KOLAM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI PABRIK PT. X TAHUN 2017



SKRIPSI



OLEH ANIS SYAFIRA PULUNGAN NIM: 131000018



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017



Universitas Sumatera Utara



ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI PABRIK PT. X TAHUN 2017



Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat



OLEH ANIS SYAFIRA PULUNGAN NIM: 131000018



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017



Universitas Sumatera



HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI PABRIK PT. X TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini



Medan, Oktober 2017 Penulis,



Anis Syafira Pulungan



i



Universitas Sumatera



HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI PABRIK PT. X TAHUN 2017 Yang disiapkan dan dipertahankan oleh ANIS SYAFIRA PULUNGAN MM: 131000018 Disahkan oleh: Komisi Pembimbing Skripsi



Dosen Pembimbing I



Dosen Pembimbing II



Prof. Dr. awati Marsaulina MS NIP. 19650 1994032002



D r . d r . T A M KM NIP. 19 ':0331 200312 2



Medan, Oktober 2017 „Perli(14zseb Masyarakat brtioirsi umat= a Utara-./ • , idDe: Dia: Ida Yustim M.Si - t496803201993082001



Universitas Sumatera



ABSTRAK Pembangunan di sektor industri akhir-akhir ini berkembang sangat pesat. Namun demikian, perkembangan di sektor industri ini juga memberikan dampak negatif, yaitu berupa limbah industri yang bila tidak dikelola dengan baik akan mengganggu keseimbangan lingkungan. Dapat dilihat dari terjadinya masalahmasalah pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan. Mengingat tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah cair yang tidak dikelola dengan baik maka diperlukan pemahaman dan informasi mengenai pengelolaan limbah cair secara benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan limbah cair dan kualitas air limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X Tahun 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah survey yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran tentang sistem pengelolaan limbah cair dan kualitas air limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X. Hasil pengelolaan limbah diperoleh dari survey lapangan dan data yang diperoleh dari hasil pengujian sampel air limbah di laboraturium BTKL dan Baristand Medan. Hasil pemeriksaan laboratorium air limbah pabrik kelapa sawit PT. X menunjukkan bahwa parameter fisik (TSS) yaitu 875 mg/L dan parameter kimia BOD yaitu 227,2 mg/L serta COD yaitu 710,0 mg/L berada di atas baku mutu air limbah dan pada parameter kimia pH yaitu 8,19, minyak dan lemak yaitu 5,75 dengan keadaan netral pada baku mutu air limbah sesuai dengan Permen LH No. 5 Tahun 2014. Proses pengolahan air limbah pabrik kelapa sawit PT. X menggunakan metode Biological Ponding System dan Land Application. Hasil penelitian pada penggunaan sistem kolam biologi pabrik kelapa sawit PT. X tidak optimal dalam proses pengolahan dan tidak rutinnya melakukan pengerukan endapan lumpur pada dasar kolam sehingga limbah terbuang ke badan air. Berdasarkan hal tersebut, pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X belum baik dan kualitas air limbah yang masih berada di atas baku mutu maka pihak pabrik menjadikan limbah sebagai Land aplikasi tetapi sistem kolam biologi yang belum optimal membuat limbah terbuang ke badan air. Oleh karena itu, PT. X harus meningkatkan dan menjaga pengolahan limbah cairnya berkala dan memiliki jadwal yang rutin. Kata kunci: Limbah Cair, Kolam Biologi, Land Aplikasi, Kualitas Air Limbah Cair.



ii



Universitas Sumatera



ABSTRACT Industrial sector development has recently grown very rapidly. However, it also has a negative impact on environment, that is, industrial waste. If the industrial waste is not treated properly, it will disrupt the environmental balance. It could be observed by some problems that happened around us such as air,water, and land pollutions. The water pollution as liquid waste gives high potential of pollution. So, it is necessary to convey information and understanding about how to treat liquid waste properly. The purpose of this research is to analyze the liquid waste treatment and the water quality of liquid waste of plm oil factory at PT. X of 2017. The research method used is descriptive survey, that is to know the description of liquid waste treatment system and the water quality of liquid waste of palm oil factory at PT. X. Its result were obtained from field surveys and data of samples testing on liquid waste at BTKL and Baristand laboratories in Medan. The result of laboratory testing water liquid waste of palm oil factory PT. X Kabupaten Langkat indicates that the physical parameters TSS is 875 mg/L and chemical parameters BOD is 227,2 mg/L, and COD is 710,0 mg/L are above standard quality of water waste, and chemical parameters pH is 8,19, oil and fat is 5,75 is in neutral conditions standard of liquid waste according to PERMEN LH No. 5 of 2014. The process of water waste treatment of palm oil factory PT. X Kabupaten Langkat use the biology pond system method and land application. In this research it is found that the processing of biological pond system at that factory is not optimal, and not routinely doing dredging of silt sludge on its bottom. It cause waste float and mix with water bodies. Based on the condition, the liquid waste treatment in palm oil of PT. X Kabupaten Langkat is not good and water waste quality is still above standard. Then the factory management makes the waste as land application but biological pond has not been optimal as the waste float and mix with the water bodies. Therefore the PT. X Kabupaten Langkat must improve its liquid water treatment and has a regular maintaining schedule of it. Keywords: Liquid Waste, Biological Pond, Land Application, Water Waste Quality



i



Universitas Sumatera



KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah yang telah di berikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengelolaan Limbah Cair Kelapa Sawit Di Pabrik Pt. X Tahun 2017. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua, Ayahanda Puli Pulungan, dan Ibunda Dra. Lailan Suraiya yang telah mendidik penulis dan tiada henti memberikan kasih sayang, do’a yang tiada putus-putusnya, bimbingan, motivasi dan nasehat kepada penulis. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.



Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.



2.



Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.



3.



Dr. dr. Taufik Ashar, MKM selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat sekaligus Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.



v Universitas Sumatera Utara



4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. 5. Ir. Indra Cahaya S,MSi selaku Dosen Penguji I dan ibu dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam penyempurnaan skripsi ini.



6. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 7. Kak Dian selaku staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak membantu penulis dan seluruh dosen serta staf pegawai FKM USU. 8. Manajer PT. X Bapak Syahrowardi, ST yang telah memberikan izin melakukan penelitian dan Bapak Selamat Riyadi yang telah mendampingi penulis selama melakukan penelitian dan memberikan informasi terkait dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Keluargaku Ayahanda Puli Pulungan, Ibunda Dra. Lailan Suraiya, Abang tersayang Arlian Armada Pulungan, Amd dan Adik-adik sepupu tersayang Aulia Alfi Syahri, Naurah Salsabila, Naifah Salsabila dan anggota keluarga lainnya yang telah memberikan semangat dan mendoakan penulis selama menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat tersayangku dari SD sampai dengan sekarang Tia Rahmadianti, Balqis Natasya, Rido Toryan Pratama Putra, Fanny Fadhilah, dan Suci Khairil Lestari yang telah setia menjadi teman sekaligus keluarga,



vi Universitas Sumatera



memberikan semangat, dukungan, bantuan, mendengarkan keluh kesah dan doa selama ini kepada penulis. 11. Sahabat “Wanirus” Yulia Annisa Tanjung, Tri Nanda Putri, Balqis Nurmauli Damanik, Kelsa Wilantari, Mutia Respati yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa selama ini kepada penulis,semoga kita menjadi orang yang sukses ya. 12. Terkhusus buat Arie Amanda yang selalu setia menjadi tempat berbagi keluh kesah, member dukungan, semangat, motivasi, dan mendoakan sehingga penulis dapat selalu bersemangat untuk menjalani perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini. 13. Anak kosan tersayang Kak Ezi, Kak Yenni, Kak Fika, Kak Eka, Tia, Rini, Kak Ade yang telah memberikan dukungan, semangat, doa, masukan dan nasihatnya. 14. Teman-teman “Tim Golek” Fenny Syardilla, Rira Syahara, Khairunnisa, Eriga Syahputra, Darin Syahputra, Hendra Gunawan, dan yang lainnya yang telah memberikan semangat, semoga sukses semua untuk kita. 15. Teman-teman seperjuangan PBL (Fitri, Rika, Satrio, Uci, Mput) dan teman selama LKP (Fahmi, Jani, Julham, Riris). Terimakasih atas doa, dukungan, masukan, nasehat, serta waktu kalian selama penelitian ini. 16. Teman-teman angkatan 2013 khususnya kepada teman-teman Departemen Kesehatan Lingkungan yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.



vii Universitas Sumatera



Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak kekurangan, sehingga saran dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin



Medan, Oktober 2017



ANIS SYAFIRA PULUNGAN



vii



Universitas Sumatera



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................... i HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii ABSTRAK............................................................................................................. iii ABSTRACT............................................................................................................ iv KATA PENGANTAR.......................................................................................... v DAFTAR ISI......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiii RIWAYAT HIDUP............................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 6 1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 6 1.3.1 Tujuan Umum........................................................................ 6 1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8 2.1 Limbah............................................................................................. 8 2.1.1 Pengertian Limbah................................................................. 8 2.1.2 Karakteristik Limbah............................................................. 8 2.2 Limbah Cair..................................................................................... 8 2.2.1 Pengertian Limbah Cair......................................................... 8 2.2.2 Sumber Air Limbah............................................................. 11 2.2.3 Komposisi Air Limbah........................................................ 12 2.2.4 Karakteristik Air Limbah..................................................... 12 2.2.5 Parameter Air Limbah.......................................................... 13 2.2.6 Tujuan Pengelolaan Air Limbah.......................................... 15 2.2.7 Dampak Buruk Air Limbah Industri...................................... 16 2.2.8 Tahapan Pengolahan Air Limbah........................................ 18 2.2.9 Cara Pengolahan Air Limbah............................................... 29 2.3 Proses Pengolahan Minyak Sawit.................................................. 31 2.3.1 Bahan Baku dan Penolong Minyak Sawit........................... 33 2.3.2 Sumber Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit ............................. 34 2.3.3 Parameter Air Limbah Industri Kelapa Sawit...................... 35 2.3.4 Cara Pengolahan Air Limbah Minyak Sawit....................... 35 2.4 Kerangka Konsep........................................................................... 41 BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 42 3.1 Jenis Penelitian................................................................................. 42 3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................... 42



ix Universitas Sumatera Utara



3.3 Objek Penelitian................................................................................. 42 3.4 Metode Dan Pengumpulan Data........................................................ 43 3.4.1 Data Primer.............................................................................. 43 3.4.2 Data Sekunder......................................................................... 43 3.5 Definisi Operasional.......................................................................... 43 3.6 Titik Pengambilan Sampel................................................................. 46 3.6.1 Air Limbah Industri Kelapa Sawit.......................................... 46 3.7 Prosedur Pengambilan Sampel.......................................................... 47 3.7.1 Air Limbah Industri Kelapa Sawit.......................................... 47 3.8 Aspek Pengukuran............................................................................. 48 3.9 Teknik Analisa Data.......................................................................... 56 BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................ 57 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................. 57 4.1.1 Pabrik Kelapa Sawit PT. X...................................................... 57 4.2 Proses Produksi Pengolahan Minyak Sawit...................................... 58 4.3 Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit PT. X .......................................... 64 4.3.1 Sumber Limbah Cair............................................................... 64 4.3.2 Proses Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit PT. X............. 64 4.3.2.1Pengolahan Pendahuluan (pretreatment)..................... 64 4.3.2.2Pengolahan Pertama (primary treatment).................... 65 4.3.2.3Pengolahan Kedua (secondary treatment)................... 65 4.3.2.4Pengolahan Ketiga (tertiery treatment)....................... 65 4.4 Permasalahan Pada Pengelolaan IPAL Pabrik Kelapa Sawit PT. X 68 4.5 Hasil Pemeriksaan Laboraturium Air Limbah................................... 71 BAB V PEMBAHASAN.................................................................................... 72 5.1 Metode Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit Pabrik PT. X.......... 72 5.2 Permasalahan Sistem Pengelolaan IPAL Pabrik Kelapa Sawit PT.X ................................................................................................. 74 5.2.1 Land Aplikasi ......................................................................... 77 5.3 Baku Mutu Air Limbah Cair Kelapa Sawit PT. X............................. 78 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 85 6.1 Kesimpulan........................................................................................ 85 6.2 Saran.................................................................................................. 86 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN



x



Universitas Sumatera



DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak Sawit....................................................................... 35 Tabel 4.1 Penjelasan Unit Proses pada IPAL Pabrik Kelapa Sawit PT. X........ 67 Tabel 4.2 Mutu Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit Pt. X Sebelum (Inlet) dan Sesudah (Outlet) Pengolahan IPAL pada Bulan September 2017.................................................................................................. 71



xi Universitas Sumatera



DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air Limbah.......................................................................................... 12 Gambar 2.2 Alur proses pengolahan minyak kelapa sawit............................... 33 Gambar 2.3 Skema pengolahan air limbah minyak kelapa sawit..................... 40 Gambar 4.1 Proses produksi CPO di PT. X...................................................... 58 Gambar 4.2 Skema aliran proses pengolahan limbah di IPAL pabrik kelapa sawit PT. X.................................................................................... 66



xii Universitas Sumatera



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Observasi Lampiran 2. Berita acara pengambilan sampel/contoh uji Lampiran 3. Baku Mutu Air Limbah PermenLH No. 5 Tahun 2014 Lampiran 4. Hasil pemeriksaan air limbah pabrik kelapa sawit Lampiran 5. Surat permohonan izin penelitian Lampiran 6. Surat keterangan selesai penelitian dari pihak pabrik kelapa sawit PT. X Lampiran 7. Dokumentasi penelitian



xiii Universitas Sumatera



RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Anis Syafira Pulungan yang dilahirkan pada tanggal 24 Februari 1996 di Pangkalan Berandan. Beragama Islam, tinggal di Jalan Ikan Senangin No. 31 Tanah Tinggi, Binjai. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Ayahanda Puli Pulungan dan Ibunda Dra. Lailan Suraiya. Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Taman Kanak-Kanak Dharma Patra Pangkalan Berandan pada tahun 2000 dan selesai tahun 2001, Sekolah Dasar Dharma Patra Pangkalan Berandan pada tahun 2001 dan selesai tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Dharma Patra Pangkalan Berandan pada tahun 2007 dan selesai tahun 2010, Sekolah Menengah Atas Dharma Patra Pangkalan Berandan pada tahun 2010 dan selesai tahun 2013, pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan SI di Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan dan selesai tahun 2017.



xiv Universitas Sumatera



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sektor industri akhir-akhir ini berkembang sangat pesat. Perkembangan industri ini memberikan dampak positif antara lain berupa kenaikan devisa negara, transpor teknologi dan penyerapan tenaga kerja. Namun demikian, perkembangan di sektor industri ini juga memberikan dampak negatif, yaitu berupa limbah industri yang bila tidak dikelola dengan baik akan mengganggu



keseimbangan



lingkungan,



sehingga



pembangunan



yang



berwawasan lingkungan tidak dapat tercapai (Pramudyanto, 2003). Kegiatan industri dan teknologi dapat memberikan dampak langsung.Di samping juga memberikan dampak tak langsung.Dikatakan dampak langsung apabila akibat kegiatan industri dan teknologi tersebut dapat langsung di rasakan oleh manusia.Dampak langsung yang bersifat positif memang diharapkan.Akan tetapi, dampak tak langsung yang bersifat negatif yang mengurangi kualitas hidup manusia harus dihindari atau dikurangi.Adapun dampak langsung yang bersifat negatif akibat kegiatan industri dan teknologi, dapat dilihat dari terjadinya masalah-masalah pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan (Wardhana, 2004). Pencemaran lingkungan menurut UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup pasal 1 (ayat 12) adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan hidup manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu



1 Universitas Sumatera Utara



2



yang



menyebabkan



lingkungan



tidak



dapat



berfungsi



sesuai



dengan



peruntukannya. Sedangkan lingkungan hidup menurut UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup pasal 1 (ayat 1) adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Perkembangan industri yang sangat cepat saat ini menyebabkan limbahlimbah industri pun menjadi bertambah.Sebagai akibatnya limbah yang di buang ke lingkungan semakin berat.Padahal kemampuam alam untuk menerima beban limbah sangat terbatas, sehingga dipastikan bahwa self purification saat ini telah terlampaui (Taufiq, 2010). Jenis limbah industri banyak macamnya, tergantung dari bahan baku yang di pakai dalam industri dan sesuai dengan proses dari masing-masing industri. Dengan demikian, pemecahan yang di butuhkan juga berbeda untuk mencapai baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Miswan, 2004). Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit (Manurung,2004). Pada saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit, bahkan saat ini telah menempati posisi kedua di dunia. Indonesia adalah Negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia,yaitu sebesar 34,18% dari luas areal kelapa sawit dunia. Pencapaian produksi rata-rata kelapa sawit Indonesia tahun 2004-2008 tercatat sebesar 75,54 juta ton tandan buah segar (TBS) atau 40,26% dari total produksi kelapa sawit dunia (Yan Fauzi,2012).



