Komunikasi Perubahan Perilaku Gizi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU GIZI (NUTRITION BEHAVIOR CHANGE COMMUNICATION)



Pendahuluan Komunikasi



Perubahan



Sosial



dan



Perilaku



[Social



and



Behavior



Change



Communication (SBCC)] adalah metode untuk mempromosikan perubahan positif dan menggunakan sekumpulan alat dan pendekatan yang diinformasikan melalui komunikasi, teori perilaku, dan pemasaran untuk meningkatkan adopsi dan perubahan berkelanjutan dalam perilaku.1 Definisi lainnya menyebutkan bahwa SBCC adalah pendekatan yang berpusat pada perilaku untuk memfasilitasi individu, rumah tangga, kelompok, dan komunitas dalam mengadopsi dan mempertahankan praktik yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan dan nutrisi. Pendekatan ini mengacu pada ilmu sosial dan teori perubahan perilaku untuk mengatasi perilaku dan lingkungan di mana perubahan perilaku terjadi.2



Kegiatan SBCC sangat banyak,



namun biasanya dikelompokkan menjadi tiga kategori besar: interpersonal, media, dan mobilisasi komunitas (Tabel 1)3,4. Sumber lain menyebutkan bahwa kegiatan SBCC dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori dasar: Behaviour change communication (BCC), mobilisasi sosial dan komunitas, dan advokasi.2 Komunikasi perubahan perilaku [Behaviour change communication (BCC)] merupakan suatu pendekatan untuk mempromosikan sesuatu yang menggunakan pemahaman mendalam tentang perilaku masyarakat untuk merancang komunikasi persuasif. BCC juga didefinisikan sebagai aplikasi komunikasi interaktif berbasis teori yang bertujuan untuk mengubah praktik tingkat individu.5 Tabel 1. Pendekatan dan aktivitas SBCC yang umum digunakan3 Pendekatan SBCC Interpersonal



Media



Mobilisasi komunitas



Tipe Kegiatan Konseling Edukasi Support Groups Media massa Mid-sized media Media cetak kecil Media tradisional Media sosial Mobile technology Kampanye Issue groups



Contoh Spesifik One-on-one with PLHIV/TB Kelompok edukasi di sekolah Care groups Program TV Nasional Radio komunitas, papan reklame Poster, selebaran, stiker Lagu, teater Twitter, Facebook, Instagram Mobile calls, SMS Child Health Days Nutrition Days



Ebola survivors’ group Komunikasi perubahan perilaku digunakan dalam program kesehatan untuk memberikan pesan yang disesuaikan dengan lingkungan yang membujuk individu dan komunitas untuk membuat perubahan perilaku kesehatan yang positif. 5 Komunikasi Perubahan Sosial dan Perilaku Gizi [(Nutrition Social and Behavior Change Communication (SBCC)] adalah seperangkat intervensi yang secara sistematis menggabungkan elemen komunikasi interpersonal, perubahan sosial dan aktivitas mobilisasi komunitas, media massa, dan advokasi untuk mendukung individu, keluarga, komunitas, institusi, dan negara dalam mengadopsi dan mempertahankan perilaku atau praktik spesifik nutrisi dan sensitif nutrisi yang berdampak tinggi (high impact nutrition-specific and nutrition-sensitive behaviors or practices).6 Komunikasi perubahan perilaku gizi



memberi individu sumber daya, pengetahuan, keterampilan, motivasi, dan penguatan yang diperlukan untuk mendorong perubahan positif dalam perilaku kesehatan. 7 Memperbaiki nutrisi hampir selalu membutuhkan beberapa tingkat perubahan perilaku. SBCC dapat membantu dengan modifikasi perilaku saat ini, seperti mendorong seseorang untuk membuat pilihan makanan yang lebih bergizi di pasar atau untuk mengadopsi praktik pemberian makan bayi dan anak yang lebih baik improved [infant and young child feeding (IYCF)]. Ini juga dapat digunakan untuk mempromosikan adopsi perilaku baru, misalnya, mendukung rumah tangga untuk menambahkan bubuk mikronutrien ke makanan pendamping selama fortifikasi rumah.4 SBCC berbasis bukti dapat secara efektif meningkatkan gizi. Tinjauan sistematis terhadap 91 studi dari negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMICs) menemukan bahwa SBCC meningkatkan praktik diet diantara wanita hamil dan menyusui, meningkatkan praktik menyusui, dan secara positif memengaruhi berbagai praktik pemberian makanan pendamping.3 SBCC juga dapat meningkatkan pengetahuan penerima manfaat tentang nutrisi yang akan dipertahankan selama bertahun-tahun setelah intervensi berakhir.8 Ada juga efek spill over yang positif dari SBCC: peningkatan pengetahuan dan perilaku gizi di antara tetangga rumah tangga penerima juga dapat diamati.9 Mengingat bukti dan potensi dampaknya, SBCC kini diakui secara global sebagai salah satu tindakan penting untuk meningkatkan gizi. Pentingnya Gizi dan Pengaruh Perilaku Terhadap Status Gizi



