Kompleks Bahu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kompleks bahu, terdiri dari klavikula, skapula, dan humerus, adalah kombinasi tiga sendi yang dirancang dengan rumit yang menghubungkan ujung ekstrem ke toraks. Struktur artikular dari kompleks bahu dirancang terutama untuk mobilitas, memungkinkan kita untuk bergerak dan posisi tangan melalui berbagai ruang. Gabungan glenohumeral (GH), yang menghubungkan humerus dan skapula, memiliki mobilitas lebih besar daripada sendi lainnya di dalam tubuh. Meskipun komponen kompleks bahu merupakan setengah dari massa seluruh anggota badan bagian atas, mereka terhubung ke kerangka aksial dengan sambungan tunggal, sendi sternoklavikularis (SC). Akibatnya, kekuatan otot berfungsi sebagai mekanisme utama untuk mengamankan korset bahu ke toraks dan memberikan basis pendukung yang stabil untuk gerakan ekstremitas atas. Persyaratan kontradiktif pada kompleks bahu untuk mobilitas dan stabilitas dipenuhi melalui kekuatan aktif, atau stabilisasi dinamis, sebuah konsep yang kompleks bahu dianggap sebagai contoh klasik. Intinya, stabilitas dinamik ada saat segmen bergerak atau rangkaian segmen dibatasi sangat sedikit oleh gaya pasif seperti konfigurasi permukaan artikular, kapsul, atau ligamen dan sangat bergantung pada gaya aktif atau kontrol otot dinamis. Stabilisasi dinamis menghasilkan berbagai mobilitas untuk kompleks bahu dan memberikan stabilitas yang memadai saat kompleks berfungsi normal. Namun, tuntutan mobilitas dan stabilitas yang bersaing pada korset bahu dan desain struktural dan fungsional yang rumit membuat kompleks bahu sangat rentan terhadap disfungsi dan ketidakstabilan.



Fungsi utama sendi shoulder (shoulder complex) adalah memberikan posisi yang paling baik untuk aktifitas tangan. Sendi shoulder /Shoulder Complex dibentuk oleh 4 persendian : glenohumeral joint, sternoclavicular joint, acromioclavicular joint, dan scapulothoracic joint. Kira-kira 120 derajat gerakan fleksi dan Abduksi harus terjadi pada sendi shoulder agar terjadi aktifitas fungsional tangan yang baik. Persendian glenohural merupakan sendi yang paling banyak bergerak (mobile) dalam tubuh manusia. Hal ini terjadi karena caput humeri jauh lebih besar dari cavitas glenoidalis yang merupakan tempat bersendinya caput humeri. Salah satu yang berkontribusi untuk mobilitas sendi shoulder adalah sendi strenoclavicular yang berfungsi sebagai aksial dari sistem rangka. Gaya internal pada sendi bahu yang berfungsi sebagai stabilitas sendi sering tidak bekerja dengan baik (memadai). Banyak gangguan pada shoulder sehingga dapat menyebabkab arc of motion yang lebih besar.



Anatomi Soulder A. LATAR BELAKANG Otot merupakan jaringan aktif, karena otot mampu secara aktif mengembangkan ketegangan atau berkontraksi. Karena otot adalah jaringan aktif, maka otot memiliki



fungsi yang penting untuk mempertahankan postur tubuh, menggerakkan segmen tubuh & meredam terjadinya shock. B. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian shoulder kompleks? 2. Untuk mengetahui otot-otot apa saja yang ada di shoulder kompleks A. SHOULDER KOMPLEKS a. Shoulder joint Shoulder kompleks merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia karena memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Yang terdiri atas 3 sendi synovial yaitu sternoclavicular joint, acromioclavicular joint dan glenohumeral joint (shoulder joint) dan 2



sendi



non-sinovial



yaitu



suprahumeral



joint



(coracoclavicular



joint)



