Padi Sawah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara agraris. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sehingga, tanaman padi merupakan makanan pokok bagi Negara Indonesia. Namun, sering kali para petani mengalami gagal panen hal ini disebabkan karena adanya penyakit dan hama yang menyerang tanaman padi. Tanaman padi merupakan tanaman pokok untuk keperluana hidup, namun ia harus menghadapi berbagai tantangan dan kendala.baik berupa fisik, sosial/ekonomi dan biologis yang mengancam keberhasilan produksinya1. Salah satu yang menyebabkan petani gagal panen adalah kendala biologis yag sangat penting ialah adanya berbagai spesies organisme, yang biasanya disebut organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang



menyerang



tanaman



budidaya



tersebut



sehingga



dapat



mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi , atau bahkan meengalami gagal panen2. Dalam mengatisipasi terjadinya ledakan OPT maka perlu dilakukan pengamatam rutin, peramalan dan cara-cara pengendalian yang sesuai dengan konsep PHT 3. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Mulanya kegiatan ini banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun, saat ini hampir seluruh daerah di Indonesia sudah tidak asing



lagi



dengan



kegiatan



menanam



padi



di



sawah. 1



Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas (yang sering disebut pengolahan tanah sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah amatlah boros. Padahal ketersediaan air semakin terbatas. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan. Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air cukup banyak untuk hidupnya. Memang tanaman ini tergolong semi aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian, padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang. Istilahnya adalah padi gogo. Namun kebutuhan airnya harus terpenuhi.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Mengenai Tanaman Padi Kendala yang dihadapi para petani dan pelaku agribisnis skala kecil untuk mengembangkan usahanya salah satunya adalah kurang aksesnya ke sumber-sumber permodalan. Ketersediaan sumber permodalan yang dapat diakses oleh petani masih sangat terbatas, sehingga pembelian input usahatani padi terkadang disesuaikan dengan modal sendiri yang tersedia. Hal ini berakibat kepada pencapaian produksi usahatani padi yang kurang maksimal. Kesulitan akses yang cukup pada lembaga keuangan (mikro), hampir seluruh rumah tangga miskin akan bergantung pada kemampuan pembiayaannya sendiri yang sangat terbatas atau pada kelembagaan keuangan informal seperti rentenir, tengkulak ataupun pelepas uang. Kondisi ini akan membatasi kemampuan kelompok miskin berpartisipasi dan mendapat manfaat dari peluang pembangunan. Kelompok miskin yang umumnya tinggal di pedesaan dan berusaha di sektor pertanian justru seharusnya lebih diberdayakan agar mereka bisa keluar dari lingkaran kemiskinan. Sektor pertanian tentu saja akan tetap menjadi sektor kunci dalam upaya pengentasan kemiskinan serta memperkokoh perekonomian pedesaan (Krinamurti, 2003) Menurut Mudlak (1988), perkembangan sektor pertanian tidak mungkin terjadi tanpa akumulasi modal. Perubahan teknologi pertanian 3



sebagai pemacu pertumbuhan sektor pertanian dalam arti luas akan diikuti oleh perkembangan kebutuhan modal. Pada umumnya masalah yang dihadapi sebagian besar petani (terutama petani kecil) adalah tidak sanggup membiayai usahataninya dengan biaya sendiri. Sehingga diperlukan sumber modal lain diluar dana pribadi berupa pinjaman atau kredit. Menurut Mubyarto (1977), modal adalah faktor produksi yang penting setelah tanah dalam produksi pertanian dalam arti sumbangannya pada nilai produksi. Sumber modal petani sangat beragam baik yang berasal dari lembaga kredit formal maupun informal. Petani sebagai pelaku agribisnis yang bergerak pada subsistem budidaya relatif diharapkan pada risiko usaha yang sangat besar. Risiko ini terutama berkaitan dengan sifat kegiatan pertanian yang tergantung pada musim. Berbicara mengenai masalah permodalan dalam pertanian tidak bisa lepas dari masalah kredit, karena kredit tidak lain adalah modal pertanian yang diperoleh dari pinjaman (Mubyarto, 1977). Kredit adalah alat untuk membantu pembentukan modal. Memang ada petani yang dapat memenuhi semua kebutuhan modalnya dari kekayaan yang dimilikinya, bahkan petani kaya dapat meminjamkan modal kepada petani lain yang membutuhkan. Secara ekonomi, modal pertanian dapat berasal dari milik sendiri atau pinjaman dari luar. Modal yang berasal dari luar usahatani biasanya merupakan kredit. Kredit pertanian diharapkan memiliki kontribusi terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani dengan memanfaatkan



kredit



tersebut



dengan



efektif.