Di seluruh dunia, nutrisi memainkan peran penting dalam kesehatan dan kesejahteraan anak-anak. UNICEF memperkirakan bahwa hampir setengah dari semua kematian anak di bawah usia 5 tahun disebabkan oleh kekurangan gizi, dengan total lebih dari 3 juta anak per tahun. 1.000 hari dari kehamilan hingga seorang anak berusia 2 tahun adalah waktu paling kritis untuk memberikan dampak positif pada perkembangan kognitif, intelektual, dan fisik anak. Gizi yang baik dalam 1.000 hari pertama menjadi dasar bagi kesehatan, perkembangan, dan bahkan kesejahteraan bagi generasi penerus.10 Gizi yang tidak memadai selama 1.000 hari pertama anak sejak konsepsi hingga usia 2 tahun juga dapat menyebabkan stunting, yang dikaitkan dengan gangguan kemampuan kognitif dan prestasi akademik.11 Kerusakan yang disebabkan oleh kekurangan gizi, terutama selama 1.000 hari pertama kehidupan, bersifat irreversibel. Wanita yang kekurangan gizi sebelum atau selama kehamilan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dan anak-anak mereka memiliki risiko kesehatan yang lebih besar. 12 Kekurangan gizi mengganggu perkembangan kognitif, sosio-emosional, dan motorik, yang mengarah pada tingkat pencapaian pendidikan yang lebih rendah, penurunan produktivitas di kemudian hari, pendapatan seumur hidup yang lebih rendah, dan pertumbuhan ekonomi negara yang lambat.10 Kerangka konseptual tentang gizi yang dikembangkan oleh UNICEF selama lebih dari 25 tahun yang lalu, berfokus pada tiga penyebab mendasar dari kekurangan gizi (undernutrition): (1) praktik perawatan dan pemberian makan yang tidak memadai, (2) kerawanan pangan rumah tangga, dan (3) kondisi lingkungan rumah tangga yang tidak sehat dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Intervensi yang menangani kondisi yang mendasari ini dan penyebab sistemik dari malnutrisi disebut sebagai nutrition-sensitive. Kondisi langsung untuk nutrisi optimal adalah asupan makanan yang cukup dan beban penyakit yang rendah; intervensi yang menangani penyebab langsung ini disebut sebagai nutrition-specific.6 Hampir semua penyebab langsung dan mendasar dari malnutrisi berkaitan dengan perilaku, yaitu perilaku individu dan anggota rumah tangga mereka. Namun, nutrisi juga dipengaruhi oleh perilaku subjek lainnya, mulai dari penyedia layanan kesehatan dan guru sekolah hingga petani dan agen pertanian lainnya, dari pemimpin agama dan masyarakat hingga perusahaan sektor swasta dan pembuat kebijakan, yang secara bersama-sama, secara langsung, atau tidak langsung memengaruhi praktik perawatan dan pemberian makan, keamanan pangan rumah tangga, lingkungan rumah tangga, dan layanan perawatan kesehatan.6



Tipe-Tipe Intervensi Gizi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat dua tipe intervensi gizi atau nutrisi yaitu nutrition specific dan nutrition sensitive. Intervensi nutrition specific yang tepat waktu, pada titik kritis dalam siklus hidup, dapat berdampak dramatis pada pengurangan malnutrisi secara global jika dilakukan dalam skala besar di negara-negara dengan beban tinggi. Jika diskalakan ke cakupan 90%, diperkirakan bahwa 10 intervensi terkait gizi yang berbasis bukti, dapat mengurangi stunting hingga 20% dan wasting parah hingga 60%13: 



Penatalaksanaan malnutrisi akut berat







Suplementasi zinc preventif







Promosi menyusui







Pemberian makanan pendamping yang tepat







Penatalaksanaan malnutrisi akut sedang







Suplementasi atau penguatan asam folat perikonseptual







Suplementasi protein energi seimbang pada ibu







Suplementasi multi mikronutrien ibu







Suplementasi vitamin A.