dan



scapulothoracic joint. 1. Sternoclavikular joint



Sternoclavicular joint dibentuk oleh ujung proksimal dari clavicula yang bersendi dengan incisura clavicular dari sternum dan cartilago costa I. Sendi ini merupakan modifikasi ball and socket joint atau saddle joint yang memiliki 2 cavitas sendi atau 2 cavum articularis. Sendi ini memiliki diskus artikular fibrokartilago yang dapat memperbaiki kesesuaian kedua permukaan tulang yang bersendi & berperan sebagai shock absorber. Kapsul articularisnya tebal dan kendor, diperkuat oleh lig. sternoclavicular anterior dan posterior. Ujung proksimal dari clavicula juga berhubungan dengan costa I melalui lig. costoclavicular dan kedua ujung proksimal clavicula saling berhubungan oleh adanya lig. interclavicularis. Sternoclavicular joint berperan besar dalam gerakan shoulder girdle dan secara keseluruhan  berperan dalam gerakan protraksi – retraksi, elevasi – depresi, abduksi elevasi lengan/shoulder. Pada gerakan protraksi – retraksi terjadi gerak arthrokinematika yaitu ventral slide – dorsal slide, sedangkan gerakan elevasi – depresi terjadi gerak arthrokinematika yaitu caudal slide – cranial slide.



2. Acromioclavicular joint



Acromioclavicular joint dibentuk oleh processus acromion scapula yang bersendi dengan ujung distal clavicula. Sendi ini termasuk irregular joint atau plane joint, dimana permukaan sendi pada acromion berbentuk konkaf dan pada ujung distal clavicula berbentuk konveks  permukaan sendinya hampir rata. Kapsul artikularisnya diperkuat oleh lig. acromiocla-vicularis pada bagian superior. Pada bagian belakang sendi diperkuat oleh aponeurosis otot upper trapezius dan deltoid. Ujung distal clavicula distabilisasi oleh lig. Coraco-clavicularis yang terdiri atas 2 serabut ligamen yaitu lig. trapezoideum dan lig. conoideum . Acromioclavicular joint memberikan kontribusi pada gerakan elevasi – depresi, protraksi – retraksi dan abduksi elevasi lengan. Pada saat gerakan elevasi – depresi processus acromion akan slide kearah cranial – caudal, se-dangkan saat gerakan protraksi – retraksi akan slide kearah ventral – dorsal.



3. Glenohumeral joint



Glenohumeral joint dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas glenoidalis yang dangkal. Glenohumeral joint termasuk sendi ball and socket joint, tetapi merupakan sendi yg paling bebas pada tubuh manusia. Caput humeri yang berbentuk hampir setengah bo-la memiliki area permukaan 3 – 4 kali lebih besar daripada fossa glenoidalis scapula yang dangkal se-hingga memungkinkan terjadinya mobilitas yg ting-gi pada shoulder. Fossa glenoidalis diperlebar oleh sebuah bibir/labrum fibrokartilago yang mengelilingi tepi fossa  disebut dengan “labrum glenoidalis”, labrum ini dapat membantu menambah stabilitas glenohume-ral joint. Kapsul artikularisnya kendor dan jika lengan ter-gantung ke bawah akan membentuk kantong kecil pada permukaan medial, yang disebut “recessus axillaris”. Bagian atas kapsul diperkuat oleh lig. coracohume-ral dan bagian anterior kapsul diperkuat oleh 3 se-rabut lig. glenohumeral yang lemah (lig. glenohu-meral superior, middle & inferior). 4. Suprahumeral joint 5. Scapulothoracic joint



b. shoulder girdle (gelang bahu) Gelang bahu yaitu persendian yang menghubungkan lengan dengan badan. Pergelangan ini mempunyai mangkok sendi yang tidak sempurna oleh karena bagian belakangnya terbuka. Gelang bahu terdiri atas tulang selangka yang melengkung berupa huruf S, dan tulang belikat yaitu sebuah tulang ceper berbentuk segi tiga. Gelang bahu berhubungan dengan rangka batang badan hanya pada satu tempat saja. Ujung sebelah tengah tulang selangka dihubungkan dengan pinggir atas tulang dada oleh sendi dada-selangka. Ujung sebelah luar tulang selangka berhubungan dengan dengan sebuah taju tulang belikat (ujung bahu) dengan perantaraan sendi akromioklavikula.



