Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Petani Padi Sawah  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KINERJA PENYULUH PERTANIAN PADA PETANI PADI SAWAH DI DESA MARGACINTA KECAMATAN MORAMO KABUPATEN KONAWE SELATAN



SKRIPSI



Oleh : FACHRUL MU’ALIF UBAIDILLAH NIM. D1A114178



JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018



KINERJA PENYULUH PERTANIAN PADA PETANI PADI SAWAH DI DESA MARGACINTA KECAMATAN MORAMO KABUPATEN KONAWE SELATAN



Skripsi diajukan kepada Fakultas Pertanian untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan/Program Studi Agribisnis



Oleh : FACHRUL MU’ALIF UBAIDILLAH NIM. D1A114178



JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018



PERNYATAAN



DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SEKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI



SKRIPSI



ATAU



KARYA



ILMIAH



PADA



PERGURUAN



TINGGI ATAU LEMBAGA MANA PUN. APABILA DIKEMUDIAN HAR1 TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL PLAGIAT, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.



Kendari, 8 Desember 2018



FACHRUL MU’ALIF UBAIDILLAH NIM. D1A1 14 178



iii



HALAMAN PENGESAHAN



Judul



: Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Petani Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan



Nama



: Fachrul Mu’alif Ubaidillah



Stambuk



: D1A114178



Jurusan/Proram Studi



: Agribisnis



Menyetujui



Pembimbing I



Pembimbing II



Dr. Ir. La Nalefo, M.S NIP. 19621231 199503 1 003



Sitti Nur Isnian, SP., M.Sc NIP. 19790927201409 2 002



Mengetahui



Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis



Abdul Gafaruddin, SP., M.Si NIP. 19750814 200604 1 001



iv



UCAPAN TERIMA KASIH



Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-NYA, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Kinerja Penyuluh Pertanian pada Petani Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan” dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesainya skripsi ini senantiasa karena bantuan dan petunjuk-petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Dr. Ir. La Nalefo, MS., selaku pembimbing I dan Ibu Sitti Nur Isnian S.P., M.Sc selaku pembimbing II yang telah member petunjuk, bimbingan, dan arahan sejak awal penyusunan hingga selesainya penyusunan skirpsi ini. Melalui hasil karya ini secara khusus dan dengan hati yang tulus penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda Muhlasin dan Ibunda Siti Fatun Hasannah tercinta, atas segala doa dan kasih sayang yang tulus demi kesuksesan penulis. Tanpa mengurangi rasa hormat, ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada: 1.



Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.



2.



Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.



3.



Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.



v



4.



Dosen di Lingkungan Jurusan/Program Studi Agribisnis khususnya dan Fakultas Pertanian pada umumnya yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan.



5.



Pegawai Administrasi Jurusan dan Fakultas Pertanian atas urusan administrasi yang mendukung penulis selama ini masa pendidikan.



6.



Pemerintah Desa Margacinta yang turut membantu dalam penyelesaian penelitian ini.



7.



Petani padi sawah Desa Margacinta yang turut membantu dalam penyelesaian penelitian ini.



8.



Sahabat-sahabatku: Mausul Amin S.Pdi., M.Pdi, Ihlan Sutari SP, Supriyanto S.Pt, Muhammad Yamil SM, Habib Abdillah Al Hasni, dan rekan-rekan lainnya yang tidak penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan yang telah diberikan selama menyusun skripsi. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari



kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan dan saran yang kiranya dapat menjadi kontribusi pemikiran sehingga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua yang pada akhirnya merupakan suatu nilai ibadah di sisi Allah SWT. Amin Ya Rabbil Alamin.



vi



RIWAYAT HIDUP



Penulis dilahirkan di Kota Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada tanggal 11 Fabruari 1996. Penulis merupakan anak Pertama dari pasangan Bapak Muhlasin dan Ibu Siti Fatun Hasannah. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di Desa Margacinta, pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Margacinta pada tahun 2008, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Moramo pada tahun 2010, pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Konawe Selatan tahun 2014, dan pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SNMPTN). Selama menempuh pendidikan di jurusan Agribisnis, Penulis aktif di lembaga kemahasiswaan sebagai Ketua di Forum Studi Islam Al Izza Fakultas Pertanian periode 2016 - 2017, Humas di Lembaga Dakwah Kampus Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Mahasiswa (LDK-BKLDM) periode 2017 – 2018. Penulis juga pernah mengikuti pelatihan-pelatihan yaitu Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), dan Basic Islamic Leadersip Treaning LDK-BKLDM



vii



ABSTRAK



FACHRUL MU’ALIF UBAIDILLAH (D1A1 14 178).



Kinerja Penyuluh



Pertanian Pada Petani Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Di bawah bimbingan LA NALEFO, sebagai Pembimbing I dan SITTI NUR ISNIAN, sebagai Pembimbing II. Penelitian ini berangkat dari fenomena luasnya lahan persawahan di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan tetapi tidak signifikan dengan peningkatan kesejahteraan petani padahal dalam berusaha tani telah mendapatkan pendampingan dari penyuluh, sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja penyuluhan pertanian pada petani padi sawah dan mengungkap penyebabnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018 dengan menggunakan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang penggunaan datanya dijelaskan secara kualitatif deskriptif yang merupakan penelitian terhadap subjek dan objek yang telah ditentukan. Sedangkan metode untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah penyuluh pertanian dan seluruh petani yang tergabung dalam gapoktan. Teknik penentuan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling (acak sederhana) dengan jumlah sampel sebanyak 56 orang petani dan 1 penyuluh pertanian. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui kinerja penyuluh petanian terhadap petania padi sawah menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Kinerja penyuluh pertanian di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan secara keseluruhan mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaaan dan tahap evaluasi terkategori rendah disebabkan karena ketidak optimalan penyuluh pertanian dalam melakukan fungsinya sebagai penyuluh pertanaian dan kurangnya partisipasi masyarakat akan kegiatan penyuluhan pertanian. Kata Kunci : Kinerja Penyuluhan Pertanian,kebijakan dan Petani Padi Sawah



viii



ABSTRACT FACHRUL MU’ALIF UBAIDILLAH (D1A1 14 178). Performance of Agricultural Extension in Paddy Rice Farmers in Margacinta Village, Moramo District, South Konawe Regency. Under the guidance of LA NALEFO, as Advisor I and SITTI NUR ISNIAN, as Counselor II.



This research departs from the phenomenon of the extent of rice fields in Margacinta Village, Moramo District, South Konawe District, but is not significant with increasing farmer welfare even though in trying the farmer has received assistance from extension workers, so the purpose of this study is to find out the performance of agricultural extension to rice farmers and reveal the causes . This research was conducted in April 2018 by using this study using quantitative research, which uses the data described qualitatively descriptive which is a study of the subject and object that has been determined. While the method for collecting data is a questionnaire. The population in this study were agricultural extension agents and all farmers who are members of Gapoktan. The sampling technique was carried out in a simple random sampling method with a total sample of 56 farmers and 1 agricultural instructor. Analysis of the data used to determine the performance of agricultural extension workers on petania lowland rice using the percentage formula. The results showed that: The performance of agricultural extension agents in Margacinta Village, Moramo Subdistrict, Konawe Selatan District as a whole began from the preparation stage, implementation phase and categorized evaluation stage was low due to the lack of optimizing agricultural extension officers in conducting extension functions and lack of community participation in agricultural extension activities .



Keywords: Agricultural Extension Performance, policies and Lowland Farmers



ix



DAFTAR ISI



Halaman Halaman Sampul Halaman Judul Pernyataan ..................................................................................................... Halaman Pengesahan ................................................................................... Ucapan Terima Kasih ................................................................................... Riwayat Hidup .............................................................................................. Abstrak ......................................................................................................... Abstract ......................................................................................................... Daftar Isi ....................................................................................................... Daftar Tabel .................................................................................................. Daftar Gambar .............................................................................................. Daftar Lampiran ..........................................................................................



iii iv v vii viii ix x xii xiii xiv



BAB I



PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 4 1.3. Tujuan dan kegunaan ............................................................... 4



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Penyuluhan Pertanian di Indonesia ........................... 2.2. Konsep Penyuluhan Pertanian ................................................. 2.1.1. Pengertian Penyuluh Pertanian .................................... 2.1.2. Pengertian Penyuluhan Pertanian ............................... 2.1.3. Peran Penyuluhan Pertanian ........................................ 2.1.4. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan Pertanian ................... 2.3. Konsep Kinerja Penyuluhan Pertanian ................................... 2.3.1. Kinerja Penyuluhan Pertanian ..................................... 2.3.2. Penilaian Kinerja ......................................................... 2.3.3. Indikator Kinerja ......................................................... 2.4. Konsep Petani Padi Sawah ..................................................... 2.5. Teori Motivasi ....................................................................... 2.5.1. Teori Hierarki Kebutuhan Dari Abraham Horald Maslow ............................................................ 2.5.2. Teori ERG Alderfer .................................................... 2.5.3. Teori Sikap ................................................................. 2.6. Teori Sistem ............................................................................. 2.6.1. Konsep Dasar Sistem .................................................. 2.6.2. Pengertian Sistem ....................................................... 2.7. Penelitian Terdahlu .................................................................. 2.8. Kerangka Pikir .........................................................................



6 8 8 11 14 17 20 20 21 24 36 37 37 39 41 42 42 43 43 46



BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian ................................................ 50 3.2. Popolasi dan Sampel ............................................................... 50 x



3.3. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 3.3.1. Jenis Data ...................................................................... 3.3.2. Sumber Data ................................................................. 3.4. Teknik Pengumpulan data ...................................................... 3.5. Variabel Penelitian ................................................................. 3.6. Konsep Operasional ................................................................ 3.7. Teknik Analisis Data .............................................................. 3.7.1. Analisis Data Kuantitif ................................................ 3.7.2. Analisis Kualitatif Deskriptif ...................................... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................... 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah .............................................. 4.1.2. Keadaan Iklim dan tanah ............................................. 4.1.3. Keadaan Penduduk ...................................................... 4.1.3.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ......... 4.1.3.2. Keadaan Pendidikan ...................................... 4.1.4. Keadaan Pertanian Dalam Arti Luas ........................... 4.2. Identitas Responden ................................................................ 4.2.1. Umur Responden ......................................................... 4.2.2. Tingkat Pendidikan Responden ................................... 4.2.3. Pengalaman Berusahatani ............................................ 4.3. Kinerja Penyuluh Pertanain .................................................... 4.3.1. Tahap Persiapan ........................................................... 4.3.2. Tahap Pelaksanaan ...................................................... 4.3.3. Tahap Evaluasi ............................................................ 4.4. Menganalisis Lebih dalam Tentang Kinerja Penyuluh Pertanian Dari Tiga Indikator Yakni Tahap Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi ...................................................... 4.4. Masalah Kinerja Penyuluhan .................................................. BAB V



51 51 51 51 52 52 54 54 55 56 56 57 58 58 59 60 62 62 63 64 65 66 68 69



70 87



PENUTUP 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 89 5.2 Saran ........................................................................................ 89



DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 91 LAMPIRAN .................................................................................................. 96



xi



DAFTAR TABEL



Tabel



Halaman



Tabel 2.1. Instrumen Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian ......................... 26 Tabel 2.2. Standar Nilai Prestasi Kerja ........................................................ 32 Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................... 44 Tabel 4.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ..................... 58 Tabel 4.2 Keadaan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Jumlah Jiwa ............ 59 Tabel 4.3 Jenis dan Luas Lahan Pertanian di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan .......................................... 61 Tabel 4.4 Keadaan Umur Responden di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan .......................................... 62 Tabel 4.5 Klasifikasi Responden Petani Padi Sawah Berdasarkan Pendidikan di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan .......................................................................... 63 Tabel 4.6 Klasifikasi Responden Petani Padi Sawah Berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Margacinta ................................... 64 Tabel 4.7 Klasifikasi Responden Berdasarkan Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Komoditas Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan..................................... 66 Tabel 4.8 Klasifikasi Responden Berdasarkan Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Tahap Persiapan Dalam Komoditas Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan ... 67 Tabel 4.9



Klasifikasi Responden Berdasarkan Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Tahap Pelaksanaan Dalam Komoditas Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan ... 68



Tabel 4.11. Klasifikasi Responden Berdasarkan Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Tahap Evaluasi Dalam Komoditas Padi Sawah di Desa ... Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan ... 70 Tabel 4.12. Produksi Komunitas Padi Sawah 3 Tahun Terakhir ................... 85 Tabel 4.13. Klasifikasi Masalah Kinerja Penyuluh Pertanian Di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan .. 88



xii



DAFTAR GAMBAR



Gambar



Halaman



Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran ....................................................... 49



xiii



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran



Halaman



Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian ............................................................... 97 Lampiran 2. Data Responden ......................................................................... 98 Lampiran 3. Daftar Pertanyaan ...................................................................... 100 Lampiran 4. Analisis Kinerja Penyuluhan ..................................................... 107 Lampiran 5. Data Produksi Padi Sawah ......................................................... 117 Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 118



xiv



2



I.



PENDAHULUAN



I.I. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh Negara Indonesia karena mampu memberikan pemulihan dalam suatu krisis pangan yang pernah terjadi, keadaan inilah yang menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar



untuk



berperan



sebagai



pemicu



pemulihan



ekonomi



nasional



(Dillon, Justin & Meg Maguire, 2003) Beras merupakan komoditas politik yang sangat strategis karena merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia, usahatani padi merupakan penyedia lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan serta menjadi tolak ukur ketersediaan pangan bagi Indonesia. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika campur tangan pemerintah Indonesia sangat besar dalam upaya peningkatan produksi beras. Berbagai kebijakan untuk meningkatkan produksi padi telah dilakukan pemerintah, diantaranya adalah Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang bertujuan untuk menjadikan berswasembada



beras.