Universitas Sumatera



3



Proses pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan limbah cair. Sebagaimana limbah industri pertanian lainnya, limbah cair kelapa sawit pun mempunyai kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya bahan organik tersebut mengakibatkan beban pencemaran yang semakin besar, karena diperlukan degradasi bahan organis yang lebih besar.Limbah cair kelapa sawit mengandung padatan melayang dan terlarut maupun emulsi minyak dalam air. Apabila limbah tersebut langsung di buang kesungai maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang sangat tajam, dan dapat merusak daerah pembiakan ikan (said, 1996). Mengingat tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah cair yang tidak dikelola dengan baik maka diperlukan pemahaman dan informasi mengenai pengelolaan limbah cair secara benar. Limbah cair industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air (Rusmey, 2009). Keputusan



Menteri



Negara



lingkungan



hidup



nomor



51/X/1995



menyebutkan bahwa jenis beban pencemar berbahaya yang terkandung dalam limbah hasil kegiatan minyak sawit berupa : BOD (Biological Oxygen Demand) sebesar 250 mg/L), COD (Chemical Oxygen Demand) sebesar 500 mg/L, TSS (Total Suspended Solid) sebesar 300 mg/L, minyak dan lemak sebesar 30 mg/L, amonia total (sebagai NH3,-N) sebesar 20 mg/L, dan pH sebesar 6,0-9,0. Dari parameter-parameter tersebut dapat ditentukan berapa banyak limbah cair yang memenuhi baku mutu untuk dapat dialirkan ke badan sungai. Kesemua bahan



Universitas Sumatera



4



pencemar tersebut dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan, maka itu perlu dilakukan pengawasan dalam pengolahan limbah tersebut. Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Verawaty,Dian dan Ramly pada tahun 2014 mengenai analisis kadar BOD dan COD pada pengolahan limbah cair kelapa sawit PT. Lestari Tani Teladan (LTT) Di Provinsi Sulawesi Tengah mengatakan bahwa hasil kadar BOD sebelum pengolahan ialah pada titik pertama pengambilan sampel sebesar 435 mg/l dan pada titik kedua sebesar 552,5 mg/l, sedangkan kadar BOD sesudah pengolahan ialah pada titik pertama sebesar 792,5 mg/l dan titik kedua 610 mg/l. Sedangkan kadar COD sebelum pengolahan ialah pada titik pertama pengambilan sampel sebesar 222 mg/l dan pada titik kedua sebesar 246 mg/l, sedangkan kadar COD sesudah pengolahan ialah pada titik pertama sebesar 125 mg/l dan titik kedua sebesar 141 mg/l. Dari kedua parameter kimia yang telah diuji yang belum memenuhi standar baku mutu kualitas limbah cair bagi kegiatan industri kelapa sawit sesuai PermenLH No. 5 tahun 2014, yaitu nilai BOD karena melebihi 100 mg/l. Sedangkan nilai COD sudah memenuhi standar baku mutu karena kurang dari 350 mg/l. PT. X adalah salah satu pabrik kelapa sawit yang menghasilkan minyak sawit (Crude Palm Oil), untuk menghasilkan minyak sawit membutuhkan tandan buah segar dengan kapasitas olah adalah 20 Ton TBS/jam. Limbah cair kelapa sawit pabrik PT. X berasal dari kegiatan pengolahan tandan buah segar meliputi air untuk proses pengolahan maupun untuk air cleaning pabrik. Inilah merupakan salah satu alasan mengapa peneliti menjadikan air limbah cair kelapa sawit pabrik PT. X sebagai objek penelitian. Dengan banyak nya kapasitas olah tandan buah



Universitas Sumatera



5



segar yaitu 20 ton TBS/jam pabrik kelapa sawit harus melakukan pengendalian terhadap air limbah dan pengawasan mutu air limbah. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada pabrik PT. Xyaitu proses penampungan limbah cair kelapa sawit menggunakan sistem IPAL yang yang terdiri dari 10 kolam untuk menangani limbah cair dengan kapasitas dari masing-masing kolam serta fungsi karakter kolam tersebut yang nantinya hasil akhir dari pengolahan limbah akan mengeluarkan kualitas limbah yang memenuhi syarat untuk di buang ke sungai atau ke badan air, namun pabrik kelapa sawit PT. X masih belum membuang limbah pengolahan akhir ke sungai atau badan air tetapi apabila hujan turun limbah meluap dan terbuang ke badan air yang menuju ke sungai yang masih di gunakan masyarakat, dan masyarakat mengeluhkan kepada pihak pabrik apabila limbah tersebut meluap ketika hujan turun. Berdasarkan data limbah terakhir yang di uji oleh pihak pabrik PT. X yang peneliti dapat pada survey pendahuluan Bahwa hasil akhir (outlet) untuk konsentrasi BOD yaitu 20167,20 mg/l, COD yaitu 2179,44 mg/l, TSS yaitu 720 mg/l. Dari data tersebut menunjukkan bahwa hasil akhir yang di uji pada bulan juni 2016 masih melebihi syarat baku mutu lingkungan berdasarkan PermenLH No. 5 tahun 2014. Oleh karena itu, perlu proses pengolahan air limbah kembali sehingga semua parameter untuk pabrik kelapa sawit memenuhi syarat baku mutu lingkungan dan apabila di buang kelingkungan atau badan air tidak mencemari. Maka peneliti ingin mengetahui sistem pengelolaan limbah cair kelapa sawit dan kualitas limbah cair yang berasal dari inlet dan outlet IPAL yang dihasilkan dari



Universitas Sumatera



6



limbah pabrik kelapa sawit PT. X sudah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah. 1.2 Rumusan masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian



ini adalah tingginya



kadarparameter yang dikeluarkan IPAL dan belum diketahuinya proses pengolahan di IPAL pabrik kelapa sawit PT. X. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis pengelolaan limbah cair kelapa sawit dan kualitas air limbah cair di pabrik kelapa sawit PT. X. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk menganalisis kualitas limbah cair sebelum pengolahan (inlet) berupa pengukuran kadarDO, BOD, COD, TSS, pH, minyak dan lemak pada pabrik kelapa sawit PT. X. 2. Untuk mengetahui metode pengolahan limbah cair kelapa sawit PT. X. 3. Untuk menganalisis kualitas limbah cair sesudah pengolahan (oulet) berupa pengukuran kadar DO, BOD, COD, TSS, pH, minyak dan lemak pada pabrik kelapa sawit PT. Xdan membandingkan dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah. 4. Untuk mengetahui permasalahan pada pengelolaan IPAL pada pabrik kelapa sawit PT. X.



Universitas Sumatera



7



1.4 Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang penanganan limbah cair pabrik kelapa sawit. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam rangka pembangunan industri berwawasan lingkungan. 3. Sebagai bahan masukan bagi pabrik mengenai air limbah dan prosesnya, sehingga pabrik melakukan pengelolaan limbah pabrik lebih baik lagi agar hasil pengelolaan limbah cair memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014. 4. Sebagai bahan pembelajaran bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada umum dan khusus nya bagi peminatan kesehatan lingkungan.



Universitas Sumatera



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah 2.1.1 Pengertian Limbah Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang di buang yang berasal dari rumah tangga, industri ataupun tempat-tempat umum lainnya,



serta pada umumnya mengandung zat-zat yang dapat



membahayakan bagi kesehatan manusia, mempengaruhi aktivitas makhluk hidup lain, dan dapat merusak lingkungan hidup (Notoatmojo.2011). Menurut Kristanto (2002) Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relative sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya. 2.1.2 Karakteristik Limbah Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu limbah cair, limbah gas dan partikel dan limbah padat. 2.2 Limbah cair 2.2.1 Pengertian Limbah Cair Keputusan



Menteri



Negara



lingkungan



hidup



nomor



51/X/1995



menyebutkan bahwa Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan



8 Universitas Sumatera Utara



9



oleh kegiatan industri yang di buang ke lingkungan dan di duga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber dosmetik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber industri dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan, atau air hujan (Suparman, Suparmin, 2002). Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar, 2004). Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung dari kegiatan industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses produksi sedang berlangsung, dimana produk dan limbah hadir pada saat yang sama. Sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum proses maupun sesudah proses produksi (Ginting, 2007). Menurut Chandra (2006), limbah industri (industrial waste) adalah limbah yang berbentuk cair dapat berasal dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya. Selain itu limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga di dalam proses pengolahannya, air harus dibuang.



Universitas Sumatera



10



Menurut Mulia (2005), air limbah industri umunya terjadi sebagai akibat adanya pemakaian air dalam proses produksi. Di industri, air umumnya memiliki beberapa fungsi berikut: 1.



Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses industri



2.



Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku



3.



Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler, pada pabrik minuman



4.



Untuk mencuci dan membilas produk dan/atau gedung serta instalasi Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi



tergantung dari jenis dan besar-kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak tertinggi aliran selalu tidak akan dilewati apabila menggunakan tangki penahan dan bak pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh industri yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan sekitar 50 m3/ha/hari. Sebagai patokan dapat dipergunakan pertimbangan bahwa 85 – 95% dari jumlah air yang digunakan adalah berupa air limbah apabila industri tersebut tidak menggunakan kembali air limbah. Apabila industri tersebut memanfaatkan kembali air limbahnya, maka jumlahnya akan lebih kecil lagi (Sugiharto, 1987). Menurut Azwar (1996), untuk menentukan derajat pengotoran air limbah industri, ada beberapa cara, yakni: 1. Mengukur adanya E.Coli dalam air. Ukuran yang dipakai biasanya jumlah E.Coli untuk setiap ml air limbah. Jelaslah yang diukur disini ialah bahan pengotor yang bersifat organis.



Universitas Sumatera



11



2. Mengukur suspended solid, yang biasanya dinyatakan dalam ppm. 3. Mengukur zat-zat yang mengendap dalam air limbah industri yang dinyatakan dalam ppm. 4. Mengukur kadar oksigen yang larut yang dinyatakan dalam ppm. Pengukuran kadar oksigen yang larut ini dianggap pokok karena dengan diketahuinya kadar oksigen, dapat ditentukan apakah air tersebut dapat dipakai untuk kehidupan, misalnya untuk memlihara ikan, tumbuhan dan lain sebagainya. Ada beberapa cara yang dikenal untuk mengukur kadar oksigen dalam air limbah industri, antara lain yaitu Kebutuhan Oksigen Biologi (Biological Oxygen Demand), Kebutuhan Oksigen Kimia (Chemical Oxygen Demand), dan Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen). 2.2.2 Sumber Air Limbah Menurut Kusnoputranto (2002) air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut: 1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik. 2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan



Universitas Sumatera



12



jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.



3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempattempatumum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga. 2.2.3 Komposisi Air Limbah Menurut Sugiharto (1987), sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi, secara garis besar zat-zat yang terdapat di dalam air limbah dapat di kelompokkan seperti pada skema berikut ini. Air limbah



Utara



Air (99,9%)



Protein (65%)



Bahan padat (0,1%)



Anorganik Garam



Organik (25%) Karbohidrat



Lemak (10%)



Butiran



Metal



Gambar 2.1 Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air limbah 2.2.4 karakteristik Air Limbah Menurut Chandra (2006), ada beberapa karakteristik khas yang dimiliki air limbah seperti berikut ini:



Universitas Sumatera



1



1. Karakteristik fisik Air limbah terdiri dari 99,9% air, sedangkan kandungan bahan padatnya mencapai 0,1% dalam bentuk suspensi padat (suspended solid) yang volumenya bervariasi anatara 100-500 mg/l. apabila volume suspensi padat kurang dari 100 mg/l, air limbah disebut lemah, sedangkan bila lebih dari 500 mg/l disebut kuat. 2. Karakteristik kimia Air limbah biasanya bercampur dengan zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih dan zat organk dari limbah itu sendiri.Saat keluar dari sumber, air limbah bersifat basa. Namun, air limbah yang sudah lama atau membusuk akan bersifat asam karena sudah mengalami kandungan bahan organiknya telah mengalami



proses



dekomposisi



yang



dapat



menimbulkan



bau



tidak



menyenangkan. Komposisi campuran dari zat-zat itu dapat berupa: a.



Gabungan dengan nitrogen misalnya urea, protein, atau asam amino



b.



Gabungan dengan non-nitrogen misalnya lemak, sabun, atau karbohidrat.



3. Karakteristik bakteriologis Bakteri patogen yang terdapat dalam air limbah biasanya termasuk golongan E.coli . 2.2.5 Parameter Air Limbah Parameter air limbah perlu diketahui agar dapat ditentukan apakah air tersebut sudah tercemar dan dapat dikatakan air limbah. Menurut Kusnoputranto (2002), beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air limbah antara lain adalah:



Universitas Sumatera



14



1. Kandungan zat padat Yang diukur adalah dalam bentuk total solid, suspended solid, dan dissolved solid. 2. Kandungan zat organik Salah satu penentuan zat organik adalah dengan mengukur BOD (Biochemical Oxygen Demand) dari air buangan. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan dekomposisi aerobik bahan-bahan dalam larutan, dibawah kondisi waktu dan suhu tertentu (biasanya lima hari pada 20°C). 3. Kandungan zat anorganik Beberapa komponen zat anorganik yang penting adalah nitrogen dalam senyawaan nitrat, fosfor, H2O dalam zat beracun, dan logam berat seperti Hg, Cd, Pb, dan lainnya. 4. Gas Adanya gas N2, O2, dan CO2 pada air limbah berasal dari udara yang larut kedalam air sedangkan gas H2S, NH3, dan CH4 berasal dari proses dekomposisi air limbah. Oksigen dapat diketahui dengan mengukur DO (Dissolved Oxygen).Makin rendah DO maka makin tinggi kandungan zat organiknya. 5. Kandungan bakteriologis Untuk menganalisis bakteri patogen dalam air limbah cukup sulit sehingga parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat jumlah golongan coliform



Universitas Sumatera



15



(MPN/Most Probably Number) dalam sepuluh mili limbah serta perkiraan terdekat jumlah golongan coliform tinja dalam seratus mili air limbah. 6. pH Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan bilogis karena pH yang kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan menganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka. 7. Suhu Suhu air limbah umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu udara, tapi lebih tinggi dari suhu air minum. 2.2.6 Tujuan Pengelolaan Air Limbah Limbah yang dihasilkan harus memenuhi standar baku mutu limbah dan sesuai dengan baku mutu lingkungan yang berlaku bagi kondisi lingkungan dimana kegiatan industri sedang berlangsung. Karena itu setiap parameter harus tersedia nilainya sebelum masuk sistem pengolahan dan setelah limbah keluar sistem pengolahan harus ditetapkan nilai-nilai parameter yang harus dicapai. Artinya harus diungkapkan kualitas limbah sebelum dan sesudah limbah diolah dan apakah limbah ini memenuhi syarat baku mutu (Ginting, 2007). Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan terlebih dahulu.Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Disamping itu, pengelolaan air limbah



penting



dilakukan



agar



air



limbah



yang



mengandung



banyak



mikroorganisme patogen dan menimbulkan bau dapat diolah agar saat dibuang tidak mencemari badan air maupun dari segi estetikanya dan sesuai



Universitas Sumatera



16



dengan baku mutu. Menurut Chandra (2006), adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri, anatara lain: 1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga. 2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air. 3. Menghindari pecemaran tanah permukaan. 4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit. Menrut Azwar (1996), pengolahan air limbah pada dasarnya bertujuan untuk: 1. Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman terjangkitnya penyakit. Hal ini mudah dipahami karena air limbah sering dipakai sebagai tempat berkembangbiaknya berbagai macam bibit penyakit. 2. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah tersebut mengandung zat organis yang membahayakan kelangsungan hidup. 3. Menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup sehari-hari, terutama jika sulit ditemukan air yang bersih. 2.2.7 Dampak Buruk Air Limbah Industri Menurut Sugiharto (1987), sesuai dengan batasan dari air limbah yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi, tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu di lakukan pengelolaan, karna apabila limbah ini tidak di kelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada.



Universitas Sumatera



17



Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Menurut Mulia (2005), beberapa dampak buruk tersebut adalah sebagai berikut:



1. Gangguan kesehatan Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air (waterborne disease).Selain itu di dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi mahluk hidup yang mengkonsumsinya.Adakalanya air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain). 2. Penurunan Kualitas Lingkungan Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya: sungai dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Adakalanya, air limbah juga merembes ke dalam tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukannya. 3. Gangguan terhadap keindahan Adakalnya air limbah mengadung polutan yang tidak mengganggu kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan.Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila terurai menghasilkan gas-gas yang berbau.Bila air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.



Universitas Sumatera



18



4. Gangguan terhadap kerusakan benda Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri anaerobic menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air limbah) dan buangan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material. Untuk menghindari terjadinya gangguan – gangguan di atas, air limbah yang dialirkan ke lingkungan harus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan dalam Baku Mutu Air Limbah. 2.2.8 Tahapan Pengolahan Air Limbah Menurut Sugiharto (1987) tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel tercampur, serta membunuh organime patogen.Selain itu, diperlukan juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah.Untuk itu diperlukan pengolahan secara bertahap agar bahan tersebut di atas dapat dikurangi. Proses pengolahan limbah cair pada umumnya dibagi menjadi empat kelompok, yaitu (Soeparman dan Soeparmin, 2002) : 1. Pengolahan Pendahuluan Pengolahan pendahuluan digunakan untuk memisahkan padatan kasar, mengurangi ukuran padatan, memisahkan lemak/minyak, dan proses



Universitas Sumatera



19



menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung. Unit yang terdapat dalam pengolahan pendahuluan: a.



Saringan (bar screen/bar racks)



b.



Pencacah (communitor)



c.



Bak penangkap pasir (gift chamber)



d.



Penangkap lemak dan minyak (skinner and grease trap)



e.



Bak penyetaraan (equalization basin)



2. Pengolahan Tahap Pertama Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi kandungan padatan tersuspensi



melalui



proses



pengendapan



(sedimentation).



Pada



proses



pengendapan, partikel padat dibiarkan dibiarkan mengendap ke dasar tangki. Bahan kimia biasanya ditambahkan untuk menetralisasi dan meningkatkan kemampuan pengurangan padatan tersuspensi.BOD dapat mencapai 35% sedangkan TSS berkurang sampai 60%. Pengurangan BOD dan padatan pada tahap awal ini selanjutnya akan mengurangi beban pengolahan tahap kedua. 3. Pengolahan Tahap Kedua Pengolahan tahap kedua berupa aplikasi proses biologis yang bertujuan untuk mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis. Proses biologis yang dipilih didasarkan atas pertimbangan kuantitas limbah cair yang masuk unit pengolahan, kemampuan pengurangan zat organik yang ada pada limbah tersebut (biodegrability of wastes), serta tersedianya lahan.Pada unit ini diperkirakan terjadi pengurangan kandungan BOD dalam rentang 35-95% bergantung pada kapasitas unit pengolahnya.Pengolahan tahap kedua yang



20



Universitas Sumatera



menggunakan high rate treatment mampu menurunkan BOD dengan efisiensi berkisar 50-85%.Unit yang biasa digunakan pada pengolahan tahap kedua berupa saringan tetes (trickling filters), unit lumpur aktif, dan kolam stabilisasi.



4. Pengolahan Tahap Ketiga atau Pengolahan Lanjutan Beberapa standar efluen membutuhkan pengolahan tahap ketiga ataupun pengolahan tahap lanjutan untuk menghilangkan kontaminan tertentu ataupun menyiapkan limbah cair tersebut untuk pemanfaatan kembali.Pengolahan pada tahap ini lebih difungsikan sebagai upaya peningkatan kualitas limbah cair dari pengolahan tahap kedua agar dapat dibuang ke badan air penerima dan penggunaan kembali efluen tersebut. Pengolahan tahap ketiga, disamping masih dibutuhkan untuk menurunkan kandungan BOD, juga dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa fosfor dengan bahan kimia sebagai koagulan, menghilangkan senyawa nitrogen melalui proses ammonia stripping menggunakan udara ataupun nitrifikasi denitrifikasi dengan memanfaatkan reaktor biologis, menghilangkan sisa bahan organik dan senyawa penyebab



warna



melalui



proses



absorpsi



menggunakan



karbon



aktif,



menghilangkan padatan terlarut melalui proses pertukaran ion, osmosis balik, maupun elektrodialisis. Menurut Sugiharto (1987), pengolahan limbah cair dapat dikelompokkan menjadi enam tingkatan : 1. Pengolahan pendahuluan (pre treatment)



21



Pada pengolahan pendahuluan ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengambilan benda yang terapung dan pengambilan benda mengendap seperti pasir.Pengambilan terhadap benda terapung ini dilakukan dengan melewatkan air limbah tersebut melalui celah-celah saringan kasar dan dapat juga digunakan communitor untuk memotong zat padat pada air limbah tanpa mengambilnya dari aliran air tersebut.Untuk pengambilan benda mengendap, disediakan bak pengendap pasir untuk mencegah terjadinya kerusakan alat karena pengikisan dan mencegah terganggunya saluran serta mengurangi endapan pada pipa penyalur dan sambungan, serta mengurangi frekuensi pembersihan pada tangki pencerna sebagai akibat terjadinya tumpukan pasir. 2. Pengolahan pertama (primary treatment) Pengolahan ini bertujuan untuk menghilangkan zat padat terlarut melalui pengendapan atau pengapungan. Pengendapan adalah kegiatan utama pada tahap ini dan pengendapan yang dihasilkan karena adanya kondisi yang sangat tenang.Bahan kimia juga dapat ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau meningkatkan pengurangan dari partikel yang terlarut. 3. Pengolahan kedua (secondary treatment) Pengolahan kedua ini mencakup proses biologis untuk mengurangi bahanbahan organik melalui mikroorganisme yang ada didalamnya. Proses ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: jumlah air limbah, tingkat kekotoran, jenis kotoran yang ada, dan sebagainya. Reaktor pengolahan lumpur aktif (activated sludge) dan saringan penjernihan biasanya dipergunakan dalam tahap ini. Pada proses penggunaan lumpur aktif, maka air limbah yang telah lama



Universitas Sumatera



22



ditambahkan pada tangki aerasi dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah bakteri secara cepat agar proses biologis dalam menguraikan bahan organik berjalan lebih cepat. Lumpur aktif tersebut dikenal dengan MLSS (Mizeed Liquiour Suspended Solid).



