasmi mikroba pathogen dalam tubuh. Mikroba pathogen terbatas pada bakteri, virus dan jamur. Parasit tidak termasuk didalamnya. Antibiotik merupakan suatu bentuk zat atau obat yang dapat berasal dari mikroba lain atau dari alam serta dibuat oleh manusia, yang bertugas membunuh atau menahan pertumbuhan bakteri. Agen antimikroba mengalami pengembangan yang sangat pesat terhadap pengobatan modern. Aktivitas obat antimikroba sangat kuat dan spesifik. Antimikroba ada yang selektif terhadap berbagai bakteri saja, ada juga yang spektrum luas. Beberapa sasaran antimikroba antara lain menghambat metabolism sel mikroba, menghambat sintesis dinding sel mikroba,



1



mengganggu keutuhan membrane sel mikroba, menghambat sintesis protein sel mikroba serta menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba. Antibiotik yang bekerja menghambat sintesis dinding sel mikroba diantaranya penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin dan sikoserin. Sefalosporin serupa dengan penisilin, tetapi lebih stabil terhadap aktivitas βlaktamase bakteri sehingga memiliki aktivitas dengan spektrum yang lebih luas (Chambers, 2010). Cefadroxil merupakan antibiotik sefalosporin golongan pertama yang aktif membasmi bakteri kokus gram positif, seperti pneumokokus, streptokokus dan stafilokokus. Sefalosporin generasi pertama memperlihatkan spektrum antimikroba yang terutama aktif terhadap kuman Gram-positif (Chambers, 2010). Laporan ini membahas mengenai antibiotik cefadroxil. Pembahasan dalam laporan ini mencakup farmakokinetik, farmakodinamik, indikasi dan kontraindikasi, dosis dan sediaan, efek samping, keamanan, dan interaksi dari cefadroxil. Sehingga, kita dapat mempelajari obat cefadroxil secara lebih detail dan mampu mengaplikasikan penggunaannya dengan tepat. I.2 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui hubungan antara struktur obat cefadroxil dan cara kerja obat 2. Untuk mengetahui indikasi cefadroxil



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Cefadroxil Cefadroxil adalah obat golongan sefalosporin. Sruktur kimia dasar sefalosporin ialah asam-7-amino-sefalosporanat (7-ACA) yang merupakan kompleks cincin dihrotiazin dan cincin betalaktam. Sefalosporin C resisten terhadap penisilinase, tetapi dirusak oleh sefalosporinase. Hidrolisis asam sefalosporin C membentuk rantai 7-ACA. Rantai 7-ACA dapat dikembangkan lagi menjadi berbagai macam antibiotik sefalosporin. Salah satu contohnya adalah obat cefadroxil. Terdapat dua buah rantai cabang yaitu R1 dan R2, dimana modifikasi pada R1 pada posisi 7 cincin β-laktam dihubungkan dengan aktivitas antimikroba. Sedangkan, modifikasi pada R2 pada posisi 3 cincin dihidrotiazin mempengaruhi metabolisme dan farmakokinetiknya (Amir Syarif.dkk.2016). Berikut struktur kimia cefadroxil.



2.2 Farmakokinetik Cefadroxil Cefadroxil merupakan antibiotik yang aktivitasnya pada bakteri grampositif dan gram negatif. Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi saluran kencing yang tidak sembuh oleh antibiotik jenis lain, atau pada wanita hamil, infeksi saluran nafas, otitis media, sinusitis dan infeksi pada kulit dan soft tissue. Cefadroxil memiliki waktu kerja yang panjang dan



3



dapat diberikan dua kali sehari. Obat ini kurang baik untuk menangani infeksi H.Influenza (BNF, 2009). Cefadroxil diberikan secara peroral dan diabsorbsi melalui saluran cerna. Makanan tidak mengganggu proses penyerapan obat. 20% cefadroxil dalam darah berikatan dengan protein plasma dengan waktu paruh sekitar 1 jam 30 menit dan memanjang pada pasien dengan kelainan ginjal. Metabolisme cefadroxil terjadi didalam hepar dan 90% diekskresi melalui urin (Istiantoro & Gan, 2007).