Hal



ini



dapat



dilihat



dari



Indonesia mampu sisi



produksi



padi



yang mengalami peningkatan. Produksi padi meningkat pada tahun 2010 naik sebesar 1 % dibanding tahun sebelumnya yaitu naik sebesar 43.09 ton. Sulawesi Tenggara merupakan provinsi yang sebagian penduduk bermukim di pedesaan dan hidup dari hasil pertanian yang meliputi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan dan kehutanan. Salah satu komoditi tanaman



3



pangan yang banyak diusahakan petani adalah padi sawah. Angka tetap produksi padi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2014 sebesar 657.617 ton gabah kering giling (GKG) yang berarti meningkat 96.256 ton (17,15%) dibandingkan produksi padi



tahun 2013.



Peningkatan produksi



padi



tahun 2014 disebabkan



meningkatnya luas panen seluas 7.463 hektar (5,61%), dengan produktivitas meningkat sebesar 4,61 kuintal/hektar (10,92%) (Badan Pusat Statistik, 2014). Salah satu subsistem yang cukup besar memberikan kontribusi



pada



keberhasilan pertanian di Indonesia adalah subsistem lembaga penunjang berupa kegiatan penyuluhan. Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarga beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat tercapai (Deptan, 2008). Kinerja penyuluh pertanian yang baik merupakan dambaan setiap stakeholder pertanian. Petani yang terbelenggu kemiskinan merupakan ciri bahwa penyuluhan pertanian masih perlu untuk terus meningkatkan perannya dalam rangka membantu petani memecahkan masalah mereka sendiri terutama dalam aspek usahatani. Desa Margacinta sebagai lokasi dalam penelitian ini umumnya banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya berprofesi sebagai petani padi sawah dengan luas lahan persawahan 375 Ha dengan produktifitas 6,2 Ton/Ha (BPS Desa Margacinta, 2017), yang merupakan salah satu produk unggulan di Desa Margacinta, hal inilah yang memicu Desa Margacinta punya potensi luas lahan yang unggul dibandingkan desa lain dikawasan Kecamatan Moramo.



4



Kondisi masyarakat di Desa Margacinta ini sejatinya sangat membutuhkan kinerja penyuluhan pertanian



yang baik



dalam memberikan dorongan



kepada para petani sehingga mereka dapat mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki dalam pengelolaan pada sektor pertanian seperti halnya ilmu pengetahuan, cara berfikir, cara sikap serta penerimaan terhadap inovasi-inovasi terbaru pada sektor pertanian. Sayangnya, fakta yang terjadi dilapangan justru berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan oleh petani. Penyuluh justru



pertanian



jarang



lapangan



melakukan



yang



kunjungan



mestinya serta



menjadi



materi



yang



fasilitator diberikan



tidak sesuai dengan kebutuhan para petani. Tentu hal ini memiliki dampak yang buruk terhadap petani. Idealnya, penyuluh mestinya melakukan tugasnya dengan maksimal, atau kita akan menemukan sisi yang lain produksi padi sawah senantiasa tidak akan stabil atau bahkan mengalami penurunan akibat ketidakoptimalan kinerja penyuluh memaksimalkan potensi desa wilayah kinerjanya (Observasi Awal Peneliti, 11 Mei 2017). Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan gambaran dari tidak optimalnya kinerja penyuluh dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya petani padi sawah, dan hal itu adalah sesuatu yang sangat ironis, disatu sisi potensi lahan cukup luas dan ketertarikan masyarakat terhadap sektor pertanian sangat tinggi dan hal ini mestinya menjadi acuan maksimal dalam meningkatkan taraf ekonomi masyarakat pada sektor pertanian dan dengan didukung oleh kinerja pelayanan penyuluhan pertanian lapangan yang baik, namun penyuluhan pertanian lapangan belum bisa mengoptimalkan dengan baik apa yang menjadi tugas penyuluh pertanian lapangan, sementara kondisi petani di



5



Desa Margacinta sangat mengharapkan pelayanan penyuluh yang optimal sehingga



pada



muaranya



tingkat



kesejahteraan



petani



dapat



tercapai.



Sehingga hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Petani Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan”. I.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja penyuluh pertanian pada petani padi sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan? I.3. Tujuan Dan Kegunaan Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah 1.



Mengetahui kinerja penyuluh pertanian terhadap petani padi sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan.



2.



Mengetahui penyebab optmalisasi kinerja penyuluh pertanian di Desa Margacinta Kecamatan Morano Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:



1.



Penulis



untuk



mendapatkan



pengalaman



dan



wadah



penelitian



dalam teori-teori serta aplikasi konsep-konsep ilmu yang diperoleh dalam bangku perkuliahan. 2.



Badan evaluasi



3.



Pelaksana serta



Penyuluhan penilaian



Pertanian, kinerja



dari



memberi



masukan



penyuluh



dan



pertanian.



Petani sebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi tentang kinerja penyuluh pertanian.



6



4.



Pembaca



diharapkan



perbandingan 5.



Penyuluh,



dapat



menjadi



dalam



penelitian



yang



sebagai



evaluasi



dan



sumber



akan



literatur



dilakukan



bahan



selanjutnya.



masukan



meningkatkan kinerja penyuluh pertanian dan meningkatkan



dan



untuk kepuasan



petani. 6.



Penentu Kebijakan, sebagai saran ataupun masukan dalam menentukan kebijakan baik diwilayah maupen daerah yang berkenaan dengana kegiatan penyuluhan pertanian.



7



II. TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Konsep Pembangunan Pertanian di Indonesia Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya,



lingkungan,



maupun melalui



perbaikan



(improvement),



pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) (Iqbal dan Sudaryanto, 2008). Arifin (2005) mengungkapkan bahwa pembangunan pertanian di Indonesia sebenarnya telah menunjukkan kontribusi yang sukar terbantahkan, bahwa peningkatan produktivitas tanaman pangan melalui varietas unggul, lonjakan produksi peternakan dan perikanan telah terbukti mampu mengatasi persoalan kelaparan dalam empat dasawarsa terakhir. Pembangunan perkebunan dan agroindustri juga telah mampu mengantarkan pada kemajuan ekonomi bangsa, perbaikan kinerja ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Kebijakan untuk menetapkan sektor pertanian sebagai titik berat pembangunan ekonomi sesuai dengan rekomendasi Rostow dalam rangka persiapan tinggal landas (Simatupang dan Syafa’at, 2000). Lebih lanjut dinyatakan bahwa revolusi pertanian merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan upaya menciptakan prakondisi tinggal landas. Pentingnya suatu



negara



peran



juga



sektor



pertanian



dikemukakan



oleh



dalam Meier



pembangunan (1995)



sebagai



ekonomi berikut:



(1) dengan mensuplai makanan pokok dan bahan baku bagi sektor lain dalam



8



ekonomi yang berkembang; (2) dengan menyediakan surplus yang dapat diinvestasikan dari tabungan dan pajak untuk mendukung investasi pada sektor lain yang berkembang; (3) dengan membeli barang konsumsi dari sektor lain, sehingga akan meningkatkan permintaan dari penduduk perdesaan untuk produk dari sektor yang berkembang dan (4) dengan menghapuskan kendala devisa melalui penerimaan devisa dengan ekspor atau dengan menabung devisa melalui substitusi impor. Menurut Sudaryanto et al. (2005), pendekatan pembangunan pertanian selama pemerintahan Orde Baru dilaksanakan dengan pendekatan komoditas. Pendekatan ini dicirikan oleh pelaksanaan pembangunan pertanian berdasarkan pengembangan komoditas secara parsial (sendiri-sendiri) dan lebih berorientasi pada peningkatan produksi dibanding peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun pendekatan komoditas ini mempunyai beberapa kelemahan mendasar, yaitu: (1) tidak memperhatikan keunggulan komparatif tiap komoditas; (2) tidak memperhatikan panduan horizontal, vertikal dan spatial berbagai kegiatan ekonomi; dan (3) kurang memperhatikan aspirasi dan pendapatan petani. Oleh karena itu, pengembangan komoditas seringkali sangat tidak efisien dan keberhasilannya sangat tergantung pada besarnya subsidi dan proteksi pemerintah, serta kurang mampu mendorong peningkatan pendapatan petani. Menyadari akan hal tersebut di atas, maka pendekatan pembangunan pertanian harus diubah dari pendekatan komoditas menjadi pendekatan sistem agribisnis. Seiring dangan hal ini, maka orientasi pembangunan pertanian juga akan mengalami perubahan dari orientasi peningkatan produksi menjadi orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.



9



Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan internasional yang sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin dideregulasi melalui pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai proteksi lainnya. Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang efisien merupakan pijakan utama bagi kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan dengan hal tersebut, maka partisipasi dan kemampuan wirausaha petani merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan pertanian. Suryana (2006) menyatakan bahwa perubahan lingkungan strategis yang sangat cepat, baik domestik maupun internasional, akan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap dinamika pembangunan pertanian. Kondisi tersebut memerlukan penyesuaian terhadap arah dan kebijakan serta pelaksanaan program pembangunan pertanian. Dengan demikian, strategi pembangunan pertanian harus lebih memfokuskan pada peningkatan daya saing, mengandalkan modal dan tenaga kerja terampil dan berbasis inovasi teknologi dengan memanfaatkan sumberdaya lokal secara optimal. Dari pengertian beberapa pakar di atas tentang pembangunan pertanian maka peneliti menyimpulkan bahwa sejatinya pembangunan pertanian itu memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pendapatan negara maupun masyarakat dalam memperoleh kesejahteraan. 2.2. Konsep Penyuluhan Pertanian 2.2.1. Pengertian Penyuluh Pertanian Menurut Van Den Ban (2015), pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan



10



yang diharapkan. Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Menurut Ibrahim (2003), penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti “obor” atau “pelita” atau “yang memberi terang”. Dengan penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak mau menjadi mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan. Menurut Mardikanto (1993), istilah penyuluhan pada dasarnya diturunkan dari kata “Extension” yang dipakai secara meluas di banyak kalangan. Extension itu sendiri, dalam bahasa aslinya dapat diartikan sebagai perluasan atau penyebarluasan.



Proses



penyebarluasan



yang



dimaksud



adalah



proses



peyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian. Menurut Mardikanto (1993), penyuluh dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian dituntut akan kualifikasi tertentu yang menyangkut kepribadian, pengetahuan, sikap dan ketrampilan menyuluh. Ada 4 kualifikasi yang harus dimiliki setiap penyuluh mencakup : (1) kemampuan dan ketrampilan



11



berkomunikasi, dimana penyuluh mempunyai kemampuan dan ketrampilan untuk beremphati dan berinteraksi dengan masyarakat sasarannya , sehingga penyuluh mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan pemilihan inovasi yang tepat, menggunakan saluran komunikasi yang efektif, memilih dan menerapkan metode penyuluhan yang efektif dan efisien, menggunakan alat bantu dan alat peraga yang efektif dan murah; (2) sikap penyuluh yang menghayati dan bangga terhadap profesinya, serta merasakan bahwa kehadirannya untuk melaksanakan tugas penyuluhan, sangat dibutuhkan masyarakat penerima manfaatnya; (3) meyakini bahwa inovasi yang disampaikan telah teruji kemanfaatannya dan inovasi yang akan disampaikan sesuai kebutuhan masyarakat sasarannya; (4) menyukai dan mencintai masyarakat sasarannya, dimana selalu siap memberikan bantuan dan melaksanakan kegiatan demi berlangsungnya perubahan usahatani maupun kehidupan masyarakat penerima manfaat. Menurut Risma (2012), karakteristik adalah suatu sifat yang harus dimiliki oleh penyuluh dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab, hak dan wewengannya. Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh diantaranya yaitu: (1) sehat mental dan fisik; (2) stabil dalam tingkah laku dan tindakan; (3) percaya pada diri sendiri; (4) efektif, integritas, mandiri, dan mempunyai kemampuan intelektul yang tinggi; (5) kreatif, pandai mengatasi permasalahan, terampil dalam berhubungan dengan masyarakat, dan bisa menerima kritik dari orang lain; (6) menghormati orang lain, pandai memberikan pengetahuan kepada orang lain, pandai melakukan teknik dan prinsip perubahan, matang secara psikologis; dan (7) melaksanakan dan memenuhi kode etik penyuluh.



12



Penyuluh pertanian sejatinya mesti memeperhatikan etika dalam kegiatan penyuluhannya sebagaimana dijelaskan pada Kongres Penyuluhan Pertanian ke I pada (1986), disepakati untuk merumuskan "Etika Penyuluhan" yang seharusnya dijadikan acuan perilaku penyuluh. Panca Etika Penyuluh Pertanian : 1.



Penyuluh pertanian beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta senantiasa menghormati dan memperlakukan petani mitra sejajar.



2.



Penyuluh pertanian senantiasa menempatkan keinginan dan kebutuhan petani-nelayan sebagai dasar utama pertimbangan dalam mengembangkan program.



3.



Penyuluh pertanian senantiasa lugas, tulus dan jujur menyampaikan informasi, saran ataupun rekomendasi dan bertindak sebagai motivator, dinamisator,



fasilitator



serta



katalisator



dalam



membimbing



petani



nelayan. 4.



Penyuluh pertanian senantiasa memiliki dedikasi dan pengabdian untuk membela kepentingan petani-nelayan serta memperlihatkan teladan, serasi, selaras, dan sumbang kepada semua pihak.



5.



Penyuluh pertanian senantiasa memelihara kesetiakawanan dan citra korps penyuluh pertanian atas prinsip “silih asuh, silih asih, silih asah” serta senantiasa bersikap dan bertingkah laku yang menghoromati agama, kepercayaan, aturan, norma.



