Kista Ovarium Pada Kehamilan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KISTA OVARIUM PADA KEHAMILAN DAN ATONIA UTERI



DISUSUN OLEH : NURUL HIKMAH



PO.62.24.2.18.185



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA PRODI DIII KEBIDANAN REGULER XX B TAHUN 2020



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan Rahmat dan Hidayah-Nya lah saya bisa menyusun makalah yang berjudul “Kista Ovarium Pada Kehamilan dan Atonia Uteri” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami juga mengucapkan terimakasih kapada Seri Wahyuni, SST.,M.Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah “Obstetri” yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu menyumbangkan pikirannya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan di dalamnya, sehingga dalam kesempatan ini kami bermaksud untuk meminta saran dan masukan bagi semua pihak demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, akhir kata kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca.



Palangka Raya, Januari 2020



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Tujuan ................................................................................................. 2 C. Manfaat ................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4 A. Kista Ovarium pada Kehamilan ........................................................... 4 1) Definisi ........................................................................................... 4 2) Etiologi ........................................................................................... 5 3) Jenis-jenis Kista ............................................................................. 5 4) Klasifikasi ...................................................................................... 7 5) Patofisiologi ................................................................................... 12 6) Gejala Kehamilan dengan Kista Ovarium ..................................... 13 7) Komplikasi Kehamilan dengan Kista Ovarium ............................. 13 8) Penatalaksanaan Kehamilan dengan Kista Ovarium...................... 14 B. Atonia Uteri .......................................................................................... 16 1) Definisi ........................................................................................... 16 2) Gambaran Klinis ............................................................................ 18 3) Etiologi ........................................................................................... 19 4) Pencegahan Atonia Uteri................................................................ 20 5) Manajemen Atonia Uteri ................................................................ 21 BAB III PENUTUP .............................................................................................. 25 A. Kesimpulan .......................................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26



LAMPIRAN ........................................................................................ 27



ii



DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kista ovarium Gambar 2. Ovarium normal dan ovarium dengan kista dermoid Gambar 3. Kista ovarium Gambar 4. Kontraksi uterus normal dan atonia uteri



iii



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya tanpa risiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Sebagian ibu hamil akan mengahadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai berat yang



dapat



memberikan



ketidaknyamanan,



ketidakpuasan,



kesakitan,



kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan bayinya. Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan pasca persalinan, janin mati, partus tak maju atau partus lama serta infeksi. Kista juga penyakit yang ditakuti pada kehamilan, selain kejadiannya cukup banyak dan sering tanpa disadari atau gejala, kista juga dikhawatirkan dapat menganggu kehamilan. Jika kista dijumpai pada kehamilan, maka kehamilan dan kista ini saling dapat mempengaruhi karena kista sangat mungkin terus berkembang selama kehamilan, dimana hormon-hormon pada masa kehamilan dapat menjadi pemicu bertambah besarnya kista. Gangguan terhadap kehamilan tersebut antara lain dapat menyebabkan abortus dan persalinan prematur, terjadi kelainan letak janian, gangguan terhadap proses persalinan, dan menimbulkan gejala sesak napas karena dorongan pada diafragma. Pengangkatan kista bergantung dari besarnya kista dan usia kehamilan. Jika ukurannya kurang dari 5 cm maka dapat dilakukan pengangkatan kista saat kehamilan sudah memasuki usia 16 – 18 minggu. Operasi kista yang dilakukan sekitar umur hamil 16 – 18 minggu ini perlu adanya perlindungan hormon progesteron. Berdasarkan survei yang dilakukan pada periode januari-november 2015, ibu hamil dengan kista ovarium berjumlah 34 orang.



1



2



Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan, atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi. B. Tujuan a. Mengetahui definisi kista ovarium pada kehamilan dan atonia uteri b. Mengetahui etiologi kista ovarium pada kehamilan dan atonia uteri c. Mengetahui jenis-jenis dan klasifikasi kista ovarium pada kehamilan d. Mengetahui patofisiologi kista ovarium pada kehamilan e. Mengetahui gejala kehamilan dengan kista ovarium f. Mengetahui komplikasi kehamilan dengan kista ovarium g. Mengetahui penatalaksana kehamilan dengan kista ovarium h. Mengetahui gambaran klinis atonia uteri i. Mengetahui pencegahan atonia uteri j. Mengetahui manajemen atonia uteri



C. Manfaat 1. Manfaat Bagi Institusi Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang kista ovarium pada kehamilan dan atonia uteri 2. Manfaat Bagi Mahasiswa



3



Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.