2.3 Farmakodinamik Cefadroxil Cefadroxil merupakan antibiotik yang bekerja pada membrane atau dinding sel bakteri. Berbeda dengan golongan β-laktam yang kerjanya dapat dihambat oleh aktivitas enzim β-laktamase, antibiotik golongan sefalosporin lebih stabil terhadap banyak bakteri penghasil β-laktamase, sehingga memiliki spektrum yang lebih luas (Chambers, 2010). Cefadroxil menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintetis dinding sel bakteri. Hampir semua jenis bakteri memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan, kecuali bakteri mycoplasma. Dinding sel bakteri memiliki lapisan fosfolipid bilayer dan protein. Fungsi lapisan tersebut, sebagai membrane permeable yang spesifik terhadap berbagai nutrient. Namun, pada membrane plasma bakteri tidak memiliki kandungan sterils, sehingga mengizinkan pelekatan bahan kimiawi (Rang, Dale, Ritter, & Flower, 2007). Dinding sel bakteri tersusun dari suatu polimer polisakarida dan polipeptida yang saling berikatan-silang dan kompleks, yang disebut sebagai peptidoglikan. Polisakarida ini mengandung gula amino yang berselang seling. Peptide ini berakhir di D-alanin-D-alanin. Obat cefadroxil memotong aliran silang tersebut dengan peptide didekatnya. Ikatan silang tersebut menyebabkan dinding sel menjadi kaku. Ikatan ini juga menghambat reaksi transpeptidase, menghentikan penghasilan peptidoglikan, dan bakteri mati (Chambers, 2010).



4



2.4 Indikasi, Kontraindikasi Cefadroxil dan Perhatian Indiaksi : 



Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif, terutama untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram-positif, bakteri anaerob dan beberapa bakteri gram-negatif seperti E.coli, Klebsiella, dan P mirabilis.







Infeksi saluran nafas (faringitis, brochitis, bronkopneumonia, abses paru, pleuritis, sinusitis)







Infeksi kulit-infeksi jaringan lunak







Nfeksi saluran cerna







Infeksi salran kemih



Kontra Indikasi : 



Penderita hipersensitif terhadap golongan sefalosporin



Perhatian : Hati-hati bila digunakan pada penderita gangguan fungsi ginjal dan penderita kolitis, alergi terhadap penisilin, wanita menyusui, dan pemakaian lama karena dapat menimbulkan infeksi.` 2.5 Dosis dan Sediaan Cefadroxil Dosis antibiotic cefadroxil bervaiasi tergantung pada nama dagang yang memproduksi obat (Evaria. et al., 2013): - Ancefa (tablet : Cefarodoxil 500 mg; Sirup kering : Cefadroxil 125 mg/5ml; Sirup kering forte : Cefadroxil 250 mg/5 ml) Dewasa dan anak > 40 kg 12gr/hari 2 kali/ hari. Anak < 40 kg 25 mg/kgBB/Hari 2 kali/hari. - Bidicef : (tablet : Cefadroxil monohydrate 250 mg; Sirup kering : Cefadroxil monohydrate 125 mg/5ml) dewasa 1-2gr/ hari dosis tunggal atau terbagi menjadi 2 dosis. Anak 30mg/kgBB/Hari tiap 12 jam.



5



- Cefat (tablet : cefadroxil monohydrate 250mg; sirup kering : cefadroxil monohydrate 125mg/5ml; sirup kering forte : cefadroxil monohydrate 500mg/5 ml) dewasa 1-2 gr/hari terbagi dalam 2 dosis tiap 12 jam; sistitis 12 gr/hari; Infeksi saluran kemih 2 gr/hari terbagi dalam 2 dosis tiap 12 jam; infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran napas atas dan bawah 1 gr/ hari. Pada infeksi berat dosis dapat ditingkatkan menjadi 2 gr/ hari diberikan dalam 2 dosis terbagi; faringitis dan tonsillitis oleh infeksi streptokokus βhemolitikus 1 gr/hari dalam dosis terbagi selama 10 hari. Anak 25-50 mg/kgBB/hari dibuat dalam 2 dosis terbagi. - Drovax (tablet : cefadroxil monohydrate 500mg; sirup kering : cefadroxil monohydrate 125 mg/5 ml; sirup kering forte : cefadroxil monohydrate 250 mg/5ml) Dewasa 1-2 gr/ hari 1 kali/hari atau dalam 2 dosis terbagi. Anak 25-50 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi. - Droxal (tablet : cefadroxil monohydrate 500 mg; sirup kering : cefadroxil monohydrate 125 mg/5ml; sirup kering forte : cefadroxil monohydrate 250 mg/5 ml) dewasa 2-2 gr/hari dalam dua dosis terbagi. Sistitis 1-2 gr/hari dosis tunggal. Infeksi saluran kemih 2gr/hari dalam 2 dosis. Infeksi kulit dan jaringan lunak 1gr/hari. Infeksi saluran napas atas dan bawah 1gr/hari pada infeksi berat dapat ditingkatkan sampai dengan 2gr/hari. Faringitis/tonsillitis 1gr/hari dalam dosis terbagi selama 10 hari. Anak 2550 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi. - Droxefa (tablet : cefadroxil 500mg) dewasa dan anak >12 tahun maksimal 4gr.hari. pasien dengan gangguan ginjal diawali dengan dosis 1 gr/hari kemudian disesuaikan dengan kebutuhan. - Erphadrox (tablet : cefadroxil monohydrate 500mg; sirup kering : cefadroxil monohydrate 125mg/5ml) dewasa dengan infeksi saluran kemih tanpa komplikasi 1-2gr/hari terbagi dalam 2 dosis. Infeksi lain 2 gr/hari terbagi dalam 2 dosis. Infeksi kulit dan jaringan lunak 1gr/hari terbagi dalam 1-2 dosis. Faringitis dan tonsillitis 1gr/hari terbagi dalam 1-2 dosis. Infeksi