4. Pengolahan ketiga (tertiary treatment) Pengolahan ini merupakan lanjutan dari pengolahan-pengolahan terdahulu. Pengolahan jenis ini baru akan dipergunakan apabila pada pengolahan pertama dan kedua masih banyak terdapat zat tertentu yang masih berbahaya bagi masyarakat umum. Pengolahan ketiga ini merupakan pengolahan secara khusus sesuai dengan kandungan zat yang terbanyak dalam air limbah.Biasanya dilaksanakan pada pabrik yang menghasilkan limbah yang khusus pula. 5. Pembunuhan bakteri (disinfectant) Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme patogen yang ada dalam air limbah. 6. Pengolahan lanjut (ultimate disposal) Dari setiap tahap pengolahan air limbah, maka hasilnya adalah berupa lumpur yang perlu dilakukan pengolahan secara khusus agar lumpur tersebut dapat digunakan kembali untuk keperluan kehidupan, misalnya untuk menimbun lubang. Menurut Achmad (2004), bahwa metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam. Merode ditetapkan berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi yang terkandung dalam air



Universitas Sumatera



23



limbah. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial terdiri dari : 1. Pengolahan Primer (primary treatment) Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara fisika : 1. Penyaringan (Screening) Limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji saring.Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah. 2. Pengolahan Awal (Pretreatment) Limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut gritchamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya. 3. Pengendapan Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ketangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama



Universitas Sumatera



24



dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair di diamkan agar partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Endapan partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah kesaluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation). 4. Pengapungan (Floation) Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan. Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya. 2. Pengolahan Sekunder (secondary treatment) Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi



Universitas Sumatera



25



bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob. Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu : a. Metode penyaringan dengan tetesan (Metode Trickling Filter) Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan ketebalan ± 1 – 3 m. Limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan. Dalam



tangki



pengendapan,



limbah



kembali



mengalami



proses



pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan b. Metode lumpur aktif (Metode Activated Sludge) Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses



Universitas Sumatera



26



pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.



c. Metode kolam perlakuan (Metode Treatment ponds/ Lagoons) Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat.Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aerob untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurkan untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut. 3. Pengolahan Tersier (tertiery treatment) Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan



atau



masyarakat.Pengolahan



tersier



bersifat



khusus,



artinya



pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.



Universitas Sumatera



27



Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik. Beberapa jenis pengolahan yang sering dipergunakan antara lain : a. Saringan pasir Penyaringan adalah pengurangan lumpur tercampur dan partikel koloid dari air limbah dengan melewatkan pada media yang porous.Saringan ini ada dua jenis yaitu saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat. b. Saringan multimedia Penyaringan multimedia ini dengan menggunakan saringan yang berbeda granulanya misalnya 0.5 meter antacid dengan 1 mm pada bagian atas, 0.3 meter pasir silika dengan diameter 0.5 mm. Satu penyaringan menghasilkan 2.7 – 5.4 liter/ meter kubik per detik. c. Microstainning Saringan microstainning terdiri dari bahan drum yang diputar sedangkan drum itu dibungkus ayakan bahan stainless steel. Pada penggunaannya drum diputar dengan 2/3 bagian dari drum terendam di dalam air limbah sehingga air cukup jernih dapat masuk ke dalam drum sedangkan lumpur tertahan pada ayakan pembungkusnya dan melekat sehingga ikut terangkat ke atas pada waktu berputar. d. Vacuum filter



Universitas Sumatera



28



Saringan ini terdiri dari drum horizontal yang dilapisi dengan filter medium atau spiral, kemudian diputar dalam campuran lumpur dan limbah dengan 1/4 bagian dari drum terendam larutan. e. Penyerapan Penyerapan secara umum adalah proses pengumpulan benda-benda terlarut yang terdapat dalam antara dua permukaan. f. Pengurangan besi dan mangaan Keberadaan ferric dan manganic larutan dapat terbentuk dengan adanya pabrik tenun, kertas, dan pro industri. Fe dan Mn dapat dihilangkan dari dalam air dengan melakukan oksidasi menjadi Fe(OH3) dan MnO2 yang tidak larut dalam air, kemudian diikuti dengan pengendapan dan penyaringan. Oksidator utama adalah molekul oksigen dari udara, klosin atau KMNO4. g. Osmosis bolak-balik Osmosis bolak-balik adalah satu diantara sekian banyak teknik pengurangan bahan mineral yang diterapkan untuk memproduk air yang siap dipergunakan lagi. Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis. 5. Desinfeksi (Pembunuh Kuman) Tahap selanjutnya adalah proses desinfeksi yang akan menurunkan atau menghilangkan mikroorganisme pathogen. Desinfeksi dapat dilakukan dengan berbagai cara fisik atau dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Dalam



Universitas Sumatera



29



menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : a. Daya racun zat b. Waktu kontak yang diperlukan c. Efektivitas zat d. Kadar dosis yang digunakan e. Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan f. Tahan terhadap air g. Biayanya murah Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet (UV), atau dengan ozon (O3). Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan. 6. Pengolahan Lanjut (Ultimated Disposal) Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder maupun tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dpat dibuang secara langsung, melainkan perlu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternative, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated). 2.2.9 Cara Pengolahan Air Limbah



Universitas Sumatera



30



Menurut Kusnoputranto 2002, pengolahan air limbah adalah memberi perlakuan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik air limbah yang dihasilkan, dengan maksud untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Beberapa cara pengolahan air buangan adalah :



1. Pengenceran (dilution) Yakni pengolahan dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Akan tetapi dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia terutama di bidang industri, maka jumlah air limbah yang harus dibuang menjadi terlalu banyak. Karenanya diperlukan air pengenceran yang terlalu banyak pula maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini mendatangkan kerugian antara lain adalah bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air, oksigen terlarut dalam air menjadi cepat habis sehingga menggangu kehidupan organisme dalam air, serta meningkatnya pengendapan zatzat padat dan mempercepat pendangakalan sehingga terjadi penyumbatan yang akan menghasilkan banjir. 2. Kolam oksidasi (oxidation ponds) Prinsip kerja darai pengolahan ini adalah pemanfaatn sinar matahari, ganggang (Algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segiempat dengan kedalaman antara 12 meter.Lokasi kolam harus di daerah yang terbuka sehingga memungkinkan



Universitas Sumatera



31



sirkulasi angin dengan baik. Pengolahan dengan cara ini menurunkan nilai BOD sehingga relative aman bila dibuang ke badan air. 3. Irigasi (irrigation) Yaitu pengolahan dengan mengalirkan air limbah ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Air limbah yang berasal dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan yang banyak mengandung zat-zat organic dan kadar protein yang tinggi, dapat digunakan untuk pengairan lading pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi sebagai pemupukan. 2.3 Proses Pengolahan Minyak Sawit Menurut Basiron (2005), pengolahan buah sawit menjadi minyak sawit (Crude Plam Oil) di lakukan dalam beberapa tahap yaitu penerimaan tandan buah segar (TBS), perebusan, perontokan, pelumatan, ekstraksi minyak dan klarifikasi. 1. Penerimaan Tandan Buah Segar Tandan buah segar (TBS) di kelola dengan baik untuk menghindari kerusakan pada buah yang menyebabkan rendahnya kualitas minyak yang di hasilkan. 2. Perebusan Perebusan dilakukan menggunakan uap pada tekanan 3 kg/cm2 pada suhu 143 oC



selama 1 jam. Proses ini di lakukan untuk mencegah naiknya jumlah asam



lemak bebas karena reaksi enzimatik, mempermudah perontokan buah, dan mengkondisika inti sawit untuk meminimalkan pecahnya inti sawit selama pengolahan berikutnya. 3. Perontokan



Universitas Sumatera



32



Tujuan dari perontokan adalah memisahkan buah yang sudah dierbus dari tandannya. Perontokan di lakukan dengan dua cara yaitu penggoyongan dengan cepat dan pemukulan. 4. Pelumatan Pelumatan dilakukan untuk memanaskan buah kembali, memisahkan perikrap dari inti, dan memecah sel minyak sebelum mengalami ekstraksi.Kondisi terbaik pelumatan ada pada suhu 95-100 oC selama 20 menit. 5. Ekstraksi minyak Ekstraksi minyak biasanya dilakukan dengan mesin pres akan menghasilkan dua kelompok produk yaitu 1. campuran antara air, minyak dan padatan, 2. Cake yang mengandung serat dan inti. 6. Klarifikasi Minyak kasar hasil ekstraksi akan memiliki komposisi 66% minyak, 24% air, dan 10% padatan bukan minyak (nonoily solids, NOS). karena kandungan padatannya cukup tinggi, maka harus dilarutkan dengan air untuk mendapatkan pengendapan yang diinginkann. Setelah dilarutkan, minyak kasar di saring untuk memisahkan bahan berserat.Produk kemudian di endapkan untuk memisahkan minyak dan endapan.Minyak pada bagian atas di ambil dan di lewatkan



pada



pemurni



setrifugal



yang



diikuti



oleh



pengering



vakum.Selanjutnya didinginkan sebelum di simpan dalam tangki penyimpanan.



Universitas Sumatera



3



Penerimaan TBS Proses sterilisasi Mesin bantingan



Tandan kosong



Buah sawit Proses pengepresan



Bui sawit



CPO kotor



Pemecahan biji



Proses penjernihan



Pengolahan limbah



Pengolahan limbah



hydrocyclone



CPO bersih



Limbah cair



Limbah cair



Palm kernel



Digunakan untuk pupuk tanaman di lapangan



Pembuangan sesuai ketentuan pemerintah



cangkang



Digunakan untuk bahan bakar boiler



Gambar 2.2 Alur proses pengolahan minyak kelapa sawit 2.3.1 Bahan Baku dan Penolong Minyak Sawit Bahan baku utama di PT. X untuk proses pengolahan atau produksinya adalah tandan buah segar (TBS) dengan menerima tandan buah segar (TBS) sekitar 20 ton/ hari. Penilaian tarhadap mutu dari TBS di dasarkan pada standar produksi tandan.



se ra t



Universitas Sumatera Utara



34



Bahan baku pembantu dalam proses pengolahan produksi minyak mentah (CPO) adalah raw water atau air pengolahan yang mengunakan bahan kimia seperti tawas/alumunium sulfat (12.040 gr/ton TBS), soda ash (60gr/ton TBS), koporit (1-2 gr/ton TBS), serta kebutuhan air/ton TBS (1,20 – 1.50 m3). 2.3.2 Sumber Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit adalah ekses atau hasil sampingan dari suatu proses kegiatan industri yang menggunakan air per satuan waktu atau per satuan bahan baku (produksi), biasa di ukur dalam satuan liter per detik, meter kubik per bahan baku, dan meter kubik per produksi (Hamonangan,2009). Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang sangat tinggi, sehingga mengakibatkan tingginya kadar bahan pencemar dalam limbah cair yang di hasilkan. Diantara sejumlah limbah yang di hasilkan pabrik kelapa sawit di atas, yang menjadi permasalahan utama terhadap lingkungan hidup adalah limbah cair karena di samping volumenya yang cukup banyak serta pengelolaannya yang sering kali terabaikan oleh pihak manajemen.Apabila kandungan bahan organik dalam limbah cair buangan pabrik kelapa sawit tinggi dengan angka perbandingan BOD dan COD cukup besar, menunjukan bahwa air limbah buang pabrik kelapa sawit tidak mengandung komponen-komponen organik yang sukar didegradasi (Chin, 1981).



Universitas Sumatera



3



2.3.3 Parameter Air Limbah Industri Minyak Sawit Berdasarkan Peraturan Mentri Lingkungan RI No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah, parameter limbah cair untuk industri minyak sawit dapat di lihat pada tabel 2.1 yaitu: Tabel 2.1. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Industri Minyak Sawit Parameter



Kadar paling tinggi (mg/L)



Beban pencemaran paling tinggi (Kg/ton)



BOD



100



0,25



COD



350



0,88



TSS



250



0,63



Minyak dan lemak



25



0,063



Nitrogen Total (sebagai N)



50



0,125



pH



6,0-9,0



Debit limbah paling tinggi



2,5 m2 per ton produk minyak sawit (CPO)



Sumber: PermenLH No. 5 tahun 2014 2.3.4 Cara Pengolahan Air Limbah Minyak Sawit Menurut Hamonangan (2009), limbah pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan limbah yang mengandung padatan terlarut dan emulsi minyak di dalam air dan senyawa organik. Proses pengolahan limbah cair secara umum dapat dilakukan dalam beberapa metode atau sistem yaitu mencakup sistem aplikasi lahan, sistem kolam dan sistem kolam dengan elektrokoagulasi:



Universitas Sumatera



36



1. Sistem aplikasi lahan (Land Application) Sistem ini hanya menggunakan kolam limbah cair untuk proses pengolahannya, selanjutnya hasil akhir di manfaatkan ke areal tanaman yang dapat di jadikan sebagai subsitusi penampungan kedalam lahan-lahan tanaman yang telah di buat sedemikian rupa dalam bentu sistem distribusinya limbah cair. Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit dapat di lakukan dengan metode flatbed (perparitan), yaitu mengalirkan atau memompakan limbah cair dari instalasi pengolahan air limbah fakultatif ke dalam bak distribusi, dan secara grafitasi dialirkan melalui saluran parit penghubung hingga ke ujung saluran. Pembuatan pabrik dan teras yaitu dengan membangun kontruksi saluran di antara dua baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat mengalirkan limbah cair dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu, sehingga lumpur tertinggal di dalam parit, dan secara periodic lumpur yang tertinggal pada parit harus di kuras secara berkala agar aliran limbah cair dengan mudah dapat mengalir (Hamonangan 2009). Pada prinsipnya konsep pembuangan limbah cair kelapa sawit ke areal perkebunan kelapa sawit seperti dijelaskan di atas adalah suatu metode pemanfaatan limbah cair yang dapat berfungsi sebagai pupuk sehingga dapat mengehamat dalam pemupukan terhadap tanaman kelapa sawit, dari aspek ekonomis metode ini sangat menguntungkan tetapi tetap harus memperhatikan aspek kesehatan lingkungan dengan berpegang pada baku mutu sebelum dialirkan ke parit-parit di dalam kebun, tidak di benarkan pembuangan atau mengalirkan tanpa memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengelolaan limbah cair dari



Universitas Sumatera



37



hasil produksi kelapa sawit. Pemanfaatan metode ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian limbah di arel, agar diperoleh keuntungan dari segi argonomis dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan. Pemilihan teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit sangat tergantung kepada kondisi maupun faktor berikut: a. Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri, b. Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman kelapa sawit, c. Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya dengan air sungai atau pemukiman penduduk. 2. Sistem kolam (Ponding System) Pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem kolam ini merupakan sistem yang lazimnya digunakan oleh sejumlah pabrik kelapa sawit di Indonesia. Penggunaan sistem ini bertujuan untuk menanggulangi masalah limbah cair pada unit pengolahan limbah cair, pengolahan limbah cair kelapa sawit yang menggunakan sistem kolam (Ponding system) secara umum membutuhkan lahan yang cukup luas untuk proses tahapan sehingga dapat menghasilkan limbah cair akhir yang sesuai dengan nilai baku mutu air limbah yang direkomendasikan. Adapun tahapan tersebut adalah: a. Fat, fit (Kolam Pengumpulan Losis Minyak) Pada kola ini minyak yang masih ada dan terikut pada limbah cair hasil proses klarifikasi dapat diambil kembali.



Universitas Sumatera



38



b. Sludge Recovery Pons (Kolam Pengendapan Lumpur) Lumpur yang berasal dari pabrik kelapa sawit yaitu serat halus dari Tandan Buah Segar ikut serta dalam limbah cair, maka perlu dilakukan pengendapan. c. Cooling Tower (Menara Pendingin) Menara ini diperlukan untuk mendinginkan limbah cair pabrik kelapa sawit agar proses selanjutnya lebih mudah dilakukan, dan jika masih ada sisa minyak di dalamnya, dapat di ambil kembali pada kolam pendingin dan juga untuk proses pada kolam anaerob limbah cair yang masih panas. d. Cooling Pond (Kolam Pendingin) Kolam ini merupakan lanjutan proses pendinginan dari menara pendingin, proses ini dilakukan agar menghasilkan suhu yang sesuai untuk proses anaerobic dengan memanfaatkan bakteri. e. Mixing Pond (Kolam Pencampur) Air limbah pada kola mini mengalami asidifikasi, sehingga air limbah yang mengandung bahan organik lebih mudah mengalam biodegradasi dalam suasana anaerobic. Setelah hidrolisis sempurna, pH air limbah di netralkan (pH 7,0-7,5), dan kemudian diteruskan pada proses selanjutnya. f. Primary An Aerobik (Kolam Anaerobik) Pada kolam ini limbah cair kelapa sawit yang mengandung senyawa organik kompleks seperti lemak, karbohidrat dan protein akan dirombak oleh bakteri an aerobic menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana, karbohidrat dan air.



Universitas Sumatera



39



g. Secondary An Aerobik Pond (Kolam Penyempurnaan Anaerobik) Pada kolam ini proses an aerobik yang belum sempurna dari kolam an aerobik primer dilakukan penyempurnaan. h. Facultative Pond (Kolam Peralihan) Kolam ini merupakan kolam peraliham dari kolam an aerobik ke kolam aerobik. Pada kolam ini proses an aerobik masih tetap berlanjut, yaitu menyelesaikanproses yang belum terselesaikan pada an aerobik. i. Aerobik Pond (Kolam Aerobik) Pada kolam ini cairan limbah cair di perkaya kandungan oksigen dengan aerator, oksigen ini di perlukan untuk proses oksidasi (proses aerobic) yang dilakukan oleh bakteri aerobik. j. Stabilization Pada kolam ini limbah cair sudah di buang ke badan air, tetapi sebelumnya di stabilisasi baik sifat fisik maupun sifat kimianya. 3. Sistem Kolam dengan Elektrokoaguliasi Sistem ini juga menggunakan kolam seperti pada sistem kolam di atas, namun dilakukan pengembangan untuk memfasilitasi jumlah padatan terlarut yang menyebabkan



limbah



cair



berwarna



coklat



kehitam-hitaman.Penggunaan



elektrokoagulasi pada prinsipnya adalah menggunakan sel dalam elektrolisis, dimana anoda merupakan tempat berlangsungnya reaksi reduksi.Elektrolik berfungsi sebagai media transportasi ionic, sekaliguas mencegah terjadinya hubungan singkat antara anoda dan katoda.Elektron yang di lepaskan pada reaksi



Universitas Sumatera



40



anodic, dimana berpindahnya rangkaian listrik menuju sumber arus yang di pandang dli luar sel. Elektron dari sumber arus mengalir menuju katoda, sehingga pada katoda terjadi reaksi reduksi. Reaksi elektrolisis merupakan suatu proses kimia heterogen yang mencakup perpindahan muatan dari atau ke sebuah elektroda. Untuk mencegah terjadi akumulasi muatan positif dan muatan negatif di suatu tempat di dalam sel, maka jumlah elektron yang digunakan untuk proses oksidasi pada anoda harus sama (Hamonangan, 2009).