B. OTOT-OTOT SHOULDER 1. M. Deltoideus Origo : Pars clavicularis : sepertiga acromio clavicula Pars acromialis : acromion Pars sternalis : Tepi bawah spina scapula Insertio : Tuberositas deltoidea Fungsi : Pars clavicularis : Adduksi (abduksi kira-kira 60 keatas), rotasi kedalam anteversi Pars acromialis : Abduksi sampai horisontal



Pars



Spinalis:



Adduksi



(abduksi



kira-kira



60



keatas),



rotasi



keluar



2. Otot Rotator cuff M. Supraspinatus Origo : Fossa supraspinata Fascia supraspinata Insertio : Faset proksimal tuberculum majus Fungsi : Abduksi pada bidang scapular sampai posisi hirisontal, rotasi keluar



M. Subscapularis Origo : Facies costalis, fossa subscapularis Insertio : Tuberculum minus dan bagian yang membatasi crista tuberculi minoris humeri Fungsi : Rotasi kedalam



M. infraspinatus Origo: Fossa infraspinata, Fascia infraspinata Insertio : Faset tengah tuberculum majus Fungsi : Rotasi keluar



M. Teres Minor Origo ;



Bagian caudal fossa infraspinata, sepertiga tengah margo lateralis



Insertio : Faset distal tuberculum majus Fungsi : Rotasi keluar, adduksi pada bidang scapular



3. M. Teres Mayor Origo ; Margo lateralis dan angulus inferior Insertio : Crista tuberculi minoris humeri Fungsi : Rotasi kedalam, adduksi pada bidang scapular



4. M. Subclavius Origo ; Iga ke I (batas tulang rawan) Insertio : Clavicula (sepertiga lateral) Fungsi : Menarik tarikan kearah samping pada clavicula



5. M. Pectoralis Mayor Origo ; Pars clavicularis : Clavicula (setengah sternal) Pars sternocostali : Manubrium sterni dan Corpus sterni, cartilago costa 1 – 6. Pars Abdominalis : Aponeurosis musculi abdominalis Insertio : Crista Tuberculi minoris humeri Fungsi : Adduksi ( terutama dari posisi elevasi lengan ) rotasi kedalam . Pars clavicularis anteversi



6. M. Pectoralis minor Origo ; Iga (ke2) 3-5 dekat batas tulang rawan Insertio : Ujung lancip processus coracoideus clavicula Fungsi : Lingkar bahu : Mengangkat iga bagian atas pada saat lengan diangkat dan pada saat fiksasi lingkar bahu Thorax : Memperlebar thorax (otot bantu pada saat inspirasi dalam)



7. M.coracobrakhialis Origo ; Ujung Processus coracoideus Insertio : Facies anterior humeri (medial dan distal dari crista tuberculi minoris humeri) Fungsi : Rotasi kedalam, abduksi dan anteversi 8. M. Biceps Brachii Origo ; Caput longum : Tuberculum supraglenoidale, labrum supraglenoidale. Caput Brevis : Ujung proc. coracoideus Insertio : Tuberositas radii Fungsi : Sendi bahu : Caput longum :Abduksi anteversi rotasi kedalam Caput brevis: Adduksi anteversi rotasi kedalam Kedua bagian: menopang beban lengan Sendi siku : Fleksi, Supinasi



9. M. Triceps brachii Origo ; Caput longum : Tuberculum infraglenoidale Caput mediale: Facies posterior humeri (medial,distal dari sulcus nefri radialis) Capul lateral : Facies posterior humeri (Lateral, proksimal dari sulcus nefri radialis) Insertio : Olecranon Fungsi : Sendi bahu : Adduksi (hanya caput longum yang menahan beban) Sendi siku : Ekstensi 10. M. Latissimus dorsi Origo ; Proc. Spinosi enam vertebra bagian bawah,vertabra lumbalis, Fasis dorsalis ossis sacri, labium eksternal crista iliaca, iga ke (9), 10 – 12, seringkali berorigo pada angulus inferior scapulae. Insertio : Crista tuberculi minoris humeri Fungsi : Sendi bahu :Adduksi Rotasi kedalam, Retroversi Lingkar bahu : Adduksi dan penurunan scapula .