Petani



dalam



menyelenggarakan kegiatan usahatani berusaha supaya produksinya tinggi, yaitu dengan cara memadukan faktor produksi yaitu tanah, tenaga 4



kerja, modal dan manajemen yang baik. Produksi tersebut merupakan proses penggunaan sumber daya, jasa atau kedua-duanya (Malcham, 1991). Penerapan teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas usahatani bukan hanya membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga modal untuk membeli input yang dibutuhkan. Faktor modal memegang peranan penting yang dipertimbangkan petani sebelum melakukan usahatani (Hermanto, 1992). Modal diperlukan terutama untuk pengadaan sarana produksi (benih/bibit, pupuk dan pestisida) yang dirasakan petani semakin mahal harganya. Sumber dana yang berasal dari rumah tangga petani sering dipandang tidak cukup untuk membiayai peningkatan usahataninya, karena pada umumnya rumah tangga petani di Indonesia adalah petani kecil dan bermodal lemah. Keputusan untuk mengakses sumber permodalan sangat ditentukan oleh faktor internal dan eksternal petani. Pemerintah sudah berupaya meningkatkan aksesibilitas petani dan ketersediaan sumber permodalan melalui berbagai program seperti pengembangan lembaga keuangan mikro pertanian melalu Pengembangan Usaha Pertanian Perdesaan (PUAP), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), dan berbagai program lainnya. Namun masih banyak petani yang hanya menggunakan modal sendiri saja untuk usahataninya. Mulyaqin dan Astuti (2013) menyatakan terdapat beberapa alasan petani hanya menggunakan modal sendiri diantaranya 1) Modal sendiri sudah mencukupi untuk melakukan usahatani padi; 2) Tidak mengetahui prosedur pinjaman kredit; 3) Prosedur pinjaman sulit; 4) Tidak mempunyai agunan. Kajian ini bertujuan 5



untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk memanfaatkan sumber permodalan selain dari modal sendiri atau modal yang dimiliki oleh petani untuk melakukan usahatani padi sawah.



6



BAB III PEMBAHASAN A. PERMASALAHAN PETANI PADI Bercocok tanam padi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tanaman padi yang dibudidayakan belum tentu berhasil karena sewaktu-waktu bisa saja terjadi, kegagalan panen yang mengakibatkan kerugian dialami karena berbagai faktor yang berada di luar jangkauan petani. Bisa karena banjir, kekeringan, atau serangan hama dan penyakit tanaman. Tingkat kerugiannya sangat beragam, dari termasuk kategori rendah, menengah, sampai gagal total karena sama sekali tidak terpungut hasilnya atau puso. Bagi petani, kegagalan panen bisa merupakan neraka kecil. Pertama, mereka sudah mengerahkan seluruh modal dan kemampuannya untuk tanaman padi musim tanam tersebut, termasuk modal pinjaman sekali pun. Yang kedua, kemampuan bertahan sebagian besar petani pada setiap musim tanam rata-rata berkisar antara dua dan tiga bulan. Bahkan, dengan bergesernya gaya hidup dan rendahnya nilai tukar petani, kemampuan itu menjadi lebih rendah lagi. Kemampuan bertahan tersebut sangat dipertaruhkan, terutama pada musim paceklik. Musim ini ditandai dengan makin berkurangnya lapangan pekerjaan di sektor pertanian atau bahkan tidak tersedia sama sekali.



7



Sementara harga kebutuhan pangan, terutama beras, makin meningkat akibat pasokan berkurang. B. Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil panen Mahasiswa Polbangtan Gowa melakukan penelitian tentang masalahmasalah padi yang terdapat sawah Buttadidi, kecamatan Mawang . Adapun masalah yang bisa merusak padi yaitu; A.



Pengolahan



lahan



yang



kurang



baik



Cara mengolah lahan pertanian yang buruk dapat menyebabkan hasil panen yang kurang berkualitas dan bahkan dapat mengalami gagal panen. B.



