Klasifikasi Bunyi Bahasa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sosialnya, manusia saling berhubungan antara satu sama lain. Dalam hal ini perlu adanya sebuah komunikasi.Kebutuhan berkomunikasi itupun semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman dan kebudayaan manusia. Sehingga keadaan tersebut menempatkan bahasa sebagai alat komunikasi manusia pada posisi yang paling penting. Agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik,kedua belah pihak memerlukan bahasa yang dapat dipahami bersama. Wujud bahasa yang utama adalah



bunyi.



Bunyi-bunyi



tersebut



disebut



bunyi



bahasa.



Dalam



pengucapannya, bunyi-bunyi bahasa dapat disegmentasikan atau dipisahpisahkan (bunyi segmental), dalam bunyi yang dapat disegmentasikan itu terdapat unsur-unsur yang menyertainya sehingga disebut bunyi segmental. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja klasifikasi bunyi bahasa ? 2. Apa saja alat ucap yang dimiliki manusia ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui klasifikasi bunyi bahasa 2. Untuk mengetahui alat ucap yang dimiliki manusia



1



BAB II PEMBAHASAN A. Klasifikasi Bunyi Bahasa Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas : vokal, konsonan, dan semi vokal. Pembedaannya bedasarakan pada ada tidaknya hambatan (proses artikulasi) pada alat bicara. 1. Bunyi vokal yaitu bunyi bersuara yang tidak melibatkan hambatan, geseran, atau sentuhan lidah atau bibir. Bunyi vokal dibedakan berdasrakan tiga faktor pertama, bentuk mulut terbuka atau tertutup misalnya vokal (a) dan (o) adalah vokal terbuka kedua, vokal tertutup yaitu (i) dan (u). vokal-vokal digolongkan: a) Vokal tinggi depan dengan menggerakkan bagian depan lidah ke langitlangit sehingga terbentuklah rongga resonansi, seperti pengucapan bunyi [i]. b) Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua bibir agak maju dan sedikit membundar, misalnya /u/. 2. Konsonan adalah bunyi bahasa



yang ketika dihasilkan mengalami



hambatan-hambatan pada daerah artikulasi tertentu. Bunyi konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria: posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Berdasarkan posisi pita suara, bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua macam, yaitu : a) Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi bersuara antara lain, bunyi /b/, /d/, /g/, /m/, /n/, /ñ/, /j/, /z/, /r/, /w/ dan /y/. b) Bunyi tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara. Yang termasuk bunyi tak bersuara, antara lain /k/, /p/, /t/, /f/, /s/, dan /h/.



2



Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal empat macam konsonan, yakni: a) konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi dengan cara merapatkan kedua belah bibir, misalnya bunyi /b/, /p/, dan /m/. b) konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara merapatkan gigi bawah dan bibir atas, misalnya /f/. c) konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan ujung lidah ke gusi, misalnya /t/ dan /d/. d) konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan pangkal lidah ke langit-langit lunak, misalnya /k/ dan /g/. 3. Bunyi semi-vokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi itu disebut semi-vokal atau semi-konsonan. 4. Nasal dan Oral Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi nasal (segau) dan oral. Pembedaan ini didasarkan pada keluarnya atau disertainya udara melalui rongga hidung. a. Apabila udara keluar atau disertai keluarnya udara melalui rongga hidung, dengan cara menurunkan langit-langit lunak beserta ujung anak tekaknya, maka bunyi itu disebut bunyi nasal atau sengau. b. Apabila langit-langit lunak beserta ujung anak tekak menaik menutupi rongga hidung sehingga udara hanya melalui rongg mulut saja, maka bunyi yang dihasilkan disebut bunyi oral. 5. Bunyi Keras dan Bunyi Lunak Kategorisasi bunyi keras (fortis) dan bunyi lunak (lenis) dibedakan berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara pada waktu bunyi itu diartikulasikan.



Bunyi



bahasa



disebut



keras



apabila



pada



waktu



diartikulasikan disertai ketegangan kekuatan arus udara. Sebaliknya, apabila pada waktu diartikulasikan tidak disertai ketengan kekuatan arus udara, bunyi itu disebut lunak.



3



Bunyi keras (Fortis) mencakupi beberapa jenis bunyi seperti : a. bunyi letup tak bersuara: [p, t, c, k], b. bunyi geseran tak bersuara: [s], c. bunyi vokal: [ı] Bunyi lunak (lenis) mencakupi beberapa jenis seperti: a. bunyi letup bersuara: [b, d, j, g], b. bunyi geseran bersuara: [Z], c. bunyi nasal: [m, n, ñ,h], d. bunyi likuida: [r, l], e. bunyi semi-vokal: [w, y], f. bunyi vokal: [i, e, o, u]. 6. Bunyi Panjang dan Pendek Bunyi panjang dibedakan dari bunyi pendek berdasarkan lamanya bunyi tersebut diucapkan atau diartikulasikan. Vokal dan konsonan dapat dibedakan atas bunyi panjang dan bunyi pendek. Tanda bunyi panjang biasanya menggunakan tanda garis pendek di atas suatu bunyi; atau menggunakan tanda titik dua di sebelah kanannya, contohnya: [a] panjang ditulis [ā] atau [a: ]. 7. Bunyi Rangkap dan Tunggal Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan pada hadirnya sebuah bunyi yang tidak sama sebagai satu kesatuan dalam sebuah silabel (suku kata ). a) Bunyi rangkap vokal disebut diftong dan bunyi tunggal vokal disebut monoftong. b) Bunyi rangkap konsonan disebut klaster. Tempat artikulasi kedua konsonan dalam kalster berbeda 8. Bunyi Nyaring dan Tak nyaring a) Vokal Bunyi dibedakan atas bunyi nyaring (lantang) dan tidak nyaring pada waktu terdengar oleh telinga. Jadi pembedaan bunyi berdasarkan derajat kenyaringan itu sebenarnya adalah tinjauan menurut aspek