11. M. Levator scapula Origo ; Keempat processus transverses vertebra bagian bawah Insertio : angulus superior scapula Fungsi : menarik scapula kearah cranial (elevasi), median



12. M. Trapezius Origo ; Upper : Processus spinosus vertebra cervical I-VII Middle : Processus spinosus thoracal I-IV Lower : Processus spinosus thoracal V-XII Insertio : Upper : bagian sepertiga lateral lavicula Middle : acromion Lower : spina scapula Fungsi : Upper : Menarik scapula ke arah cranial (Elevasi) Middle : Menarik columna ke arah columna vertebralis (Retraksi) Lower : Menarik scapula ke arah caudal scapula (Depresi)



13. M. Rhomboideus Mayor Origo ; Processus spinosus Thoracal-IV Insertio : Margo medial, bagian caudal spina scapula Fungsi : Menarik scapula ke arah cranial (elevasi), menarik scapula ke arah columna vertebralis



14. M. Rhomboideus Minor Origo ; Processus spinosus Cervical-II Insertio : Margo medial cranial dan angulus superior Fungsi : Menarik scapula ke arah cranial (elevasi),menarik scapula ke arah columna vertebralis



15. M. Serratus Anterior Origo ; Pars Superior ; Iga I-II Pars Middle : Iga II-Iv Pars Inferior : Iga V-(VIII)IX Insertio : Pars Superior : Angulus Superior scapula facies costalis Pars Middle: Margo medialis scapula facies costalis Pars inferior : Angulus Inferior scapula facies costalis Fungsi : Menarik scapula ke medial, bersama-sama dengan mm.rhomboidei menekan scapula pada thorax (elevasi, depresi, gerakan scapula rhytim bersama M.trapezius)



Osteokinamatika pada Shoulder Complex BAB I ( PENDAHULUAN )



1.



Latar Belakang Osteokinematika dibentuk oleh 2 suku kata yaitu Osteo yang berarti tulang dan Kinematika yang berarti gerakan sehingga osteokinamatika dapat didefenisikan yaitu sebagai Kajian tentang gerakan terjadi diantara tulang-tulang Pembentuk persendian. Shoulder complex merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia. Dibentuk oleh tulang-tulang scapula, clavicula, sternum dan humerus. Dari keempat tulang ini membentuk sendisendi: glenohumeralis, acromioclavicularis, sternoclavicularis , suprahumeral , suprahumeral rhtym dan scapulothoracic. Sendi-sendi ini bergerak bersama-sama saling mempengaruhi dan menjadi gerak sendi yang kompleks. Sternoclavicular joint dibentuk oleh ujung proksimal dari clavicula yang bersendi dengan clavicular notch dari sternum dan cartilago costa I.Acromioclavicular joint dibentuk oleh processus acromion scapula yang bersendi dengan ujung dis-tal clavicula. Glenohumeral joint dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas glenoidalis yangdangkal.Suprahumeral joint terdiri atas coracoclavicular joint dan coracoacromialis joint, merupakan sindes-mosis. Scapulathoracic joint merupakan pertemuan antara scapula dgn dinding thorax, yg dibatasi oleh otot subscapularis & serratus anterior. Scapulothoracic joint dipertahankan oleh 3 otot trapezius, rhomboid major et minor, serratus ante-rior & levator scapula.Otot-otot yang melekat pada scapula melakukan 2 fungsi Scapulohumeral rhythm hanya terjadi pada gerakan abduksi – elevasi dan fleksi – elevasi  terjadi ge-rak proporsional antara humerus & scapula. Ada 3 fase gerak abduksi : Fase I 0 – 60o/90o , Fase II 60/90 – 120o/150o , Fase III 120/150 – 180o Bursa merupakan kantong fibrous yg kecil, yang mengeluarkan cairan sinovial secara internal. Penghambat gerak dapat berasal dari ketegangan/ penguluran jaringan otot, kapsul-ligamen, dan ben-turan antara tulang.



