Dakwah & Perubahan Perilaku (Recovered) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERSUASIF DAKWAH DAN PERUBAHAN PERILAKU



Oleh : Muhammad Faiq Fahrezi (04020420037) Kelas : D1 Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag Asisten I : Ibu Ati’ Nur Syafa’ah, M. Kom.I Asisten II : Ibu Baiti Rahma, M.Sos PRODI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2020



KATA PENGANTAR



1. 2. 3. 4.



Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PERSUASI DAKWAH DAN PERUBAHAN PERILAKU” Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasul Muhammad SAW, yang telah membimbing kita kejalan yang di ridhai oleh Allah SWT dan semoga kita semua mendapatkan syafaatnya pada yaumul akhir kelak. Merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi penulis karena dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah ilmu dakwah yang di ampu oleh Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, karenanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan. Pada kesempatan ini penulis juga hendak menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : Bapak Prof. Dr. Moh. Ali Aziz,M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah ilmu dakwah. Ibu Ati’ Nur Syafa’ah, M.Kom.I selaku asisten dosen I mata kuliah ilmu dakwah dan telah membimbing hingga makalah ini terlaksana. Ibu Baiti Rahma, M.Sos selaku asisten dosen II mata kuliah ilmu dakwah. Rekan-rekan seperjuangan kelas MD D1 yang selalu memberikan motivasi, dukungan, waktu, berkenan memberikan sumbangan pemikirannya demi menggapai cita-cita dan harapan. Terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan yang tercipta selama ini. i



Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat –Nya kepada kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna, begitu juga dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis berharap karya sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua serta bisa menjadi bahan pembelajaran bagi penulis sendiri pribadi maupun pihak-pihak pembaca. Surabaya, 01Oktober 2020 Penulis



DAFTAR ISI Kata Pengantar …………………………………..…………



i



Daftar Isi …………………………………………………… iii BAB I PERSUASI DAKWAH …………………….……… 1 Pengertian Persuasi Dakwah ……………………….……… 1 Prinsip Prinsip Persuasi Dakwah …………………………..



9



Teknik – Teknik Persuasi Dakwah …………….………….. 13 Evaluasi Efek Efek Dakwah…………………..…………… 15 BAB II PERUBAHAN PERILAKU ……………………… 19 Pengertian Masyarakat …………………………………….. 19 Pengertian Perilaku ……………………………………….. 21 Macam – Macam Perubahan Perilaku …………..……….. 25 Tahap Tahap Perubahan Perilaku …………….…………… 25 Teori – Teori Perubahan Perilaku …………………….…… 26 BAB III PENUTUP ……………….………………………. 29 Kesimpulan ……………………………….……………….. 29 Saran ………………………………………….…………… 29 Daftar Pustaka ………………………………………..……. 30



BAB I PERSUASI DAKWAH A. Pengertian Persuasi Dakwah Usaha untuk memengaruhi pendapat, pandangan, sikap, ataupun mengubah tingkah laku seseorang dapat ditempuh dengan cara koersif, yaitu dengan cara paksa, bila perlu disertai dengan teror – teror yang dapat menekan batin dan menimbulkan ketakutan. Selain itu, ada cara persuasif, yaitu dengan memengaruhi jiwa seseorang, sehingga dapat membangkitkan kesadarannya untuk menerima dan melakukan suatu tindakan.1 Dalam kegiatan komunikasi penyampaian pesan memiliki kecenderungan bersifat umum, baik tentang informasi yang sifatnya ilmiah ataupun yang non-ilmiah. Kecenderungan umum keilmuan komunikasi pada dasarnya dilatarbelakangi oleh sifat komunikasi yang bisa masuk dalam setiap keilmuan serta kebutuhan keilmuan-keilmuan lain dengan pengetahuan komunikasi. Oleh karena itu, ada keterkaitan antara komunikasi dengan dakwah sebagai proses atau kegiatan mengajak (menyampaikan pesan) kepada Allah. Proses mengajak ini disebut sebagai komunikasi persuasif. Secara istilah komunikasi persuasif diartikan sebagai usaha sadar dalam mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasi motif ke arah tujuan yang telah ditetapkan (Ritonga, 2005). Makna memanipulasi ini bukan dalam konotasi negatif, tetapi dalam kerangka proses mengubah pemikiran atau mindset seseorang yang menjadi objek komunikasi. Hal inilah yang menjadi kedekatan makna istilah dakwah dengan komunikasi persuasif yaitu usaha mengubah pemikiran dan perilaku2. Dakwah yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang 1