6



saluran napas 1gr/hari terbagi dalam 2 dosis. Anak 25-50 mg/KgBB//hari terbagi dalam 2 dosis. - Ethicef (tablet : cefadroxil monohydrate 500mg; sirup kering : cefadroxil monohydrate 125mg/5ml; sirup kering forte: cefadroxil monohydrate 250mg/5ml) dewasa 1-2gr/hari terbagi dalam 1-2 dosis. Anak 25-50 mg/KgBB/hari terbagi dalam 2 dosis tiap 12 jam. - Grafacef (tablet : cefadroxil anhydrate 500mg) dewasa dengan infeksi saluran kemih dan infeksi saluran napas 500-2000 mg/ hari terbagi dalam 2 dosis. Infeksi kulit dan jaringan lunak 500 mg/hari terbagi dalam 2 dosis. Anak 30 mg/KgBB//hari terbagi dalam 2 dosis terbagi tiap 12 jam. Jika infeksi diakibatkan oleh Streptokokus β hemolitikus, terapi harus dilanjutkan sekurang kurangnya 10 hari. - Lapicef (tablet : cefadroxil monohydrate 250mg, 500 mg; sirup : cefadroxil monohydrate 125mg/5ml) dewasa 1-2 gr/hari terbagi dalam 2 dosis. Infeksi saluran kemih tidak dengan komplikasi 1-2gr/hari terbagi dalam 1-2 dosis. Infeksi saluran kemih dengan komplikasi 2gr/hari 1 kali/hari. Infeksi kulit 1 gr/hari terbagi manjadi 1-2 dosis selama 10 hari. Infeksi saluran napas derajat ringan 1gr/hari dalam 2 dosis, derajat berat 12gr/hari terbagi dalam 2 dosis. Anak 30 mg/kgBB/hari dibuat dalam dosis terbagi. - Longcef (tablet : cefadroxil monohydrate 500 mg; sirup : cefadroxil monohydrate 125mg/5ml) dewasa 1-2 gr/hari dalam dosis terbagi. Anak 30 mg/kgBB/hari dibuat dalam dosis terbagi. - Lostacef (tablet : cefadroxil monohydrate 500mg; sirup kering : cefadroxil monohydrate 125mg/5ml) dewasa 1-2 gr/hari terbagi dalam 1-2 dosis tiap 12 jam. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (sistitis) 1-2 gr/hari dibagi 1-2 dosis tiap hari. Infeksi saluran kemih lain 2 gr/hari terbagi dalam 2 dosis. Infeksi kulit dan jaringan lunak 1gr/hari terbagi dalam 1-2 dosis. Infeksi saluran napas ringan 500mg/ hari 2 kali/hari; infeksi sedang hingga berat 500mg-1 gr 2 kali/hari. Faringitis dan tonsillitis oleh infeksi streptokokus β7



hemolitikus 500 mg/hari dalam 2 dosis terbagi selama 10 hari. Anak sirup kering 25-50 mg/kgBB/hari dibuat dalam 2 dosis terbagi. - Maxcef (tablet : cefadroxil monohydrate 500 mg; sirup : cefadroxil monohydrate 125mg/5ml, 250mg/5 ml) dewasa 1-2 gr/hari terbagi dalam 1-2 dosis.