2. Rumusan Masalah a. Apa itu Osteokinematica Shoulder complex ? b. Apa itu Penghambat gerakan ?



3. a. b. c.



Tujuan Makalah Memberikan Penjelasan mengenai apa itu osteokinematika Shoulder Complex Memberikan penjelasan mengenai gerakan – gerakan pada Shoulder Complex Memberikan Penjelasan mengenai Penghambat Gerakan pada Shoulder complex



BAB II ( PEMBAHASAN )



1. Osteokinematica Shoulder complex



Shoulder complex merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia. Dibentuk oleh tulang-tulang scapula, clavicula, sternum dan humerus. Dari keempat tulang ini membentuk sendisendi: glenohumeralis, acromioclavicularis, sternoclavicularis dan scapulothoracic. Sendi-sendi ini bergerak bersama-sama saling mempengaruhi dan menjadi gerak sendi yang kompleks. Range of motion” dari shoulder kompleks yaitu:  Gerak fleksi dapat mencapai 180˚ dan dapat berkurang dengan bertambahnya umur (Murray et al, 1985), sedang ekstensi bisa sampai 60˚.  Geraka abduksi juga mencapai 180˚ (AAOS, 1965) maksimal abduksi terjadi pada “scapularpalne” (diantara bidang gerak fleksi dan abduksi). Sedang gerak adduksi dapat mencapai 75˚ di depan tubuh.  Gerak rotasi bervariasi, tergantung posisi fleksi shoulder dan total ROM external dan internal rotasi dapat mencapai 180˚.  Gerakan shoulder kompleks (shoulder girdle) saling mempengaruhi , dengan pengertian apabila salah satu mengalami gangguan gerak (terbatas) maka dapat dilakukan aktifitas fungsional dengan cara kompensasi dan gerak sendi yang lain.



1. STERNOCLAVICULAR JOINT Sternoclavicular joint dibentuk oleh ujung proksimal dari clavicula yang bersendi dengan clavicular notch dari sternum dan cartilago costa I. Sendi ini merupakan modifikasi ball and socket joint atau saddle joint yang memiliki 2 cavitas sendi atau 2 cavum articularis.Sendi ini memiliki diskus artikular