4



BAB II PEMBAHASAN



A. Kista Ovarium pada Kehamilan 1) Definisi Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de Graaf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan epithelium ovarium. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi kepala ke dalam panggul.



Gambar 1. Kista ovarium



5



Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasannya bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan serosa dan berwarna kuning. Pengumulan cairan tersebut terjadi pada indung telur atau ovarium. Disimpulkan bahwa kista ovarium adalah kantong abnormal yang berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga dapat menyebabkan keganasan. 2) Etiologi Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi. Faktor resiko terjadinya kista ovarium : a. Riwayat kista ovarium sebelumnya b. Siklus menstruasi yang tidak teratur c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas d. Menstruasi dini e. Tingkat kesuburan f. Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang g. Terapi tamoxifen pada kanker mammae Sedangkan pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga akibat abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis kanker yang tercetus oleh radikal bebas atau bahan bahan karsinogenik. 3) Jenis-jenis Kista a)



Kista Fisiologis Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal normal saja. Sesuai suklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista



6



tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena dia masih mengalami menstruasi. Biasanya kista fisiologis tidak menimbulkan nyeri pada saat haid. b) Kista Patologis (Kanker Ovarium) Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi relative cepat, yang kadang tidak disadari si penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa awalnya agak sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak membesar serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses laparoskopi, sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan di bagian perut penderita. Setelah di angkat pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kista itu akan muncul kembali atau tidak.



7



Gambar 2. Ovarium normal dan ovarium dengan kista dermoid



4) Klasifikasi Kista ovarium dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium nonneoplastik dan tumor ovarium neoplastik jinak maka pembagiannya adalah sebagai berikut: 1. Tumor Non-neoplastik
 Tumor nonneoplastik jinak disebabkan karena ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen. a. Tumor akibat radang Termasuk disini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista tuboovarial.




Gambar 3. Kista ovarium



8



b. Tumor lain 1) Kista Folikel
 Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan menjadi membesar menjadi kista. Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia folikuli. Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai kematian ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel follikel. Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan follikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Biasanya besarnya tidak melebihi sebuah jeruk.Sering terjadi pada pubertas, climacterium, dan sesudah salpingektomi. 2) Kista Korpus Luteum
 Kista ini terjadi akibat perdarahan yang sering terjadi didalam korpus luteum, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. 3) Kista Lutein
 Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar seukurankepalan tangan.Tumbuhnya kista ini adalah akibat dari



pengaruh



hormon



koriogonadotropin



yang



berlebihan.Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum hematoma.Perdarahan ke dalam



9



ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi.Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan.Secara perlahan-lahan terjadi resorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tersisa cairan yang jernih, atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein sehingga pada kista korpus lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut. 4) Kista Inklusi Germinal Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian – bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. 5) Kista Endometrium
 Belum



diketahui



penyebabnya



dan



tidak



ada



hubungannya dengan endometroid. 6) Kista Stein-Laventhal
 Kista ini dikenal sebagai sindrom Stein-Laventhal dan kiranya



disebabkan



oleh



ketidakseimbangan



hormonal.Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polikistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak ditemukan corpus luteum.Secara klinis memberikan gejala yang disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme, sterilitas,



obesitas



dan



oligomenorrhoe.Kecenderungan



virilisasi mungkin disebabkan hyperplasi dari tunica interna



10



yang menghasilkan zat androgenik.Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomal dominan. 2. Tumor Neoplastik Jinak
 Tumor neoplastik jinak terdiri dari : a. Tumor Kistik 1) Kistoma ovarii simpleks
 Kistoma ovarii simpleks diduga kista ini adalah suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar.Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning.Pada



dinding



kista



tampak



lapisan



epitel



kubik.Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak.Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. 2) Kistadenoma Ovarii Musinosum
 Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen lainnya. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner. 3) Kistadenoma Ovarii Serosum




11



Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephitelium).Kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih



keabu-abuan.Ciri



khas



kista



ini



adalah



potensi



pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%.Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah.Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).