Suplementasi kalsium ibu



Selain itu, pencegahan dan pengelolaan penyakit menular yang efektif juga dapat mengurangi efek berbahaya penyakit pada status gizi. Intervensi nutrition specific saja tidak akan menghilangkan kekurangan gizi; namun, kombinasi dengan intervensi nutrition sensitive, terdapat potensi yang sangat besar untuk meningkatkan efektivitas investasi nutrisi di seluruh dunia.13 Bukti yang muncul menunjukkan peluang untuk dampak nutrisi dengan sejumlah intervensi nutrition sensitive, termasuk10: 



Keluarga berencana: waktu dan jarak kehamilan yang sehat







Water, sanitation and hygiene (WASH)







Nutrition-sensitive agriculture







Keamanan pangan dan pengolahan makanan







Perawatan dan perkembangan anak usia dini







Pendidikan anak perempuan dan perempuan







Penguatan ekonomi, mata pencaharian, dan perlindungan sosial



Prinsip-Prinsip Utama Dalam Merancang Intervensi SBCC Yang Efektif Prinsip-prinsip utama dalam merancang intervensi SBCC yang efektif pada skala besar didasarkan pada bukti tentang mengapa orang bertindak seperti yang mereka lakukan, dari aspek kesehatan masyarakat; ilmu sosial, termasuk psikologi; ekonomi perilaku dan tradisional, sosiologi; dan ilmu pemasaran dan komunikasi. Prinsip-prinsip ini telah memandu rancangan intervensi SBCC yang efektif untuk meningkatkan penggunaan perilaku individu dan kelompok di berbagai sektor.6 Individu biasanya bertindak dalam konteks keluarga, komunitas, dan negara. Perilaku individu dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh kelompok sosial dan ekonomi mereka, lingkungan fisik mereka, lingkungan pasar, dan layanan publik dan swasta serta kebijakan yang memandu mereka. Model sosio-ekologi, yang sering digunakan untuk menggambarkan aspek konteks (lihat Gambar 1), dipandang sebagai salah satu yang paling relevan dengan Nutrition SBCC. Model tersebut menunjukkan seberapa efektif intervensi SBCC dapat secara bersamaan memfasilitasi perubahan dalam lingkungan sosial, fisik, pasar, dan kebijakan untuk memungkinkan individu mengadopsi dan mempertahankan perilaku yang dipromosikan. Mengingat keragaman faktor yang mempengaruhi, perilaku harus dipromosikan melalui berbagai pendekatan, untuk beberapa pemberi pengaruh, dan pada beberapa titik kontak (misalnya, anggota keluarga, teman sebaya, petugas kesehatan).6 Untuk mengadopsi dan mempertahankan perilaku tertentu, kebanyakan individu membutuhkan lebih dari sekedar informasi. Untuk memiliki kemampuan bertindak, individu mungkin membutuhkan akses, motivasi, dorongan, kepercayaan diri, dan/atau dukungan. Bergantung pada perilakunya, perubahan norma sosial mungkin diperlukan. Individu bertindak sesuai dengan identitas, hierarki, dan norma yang diterima secara sosial yang dipengaruhi budaya. Bukti terbaru memperkuat gagasan bahwa dukungan sosial, yang dipersepsikan dan aktual, seringkali merupakan kunci untuk mencoba dan mempertahankan perubahan perilaku (World Bank, 2015). Sangat penting untuk mengakui bahwa bahkan dengan informasi, motivasi, dan norma-norma sosial yang mendukung, individu mungkin tidak dapat mengadopsi dan mempertahankan perilaku tanpa keterampilan yang



diperlukan, self-efficacy, akses ke layanan, dan akses ke sumber daya terkait nutrisi (misalnya, makanan, suplemen, sabun, biji-bijian).6



