Kohesi Dan Koherensi Wacana [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II PEMBAHASAN KOHESI DAN KOHERENSI WACANA



A. Pengertian Kohesi Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa. Contoh kohesi adalah sebagai berikut. Listrik mempunyai banyak kegunaan. Orang tuaku berlangganan listrik dari PLN. Barubau ini tarif permainan listrik naik 25%, sehingga banyak masyarakat yang mengeluh. Akibatnya, banyak pelanggan listrik yang melakukan penghematan. Jumlah peralatan yang menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk udara. Di kantor-kantor sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa saja, bukan barang mewah. Contoh wacana di atas dikatakan kohesi, karena menggunakan alat kohesi pengulangan, misalnya listrik yang diulang beberapa kali. Namun, paragraf tersebut tidak padu karena bagianbagian paragraf itu tidak mempunyai kepaduan hubungan maknawi. B. Pengertian Koherensi Koherensi adalah kepaduan hubungan magnawi antara bagian-bagian dalam wacana. Contoh koherensi sebagai berikut. (a)Bahasa sehari-hari merupakan bahasa yang di pakai dalam pergaulan dan percakapan sehari-hari. (b) pada umumnya bentuk bahasa yang dipakai sederhana dan singkat. (c) kata-kata yang digunakan pun tidak banyak jumlah dan ragamnya. (d) kata-kata yang dipakai hanyalah kata-kata yang lajim dan umum dalam pergaulan sehari-hari, misalnya kata bilang, bikin, ngapain, ngerjain. (e) kata itu hanya cocok dipakai dalam percakapan. (f) sering juga kata-kata yang di gunakan itu menyimpan dari pola kaidah yang benar, misalnya di bikin betul (dibetulkan), ngeliatin (melihat), belum liat (belum melihat). (g) bahkan, lafalnya pun sering menyimpang, misalnya malem hari (malam hari), dapet (dapat), mas’alah (masalah). Bagian-bagian pada wacana di atas saling mempunyai kaitan secara maknawi, misalnya kalimat (b) merupakan penjelasan rinci kalimat (a). Wacana itu termasuk wacana padu, karena hampir setiap bagian kalimat berhubungan padu secara maknawi dengan bagian lain. Selain itu, wacana itu juga kohesi. Ada beberapa kata yang diulang (bahasa pada kalimat a dan b dan katakata pada kalimat d,e dan f) dan ada juga penggunaan penanda transisi yang menunjukan kohesi (juga) pada kalimat f, (bahkan) pada kalimat g. Jadi, wacana selain harus kohesi juga harus koherensi, bahkan kepaduanlah (koherensi) yang harus diutamakan.



C. Piranti Kohesi Menurut Halliday dan Hassan (1976), unsur kohesi terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa. Kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan kata. 1. Piranti Kohesi Gramatikal Pada umumnya dalam bahasa Indonesia ragam tulis digunakan piranti kohesi gramatikal seperti berikut. a. Referensi Referensi adalah hubungan antara kata dengan benda. Misalnya kata buku yang mempunyai referensi kepada sekumpulan kertas yang dijilid untuk menulis dan dibaca. Halliday dan Hassan (1979) membagi referensi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut. 1). Referensi eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks wacana. Contoh: Itu matahari, kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu “benda berpijar yang menerangi alam ini”. 2). Referensi endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks wacana. Referensi endofora terbagi atas dua macam, yaitu sebagai berikut. a). Referensi anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan terlebih dahulu, mengacu yang sebelah kiri. Contoh: Nauval hari ini tidak masuk sekolah. Ia ikut ibunya pergi ke Surabaya. Kata ia pada kalimat kedua mengacu Nauval pada kalimat pertama. b). Referensi katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu yang sebelah kanan. Contoh: Karena kakinya sakit, Totti tidak bisa bermain bola. Pronomina enklitik –nya pada kalimat pertama, mengacu pada antesedan Totti pada kalimat kedua. Baik referensi yang bersifat anaphora maupun katafora menggunakan pronomina persona, penumjuk, dan komparatif. (1) Pronomina Persona adalah pengacuan secara berganti-ganti tergantung yang memerankannya. Dalam bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai berikut.



Tunggal



Jamak



Persona pertama



Aku, saya



Kami, kita



Persona kedua



Kamu, engkau, anda



Kalian, kami sekalian



Persona ketiga



Dia, ia, beliau



Mereka



Contoh: (1) Firdaus, kamu harus mandi. (referensi bersifat anaphora)



(2) Kamu sekarang harus pergi! Ayo Cici cepatlah! (referensi bersifat katafora)



(2). Pronomina demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya menggunakan kata : kini, sekarang, saat ini, di sini, di situ, ini, itu, dan sebagainya. Contoh: “Dengan naik ini, tiap hari saya pergi ke kampus. Sepeda motor inilah teman setiaku dalam segala musim dan cuaca,” kata Slamet. Pronominal dekat ini pada kalimat (1) mengacu secara katafora terhadap antesedan sepeda motor pada kalimat (2). (3). Referensi komparatif yaitu deiktis yang menjadi bandingan bagi antesedennya. Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif antara lain: sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda, tidak beda jauh, dan sebagaimya. Contoh



: Tidak berbeda jauh dengan ibunya, Nita orangnya cantik, ramah, dan



lemah lembut b. Penggantian (Substitusi) Penggantian adalah penyulihan suatu unsure wacana dengan unsure yang lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau klausa (Hallidat dan Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863). Secara umum penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, tempat, dan sesuatu hal. a. Kata ganti orang merupakan kata yang dapat menggantikan nama orang atau beberapa orang. Contoh: Slamet dan Mahda berbulan madu ke Paris. Mereka menganggap bahwa Paris merupakan kota yang romantis. b. Kata ganti tempat adalah kata yang dapat menggantikan kata yang menunjuk pada tempat tertentu. Contoh: Unlam merupakan kampus terfavorit di Kalimantan Selatan. Di sana banyak terdapat mahasiswa yang pintar. c. Dalam pemakaian bahasa Indonesia, untuk mempersingkat suatu ujaran yang panjang yang digunakan lagi dapat dilakukan dengan menggunakan kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dengan panjang lebar dapat digantikan dengan sebuah atau beberapa buah kata, tanpa mengurangi arti. Contoh: Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila adalah Dasar Negara. Dengan demikian Pancasila merupakan nilai dasar yang normative terhadap seluruh penyelenggaraan Negara republik Indonesia.



c.