4) Kista endometrioid
 Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii. 5) Kista dermoid
 Kista dermoid suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur- struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen endoderm dan mesoderm. Bahan yang terdapat dalam rongga kista ini ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti bercampur dengan rambut.



lemak



12



5) Patofisiologi Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia



tropoblastik



gestasional



(hydatidiform



mole



dan



choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, hcg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel



13



permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram



6) Gejala Kehamilan dengan Kista Ovarium Gejala dan tanda tersebut berupa benjolan di perut, mungkin ada keluhan rasa berat. Gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan, oedem tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena desakan diafragma ke kranial. Bila kista tersebut menghasilkan hormon, kadang ada gangguan hormonal berupa gangguan haid. Kebanyakan massa ovarium bersifat asimtomatik selama masa kehamilan. Beberapa dapat menimbulkan tekanan atau nyeri kronis dan nyeri akut abdomen yang berhubungan dengan torsi, ruptur dan perdarahan. Kehilangan darah yang signifikan juga cukup dapat mengakibatkan keadaan hipovolemia.



7) Komplikasi Kehamilan dengan Kista Ovarium Pada trimester pertama kehamilan, kista ovarium biasanya bersifat fungsional tanpa komplikasi. Setelah 16 minggu kehamilan, frekuensi dari kista ovarium dilaporkan sebanyak 0.5 – 3,0%. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan dengan kista ovarium:



14



1. Torsi Ovarium Torsi ovarium merupakan komplikasi paling ditakuti dari kehamilan dengan kista ovarium. Terutama torsi ovarium yang disertai dengan terpuntirnya ovarium dapat menimbulkan manifestasi klinis berupa Fetal tachicardy yang disebabkan oleh iritasi yang terjadi pada peritoneum. 2. Malpresentasi Janin Hal ini dapat terjadi akibat proses impaksi dari kista ovarium pada rongga pelvik. 3. Sumbatan pada jalan lahir Kista ovarium yang berukuran besar dengan diameter lebih dari 8-10 cm, dapat menimbulkan gejala dan menghambat jalan lahir terutama pada kista yang terletak pada posterior cul-de-sac. 4. Instabilitas hemodinamik Ruptur kista ovarium dapat menimbulkan perdarahan dan tanda – tanda infeksi intraperitoneum. Beberapa keadaan kehamilan dengan ruptur kista ovarium dan dengan riwayat perdarahan yang berulang perlu dilakukan transfusi darah dan perbaikan hemodinamik.



8) Penatalaksanaan Kehamilan dengan Kista Ovarium Kista ovarium selama masa kehamilan dapat diklasifikasikan berdasarkan ukurannya : 5 cm (50%), 5-10 cm (25%), >10 cm (25%). Sebanyak 49% kista ovarium yang berukuran >5cm dapat sembuh tanpa intervensi.



Tindakan



operatif



abdomen



selama



kehamilan



dapat



menimbulkan komplikasi, termasuk keguguran spontan, ketuban pecah dini, persalinan preterm. Pemeriksaan USG telah sanggat membantu dalam memberikan jaminan terhadap intervensi tindakan operatif pada kehamilan dengan kista ovarium.



15



Intervensi operatif dianjurkan pada kondisi seperti :  Dicurigai sebagai suatu keganasan  Terdapat gejala dari komplikasi akut yang berkembang  Terdapat kista >5cm yang menetap pada usia kehamilan 16-18 minggu atau menunjukkan 30-50 % peningkatan ukuran selama masa kehamilan. Keuntungan dari tindakan operatif harus dipertimbangkan untuk kemungkinan timbulnya komplikasi terhadap kehamilan. Namun pada prakteknya, beberapa kista ovarium dijumpai secara tidak sengaja pada operasi sectio caesaria. Untuk mengeliminasi kemungkinan tindakan operasi masa yang akan datang dan untuk menghindari keterlambatan diagnosa dari suatu keganasan pada ovarium masa kista ovarium di insisi pada seluruh wanita yang melakukan persalinan dengan sectio caesaria. Pada beberapa kasus, wanita hamil dengan gejala akut yang diakibatkan dari torsi atau ruptur kista ovarium. Tindakan operatif darurat diperlukan untuk menangani komplikasi dan kemungkinan terjadinya kematian janin. Tindakan operatif secara umum tidak dianjurkan pada trimester pertama karena kemiripan yang tinggi dari kista korpus luteum, dan kemiripan dari keganasan dan kemungkinan dari kematian janin atau teratogenisitas. Selama awal sampai pertengahan trimester kedua, tindakan operatif elektif untuk penanganan kista ovarium dapat mengurangi indikasi dilakukan manipulasi uterus dan dapat mengurangi resiko komplikasi terhadap kehamilan. Tindakan operatif terhadap kista ovarium selama kehamilan selain dapat meningkatkan resiko kematian janin juga dapat meningkatkan resiko IUGR (intrauterine growth restriction.