Gambar 1. Model Sosio-Ekologis untuk Perubahan6



Banyak perilaku nutrisi merupakan kebiasaan, sehingga intervensi mungkin perlu untuk menghentikan kebiasaan saat ini dan membangun kebiasaan baru. Bukti terbaru dari ekonomi perilaku menunjukkan bahwa individu cenderung membuat perubahan perilaku jika perubahan tersebut sesuai dengan "model mental yang ada" dan identitas kelompok mereka. Model dan kebiasaan mental sering kali perlu didorong melalui perubahan lingkungan dan “dorongan” perilaku yang secara sadar atau tidak sadar memicu perilaku yang diinginkan. Misalnya, petani mungkin lebih cenderung membeli input untuk musim tanam berikutnya jika dipromosikan dan disediakan bagi mereka tepat setelah panen, ketika mereka merasa lebih aman secara ekonomi (World Bank, 2015).6 Intervensi SBCC perlu disesuaikan untuk populasi yang berbeda. Berbagai kelompok individu, atau audiens, dalam suatu populasi cenderung berpikir, merasakan, dan bereaksi secara berbeda terhadap perilaku tertentu. Sedapat mungkin, proyek perlu merancang intervensi SBCC mereka dengan tetap menghargai dan secara hati-hati menangani perbedaan tersebut. Ini biasa disebut sebagai segmentasi audiens. 6 Segmen audiens



adalah sub-kelompok populasi yang anggotanya memiliki karakteristik perilaku dasar yang serupa. Mengidentifikasi segmen audiens sebagai bagian dari SBCC sangat penting untuk memilih media, saluran, dan pesan yang sesuai yang menarik, informatif, dan beresonansi dengan individu.4 Intervensi perlu dirancang dengan pesan yang tepat untuk orang yang tepat, menjangkau masing-masing pada waktu yang tepat.6 Identifikasi Perilaku yang Akan Dipromosikan Idealnya, perilaku yang akan dipromosikan oleh proyek tertentu harus diputuskan secara kolaboratif dengan pemangku kepentingan di dalam negeri, berdasarkan karakteristik konteks lokal, termasuk hambatan budaya dan sumber daya, serta struktur pengambilan keputusan rumah tangga. Untuk mengidentifikasi perilaku yang paling kritis, perancang program perlu meninjau data yang tersedia, melakukan penelitian formatif, dan menganalisis penyebab malnutrisi dalam konteks tertentu dan untuk populasi tertentu.6 Pertimbangan Penting Untuk Desain Komunikasi Perubahan Sosial dan Perilaku Gizi Intervensi Nutrition SBCC tidak boleh dirancang terpisah dari intervensi proyek lainnya. Sebaliknya, desain serta implementasi, pemantauan, evaluasi, dan dokumentasi program SBCC harus menjadi bagian integral dari desain proyek secara keseluruhan. Seperti semua intervensi nutrisi, Nutrition SBCC harus dirancang dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan kualitas, kesetaraan, skala, dan keberlanjutan. Proses desain Nutrition SBCC harus melibatkan tim multidisiplin nutrisi, gender, dan pakar teknis sektoral [misalnya, water, sanitation and hygiene (WASH); pertanian; atau pendidikan]; pakar SBCC tertentu (perancang komunikasi dan media/material); mitra dalam negeri, termasuk pemangku kepentingan publik, swasta, dan masyarakat; dan ahli monitoring dan evaluasi.6 Langkah-langkah khas dalam proses desain SBCC meliputi: I.



Mengidentifikasi perilaku yang terkait dengan tujuan proyek. Penting untuk memulai dengan perilaku berbasis bukti yang terkait dengan tujuan proyek. Misalnya, proyek yang bertujuan untuk mengurangi anemia mungkin secara logis memprioritaskan asupan suplemen zat besi atau obat cacing.



II.



Kumpulkan data yang tersedia, yang dapat mencakup peninjauan data primer atau sekunder dan penelitian formatif.



Untuk mengidentifikasi perilaku prioritas dan pendekatan SBCC yang tepat, perancang program perlu memahami penyebab malnutrisi dalam konteks tertentu dan untuk populasi tertentu. Ini termasuk tinjauan intervensi yang saat ini sedang dilaksanakan di negara tersebut atau konteks proyek yang mungkin secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi nutrisi. Penelitian formatif sangat penting untuk mengidentifikasi hambatan dan fasilitator, merancang strategi keseluruhan, dan mengembangkan pesan, dan secara efektif menangani masalah yang diidentifikasi. Penelitian formatif juga dapat membantu mengidentifikasi dan mengembangkan perilaku positif yang ada untuk memajukan pendekatan SBCC. Penting untuk memfokuskan atau memfokuskan kembali anggaran SBCC yang terbatas pada perilaku yang memiliki potensi terbesar untuk berkontribusi pada hasil gizi positif untuk kelompok prioritas. Pengumpulan data, serta analisis, harus dilakukan dengan berkonsultasi dengan kelompok sasaran dan pemangku kepentingan lokal dan nasional lainnya. III.