Elipsis Elipsis adalah pelepasan unsure bahasa yang maknanya telah diketahui sebelumnya berdasarkan konteks. Unsur yang dilepaskan mungkin nomina, verba, atau klausa. Contoh: Karena (Slamet) sakit, Slamet tidak bisa mengikuti perkuliahan.



d. Piranti konjungsi Sesuai dengan fungsinya, konjungsi dalam bahasa indonesia dapat di gunakan untuk merangkaikan ide, baik dalam satu kalimat maupun antar kalimat. Piranti kohesi konjungsi dalam bahasa indonesia di bedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut. 1. Piranti urutan waktu Proposisi-proposisi menunjukan tahapan-tahapan seperti awal, pelaksanaan, dan penyelesaian dapat disusun dengan menggunakan urutan waktu. Contoh: Dinda pergi ke kampus. Setelah itu, dia pergi keperpustakaan. 2. Piranti pilihan Untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukan hubungan pilihan. Contoh: Pilih aku atau dia 3. Piranti alahan Hubungan alahan antara dua proposisi dihubungkan dengan frasa-frasa seperti meski(pun) demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun) demikian, kedatipun begitu, biarpun demikian, dan biarpun begitu. Contoh: Ahyan tidak sombong. Meskipun dia kaya. 4. Piranti parafrase Merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti. Contoh: Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, bila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya sastra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu pedekatan saja. 5. Piranti ketidakserasian Ketidakserasian itu pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung di dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan. Contoh: Aku tidak mengerti. Padahal materi itu sudah dipelajari minggu kemaren. 6. Piranti serasian Digunakan apabila dua buah ide atau proposisi itu menunjukan hubungan yang selaras atau sama. Contoh: Ahyan itu sangat tampan. Demikian juga dengan kembarannya. 7. Piranti tambahan (Aditif) Piranti ini berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih. Contoh: Mahda murah senyum. Selain itu, dia baik hati. Tambahan lagi pandai berdandan. 8. Piranti pertentangan Piranti ini digunakan untuk menghubungkan proposisi yang bertentangan atau kontras dengan bagian lain. Piranti yang biasa digunakan misalnya: (akan) tetapi, sebaliknya, namun. Contoh: di Sakadomas unlam cukup kotor. Namun banyak orang yang berkumpul di sana. 9. Piranti perbandingan(komparatif) Piranti perbandingan ini digunakan untuk menunjkan adanya hubungan persamaan atau perbedaan antara bagian yang satu dengan yang lain. Contoh: Wajah Dodi tampan. Sama halnya dengan ayahnya. 10. Piranti sebab akibat Hubungan sebab akibat terjadi bila salah satu proposisi menunjukan penyebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat, atau sebaliknya.



Contoh: memahami wacana sangat susah. Oleh karena itu, Herma belajar siang malam. 11. Piranti harapan Hubungan optatif terjadi apabila ada ide yang mengandung suatu harapan atau doa. Contoh: mudah-mudahan Herma cepat datang. 12. Piranti ringkasan dan simpulan Piranti ini berguna untuk mengantarkan ringkasan dari bagian yang berisi uraian. Contoh: Hukum tidak memandang kaya atau miskin, pria atau wanita, tua atau muda. Jadi, hukum berlaku untuk siapapun, kapanpun, dan dimanapun. 13. Piranti misalan atau contohan Contohan atau misalan berfungsi untuk memperjelas suatu uraian. Contoh: Makanan ringan sangat enak untuk dimakan, umpamanya ciki-ciki. 14. Piranti keragu-raguan Digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih menimbulkan keraguan. Contoh: Jangan-jangan dia sudah punya pacar. 15. Piranti konsensi: Memang, tentu saja Contoh: memang aku ini sangat baik. 16. Piranti tegasan Proposisi yang disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat segera dipahami dan diresapi. Contoh: cara belajar mahasiswa Reg A 2010 PBSI berbeda-beda. Bahkan dirumahpun cara belajarnya berbeda-beda. 17. Piranti jelasan Contoh: yang dimaksud wacana adalah satuan terbesar diatas kalimat. 2. Piranti kohesi leksikal a. reitrasi(pengulangan) jenis ini meliputi sebagai berikut. 1). repetisi a). Ulangan penuh Contoh: sepakbola sangat menyenangkan. Sepakbola mempererat pertemanan b). Ulangan dengan bentuk lain Contoh: filsafat ulangan bentuk lainnya berfilsafat. c). Ulangan dengan penggantian Contoh: lulusan ipa ulangan penggantiannya seorang ilmuan. 2). Ulangan dengan heponim Contoh: ilmuan berhiponim dengan ahli fisika nuklir. b. kolokasi suatu hal yang selalu berdekatan dengan yang lain biasanya diasosiasikan sebagai satu kesatuan. Contoh : Pancasila dan UUD 1945



D. Piranti Koherensi Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung kalimat yang di gunakan.



Contoh: ayah: Angkat telponnya bu! Ibu: lagi tanggung mas.