4



auditoris. Derajat kenyaringan itu sendriri ditentukan oleh luas sempitnya atau besar kecilnya resonansi pada waktu bunyi itu diucapkan. Makin luas resonansi saluran bicara yang dipakai pada waktu membentuk bunyi bahasa makin tinggi derajat kenyaringannya. Sebaliknya, semakin sempit ruang resonansinya makin rendah derajat kenyaringannya. Diantara vokal-vokal maka vokal yang paling tinggi justru derajat kenyaringan (kalantangan, sonorotas)-nya paling rendah. Karena ruang resonansinya pada waktu diucapkan paling sempit jika dibandingkan dengan muka lain. Semakin kebawah derajat kenyaringan untuk vokal itu berturut-turut dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi ialah : vokal tertutup, vokal semi tertutup (semi terbuka), vokal terbuka. b) Konsonan Dibandingkan dengan vokal, bunyi-bunyi konsonan karena terbentuknya disertai dengan hambatan alat bicara pada saluran bicara sebagian ruang resonansi, maka derajat kenyaringannya lebih rendah. Konsonan letup tak bersuara adalah yang paling rendah sedangkan yang paling tinggi adalah konsonan geletar. Derajat kenyaringan untuk konsonan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi berturutturut adalah sebagai berikut: konsonan letup tak bersuara, geseran tak bersuara, letup bersuara, geseran bersuara, nasal, sampingan, dan geletar. 9. Bunyi Egresif dan Bunyi Ingresif Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan dari mana datangnya arus udara dalam pembentukan bunyi itu. a) Bunyi egresif yaitu bila arus udara datang dari dalam (seperti dalam paruparu),dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Egresif pulmonik dibentuk dengan cara mengecilkan rongga paruparu oleh otot paru-paru, otot perut, dan rongga dada. 2) Egresif glotalik dibentuk dengan cara merapatkan pita suara sehingga glotis dalam keadaan tertutup sama sekali. Bunyi egresif glotalik disebut juga bunyi ejektif, yang ditandai dengan tanda



5



apostrof, contohnya [p’, t’, k’, s’], contohnya bunyi-bunyi dalam bahasa-bahasa Kaukasus, Indian, dan Afrika b) Bunyi ingresif dibedakan menjadi 2 bagian yaitu : 1) Ingresif glotalik memiliki kemiripan dengan cara pembentukan bunyi egresif glotalik, hanya arus udara yang berbeda. Dibentuk dengan cara menghisap udara dan merapatkan pita suara sehingga glotis menutup. Adapun bunyi yang dihasilkannya disebut implosif, yang ditandai dengan tanda melengkung ke sebelah kanan, contohnya [b, d, g]. Contohnya bunyi-bunyi dalam bahasa Sindhi, Swahili, Marwari, Ngadha, dan Sawu 2) Ingresif velarik dibentuk dengan cara menghisap udara dan menaikkan pangkal lidah dalam langit-langit lunak; bersamasama dengan merapatkan bibir; begitu pula, ujung lidah dirapatkan ke dalam gigi/gusi. Contohnya bunyi-bunyi dalam bahasa Khoisa, Xhosa, dan Zulu. 10. Bunyi Segmental dan Bunyi Suprasegmental Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan pada dapat tidaknya bunyi itu disegmentasikan. B. Bagan Alat Ucap Manusia Alat ucap adalah organ pada tubuh manusia yang berfungsi dalam pengucapan bunyi.



6



Keterangan : 1. Labium (bibit) 2. Dentum (gigi) 3-5 Alveolum 6-7 Palatum (langit-langit keras) 8. Velum (langit-langit lunak) 9. Uvula (anak tekak) 10. faring 11. Glotis (tempat beradanya pita suara) 12. Epiglot 13. Radiks (akar lidah) 14. Dorsum(Pangkal lidah) 15. Medium (tengah lidah) 16. Lamina (daun lidah) 17-18 Apeks (ujung lidah)



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dapat berupa bunyi vokal, konsonan, semi vokal, bunyi oral, bunyi nasal, bunyi bersuara, bunyi tak bersuara, bunyi keras, bunyi lunak, bunyi panjang, bunyi pendek, bunyi tunggal, bunyi rangkap, bunyi nyaring, bunyi tak nyaring, bunyi egresif, bunyi ingresif, bunyi segmental, bunyi suprasegmental, bunyi utama, dan bunyi sertaan.



7



B. Saran Pengetahuan tentang perbedaan bunyi sangat perlu diketahui oleh masyarakat .Untuk itu diharapkan sering-seringlah membaca terutama yang berkaitan dengan bahasa Indonesia sehingga kita tidak menjadi turis bahasa di negara sendiri .



DAFTAR PUSTAKA https://plus.google.com/108339762590770410984/posts/7TAMrsA76By http://1sajak.blogspot.co.id/2013/12/klasifikasi-bunyi-bahasa-vokalkonsonan.html http://wiwinrasmawati.blogspot.co.id/2015/11/klasifikasi-bunyi.html http://ucusulaeha.blogspot.co.id/2013/07/klasifikasi-bunyi-bahasa.html



8