Kondisi



Air



Di



Daerah



Sekitar



Lahan



Pertanian



Kekeringan sebagai akibat rendahnya curah hujan di berbagai tempat mengakibatkan debit air permukaan menyusut. Sungai-sungai mengering, bendungan tidak berfungsi optimal, dan volume air waduk menyusut. Gambaran itu merupakan isyarat lampu kuning untuk sektor pertanian. Air merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya tanaman padi. Walau sampai sekarang belum ada penelitian, air memiliki kontribusi yang tidak kecil dalam menunjang tingkat produktivitas tanaman padi, selain bibit, pupuk, dan perawatan tanaman dari serangan hama dan penyakit tanaman. Kenyataan di lapangan menunjukkan, tanpa air, tanaman padi bisa mati karena kekeringan atau paling tidak produktivitasnya rendah.



8



C.Bibit padi Salahnya pemilihan bibit padi saat penanaman taman padi dapat mengakibatakan kualitas dan kuantitas padi yang kurang baik. D. Terserang hama dan penyakit-penyakit 



Penggerek



Batang



Padi



Penggerek



batang



padi



merupakan hama yang sangat penting pada padi dan sering menimbulkan kerusakan yang menurunkan hasil panen secar nyata. Terdapatnya penggerek di lapang dapat dilihat dari adanya ngengat dan kelompok telur di pertanaman,dan larva/ulat di dalam batang . Mekanisme kerusakannya adlah larva makan sistem pembuluh tanaman di dalam batang. 



Penyakit



Blas



(Priculria



grisea)



Penyakit Blas menginfeksi tanaman padi pada setiap fase pertumbuhan , gejala khas pada daun yaitu 9



bercakberbentuk belah ketupat lebar ditengah dan dan meruncing di kedua ujungnya.Ukuran bercak kira-kira 1,5 x 0,3 , 0,5 cm berkembang menjadi berwarna abu-abu pada bagian tengahnya. Daun-daun pada varietas rentan bisa mati.Bercak penyakit blas sering



sukar



dibedakan



dengan



gejala



bercak



coklat



Helminthosporium. 



Tungro



Gejala serangan tungro berupa pertumbuhan tanaman terhambat , kerdil , dan jumlah anakan berkurang , daun menguning sampai jingga dari mulai pucuk ke arah pangkal .Tanaman muda lebih rentan.Semakin muda umur tanaman terinfeksi , tanaman semakin menjadi kerdil dan produksinya semakin rendah.



10







Busuk Batang



Busuk batang merupakan penyakit yang menginfeksi pada bagian tanaman bagian kanopi dan menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Untuk cara mengamati penyakit ini bisa dengan membuka kanopi pertanaman terlebih dahulu. Oleh karena itu perlu diwaspadai bila terjadi rebah pada pertanaman, tanpa sebelumnya terjadi hujan dengan angin yang kencang. Gejala awal berupa bercak berwarna kehitaman serta bentuknya tidak teratur pada sisi luar pelapah daun dan secara bertahap membesar. Akhirnya cendawan menembus batang padi yang kemudian menjadi lemah, dan akhirnya anakan akan mati. Akibat akhirnya tanaman menjadi rebah. Pengendalian bisa dengan cara pengeringan petakan dan biarkan tanah hingga retak sebelum dialiri lagi. Di samping itu tunggul-tunggul padi sesudah panen harus dibakar atau didekomposisi.



11



C.



Cara



mengatasi



gagal



panen



Adapun usaha yang dilakukan agar tidak terjadi gagal panen adalah sebagai berikut:  Pengolahan Tanah Pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani – petani tradisional di Indonesia biasanya menggunakan cangkul, Traktor Pembajak, Pembajak dengan



ditarik



Kerbau/sapi.



pertama, tanah sawah yang akan dibajak di rendam air (biar lunak dan gampang nyangkulnya),kalo sudah selesai dibajak, dikasih herbisida, terus langsung ditanami padi, dibiarkan dulu 5-7 hari untuk menghilangkan racun di herbisida.  Pembuatan Benih dan persemaian. Benih unggul yang dibeli di toko pertanian biasanya harus direndam dengan air selama 24 jam, lalu ditiriskan biar hilang kandungan air berlebihnya, setelah itu di diamkan 48 jam, biar berkecambah dulu benihnya, baru disebar dan di pupuk.  Penanaman Pada fase ini, banyak yang perlu diperhatikan seperti cara tanam, jarak tanam, jumlah tanaman tiap lobang, dan kedalaman tanam dengan penggarap lahan yang lainnya.