fibrokartilago yang dapat memperbaiki kesesuaian kedua permukaan tulang yang bersendi & berperan sebagai shock absorber. Kapsul articularisnya tebal dan kendor, diperkuat oleh lig. sternoclavicular anterior dan posterior. Ujung proksimal dari clavicula juga berhubungan dengan costa I melalui lig. costoclavicular dan ke-dua ujung proksimal clavicula saling berhubungan oleh adanya lig. interclavicularis. Sternoclavicular joint berperan besar dalam gerak-an shoulder girdle dan secara keseluruhan  ber-peran dalam gerakan protraksi – retraksi, elevasi – depresi, abduksi elevasi lengan/shoulder.Pada gerakan protraksi – retraksi terjadi gerak ar-throkinematika yaitu ventral slide – dorsal slide, se-dangkan gerakan elevasi – depresi terjadi gerak ar-throkinematika yaitu caudal slide – cranial slide. 2. ACROMIOCLAVICULAR JOINT Acromioclavicular joint dibentuk oleh processus acromion scapula yang bersendi dengan ujung dis-tal clavicula. Sendi ini termasuk irregular joint atau plane joint, dimana permukaan sendi pada acromion berbentuk konkaf dan pada ujung distal clavicula berbentuk konveks  permukaan sendinya hampir rata. Kapsul artikularisnya diperkuat oleh lig. acromiocla-vicularis pada bagian superiorPada bagian belakang sendi diperkuat oleh aponeu-rosis otot upper trapezius dan deltoid. Ujung distal clavicula distabilisasi oleh lig. Coraco-clavicularis yang terdiri atas 2 serabut ligamen yaitu lig. trapezoideum dan lig. conoideum Acromioclavicular joint memberikan kontribusi pada gerakan elevasi – depresi, protraksi – retraksi dan abduksi elevasi lengan.Pada saat gerakan elevasi – depresi processus acromion akan slide kearah cranial – caudal, se-dangkan saat gerakan protraksi – retraksi akan slide kearah ventral – dorsal. 3. GLENOHUMERAL JOINT (SHOULDER JOINT) Glenohumeral joint dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas glenoidalis yang dangkal.Glenohumeral joint termasuk sendi ball and socket joint, tetapi merupakan sendi yg paling bebas pada tubuh manusia.Caput humeri yang berbentuk hampir setengah bo-la memiliki area permukaan 3 – 4 kali lebih besar daripada fossa glenoidalis scapula yang dangkal se-hingga memungkinkan terjadinya mobilitas yg ting-gi pada shoulder.Fossa glenoidalis diperlebar oleh sebuah bibir/la-brum fibrokartilago yang mengelilingi tepi fossa  disebut dengan “labrum glenoidalis”, labrum ini dapat membantu menambah stabilitas glenohume-ral joint.Kapsul artikularisnya kendor dan jika lengan ter-gantung ke bawah akan membentuk kantong kecil pada permukaan medial, yang disebut “recessus axillaris”. Bagian atas kapsul diperkuat oleh lig. coracohume-ral dan bagian anterior kapsul diperkuat oleh 3 se-rabut lig. glenohumeral yang lemah (lig. glenohu-meral superior, middle & inferior). Ada 4 tendon otot yang memperkuat kapsul sendi yaitu subscapularis, supraspinatus, infraspinatus & teres minor  dikenal dengan “rotator cuff muscle”  juga dibantu oleh tendon caput longum biceps brachii.Rotator cuff muscle memberikan kontribusi terha-dap gerakan rotasi humerus, dan keempat tendon-nya membentuk collagenous cuff disekitar sendi shoulder  membungkus shoulder pada sisi poste-rior, superior dan anterior. Ketegangan dari rotator cuff muscle dapat menarik caput humerus kearah fossa glenoidalis sehingga memberikan kontribusi yg signifikan terhadap stabi-litas sendi. Glenohumeral joint merupakan sendi yang paling mobile karena menghasilkan gerakan dengan 3 DKG (fleksi – ekstensi, abduksi – adduksi, exorotasi – endorotasi) dan sirkumduksi. Pada gerakan fleksi – ekstensi terjadi gerak arthro-kinematika yaitu spin, gerakan abduksi – adduksi terjadi gerak