16



Data menyebutkan bahwa laparascopy selama kehamilan pada trimester pertama dan kedua lebih aman daripada pilihan laparatomy. Laparoscopy lebih dianjurkan karena dapat mengurangi resiko manipulatif dari kehamilan intra uterine selama operasi kista ovarium. Walaupun lebih sulit



untuk



menjangkau dan



mengangkat



kista ovarium



secara



laparoscopy. Laparoscopic cystectomy pada kehamilan pertama sekali dilaporkan pada tahun 1991 oleh Nezhat et.al. dan kasus kedua pada tahun 1994 oleh Horward dan Vill. Sejak saat itu, untuk berbagai indikasi, tindakan operatif laparoscopic pada kehamilan telah meningkat secara signifikan diikuti dengan pemahaman para dokter ahli bedah mengenani tingkat keamanan secara umum untuk kehamilan. Kehamilan kemudian tidak lagi dianggap sebagai kontraindikasi absolut untuk prosedur laparoscopic. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa laparoscopy dan laparatomy tidak dikaitkan dengan kondisi janin berupa, berat badan lahir, usia gestasi, hambatan perkembangan, daya tahan hidup bayi dan malformasi janin.



B. Atonia Uteri 1) Definisi Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir) (Depkes Jakarta, 2002). Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2011).



17



Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik (Ai Yeyeh, Lia, 2010).



Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Apri, 2009).



Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan pasca persalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan.



Gambar 4. Kontraksi uterus normal dan atonia uteri



18



2) Gambaran Klinis Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus-menerus dan keadaan pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek. Denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah pucat dan dingin, dan napasnya menjadi sesak, terengah-engah, berkeringat dan akhirnya koma serta meninggal dunia. Situasi yang berbahaya adalah kalau denyut nadi dan tekanan darah hanya memperlihatkan sedikit perubahan untuk beberapa saat karena adanya mekanisme kompensasi vaskuler. Kemudian fungsi kompensasi ini tidak bisa dipertahankan lagi, denyut nadi meningkat dengan cepat, tekanan darah tiba-tiba turun, dan pasien dalam keadaan shock. Uterus dapat terisi darah dalam jumlah yang cukup banyak sekalipun dari luar hanya terlihat sedikit. Bahaya perdarahan post partum ada dua, pertama : anemia yang berakibat perdarahan tersebut memperlemah keadaan pasien, menurunkan daya tahannya dan menjadi faktor predisposisi terjadinya infekol nifas. Kedua: Jika kehilangan darah ini tidak dihentikan, akibat akhir tentu saja kematian (Human labor and birth, 1996). Tanda dan gejala atonia uteri sendiri menurut Ralph C. Benson & Martin L. Pernoll (2009), di antaranya: 1. Perdarahan pervaginam Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah. 2. Konsistensi rahim lunak



19



Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya. 3. Fundus uteri naik 4. Terdapat tanda-tanda syok, yaitu: a. nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih) b. tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg c. pucat d. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap e. pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih f. gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran g. urine yang sedikit (< 30 cc/ jam)



3) Etiologi Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain: overdistention uterus seperti gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi, umur terlalu muda atau terlalu tua, multipara dengan jarak kelahiran pendek, partus lama atau partus terlantar, malnutrisi, dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus (Ai Yeyeh, Lia, 2010). Grandemultipara: uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak besar berat badan lebih dari 4000 gr, kelainan uterus (miom uteri, bekas operasi), plasenta previa dan solusio plasenta (perdarahan antepartum), partus lama, partus presipitatus, hipertensi dalam kehamilan, infeksi uterus, anemia berat, penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi partus), riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya atau riwayatmanual plasenta, pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong uterus sebelum plasenta terlepas, IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban, tindakan