2.2.2. Pengertian Penyuluhan Pertanian Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarga beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang



13



pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat tercapai. Tujuan penyuluhan pertanian dalam pembangunan sistem dan usaha agribisnis adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha dengan cara meningkatkan kemampuan dan keberdayaan mereka (Deptan, 2008) Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Undang-undang No 16 tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan). Menurut UU tahun 2006 nomor 16 menyebutkan bahwa penyuluhan pertanian merupakan suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha disektor pertanian baik itu berupa teknologi, permodalan informasi pasar dan lain-lain yang berguna untuk meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan, sehingga tujuan dari pada penyuluhan itu sendiri dijabarkan menjadi dua yaitu: (1) tujuan jangka pendek yang diharapkan dapat menumbuhkan perubahanperubahan positif dalam diri petani dengan adanya peningkatan pengetahuan, kecakapan, kemampuan dan kemandirian yang memberi mereka inisiatif untuk kemajuan usaha pertanian; dan (2) tujuan jangka panjang yang diharapkan mempu



14



untuk memperbaiki tarap hidup para petani dan menambah kesejahteraan hidup mereka. Menurut Mardikanto (1993), penyuluhan merupakan suatu proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi tercapainya produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian. Pembinaan petani dan keluarganya bukan semata-mata untuk meningkatkan produksi agar tercapainya ketersediaan bahan pangan yang cukup bagi mereka sendiri maupun masyarakat umumnya, melainkan lebih jauh yakni untuk mencapai pertanian yang tangguh. Mardikanto (1993), mengartikan penyuluhan adalah proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan prilaku pada diri semua stekholder (individu, kelompok dan kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan partisipasi yang semakin sejahtera secara berkelanjutan. Berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penyuluhan adalah sebuah pendidikaan non formal yang bertujuan sebagai proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha dengan tujuan untuk menolong dirinya dan keluarganya masyarakat.



guna meningkatkan produktifitas, pendapatan dan kesejahtraan



15



2.2.3 Peran Penyuluh Pertanian Secara konvensional, peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan mempengaruhi penerimaan manfaat penyuluhan melalui metoda dan teknik-teknik tertentu sampai mereka (penerima manfaat penyuluhan) itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan. Perkembangannya, peran penyuluh tidak hanya terbatas pada fungsi menyampaikan inovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh penerima manfaat penyuluhanannya, tetapi ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakatnya, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan umpanbalik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyuluhan yang bersangkutan. Sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau posisi seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Menjalankan kebijakan pemerintah atau keinginan lembaga penyuluhan yang bertujuan membantu masyarakat memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraanya, dilain pihak ia akan memperoleh kepercayaan sebagai "agen pembaharuan" yang dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat penerima manfaatnya. Diyono (1990) menyatakan bahwa penyuluhan merupakan proses interaksi antara 3 komponen pokok, yaitu adanya program/proyek, penyuluh lapangan dan petani, yang mana prosesnya dapat dinyatakan: (1) proses pertama, dikenal adanya kesenjangan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan produktifitas usahatani antara petani dan proyek/program



16



pembangunan pertanian; (2) proses kedua, program/proyek mengumpulkan informasi dari lembaga penelitian untuk paket-paket bantuan kepada petani dalam rangka meningkatkan usahatani mereka; (3) proses ketiga, merupakan proses penyampaian paket teknologi yang telah dirumuskan kepada penyuluh-penyuluh lapangan melalui latihan maupun kursus, sehingga para penyuluh akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk melaksanakan alih dan pengetahuan; (4) proses keempat, adalah proses penyampaian paket teknologi dari penyuluh lapangan kepada petani melalui kelompok-kelmpok tani; (5) proses kelima, yaitu proses umpan balik tentang hasil penerapan paket-paket teknologi yang dilakukan petani. Penyuluh pertanian merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar, kegiatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang disebut penyuluh pertanian (Van Den Ban dan Hawkins, 1999). Demikian seorang penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugasnya mempunyai tiga peranan, yakni: (1) berperan sebagai pendidik, memberikan pengetahuan atau cara-cara baru dalam budidaya tanaman agar petani lebih terarah dalam usahataninya, meningkatkan hasil dan mengatasi kegagalan dalam usaha taninya; (2) berperan sebagai pemimpin, yang dapat membimbing dan memotivasi petani agar mau merubah cara berpikir, cara kerjanya agar timbul keterbukaan dan mau menerima cara-cara bertani baru yang lebih berdaya guna dan berhasil, sehingga tingkat hidupnya lebih sejahtera; dan (3) berperan sebagai penasehat, yang dapat melayani, memberikan petunjuk-petunjuk dan membantu



17



para petani baik dalam bentuk peragaan atau contoh-contoh kerja dalam usahatani memecahkan segala masalah yang dihadapi (Kartasapoetra, 1994). Berbagai



peranan



atau



tugas



penyuluh



pertanian



menurut



Mardikanto (2009) adalah sebagai berikut: (1) edukasi, yakni memfasilitasi edukasi berperan untuk menfasilitasi proses belajar yang dilakukan oleh para penerima manfaat penyuluhan (benefit aries) dan atau (stockhorlders) pembangunan yang lainnya sebagai suatu proses belajar bersama; (2) diseminasi informasi/inovasi, berperan sebagai penyebarluasan informasi/inovasi dari sumber informasi dan atau penggunanya; (3) pendampingan fasilitasi atau pendampingan, berperan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh kliennya; (4) konsultasi, berperan untuk membantu dalam memecahkan serta memberikan alternatif solusi dari pemecahan masalah; (5) supervisi atau pembinaan, berperan sebagai suatu bentuk pengawasan atau pemeriksaan yang kemudian memberikan solusi alternatif dari suatu pemecahan masalah; (6) pemantauan, berperan sebagai suatu bentuk kegiatan evaluasi yang dilakukan selama kegiatan sedang berlangsung; dan (7) evaluasi, berperan sebagai suatu bentuk kegiatan pengukuran dan penilaian yang dapat dilakukan sebelum, selama, dan setelah kegiatan tersebut selesai dilaksanakan. Terkait dengan hal ini UU No.16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan pasal 4 merinci fungsi atau peran penyuluh sebagai berikut: (1) memfasilitasim proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha; (2) memudahkan kemudahan akses pelaku utama dan peleku usaha ke sumber informasi, teknologi dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya; (3) meningkatkan kemampuan kepemimpinan,



18



manejerial dan kewirausaaan pelaku utama dan pelaku usaha; (4) membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh kembangkan organisasinya menjadi



organisasi



ekonomi



yang



berdaya



saing



tinggi,



produktif,



menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan berkelanjutan; (5) membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha; (6) menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian lingkungan; dan (7) melembagakan nilai-nilai budaya pengunan pertanian, perikanan dan kehutanan yang maju dan moderen bagi pelaku utama secara berkelanjutan. Pemaparan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kehadiran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan peranan penyuluh pertanian di tengah masyarakat tani di desa masih sangat dibutuhkan untuk meningkatkan sumber daya manusia (petani) sehingga mampu mengelola sumber daya alam yang ada secara intensif demi tercapainya peningkatan produktifitas dan pendapatan atau tercapainya ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi. 2.2.4. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan Pertanian Fungsi penyuluhan pertanian adalah



menjembatani kesenjangan antara



praktik yang biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang. Dengan demikian, proses penyuluhan dengan para penyuluhnya merupakan penghubung yang bersifat dua arah antara pengetahuan yang dibutuhkan petani dengan pengalaman baru yang terjadi di pihak para ahli dan kondisi nyata yang dialami petani (Setiana, 2005).



19



Fungsi penyuluhan dalam UU No. 16/2006 tentang sistem



penyuluhan



pertanian, perikanan dan kehutanan (SP3K) pasal 4 adalah: (1) memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha; (2) mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya; (3) meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manejerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha; (4) membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh kembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonami yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan; (5) membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha; (6) menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan (7) melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan,



dan kehutanan yang maju dan



moderen bagi pelaku utama secara berkelanjutan. Sedangkan menurut Mardikanto dan Sutarni (1987), tujuan penyuluhan pertanian adalah merubah perilaku sasaran, prilaku di sini berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan petani. Perubahan perilaku tersebut adalah perubahan tingkat pengetahuan petani yang lebih luas dan mendalam, perubahan kecakapan atau keterampilan teknis dan perubahan sikap yang lebih progresif. Samsudin (1994) menambahkan bahwa, tujuan penyuluhan bukan saja yang menimbulkan dan mengubah pengetahuan, kecakapan, sikap dan motivasi petani, tetapi yang lebih penting adalah mengubah sikap pasif dan statis menjadi petani



20



aktif dan dinamis. Petani akhirnya mampu berpikir, berpendapat sendiri untuk mencoba dan melaksanakan sesuatu yang pernah didengar dan dilihatnya. Secara umum tujuan penyuluhan adalah untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan merubah sikap petani dalam mengusahakan usahataninya ke arah yang lebih baik, berusahatani lebih menguntungkan dan hidupnya lebih sejahtera. Untuk itu penetapan tujuan perlu dilakukan, sebab tujuan akhir penyuluhan pertanian merupakan kekuatan pendorong proses pelaksanaan penyuluhan itu sendiri (Jabal et all, 2003). Sedangkan pada fungsinya Penyuluh mempunyai tugas: (1) melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha pertanian; (2) memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis perdesaan termasuk pemasaran hasil usaha; (3) membantu memecahkan permasalahan usaha petani/poktan, serta mendampingi Gapoktan selama penyusunan dokumen dan proses penumbuhan kelembagaan; (4) melaksanakan pendampingan usaha agribisnis dan usaha ekonomi produktif sesuai potensi desa; (5) membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana produksi, teknologi dan pasar. Tujuan penyuluhan adalah terjadinya perubahan perilaku sasarannya. Hal ini merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung dengan indra manusia. Dengan demikian penyuluh dapat diartikan sebagai proses



perubahan prilaku dari



kalangan masyarakat agar mereka memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan serta memiliki keterampilan dalam melaksanakan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan dan perbaikan kesejahtraan masyarakat yang ingin dicapai meluai pembangun pertanian. Dengan kata lain,



21



penyuluhan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana pola perilaku manusia dapat dirubah atau dirubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan yang lama dan menggantinya dengan prilaku baru yang meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Dari berbagai fungsi dan tujuan penyuluhan pertanian maka peneliti menyimpulkan bahwa semuanya bermuara pada tujuan peningkatan kesejahteraan petani. Peningkatan kesejahteraan petani dapat dicapai bila penyuluhan pertanian yang dilaksanakan oleh para penyuluh benar-benar dapat memuaskan petani akan kebutuhan informasi dan pendidikan non formal yang dirasakan untuk peningkatan usahataninya. 2.3. Konsep Kinerja Penyuluhan Pertanian 2.3.1. Kinerja Penyuluhan Pertanian Menurut Mangkunegara dalam Dedi (2010) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesui dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnya kinerja pekerjaan berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang ditetapkan oleh lembaga/organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian penghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan kerja seseorang. Sementara menurut Samsudin dalam Dedi (2010), menyebutkan bahwa: “kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan”. Sementara Samsudin dalam Dedi (2010) menyebutkan bahwa: “Kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai sesoorang, unit atau divisi dengan



22



menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujan organisasi/perusahaan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu proses atau pelaksanaan yang dilakukan yang bertujuan menghasilkan suatu hal yang baik bersifat fisik maupun non fisik yang sesuai dengan fungsi dan petunjuk yang telah ditentukan sementara fungsi dan tugasnya didasari pada pengetahuan, siakap dan keterampilan. 2.3.2. Penilaian Kinerja Casio dalam Dedi (2010) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah suatu gambaran yang sistematis tentang kebaikan dan kelemahan dari pekerjaan individu atau kelompok. Meskipun ada diantara masalah teknis (seperti pemilihan format) dan masalah manusianya itu sendiri (seperti resistensi penilaian, dan adanya hambatan hubungan antara individu), yang kesemuanya itu tidak akan teratasi oleh penilaian kinerja. Sedangkan penilaian prestasi kerja menurut Andrew dalam Dedi (2010) penilaian ialah suatu proses mengestimasi atau penerapan nilai, penampilan, kualitas, atau status dari beberapa objek orang atau benda. Dari berbagai pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sistem penilaian prestasi kerja ialah proses untuk mengukur prestasi kerja karyawan berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan, dengan cara membandingkan sasaran (hasil kerjanya) dengan persyratan deskripsi pekerjaan yaitu standard pekerjaan yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Standard kerja tersebut dibuat baik secara kualitatif maupun kuantitatif.



23



Untuk mengetahui kinerja penyuluh pertanian perlu dilakukan penilaian kinerja penyuluh pertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Tenaga Harian Lepas Tenaga



Bantu



Penyuluh



Pertanian



(THL-TB



Penyuluh



Pertanian).



Dalam membina profesionalisme penyuluh pertanian telah diterbitkan Permentan No. 91 Tahun 2013 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian agar pedoman evaluasi tersebut lebih oprasional sesuai prinsip objektivitas, terukur, akuntabel, partisipasif dan transparan maka perlu disusun Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian (EKPP)yaitu : 1. Maksud Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian (EKPP) dimaksudkan sebagai acuan bagi penyuluh pertanian dan para pembina pada kelembagaan penyuluh pertanian di pusat, provensi dan kabupaten/kota dalam melaksanaan kinerja penyuluhan pertanian. 2. Tujuan EKPP Tujuan EKPP adalah: 1) mengetahui hasil kinerja penyuluh pertanian PNS dan THL-TB penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pengawalan dan pendampingan program pembangunan pertanian; (2) sebagai bahan penetapan kebijakan pembinaan penyuluhan pertanian; dan (3) sebagai dasar pemberian penghargaan dan sanksi bagi penyuluh pertanian. 3. Sasaran EKPP Sasaran EKPP yaitu seluruh Penyuluh Pertanian PNS THL-TB Penyuluh Pertanian. 4. Keluaran



24



Adapun keluaran EKPP adalah: (1) diketahuinya kinerja penyuluh dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam pengawalan dan pendampingan pembangunan pertanian; (2) diperolehnya data dan informasi sebagai bahan pengambilan keputusan pimpinan dalam penyuluhan pertanian; (3) diperolehnya data pemberian BOB bagi penyuluh pertanian; (4) diperolehnya dasar untuk pemberian penghargaan dan sanksi lainnya; (5) manfaat sebagai alat ukur evaluasi kinerja penyuluhan pertanian dalam kegiatan penyelenggaraan penyuluh pertanian dalam rangka melakukan pengawalan dan pendampingan untuk mencapai swasembada pangan. Dengan terbitnya UU No.16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan (SP3K) peran penyuluh pertanian menjadi semakin strategis dalam memfasilitasi proses pemberdayaan petani dan keluarganya. Setiap tenaga penyuluhan pertanian lapangan (PPL) diharapkan dapat menampilkan kinerja yang baik dalam melaksanakan tugas-tugasnya penyuluh sehingga tujuan dari kegiatan penyuluhan dapat terwujud, yang pada akhirnya dapat



menunjang



keberhasilan



pembangunan



pertanianan.