arthrokinematika yaitu caudal – cranial slide, gerakan exorotasi – endorotasi terja-di gerak arthrokinematika yaitu ventral – dorsal slide. 4. SUPRAHUMERAL JOINT Suprahumeral joint terdiri atas coracoclavicular joint dan coracoacromialis joint, merupakan sindes-mosis. Coracoclavicularis joint dibentuk oleh processus co-racoideus scapula dan permukaan inferior clavicula yang diikat oleh lig. coracoclavicularis Coracoacromialis joint dibentuk oleh processus co-racoideus scapula dan processus acromion scapula yang diikat oleh lig. coracoacromialis . Struktur jaringan yang berada pada suprahumeral joint adalah bursa subacromialis/subdeltoidea, ten-don supraspinatus & tendon caput longum biceps. 5. SCAPULOTHORACIC JOINT Scapulathoracic joint merupakan pertemuan antara scapula dgn dinding thorax, yg dibatasi oleh otot subscapularis & serratus anterior. Scapulothoracic joint dipertahankan oleh 3 otot trapezius, rhomboid major et minor, serratus ante-rior & levator scapula.Otot-otot yang melekat pada scapula melakukan 2 fungsi yaitu : a. Fungsi pertama, otot-otot tersebut berkontraksi un-tuk menstabilisasi regio shoulder  contoh : ketika kopor/tas diangkat dari lantai maka otot levator scapula, trapezius & rhomboid berkontraksi untuk menyanggah scapula yang pada gilirannya semua shoulder melalui ACJ. b. Fungsi kedua, otot-otot scapula dapat memfasilitasi gerakan-gerakan upper extremitas melalui posisi yang tepat dari glenohumeral joint. Contoh : selama lemparan overhand  otot rhom-boid berkontraksi untuk menggerakkan seluruh shoulder kearah posterior pada saat humerus hori-zontal abduksi dan exorotasi selama fase persiapan melempar. Kemudian, pada saat lengan dan tangan bergerak ke depan untuk melakukan lemparan, maka kete-gangan otot rhomboid dilepaskan untuk memberi-kan gerakan ke depan dari shoulder joint. BURSA Bursa merupakan kantong fibrous yg kecil, yang mengeluarkan cairan sinovial secara internal. Bursa berperan sebagai bantal dan mengurangi ga-ya friksi antara lapisan jaringan collagen dengan tulang.Pada regio shoulder terdapat beberapa bursa yaitu bursa subcoracoid, subscapularis & subacromial Bursa subacromialis terletak antara processus acro-mion scapula, lig. coracoacromialis (atasnya) & glenohumeral joint (bawahnya). Bursa ini berperan sebagai bantal dari rotator cuff muscle terutama otot supraspinatus dari tulang acromioin diatasnya  bursa ini dapat menjadi ter-iritasi akibat kompresi yang berulang-ulang selama aksi/pukulan overhead lengan.



6. SCAPULOHUMERAL RHYTHM Scapulohumeral rhythm hanya terjadi pada gerakan abduksi – elevasi dan fleksi – elevasi  terjadi ge-rak proporsional antara humerus & scapula. Ada 3 fase gerak abduksi : a. Fase I 0 – 60o/90o



b. Fase II 60/90 – 120o/150o c. Fase III 120/150 – 180o Setiap fase terjadi gerak proporsional antara hume-rus & scapula  perlu memperhatikan analisis ge-rak pada setiap fase. a.



Fase I (0o – 60/90o) : Pada abduksi 30o terjadi gerak humerus sebesar 30o se-mentara scapula tetap dalam posisinya. Pada abduksi 30 – 60o terjadi gerak proporsional antara humerus & scapula dengan rasio 2 : 1. Pada awal fase ini, otot deltoid dan supraspinatus beker-ja utama membentuk kopel pada level shoulder joint.



b. Pada 60 – 90o abduksi bursa subdeltoidea tergelincir ma-suk ke ruang suprahumeral joint. Fase II (60/90o – 120/150o) : Pada abduksi 90o terjadi “locked” karena tuberculum ma-jus berbenturan dgn margo superior glenoidalis  untuk menghindari locked maka terjadi lateral rotasi dari hume-rus guna memindahkan tuberculum majus kearah dorsal. Lanjutan fase II Pada fase ini masih terjadi gerak proporsional antara hu-merus dan scapula dengan rasio 2 : 1.Pada fase ini, terjadi kontribusi gerakan SC joint & AC joint berupa rotasi aksial.Pada fase ini, otot trapezius & serratus anterior bekerja membentuk kopel pada level scapulothoracic joint, diban-tu oleh otot deltoid & supraspinatus. c.



Fase III (120/150o – 180o)Pada fase ini gerak proporsional antara humerus & sca-pula masih tetap berlanjut.Pada fase ini terjadi gerakan intervertebral joint C6 – Th4 dan costa 1 – 4  intervertebral joint C6 – Th4 mengala-mi rotasi ipsilateral dan lateral fleksi kontralateral, costa 1 – 4 mengalami winging dan rotasi Lanjutan fase III :Gerakan intervertebral joint mulai terjadi pada awal 150o dan dihasilkan oleh otot-otot spinal (erector spine) sisi kontralateral.Jika kedua lengan dalam posisi abduksi – elevasi penuh (paralel vertikal) maka terjadi peningkatan lordosis lum-bal oleh aksi otot-otot spinal (erector spine). Pada fase ini, semua otot abduktor berkontraksi.