20



operatif dengan anastesi umum terlalu dalam (Ai Yeyeh, Lia, 2010). Pasien yang mengalami atonia uteri bisa mengalami syok. Terdapat tandatanda syok meliputi nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih), tekanan darah sangat rendah: tekanan sistolik < 90 mmHg,



pucat,



keriangat/ kulit terasa dingin dan lembab, pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih, gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran, urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam). 4) Pencegahan Atonia Uteri Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan: 



Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri.







Pemberian misoprostol perora 2-3 tablet (400 – 600 µg) segera setelah bayi lahir (Prawiroharjo, 2011). Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan post partum lebih dari 40 %, dan juga dapat mengurangi kebetulan obat tersebut sebagai terapi. Memejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan tranfusi darah (Ai Yeyeh, Lia, 2010). Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pembrian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada menejemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-500 cc/jam (Ai Yeyeh, Lia, 2010). Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan



21



postpartum dini. Karbetosin merupakan obat obat long-action dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian oksitosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin (Ai Yeyeh, Lia, 2010). 



Pemberian ASI awal Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga membantu uterus berkontraksi. Pemberian ASI awal dengan cara Inisiasi Menyusu Dini. Langkah Inisiasi menyusu Dini (IMD) 1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera lahir selama sedikit satu jam. Dianjurkan agae tetap melakukan kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam pertama kelahirannya w/alaupun bayi telah berhasil menghisap putting susu ibu dalam waktu kurang dari 1 jam. 2. Bayi harus menggunakan naluri alamiyahnya untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan. 3. Menunda semua prosedur lainnya harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga menyusu selesai dilakukan, proseedur tersebut seperti : menimbang, pemberian antibiotika salep mata, vitamin K1 dan lain-lain. Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sendini mungkin dan secara ekslusif (Asuhan Persalinan Normal, 2008).



5) Manajemen Atonia Uteri



22



Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), menejemen atonia uteri meliputi : 1. Resusitasi Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda



vital, monitoring jumlah urin, monitoring



saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan tranfusi darah. 2. Masase dan kompresi bimanual Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera lahirnya plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera. 



Jika uterus tidak berkontraksi Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang servik, pastikan bahwa kandung kemih telah kosong, lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit. Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala IV dengan ketat. Jika uterus tidak berkontraksi maka anjurkan keluarga untuk memulai melakukan kompresi



bimanual eksterna, keluarkan tangan



perlahan-lahan, berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi), pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin, ulangi KBI jika uterus berkontraksi,



23



pantau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera. 3. Pemberian uterotonika Oksitosin merrupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis.obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekuensi tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal 9IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan. 4. Operatif (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan) Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina, masuk ke miometrium ke luar bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometriom. Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina menuju ke servik, jika perdarahan masih terus



24



berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian. 5. Histerektomi (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan) Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi perdarahan post partum masif yang membutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.



25



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi kepala ke dalam panggul. Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir) (Depkes Jakarta, 2002). Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus-menerus dan keadaan pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek. Denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah pucat dan dingin, dan napasnya menjadi sesak, terengah-engah, berkeringat dan akhirnya koma serta meninggal dunia.



26



DAFTAR PUSTAKA https://id.scribd.com/doc/207679883/Makalah-Atonia-Uteri https://id.scribd.com/document/253597181/Kehamilan-Dengan-Kista-Ovarium https://id.scribd.com/doc/308380258/Kehamilan-Dengan-Kista-Ovarium https://www.academia.edu/8224205/MAKALAH_PERSALINAN_PATOLOGI_AT ONIA_UTERI?show_app_store_popup=true