Keberhasilan



penyuluhan pertanian bukan semata-mata tergantung pada teknis penyuluhan pertaniannya saja tetepi merupakan gabungan dari seluruh aspek mulai dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyuluhan pertanian, kelembagaan, metode penyuluhan yang digunakan, juga kondisi kelompok tani (UU Nomor 16 Tahun 2006).



25



2.3.3. Indikator kinerja Penerapan beberapa indikator kinerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi indikator kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengelolaan data/informasi



untuk



menentukan



kinerja



kegiatan/program/kebijaksanaan



penerapan indikator kinerja tersebut didasarkan pada kelompok menurut masukan (input), keluaran (output), hasil (outcomes), menfaat (benefits), dan dampak (impect). Menurut Bernadin dalam Sudarmanto (2009) bahwa dalam mengukur kinerja pegawai diperlukan indikator antara lain: (1) kualitas pekerja (Quality) nilai dimana proses atau hasil dari ketelitian dalam melaksanakan pekerjaan kesempurnaa pekerjaan itu sendiri; (2) kualitas pekerjaan (Quantity) jumlah pekerjaan yang dihasilkan atau dilakukan, dan ditandakan seperti nilai uang,



jumlah barang,



atau jumlah kegiatan yang telah dilakukan atau



yang terlaksana; (3) ketepatan waktu (Timeliness) nilai dimana suatu pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau pada waktu yang telah ditentukan; (4) kebutuhan akan pengawasan (Need for supervision) dimana pegawai tanpa ragu untuk meminta bantuan atau petunjuk dari supervisor untuk melaksanakan pekerjaan akan terhindar dari kekelirun yang berakibat buruk bagi organisasi; (5) efektifitas may; (Cost-enhmtfveness): terkait dengan penggunaan sumber-sumber organisasi dalam mandapatkan atau memperoleh hasil atau pengurangan pemborosan dalam menggunakan sumber-sumber organisasi; dan (6) kemampuan diri (Interpersonal Impact): terkait dengan kemampuan Individu dalam meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik, dan kerja sama dengan pekerja dan pegawai.



26



Tugas pokok penyuluh pertanian adalah menyuluh. selanjutnya dalam menyuluh dapat dibagi menjadi menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan penyuluhan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 91/Permentan/Ot.14OI9/2013, lndikator Penilaian Kinerja yaitu: 1.



Persiapan Penyuluhan Pertanian: Persiapan penyuluh pertanian meliputi: (a) membuat data potensi wilayah



dan agro ekosistem; (b) memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan RDKK; (c) penyusunan programa penyuluhan pertanian desa dan kecamatan; dan (d) membuat rencana kerja tahunan penyuluh pertanian (RKTPP). 2.



Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian: Dalam hal ini meliputi: (a) melaksanakan desiminasi/penyebaran materi



penyuluhan sesuai kebutuhan petani; (b) melaksanakan penerapan metode penyuluhan pertanian di wilayah binaan; (c) melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi pasar, teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan; (d) menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan petani dan aspek kuantitas dan



kualitas;



(e) menumbuhkan dan mengembangkan



kelembagaan ekonomi petani dari aspek kualitas dan kuantitas; dan (f) meningkatkan produktifitas . 3.



Evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian yakni melakukan evaluasi



pelaksanaan penyuluhan pertanian dan membuat laporan peleksanaan penyuluhan pertanian. Instrumen Evaluasi Kinerja Penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.



27



Tabel 2.1. Instrumen Evaluasi Kinerja Penyuluhan Pertanian Indikator Kinerja Penyuluh Pertanian Persiapan Penyuluhan Pertanian



Parameter



Kinerja



Skor



1. Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem yang terdiri atas : a, b, c, d, 5 a. peta wilayah binaan A. dibuat b dan d dibuat peta potensi wilayah 4 b. binaan B. c dan d dibuat data potensi wilayah 3 c. binaan C. a dan d dibuat RKP (Rencana Kegiatan penyuluhan) d. 2 dalam bentuk jadwal bulanan D d dibuat 1 E. 2. Memandu pengawalan dan pendampingan penyusunan RDKK RUK/RUB (Rencana Memandu usaha a. kelompok/rencana A. merumuskan 5 a, b, c, dan d usaha bersama)



b.



RDK (Rencana definitif kelompok)



c. RDKK (Rencana definitif kebutuhan kelompok) d. RDKK pupuk bersubsidi sesuai kebutuhan petani



B.



memandu merumuskan b, c, dan d



4



C.



memandu merumuskan a, c, dan d



3



D.



memandu merumuskan c dan d



2



E.



memandu merumuskan a atau b



1



28



3. Penyusunan Programa penyuluhan pertanian desa dan kecamatan a. Penyusunan programa Terlibat penyuluhan pertanian dalam desa/kecamatan dan kegiatan A 5 kelurahan a,b,c,d, dan e b. Rekapitulasi programa desa/kelurahan



Terlibat dalam B 4 kegiatan a,c,d dan e c. Pemeringkatan Terlibat masalah dalam C 3 kegiatan a,d dan e d. Pembuatan Draf Terlibat Programa dalam D 2 kegiatan b dan d e. Singkronisasi Terlibat kegiatan penyuluhan E dalam 1 kegiatan e 4. Membuat Rencana Kerja tahunan Penyuluhan Pertanaian RKTPP Yang memuat : a. Keadaan Wilayah A a, b, c, dan d (potensi, dibuat Produktifitas, 5 lingkungan usaha dan pertania, pelaku dan petani (dll) b. Penetapan tujuan B b dan d 4 dibuat c. Penetapan masalah C c dan d 3 dibuat



29



d. Rencana Kegiatan (Menggambarkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan, bagaimana caranya, siapa yang melakukannya, siapa sasarannya, dimana, kapan, berapa biaya, dan apa hasil yang akan dicapai untuk mencapai masalah yang dituangkan dalam bentuk matrik



D



a dan d dibuat



2



E d dibuat 1 Pelaksanaan 5. Melaksanakan Desiminasi/Penyebaran Materi Penyuluhan Penyuluhan Sesuai kebutuhan Petani (dalam 1 Tahun) pertanian Menyebarkan >12 5 A. Judul/topik Menyebarkan s/d 12 4 B. topik/judul Menyebarkan 5 s/d 12 3 C. judul/topik Menyebarkan 2 s/d 4 2 judul/topik D. Menyebarkan hanya 1 1 E. topik/judul 6 Melaksanakan penerapan metode penyuluhan pertanian diwilayah binaan dalam bentuk kunjungan/tatap muka (perorangan/kelompok/massal) dalam satu tahun terakhir A.



> 60



5



B.



40 s/d 59



4



C.



30 s/d 44



3



D.



15 s/d 29



2



30



E.



< 15



1



7. Melaksanakan penerapan metode penyuluhan pertanian diwilayah binaan dalam bentuk demostrasi/SL ( dalam satu tahun terakhir)



A



>3



5



C



2



3



E



1



1



8. Melaksanakan penerapan metode penyuluhan pertanian diwilayah binaan dalam bentuk kursus (dalam satu tahun terakhir) A >3 5



C



2



3



E 1 1 9. Melaksanakan penerapan metode penyuluhan pertanian diwilayah binaan dalam bentuk kursus ( dalam satu tahun terakhir) >3 5 A. 2 C.



3



1 1 E. 10. Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadapa akses informasi dalam mengembangkan usahatani Memberikan informasi untuk A A. a, b, c, dan d 5 menunjukan sumber informasi dilakukan Membangun jaringan B kerja antara petani B. a, b, dan c 4 dilakukan



31



C



Membangun kemitraan



D Memandu membuat proposal kegiatan



C.



a dan b dilakukan



3



D.



a dan d dilakukan



2



E.



a dilakukan



1



11. Menumbuhkan kelompoktani/gapoktan dari aspek kualitas dan kuantitas A Kelompok tani Lebih dari 2 Kelompok tani kelompok A 5 tani dan 1 Gapoktan B Gapoktan 2 Kelompok B tani 1 gapoktan C 3 D E



1 Kelompok Tani Tidak ada pertumbuhan



1



12. Meningkatkan kelas kelompok tani dari aspek kualitas dan kuantitas A Dari kelompok tani A Lebih dari 3 pemula kelanjutan kelompok 5 tani B Dari kelompok tani B 3 kelompok 4 lanjutan tani C Dari kelompok tani C 2 kelompok 3 madya keutama tani D 1 kelompok 2 tani E Tidak ada 1 peningkatan 13. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari aspek jumlah dan kualitas A BUMP yang Memfasilitasu berbentuk a,b,c dan d perseorangan terbatas 5 dan sudah berbadan hokum A. BUMP yang Memfasilitasi berbentuk a,b, dan c 4 perseorangan terbatas B dan belum berbadan B.



32



hokum BUMP yang terbentuk koperasi tani sudah berbadan C hokum BUMP terbentuk D koperasi tani belum berbadan hokum



Memfasilitasi a dan b



3



C. Memfasilitasi c dan d



2



D.



Memfasilitasi 1 d E. 14 Meningkatkan produktifitas komoditi unggulan di WKPP dibandingkan produksi sebelumnya A.



5 % atau lebih



5



B.



4-54 Jumlah Sumber: Hasil Olah Data Primer tahun, 2018



Jumlah (Jiwa) 38 19 57



Persentase (%) 71,1 28,9 100



Berdasarkan literatur yang dikemukakan oleh Soeharjo dan Dahlan Patong (1984) menunjukan bahwa petani yang berusia produktif yaitu yang berumur 15 -54 tahun, sedangkan petani yang umurnya >54 tahun dianggap tidak produktif . Dan pada tabel 4.4 menggambarkan yaitu 38 orang memiliki usia produktif atau sekitar (71,1%) sementara yang berusia kurang produktif dan masih melakukan



64



pertanian pada tanaman padi sawah sekitar 19 orang atau (28,9%). Hal ini menunjukan bahwa angka produktifitas petani padi sawah didesa Margacinta kecamatan moramo masih pada angka produktif, tentu hal ini juga memungkinkan petani padi sawah lebih tanggap dan mampu menerima informasi dan inovasi yang baru baik itu melalu penyuluh pertanian maupu dinas pertanian sebagai sarana meningkatkan produktifitas padi sawah secara maksimal. 4.2.2. Tingkat Pendidikan Responden Pendidikan yang dialami seseorang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan daya nalarnya. Umumnya tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih memudahkan seseorang dalam menerima informasi dan pengetahuan/inovasi baru yang akan datang dari luar. Oleh sebab itu baik pendidikan maupun situasi lingkungan perlu dijaga sehingga diharapkan petani dapat lebih mampu mengembangkan usahataninya, untuk lebih jelasnya mengenai umur responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5. Klasifikasi Responden Petani Padi Sawah Berdasarkan Pendidikan di Desa Margacinta. No 1. 2. 3. 4.



Tingkat Pendidikan Jumlah Sekolah Dasar 11 Sekolah Menengah Pertama 19 Sekolah Menengah Atas 21 Perguruan Tinggi (Diploma, S1) 6 Jumlah 57 Sumber Data : Hasil Olah Data Primer Tahun, 2018



Persentase % 19,2 33,3 21,1 10,6 100



Hasil penelitian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.5 tersebut memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan petani cukup memadai meskipun hanya pada level tingkat menengah pertama, menengah atas maupun



65



Sarjana dan dengan usia rata-rata yang masih relatif muda ( usia produktif ) maka prospek peningkatan produksi melalui inovasi baru dapat diterapkan. 4.2.3. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani yang dimaksud dalam penelitian adalah tentang waktu yang telah dilalui oleh seseorang dalam menekuni kegiatan budidaya padi sawah dengan satuan tahun. Semakin lama seseorang menekuni suatu usaha maka seseorang tersebut akan semakin berpengalaman akibat seringnya berinteraksi dengan



masalah-masalah



yang



timbul



dan



upaya



penyelesaiannya.



Dengan kata lain yang bersangkutan semakin terampil ataupun cerdas dalam antisipasi situasi dan kondisi usahanya, untuk lebih jelasnya mengenai klasifikasi responden berdasarkan pengalaman bertani dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6 Klasifikasi Responden Petani Padi Sawah Berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Margacinta No.



Pengalaman Usaha Tani Padi Jumlah Sawah (Th) 1. < 5 (Belum Berpengalaman) 0 2. 5-10 ( Cukup Berpengalaman) 13 3. > 10 (Berpengalaman) 44 Jumlah 57 Sumber : Hasil Olah Data Primer Tahun, 2018



Persentase % 0 22,9 77,1 100



Menurut Soeharjo dan Dahlan Patong (1984) bahwa petani dikatakan cukup berpengalaman apabila telah menggeluti pekerjaan usahatani selama 5-10 tahun, sedangkan 10 tahun ke atas dikategorikan berpengalaman dan



dari 5 tahun



dikategorikan kurang berpengalaman. Dari Tabel 4.6 di atas nampak bahwa sebagian besar petani responden mempunyai cukup pengalaman berusahatani yaitu 13 jiwa (22,9%) dan petani yang berpengalaman berusahatani berkisar 44 jiwa (77,1%).