Anak 30



mg/kgBB/hari dibuat dalam 2 dosis terbagi, terapi harus diteruskan minimal selama 48-72 jam sesudah tanda tanda infeksi hilang. 2.6 Efek Samping Cefadroxil - Diare dan antibiotic - Associated colitis - Mual dan muntah - Abdominal discomfort - Nyeri kepala, - Reaksi alergi berupa : kemerahan pada kulit (rash), gatal, urtikaria, serum sickness yaitu reaksi berupa kemerahan, demam dan arthralgia dan anafilaksi - Steven Johnson Syndrome - Toxic epidermal necrolysis - Gangguan pada enzim liver, hepatitis transient dan jaundice ec cholestatic. -Efek



samping



lain



termasuk



eosinophilia



dan



gangguan



darah



(trombositopenia, leukopenia, agranulosit, anemia aplastic dan anemia hemolitik) - Nefritis reversibel intersisial - Gangguan tidur, gelisah, halusinasi, bingung, hypertonia dan pusing. (BNF, 2009; Istiantoro & Gan, 2007)



8



2.7 Interaksi Cefadroxil - Interaksi obat dengan antasid, antasid menghambat absorbsi dari cefadroxil. -Pemberian antibiotik golongan aminoglikosida dan antibiotik golongan bakteriostatik meningkatkan kemungkinan terjadinya nefrotoksik pada pasien yang mendapatkan cefadroxil. - Interaksi dengan probenesid, probenesid meningkatkan konsentrasi plasma dari cefadroxil dengan mencegah ekskresi cefadroxil, sehingga jumlahnya meningkat dalam tubuh dan waktu bertahan dalam tubuh juga semakin lama. (Istiantoro & Gan, 2007; BNF, 2009)



9



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Cefadroxil merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi pertama. Cefadroxil



merupakan



salah



satu



obat



generasi



pertama



yang



pemberiannya melalui oral. 2. Mekanis kerja cefadroxil adalah menghambat pembentukan dinding sel bakteri dengan membentuk ikatan dengan protein membrane sel bakteri. 3. Pemberian cefadroxil diindikasikan untuk infeksi bakteri gram positif. 4. Dosis cefadroxil untuk dewasa adalah 1-2 gr/hari dan untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari. Cefadroxil tersedia dalam bentuk tablet/kapsul dan sirup. 5. Efek samping cefadroxil yang paling sering terjadi adalah reaksi hipersensitivitas yang menyerupai reaksi hipersensitivitas penisilin. Efek samping lainnya berupa mual, muntah hingga nefrotoksik. 6. Cefadroxil tidak diberikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap antibiotik. 7. Interaksi obat cefadroxil dapat terjadi dengan golongan antibiotik bakteriostatik, probenesid dan antasid. 8. Cefadroxil aman untuk ibu hamil. Cefadroxil dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas berupa syok anafilaktik.



3.2 Saran Penulis perlu mencari referensi lebih banyak lagi untuk menggali antibiotika golongan sefalosporin generasi pertama khususnya cefadroxil,



10



Daftar Pustaka Anonim.2016.”Informasi Spesialite Obat Indonesia” Jakarta : ISFI BNF. (2009). BNF 57. Liverpool UK: British National Fomulary. Chambers, H. (2010). Antibiotik Beta Laktam & Antibiotik Lain yang Aktif di Dinding dan Membran Sel. In B. katzung, Farmakologi Dasar dan Klinik (pp. 748-767). Jakarta: EGC. Evaria. et al. (2013). Master Index of Medical Specialities Edisi Bahasa Indonesia Volume 13 pp.183-207. Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer. Gunawan, S., Setiabudi, R., Nafrialdi, & Elysabeth. (2007). Farmakologi dan Terapi edisi 5 pp.63,65,71,75,269. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Istiantoro, Y., & Gan, V. (2007). Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainnya. In S. Gunawan, Farmakologi dan Terapi (pp. 664693). Jakarta: FK UI. Priyanto., & Liliana Batubara,2010.”Farmakologi Dasar’.Jakarta : Leskonfi Rang, H., Dale, M., Ritter, J., & Flower, R. (2007). Rang and Dale's Pharmacology. U.S.A: Elsevier. Setiabudy, R. (2007). Pengantar Antimikroba. In S. Gunawan, Farmakologi dan Terapi (pp. 585-598). Jakarta: FK UI. Syarif ,Amir.dkk.2016.”Farmakologi dan Terapi edisi 6”. Jakarta : Badan Penerbit FK UI



11