2. Penghambat Gerakan Penghambat gerak dapat berasal dari ketegangan/ penguluran jaringan otot, kapsul-ligamen, dan ben-turan antara tulang. gerakan abduksi terjadi ketegangan lig. gle-nohumeral serabut middle dan inferior serta kapsul sendi bagian inferior, dan -



pada abduksi-elevasi penuh terjadi penguluran otot latissimus dorsi & pectoralis mayor.  endfeel normal : elastis end-feel.



-



Pada gerakan adduksi penuh terjadi ketegangan lig. glenohumeral superior dan lig. coracohumeral serta kapsul sendi superior.  endfeel normal : elastis endfeel



-



Pada gerakan fleksi terjadi ketegangan lig. coraco-humeral terutama serabut posterior, dan pada flek-sielevasi penuh terjadi penguluran otot latis. dorsi.



-



Pada gerakan ekstensi terjadi ketegangan lig. cora-cohumeral terutama serabut anterior  endfeel normal : elastis hard endfeel.



-



Pada gerakan eksorotasi terjadi ketegangan 3 sera-but lig. glenohumeral dan kaspul sendi bagian anterior  endfeel normal : elastis endfeel.



-



Pada gerakan endorotasi terjadi ketegangan kapsul sendi posterior dan pada endorotasi penuh terjadi penguluran tendon supraspinatus, infraspinatus & teres minor  endfeel normal : elastis endfeel.



BAB III ( PENUTUP ) A. Kesimpulan Shoulder complex merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia. Dibentuk oleh tulang-tulang scapula, clavicula, sternum dan humerus. Dari keempat tulang ini membentuk sendisendi: glenohumeralis, acromioclavicularis, sternoclavicularis dan scapulothoracic. Sendi-sendi ini bergerak bersama-sama saling mempengaruhi dan menjadi gerak sendi yang kompleks.Sternoclavicular joint dibentuk oleh ujung proksimal dari clavicula yang bersendi dengan clavicular notch dari sternum dan cartilago costa I. Sendi ini merupakan modifikasi ball and socket joint atau saddle joint yang memiliki 2 cavitas sendi atau 2 cavum articularis.Acromioclavicular joint dibentuk oleh processus acromion scapula yang bersendi dengan ujung dis-tal clavicula. Sendi ini termasuk irregular joint atau plane joint, dimana permukaan sendi pada acromion berbentuk konkaf dan pada ujung distal clavicula berbentuk konveks  permukaan sendinya hampir rata.Glenohumeral joint dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas glenoidalis yang dangkal.Glenohumeral joint termasuk sendi ball and socket joint, tetapi merupakan sendi yg paling bebas pada tubuh manusia.Suprahumeral joint terdiri atas coracoclavicular joint dan coracoacromialis joint, merupakan sindes-mosis.Scapulathoracic joint merupakan pertemuan antara scapula dgn dinding thorax, yg dibatasi oleh otot subscapularis & serratus anterior. Scapulothoracic joint dipertahankan oleh 3 otot trapezius, rhomboid major et minor, serratus ante-rior & levator scapula.Otot-otot yang melekat pada scapula melakukan 2 fungsi Bursa merupakan kantong fibrous yg kecil, yang mengeluarkan cairan sinovial secara internal. Bursa berperan sebagai bantal dan mengurangi ga-ya friksi antara lapisan jaringan collagen dengan tu-lang Scapulohumeral rhythm hanya terjadi pada gerakan abduksi – elevasi dan fleksi – elevasi  terjadi ge-rak proporsional antara humerus & scapula. Ada 3 fase gerak abduksi : Fase I 0 – 60o/90o , Fase II 60/90 – 120o/150o ,Fase III 120/150 – 180o Penghambat gerak dapat berasal dari ketegangan/ penguluran jaringan otot, kapsul-ligamen, dan ben-turan antara tulang. B. Saran Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca



DAFTAR PUSTAKA



www.Google.com diakses pada tanggal 11 Maret , 18.00



Syatibi , Muhammad Mudassir .