66



4.3. Kinerja Penyuluh Pertanian Penyuluhan



pertanian



merupakan



agen



perubahan



yang



langsung



berhubungan dengan petani. Fungsi utamanya yaitu mengubah perilaku petani dengan pendidikan non formal sehingga petani mempunyai kehidupan yang lebih baik secara berkelanjutan. Penyuluh dapat mempengaruhi sasaran dalam perannya sebagai motivator, edukator, dinamisator, organisator, komunikator, maupun sebagai penasehat petani (Jarmie 2000). Menurut Mounder dalam Suriatna (1988), menjelaskan bahwa penyuluhan pertanian sebagai sistem pelayanan yang membantu masyarakat melalui proses pendidikan dalam pelaksanaan teknik dan metode berusahatani untuk meningkatkan produksi agar lebih berhasil guna dalam upaya meningkatkan pendapatan. Dalam proses penyuluhan pertanian diharapkan terjadi penerimaan sesuatu yang baru oleh petani yang disebut adopsi. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar tahu, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkan dengan benar serta menghayatinya dalam usahatani padi sawah dan jika teknologi produksi padi sawah yang diajarkan penyuluh dapat diterapkan oleh petani maka akan terjadi peningkatan produksi padi sawah. Kondisi pertanian rakyat masih lemah dalam banyak aspek, sementara tantangan yang dihadapi semakin berat, untuk itu diperlukan kegiatan penyuluhan dan peran penyuluh yang makin intensif, berkesinambungan dan terarah. Peran penyuluhan pertanian harus berada dalam posisi yang strategis dimana dalam penyelenggaraannya terkoordinir dengan baik dan bisa berjalan efektif dan efisien. Petani padi perlu mendapatkan inspirasi yang terbaru agar tumbuh



67



motivasi dan gairah usaha dengan konsistensi dan komitmen yang tinggi dalam upaya peningkatan produksi padi sawah. Bedasarkan pada penelitian ini bawasannya kinerja penyuluh pertanian dalam hal ini mengenai tanaman padi sawah terbilang rendah sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.7 berikut ini. Tabel 4.7. Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Komoditas Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan. No. 1. 2. 3.



Nilai 76-100 (Tinggi) 56-76 (Sedang) < 55 (Rendah) Jumlah Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2018



Jumlah (Orang) 1 56 57



Persentase (%) 1,8 98,2 100



Pada Tabel 4.7 di atas menunjukan sebagian besar masyarakat menganggap bahwa kinerja penyuluh pertanian itu buruk ini ditunjukan dimana sekitar 98,2% (56) orang mengatakan kinerja penyuluhan di Desa Margacinta tidak menjalankan kerjanya secara maksimal dan hal ini diperkuat dengan pernyataan beberapa masyarakat yang mengatakan bahwa kurang aktifnya penyuluhan ditengah-tengah masyarakat yang menyebabkan timbulnya rasa ketidaksimpatikan petani terhadap adanya penyuluh pertanian di Desa Margacinta. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat dari tiga indikator dalam mengetahui hasil kenerja penyuluh pertanian yakni merujuk pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 91/Permentan/Ot.14OI9/2013 tentang indikator penilaian kinerja penyuluhan pertanian yang terbagi pada 3 tahap (1) persiapan (2) pelaksanaan (3) evaluasi adalah sebagai berikut:



68



4.3.1. Tahap Persiapan Seorang penyuluh dalam melakukan penyuluhan harus melakukan persiapan awal, baik mental maupun bahan yang akan disampaikan, baik itu materi tentang teknologi budidaya, kelembagaan petani atau materi lainnya. Dalam melakukan tugasnya, sebagai seorang penyuluh harus banyak melakukan kajian-kajian atau uji layak materi terlebih dahulu, sehingga paham dan mengerti kekurangan atau kelebihan dari materi yang disampaikan yang nantinya dapat dijadikan bahan untuk didiskusikan. Jadi bukan saja kemampuan secara teoritis yang dimilikinya tetapi secara praktek juga mampu. Dalam melihat seberapa jauh kegiatan penyuluhan pertanian dan hal ini kita lihat pada Tabel 4.8 tentang kinerja penyuluh pertanian pada tahap persiapan berikut. Tabel 4.8. Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Tahap Persiapan Dalam Komoditas Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupeten Konawe Selatan. No. 1. 2. 3.



Nilai 76-100 (Tinggi) 56-76 (Sedang) < 55 (Rendah) Jumlah Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2018 Persiapan



Penyuluhan



Pertanian



Jumlah (Orang) 1 1 55 57



mengacu



pada



Persentase (%) 2,0 2,0 96,0 100



empat



indikator



penilaian kinerja yaitu: (a) Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem; (b) Memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan RDKK; (c) Penyusunan programa penyuluhan pertanian desa; dan (d) Membuat



Rencana



Kerja Tahunan Penyuluh Pedanian (RKTPP). Pada tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa persiapan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian terkategori rendah dimana penyuluh pertanian yang mestinya melakukan tugasnya



69



sebagaimana



merujuk



pada



Peraturan



Mentri



Pertanian



Nomor



91/Permentan/Ot.14019/2013 itu tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Penyuluh yang mestinya bergerak disektor pertanian harus mampu menggali potensi agroekosistem wilayah pertanian tertentu dan menjadi suatu kenyataan member manfaat kepada pembangunan pertanian khususnya dibidang agribisnis. Bermanfaat dapat berarti meningkatkan produktivitas, pendapatan, nilai tambah atau secara umum dapat meningkatkan kesejahteraan masayarakat yang bergerak terkait



dengan



sector



pertanian.



Seorang



penyuluh



harus



mengasah



kemampuannya agar mampu melihat dan menggali potensi agroekosistem wilayah dimana ia bekerja untuk bersama-sama pelaku utama dan pelaku usaha mengubahnya menjadi pertanian yang lebih bermanfaat. Untuk mencapai hasil yang baik, seorang penyuluh perlu mempersiapkan suatu “instrument” untuk menggali potensi wilayah agroekosistem sehingga fenomena agroekosistem menjadi mudah dipahami dan akan memudahkan dalam penusunan rencana pembangunan dan pengembangan usahatani tertentu. Proses pembuatan data potensi wilayah dan agroekosistem berdasarkan keterangan penyuluh kerap dilakukan pembuatannya mulai dari membuat peta wilayah binaan, peta potensi wilayah binaan, data ptensi wilayah binaan dan RKP (Rencana Kegiatan penyuluhan) dalam bentuk jadwal bulanan. tentu hal ini juga melibatkan masyarakat petani khususnya para ketua kelompok tani yang dilakukan pada saat pertemuan dan



juga aparatur desa di wilayah binaan,



karena memang idealnya seorang penyuluh mestinya melibatkan masyarakat dalam proses pembuatannya, sehingga terjadi saling menopang satu dengan yang lain hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Van de Ban dan Hawkins (1996),



70



penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan untuk membantuk sesamanya memberi pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Maka dari itu penyuluh berusaha melibatkan partisipasi petani mengenal daerahnya sendiri, sehingga pada saat musyawarah desa, para perwakilan petani mempunyai kesepakatan untuk mengembangkan daerahnya sendiri. Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian, perlu memiliki tanggung



jawab untuk mewujudkan sasaran produksi dan produktivitas



target pencapaian swasembada berkelanjutan. Instrumen yang digunakan dalam menyusun perencanaan sasaran tersebut, dilakukan melalui penyusunan Rencana Definitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif kebutuhan Kelompok (RDKK). RDK merupakan rencana kerja usahatani dari kelompoktani (poktan) untuk satu periode 1 (satu) tahun berisi rincian kegiatan tentang: sumber daya dan potensi wilayah, sasaran produktivitas, pengorganisasian dan pembagian kerja serta kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani. RDK dijabarkan lebih lanjut menjadi RDKK. RDKK merupakan alat perumusan untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi dan alat mesin pertanian, baik yang berdasarkan kredit/permodalan usahatani bagi anggota poktan yang memerlukan maupun dari swadana petani. Penyusnunan RDK/RDKK merupakan kegiatan strategis yang harus dilaksanakan secara serentak dan tepat waktu, sehingga diperlukan suatu gerakan untuk mendorong poktan menyusun RDK/RDKK dengan benar dan sesuai dengan kebutuhan petani. Mengingat kemampuan petani dalam penyusunan RDK/RDKK



71



masih terbatas, maka penyuluh pertanian perlu mendampingi dan membimbing kelompok tani. Dalam proses pendampingan, keterlibatan petani dalam hal ini sebagai pelaku utama pertanian sangat minim, adakalnya penyuluh pertanian membuat program penyusunan RDKK tidak melibatkan ketua kelompok tani dan petani sehingga pemenuhan berupa bantuan kadang tidak sesuai dengan apa yang petani harapkan oleh para petani. Beberapa hal yang menjadi penghambat tidak berjalan baiknya persiapan penyuluhan



pertanian



dikernukakan



penyuluh



pertanian



yang



kurang



mematangkan persiapannya sebab persiapan tidak hanya sebatas teori namun dibutuhkan pula praktek yang rill dilapangan tentang kesiapan seperti melakukan pertemuan dengan anggota kelompok tani khususnya petani padi sawah sebelum berjalannya pelaksanaan program penyuluhan, namun hal inilah yang sebenarnya minim dilakukan oleh penyuluh pertanian. Serta indikator persiapan yang turut menopang kinerja penyuluhan dalam melakukan tugasnya adalah kurangnya partisipasi yang ditunjukan oleh masyarakat dalam mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian pada budidaya pertanian padi sawah, hal ini sejalan sebagaimana dikemukakan oleh kepala desa Margacinta, sebagai berikut: “Masyarakat memiliki kesibukan masing-masing sehingga kecil kemungkinan atau sulit mengumpulkan masyarakat dalam bentuk pertemuan dan kendala lain juga masyarakat yang merasa nyaman dengan cara budidaya tanaman padi sawah selama ini sulit menerima inovasi terbarukan dikarenakan biaya dll”(Bapak Usep Hendrawan). Hal diatas sangatlah mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian dalam hal ini sikap petani yang acuh terhadap kegiatan penyuluh pertanian menyebabkan ketidak kompakan dengan penyuluh dalam memprogramkan setiap program yang



72



akan diusulkan, pernyataan ini pun juga ternyata ditopang dengan pernyataan penyuluh pertanian dengan anggapan kesulitan penyuluh khususnya dalam melakukan kegiatan penyuluhan semacam pertemuan diakibatkan karena kurangnya partisipasi yang dilakukan masyarakat. Ini semua disebabkan oleh kurang adanya motivasi belajar dari para petani sebagaimana dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2011) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada petani yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsurunsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut, antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan citacita masa depan, penghargaan dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif. Namun kurangnya motivasi belajar itu turut ditopang oleh ketidak selarasan antara petani dengan penyuluh pertanian dalam menumbuhkan kebersamaaan meningkatkan produktifitas pada sektor pertanian. Hal ini juga sama halnya dalam pembuatan RKTP, dimana RKTP merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian yang harus dibuat seorang penyuluh dua kali dalam setahun atau paling kurang sekali setahun. RKTP yang dibuat oleh seorang penyuluh pertanian juga dapat membuat kegiatan dalam programa penyuluhan



BPP



dan programa



penyuluhan



kabupaten/kota, apabila ada kegiatan dari kedua program tersebut yang di alokasikan sesuai RKTP yang bersangkutan. Dengan berlakunya Undang-Undang nomor 16 tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikatan dan kehutanan (SP3K) maka RKTP diharapkan dapat menghasilkan kegiatan penyuluhan pertanian spesifik lokalita yang strategis dan mempunyai daya ungkit



73



yang tinggi terhadap peningkatan produktifitas komoditas unggulan daerah dan pendapatan petani. Sementara indikator lain dari beberapa tanggapan masyarakat kebanyakan masyarakat mengatakan bahwa penyuluh pertanian di Desa margacinta sangat kurang melakukan kunjungan terhadap masyarakat sehingga secara emosional antara masyarakat dan penyuluh kurang terbangun dan kadang materi penyuluhan pertaniannya pun tidak sesuai dengan kebutuhan petani khususnya padi sawah di Desa margacinta, seperti halnya pernyataan yang disampaikan oleh ketua kelompok tani Telaga Sari: “Materi penyuluhan pertanian yang disampaikan oleh penyuluh tidak sesuai dengan kebutuhan petani padi sawah dan pengalokasian bantuanpun hanya sebatas ada, namun tidak dijalankan sebagaimana mestinya seperti contohnya pengadaan mesin tanam, hanya sebatas pengadaan namun tidak dioprasikan kerena dianggap oleh petani sendiri biayanya jauh lebih mahal ketimbang tenam langsung” (Bapak Sarno) Pada dasarnya Penyelenggaraan penyuluhan pertanian akan berjalan dengan baik apabila ada persamaan persepsi antara penyuluh dan petani serta pihak-pihak yang berkepentingan. Penyuluhan pertanian yang dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, harus jelas memiliki keserasian dan persamaan tujuan antar susunan pemerintah tersebut sehingga mampu menyelesaikan seluruh permasalahan yang dihadapi petani selama ini. 4.3.2. Tahap Pelaksanaan Dalam pelaksanaan penyuluh pertanian di lapangan, seorang penyuluh harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh sasaran. Hal ini sesuai dengan tujuan komunikasi dalam penyuluhan pertanian yaitu mengajak, memfasilitasi proses pembelajaran



74



serta memotivasi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu melakukan tindakan atau perubahan-perubahan dengan jalan mengorganisasikan dirinya dalam mengakes informasi untuk pengingkatan produktivitasnya, efesiensi usahanya, pendapatan dan kesejahteraan serta tumbuhnya kesadaran (Modul Pembekalan Bagi THL-TBPP, BPSDM Deptan, 2009), Untuk lebih jelasnya mengenai seberapa jauh persiapan penyuluhan pertanian di Desa Margacinta kita lihat pada tabel 4.9 berikut. Tabel 4.9 Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Tahap Pelaksanaan Dalam Komoditas Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Persentase No. Nilai Jumlah (Orang) (%) 1. 76-100 (Tinggi) 1,7 2. 56-76 (Sedang) 1 98,3 3. < 55 (Rendah) 56 100 Jumlah 57 Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2018 Pelaksanan Penyuluhan Pertanian kembali perujuk pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 91/Permentan/Ot.14OI9/2013 tentang indikator penilaian kinerja penyuluhan pertanian dalam segi pelaksanaan ada sekitar 6 indikator pelaksanaan Penyuluhan pertanian a) melaksanakan desiminasi/penyebaran materi penyuluhan sesuai kebutuhan petani b) melaksanakan penerapan metoda penyuluhan penanian di wilayah binaan; (c) melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi pasar, teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan; d) menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan petani dan aspek kuantitas dan kualitas; e); menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari aspek kualitas dan kuantitas; (f) meningkatkan produktifitas. Dilihat dari tabel 4.9 maka secara pelaksanaan sejatinya pelaksanaan penyuluhan pertanian pun sama