FAT PIT COOLING POND I



Utara



AN AEROBIK



COOLING POND AN AEROBIK



AN AEROBIK



MATURITY



KOLAM APLIKASI



Gambar. 2.3 Skema Pengolahan Air Limbah Minyak Sawit



Universitas Sumatera



4



2.4 Kerangka konsep Kualitas air limbah (inlet): 1. DO 2. BOD 3. COD 4. TSS 5. pH 6. minyak dan lemak Metode Kualitas air limbah pengolahan limbah: (outlet 1. 1. pre treatment 2. 2. Primery 3. treatment 4. 3. Secondary 5. treatment 6. 4. Tertiery treatment



Baku Mutu Limbah Cair PermenLH No 5 Tahun 2014 I



Limbah tidak memenuhi syarat



Universitas Sumatera



Lim bah me men uhi syar at



BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran tentang Sistem pengelolaan limbah cair, dan kualitas air limbah cair sebelum (inlet) dan sesudah (outlet) pengolahan limbah sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah bagi kegiatan industri untuk mengukur DO, BOD, COD, TSS, pH, minyak dan lemak pada IPAL pabrik kelapa sawit PT. X tahun 2017. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian analisa pengelolaan air limbah cair kelapa sawit serta analisa kualitas air limbah cair dilakukan di pabrik kelapa sawit PT. X. 3.2.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian di mulai dari tanggal 25 Maret 2017 sampai bulan Oktober2017. 3.3 Objek penelitian Adapun yang menjadi objek penelitian adalah unit pengelolaan limbah cair yang meliputi pengolahan limbah cair dan kualitas air limbah cair sebelum dan sesudah pengelolaan limbah pabrik kelapa sawit PT. Xserta petugas di bidang instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pada pabrik kelapa sawit PT. X berjumlah 2 petugas.



42 Universitas Sumatera Utara



4



3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data primer yaitu yang di peroleh dari hasil observasi langsung ke lokasi pabrik tentang cara pengelolaan limbah cair dan pengujian sampel limbah cair dari sebelum (inlet) dan sesudah (outlet) pengolahan limbah cair kelapa sawit di laboraturium BTKL (Badan Teknik Kesehatan Lingkungan) dan Baristand (Balai Riset dan Standarisasi Industri) Medan, serta wawancara langsung dengan staf bagian penanganan pengelolaan limbah cair pabrik PT. X. 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder di peroleh dari profil dan dokumen-dokumen yang ada di pabrik kelapa sawit PT. Xdimana data-data berupa sejarah perusahaan,struktur organisasi, dan untuk data limbah cair diperoleh dari data-data yang telah ada, dari arsip bagian pengolahan limbah untuk data inlet dan outlet IPAL terakhir di uji oleh pabrik, serta penelusuran kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian. 3.5 Defenisi Operasional 1. Limbah cair Adalah limbah cair yang di hasilkan dari kegiatan produksi kelapa sawit menjadi minyak sawit pabrik PT. X di bandingkan berdasarkan Permen LH No. 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegatan Industri. 2. Proses pengelolaan limbah cair Adalah kegiatan atau langkah-langkah pengolahan limbah cair di instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pabrik kelapa sawit PT. X yang meliputi pengolahan pendahuluan (Pre Treatment), pengolahan pertama (primary



Universitas Sumatera



44



treatment), pengolahan kedua (secondary treatment), Pengolahan ketiga (Tertiery Treatment), pembunuhan kuman (desinfection), dan pembuangn lanjutam (ultimate disposal). 3. Pengolahan pendahuluan (Pre Treatment) Adalah kegiatan yang dilakukan untuk pengambilan benda terapung dan terendap yang ada pada limbah cair pabrik kelapa sawitPT. X. 4. Pengolahan pertama (Primary Treatment) Adalah proses untuk memisahkan padatan dari air secara fisik. Hal ini dapat dilakukan dengan melewatkan air limbah melalui saringan (filter) dan / atau bak sedimentasi. 5. Pengolahan kedua (Secondary Treatment) Adalah proses pengolahan limbah cair untuk mengkoagulasikan dan menghilangkan koloid serta untuk menstabilisasi zat organik dalam air limbah, dimana proses penguraian bilogik bahan organik pada tahap ini dilakukan oleh mikroorganisme secara aerobic san anaerobik. 6. Pengolahan ketiga (Tertiery Treatment) Adalah proses yang dilakukan apabila dengan pengolahan tahap-tahap sebelumnya (tahap pertama dan tahap kedua) kualitas limbah cair olahan belum memenuhi persyaratan yang diinginkan. 7. Kualitas air limbah sebelum pengolahan (inlet) Adalah semua buangan yang berbentuk cair yang berasal dari kegiatan pengolahan pabrik kelapa sawit sebelum proses pengolahan air limbah kelapa sawit pabrik PT. X.



Universitas Sumatera



4



8. Kualitas air limbah sesudah pengolahan (outlet) Adalah semua buangan yang berbentuk cair yang berasal dari kegiatan pengoalahan pabrik kelapa sawit setelah proses pengolahan air limbah kelapa sawit pabrik PT. X. 9. DO Adalah kebutuhan oksigen dalam mg/l yang di butuhkan dalam pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X. 10. BOD(Biological Oxygen Demand) Adalah banyaknya oksigen dalam mg/l yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan zat-zat organik dalam air limbah kelapa sawit pabrik PT. X. 11. COD (Chemical Oxygen Demand) Adalah banyaknya oksigen dalam mg/l yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan kimia dalam air limbah kelapa sawit pabrik PT. X. 12. TSS (Total Suspended Solid) Adalah bahan-bahan yang terdiri dari zat-zat padat yang tersuspensi yang ada di dalam air limbah dan bersifat organik, dalam keadaan tenang dapat mengendap setiap waktu tertentu karena pengaruh gaya gravitasi. 13. Minyak dan lemak Adalah kandungan minyak dan lemak yang terdapat di dalam limbah cair kelapa sawit PT. X. 14. pH Adalah angka yang digunakan untuk menyatakan derajat keasaman air limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X.



Universitas Sumatera



46



15. Baku mutu air limbah pabrik kelapa sawit Adalah standar/batas kadar yang diperbolehkan bagi air limbah pabrik kelapa sawit sebelum di buang ke badan air berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah bagi kegiatan industri. 16. Memenuhi syarat Adalah apabila kadarmya tidak melampaui baku mutu air limbah berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah bagi kegiatan industri kelapa sawit yaitu BOD = < 100 mg/l, COD = < 350 mg/l, TSS = < 250 mg/l, minyak dan lemak = < 25 mg/l, pH = < 6,0



– 9,0. 17. Tidak memenuhi syarat Adalah apabila kadarnya melampaui baku mutu air limbah berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah bagi kegiatan industri kelapa sawit yaitu BOD = > 100 mg/l, COD = > 350 mg/l, TSS = > 250 mg/l, minyak dan lemak = > 25 mg/l, pH = > 6,0



– 9,0. 3.6 Titik Pengambilan Sampel 3.6.1 Air Limbah Industri Kelapa Sawit Sampel di ambil pada titik sebelum (inlet) dan setelah (outlet) pengolahan limbah dengan memperhatikan waktu tinggal (retention time) limbah di dalam IPAL.Pengambilan sampel di inlet dilakukan pada kolam, sedangkan pengambilan



Universitas Sumatera



47



sampel di outlet dilakukan pada kolam atau lokasi di mana air limbah yang mengalir sebelum memasuki ke badan penerima. 3.7 Prosedur Pengambilan Sampel 3.7.1 Air Limbah Industri Kelapa Sawit 1. Tujuan Sebagai panduan cara pengambilan sampel air limbah. 2. Peralatan 1. Timba kaca/plastik 2. Botol kaca/plastik 3. Cool box/ wadah lain 3. Cara Kerja 1)Tentukan titik pengambilan sampel air limbah yang dapat mewakili secara keseluruhan air. 2)Ambil sampel dengan menggunakan timba kaca/plastik sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. 3)Masukan sampel dalam botol kaca/plastik. 4)Tulis nomor kode sampel pada botolnya. 5)Catat nomor kode sampel, tempat, jumlah sampel, dan tanggal/jam pengambilan sampel pada formulir rekaman data pengambilan sampel air limbah. 6)Masukan botol sampel kedalam cool box atau wadah lain. 7)Bawa sampel ke laboratorium untuk dianalisa.



Universitas Sumatera



48



3.8 Aspek Pengukuran Adapun aspek pengukuran pemeriksaan DO, BOD, COD, TSS, pH, minyak dan lemak berdasarkan prosedur dari BTKL medan adalah: 1. DO (dissolved oxygen) a. Metode



: Titrimetri



b. Peralatan



: - Botol Oksigen



- Inkubator Udara Atau Pemanas Air 20o ± 1 O C - Alat Titrasi (Buret) c. Reagensia



:



- Aquades - Larutan Buffer Fosfat - Larutan Magnesium Fosfat, Mgso 4 - Larutan Kalsium Klorida, Cacl - Ferri Klorida, Fecl3 - Larutan Asam Dan Basa 1 N - Larutan Natrium Suklfit 0,025 N d. Cara kerja 1. Sampel air limbah sebanyak 100 ml di masukkan dalam labu erlenmeyer 250 ml dan di tambahkan dengan 1 ml MnSO 4 5H2O 10% dan 1 ml alkali iodine 2. Selanjutnya dikocok-kocok sampai homogeny dan tampak lapisan atasnya bening 3. Tambahkan 3 ml H3 PO4 pekat



Universitas Sumatera



49



4. Titrasi larutan itu dengan larutan Na2 S2 O3 sampai warna kuning pucat 5. Berikutnya tambahkan 1 ml larutan amilum 1% dan warnanya akan menjadi biru 6. Seterusnya titrasi lagi sampai warna biru hilang 7. Kadar oksigen terlarut dalam sampel yang di periksa dapat di hitung dengan rumus: Kadar O2 (ppm) = (



)



2. BOD (Biochemical Oxygen demand) a. Metode : Titrimetri b. Peralatan : - Botol Oksigen



-



Inkubator Udara Atau Pemanas Air 20o 1 O C\



-



Alat Titrasi (Buret)



c. Reagensia :



- Aquades - Larutan Buffer Fosfat - Larutan Magnesium Fosfat, Mgso 4 - Larutan Kalsium Klorida, Cacl - Ferri Klorida, Fecl 3 - Larutan Asam Dan Basa 1 N - Larutan Natrium Suklfit 0,025 N d. Cara kerja 1) Persiapam air pengencer



Universitas Sumatera



50



- Semua larutan di campur,di alirkan udara dari pompa udara selama 30 menit, tutup. 2) Perlakuan pendahuluan



- Sampel bersifat asam atau basa dinetralkan dengan



H2SO4



atau NaOH



1 N sampai pH 7.0



- Sampel mengandung sisa klor yang tinggi di netralkan dengan larutan Natrium Tio Sulfat 0,025 N.



- Di buat beberapa pengenceran dari sampel yang disiapkan untuk mendapatkan depletion yang diinginkan (Depletion= Pengurangan kandungan oksigen).



- Pindahkan ke dalam 2 botol oksigen dengan hati-hati (tidak boleh terjadi aerasi) 1 botol untuk inkubasi dan 1 botol untuk di tentukan DO segera, inkubasi selama 5 hari pada 20o C, sesudah di tetapkan DO.



- Waktu inkubasi, inkubasi blanko air pengencer dan sampel yang telah di encerkan 5 hari pada 20o C. 3) Perhitungan a.



Uji tanpa pengenceran KBO = C0 –C5



b.



Uji yang di encerkan: KBO= (C0 –C5) – K (AP0 - AP5 ) x p



Dengan penjelasan:



Universitas Sumatera



5



C0



: kadar oksigen terlarut (OT) mg/l nol hari sampel



C5



: kadar



AP0



: kadar OT mg/l nol hari larutan pengencer



AP5



: kadar OT mg/l lima hari larutan pengencer



K



: koreksi sebesar (p-1)/p



P



: faktor pengenceran



KBO



: botol yang berisi sampel



OT mg/l lima hari sampel



e. COD (Chemical Oxygen Demond) a. Metode



: Titrimetri



b. Peralatan



: Alat COD (COD reactor)



c. Reagensia



:



- Standard Kalium Bikromat (K 2 Cr2 O2) 0.25 N - Reagen Asam Sulfat - Standard Ferro Ammonium Sulfat (0.1 N) - Larutan Indikator Ferroin (Fe SO 4 ) - Mercuri Sulfat (Hg SO 4 ) - Asam Sulfat d. Cara kerja 1.



Perlakuan pendahuluan Sampel diperiksa terhadap NO2 apabila kadar NO2 lebih dari 2 mg + 10 mg asam sulfamat tiap mg/l NO2 yang kurang dari 2 mg/l dapat di abaikan



2.



Cara kerja dengan alat COD



Universitas Sumatera



52



- 2 ml sampel masukkan ke dalam tabung COD + 40 mg HgSO 4 dan batu didih



- + 3 ml reagen H2 SO4 pelan-pelan sampai HgSO4 larut sambil didinginkan



- 1 ml K



O7 0,25 N campur, kocok sampai homogen, masukkan



2Cr2



dalam COD reactor (1500 ) selama 2 jam.



- Setelah 2 jam didinginkan, pindahkan isinya kedalam Erlenmeyer + aquades sampai 2 kali volume. Tambahkan 2 tetes indikator ferroin, titrasi dengan ferro ammonium sulfat 0,01. 3. Perhitungan (



)



Mg/COD =___ a= ml titrasi blanko b= ml titrasi sampel (pemeriksaan) N= Normalitet Fe (NH4)2 (SO4)2 f. TSS (Total Suspended Solid) a. Metode



: Gravimetri



b. Peralatan : - Gooch Krus



- Oven - Desikator - Timbangan Analitik - Labu Penghisap Kapasitas 500 Ml - Pompa Vakum c. Reagensia : Aquades



Universitas Sumatera



5



d. Cara kerja



:



- dikeringkan 103-1050 C selama 1 jam, hingga berat tetap - Simpan dalam desikator - 100 ml sampel yang sudah di campur baik, saring dengan Gooch krus - Keringkan pada suhu 103-105 0 C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator timbang sampe berat konstan. e. Cara perhtungan: berat zat yang tersuspensi =



( )



A= berat saringan + residu B= berat saringan g. Derajat Keasaman (pH) a. Metode b. Peralatan



: Elektroda gelas :



- elektroda ph meter yang dilenglapi dengan pengatur temperature - Pengaduk magnetik, dengan batang pengaduk dilapisi Teflon atau pengaduk mekanis yang dilengkapi plastic atau dibuat dari gelas



- Flow chamber untuk mengukur aliran secara terus menerus atau larutan yang tidak di buffer c. Reagensia d. Cara kerja



: Mempersiapkan larutan standar secara umum :



- Elektroda gelas dan referensi, ujungnya di celupkan dalam air selama 1 malam atau sesuai dengan petunjuk



Universitas Sumatera



54



- Temperatur sampel diukur dan tombol temperature pada ph meter disesuaikan dengan temperature sampel - Temperature dan ph dicatat. h. Minyak dan lemak a. Metode



: gravimetri



b. Peralatan



:



- Neraca analitik - Corong pisah, 2000 mL - Labu destilasi,125 mL - Corong gelas - Kertas saring, diameter 11 cm - Alat sentrifugal, yang mampu mencapai putaran sampai 2400 rpm - Pompa vakum - Adapter destilasi dengan drip tip - Penangas air yang di lengkapi pengatur suhu dan dapat diatur suhunya - Wadah buangan pelarut - Desikator - Botol gelas mulut lebar c. Cara kerja: 1) Pindahkan contoh uji ke corong pisah. Tentukan volume contoh uji seluruhnya (tandai botol contoh uji pada meniscus air atau timbang berat contoh uji). Bilas botol contoh uji dengan 30 mL pelarut organik dan tambahkan pelarut pencuci ke dalam corong pisah.



Universitas Sumatera



55



2) Kocok dengan kuat selama 2 menit. Biarkan lapisan memisah, keluarkan lapisan air. 3) Keluarkan lapisan pelarut melalui corong yang telah di pasang kertas saringdan 10 g Na2SO4 , anhidrat, yang keduanya telah dicuci dengan pelarut, ke dalam labu bersih yang telah di timbang. 4) Jika tidak dapat di peroleh lapisan pelarut yang jernih (tembus pandang), dan terdapat emulsi lebih dari 5 mL, lakukan sentrifugasi selama 5 menit pada putaran 2400 rpm. Pindahkan bahan yang di sentrifugasi ke corong pisah dan keringkan lapisan pelarut melalui corong dengan kertas saring dan 10 g Na2 SO4 , yang kedua nya telah di cuci sebelumnya, ke dalam labu bersih yang telah di timbang. 5) Gabungkan lapisan air dan emulsi sisa atau padatan dalam corong pisah. Ekstraksi 2 kali lagi dengan pelarut 30 mL tiap kalinya, sebelumnya cuci dahulu wadah contoh uji dengan tiap bagian pelarut. 6) Ulangi langkah 5 jika terdapat emulsi dalam tahap ekstraksi berikutnya. 7) Gabungkan eksktrak dalam labu destilasi yang telah ditimbang, termasuk cucian terakhir dari saringan dan Na2 SO4 anhidrat dengan tambahan 10 mL sampai dengan 20 mL pelarut. 8) Destilasi pelarut dalam penangas air pada suhu 85 0 . untuk memaksimalkan perolehan kembali pelarut lakukan destilasi 9) Saat terlihat kondensasi pelarut berhenti, pindahkan labu dari penangas air. Dinginkan dalam desikator selama 30 menit pastikan labu kering dan timbang sampai diperoleh berat tetap.



Universitas Sumatera



5



d. Perhitungan Jumlah minyak dan lemak dalam contoh uji: Kadar minyak dan lemak (mg/L) = ( ) Dengan pengertian : A= adalah berat labu + ekstrak, mg B= adalah berat labu kosong, mg 3.9 Teknik Analisa Data Data yang di peroleh disajikan dalam bentuk tabel dan di analisa secara deskriptif untuk mengetahui hasil pengelolaan air limbah cair kelapa sawit pada pabrik PT. X. Hasil pemeriksaan air limbah cair yang dilakukan di BTKL (Badan Teknik Kesehatan Lingkungan) Medan tersebut di analisa dengan cara membandingkan dengan baku mutu air limbah pabrik kelapa sawit berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah bagi kegiatan industri.



Universitas Sumatera



BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Pabrik Kelapa Sawit PT. X PT. X merupakan salah satu perusahaan swasta nasional menanamkan modalnya pada bidang industri Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang berdiri sudah 3 tahun. Pabrik PT. X memproduksi kelapa sawit atau tandan buah segar dengan jenis produksi yang di hasilkan adalah minyak sawit (Crude Palm Oil) dan jenis lainnya yang dihasilkan yaitu inti kelapa sawit. Pabrik PT. X membangun pabrik dengan kapasitas olah produksi yaitu 20 ton TBS/jam sehingga pencapaian jumlah kapasitas produksi Crude Palm Oil yaitu 17.280 ton/Tahun. Pabrik kelapa sawit ini berlokasi di Dusun Sirjadi, Desa Simpang Pulo Rambung, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Pabrik kelapa sawt ini merupakan salah satu pabrik pengolahan tandan buah segar yang terletak diatas tanah ± 6 Ha dengan batas-batas sebagai berikut: Batas-batas wilayah Kecamatan Bahorok: 1. Sebelah Utara dengan Kecamatan Batang Serangan. 2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Karo. 3. Sebelah Barat dengan Provinsi Aceh. 4. Sebelah Timur dengan Kecamatan Serapit, Kecamatan Salapian, dan Kecamatan Kutambaru.