Merancang strategi SBCC menggunakan data primer atau sekunder, temuan dari penelitian formatif, pengalaman, dan logika A. Tentukan dan prioritaskan perilaku yang akan dipromosikan. Bukti menegaskan bahwa intervensi SBCC paling efektif ketika mereka mempromosikan sejumlah tindakan "yang dapat dilakukan" pada satu waktu. Misalnya, di daerah di mana pengasuh biasanya menyediakan air untuk bayi, sebuah proyek dapat difokuskan untuk mendorong ibu agar tidak memberikan air kepada bayi dalam 6 bulan pertama sebagai bagian dari mempromosikan praktik pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan. B. Mempertimbangkan dan merencanakan bagaimana intervensi yang diusulkan akan membawa perubahan berkelanjutan dalam perilaku prioritas. Teori perubahan atau kerangka hasil harus menginformasikan rencana pemantauan program yang mencakup indikator spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu [specific, measurable, achievable, relevant, and time-bound (SMART)] dari input, proses, keluaran, hasil, dan dampak yang diidentifikasi. C. Pertajam fokus pada populasi sasaran, termasuk kelompok prioritas, atau populasi yang diharapkan mengadopsi dan mempertahankan perilaku prioritas, dan kelompok berpengaruh yang digambarkan dalam model sosio-ekologi, seperti



mitra, keluarga, teman sebaya, pemimpin, layanan penyedia, sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan perwakilan pemerintah. D. Pilih pendekatan, saluran, atau platform penyampaian terbaik yang tersedia dan metode, media, dan bahan terbaik untuk menjangkau populasi sasaran yang diusulkan. E. Pertimbangkan apakah aktivitas yang berfokus pada komunikasi dan aktivitas lain digunakan untuk mengurangi hambatan. Strategi SBCC yang paling efektif mencakup perpaduan antara aktivitas yang fokus pada komunikasi dan aktivitas lain, seperti: 



Komunikasi interpersonal, seperti konseling berbasis fasilitas, kunjungan rumah (home visits), dan kelompok pendukung (support groups).







Mobilisasi komunitas, termasuk pameran, kontes, dan dialog serta acara penyebarluasan dan produksi video dan radio komunitas







Pemasaran sosial dari teknologi atau komoditas (misalnya, pengolahan air rumahan, makanan yang diperkaya)







Kampanye media massa (misalnya, drama televisi, siaran radio)







Penguatan sistem: meningkatkan akses ke dan kualitas barang dan jasa (misalnya, pelatihan petugas kesehatan tentang peningkatan keterampilan dan perilaku konseling gizi)







Ekonomi perilaku: menggunakan faktor sadar dan tidak sadar yang mendorong keputusan dan tindakan untuk membuat perilaku yang optimal menjadi mudah dan diinginkan







Penciptaan insentif sosial, kebijakan, atau keuangan atau disinsentif untuk perubahan perilaku







Advokasi yang dilakukan di tingkat komunitas hingga ke tingkat nasional, di antara pengambil keputusan dan pembuat kebijakan



SBCC Pathways Untuk Peningkatan Praktik Gizi Pada Ibu, Bayi, dan Anak Kecil [(Maternal, infant, and young child nutrition (MIYCN) practices] yang Lebih Baik Praktik dikategorikan ke dalam lima bidang intervensi utama (tabel 2): praktik diet selama kehamilan dan menyusui, praktik menyusui, praktik pemberian makanan pendamping,



pengendalian dan pencegahan anemia, dan praktik terkait air, sanitasi, dan kebersihan [water, sanitation and hygiene (WASH)]. Penting untuk dicatat bahwa area ini tidak saling eksklusif. Intervensi sering mendefinisikan pemberian makanan pendamping untuk memasukkan banyak praktik pengendalian dan pencegahan anemia serta praktik WASH. Praktik yang disajikan dalam Gambar 2 tidak mewakili daftar lengkap praktik yang memengaruhi status gizi selama 1.000 hari pertama kehidupan. Misalnya, latch dan positioning yang benar untuk menyusui adalah praktik yang sangat penting, tetapi tidak terdaftar karena dianggap sebagai sub-praktik yang terkait dengan intervensi nutrisi berdampak tinggi (ASI eksklusif atau ASI lanjutan). Lebih lanjut, menghadiri kunjungan perawatan antenatal selama kehamilan dan mencari perawatan yang tepat waktu untuk pneumonia atau diare berhubungan erat dengan hasil nutrisi, tetapi tidak disertakan karena mereka umumnya tidak dianggap sebagai intervensi nutrisi langsung dengan prioritas tinggi.2