75



sebagaimana halnya persiapan, kinerja penyuluhan pertanian tidak memberikan kontribusi yang tinggi pada pelaksaaan penyuluhan didesa Margacinta. Hal ini juga disebabkan oleh kurang aktifnya penyuluh pertanian dalam melakukan tugasnya sebagai penyuluh dengan kurang masifnya beberapa kunjungan yang mestinya penyuluh lakukan. Pada umumnya kegiatan budidaya para petani menggunakan pola-pola umum berdasarkan pengalaman yang mereka dapat selama menggeluti di dunia pertanian, bahkan banyak diantara mereka yang sudah sejak lahir mengenal dunia pertanian,



upaya



diseminasi



sejatinya



untuk



mengubah



perilaku petani



dan keluarganya agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri, baik dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya. Petani dan penyuluh perlu memanfaatkan dengan optimal teknologi-teknologi alternatif sehingga mereka tidak ketinggalan informasi dan dapat mengembangkan pertaniannya. Informasi yang didapatkan dapat menjadi acuan pengembangan dalam budidaya maupun pengolahan pasca panen. Tentu saja hal yang kita harapkan adalah peningkatan produktivitas dan nilai tambah yang merupakan ciri pertanian modern dapat tercapai, keterlibatan dari penyediaan informasi tentu sangat penting. Namun berdasarkan diskusi kami dengan beberapa petani di Desa Margacinta pelaksanaan penyebaran materi penyuluhan terhadap petani sangatlah jarang dan sukar untuk dilakukan. Ketua kelompok tani Mekar Sari mengungkapkan hal ini: “Dalam kurun waktu 1 tahun penyuluh pertanian hanya menyebar materi kurang lebih sebanyak 2-3 materi saja dan teknik penyebarannya pun masih sangat manual yakni lewat masing-masing ketua kelompok tani, itupun penyampaianya kadang tidak merata”(Bapak Muhdirin).



76



Dilihat dari segi ini maka ini kembali dipicu oleh ketidakefektifan penyuluh pertanian dalam melakukan kegiatan penyuluhan, ini mestinya menjadi hal yang mesti diperhatikan sebab teknik penyebaran materi adalah bagian dari kegiatan penyuluhan yang nantinya dapat menopang perkembangan hasil produksi padi sawah oleh petani, mestinya penyuluh lebih cekatan dalam melakukan terobosan-trobosan inovasi yang berkenaan dengan kegiatan penyebaran materi penyuluhan yang relatif murah seperti penyebaran informasi secara tercetak, sebagai mana dikemukakan oleh Gordon (1996) menyatakan keunggulan penyampaian informasi secara tercetak adalah mudah dalam penyebaran dan biaya relatif rendah. Penyebaran informasi melalui media cetak dapat menjangkau pengguna yang tersebar, jauh, dan lebih banyak dibanding komunikasi tatap muka. Media cetak juga dapat dibaca ulang sehingga lebih memudahkan pembaca untuk memahami informasi yang dikandungnya. atau Penyerapan informasi inovasi lain yang bersifat audible atau informasi yang dapat didengar langsung maupun tidak langsung (melalui radio atau telephone). Tentu disini kami melihatnya mestinya seorang guru ataupun pemerdaya masyarakat itu memeiliki motivasi kerja yang tinggi sebagaimana menurut Sudarwan Danim (2011), menyatakan bahwa istilah motivasi kerja paling tidak memuat enam unsur esensial. Pertama, tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Kedua, spirit atau obsesi pribadi untuk mencapai tujuan. Ketiga, kemauan tiada henti untuk mewujudkan cita-cita dan harapan atas capaian tingkat tinggi. Keempat, ketiadaan putus asa atau berhenti sebelum tujuannya tercapai. Kelima, spirit untuk mengembangkan diri. Keenam, aneka proses kreatif, inovasi, dan alternatif.



77



Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap satu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada



tujuan



khusus



yang



ingin



dicapainya



dan



situasi



kerjanya.



Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode terbagi yakni metode berdasarkan pendekatan perorangan, kelompok dan masal. Pada tahapan ini kembali peran penyuluh menjadi kritik oleh masyarakat secara luas khususnya di Desa Margacinta dengan anggapan penyuluh sangat jarang melakukan kunjungan, kunjungan yang kerap dilakukan biasanya bersifat pendekatan secara masal dan kadangkala kunjungan seperti ini memunculkan respon masyarat yang kecil dikarenakan kesibukan masyarakat dan waktu yang dianggap tidak efektif dengan anggapan lebih baik kerja kesawah ketimbang melakukan pertemuan. Ini kembali dipicu oleh kurang keselarasan antara masyarakat dan penyuluh pertanian. Dalam tahapan demostrasi percontohan kadangkala selalau menuai keritik dari para petani seperti yang disampaikan oleh ketua keompok tani subur makmur: “Perrnah penyuluhan pertanian melakukan percontohan dalam hal pemeberian bibit (intani) namun bibit yang dihasilkan sangat jelek hasilnya dan dalam proses budidayanya pun tidak adanya pementauan yang dilakaukan oleh penyuluh pertanian mulai pada tahap penanaman sampai pemanenan hanya satu sampai dua kali sehingga penyuluh pertanian pun kebingungan dengan bibit baru yang ditawarkan oleh penyuluh dan hasil panenpun jelek” (Bapak Kasim).



78



Berdasarkan hal di atas maka asumsi petani terhadap bantuan-bantuan berupa bibit terbilang sangat rendah dikarenakan proses pengontrolan yang tidak efisien yang dilakukan oleh penyuluh pertanian. Metode penyuluhan pertanian erat kaitannya dengan metode belajar orang dewasa (andragogy). Penyuluh, yang menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik, pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran penyuluhan yang biasanya adalah para petani, peternak, dan nelayan dewasa. Menurut Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan penyuluhan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan oleh sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses belajar pada orang dewasa serta prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena dapat membantu penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah ditentukannya. Mengulas kembali seputar penerapan metode maka partisipasi masyarakat dan ketidakefektifan penyuluh pun menjadi penyebab utama keberhasilan dalam kegiatan penyuluhan ini diakui oleh penyuluh pertanian langsung di desa Margacinta, dimana Beliau mengatakan: “ketidak efektifan penyuluh pertanian dalam melakukan kegiatan penyuluhan disebabkan karena beberapa faktor yaitu pertama penyuluh pertanian di Desa Margacinta memegang beberapa desa dalam kegiatan penyuluhan sehingga kegiatan penyuluhan tidak berjalan dengan baik, kedua akses penyuluh pertanian yang terbilang cukup jauh (KondaMoramo) dan yang ketiga kurang partisipasinya masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan penyuluhan, sehingga berdasarkan hal itu penyuluhan tidak berjalan dengan baik” Bapak Paulus Andarita SP



79



Dan pernyataan ini selaras dengan pernyataan berikut bawasanya, saat ini jumlah penyuluh pertanian di Indonesia adalah 51.428 orang, dan yang langsung mendampingi petani, kelompok tani dan gapoktan di tingkat desa/kelurahan adalah 35.146 orang untuk 75.224 desa/kelurahan (Taryono, 2012). Berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, setiap desa idealnya mempunyai paling tidak satu orang penyuluh pertanian. Namun yang sering ditemui di lokasi penelitian adalah satu penyuluh menangani 3-4 desa sehingga tidak semua desa dapat menerima penyuluhan. Dalam hal ini juga dipengaruhi oleh kurangnya motivasi dan sistem tentang kelembagaan penyuluh pertanian dalam melakukan tugasnya sebagai penyuluh dikarenakan penyuluhnya masih honorer disatu sisi gaji yang relatif rendah dan disisi lainnya tanggungan memegang beberapa desa yang membuat ketidak optimalan dalam melakukan tugas dan menjalankan kinerja penyuluhannya secara optimal. Penerapan penyuluhan dalam bentuk kursus pun menjadi sesuatu yang dikritik oleh petani pasalnya dalam pertemuan secara menggunakan metode kursus ini sangat minim dilakukan dan sesekali kerap dilakukan namun tidak menuai respon yang baik oleh masyarakat, sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang petani di Desa Margacinta, dimana beliau mengungkapkan bahwa: “pernah diakan kursus namun penyuluh tidak rajin datang dengan berbagai macam alasan dan pernah juga dilakukan penerapan metode seperti penenaman bibit padi yang datangnya dari penyuluh namun padi yang ditanam hasilnya jelek, sehingga kami kurang percaya lagi sama penyuluh” (Bapak Suparjo). Melihat hal di atas sejatinya ini sangat disayangkan melihat tugas penyuluh yang mestinya menjadi fasilitator yang baik namun ternodai oleh cara metode



80



penerapan penyuluhan yang kerap mendapat cekalan dari masyarakat dan penyuluh pertanian juga hendaknya memegang apa yang disebut dengan panca etika penyuluh yang mana salah satunya adalah penyuluh pertanian senangtiasa Lugas, tulus dan jujur menyampaikan informasi, sarana ataupun rekomendasi yang bertrindak sebagai motivator, dinamisator, fasilitator serta kasalitator dalam membimbing petani. Kapasitas petani terhadap akses informasi dalam mengembangkan usahatani mesti dimiliki petani dalam mengelola usahataninya secara tepat dan berkelanjutan sehingga mampu menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, bermutu dan sesuai pasar. Oleh sebab itu strategi penyuluhan untuk peningkatan kapasitas petani perlu dirancang, khususnya terkait dengan pengelolaan padi sawah dan informasi dari pihak penyuluh pun menjadi senjata utama untuk meningkatkan kualitas. Peningkatan kapasitas petani kerap menjadi hal yang sulit dilakukan oleh penyuluh, penyuluh hanya mampu Memberi informasi dan menunjukan sumber informasi dan kadangkala penyuluh juga ikut dalam pemanduan proposal kegiatan namun penangannya lebih diserahkan kepada Pemerintah Desa Margacinta dalam hal ini aparat pemerinta Desa, tentu menilik hal demikian sangatlah disayangkan melihat tugas penyuluh pertanian yang mestinya memberikan pendampingan terhadap petani sebagaimana menurut Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K) disebutkan bahwa penyuluh adalah perorangan warga Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan dibidang pertanian, baik merupakan penyuluh PNS, swasta maupun



81



swadaya dan Tugas pokok penyuluh adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan penyuluhan pertanian. Di dalam Undang – Undang No. 16 Tahun 2006 ditegaskan bahwa penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, effisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup. Peningkatan kemampuan seorang penyuluh idealnya harus selalu dipacu hal ini sangat di tuntut dikarenakan laju informasi yang sedemikian cepat saat ini, sementara kemampuan daya adaptasi petani dengan teknologi yang terus berkembang saat ini sangat signifikan perbedaan salah satunya adalah menumbuhkan kelompok tani atau gapoktan dalam suatu wilayah. Desa margacinta merupakan desa yang dilihat dari segi kuantitas Gapoktan dan Kelompok Tani cukup memadai dengan jumlah satu 1 Gapoktan 11 Kelompok tani yang bergerak pada tanaman padi sawah dan 1 kelompok tani yang bergerak di tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan, dilihat dari segi jumlah mestinya ini sangat ideal terhadap produksi dan pemeksimalan hasil panen. Peningkatan kelompoktani diarahkan untuk memberdayakan petani petani agar memiliki kekuatan mandiri, yang mampu menerapkan inovasi (teknis, sosial dan ekonomi), mampu memanfaatkan azas skala ekonomi dan mampu menghadapi resiko usaha, sehingga memperoleh tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang layak, untuk itu pembinaan diarahkan agar kelompoktani



82



dapat berfungsi sebagai kelas belajar, sebagai unit produksi, serta sebagai wahana kerjasama menuju kelompoktani sebagai kelompok usaha (Pusluhtan, 2002). Namun sayangnya hal semacam ini kurang mendapat perhatian dari pihak penyuluh pertanian dengan kurangnya pemmbinaan secara intensif oleh pihak penyuluh terhadap anggota-anggota kelompok tani, hal ini juga kembali dipicu oleh kurangnya penyuluh pertanian yang di Indonesia, yang menyebabkan penyuluh



pertanian



harus



memegang tiga



sampai



empat



desa



dalam



penangannnya. Oleh



karena



itu



pertumbuhan



kelompok



tani



dan



gopoktan



di



Desa Margacinta secara kuantitas cukup memadai namun secara kualitas sangatlah minim, dan berdasarkan observasi yang peneliti lakukan ditemukan penyaluran bantuan baik dilakukan oleh pemerintah desa maupun Dinas Pertanian dalam hal ini penyuluhan pun tidak merata, hal ini kembali dipicu dikarenakan kedaekatan masyarakat dan penyuluh yang sangat kurang, sikap masyarakat yang cenderung tidak terbuka dan kurangnya motivasi petani dalam menekuni apa yang menjadi arahan penyuluh pertanian. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban mendorong dan memfasilitasi terbentuknya kelembagaan petani dan Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP). Kegiatan penumbuhan dan pengembangan kelembagaan ekonomi petani merupakan salah satu terobosan dalam rangka mengembangkan penyuluhan pertanian yang dihela pasar melalui penerapan berbagai metode pemberdayaan. Dengan adanya model ini diharapkan dapat diperoleh alternatif



83



pemberdayaan petani dalam pengembangan usaha yang dikelola oleh petani secara profesional di sektor pertanian. Peningkatan kapasitas kelembagaan petani bertujuan untuk meningkatkan skala ekonomi, efisiensi usaha dan posisi tawar petani. Hal ini diarahkan melalui peningkatan kelembagaan petani menjadi kelembagaan ekonomi petani dengan memberi peluang bagi kelompoktani, gabungan kelompoktani yang telah merintis kegiatan usaha produktif. Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan maka kami selaku peneliti mendapati bawasannya kelembagaan bersifat pertanian di Desa Margacinta ada dua yakni kelembagaaan koperasi dalam para petani dan kelembagaan koperasi pada pengelolaan bahan pertanian berupa kedelai yang dikelola dikoperasi menjadi tahu dan tempe, hal ini dikemukakan oleh Ketua Gapoktan desa Margacinta bawasanya beliau berpendapat: “Di Desa Margacinta memiliki 12 anggota kelompok tani yang dinaungi oleh Gapoktan, 11 kelompok tani bergerak ditanaman padi sawah dan 1 bergerak ditanaman Hortikultura, kalau untuk koperasi di Desa ini ada 2 yang 1 koperasi simpan pinjam berasis syariah dterhadap para petani dan kedua koperasi berbentu UKM pengelolaan kedelai menjadi tahu atau tempe dan simpan pinjam juga bagi para petan ” (Bapak KH. Abdul Choliq). Produksi padi sawah adalah jumlah atau banyaknya hasil padi sawah yang dihasilkan oleh setiap hektar sawah dari proses bercocok tanam padi sawah yang dilakukan oleh petani pada satu kali musim tanam, usaha tani merupakan suatu proses produksi, untuk lebih jelasnya mengenai produksi pada komonditas padi sawah tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut.