57 Universitas Sumatera Utara



5



4.2 Proses produksi pengolahan minyak sawit Proses produksi CPO di PT. X dapat dilihat pada gambar Stasiun penerimaan buah Stasiun sortasi buah



Stasiun loading ramp Stasiun sterilizer Stasiun perontokan (threshing) Stasiun pengempaan (press)



Stasiun klarifikasi Storage tank



Penumpukan CPO dalam tangki timbun



Gambar 4.1 Proses produksi CPO di PT.X Sumber: Laporan Kegiatan Pabrik PT. X Tahun 2014 Adapun proses pengolahan tandan buah segar menjadi CPO adalah sebagai berikut: 1.



Stasiun Penerimaan Buah Buah sawit yang dibawa dari perkebunan diterima pertama kalinya di



stasiun penerimaan buah.Stasiun ini di lengkapi dengan jembatan penimbangan



Universitas Sumatera



59



yang berfungsi untuk menimbang berat TBS yang masuk ke dalam pabrik untuk diolah lebih lanjut.Jembatan timbangan dipakai menggunakan sistem komputer untuk menentukan berat.Jembatan timbangan dengan kapasitas timbangan ini adalah 20 ton. Prinsip kerja dari jembatan timbang adalah yaitu truk yang melewati jembatan timbang berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal (berat bruto) sebelum TBS di bongkar dan disortir, kemudian setelah di bongkar truk kembali di timbang untuk mendapatkan selisih berat awal dan berat akhirdari truk sebagai berat sawit (berat bersih) yang di terima oleh pabrik. Hal ini sesuai dengan tujuan penimbangan yaitu mengetahui berat muatan TBS sehingga memudahkan dalam perhitungan atau pembayaran hasil panen serta memudahkan untuk proses pengolahan selanjutnya. 2. Stasiun Sortasi Buah Kegiatan sortasi pada stasium ini mempengaruhi hasil yang akan diperoleh pada pengolahan selanjutnya, sehingga dengan pelaksanaan sortasi sebaik mungkin akan mempengaruhi kualitas minyak yang akan diolah. 3. Stasiun Loading Ramp TBS yang sudah selesai disortasi ditampung di loading ramp kemudian diisikan kedalam lori yang akan membawa TBS ke sterilizer untuk perebusan .loading ramp mempunyai pintu-pintu berjumlah 20 buah. Pintu-pintu tersebut berfungsi sebagai tempat penampungan dan mempermudah pengisian TBS kedalam lori. Untuk menggerakan pintu digunaka double blanks handle control, setelah lori penuh maka pintu loading ramp akan ditutup kembali. Kapasitas



Universitas Sumatera



60



loading ramp adalah 200 ton. Loading ramp yang ada pada pabrik PT.X yaitu penampungan tandan buah segar yang berasal dari tandan buah segar dari kebun masyarakat local yang di antarkan ke pabrik. 4. Stasiun Sterilizer Proses ini lebih dikenal dengan istilah perebusan. Proses ini mempunyai 5 tujuan, yaitu menghentikan aktivitas enzim lipase dan oksidasi yang dapat menyebabkan meningkatnya kadar asam lemak bebas dalam TBS, melepaskan buah dari spiklet, untuk mempercepat proses ekstraksi pengutipan minyak dari inti sawit, menurunkan kadar air buah dan inti untuk mempermudah proses pengempaan, pemecahan emulsi dan melepaskan serat dan biji serta membantu proses pelepasan inti dari cangkang. Kapasitas 1 sterilzer adalah 40 ton/jam. Perebusan dilakukan dengan menggunakan uap panas dari boiler yang di alirkan pada suhu antara 120-130oC selama 90 menit. 5. Stasiun Perontokan Buah Buah dalam lori yang telah direbus dikeluarkan dari sterilizer dengan menggunakan capstand. Kemudian lori yang berisi buah tersebut dicurahkan ke autofeeder. Dari autofeeder, buah rebusan tersebut menuju tresher (mesin perontok) yang berputar. Di dalam unit ini akan terjadi perontokan sehingga buah akan terpisah dari tandannya dan buah yang telah terlepas ini ditransfer oleh bucket conveyer ke digester feeder. Tandan kosong di cek kembali jika ada tandan yang masih terdapat brondolan maka akn di ambil dan direbus kembali untuk menghindari losis dengan batas minimal brondolan yang tersisa untuk dikembalikkan sekitar 3%.



Universitas Sumatera



61



6. Stasiun Pengempaan (Press) Pada stasiun ini terjadi 2 proses yaitu proses pelumatan dan proses pengempaan minyak dari daging buah pada screw press. a. Digester (ketel aduk) Digester (ketel aduk) dilengkapi dengan perajang atau pisau dengan tujuan lain agar mudah di tempa dalam screw press. Proses pengadukan akan berjalan lebih baik bila suhu dan volume di dalam digester dikontrol dengan baik. Faktor temperature sangat berpengaruh dalam proses pelumatan. Temperature dalam tabung digester adalah 90-95 0C yang di dapat dari uap dan di alirkan ketabung digester. Pemberian uap dengan suhu 90-95 0C ini bertujuan pada suhu tersebut minyak sudah mencair sedangkan yang masih berbentuk emulsi akan pecah menjadi minyak dan cairannya lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pardamean (2012) suhu yang digunakan dalam screw press berkisar 90-95 0C. Pengadukan ini berjalan selama 15 menit kemudian pintu digester yang menuju ke screw press dibuka. b. Pengepresan Dalam



proses



pengepresan



tekanan



hidrolik



sangat



menentukn



keberhasilan pemisahan minyak dari serat. Pada saat pengepresan terlalu rendah maka akan mengakibatkan oil lossis dan sebaiknya jika terlalu kuat maka akan menyebabkan presentasi kernel pecah semakin meningkat. Hasil pengepresan berupa minyak kasar kemudian masuk ke sand trap tank. Minyak kasar tersebut selanjutnya akan masuk ke stasiun pemurnian, sedangkan ampas pengempaan berupa serabut keluar melalui celah- celah cone dikirim ke depericarter



62



Universitas Sumatera



menggunakan cake break conveyer. Oil lossis pada pengempaan sebesar 4% per ons sampel. Kapasitas press adalah 15 ton/jam. 7.



Stasiun Klarifikasi Minyak Minyak kasar hasil stasiun pengempaan dikirim kestasiun klarifikasi untuk diproses lebih lanjut hingga mendapat hasil CPO yang sesuai dengan standar yang diharapkan perusahaan. a. Pemisahan pasir dari minyak (sand trap tank) Minyak yang sudah keluar dari screw press melalui oil gutter di alirkan



kedalam



sand



trap



tank



dengan



tujuan



pemisahan



minyak



dengan



kotoran/mengendapkan pasir. Untuk memudahkan pengendapan maka suhu minyak harus di atur antara 85-96 0C.selanjutnya minyak masuk ke crude oil tank yang sebelumnya disaring pada vibrating screen yang bergetar secara horizontal. b. Vibrating Screen Minyak kasar yang disaring pada vibrating screen terdiri dari dua tingkat yaitu berukuran 20 mesh untuk saringan atas dan 40 mesh untuk saringan bawah. Saringan tersebut untuk memisahkan partikel-partikel padat seperti pasir, serabut, lumpur dan kotoran-kotoran lainnya. Kotoran dari proses penyaringan ini di dikembalikkan lagi fruit elevator untunk di ekstrak kembali. c. Pemisahan lumpur, air dan kotoran-kotoran yang terbawa pada minyak kasar (clarifier tank) Fungsi clarifier tank adalah untuk mengendapkan lumpur yang masi terkandung



dalam



minyak



kasar.



Untuk



mempermudah



adanya



pengendapan maka suhu operasi didalam clarifier tank di pertahankan 950C.



proses



63



tangki ini dilengkapi stirrer yang berputar 3-5 rpm supaya minyak akan terpisah sendirinya karena pengaruh panas. Lama proses pengendapan pada tangki ini sekitar 3 jam sehingga minyak yang naik akan membentuk lapisan tersendiri dan selanjutnya akan keluar melalui pipa oil tank. Sedangkan air, solid dan sludge akan mengendap kebagian dasar tangki dan keluar melalui pipa akibat tekanan menuju sludge tank. d. Tangki Penampungan Minyak (Oil Tank) Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah, kemudian ditampung dalam tangki ini untuk dipanaskan lebih lanjut sebelum diproses pada sentrifugasi minyak.Operasi kerja alat ini berkisar pada suhu 90-95 0C.Sistem pemanasannya dilakukan dengan alat heat excharger dibuat dari sebuah pipa dengan posisi melingkar dan dialiri uap dengan tekanan kerja uap ±3kg/cm2. e. Pengurangan kadar air pada minyak (vacuum drier) Berfungsi untuk memisahkan air dan minyak dengan pompa vacum drier dengan suhu antara 90-95 0C. Sehingga didapat minyak yang standar untuk dijual dipasaran. Minyak masuk kedalam vacum drier melalui nozzle untuk memercikkan minyak kedalam vacum, akibat adanya kandungan air yang larut dalam minyak akan menguap dan akan keluar keatas vacuum drier yang disebabkan hisapan pompa vacum, sedangkan minyak yang telah murni dipompakan ke storange tank.



Universitas Sumatera



6



4.3 Limbah cair Pabrik Kelapa Sawit PT. X 4.3.1 Sumber Limbah Cair Sumber air limbah pabrik kelapa sawit PT. X berasal dari kegiatan proses produksi yaitu pada stasiun klarifikasi minyak, proses pencucian dalam suatu pabrik adalah suatu proses yang rutin dilakukan untuk kebersihan dan pemeliharaan sistem dalam lokasi pabrik dan dilakukan setiap suatu periode tertentu. Pencucian dilakukan terhadap unit-unit perangkat proses atau mesinmesin proses produksi minyak sawit, pembersihan lokasi sekitar unit pemroses dan di beberapa bagian penunjang, seperti bengkel, power house, pump house dan lain sebagainya. 4.3.2 Proses pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X Pabrik kelapa sawit PT. X menghasilkan buangan limbah cair pada setiap unit produksinya. Buangan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X dengan total limbah sebanyak 200 ton/hari. Proses pengolahan air buangan pabrik kelapa sawit PT. X dilakukan dengan metode Biological Ponding System dengan 10 kolam dan Land Aplikasi. Proses pengolahannya sebagai berikut: 4.3.2.1 Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment) Pabrik kelapa sawit PT. X melakukan pengolahan pendahuluan berupa proses pengolahan penyaringan minyak yang masih terikut pada limbah. Metode penyaringan minyak pada limbah digunakan di unit fatpit.Limbah yang telah disaring kemudian disalurkan ke sludge recovery pondyang berfungsi untuk mengendapkan lumpur pada imbah agar serat-serat halus dari TBS terdapat didalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki.



Universitas Sumatera



65



4.3.2.2 Pengolahan Pertama(Primary Treatment) Pengolahan pertama (Primary treatment) limbah cair pada IPAL pabrik kelapa sawit PT. X sama fungsinya pada tahap pengolahan pendahuluan namun pada pengolahan pertama air limbah yang dialirkan dari fatpit dan sludge recovery pond masih memiliki suhu yang terlalu tinggi untuk dilakukan pengolahan selanjutnya, maka pada pengolahan pertama pada cooling pond I dan II selain untuk menjaga suhu, pengolahan pertama untuk penghilangan senyawa apung secara fisika, dan target penghilangan adalah suspended solid atau minyak dengan cara pengendapan dan pengapungan. Untuk membantu kerja cooling pond pabrik kelapa sawit PT. X menambahkan 2 kolam fakultatif sebagai kolam peralihan atau sebagai kolam netralisasi dari cooling pond menuju anaerobik pond, limbah yang sudah diproses pada cooling pond II di lanjutkan pengolahan terlebih dahulu pada kolam fakultatif I, selesai dari kolam fakultatif I limbah di alirkan ke kolam fakultatif II dan biarkan terlebih dahulu sebelum diproses ke kolam selanjutnya. 4.3.2.3 Pengolahan Kedua (Secondary Treatment) Pengolahan sekunder limbah cair kelapa sawit pada IPAL pabrik kelapa sawit PT. X bertujuan untuk penghilangan senyawa organik didalam air limbah menggunakan metode perlakuan atau menggunakan kolam pengolahan anaerobik yang melibatkan bakteri dan kolam aerobic dengan menggunakan bantuan aerator. Selama proses degradasi pada kolam limbah juga mengalami pengendapan. 4.3.2.4 Pengolahan Ketiga (Tertiery Treatment) Pengolahan tersier (tertiery treatment) limbah cair pada pabrik kelapa sawit PT. X yaitu upaya peningkatan kualitas limbah cair dari pengolahan tahap



Universitas Sumatera



66



kedua untuk menurunkan kadar BOD, COD, nitrogen dan lain-lain yang masih tinggi sampai kadar BOD sesuai untuk dipergunakan sebagai land aplikasi untuk lahan kebun kelapa sawit pabrik PT. X, apabila limbah sudah mencapai kadar BOD yang sesuai untuk dijadikan land aplikasi limbah di alirkan menuju lahan kebun kelapa sawit pabrik kelapa sawt PT. X. Pengolahan tersebut dilakukan pada kolam sedimentasi dan dilakukan pengendapan lumpur kembali. Secara umum,aliran IPAL pabrik kelapa sawit PT. X sebagai berikut: Fat pit Sludge recovery pons Cooling pond 1



Anaerobik pond



Cooling pond 2 Anaerobik pond



Fakultatif pond



Fakultatif pond



Anaerobik pond



Aerobic pond Sedimentasi pond X (control pond)



Gambar 4.2 Skema aliran Proses Pengolahan Limbah di IPAL pabrik kelapa sawit PT. X Sumber: Laporan Kegiatan IPAL Pabrik PT. XTahun 2014



Universitas Sumatera



6



Tabel 4.1 Penjelasan Unit Proses Pada IPAL Pabrik Kelapa Sawit PT. X No 1



Unit Proses Fat pit



Waktu Volume Kedalaman tinggal kolam 16 jam 6 x 40 m2



2m



Proses Minyak yang masih ada dan terikut pada limbah cair hasil proses klarifikasi dapat dilakukan penyaringan kembali dengan limbah dipanaskan dengan temperatur 60 0C menggunakan skimmer.



16 jam Lumpur yang berasal dari proses 2 Sludge TBS menuju minyak pada pabrik PT. X yaitu serat halus Recovery dari tandan buah segar ikut serta dalam limbah cair dan pons dilakukan pengendapan (kolam pengendapa 8,7 hari 2320 m3 5m Cooling pond dilakukan agar n lumpur) menghasilkan suhu yang sesuai untuk proses anaerobik. Selain itu untuk mengendapkan lumpur dan minyak yang 3 2 unit Cooling masih terikut pada saluran pipa dari fatpit dan sludge recovery pond 8,7 hari 2325 m3



4



2 unit fakultatif pond



5m



Kolam peralihan dari cooling pond k ekolam anaerobik yang berfungsi untuk menyelesaikan proses yang belum terselesaikan untuk mengendapkan lumpur dan menyisihkan minyak yang masih terdapat dalam proses limbah di cooling pond.



Universitas Sumatera



6



5



3 unit anaerobic 50 hari 13.524 m3 pond



6



Aerobic pond 27 hari 7332 m3



7 S e d i m e n t a t i o n 12 hari 3220 m3 pond



8



Land aplikasi



7m



Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang mengandung senyawa organik kompleks seperti lemak, karbohidrat dan protein. Pada kolam anaerobik terjadi perlakuan biologis terhadap limbah dengan menggunakan bakteri mesophill. Unsur organik yang terdapat dalam limbah cair digunakan bakteri sebagai makanan dalam proses mengubahnya menjadi bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan juga akan dirombak oleh bakteri menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana, karbhidrat dan air. Pada kolam anaerobik memiliki sirkulasi pump yang berguna untuk menjaga keseimbangan pH air dan menjaga kelangsungan hidup bakteri yang bersifat aerob dan anaerob dengan tujuan memakan sisa-sisa minyak.



3,5 m



Kolam aerobik ini membutuhkan oksigen melalui udara. Oksigen diperlukan untuk pertumbuhan maupun respirasi. Pada kolam aerobic menggunakan mesin aerator untuk menyuntikkan oksigen ke dalam kolam. Oksigen ini diperlukan untuk proses oksidasi (proses aerobik) yang dilakukan oleh bkteri aerobik.



5m



Pada proses akhir kolam sedimentasi merupakan untuk memisahkan cairan dari lumpur yang mengalir secara kontinyu dari kolam aerob. Limbah yang terdapat di kolam sedimentasi di biarkan, karna limbah tersebut digunakan untuk land aplikasi pada kebun kelapa sawit PT. X Pada land aplikasi yang digunakan limbah berasal dari kolam aerobic dan kolam sedimentasi yang memiliki kadar BOD berkisar antara 3500 mg/l sampai 5000 mg/l dan pH



Universitas Sumatera



69



6-9. Biasa limbah akan di sedot langsung dari kolam menuju lahan aplikasi di kebun kelapa sawit PT. X



Sumber : Laporan Kegiatan IPAL Pabrik PT.X Tahun 2014



4.4 Permasalahan pada pengelolaan IPAL pabrik kelapa sawit PT.X Permasalahan yang terjadi pada pengelolaan IPAL pabrik kelapa sawit PT. X berdasarkan hasil observasi langsung ke lapangam yaitu: 1. Unit fat pit Pada unit fat pit yang dimiliki pabrik kelapa sawit PT. X jumlah minyak yang dapat dikutip dari unit fat pit ini masih sedikit. Jadi masih banyak minyak yang terapung dan teremulsi dalam air limbah dan tidak terambil, sehingga terlalu banyak minyak yang terikut di fatpit kedalam kolam pengolahan limbah cair di cooling pond. 2. Kolam anaerobik Pada kolam anaerobik dengan waktu tinggal sekitar 50 hari proses didalam kolam belum optimal karena tidak adanya jadwal rutin (minimal 1 bulan sekali) pengerukan endapan lumpur pada dasar kolam, sehingga pada ke 3 kolam anaerobik dipenuhi oleh lumpur dipermukaan dan dasar kolam, bahkan lumpur pada bagian permukaan sudah mengeras dan berwarna hitam. Melihat pada IPAL dilapangan effluent yang keluar dari anaerobik masih berwarna hitam. Dengan kondisi seperti ini terlihat bahwa perawatan unit anaerobik tidak dilakukan dengan benar, jarangnya dilakukan pengerukan lumpur endapan secara berkala sehingga endapan sudah meluas, terjadi pengurangan volume efektif unit pengolahan anaerobik ini dan kapasitas penampungan limbah cair yang sudah tidak sesuai