Gambar 2. Praktik MIYCN Berbasis Bukti untuk Meningkatkan Status Gizi2



Gambar 3 menyajikan kerangka kerja konseptual yang menggambarkan jalur dari strategi penyampaian SBCC, menargetkan berbagai populasi untuk mengatasi faktor penentu perilaku utama, meningkatkan praktik MIYCN, dan pada akhirnya meningkatkan status gizi. Penyebab



langsung dan yang mendasari kekurangan gizi yang direpresentasikan di bagian atas kerangka konsisten dengan kerangka UNICEF, namun, praktik perawatan ditekankan mengingat fokus hal ini pada perilaku praktik MIYCN. Bagian bawah kerangka kerja menyajikan strategi penyampaian SBCC untuk mengatasi penyebab kekurangan gizi dan faktor penentu praktik MIYCN. Gambar 3 dijelaskan secara rinci sebagai berikut2:



Gambar 3. Kerangka konseptual strategi penyampaian SBCC untuk praktik dan status MIYCN yang lebih baik2 



Dampak: Status gizi yang meningkat digambarkan di bagian atas kerangka.2







Penyebab Langsung: Status gizi dipengaruhi oleh dua penyebab langsung utama atau determinan: asupan makanan dan status kesehatan. Diet dan penyakit sangat erat kaitannya. Orang yang kurang gizi lebih mungkin untuk terkena penyakit, dan orang yang sakit mungkin membutuhkan lebih banyak kalori, kurang menyerap kalori secara efisien, atau menderita anoreksia. Meskipun salah satu faktor penentu dapat menyebabkan kekurangan gizi, hal ini sering kali dihasilkan dari kombinasi keduanya. Penyebab langsung dari kekurangan gizi digambarkan di kerangka tingkat kedua.2







Penyebab yang Mendasari: Asupan makanan dan penyakit dipengaruhi oleh tiga penyebab utama: kerawanan pangan, perawatan yang tidak memadai dan praktik pemberian makan (misalnya, pemberian ASI eksklusif), dan lingkungan rumah tangga yang tidak sehat dan layanan kesehatan yang tidak memadai (misalnya, suplementasi zat gizi mikro atau perawatan tepat waktu yang tepat untuk diare). Penting untuk dicatat bahwa ini termasuk ketersediaan dan kualitas layanan dan produk serta akses ke dan permintaan akan produk dan layanan, misalnya produk dan layanan kesehatan reproduksi, atau produk dan layanan makanan yang diperkaya.2







Penentu Perilaku: Perilaku itu kompleks. Tingkat keempat kerangka kerja menggambarkan tiga penentu utama yang terkait dengan penerapan perilaku: permintaan (demand), lingkungan pendukung (enabling environment), dan persediaan (supply).2 1. Permintaan: Mengadopsi dan mempertahankan praktik MIYCN yang optimal serta layanan makanan dan kesehatan membutuhkan permintaan dari pihak pengasuh, keluarga mereka, dan komunitas. Permintaan tergantung pada kesadaran, pengetahuan, dan motivasi untuk bertindak, yang seringkali dipengaruhi oleh sikap, keyakinan, dan persepsi norma sosial. Pengetahuan dan motivasi, bagaimanapun, mungkin tidak cukup. Pengasuh juga harus memiliki keterampilan yang diperlukan, self-efficacy, agensi, dan kendali sumber daya (misalnya alokasi makanan, keuangan, dan waktu) untuk bertindak. 2. Lingkungan: Faktor lingkungan yang memungkinkan individu dan rumah tangga untuk mengadopsi dan mempertahankan praktik termasuk budaya, norma dan dukungan sosial, dan role model di semua lapisan masyarakat. Banyak faktor global, nasional, dan lokal memengaruhi praktik individu dan rumah tangga serta sistem pangan dan kesehatan. Lingkungan yang kondusif adalah lingkungan di mana sistem sosial, politik, keuangan, struktural, dan operasional kondusif untuk memastikan ketersediaan dan akses ke makanan dan layanan kesehatan yang berkualitas tinggi dan terjangkau, serta penerapan dan pemeliharaan prioritas praktik MIYCN. 3. Persediaan: Ketersediaan dan kualitas layanan dan pangan yang terjangkau, terutama makanan pendamping dan makanan kaya mikronutrien. Hal ini membutuhkan kebijakan, keuangan, dan sistem yang memungkinkan untuk