Moh Ali Aziz Edisi Revisi Ilmu Dakwah (Jakarta : Kencana 2017) halaman 382



1



2



lain untuk mengamalkan ajaran Islam. Sedangkan tujuan dakwah ialah untuk mengubah masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik, lebih islami, lebih sejahtera lahiriah maupun batiniah. Tujuan dakwah tersebut sesuai dengan tujuan komunikasi persuasif yaitu merubah situasi tersebut yakni merubah kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak atas kehendaknya sendiri. Dakwah persuasif sendiri ialah kegiatan berdakwah dengan menggunakan metode komunikasi persuasif yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap atau perilaku) dari penerima atau mad’u. Tujuan itu akan berhasil manakala seorang dai mampu menyampaikan dakwahnya dengan pendekatan psikologis. Salah satu contoh metodologi dakwah dalam Alquran yaitu metode bi alhikmah. Alllah berfirman dalam QS. al-Nahl/16: 125 sebagai berikut :



َ ّ ‫ُا ْد ُع ِاىٰل َس ِب ْي ِل َرب‬ َ ‫ِك اِب لْ ِحمْك َ ِة َوالْ َم ْو ِع َظ ِة الْ َح َس نَ ِة َو َج ا ِدلْه ُْم اِب لَّيِت ْ يِه‬ ‫َا ْح َس ُ ۗن ِا َّن َرب َّ َك ه َُو َا ْعمَل ُ ِب َم ْن ضَ َّل َع ْن َس ِب ْيهِل ٖ َوه َُو َا ْعمَل ُ اِب لْ ُمهْ َت ِد ْي َن‬



Terjemah nya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”3 (QS. Al – Nahl (16:125). Di dalam Ilmu komunikasi persuasif juga terdapat istilah-istilah yang memunyai fungsi jalannya komunikasi itu sendiri seperti : 2



Mubasyaroh, Strategi Dakwah Persuasif dalam Mengubah Perilaku Masyarakat, Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies. Volume 11 No 2 2017, hlm 313 3 Kementerian Agama, Alquran dan Terjemahnya, (Solo: PT. Tiga Serangkai Mandiri, 2013), hlm 309.



3



1. Kredibilitas : Cara komunikator menarik perhatian dari komunikan dengan trik-trik yang cukup memungkinkan komunikan, sehingga komunikan dapat bergabung terhadap sikomunikator. Akan tetapi jika komunikasi yang disampaikan tersebut tidaklah sama topiknya dengan komunikan, di sini komunikator harus lebih ekstra dalam membujuk sikomunikan. 2. Afektif : Pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, secara formal pesan tersebut telah dimengerti oleh sikomunikan. 3. Konotatif : Pesan yang disampaikan dalam bentuk kiasan. 4. Denotatif : Pesan yang artinya jelas dan mempunyai arti dalam informasi tersebut. Persuasif, yaitu tanpa adanya paksaan dengan memengaruhi jiwa seseorang sehingga dapat membangkitkan kesadarannya untuk menerima dan menerima suatu tindakan. Persuasif berasal dari istilah bahasa Inggris persuation. Persuation dapat diartikan sebagai membujuk, merayu, dan meyakinkan. Baik koersif ataupun persuasif, keduanya bertujuan mengubah perilaku, kepercayaan, dan sikap4. Menurut Kenneth Anderson, mendefinisikan persuasi adalah : “A process of interpersonal communicatiaon in which the communicator seeks trough the use of symbols of effect the cognitions of receiver and thus effect a voluntary change in attitude or action desired by the communicator” (Suatu proses komunikasi antarpersona dimana komunikator berupaya dengan menggunakan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima, jadi secara sengaja mengubah sikap atau kegiatan seperti yang diinginkan komunikator) (Efendy 1991:103). 4



ST. Aisyah dkk, BENTUK PENERAPAN DAKWAH PERSUASIF TERHADAP PEMBINAAN EKS PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA MATTIRODECENG KOTA MAKASSAR, Jurnal Diskursus Islam, Volume 06 Nomor 1 2018, hlm 114 -116