Universitas Sumatera



70



dengan kemampuan optimal lagi, sehingga pada kolam anaerobik masih banyaj limbah yang mengendap. 3. Kolam aerobik Pada kolam aerobik hampir serupa dengan kolam anaerobik, yaitu di penuhi oleh lumpur pada permukaan kolam tetapi tidak separah kolam anaerobik, sehingga pengerakan pada bagian permukaan kolam menyebabkan terhambatnya proses kontak dengan udara. Karena dipenuhi oleh lumpur maka efektif pada kolam aerobik berkurang banyak. 4. Kolam sedimentasi Pada proses pengolahan limbah cair di kolam sedimentasi berfungsi sebagai memisahkan cairan dari lumpur yang mengalir secara kontinyu dari kolam aerob. Karena pihak pabrik menggunakan limbah pada kolam sedimentasi dimanfaatkan sebagai land aplikasi karena kadar BOD dan COD pada kolam sedimentasi berkisar 3000. Jadi lumpur yang berada di kolam sedimentasi apabila mengalami pengendapan lumpur di dalam dan lama di angkat maka limbah di dalam kolam akan penuh, dan apabila terjadi hujan maka kolam akan meluap sehingga air limbah yang berada pada kolam sedimentasi tersebut terbuang ke badan air menuju sungai masyarakat. 5. Kolam pengontrol Pada pengolahan limbah cair dari kolam sedimentasi melanjutkan proses pengolahan akhir limbah ke kolam pengontrol yang berfungsi air limbah menggunakan ikan sebagai indikator dan setelah diproses akan dibuang ke sungai, tetapi karena pihak pabrik tidak membuang limbah ke badan air melainkan limbah



Universitas Sumatera



71



dibiarkan terisi tetap berada di dalam kolam pengontrol maka kolam pengontrol tidak digunakan lagi dan apabila kolam penuh atau hujan dan terjadi banjir maka limbah akan meluap dan terbuang ke badan air yang jarak antara kolam-kolam IPAL pabrik kelapa sawit PT. X dengan badan air tersebut sekitar 2 meter. Sebenarnya pada IPAL kelapa sawit PT. X pihak pabrik sengaja tidak membuang air limbah ke badan air karena pihak pabrik menggunakan limbah tersebut sebagai land aplikasi dan mengakui bahwa limbah masih belum memenuhi baku mutu limbah, tetapi pihak pabrik membiarkan limbah apabila meluap ke badan air. 4.5 Hasil Pemeriksaan Laboraturium Air Limbah Baku mutu air limbah sebelum pengolahan (inlet) dan sesudah pengolahan (outlet) dapat di lihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2Mutu air limbah pabrik kelapa sawit PT. X sebelum (inlet) dan sesudah (outlet) pengolahan IPAL pada bulan September 2017 No 1



BOD



480,0



Hasil analisa (Outlet) 227,2



2



COD



1500



710,0



350



3



TSS



9380



875



250



4



pH



4,72



8,19



6,0-9,0



5



Minyak dan lemak DO



2031



5,75



25



0,100



0,150



6



6



Parameter



Hasil analisa (Inlet)



Baku mutu (mg/L) 100



Berdasarkan tabel di atas, semua parameter hasil analisa di inlet masih di atas baku mutu yang telah ditetapkan. Dilihat dari proses pengolahan limbah cair sesudah pengolahan (outlet) mengalami penurunan dari sebelum pengolahan



Universitas Sumatera



72



(inlet). Dilihat dari tabel, semua parameter masih di atas baku mutu kecuali pH yaitu 8,19, minyak dan lemak yaitu 5,75 dengan keadaan netral yang ditetapkan yang sesuai dengan Baku Mutu PerMenLH RI No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak Sawit dan untuk kadar DO hasil pemeriksaan laboratorium yaitu 0,150 dan meurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air COD yaitu 6 mg/l. Hal ini dikarenakan oleh belum baiknya sistem pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X. Sehingga diharapkan jika limbah cair tersebut dibuang kesungai maka sungai tidak terjaga kualitasnya dan mengalami pencemaran serta menurunnya kualitas air sungai.Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengelolaan limbah cair kelapa sawit PT.X.



Universitas Sumatera



BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Pabrik PT. X Pada dasarnya proses pengolahan limbah cair kelapa sawit pabrik PT. X dilakukan dengan metode Biological ponding system dan land application. Menurut Kristanto (2002), kelebihan Biological Ponding System adalah penanganannya lebih mudah dengan biaya yang rendah. Keterbatasan sistem ini adalah bahwa harus tersedia areal yang cukup luas dan volume limbah yang di olah tidak terlalu kecil. Sedangkan Land Application( pemanfaatan air limbah ke tanah) adalah suatu kegiatan dimana air limbah atau sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair digunakan atau difungsikan sebagai fertilizer (penyuplai unsur hara) bagi tanah dan tanaman (KLH, 2005). Penggunaan air limbah untuk pertanian mempunyai fungsi ganda disamping menanggulangi pencemaran. Dengan memanfaatkan air limbah pada lahan maka air limbah akan berkurang masuk daerah aliran sungai, dan sudah mengalami penyaringan lebih dulu. Unsur-unsur hara yang terdapat dalam limbah berfungsi sebagai unsur pupuk yang menyuburkan tanaman. Dengan demikian akan dapat memperbaiki struktur tanah (Ginting, 2007). Pada IPAL pabrik kelapa sawit PT. X melakukan pengolahan pendahuluan (pre treatment), pengolahan primer (primary treatment), pengolahan sekunder (secondary treatment), dan pengolahan tersier (tertiery treatment), menurut Suparmin (2002) proses pengolahan limbah cair umunya dibagi menjadi empat kelompok yaitu pengolahan pendahuluan digunakan untuk memisahkan padatan



73 Universitas Sumatera Utara



74



kasar, mengurangi ukuran padatan, memisahkan minyak atau lemak, dan proses menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung. Unit yang terdapat dalam pengolahan pendahuluan adalah saringan (bar screeen/bar racks), pencacah (communitor), bak penangkap pasir (grift chamber), penangkap lemak dan minyak (skimmer and grease trap), bak penyetaraan (equalization basin). Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi kandungan padatan tersuspensi melalui proses pengendapan (sedimentation). Pada proses pengendapan, partikel dibiarkan mengendap ke dasar tangki. Dalam unit ini, pengurangan BOD dapat mencapai 35%, sedangkan Suspended Solid berkurang sampai 60%. Pengolahan tahap kedua merupakan aplikasi proses biologis yang bertujuan untuk mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis. Pada unit ini diperkirakan terjadi pengurangan kandungan BOD dalam rentang 35-95% bergantung pada kapasitas unit pengolahannya.Unit yang biasa digunakan pada pengolahan tahap kedua berupa saringan tetes (trickling filters), unit lumpur aktif, dan kolam stabilisasi. Pengolahan tahap ketiga atau pengolahan lanjutan, beberapa standar efluen membutuhkan pengolahan tahap ketiga ataupun pengolahan tahap lanjutan untuk menghilangkan kontaminan tertentu ataupun menyiapkan limbah cair tersebut untuk pemanfaatan kembali.Pengolahan pada tahap ini lebih difungsikan sebagai upaya peningkatan kualitas limbah cair dari pengolahan tahap kedua agar dapat dibuang ke badan air penerima dan penggunaan kembali efluen tersebut. Pengolahan tahap ketiga, disamping masih dibutuhkan untuk menurunkan



Universitas Sumatera



75



kandungan BOD, juga dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa fosfor dengan bahan kimia sebagai koagulan, menghilangkan senyawa nitrogen melalui proses ammonia stripping menggunakan udara ataupun nitrifikasi denitrifikasi dengan memanfaatkan reaktor biologis, menghilangkan sisa bahan organik dan senyawa penyebab



warna



melalui



proses



absorpsi



menggunakan



karbon



aktif



menghilangkan padatan terlarut melalui proses pertukaran ion, osmosis balik, maupun elektrodial. 5.2 Permasalahan Sistem Pengelolaan IPAL pabrik kelapa sawit PT.X Pengelolaan IPAL pada pabrik kelapa sawit PT. X menggunakan Biological Ponding System berjumlah 11 kolam dan yang dipakai hanya 9 kolam yaitu dengan 2 cooling pond, 2 fakultatif pond, 3 anaerobic pond, 1 aerobic pond, dan 1 kolam sedimentasi tidak memberikan hasil akhir yang berkualitas karena dampak dari tidak rutinnya pengangkutan lumpur di dalam permukaan kolam sehingga kerja pada setiap kolam tidak optimal dan kualitas air limbah tidak menghasilkan mutu yang memenuhi syarat berasal dari unit fat pit yang mengeluarkan minyak terlalu banyak tetapi tidak semua minyak yang dapat diolah kembali menjadi minyak sawit melainkan masih banyak minyak yang teremulsi dalam air limbah menuju ke kolam pengolahan limbah, Limbah dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dialirkan masuk kedalam fat pit. Kolam fat pit digunakan untuk menampung cairan – cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat dan stasiun klarifikasi. Pada fat pit ini terjadi pemanasan dengan menggunakan steam dengan suhu 60-80 0C. Pemanasan ini diperlukan untuk memudahkan pemisahan minyak dengan sludge, sebab pada fat pit ini masih dimungkinkan



Universitas Sumatera



76



untuk melakukan pengutipan minyak dengan menggunakan skimmer. Limbah dari fat pit ini kemudian dialirkan ke kolam cooling pond yang berguna untuk mendinginkan limbah yang telah dipanaskan (Wibisono dalam William, 2011). menurut Pusat Penelitian Perkebunan (RISPA) Medan dan Dirjen adalah karena limbah cair dari fit pat masih bersuasana asam, maka di butuhkan penetralan dengan penambahan Kaustik Soda. Pembiakan bakteri dapat juga dilakukan dengan proses seeding dan lamanya pembiakan antara 3 sampai 7 hari. Bila bakteri sudah cukup tersedia pada kolam pembiakan, maka proses pengolahan selanjutnya dapat berlangsung tanpa melalui kolam pembiakan, yaitu dari fat pit ke kolam pengasaman. Kolam pengasaman limbah cair dari fat pit mempunyai suhu yang masih relatif tinggi, yaitu sekitar 60 sampai 70 0C.karena itu kolam pengasaman dapat pula berfungsi sebagai kolam pendingin (Cooling Pond). Namun yang diutamakan dalam kolam pengasaman adalah proses pengasaman itu sendiri, dimana terjadi kenaikan kadar asam dari komponenkomponen asam yang mudah menguap, yaitu dari 100 mg/l menjadi 5000 mg/l. Lamanya limbah cair dalam kolam pengasaman ini adalah sekitar 5 hari. Pada pengolahan sekunder pada IPAL pabrik kelapa sawit masih tidak optimal karena masih banyaknya lumpur yang terendap di dasar kolam karena jarangnya dilakukan pengerukan lumpur dengan minimal pengerukan sebulan sekali (Rahardjo, 2006) sehingga terjadi pengurangan volume efektif unit pengolahan anaerobik dan kapasitas penampungan limbah cair yang sudah tidak sesuai dengan kemampuan optimal lagi. Pada kolam aerobik di IPAL pabrik kelapa sawit PT. X sama dengan kolam anaerobik terdapatnya lumpur yang masih



Universitas Sumatera



77



mengendap di dasar kolam sehingga kualitas air limbah belum memenuhi syarat untuk dibuang ke badan sungai dan pihak pabrik menggunakan air limbah pada kolam aerobik sebagai land aplikasi. Menurut Pusat Penelitian Perkebunan (RISPA) Medan dan Dirjen pada kolam aerob proses yang berlangsung dengan membutuhkan oksigen melalui udara. Oksigen diperlukan untuk pertumbuhan maupun untuk respirasi.Waktu penahanan hidrolis selama 15 hari. Dengan menggunakan aerator dan suplai oksigen yang cukup, maka angka BOD dapat ditekan dari 1750 mg/l menjadi di bawah 100 mg/l. Efisiensi penguraian dengan cara oksidasi dapat mencapai 95%. Effluent dari kolam aerob ini sudah memenuhi baku mutu limbah sehingga boleh dibuang langsung ke badan air penerima seperti sungai atau lainnya. Menurut penelitian Rahardjo (2006) menyebutkan bahwa sistem proses pengolahan limbah cair yang di usulkan yaitu Aerobic Bioreactor (Bioreaktor aerobic) merupakan tempat berlangsungnya proses penguraian secara biologis terhadap zat-zat organik yang tersisa pada kondisi aerob (membutuhkan oksigen atau udara). Pada bagian dasar reaktor ini terdapat pipa distributor untuk mengalirkan udara secara homogen. Dengan sistem ini proses penguraian akan berlangsung dengan cepat. Namun peralatan pendukung unit ini adalah sebuah kompresor atau blower.Waktu penahanan hidrolis dalam unit ini adalah selama 5 hari. Pada pengolahan ketiga limbah cair kelapa sawit pabrik PT. X pada kolam sedimentasi dijadikan sebagai land aplikasi pada lahan kebun kelapa sawit pabrik PT. X karena memiliki kadar BOD 3500 mg/l dan kolam mengalami pengendapan



78



Universitas Sumatera



lumpur di dalam dan lama di angkat maka limbah didalam kolam penuh dan meluap ke sehingga air limbah terbuang ke badan penerima air. Menurut Pusat Penelitian Perkebunan (RISPA) Medan dan Dirjen sebenarnya hasil pengolahan limbah cair yang keluar dari kolam sedimentasi sudah memenuhi syarat baku mutu limbah untuk dibuang langsung ke badan air penerima. 5.2.1 Land Aplikasi Pada pabrik kelapa sawit PT. X menggunakan limbah sebagai land aplikasi memanfaatkan limbah berasal dari kola aerobik dan kolam sedimentasi dengan kadar BOD 3500 mg/l dan pH 7,5 untuk dialirkan ke lahan kebun pabrik kelapa sawit PT. X. Sistem ini hanya menggunakan beberapa kolam limbah untuk pengolahan, selanjutnya hasil yang akhir dimanfaatkan ke areal tanaman yang dapat sebagai substitusi pemupukan di lahan-lahan tanaman yang telah dibuat sistem pendistribusiannya (Nainggolan, 2011). Karakteristik limbah cair industri kelapa sawit yang diperkenankan untuk dimanfaatkan sebagai suplemen pupuk dan air irigasi pada perkebunan kelapa sawit adalah pada kadar BOD < 5.000 mg/L atau COD < 10.000 mg/L dengan pH antara 6 – 9 (KepMen LH No. 29 tahun 2003). Menurut Rahardjo (2009), Pengelolaan limbah cair dengan sistem Land Application atau aplikasi lahan adalah pemanfaatan limbah cair dari industri kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan penyubur atau pemupukan tanaman kelapa sawit dalam areal perkebunan kelapa sawit itu sendiri. Dasar dari Land Application ini adalah bahwa dalam limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung



79



unsur-unsur yang dapat menyuburkan tanah.Unsur-unsur tersebut adalah Nitrogen, Phospor dan Kalium.Jumlah Nitrogen dan Kalium dalam limbah cair pabrik kelapa sawit sangat besar. Limbah cair PKS yang dapat digunakan Land application adalah limbah cair yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga kadar BOD-nya berkisar antara 3.500 mg/l sampai 5000 mg/l dan pH 6-9. Dengan komposisi yang cukup kaya akan unsur hara (N, P dan K), maka limbah cair tersebut mempunyai potensi yang baik untuk menggantikan peran pupuk anorganik. Dengan pemanfaatan limbah cair tersebut untuk keperluan pemupukan, jadi land application akan mengurangi beban biaya pemupukan. Pemanfaatan limbah cair dengan land application dapat menurunkan biaya pemupukan sekitar 5-0%-60%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli perkebunan sawit Indonesia, limbah cair pabrik kelapa sawit yang sudah diolah dengan proses anaerobik (BOD maksimal 5000 mg/l) merupakan sumber air dan nutrisi bagi tanaman. Disamping itu limbah cair trsebut juga mampu memperbaiki sifat dan struktur fisik tanah, meningkatkan infiltrasi tanah, meningkatkan kelembapan tanah, menambah kandungan senyawa organik, menaikkan pH tanah, meningkatkan aktivitas mikro flora dan fauna tanah. 5.3 Baku Mutu Air Limbah Cair Kelapa Sawit PT. X Dari hasil pemeriksaan air limbah pada tabel 4.1 diketahui semua parameter limbah yang di uji pH, BOD, COD, TSS pada inlet IPAL di atas baku mutu air limbah dan pada outlet IPAL masih di atas baku mutu kecuali pH, minyak dan lemak pada air limbah yang ditetapkan PermenLH No. 5 Tahun 2014 tentang



80



Universitas Sumatera



baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri minyak sawit dengan nilai baku mutu BOD yaitu 100 mg/l, COD yaitu 350 mg/l, TSS yaitu 250 mg/l, pH yaitu 6,0-9,0, minyak dan lemak yaitu 25. Dalam hal ini proses pengolahan limbah cair kelapa sawit pabrik PT. X belum melakukan proses pengolahan limbahnya dengan baik. Pabrik kelapa sawit PT. X melakukan pemeriksaan limbah cairnya secara berkala 1 bulan sekali atau 3 bulan sekali dalam satu tahun. Dalam hal pembuangan air limbah ke badan air atau sungai, pabrik kelapa sawit PT. X belum memilki izin pembuangan air limbah ke sungai kepada pemerintah daerah tentang pembuangan limbah cair karena pabrik tidak membuang air limbah ke badan sungai dan pabrik menggunakan limbah untuk land aplikasi, tetapi apabila terjadi hujan dan banjir maka limbah terbuang ke badan air. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Menurut Mulia (2005), beberapa dampak buruk tersebut termasuk penurunan kualitas lingkungan, air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya: sungai dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Adakalanya, air limbah juga merembes ke dalam tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukannya. Menurut Nasution (2004), kerugian yang ditimbulkan oleh pengelolaan limbah cair yang kurang baik akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan berupa, pencemaran lingkungan, karena mengandung nilai COD,



81



BOD serta padatan tersuspensi yang tinggi. Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke badan penerima, maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang tajam dan dapat merusak ekosistem pada badan penerima dan akan menimbulkan presepsi negatif dari masyarakat sekitar Dampak buruk lainnya yaitu membahayakan kesehatan manusia karena merupakan sumber penyakit (sebagai vehicle).Limbah PKS dapat merugikan dari segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda/bangunan, tanaman, peternakan dan dapat merusak bahkan membunuh kehidupan yang ada didalam air seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya. Limbah PKS dapat merusak keindahan karena bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap dipandang (Rusmery,T. 2009). Menurut (Bitton, 2005) penurunan konsentrasi BOD pada limbah cair kelapa sawit dengan cara sistem aerasi dan lumpur aktif. Sistem pengolahan lumpur aktif adalah pengolahan dengan cara pembiakan bakteri aerobik dalam tanki aerasi yang bertujuan untuk penurunan organik karbon atau organik nitrogen. Air limbah bersama lumpur aktif masuk kedalam tanki aerasi dimana dilakukan aerasi terus menerus untuk memberikan oksigen. Di dalam tangki aerasi ini, terjadi reaksi penguraian zat organik yang terkandung di dalam air limbah secara biokimia oleh mikroba yang terkandung di dalam lumpur aktif menjadi gas CO2 dan sel baru. Jumlah mikroba dalam tangki aerasi akan bertambah banyak dengan dihasilkannya sel-sel baru. Prinsip pengolahan limbah dengan sistem. Lumpur aktif pada dasarnyaterdiri atas dua unit proses utama,yaitu bioreaktor



Universitas Sumatera



82



(tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Dalam sistem lumpur aktif, limbah cair dan biomassa dicampur secara sempurna dalam suatu reaktor dan diaerasi. Lumpur aktif (activated sludge) adalah suatu gabungan flok (massa) yang mengandung beberapa mikroba yang heterogen yang terdiri dari berbagai bakteri, yeast, jamur dan protozoa, dan juga “organic matter” serta “slime material”. Umumnya lumpur aktif mempunyai komposisi 70% - 90% bahan organik dan 10% bahan anorganik. Struktur flok lumpur aktif cenderung bermuatan negatif sebagai hasil interaksi kimia-fisika antara mikroorganisme (khususnya bakteri), partikel organik (oksida silikat, fosfat, besi), polimer eksoseluler dan berbagai kation. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjadi CO2, H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower atau melalui aerase mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang membentuk flok yang akan mengendap di tangki pengendapan. Di dalam proses lumpur aktif, bakteri merupakan partikel biokoloidhidrofilik yang memiliki muatan permukaan elektronegatif (Milano, 1998). Menurut Jekkins (1993), bakteri dominandi dalam reaktor aerasi karena mampu mendegradasi senyawa organik dan mampu membentuk flok supaya biomassanya mudah dipisahkan dari effluent serta diharapkan mikroorganismetersebut dapat bertahan dalam sistem pengolahan ini. Menurut Setyobudiarso (2012) menggunakan filtrasi anaerobik aliran upflow dengan mengalirkan limbah cair dalam media kerikil dan pasir dari bawah ke atas maka akan didapatkan aliran keluar dengan nilai BOD yang berkurang karena limbah kontak dengan mikroorganisme dalam media. Pengoperasian



Universitas Sumatera



83



efektif adalah mengembangbiakkan mikroorganisme dalam kondisi anaerob yaitu dengan membuat limbah cair tertampung selama 12 jam dalam media sehingga limbah terdegradasi oleh mikroorganisme. Untuk menurunkan TSS menggunakan proses koagulasi flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat. Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan bahan kimia yang disebut koagulan. Terdapat dua jenis koagulan yang digunakan dalam pengolahan air limbah, yaitu koagulan kimia dan koagulan alami (Nurasiah, dkk., 2002). Proses



koagulasi dan flokulasi adalah



proses



penggumpalan lumpur ataupun sludge dengan menggunakan bahan kimia yang bernama koagulan. Pertama air limbah dikondisikan dengan cara ditambahkan Basa agar memiliki suasana basa, untuk kemudian dikoagulasikan dengan bahan kimia. bahan kimia yang biasa digunakan pada proses ini adalah PAC, Alum, FeCl3. Biasanya setelah dilakukan proses koagulasi ini, maka TSS akan berkumpul dan mengendap bersama. Untuk itu diperlukan proses selanjutnya yang disebut sebagai proses sedimentasi. Proses menggunakan sistem DAF (Dissolve Air Floatation) proses ini digunakan untuk menurunkan TSS yang memiliki karakter mengambang diatas permukaan air. Biasanya TSS tersebut berasal dari zat organik yang terbawa pada air limbah. Prinsip kerjanya adalah membuat digumpalan sludge dengan proses koagulasi dan flokulasi untuk selanjutnya endapan yang tercipta ditiupkan ke atas dengan bantuan blower. Dan kemudian masuk kedalam tangki sludge thickener. Sedangkan air yang bersih akan berada dibawah dan dipompakan menuju kolam selanjutnya (Nurbana, 2015).