26



27



LAMPIRAN SOAL KISTA OVARIUM PADA KEHAMILAN Kasus No1-3 Ny. B usia 26 tahun G2P1A0 usia kehamilan 16 minggu datang ke klinik bidan mengeluh bahwa akhir akhir ini ibu merasakan perutnya terasa penuh dan ibu mengalami kesulitan BAB merasa seperti ada desakan. 1. Pada kasus diatas bidan dapat mencurigai Ny. B kemungkinan mengalami… a. Kista ovarium b. Endrometriosis c. Endometritis d. Konstipasi e. Bartholinitis 2. Tindakan yang dapat dilakukan bidan pada kasus diatas ialah… a. Melakukan USG b. Kaloborasi dengan dokter kandungan c. Melakukan operasi d. Memberikan cairan infus RL e. Mengajurkan pasien untuk tirah baring 3. Komplikasi yang dapat terjadi pada Ny. B adalah… a. Torsi ovarium b. Malpresentasi janin c. Sumbatan pada jalan lahir d. Instabilitas hemodinamik e. Semua benar Kasus No. 4-6



28



Ny. P usia 24 tahun G3P2A0 datang ke klinik bidan mengeluh nyeri perut yang hebat dan terasa penuh, juga mengeluarkan darah diluar siklus menstruasi. Saat di anamnesa ibu mengatakan bahwa pernah memiliki kista ovarium 2 tahun yang lalu namun masih berukuran kecil 4. Pada kasus diatas faktor risiko terjadinya kista ovarium pada Ny. P adalah… a. Menstruasi dini b. Meningkatnya lemak tubuh bagian atas c. Riwayat kista ovarium sebelumnya d. Siklus mentruasi yang tidak teratur e. Hipotiroid 5. Pada kasus diatas untuk mengetahui apakah kista ovarium Ny. P bersifat jinak atau ganas maka yang dapat dilakukan bidan adalah… a. Rujuk untuk melakukan USG b. Cek Hb c. Cek urine d. Cek protein urine e. Cek glukosa urine 6. Kista ovarium dapat dikatakan ganas jika berukuran… a. > 1 cm b. > 2 cm c. > 3 cm d. > 4 cm e. > 5 cm 7. Perempuan usia 25 tahun terdiagnosa kista ovarium pada ovarium sebelah kiri. Dokter mengajurkan pasien untuk segera melakukan pengakatan ovarium yang mengalami kista. Pasien cemas dan takut apabila operasi akan menyebabkan kemandulan pada dirinya. Sebagai bidan tindakan apa yang harus dilukukan… a.



Meminta pasien dan keluarga untuk menandatangani inform consent



29



b. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang operasi yang akan dilakukan dan akibatnya setelah operasi c. Menakut-nakuti pasien jika tidak segera dioperasi bisa berakibat fatal sehingga pasien mau dioperasi d. Menunggu sampai kista ovarium parah dan pasien mau melakukan operasi e. Mempersilakan pasien pulang dan kembali lagi jika telah bersedia 8. Ny. S berusia 30 tahun, mempunyai riwayat menstruasi sebelum usia 12 tahun. Berdasarkan hasil pemeriksaan Ny. S mengalami kista folikel, kista ini termasuk dalam kista nonplasma. Apakah yang harus dilakukan bidan untuk mengkaji Ny. S… a. Mengkaji hasil pemeriksaan kadar HCG b. Mengkaji bertambahnya sekresi progesteron setelah ovulasi c. Mengkaji peningkatan kadar LH d. Mengkaji penurunan kadar LH e. Mengkaji hormone estrogen Kasus No. 9-10 Ny. R didiagnosa menderita kista pada ovarium. Diagnos ini ditegakkan karena ditemukannya adanya keluhan-keluhan dari Ny. R yang dikuatkan dengan hasil foto USG. 9. Apakah yang harus dilakukan bidan untuk menegakkan keluhan Ny. R … a. Mengkaji data nyeri saat menstruasi, wajah pucat b. Mengkaji data ntyeri saat menstruasi, nyeri perut bagian bawah, nyeri pada saat berhubungan badan c. Mengkaji data nyeri saat menstruasi,



menstruasi memanjang, nyeri saat



berhubungan d. Mengkaji data nyeri saat menstruasi, nyeri menstruasi memanjang e. Mengkaji wajah pucat