84



Tabel 4.10. Tabel Berdasarkan Produksi Komoditas Padi Sawah 3 Tahun Terakhir di Desa Margacinta . No. Tahun Produksi (Ton) 1. 2015 5,5 Ton/Ha 2. 2016 6 Ton/Ha 3. 2017 6,2 Ton/Ha 4. 2018 5,0 Ton/Ha Sumber Data : Kantor BPP Kecamatan Moramo, Kepala Petanian Kecamatan (KPK) Tahun 2018. Berdasarkan tabel 4.10 menggambarkan bahwa terjadi peningkatan produksi padi sawah setiap tahunnya yang mana pada tahun 2015 (5,5 Ton/ha), 2016 (6 Ton/Ha) dan 2017 (6,2 Ton/ha) dan terjadi penurunan pada tahun 2018 dengan produksi 5,0 Ton/ha. Penyuluhan pertanian merupakan agen perubahan yang langsung berhubungan dengan petani. Fungsi utamanya yaitu mengubah perilaku petani dengan pendidikan non formal sehingga petani mempunyai kehidupan yang lebih baik secara berkelanjutan. Penyuluh dapat mempengaruhi sasaran dalam perannya sebagai



motivator,



edukator,



dinamisator,



organisator,



komunikator,



maupun sebagai penasehat petani (Jarmie 2000). Menurut Mounder dalam Suriatna (1988), menjelaskan bahwa penyuluhan pertanian sebagai sistem pelayanan yang membantu masyarakat melalui proses pendidikan dalam pelaksanaan teknik dan metode berusahatani untuk meningkatkan produksi agar lebih berhasil guna dalam upaya meningkatkan pendapatan. Namun hal ini tidak terdapat di Desa margacinta Sehingga pada tahapan pelaksanaan penyuluhan pertanian ini adanya kitidak selarasan antara penyuluh pertanian dengan para petani padi sawah di Desa Margacinta yang menyebabkan



85



ketidak maksimal kinerja pelaksanaan penyuluhan pertanian sehingga terkategori rendah. 4.3.3. Tahap Evaluasi Evaluasi merupakan alat untuk mengambil keputusan dan menyusun pertimbangan-pertimbangan. Dari hasil evaluasi dapat diketahui: sejauh mana keberhasilan pencapaian target dari kegiatan yang sudah dilakukan, dapat mengetahui masalah yang dihadapi dan alternatif pemecahannya sehingga dapat digunakan untuk menyempurnakan rencana kerja berikutnya. Keberhasilan penyuluhan dapat dilihat dari perubahan perilaku, sikap dan keterampilan petani sasaran dalam melakukan usahataninya. Petani yang cepat menyerap informasi akan menjadi petani yang mandiri dan bisa membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam usahataninya misalnya dalam tehnik budidaya dan pengendalian OPT. Dalam melihat seberapa jauh kegiatan penyuluhan pertanian tentu kita merujuk



kembail



pada



Peraturan



Menteri



Pertanian



Nomor



91/Permentan/Ot.14OI9/2013 tentang indikator penilaian kinerja penyuluhan pertanian dalam segi evaluasi, untuk lebih jelasnya kita lihat pada Tabel 4.11 tentang kinerja penyuluhan pertanian pada tahap evaluasi berikut. Tabel 4.11. Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Tahap Evaluasi Dalam Komoditas Padi Sawah di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan Persentase No. Nilai Jumlah (Orang) (%) 1,7 1. 76-100 (Tinggi) 1 98,3 2. 56-76 (Sedang) 56 3. < 55 (Rendah) 100 Jumlah 57 Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2018



86



Dalam melihat sejauh mana pengevaluasian kegiatan penyuluhan pertanian didesa Margacinta maka ada dua indikator yaitu melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian dan membuat laporan peleksanaan penyuluhan pertanian. Pada tabel diatas menunjukan bahwa kinerja penyluh pertanian pada tahap mengetakan



bahwa



kegiatan



evaluasi



kerap



dilakukan



oleh



penyuluh



dalam pendataan. Menurut Padmowiharjo (1999) Bahwa evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses yang sistematis untuk memperoleh informasi yang relefan tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan disuatu wilayah sudah dapat dicapai dan menafsirkan informasi atau data yang didapat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang kemudian dapat digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan. Tujuannya adalah ketika terdapat kesalahan dalam program dapat segera diperbaiki oleh penyuluh pertanian wal hasil program kedepan dapat terealisasi dengan maksimal. Dalam pelaksanaan evaluasi oleh penyuluh pertanian, penyuluh keram melakukan kunjungan terhadap ketua kelompok tani untuk menelaah apakah program penyuluhan berjalan dengan baik ataukah tidak dan penyuluh juga kerap melkukan kunjungan terhadap ketua kelompok tani yakni pada massa pertama penanaman dan pemanenen. Laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian ini menjadi kewajiban yang mesti dilakukan oleh penyuluh pertanian hal ini dilakukan oleh penyuluh pertanian mulai dari laporan penyuluhan laporan setiap bulan, laporan try wulan dan laporan tahunan ini cukup menunjang kinerja penyuluh pertanian.



87



Pada dasarnya pengetahuan dan wawasan yang memadai dari kegiatan penyuluhan dinilai dapat digunakan untuk memecahkan sebagian masalah yang dihadapi oleh petani, akan tetapi pada kenyataannya sebagian petani tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan bahkan adanya kecenderungan tidak percaya dengan program yang diadakan oleh penyuluh pertanian hingga saat ini. Dari permasalahan ini maka penerapan teknologi yang selama ini di tawarkan oleh penyuluh menjadi kurang diperhatikan sehingga tingkat penerapan teknologi pertanian dalam mendukung usahataninya juga menjadi semakin rendah. 4.4. Masalah Kinerja Penyuluh Pertanian Permasalahan-permasalahan dalam penelitian merupakan gambaran dari tidak optimalnya kinerja penyuluh dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya petani padi sawah, dan hal itu adalah sesuatu yang sangat ironis, disatu sisi potensi lahan cukup luas dan ketertarikan masyarakat terhadap sektor pertanian sangat tinggi dan hal ini mestinya menjadi acuan maksimal dalam meningkatkan taraf ekonomi masyarakat pada sektor pertanian dan dengan didukung oleh kinerja pelayanan penyuluhan pertanian lapangan yanag baik. Permasalahan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yakni permasalahan pada penyuluh pertanian sebagaimana digambarkan pada Tabel 4.11



dan permasalahan pada petani,



88



Tabel 4.12 Permasalahan Kinerja Penyuluhan Pertanian Di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Permasalahan Penyuluh Dan Petani Padi Sawah Di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan 1. Kurangnya keterlibatan penyuluh



Faktor Yang Menyebabkan Permasalahan Kegiatan Penyuluhan Di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan 1. Tempat tinggal penyuluh yang



pertanian di Desa Margacinta



terbilang cukup jauh yaitu di Konda.



Kecamatan Moramo Kabupaten



2. Kurangnya interaksi penyuluh



Konawe Selatan



bersama petani sehingga menyebabkan



2. Program penyuluhan pertanian yang



ketidaktahuan kebutuhan petani oleh



memiliki ketidak sesuaian



penyuluh pertanian.



3. Penyuluh Pertanian yang jarang



3. Penyuluh Pertanian menengani 3



hadir dilapangan



desa sekaligus sehingga keefektifan



4. Keterbukaan antara penyuluh dan



dalam melakukan tugasnya sangat



petani sangatlah kurang



minim



5. Sulit mengumpulkan petani



4. Kurangnya keterbukan antara penyuluh dan petani dalam berinteraksi ataupun pertemuan-pertemuan. 5. kesibukan petani dalam pertemuan kadangkala membuat petani malas dalam pertemuan dengan anggapan lebih efektif melakukan kerja yang lain.



Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2018



89



V. PENUTUP



5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang kinerja penyuluh pertanian terhadap petani padi sawah maka dapat disimpulkan bahwa: 1.



Kinerja penyuluh pertanian di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan belum optimal dimana pada tahap persiapan dan tahap pelaksanaan kinerja penyuluh



berada pada kategori rendah,



sedangkan pada tahap evaluasi berada pada kategori sedang. 2.



Penyebab ketidakoptimalan kinerja penyuluh Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan disebabkan 2 hal, yakni 1) dari sisi penyuluhnya sebagai sebuah sistem yaitu terdapatnya permasalahan pribadi yang tidak didukung penghayatan akan panca etika penyuluh dalam pelaksanaan program kerjanyanya dan kebijakan pemerintah tentang ketenaga kerjaan penyuluh pertanian, dan 2) kekeliruan persepsi dari petani dalam memandang pentingnya kehadiran penyuluh pada usaha tani mereka.



5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis menyarankan hal sebagai berikut: 1.



Kepada penyuluh pertanian di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan diharapkan dapat mengaplikasikan panca etika penyuluhan dalam melaksanakan tugas penyuluhannya sehingga keefektifan dalam hasil produksi padi sawah yang diperoleh di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan mendapatkan hasil yang



90



lebih baik, dan kehadirannya di usahatani masyarakat menjadi hal yang sangat dibutuhkan. 2.



Kepada penentu kebijakan Penyuluhan Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Konawe Selatan, dalam menugaskan penyuluh pertanian di daerah untuk disesuaikan dengan kondisi wilayah daerah masing-masing, dengan menyiapkan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, sehingga penyuluh lapangan dapat maksimal bekerja ditempat tugas yang diberikan.



3.



Diharapkan ketua kelompok dan para petani agar lebih membuka wawasan tentang pentingnya kegiatan penyuluhan dan partisipasi oleh petani padi sawah pun dapat terjaga sehingga keselarasan penyuluh dan petani di Desa Margacinta Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan dapat terjalin dengan baik



91



DAFTAR PUSTAKA



Adjid, DA. 2001. Penyuluh Pertanian. Yayasan Sinar Tani. Jakarta. Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. PustakaSetia. Bandung. Ahmad, Zainal Arifin (2012). Perencanaan pembelajaran (dalam desai sampai implementasi). Yogyakarta : Peagogia. Alderfer, Clayton P.,(2004). An Empirical Test of a New Theory of Human Needs; Organizational Behaviour and Human Performance, volume 4, issue 2, pp. 142–175, May 1969 Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan Pertanian Paradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi. Jakarta : Grasindo. Arikunto, S. 2006. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Azwar, S.2010. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. 2015. Statistik SDM Pertanian dan Kelembagaan Petani. Kementerian Pertanian. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2015. Moramo dalam Angka 2015. BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. Moramo BPS Sultra. 2014. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara. Bahua MI. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Perilaku Petani Jagung di Provinsi Gorontalo. Jurnal Ilmiah Agropolitan. Vol. 3 No. 1 hal 293 - 303. Institut Pertanian Bogor. Bogor Ban, Van Den A. W dan H. S Hawkins,. 1999. Penyuuh Pertanian. Konsius, Yogyakarta. Daft, Richard L. 2002. Manajemen Edisi Kelima Jilid Satu. Jakarta : Erlangga Departemen Pertanian. 2008. Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi NOMOR: 204/KPTS/HK.050/ 4/1989 KM.47/PW.004/HPPT-89 Tentang Koordinasi Pengembangan Wisata Agro Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi. [terhubung berkala]. http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/6342ec1



92



c781e8e3247256a48001c96ba/120408e34928878147256aa000249670?Ope nD ocument [22 April 2008]. Departeman Pertanian. 2009. Kebijakan nasional: penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian. Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Umum Penyuluh Pertanian.