Universitas Sumatera



84



Menurut Nurbana (2015) untuk menurunkan kadar COD pada limbah cair yaitu menggunakan Bahan Kimia Pengendap yaitu dengan mengikat sludge tersebut satu sama lain sehingga menjadi gumpalan sludge yang lebih besar dan kemudian dapat diendapkan dalam sebuah tangki sedimentasi. Beberapa bahan kimia yang biasa digunakan sebagai koagulan antara lain; PAC, FeCl3 (Ferric Chloride), dan Alum. Proses pengendapan ini, akan sangat mempengaruhi terhadap nilai COD. Khususnya pada air limbah dengan jumlah TSS yang cukup tinggi. Sebagai informasi tambahan untuk 1 mg/L TSS anda bisa mendapatkan penurunan hingga 10 mg/L COD. Agar proses penurunan COD menjadi lebih sempurna, disarankan untuk turut memperhatikan proses mixing dan juga sedimentasi. Dikarenakan tanpa proses mixing yang tepat, maka reaksi pengendapan yang terjadi akan kurang sempurna. Menurunkan COD dengan proses mikrobiologi proses penurunan cod dengan metode menggunakan bakteri atau mikroorganisme, ditujukan untuk COD yang berasal dari zat organik dengan kandungan biodegradable yang tinggi. Proses ini dilakukan melalui dua cara utama, yakni aerasi dan anaerob. Pada proses aerasi, COD diturunkan dengan cara membuat bakteri dapat memecah senyawa organik dalam air. Bakteri ini disebut bakter heterotrop karena memecah senyawa organik dengan menggunakan bantuan oksigen. Proses ini biasanya digunakan pada air limbah dengan COD kurang dari 3000 mg/L. Pada Proses Anaerob, bakteri bekerja pada ruangan dengan kandungan Oksigen yang minim. Proses ini juga disebut proses fermentasi, dimana bakteri autotrop bekerja dengan memecah senyawa organik dari air limbah dengan tiga tahapan salah satunya



Universitas Sumatera



85



adalah dengan mengambil oksigen dari senyawa organik. Proses anaerob ini cocok untuk air limbah dengan kadar BOD lebih dari 2000 mg/L. Sebelum memutuskan apakah ingin mengambil metode ini, penting sekali bagi Anda untuk memahami apakah jenis air limbah yang Anda hadapi. Karena proses mikrobiologi ini hanya cocok untuk limbah dengan kandungan organik. Anda bisa mengetahui hal ini dengan melihat perbandingan antara COD dan BOD.



Universitas Sumatera



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN 1. Hasil pemeriksaan air limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X sebelum pengolahan (inlet) pada parameter DO 0,100 mg/l, BOD yaitu 480,0 mg/l, COD yaitu 1500 mg/l, TSS yaitu 9380 mg/l, pH yaitu 4,72, minyak dan lemak yaitu 2031. 2. Metode pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X adalah dengan menggunakan metode Biological Ponding System dengan tahapan pengolahan limbah cair mulai dari pengolahan pendahuluan, pengolahan pertama, pengolahan kedua, pengolahan ketiga dengan menggunakan unit fatpit, sludge recovery pond, cooling pond, fakultatif pond, anaerobik pond, aerobic pond, sedimentation pond dan memanfaatkan limbah sebagai land aplikasi. 3. Hasil pemeriksaan air limbah cair pabrik kelapa sawit PT. X sesudah pengolahan (outlet) pada parameter DO yaitu 0,150 mg/l, BOD yaitu 227,2 mg/l, COD yaitu 710,0 mg/l, TSS yaitu 875 mg/l belum memenuhi syarat baku mutu kecuali pada parameter pH yaitu 8,19, minyak dan lemak 5,75 sesuai dengan Permen LH No. 5 Tahun 2014. 4. IPAL pabrik PT. X pada kolam proses pengolahan limbah tidak dioperasikan dan dipelihara dengan benar, sehingga keberadaan kolam-kolam mengalami penimbunan lumpur pada dasar kolam yang tidak rutin dilakukan pengerukan dan mengganggu kerja kolam.



86 Universitas Sumatera Utara



8



6.2 SARAN 1. Pabrik kelapa sawit PT. X disarankan agar lebih menjaga pengolahan limbah cairnya dengan baik, meningkatkan sistem kerja dan jadwal ruitn dalam pelaksanaan kerja setiap kolam agar optimal. 2. Selain pemeriksaan limbah cair kelapa sawit, pihak pabrik juga harus melakukan pemeriksaan secara berkala kualitas air sungai sebagai badan penerima apabila limbah terbuang ke sungai agar kualitas air sungai tetap terjaga. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengelolaan limbah cair kelapa sawit dengan kualitas air limbah apabila air limbah terbuang ke sungai dan tercemar dengan baku mutu limbah sesuai Permen LH No. 5 Tahun 2014. 4. Perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki sistem teknologi pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit (CPO) agar limbah tidak terbuang ke badan air sungai dan upaya untuk.



Universitas Sumatera



DAFTAR PUSTAKA Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta. Andi Anggraini, S. 2017. Efektivitas Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Menurunkan BOD Dan COD Dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Padang Tualang. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara Anonymous, “Pengendalian dan Pengoperasian Limbah Pabrik Kelapa Sawit”, 1990, Pusat Penelitian Perkebunan (RISPA), Medan, 1994. Azwar, A.1996. Pengantar ilmu kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Basiron,Y. 2005. Palm Oil. Di dalam: Shahidi F , editor. Baileys Industrial Oil and Fat Products: Ed ke-6 Volume ke-2 Edible Oil and Fat Products: Edible Oil. Hoboken. John Wiley & Sons, Inc. Bitton, G. 2005. “Waste water Microbiology 3rd edition ”. John Wiley & Sons, inc, New Jersey Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta Chin, K.K. 1981. Anaerobic Treatment Kinetics of Palm Oil Sludge. Water Res., 15, 199-202. Euis Nurul Hidayah dan Wahyu Aditya. 2011. Potensi dan Pengaruh Tanaman pada Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Constructed Wetland. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 2(2): 11-18. Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, Cetakan pertama. Bandung: Yrama Widya. Hamonangan, N. 2009. Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit, Diktat Kuliah Departemen Kimia FMIPA USU, Medan Irvan, dkk. 2012. Pengolahan Lanjut Limbah Cair Kelapa Sawit Secara Erobik Menggunakan Effective Microorganism Guna Mengurangi Nilai TSS. Jurnal teknik kimia. Unisversitas Sumatera Utara. Vol 1 No.2 Jenkins D. 1993. Manual on the Cause & control of Activated Sludge Bulkingand Forming. Ed ke-2. London: Lewis Publisher Kementerian Lingkungan Hidup. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Jakarta Kementrian Lingkungan Hidup. 2005. Pedoman penanggulangan limbah cair domestik dan tinja. Jakarta



88 Universitas Sumatera Utara



89



Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Kep – 51 / MENLH/ 10/ 1995. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pedoman syarat dan tata cara perizinian pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada tanah diperkebunan kelapa sawit nomor 29 tahun 3003. Jakarta Kristanto, Phillip. 2002. Ekologi Industri. Andi. Yogyakarta Kusnoputranto, H, 2002. Kesehatan Lingkungan. FKM UI, Jakarta. Manurung, Renita. 2004. Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Untuk Mengolah Limbah Sawit. Jurnal (Online) http://library.usu.ac.id. Diakses 2 Mei 2017. Milano P. 1998. “Bioflokulasi Mikroorganisme dan peranannya dalam Pengolahan air limbah secara Biologis”, JKTI, 8, No.1-2, Desember Miswan. 2004. Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Rumah Potong Hewan Dengan Menggunakan Sabut Kelapa. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Edisi pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu. Munir, E. 2006. Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan. Universitas Sumatera Utara. Medan Nasution Y.D. 2004 Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Yang Berasal Dari Kolam Akhir (Final Pond) Dengan Proses Koagulasi Melalui Elektrolisis. Jurnal Sains Kimia.Universitas Sumatra Utara. Sumatera Utara.3 hal Nainggolan, H. 2011. Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan dan Air Gambut menjadi Air Bersih. USU Press.Medan Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi Revisi. PT. Rhineka Cipta. Jakarta Nurasiah, K. S., Vogel, A., & Kramadhati, N. N. 2002. Coagulation of Turbid Water Using Moringa oleifera Seeds from Two Distinct Source. Water Supply. 2(5): 83–88 Nurbana, A. 2015. Cara menurunkan TSS dalam air limbah. Artikel http://www.olah-air.com/2015/12/cara-menurunkan-tss-totalsuspended.html 30 Oktober 2017



Universitas Sumatera



90



Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Pramudyanto, B, 2003. Pemeriksaan Industri Pencemaran. Agung, Semarang.



dalam



Pengendalian



Rahardjo, nugroho. 2006. Teknologi Pengelolaan Limbah Cair yang Ideal Untuk Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Vol. 2 No. 1. http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/view/2291/1909 diaskes 30 september 2017 Raharjo P.N. 2009. Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah cair Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Lingkungan. Jakarta 18 Hal Rusmery, T. 2009. Korelasi Antara Biological Oxygen Demand (Bod) Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Terhadap pH, Total Suspended Solid (Tss), Alkaliniti dan Minyak/ Lemak. https://www.wordpress.com. 30 september 2017 Said, E. G., 1996. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Bogor: Trubus Agriwidya Setyobudiarso, H. 2012. Aplikasi filtrasi anaerobik aliran upflow dalam menurunkan kadar BOD limbah cair. Teknik lingkungan FTSP. ITN Malang Siregar, Rita D. 2015. Penurunan Kadar Cod (Chemical Oxygen Demand) Limbah Cair Industri Kelapa Sawit Menggunakan Arang Aktif Biji Kapuk (Ceiba Petandra). Jurnal Volume 4(2), halaman 62-66 ISSN2303-1077 Diaskes 27 Oktober 2017 Soeparmin, Soeparman. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu Pengantar. EGC. Jakarta Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta: Universitas Indonesia Press. Suwondo, Sri Wulandari dan Syaiful Anshar. 2014. Degradasi Limbah Cair Kelapa Sawit Dengan Penambahan Bakteri Rizosfir Actinomycetes Dan Tanaman Typha Angustifolia Dengan Model Constructed Treatment Wetland (Ctw). Artikel online diaskes 27 oktober 2017 Taufiq, M. 2010. Pemanfaatan Abu Sekam Padi Dengan Metode Filterisasi Untuk Menurunkan Kandungan BOD dan COD Pada Limbah Cair RSUD Undata Palu. Tugas Akhir. Palu: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu.



Universitas Sumatera



91



Togatorop, Rusmey. 2009. Korelasi Antara Biological Oxygen Demand (BOD) Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Terhadap pH, Total Suspended Solid (TSS), Alkaliniti Dan Minyak/ Lemak. Tesis (Online) http://repository.usu.ac.id Diakses 3 juni 2017 Indonesia. 1997. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta Verawaty, Dian Saraswati, Ramly Abadi, 2014. Analisis kadar BOD dan COD pada pengolahan limbah cair di pabrik kelapa sawit PT. Lestari Tanis Teladan (LTT) di Provinsi Sulawesi Tengah. (Online) eprints.ung.ac.id/11765 diakses 3 juni 2017 Wardhana, W. A, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi, Yogyakarta. William. 2011. Limbah Kelapa Sawit, (online), (Williamzeva.Com/2011/01/ Limbah -Kelapa-Sawit.Html?M=1, diunduh 27 Oktober 2017 Yan, fauzi . 2012. Kelapa sawit. Jakarta: penebar swadaya



Universitas Sumatera



9



LAMPIRAN 1. LEMBAR OBSERVASI “ANALISA



PENGELOLAAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. X TAHUN 2017



Ditujukan kepada : Karyawan di bidang instalasi pengolahan air limbah (IPAL) Identitas Karyawan di bidang IPAL : 1. Nama : 2. Jabatan : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan : 6. Lama Bekerja : I. Air Limbah 1. Jelaskan proses/langkah-langkah yang terjadi pada Instalasi Pengolahan Air



Limbah (IPAL): Pengolahan pendahuluan (Pre treatment): Pengolahan pertama (Primary treatment):



Pengolahan kedua (Secondary treatment)



Pengolahan ketiga (Tertiary treatment)



Pengolahan lanjut (Ultimate disposal)



Universitas Sumatera



9



2. Sebutkan sumber-sumber utama air limbah ! No



Jenis Limbah



Sumber



3. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama melakukan tahap-tahap pengolahan primer seperti penyaringan, pengolahan awal, pengendapan, dan pengapungan ? Jika ya, jelaskan !



4. Jelaskan tahapan-tahapan pengolahan limbah cair di PT. Langkat Sawit Hijau Pratama !



5. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama melakukan penyaringan terhadap pengolahan air limbah hasil produksi? Jelaskan !



Universitas Sumatera



94



6. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama melakukan proses pengendapan pada pengolahan air limbah? Jelaskan!



7. Apakah ada di lakukan perlakuan khusus oleh PT. Langkat Sawit Hijau Pratama untuk proses pengendapan air limbah?



8. Berapa lama jangka waktu pengangkutan dari hasil pengendapan pengolahan air limbah di PT. Langkat Sawit Hijau Pratama ?



9. Kemana di buang hasil pengendapan dari pengolahan air limbah tersebut?



10. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama melakukan proses pengolahan secara



biologis



dengan



melibatkan



mikroorganisme



yang



dapat



mengurai/mendegradasi bahan organik?



Universitas Sumatera



95



11.



Jelaskan jenis/metode pengolahan limbah cair PT. Langkat Sawit Hijau



Pratama !



12.



Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama telah membuat saluran



pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan ?



13.



Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama telah memasang alat ukur



debit atau laju air limbah cair dan melakukan pencatatan debit aliran limbah cair tersebut ?



14.



Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama telah memiliki izin



pembuangan limbah cair ? kalau iya, kemana ? (Bapedal, Gubernur atau instansi lainnya)



15.



Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama telah memeriksakan kadar



parameter Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya enam bulan sekali meliputi BOD5, COD, TSS, Amonia Total, Nitrogen Total, dan pH ?



Universitas Sumatera



96



16. Parameter apa saja yang diukur pada pengolahan limbah cair sebelum diolah dan sesudah diolah ?



17. Apakah PT. Langkat Sawit Hijau Pratama telah menyampaikan laporan tentang catatan debit harian, kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair, dan Produksi bulanan sesuai dengan fakta sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada Bapedal atau instansi lainnya ? jika iya, kemana ?



18. Sebutkan parameter dan hasil analisis kualitas limbah cair PT. Langkat Sawit Hijau Pratama Utara



Parameter



Kadar pali ng ting



Beban pencemar an paling tinggi



Hasil Limbah Cair PT. Langkat Sawit Hijau Pratama Kadar Beban paling pencemar tinggi an paling (mg/L) tinggi



Memenu hi syarat / tidak memenu hi syarat



BOD5 COD TSS Minyak dan lemak Nitrogen Total (sebagai N) pH Debit limbah paling tinggi



6,0-9,0 2,5 m2 per ton produk minyak sawit (CPO)



Sumber: PermenLH No. 5 tahun 2014



Universitas Sumatera



97



19. Sebutkan lokasi pembuangan limbah cair! (misalnya sungai, laut, selokan umum atau lainnya)



20. Pernahkah



PT.



Langkat



Sawit



Hijau



Pratama



mendapat



teguran/diperkarakan ke pengadilan atas pelanggaran terhadap peraturan pengadilan pencemaran air limbah selama tiga tahun terakhir ? Jika ya, jelaskan!



Universitas Sumatera



LAMPIRAN 2. BERITA ACARA PENGAMBILAN SAMPEL/CONTOH UJI Pada hari ini, ..............tanggal ......... bulan ...............tahun .............pukul ..............WIB, di ......................................... Kabupaten/Kota



,



Propinsi....................................... kami yang bertanda tangan di bawah ini:



1. Nama



:



Instansi : Jabatan 2. Nama



: :



Instansi : Jabatan



:



Telah melakukan pengambilan sampel di lokasi



Titik pengambilan sampel serta perlakuan seperlunya telah dilakukan sebagaimana diuraikan dalam tabel di bawah ini : NO



TITIK LOKASI SAMPEL



KODE SAMPEL



Dokumen perencanaan pengambilan sampel dan rekaman data pengambilan sampel merupakan bagian tidak terpisahkan dari berita acara pengambilan sampel ini. Demikian berita acara pengambilan sampel ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. Pengambil sampel,



Mengetahui Pelanggan/saksi,



(.................................)



(...................................)