30



10. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan dan USG seorang pasien mengalami kista jinak maka apakah yang seharusnya dilakukan… a. Menyarankan pasien untuk menunggu 2-3 bulan b. Menyarankan pasien untuk menunggu 2-4 bulan c. Menyarankan pasien untuk menunggu 3-4 bulan d. Menyarankan pasien untuk menunggu 4-5 bulan e. Menyarankan pasien untuk menunggu 5-6 bulan



31



SOAL ATONIA UTERI Kasus No. 1-3 Ny. F usia 25 tahun P2A0 segera setelah plasenta lahir lengkap terjadi perdarahn, kontraksi uterus lembek, tidak ada robekan jalan lahir, dan kandung kemih kosong. 1. Dari kasus diatas diagnose apa yang tepat… a. Atonia uteri b. Retensio plasenta c. Ruptur uteri d. Laserasi perineum e. Inversion uteri 2. Tindakan yang harus dilakukan pada Ny. F adalah… a. Mengosongkan kandung kemh b. Memberikan obat anti koagulan c. Memberikan injeksi uterotonika d. Memeriksa kelengkapan plasenta e. Melakukan KBI 3. Untuk membantu meningkatkan kontraksi uterus, sebaiknya bidan mengajurkan Ny. F untuk… a. Menyusui b. Mobilisasi c. Bed rest total d. Makan/minum e. Defekasi Kasus No. 4-6 Ny. M usia 30 tahun P3A0 segera setelah plasenta lahir lengkap terjadi perdarahan hebat, ibu terlihat lemah. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan TD 80/60 mmHg,



32



suhu 37,3 deraja, nadi 110 x/menit, respirasi 25 x/menit. Kontraksi uterus lembek, kandung kemih kosong, dan tidak ada robekan jalan lahir… 4. Untuk penanganan kasus Ny. M apabila selama 5 menit dilakukan KBI dan uterus berhasil berkontraksi, maka penanganan KBI dilanjutkan selama… a. 1 menit b. 2 menit c. 3 menit d. 4 menit e. 5 menit 5. Apabila tindakan awal (KBI) belum berhasil, maka tindakan selanjutnya untuk Ny. M adalah… a. Operasi b. KBE c. Histerektomi d. Tampon uterus e. Pemberian prostaglandin 6. Pada kasus Ny. M apabila tidak segera ditangani, maka kemungkinan terjadi… a. Syok septic b. Syok anafilaktic c. Syok neurogenik d. Syok kardiogenik e. Syok hipovolemik Kasus No. 7-9 Ny. S usia 23 tahun melahirkan bayikeduanya dengan berat 4.500 gram. Segera setelah plasenta lahir Ny. S mengalami perdarahan. Setelag diperiksa didapat TD 100/70, Nadi 90 x/menit, Suhu 37,3 derajat, respirasi 24 x/menit. Kontraksi uterus lemah, kandung kemih penuh, dan tidak ada robekan jalan lahir.



33



7. Faktor predisposisi pada kasus Ny. S sehingga mengalami atonua uteri adalah… a. Gemelli b. Makrosomia c. Terlalu tua d. Primipara e. Multipara 8. Tindakan segera yang harus dilakukan pada Ny. S adalah a. Mengosongkan kandung kemih b. Memberikan obat anti koagulan c. Memeriksa kelengkapan plasenta d. Melakukan KBE e. Memberikan injeksi uterotonika 9. Apabila KBI tidak bberhasil dan dengan bantuan keluarga KBE telah dilakukan maka sebagai bidan kita memberikan… a. Ibuprofen b. Ergometrin c. Paratusin d. Paracetamol e. Methyletidine 10. Ny. A usia 24 tahun P2A0 segera setelah plasenta lahir lengkap terjadi perdarahan, ibu terlihat lemah dan hamper tak sadarkan diri. Kontraksi uterus lemah, tidak ada robekan jalan lahir, kandung kemih kosong. Penanganan segera pada kasus diatas adalah a. Pemberian antibiotic b. Pemberian analgetik c. Pemberian diuretika d. Pemberian vitamin K e. Pemberian cairan infuse RL



34



Kunci Jawaban Kista Ovarium pada Kehamilan 1. A 2. B 3. E 4. C 5. A 6. E 7. B 8. E 9. B 10. A



Kunci Jawaban Atonia Uteri 1. A 2. E 3. A 4. B 5. B 6. E 7. B 8. A 9. B 10. E