4



Kegiatan dakwah selalu berorientasi agar mad'u menerima dan melaksanakan seruan Islam. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak setiap bentuk komunikasi dakwah yang dilakukan memberikan hasil yang memuaskan, sehingga model komunikasi yang dilakukan harus dalam bentuk persuasif dan efektif. Komunikasi persuasif ini menjadi suatu keniscayaan sebab tidak setiap komunikasi yang dilakukan dapat mengubah tingkah laku. Dakwah persuasif menekankan bahwa aktivitas yang dilakukannya dalam bentuk meyakinkan dan menyadarkan mad'u untuk menerima serta melaksanakan pesan-pesan dakwah, sehingga harus menghindarkan diri dari sifat-sifat memaksa, mencerca dan menghina mad'u maupun pihak lain. Dakwah persuasif bertugas menyajikan data dan fakta psikologis maupun sosiologis. Berdasar hal itu mad'u bisa menilai dan membandingkan, yang akhirnya menemukan kebenaran serta kesadaran bahwa ajaran Islam merupakan solusi untuk dipilih dan dilaksanakannya. Sebagaimana dinyatakan Allah dalam firmannya :



‫ٓاَل ِا ْك َرا َه ىِف ِّادل ْي ِ ۗن قَ دْ ت َّ َبنَّي َ ُّالر ْش دُ ِم َن الْغ ّ َِي ۚ فَ َم ْن ي َّ ْك ُف ْر اِب َّلطاغُ ْو ِت‬ ٌ ‫َويُ ْؤ ِم ْۢن اِب هّٰلل ِ فَ َق ِد ا ْس َت ْم َس َك اِب لْ ُع ْر َو ِة الْ ُوثْ ٰقى اَل انْ ِف َصا َم لَهَا َۗواهّٰلل ُ مَس ِ ْي ٌع عَ ِلمْي‬ Terjemahnya : “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam. sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada tali yang amat kuat yang tidak akan putus..." (Qs. Al-Baqarah: 256). Pada sisi yang lain, dakwah tidak perlu mengemukakan klaim-klaim kebenaran apabila tidak disertai bukti berupa fakta dan realita nyata ataupun argumen-argumen yang lo^is. Sebab, hal yang demikian ini hanya akan menimbulkan antipati bagi orang-orang yang memang jelas belum tahu tentang Islam, atau



5



bahkan orang non Islam yang mungkin tidak suka pada Islam atau bahkan memusuhi. Disinilah dakwah persuasif iri memiliki kekuatan, yaitu dakwah yang memberikan serta mengungkapkan data dan fakta5. Dalam kegiatan komunikasi penyampaian pesan memiliki kecenderungan bersifat umum, baik tentang informasi yang sifatnya ilmiah ataupun yang non-ilmiah. Kecenderungan umum keilmuan komunikasi pada dasarnya dilatarbelakangi oleh sifat komunikasi yang bisa masuk dalam setiap keilmuan serta kebutuhan keilmuan-keilmuan lain dengan pengetahuan komunikasi. Oleh karena itu, ada keterkaitan antara komunikasi dengan dakwah sebagai proses atau kegiatan mengajak (menyampaikan pesan) kepada Allah. Proses mengajak ini disebut sebagai komunikasi persuasif. Secara istilah komunikasi persuasif diartikan sebagai usaha sadar dalam mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasi motif ke arah tujuan yang telah ditetapkan (Ritonga, 2005). Makna memanipulasi ini bukan dalam konotasi negatif, tetapi dalam kerangka proses mengubah pemikiran atau mindset seseorang yang menjadi objek komunikasi. Hal inilah yang menjadi kedekatan makna istilah dakwah dengan komunikasi persuasif yaitu usaha mengubah pemikiran dan perilaku6. Istilah persuasi (persuasion) berasal dari perkataan latin persuasio. Kata kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk merubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang 5



Slamet, EFEKTIFITAS KOMUNIKASI DALAM DAKWAH PERSUASIF, JURNAL DAKWAH, Vol. X No. 2, 2009, hlm 180 - 181 6 Mubasyaroh, Strategi Dakwah Persuasif dalam Mengubah Perilaku Masyarakat, Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, Volume 11 Nomor 2, 2017, hlm 313