memperhitungkan konteks (praktik pertanian, pasar, dan industri, serta kepercayaan budaya seputar makanan dan kesehatan), geografi, gender, dan alokasi sumber daya dalam rumah tangga. Faktor tambahan yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas layanan dan pangan termasuk keterampilan, waktu, dan komitmen penyedia layanan dari berbagai sektor baik di tingkat komunitas maupun fasilitas atau kelembagaan. 



Populasi target: Lapisan kelima kerangka kerja mengalihkan fokus dari faktor penentu ke ilmu penyampaian. Perilaku itu kompleks, dan banyak orang dapat memengaruhi apakah seorang pengasuh mengadopsi atau gagal mengadopsi perilaku yang dipromosikan. Sasaran utama populasi untuk intervensi perubahan perilaku termasuk pengasuh, anggota keluarga, mitra, atau teman sebaya (pemberi pengaruh langsung), serta penjaga gerbang atau pendukung lainnya seperti masyarakat dan pemimpin agama. Program perubahan perilaku yang berhasil sering kali menargetkan lebih dari satu kelompok populasi.







Strategi penyampaian: Akhirnya, kerangka kerja menggambarkan strategi penyampaian utama untuk meningkatkan praktik MIYCN. Karena fokus utamanya adalah untuk memetakan jalur SBCC, perhatian yang lebih besar telah diberikan pada strategi penyampaian SBCC yang mencakup mobilisasi masyarakat dan sosial, BCC, dan advokasi. Selain itu, ada berbagai strategi non-komunikasi yang dapat mempromosikan atau memungkinkan praktik MIYCN yang lebih baik2. 1. Mobilisasi komunitas dan sosial melibatkan dan mendukung partisipasi lembaga, jaringan komunitas, kelompok sosial / sipil dan agama untuk mengubah sikap, struktur, dan norma untuk mendukung praktik prioritas dengan lebih baik. 2. Komunikasi perubahan perilaku melibatkan dialog tatap muka dengan individu atau kelompok untuk menginformasikan, memotivasi, memecahkan masalah, atau merencanakan, dengan tujuan untuk mempromosikan dan mempertahankan perubahan perilaku. Kegiatan BCC biasanya menargetkan mereka yang perlu mengadopsi dan mempertahankan praktik prioritas (ibu, ayah, pengasuh, dan penyedia layanan) dan mungkin terjadi di rumah, di komunitas, atau di fasilitas. 3. Advokasi menginformasikan dan memotivasi kepemimpinan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung untuk mencapai tujuan program dan tujuan



pengembangan. Advokasi menciptakan kesadaran dan mendorong para pemimpin untuk



mengambil



tindakan



yang



memungkinkan



penerapan



praktik



yang



dipromosikan. 4. Strategi non-komunikasi meliputi pengembangan kebijakan, distribusi produk



(misalnya makanan, mikronutrien, obat cacing), dan penguatan sistem manajemen sumber daya manusia, logistik atau manajemen rantai pasokan, sistem rantai nilai makanan (food value chain system), atau sistem informasi manajemen kesehatan.2 Tabel 2. Perilaku MIYCN Berbasis Bukti6



Area Intervensi  Praktik diet selama kehamilan dan menyusui



  



Praktik menyusui



    



Praktik pemberian makanan pendamping     Kontrol dan pencegahan anemia



 



Perilaku terkait WASH



   