12



 Pemeliharaan Di fase ini yang paling lama dan paling berat, biasanya 2 bulan – 3 bulan baru bisa dipanen. dalam fase ini banyak yang harus dilakukan, mengairi sawah, menyiangi rumput (gulma), menjaga dari hama termasuk ulat dan tikus, menjaga dari burung, dan lain-lain.  Cara Pemberian Pupuk Yang



perlu



diperhatikan



untuk



mengurangi



penurunan



ketersediaan pupuk adalah waktu dan cara pemberian pupuk. Pemberian pupuk yang tepat selama pertumbuhan tanaman Padi sawah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Sifat pupuk N umumnya mudah larut dalam air sehingga mudah hilang, baik melalui pencucian maupun penguapan. Untuk mengurangi kehilangan N, pupuk N sebaiknya diberikan secara bertahap, yaitu 1/2 bagian dosis pupuk N serta seluruh dosis pupuk P dan K diberikan pada awal tanam, sedangkan 1/2 dosis pupuk N diberikan pada umur 40 hari setelah tanam. Cara pemberian pupuk yang baik adalah dengan jalan menabur secara merata dipermukaan tanah/sawah dengan kondisi air + 5 cm. Penyusunan acuan rekomendasi pemupukan padi sawah didasarkan hasil-hasil analisa tanah dan hasil penelitian pemupukan padi sawah oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanaian Sultra dan Balai lainnya. Penentuan rekomendasi pemupukan didasarkan atas status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Filosopinya adalah pada tanah dengan status hara yang rendah, respon pemupukan sangat tinggi, status sedang 13



sedikit respon dan pada status hara tinggi tanaman tidak respon lagi. Artinya, pada tanah yang berstatus hara tinggi pemberian pupuk tidak mempengaruhi produksi, status sedang mempengaruhi produksi dan pada status rendah nyata mempengaruhi produksi.



14



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Tanaman padi yang berada di desa Buttadidi kecamatan Mawang ini mengalami kerusakan diantaranya batang bususk, daun berwarna coklat dan bulir bijinya terdapat tidak berisi. Dikarenakan terdapat hama dan penyakit yang berada disawah tersebut. Akibatnya banyak sekali halhal yang dapat menurunkan kualitas dan kuanlitas padi tersebut muali dari faktor bibit, linkungan, penyakit yang menyerang tanaman padi dan masih banyak lainnya. oleh karena itu kita harus mengetahui bagaimana caranya agar para petani mendapatkan kualitas dan kuantitasnya baik dan bermutu. Hal itu dapat dilakuakan dengan cara pemilihan bibit yang berkualitas, air dan tanah yang subur, penyemprotan obat padi agar tidak terserang penyakit, cara mengatasi padi yang terkena hama, dan faktorfaktor lainnya yang dapat menyebabkan petani gagal panen. 4.2 Saran Para petani perlu mengetahui hal-hal yang menyebabkan gagal panen agar tidak mengalaminya. Dan tau bagaimana cara pengolahan atau membibitan taman padi yang benar sehingga dapat menghasilkan panen yang berkualitas dan kuantitas yang baik.



15



DAFTAR PUSTAKA -Buletin peramalan. Balai petanian.2006 -Herman Ahmad.Cara Menanam Padi/www.google.com/file:///D:/Hamadan-Penyakit-Tanaman-Padi_files/ad_refresher.htm -www.google.com/file:///D:/Hama-dan-Penyakit-TanamanPadi_files/like.htm -www.google.com/file:///D:/Hama-dan-PenyakitPadi_files/DocPage_BetweenPage.htm Hermanto. 1992. Keragaan Penyaluran Kredit Pertanian : Suatu Analisis Data Makro.Monograph Series No.3. Perkembangan Kredit Pertanian di Indonesia (Andin H.Taryoto. Abunawan Mintoro. Soentoro. Hermanto (Editor). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Hal.63-85.



Malcham. 1991. Manajemen Usahatani Daerah Tropis.LP3S. Bogor Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Sosial Ekonomi (LP3ES). Jakarta. Mudlak, Y. 1988. Capital Accumulation: The Choice of Techniques and Agriculture Output, in Mellor and Achmad (Ed). Agriculture Price Policies for Development Countries. John Hopkins, London. Mulyaqin, Tian dan Astuti, Yati. 2013. Ketersediaan Dan Pemanfaatan Sumber Pembiayaan Usahatani Padi Sawah Di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Bulletin Ikatan BPTP Banten Volume 3 No. 1 16