6



sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi persuasif sangat banyak digunakan, seperti iklan, ceramah, himbauan dan sebagainya. Dalam konteks komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) komunikasi persuasif juga banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga alat utama yang biasa digunakan untuk melakukan komunikasi persuasif yaitu : a. sikap (attitudes) b. kepercayaan (beliefs) c. perilaku (behaviors)7. Dakwah persuasif adalah proses memengaruhi mad’u dengan pendekan psikologis, sehingga mad’u mengikuti ajakan da’I tetapi merasa melakukan sesuatu atas kehendak sendiri8. Menurut Effendy, formula AIDDA dapat dijadikan landasan pelaksanaan dakwah persuasif. Formula AIDDA merupakan kesatuan singkatan dari tahap-tahap komunikasi persuasif, yaitu A = Attention (Perhatian), I = Interest (Minat), D = Desire (Hasrat), D = Decision (Keputusan), A = Action (Kegiatan)9. Dalam al-Qur’an terdapat banyak sekali ayat yang menggambarkan tentang proses komunikasi. Salah satunya adalah dialog yang terjadi pertama kali antara Allah swt., dan malaikat. Ini dapat dilihat dalam QS. Al-Baqarah: 30.



7



Muh. Ilyas, KOMUNIKASI PERSUASIF MENURUT AL-QURAN, Al-Tajdid, Vol. II No. 1, Maret 2010, hlm 15 dan 16 8 Ahmad Mubarak, Psikologi Dakwah, Pustaka Fidaus Jakarta,1999, hlm. 161. 9 Onong U. Effendy, Op.Cit., hlm. 22-24.



7



‫َو ِا ْذ قَا َل َرب ُّ َك ِللْ َم ٰلۤ ِٕٕى َك ِة ِايِّن ْ َجا ِع ٌل ىِف ااْل َ ْر ِض َخ ِل ْي َف ًة ۗ قَ الُ ْوٓا َاجَت ْ َع ُل ِفهْي َ ا َم ْن‬ ُ ‫ي ُّ ْف ِسدُ ِفهْي َا َوي َْس ِف ُك ّ ِادل َم ۤا َۚء َوحَن ْ ُن ن ُ َس ّب ُِح حِب َ ْم ِدكَ َون ُ َق ِّد ُس كَل َ ۗ قَ ا َل ِايِّن ْ ٓ َا ْعمَل‬ ‫َما اَل تَ ْعلَ ُم ْو َن‬



Terjemahnya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: «Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.» Mereka berkata: «Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?» Tuhan berfirman: «Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.» (QS. AlBaqarah: 30). Dari penafsiran ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa mula-mula Allah sebagai komunikator mengajak bicara kepada malaikat (sebagai komunikan) terkait adanya makhluk akan diciptakan-Nya yang menjadi khalifah dimuka bumi, lalu malaikat protes atas pesan (konten) yang disampaikan Allah (komunikator)10. Dalam dakwah unsur-unsur komunikasi disesuaikan dengan visi dan misi dakwah. Menurut Toto Tasmara (1997) komunikasi dakwah adalah suatu bentuk komunikasi yang khas dimana seseorang komunikator menyampaikan pesanpesan yang bersumber atau sesuai dengan ajaran Alquran dan Sunnah, dengan tujuan agar orang lain dapat berbuat amal saleh sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Pelaksanaan komunikasi dakwah didasarkan pada ajaran agama Islam yaitu: Alquran dan Hadis. Adapun ayat yang menjadi dasar pelaksanaan komunikasi dakwah adalah Alquran surat Ali-Imron: 104 : 10



Ahmad Atabik, KONSEP KOMUNIKASI DAKWAH PERSUASIF DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN, AT-TABSYIR, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Volume 2, Nomor 2, Juli – Desember 2014



8



‫َولْ َت ُك ْن ِّم ْنمُك ْ ُا َّم ٌة يَّدْ ع ُْو َن ِاىَل الْ َخرْي ِ َوي َ ْأ ُم ُر ْو َن اِب لْ َم ْع ُر ْو ِف َويَهْن َ ْو َن َع ِن‬ ‫الْ ُم ْن َك ِر ۗ َو ُاو ٰلۤ ِٕٕى َك مُه ُ الْ ُم ْف ِل ُح ْو َن‬