111 Universitas Sumatera Utara



BERITA ACARA Pada hari ini, ..............tanggal ......... bulan ................tahun............pukul .............WIB, di ..................................... Kabupaten/Kota ................................., Propinsi................................... kami yang bertanda tangan di bawah ini: Nama



:



Pekerjaan



:



Perusahaan



:



Jabatan



:



Telah menyerahkan kepada : Nama : Instansi : Pangkat/Gol : Jabatan



:



Barang-barang berupa sampel cair/padat/sludge/gas* sebanyak ..................... (..................) kotak dengan penyegelan, masing-masing seberat .............. (...................) gram/kilogram/ton/........*) dengan kode dan deskripsi sampel sebagai berikut : No



Kode Sampel



Universitas Sumatera Utara



Jenis Sampel



Metoda Sampling



Lokasi



Parameter Uji



Keterangan



11



LAMPIRAN 3.



Universitas Sumatera



11



LAMPIRAN 4



-



OP KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT 3ENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT



WIMP



ROO BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAICIT (BTKLPP) KELAS I MEDAN



Jalan K.H. Wahid Hasyim 15 Medan 20154 Telp. (061) 4512305, Fax (061) 4521053 E-mail: [email protected]. Website www.btkinomedamorid



Nomor Lampiran Hal



18 September 2017



: PM.05.16/VIII.7/ 9->-; /2017 : 1 berkas : Hag( Ulf Laborotorium Yth:



Syalyra Mahasisvra FIG4 U.9J di MEDAN



Berdasarkan Nomor PPCU FiBTKPINIX/20/7/1853, bersama ini kami sampaikan basil pemeriksaan contoh uji air limbah dari Anis Syafira, yang terdiri dad: Nash! Uif Kimia No Contoh : 1. 6254/K/AL/09/2017 contah uji air limbah dad Inlet IPAL 2. 6255/K/AL/09/2017 contoh uji air limbah dari Outlet IPAL Pengambilan contob uji dilakukan oleh pelanggan (Raguna & Anis) pada tangga) 04 September 2017 dan diterima BTKLPP Medan tanggal 04 September 2017. Demiklan basil pemeriksaan yang dapat kami berikan, etas perhatian dan kerjasamanya kami ur_apkan terima kasih.



a.n Kepala, Bag -RI



( Ir. Tetra F, Suciari, M.Kes NW. 196501291995022001



Universitas Sumatera



115 Utara



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA D/REKTOFtAT JENDEFtAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT-1— (BTKLPP) KELAS I MEDAN .lalan K.H. Wahid Hasyim 15 Medan 20154 Telp. (061) 4512305, Fax (061) 4521053 EfiErIKL-MDK/5.1.0.1.K



PerimMan Laboratorium Kimia Nomor Contoh Uji Hal Asal Contoh Uji Keterangan Contoh Uji Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pengambil Contoh Uji Tanggal Pengambilan Contoh Uji Tanggal Pengambilan Contoh Uji No A. 1







iamm



JARMAN HASIL WI : 6254/K/AL/09/2017 : Air Limbah : Anis Syafira mahasswa USU Fakultas Krnas : 1 (sate) Contoh Uji Air Limbah Dalam Botol 1 Liter - Inlet : Medan : Pelanggan (Raguna & Anis Syafira) : 04 September 2017 : 04 September 2017



Parameter



pH



Satuan -



Baku Mutu Hasil AnaIlse 6.0-9.0



4,72



Mebsde/Alat SN106-6989.11:2004



Berdasarkan PerMen1.11 No. 05 Tahun 2014 LampIran LEI Tentang Baku MuPm Air limbah Ragg Usaha dantakno Iodustri SawIt gii1133.1 1. 1-1.17 llp di at. harrya berlaku untuk sampel yang 0.0 Lapuran Hall Uii ini terdin clan 1 halaman 3.



Laporan hall up mi tidak DOSS digandakan, kecuali seam lergkap dan sewn tertulis dari ESTIO. PP Medan



11



Mervetahui, An, Kepala Balai ,



Manajer Teknik Laboratorium Kimia



Kepala ksi FFL



h Faisal. S.Si. M. Kes NIP. 197003162001121001



ahyudi, ST,M.Kes NIP. 196802051989031002



Universitas Sumatera



116



Universitas Sumatera Utara



4.



Labor-atm-km rnelayani pengadLon / complaint malsmum 1 (sato) rninggu terhitung tanggar penyerahan mU



5.



Lagam yang dap adalah !warn terlarut



a'



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS I MEDAN Jalan K.H. Wahid Hasyim 15 Medan 20154



LAPORAN HASIL WI Penautian Laboratorium Kimia Nomor Contoh Uji



: 6254/K/AL/09/2017



Hal



: Air Limbah



Asal Contoh Uji



; Anis Syafira



Keterangan Contoh Uji



: 1 (satu) Contoh Uji Air IJmbah Dalam Botol 1 Liter



Mahasiswa USU Fakultas Kesmas



Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pengambtl Contoh Uji



: Medan



Tanggal Pengambilan Contoh



Syafira) : 04 September 2017



Uji Tanggal Pengambilan



04 September 2017



No A.



FISIKA



1 B.



: Pelanggan (Ragusa & Anis



Satuan



Baku Muth



Masi! Analisa



Metode/Alat



Total Padatan Tersuspensi (TSS) KIMIA



mg/I



250



9380



Spektrofotometri



1 2



BOD COD



mg/I mg/I



100 350



3



Minyak dan Lemak



mg/I



25



480,0 1500 4,-**



SNI 06-6989.14:200.4 Spektrofotometri Spektrofotometri



4



DO



mg/I



0,100



Elektroda



Parameter



Berdasarkan Pertlenill No. 05 Tahun 2014 Lampiran TT/ Tentang Baku Hutu Air 1.nnbah Bagi Usaha daniatau Industri Sawn Tidak Dluji catatuu 1. Hasil La a anrs hanya beclaka untuk sarnpel yang diup Laparan Hand Ui ini terthri dal 1 Solomon 3. Laporan hasll vji li i lidak boieh digandahan, kectali secara lengkap clan sans tertalis clad BISI_ PP Medan 4. Laboratorium melayani pengaluan I complaint Inakarnurn 1 (satu) cninggu terhitung tsnagal penyerahon LI-111 5. Logam yang [114 agalab lapacn terlarut



QC



z



Mengetahui, An. Kepala Balai Kimia



Faisal S.Si M.



Manajer Teknik Laboratorium



4ahyudi ST M.Kes NIP.



117



Kes



G



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA



O



DIREKTORAT JENDERAL BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS I MEDAN Jalan K.H. Wahid Hasyim 15 Medan 20154 F/ 1..APORANFLASK



fteaulian Laboratorium Kbnia Nomor Contoh Uji



6255/K/AL/09/2017



Hal



: Air Limbah



Asal Contoh Uji



: Anis Syafira



Keterangan Contoh Uji



: 1 (satu) Contoh Uji Air Limbah Dalam Botol 1



Mahasiswa USU Fakultas Kesrnas



Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pengambil Contoh Uji Tangga Pengambilan Contoh No A, 1



Parameter



KIMIA pH



: Medan : Pelanggan (Raguna & Anis Syafira) 04 September 2017 : 04 September 2017 Satuan



Baku Mutu



Hasil Analisa



MetodefMat



6.0-9.0



8,19



5N1 05-6969.11:2004



Serdasarican PerkienLtIfie. 05 Tahun 2014 lam Oran III Teniang Baku Mutu Air Limbah haul Lisaha clan/afau Xfulustri Say&



1. tiasil in di 39535 hanya 11.11.1ku mit* seepel yaw dim 2. Leporan Hosil Uj kni terchn dui I halamen 3. Laporannagi LOIN Mak nelen clIgarelaean, kecuall secara lenekap den seein lertulis deri 5TICL PP Medan 4, WOOratotions melayam pengaduan / complaint mat:Amery 1 (sal.) minggu terhitung teinggal perlyerahan tflU. 5. Logem yang dimi adolah logam tenant



MengetahU4 An, Kepala Balai Kepala Seksi PTL



A NIP.



Universitas Sumatera Utara



_



Manajer Tab*



Mahyudi, NIP.



118



KEME



BALAI TEKNIK



E F/RIKL-NDA/5.10.1.K



LAPORA N NASIL LW p e n q u i l a n



L a b o r a t o r i u m K i m i a N o m o r C o n t o h U j i : 6 2 5 5 / K / A 1 / 0 9 / 2 0 1 7 H a l : A i r L i m



b a h A s a l C o n t o h U j i : A n i s S y a f i r a



Mahasiswa USU Fakuttas Kesm K e t e r a n g a n C o n t o h U j i : 1 ( s a t u ) C o n t o h U j i A i r U m b a h D a l a m B o t o l 1 L i t e r - Outlet



Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pengambil Contoh Uji



Tanggal Pengambilan Contoh Uji Tanggal Pengambilan Contoh Uji No A.



FISIKA



1 B.



Total Padatan Tersuspen KIMIA



1 2 3 4 Besdas arkan Perlae nt11 No. OS Tahun 2014 Lampi ran III Tertia n Baku Motu Air timbah Bagi Usaha darsfat au industr i saws[ Tidak MAE O R M a n s 1. h a s h U j 1 d i a U s h a n y a b e d a k u u n t u k s a r n p e l y a n g d m P 2. L a p o r a n H a s a U p i n i t e r d i n b e 1



Parameter



BOO COO Minyak dan Lemak DO



h a l a r n a n 3. L a p o r a n h a s h u i l i n i t i d a k b o l e h d i g a n d a k a n , k e c u a l i s e c a r a l e n g k a p c l a n s e t i n t e d u l i s d a r i a r e . P P M e d a n 4. L a b o r a t o r i u m m e l a y a n i p e n g a d u a



n / c o m p l a i n t m a k s i m u m I ( 5 4 1 ) r r a n g g u t e r h i t u n g t a n g g a l p e r y e r a h a n L H U 5. L o g a n , y a n g d i n j i a d a l a h l o



ahvudi ST,M.Kes



g a m W O O S



Mengetahui, Manajer Teknik An. Kepala Balai Laboratorium Kimia Kepala Seksi PTL



Alfa Faisal S.Si, Kes NIP. 1970031620011 21001 NIP. 1968020519890 31002



Univers itas Sumat era Utara



119



·



,



Kementerian Penndustrian



BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN BCLIM DAN MUTU INDUSTRI BALM RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MEDAN LABORATORIUM PENGUJI The Testing Laboratory The Institute for industrial Research and Stinderdiza non of Medan



DIAN Q...,



JI. Siaingamentgaraje No.24, Telp.(061) 7363471, 7867495 Fax.(061) 7362830 bundnayahearmn



)



11114



=MI



SERTIFIKAT HASIL UJI



Dok.tio. F-LP-D16/2-1.-00/13



Certificate of Test Results Nomor Seri



: 01798



Kepada Yth. To Anis Syafira Pulungan NIM 131000018 Jur FKM USU Medan din. Dr Mansyur Gg. Dame No. 04 Medan



Sada/ Number



Nomor Pengujian



: PA.0696



Testing Number



No. Surat Permohonan Pengujian : Requestation Number



1 dari 2



Halaman Page



yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan, bahwa hasil pengujian dari The undersigned certifies that the examination of



Name I Janis Contoh Sample (s)



Etiket I Mark Trade Mark



terian Perindustrian ir Lirnbah PK1



t.A 6 'SwF



Inlet



Kode Code



Pengambil Contoh



Diantar langsung



Sampler



Prosedur Pengambilan Contoh Sampling Procedure



: Tidak disegel



Keterangan Contoh Description of Sample (s)



: 06 September 2017



Tanggal diterima Date of Received



Tanggal Pengujian



: 06 September 2017



Date of Testing



Adalah sebagai berikut As follows



Seditikat Hasll UJI 1111 berlake 90 hart sejak tanggal tlikeluarkan hanya untek name/jar:es confab dikes. The certificate of Test Resells veer melon 90 days sures. the date issued to the narneetted of sump, ,s at.o.e Dilarang memperbanyak Mau rnenesublikasikan sertifikat lel tanpa persetujuan terndis dari teadaiernen tPrBIH Do nut reproduce tills core-Poeta mewed a valid wetter, .gp.oeheet dud LP-Sty htunewerte,



Universitas Sumatera Utara



120



LABORATORIUM PENGUJI BALM RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MEDAN The Testing Laboratory The Institute for Industrial Research and Standardization of Medan



No. Sertifikat



01798



Certifirak No. Halaman : 2 Page



Validasi Mitiaty



dari 2



of



HASIL UT! The Test Result No



1



Parameter



Minyak dan Lemak



Satuan



Basil



Metode



mg/I



2031



SNI 06-6989.10-2004



Medan, 26 September Manajer Teknis nical Manager



usno, ST.



.-



1025 198303 1 Hasa Uji



b0rlaku 90 had sujah Laraggo.:



Dilafana raerapeLtanyak aLzu n.rupliblkadkail sr, ffkat



undlk 0a• ;jeans coptak •:!4d-as. E0-3;•.!



Universitas Sumatera Utara



12



A



ik



IN)



Kementeri



BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALM RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MEDAN



LABORATORIUM PENGUJI The Testing Laboratory The Institute for industrial Research and Standardization of Medan )1. Sisingamangaraja 50.24, Telp.(061) 7363471, 7867495 Fax.(061) 7362830



e-.....„,,ink y ....... , ,



Y



KAN Q.,. ... ,



mar. t 1909001 lreratr' O.



' a



SERTIFIKAT HASIL UJI Certificate of Test Results Nomor Seri



: 01799



Kepada Yth. To Anis Syafira Pulungan NIM 131000018



: PA 0697



Jur FKM



Serial Number



Nomor Pengujian USU Medan



Jln. Dr



Testing Number



Mansyur Gg. Dame No. 04



Medan



No. Surat Permohonan Pengujian : Requestation Number



: 1 dari 2



Ilalaman Page



yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan, bahwa hasil pengujian dari : The undersigned certifies that the examination of



Nama / Jenis Contoh



: Air Limbah PKS



Sample (s)



Etiket I Merk Trade Mark



Kode



: Outlet



Code



Pengambil Contoh



Diantar langsung



Sampler



Prosedur Pengambilan Contoh Sampling Procedure



Keterangan Contoh



Tidak disegel



Description of Sample (s)



Tanggal diterima



06 September 2017



Date of Received



Tanggal Pengujian Date of Testing



Adalah sebagai berikut As follows



: 06 September 2017



1



Dok.No. F-LP-016/2-



Serntikat Hesil Uji ini berlaku 90 Ilan sejarn lannign0 &Icahn...am hasp rank mesa henis canton glean. the eertreCate or Test Results valid within 9C days some the dare .rssped, Ise the raelehrla sample 'Si above only Dila rang rnemperbanyak eau mempubinkasn0rn Se ail= r nanpa nweranlaignan Wrings one Ma najernen La- am Do eel reproduce this cettrtieste ,v7/tact a 6-akf .enter: apirrztral



Universitas Sumatera



122



Utara LABORATORIUM PENGUJI BALM RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MEDAN The Testing Laboratory The Institute for Industrial Research and Standardization of Medan



No. Sedifikat : 01799



ji



Cettffiegfe No. Halarnan : 2 Page



dad 2 Validasi validate



of



HASIL Uf I The Test Result No



1



Parameter



Minyak dan Lemak



Satuan



Hasil



Metode



mg/I



5,75



SNI 06-6989.10-2004



Medan, 26 September 2017 "r7i" Manajer Teknis '14 Technical Manager



Kusno, ST. Ni .,:1,9611025 1 98303 1 004



Sertiffkat Hash uji ini belitiku 90 Fan sejak tanggal dikeluarkan hanya untak namaijenis contah diatas. cortficate of Test Results valid within 90 days since the date respect, to the namedand eamMe (a) above only. Dilarang Memperbanyak atau rnempublikasikan sertifikat trot tanpa persetujuan tertulis dart Manajemen LP-11114 Do not reproduce ma teroficate KoMoor a vote waiter; approval from 1.g-81M Management



Universitas Sumatera



12



LAMPIRAN 5 3



KEMENTERLAN illsET, TEl



DAN PE



AN TINGG1



UNIVERSITAS SUMATERA 'TIARA



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jalan Universitas No. 21 Kampus USU Medan 20155



-



Telp.( 061) 8213221. Fax. (061) 8213221 Webaite : http 11fItm.usu.ackl Email : flumususnedan mail.com



NomorC'/UN5.2.1.10/KRK/2017 Latnpiran : Ha1 : Permohonan kin Penelitian



21 AUG 2017



Yth. Direktur Pabrik Kelapa Sawit PT. Langkat Sawit Hijau Pratama Kabupaten Langkat diTempat Dengan hormat, dalam rangka memenuhi kewajibanitugas sebagai syarat menyelesaikan studi pada Faktiltas Kesehatan Masyarakat USU, kami mohon bantuan Saudara kepada mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama NIM Jenis Kelamin TempatiTgl. Lahir Peminatan



Anis Syafira Pulungan : 131000018 Perempuan : P. Berandan / 24 Februari 1996 : Kesehatan Lingkungan



untuk diberi izin mengadakan Penelitian (Riset) di tempat yang Saudara pimpin dengan judul skripsi: "ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH CAM KELAPA SAWIT DI PABRIK PT. LANGKAT SAWIT FILIAL PRATAMA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2017". Sehubungan dengan nn kami sangat mengharapkan bantuan Saudara agar berkenan rnemberikan bantuan dalam bentuk keterangan, brosur, buku (referensi) serta penjelasan lainnya. Bahan dan keterangan yang diperoleh akan digunakan semata-mata demi perkembangan ilmu pengetahuan. Selanjutnya setelah mahasiswa yang bersangkutan menyelesaikan penelitian, akan menyerahkan 1 (satu) eksemplar skripsi ke instansi atau unit ketja Saudara. Demikian disampaikan atas bantuan dan kerjasama yang baik diucapf i terima kasih. Dekan,



Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, NIP. 19680320 199308 2 001



Universitas Sumatera Utara



12



LAMPIRAN 6



Ilk PT. LANG AT SAW1THLIFIU PRATAMA D.ur.



Dana Simpang Pule Rambo rug, Kocamar. hag*, Kabrupagen laingkal ProvbAi Sumatera Man.



SURAT KETERANGAN



Norrior : 003 / SK — LSP / VIII/ 2017 Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama



: Selamat Riady



Jabatan



: Mill Manager



Perusahaan : PT. Langkat Sawithijau Pratama ( LSP ) Alamat



: Dusun Srijadi. Desa Simpang Pula Rambung, Kec. Bahorok, Kab. Langkat



Menerangkan Bahwa Nama



: Anis Syaiira Pulungan



N 1M



: 131000018



Jenis Kelamin



: Perempuan



Ternpat / Tgl. Lahir : P. Berandan / 24 Februari 1996 Jurusan



: Kesehatan Lingkungan



Adalah benar teiah melalcsanakan penelitian di PT. Langkat Sawithijau Pratama ( LSP) pada tanggal 04 September 2017 Demikian surat keterangan ini kami perbuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.



Srijadi, 05 September 2017 PT. Langkat Sawithijau Pratama



PT.I WITHIN PRONA e Mill Manager



Universitas Sumatera



12



LAMPIRAN 7 DOKUMENTASI PENELITIAN



Gambar 1. Wawancara pada pihak pabrik



Gambar 2. Pengambilan sampel air limbah di inlet



Universitas Sumatera



12



Gambar 3. Pengambilan sampel air limbah outlet



Gambar 4. Kolam 1 pada IPAL (cooling pond)



Universitas Sumatera



12



Gambar 5. Kolam anaerobik



Gambar 6. Kolam aerobik



Universitas Sumatera