Illustrative Behaviors Makan makanan seimbang dan beragam yang kaya akan mikronutrien, energi, dan protein Makan makanan dalam jumlah yang cukup Mulailah menyusui segera setelah lahir Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan Menyusui sesuai permintaan Lanjutkan menyusui sampai usia 2 tahun Perkenalkan makanan pendamping yang beragam pada 6 bulan Memberi makan anak secara aktif dan responsif Beri makan anak-anak makanan yang beragam Beri makan anak dengan frekuensi yang sesuai, dengan makanan dengan ketebalan yang sesuai Beri makan anak-anak dengan benar selama dan setelah sakit Makan makanan kaya zat besi/diperkaya Makan makanan kaya vitamin A/ yang diperkaya Gunakan bubuk mikronutrien multipel Konsumsi suplemen zat besi/zat besi – asam folat Minum obat cacing Minum profilaksis malaria Tidur di bawah kelambu berinsektisida Praktikkan cuci tangan yang optimal:



   



cuci tangan pakai sabun pada saat-saat kritis Simpan/olah air dengan benar Gunakan jamban Praktikkan tindakan keamanan pangan utama Buang kotoran (dewasa, anak-anak, dan hewan) dengan benar



REFERENSI 1.



Eileen K, Jennifer S, Meghan K, Sibhatu B. Impact of Social and Behavior Change Communication in Nutrition Specific Interventions on Selected Indicators of Nutritional Status. J Hum Nutr. 2018;2(1).



2.



Lamstein SKoniz-booher PBeall K et al. SBCC Pathways for Improved Maternal , Infant , and Young Child Nutrition Practices SBCC Pathways for Improved Maternal , Infant , and Young Child Nutrition Practices: SPRING Working Paper. 2014;(September):1–16. Available from: https://www.springnutrition.org/sites/default/files/publications/briefs/spring_sbcc_pathwa ys_for_improved_miycn_practices.pdf



3.



Lamstein S, Stillman T, Koniz-Booher P, Aakesson A, Collaiezzi B, Williams T, et al. Evidence of effective approaches to social and behavior change communication for preventing and reducing stunting and anemia: Report from a systematic literature review. USAID/Strengthening Partnerships, Results, Innov Nutr Glob Proj Arlingt. 2014; (August):116. Available from: https://www.springnutrition.org/sites/default/files/publications/series/spring_sbcc_lit_revi ew.pdf



4.



Manual G, Nutrition WFP. Social and Behaviour Change Communication (SBCC) Guidance Manual for WFP Nutrition. 2019;(January).



5.



Briscoe C, Aboud F. Behaviour change communication targeting four health behaviours in developing countries: A review of change techniques. Soc Sci Med [Internet]. 2012;75(4):612–21. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.socscimed.2012.03.016



6.



Strategy MN, Is W, Sbcc N, Sbcc N, Development I, Agency T, et al. Multi-Sectoral Nutrition Strategy Technical Guidance Brief Effective At-Scale Nutrition Social and Behavior Change Communication HOW DO BEHAVIORS CHANGE ? 2014;1–14.



7.



Wolde T, Belachew T. A School-Based Cluster Randomized Controlled Trial to Evaluate



the Effectiveness of Nutrition Behavior Change Communication Interventions in Improving Nutritional Status and Academic Performance of Schoolchildren in South Ethiopia: Study Protocol. J Nutr Disord Ther. 2018;08(04):1–9. 8.



Hoddinott J, Ahmed A, Karachiwalla NI, Roy S. Nutrition behaviour change communication causes sustained effects on IYCN knowledge in two cluster-randomised trials in Bangladesh. Matern Child Nutr. 2018;14(1):1–10.



9.



Hoddinott J, Ahmed I, Ahmed A, Roy S. Behavior change communication activities improve infant and young child nutrition knowledge and practice of neighboring nonparticipants in a cluster-randomized trial in rural Bangladesh. PLoS One. 2017;12(6):1–13.



10.



USAID. Multi-Sectoral Nutrition Strategy. Multi-Sectoral Nutr Strateg 2014-2025. 2014;11.Available from: https://www.usaid.gov/sites/default/files/documents/1867/USAID_Nutrition_Strategy_509_508.pdf



11.



Nutrition I, Behavior T, Projects OUR. IMPROVING NUTRITION THROUGH BEHAVIOR CHANGE. 2020;0–1.



12.



S. G, C. S, M. M, E. M, M. G, J. S, et al. Maternal prepregnancy obesity is an independent risk factor for frequent wheezing in infants by age 14 months. Paediatr Perinat Epidemiol. 2013;



13.



Z.A. B, J.K. D, A. R, M.F. G, N. W, S. H, et al. Evidence-based interventions for improvement of maternal and child nutrition: What can be done and at what cost? The Lancet. 2013.