Penyelenggaraan Revitalisasi



Dedi Rianto Hariadi. 2010. Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Tunggal mandiri Publising. Malang. Departemen Pertanian. 2006. Undang Undang Republik Indonesia No 16 Tahun 2006. Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Jakarta. Dillon, Justin & Meg Maguire. 2003. Becoming a Teacher Issues in Secondary Teaching. Maidenhead : Open university Press. Geladikarya. 2015. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan Handoko, T. Hani. 1991. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Hawkins dan Van den Ban. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta Hubies, VA. 2007. Motivasi, Kepuasan Kerja dan Produktivitas Penyuluh Pertanian Lapang Kasus Kabupaten Sukabumi. Jurnal Penelitian. Vol. 31 No.1 Hal 71-80. Institur Pertanian Bogor. Bogor Ida Suhrani. 2016. Kinerja Pelayanan Penyuluhan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar. Iqbal



dan Sudaryanto. 2008. Pembangunan Pertanian Indonesia. http://blogs.unpad.ac.id/abysanilaras/2010/06/13/pentingnyapembangunanpertanian-di-indonesia/ Iryanti, D. 2010 Analisis Kinerja, Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Agroindustri Kecil Kelanting (Studi Kasus di Desa Gantiwarno Kecamatan



Jahi, A., Ani, L. 2006. Kinerja Penyuluh Pertanian di Beberapa Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan. Vol. 2 No. 2 hal 34 – 42



93



Jurnal Ilmiah Agropolitan Volume 3 Nomor 1 April 2010 Kartasapoetra, G.1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta Kementerian Pertanian. 2014. Kebijakan Pembangunan Pertanian 20152016.Kementrian Pertanian. Jakarta. Kementrian Pertanian, 2016. Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Kerja Penyuluh Pertanian. Jakarta. Kasryno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Jagung Dunia Selama Empat Dekade yang Lalu dan Implikasinya Bagi Indonesia. Badan Litbang: Nasional Agribisnis Jagung. Krisnamurthi B. 2003. Agenda Pemberdayaan Petani Dalan Rangka Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional. Artikel Jurnal Ekonomi Rakyat th. II No. 7 Oktober 2003. www.ekonomirakyat.org Lubis, RA. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertaniandi Kabupaten Mandailing Natal. Tesis. Universtas Sumatera Utara. Medan Mardikanto , T dan Sutarni. 1987. Petunjuk Penyuluhan Pertanian. Usaha Nasional, Surabaya. Mardikanto, T., 1993, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Sebelas Maret University Press, Surakarta. Mardikanto T., 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta. Universitas Sebelas Maret (UNS) Press. Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta Meier, M.G. 1995. Leading Issues in Economics Development, Sixth Edition, Mc. Graw Hill, International Edition Finance Series. Singapore. Mosher, AT. 1981. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV. Yasa Guna. Jakarta. Undang-undang No. 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Peraturan Pemerintah Pertanian Republik Indonesia. 2016. Pembinaan Kelembagaan Petani. Kementerian Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Petani. Jakarta.



94



Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementrian Pertanian. 2016. Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian. Prasojo,Eko. 2006. Aditya perdana, Norr Hiqmah, Kinerja Pelayanan Publik: Persepsi Masyarakat terhadap Kinerja, Keterlibtan dan Partisipasi dalam Pelayanan Pendidikan, Kesehatan dan Kependudukan. Jakarta:Yappika. Santi. 2016. Tingkat Peranan Penyuluh Pertanian Tanaman Pangan di BP3K Kecamatan Pringsewu. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung Samsudin S, U.1994. Manajemen Penyuluhan Pertanian. Bina Cipta. Bandung. Sapar. 2012. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Kompetensi Petani Kakao di Empat Wilayah Sulawesi Selatan. Jurnal Penyuluhan. Maret 2012, Vol. 8 No 1 hal 297 305. Bogor. Sarwono, Sarlito W. & Eko A. Meinarno. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Setiana,L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.Yogyakarta : Penerbit ANDI. 137 hal Simatupang, Pantjar dan Niswar Syafa’at, 2000, “ Strategi Pembangunan Ekonomi Nasional Industrialisasi Berbasis Pertanian.”. Makalah dalam Konggres XIV ISEI, 21-23 April 2000, Makassar Slamet, M. 2001. Menata Sistem Penyuluhan Pertanian Menuju Pertanian Modern. Tim 12 Departemen Pertanian. Jakarta. Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta : Rineka cipta). Edisi revisi Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Suhardiyono, L. 1988. Erlangga.Jakarta.



Penyuluh:



Petunjuk



Bagi



Penyuluh



Pertanian.



Sudaryanto, T. dan D.K.S. Swastika. 2007. Ekonomi kedelai di Indonesia. hlm. 127. Dalam Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Suharyon. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Penyampaian Informasi Teknologi Pertanian. Jurnal Penyuluhan. Vol. 3 No. 2 Hal 297- 304. Universitas Jambi. Jambi



95



Sulistiyani. 2003. Management Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Jakarta. Sumual, SN. 2011. Kajian Kinerja Penyuluh Pertanian di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Amurung Timur. Jurnal Penyuluhan. April 2011, Vol. 3 Hal 374 - 394. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suryana, Achmad. 2005. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Andalan Pembangunan Nasional. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Anjak_2005_IV_pdf. Zeithaml, A.Valarie, Parasuraman, Berry. (2012). Delivering Quality Service. New York: Free Press.



96



LAMPIRAN



97



Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian.



98



Lampiran 2. Data Responden Nama Paulus Andarita SP Usep Hendrawan Kasim Mustolih Mugiono Ondo Juwanda Putu Ardika Andi Susanto Muh. Nur Ramadhan Muhlasin Sarno Abdul Ghani Masdar Aep Saepudin Solihin S.Ag Sono Yuprizal Kamilin Sodri Abdul Cholik Ponijan Paiman Muarif Hamim S.Pd Saja Sudana Endang Hermawan Badrudin Saryoto Toyo Susanto S.Pd Rosyid S.Pd Masrun Masrudin Ridwan Junaidi Satiman Amin Nurahman Taufik Hidayat Syifa Urohman Jidul Tata



Umur (Tahun) 41 45 61 43 47 42 45 31 28 43 52 51 62 34 29 48 36 57 68 72 55 53 47 45 77 42 37 41 51 57 59 52 43 44 49 33 55 32 43



Pendidikan S1 SMA SMP SMP SMP SMA SD SMA SMA SMP SD SMP SD SMA S1 SD SMA SD SMP SMP SMP SD SMP S1 SD SMP SMA SMA SMP S1 S1 SMP SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA



Pengalaman bertani (Tahun) 10 15 45 20 25 21 27 5 8 20 30 31 35 14 5 32 15 35 41 45 35 30 15 10 46 20 15 10 20 25 20 32 15 10 25 10 25 10 20



99



Kundang Muharir Supriyanto Ina Sumarna Suparjo Muhaimin Irfanuddin Anasruddin Nasirun Salimin Jajat Sudrajat Enceng Mhailana Mamat Ahmad Nasirin Dalman Sunarto Rudi Romansyah



47 35 27 56 41 42 34 42 69 52 41 47 42 35 77 54 32



SMP SMA SMA SMP SMP SMP SMA SMP SD SD SMA SMP SMP SMA SD SD SMA



25 13 5 30 20 15 5 15 35 30 10 15 25 10 40 30 11



100



Lampiran 3. Daftar Pertanyaan KUESIONER PETANI “Kinerja Penyuluh Pertanian Pada Petani Padi Sawah di Desa Margacinta kec Moramo Kab Konawe Selatan”



1.



Identitas Responden a. Nama



:



b. Alamat (Dusun/RT/RW)



:



c. Umur



:



d. Pendidikan Terakhir



:



e. Pengalaman Berusaha Tani



:



: (Tahun)



(Tahun)



2. Berilah Tanda ( ⱱ ) Untuk Jawaban Yang Akan di Beri Skor Pada Setiap Pertanyaan di Bawah Ini :



101



Indikator Penilaian Kinerja PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN EVALUASI.



NO



1



2



3



Pertanyaan



Apakah penyuluh membuat data potensi wilayah?



Apakah Penyuluh Membantu Pengwalan Atau Pendampingan Penyusunan RDKK?



Apakah Penyuluh Melakukan Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian Desa?



Parameter a. Peta Wilayah Binaan b. Peta Potensi Wilayah c. Data Potensi Wilayah Binaan d. RKP (Rencana Kegatan penyuluhan ) dalam bentuk jadwal bulanan a. RUK/RUB (Rencana usaha kelompok/rencana usaha bersama) b. RDK (Rencana definitif definitif Kelompok) c. RDKK (rencana definitif kebutuhan kelompok) d. RDKK pupuk bersubsidi sesuai kebutuhan petani a. Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian Desa b. Rekapitulasi Programa Desa c. Pemeringkatan Masalah d. Membuat draf programa



5



4



a,b,c, dan d dibuat (sangat memenuhi)



b dan d dibuat ( memenuhi)



Memandu Merumuskan a,b,c dan d (sangat memenuhi)



Terlibat dalam kegiatan a,b,c,d dan e (sangat memenuhi)



Skor Jawaban 3



2



1



c, dan d dibuat (cukup memenuhi)



a dan d dibuat (tidak memenuhi)



d dibuat (sangat tidak memenuhi)



Memandu Merumuskan b,c dan d ( memenuhi)



Memandu Merumuskan a,c dan d (cukup memenuhi)



Memandu Merumuskan c dan d (tidak memenuhi)



Memandu Merumuskan a atau b (sangat tidak memenuhi)



Terlibat dalam kegiatan a,c,d dan e (memenuhi)



Terlibat dalam kegiatan a,d dan e (cukup memenuhi)



Terlibat dalam kegiatan b dan d (tidak memenuhi)



Terlibat dalam kegiatan e (sangat tidak memenuhi)



102



4



Apakah Penyuluh Membuat Rencana Kerja Tahunan Penyuluhan pertanian (RKTPP)?



5



Apakah Penyuluh Melaksanakan Desiminasi/Penyebaran Materi Penyuluhan Sesuai kebutuhan Petani (dalam 1 Tahun)?



e. Singkronisasi kegiatan penyuluhan a. Keadaan wilayah(potensi, produktifitas, lingkungan usaha pertanian, prilaku petani dll b. Penetapan tujuan c. Penetapan masalah d. Rencana kegiatan (menggambarkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan, bagaimana caranya, siapa yg melakukan siapa sasarannya, kapan berapa biaya dan hasil apa yg dicapai untuk mencapai masalah dalam bentuk matrik)



a,b,c, dan d dibuat (sangat memenuhi)



b dan d dibuat (memenuhi)



c dan d dibuat (cukup memenuhi)



a dan d dibuat (tidak memenuhi)



d dibuat (sangat tidak memenuhi)



Menyebarkan Menyebarkan Menyebarkan Menyebarkan Menyebarkan >12 5-7 2-4 hanya 1 8-12 judul/topik judul/topik judul/topik judul/topik judul/topik (sangat (cukup (tidak (sangat tidak (memenuhi) memenuhi) memenuhi) memenuhi) memenuhi)



103



6



7



8



Apakah penyuluh melaksanakan penenrapan metode penyuluhan pertanian diwilayah binaan dalam bentuk kunjungan/tatap muka (perorangan/kelompok/masal) dalam 1 th terakhir?



≥ 60 kali (sangat memenuhi



Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian diwilayah binaan dalam bentuk demonstrasi (dalam 1 th terakhir)?



≥ 3 kali (sangat memenuhi



2 kali (cukup memuaskan)



1 kali (sangat tidak memuaskan)



≥ 3 kali (sangat memenuhi



2 kali (cukup memuaskan)



1 kali (sangat tidak memuaskan)



Apakah penyuluh melaksanakan penerapan metode penyuluhan pertanian diwilayah binaan dalam bentuk temu-temu (temu lapang, temu wicara, temu tekhnis, temu karya, temu usaha) (dalam 1 th terakhir)?



45s/d 59 kali (memenuhi)



30 s/d 44 kali 15 s/d 29 kali (cukup (tidak memenuhi) memenuhi)



> 15 s/d 1 kali (sangat tidak memenuhi)



104



9



10



Apakah penyuluh Melaksanakan Penerapan Metode Penyuluhan Pertanian di Wilayah binaan dalam bentuk kursus (1 th terakhir)?



apakah penyuluh melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses infiormasi dalam mengembangkan usahatani?



11 Apakah penyuluh menumbuhkan Kelompok tani atau gapoktan dari aspek kualitas dan kuantitas?



12



Apakah penyuluh Meningkatkan Kelas Kelompok tani dari aspek kualitas dan kuantitas?



≥ 3 kali (sangat memenuhi



a. Memberi informasi dan menunjukan sumber informasi dilakukan b. Membangun jaringan kerja antar petani dilakukan c. Membangun kemitraan d. Memandu membuat proposal kegiatan a. Kelompok tani ke kelompok tani b. Gapoktan



a. Dari kelompok tani pemula ke lanjut b. Dari kelompok tani lanjut ke madya



1 kali (sangat tidak memuaskan)



2 kali (cukup memuaskan)



a,b,c, dan d dilakukan (sangat memenuhi)



a,b dan c dilakukan (memenuhi)



a dan b dilakukan (cukup memenuhi)



a dan d dilakukan (tidak memenuhi)



a dilakukan (sangat tidak memenuhi)



Lebih dari 2 kelompok tani dan 1 gapoktan (sangat memenuhi)



2 kelompok tani (memenuhi)



1 Gapoktan (cukup mmemenuhi)



1 Kelompok tani (tidak memenuhi)



Tidak ada penumbuhan (sangat tidak memenuhi)



Lebih dari 3 kelompok tani (sangat memenuhi



3 kelompok tani (memenuhi)



2 kelompok tani (cukup memenuhi)



1 Kelompok tani (tidak memenuhi)



Tidak ada penumbuhan (sangat tidak memenuhi)



105



c. Dari kelompok tani madya ke utama Apakah penyuluh Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari aspek jumlah, dan kualitas 13



14



15



16



a. BUMP berbentuk perseroan terbatas dan sudah berbadan hukum b. BUMP berbentuk Memfasilitasi Memfasilitasi Memfasilitasi perseroan terbatas dan Memfasilitasi Memfasilitasi a,b,c dan d a dan b d (sangat belum berbadan hukum a,b dan c c dan d (tidak (sangat (cukup tidak c. BUMP berbentuk koperasi (memenuhi) memenuhi) memenuhi) memenuhi) memenuhi) tani dan sudah berbadan hukum d. BUMP berbentuk koperasi tani dan belum berbadan hukum



Apakah Penyuluh mampu meningkatkan produksi komunditas unggulan dibandingkan produksi sebelumnya? Apakah penyuluh melakukan Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian?



Apakah Penyuluh Membuat laporan pelaksananna



a. Laporan setiap bulan b. Laporan setiap try wulan



5 % atau lebih (sangat Memenuhi)



4-