Terjemah : “Dan hendaklah diantara kamu ada sebagian umat yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran, merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran 104). Dan hadis Nabi “Barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya (mencegahnya) dengan tangannya, apabila ia tidak sanggup, maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemahnya iman” (H.R. Bukhari). Oleh karena itu, dakwah persuasif, pesan yang di sampaikan mengandung usaha mendorong dan memengaruhi mad’u agar pendapat, sikap, dan perilaku nya berubah sesuai dengan pesan – pesan yang disampaikan oleh da’I dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan11. Pada umumnya situasi komunikasi sudah mencakup persuasif. Komunikasi persuasif sangat erat kaitannya dengan perubahan sikap, karena pada dasarnya tujuan persuasif adalah memengaruhi untuk bisa mengubah sikap seseorang. Komunikasi persuasif juga dapat dilakukan secara rasional dan emosional. Dengan cara rasional komponen kognitif pada diri seseorang lebih mudah dipengaruhi. Selanjutnya komunikasi persuasif secara emosional, biasanya menyentuh aspek efeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Adapun unsur-unsur komunikasi persuasif dapat dibagi sebagai berikut : 1. Persuader (Komunikator) Seorang persuader (komunikator) adalah pelaku komunikasi yang berusaha membujuk komunikan dengan pesan atau informasi yang diberikan. 2. Persuadeo (Komunikan) 11



Halimatus Sakdiah, URGENSI INTERPERSONAL SKILL DALAM DAKWAH PERSUASIF, (JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 35, No.1, Januari - Juni 2015



9



Komunikan adalah sasaran pesan, maksudnya seorang komunikan adalah pelaku komunikasi yang menerima pesan atau informasi dari komunikator yang bisa di sebut sebagai khalayak, audience, dan receiver (penerima). 3. Persepsi Persepsi persuadeo terhadap persuader dan pesan yang disampaikannya akan menentukan efektif tidaknya komunikasi persuasif yang terjadi. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan seseorang. Dakwah yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam. Sedangkan tujuan dakwah ialah untuk mengubah masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik, lebih islami, lebih sejahtera lahiriah maupun batiniah. Tujuan dakwah tersebut sesuai dengan tujuan komunikasi persuasif yaitu merubah situasi tersebut yakni merubah kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak atas kehendaknya sendiri. B. Prinsip – Prinsip Persuasif Dakwah



Dalam penyampaian pesan dakwah perlu diperhatikan juga pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai prinsip komunikasi dakwah persuasif. Prinsip prinsip ini bersumberkan Alquran, diantaranya : 1. Prinsip Qaulan Layyinan : Kata qaulan Layyinan disebutkan dalam QS Thaahaa: 44 , yang berbunyi



‫فَ ُق ْواَل هَل ٗ قَ ْواًل ل َّ ِ ّينًا ل َّ َعهَّل ٗ ي َ َت َذكَّ ُر َا ْو خَي ْىٰش‬



Yang artinya : ” Maka berbicaralah kamu berdua kepadanyna dengan kata kata yang lemah lembut , mudah mudahan ia ingat akan takut.” (QS. Thaha 44 ). Menurut Al-Maraghi (1943: 156) qaulan layyinan berarti



10



2.



3.



pembicaraan yang lemah lembut agar lebih dapat menyentuh hati dan menariknya untuk menerima dakwah. Prinsip Qaulan Sadidan : Qaulan sadidan artinya pembicaraan yang benar, jujur, lurus, tidak bohong, dan tidak berbeli-belit. Kata qaulan sadidan disebut dua kali dalam Alquran. Pertama, Allah menyuruh manusia menyampaikan qaulan sadidan dalam urusan anak yatim dan keturunan. Kedua, Allah memerintahkan qaulan sadidan sesudah takwa. Prinsip Qaulan Maysuran : Kata qaulan maysuran hanya satu kali disebutkan dalam Alquran, QS. Al-Israa’ : 28 sebagai berikut :



‫َو ِا َّما تُ ْع ِرضَ َّن َعهْن ُ ُم ابْ ِت َغ ۤا َء َرمْح َ ٍة ِِّّم ْن َّرب ّ َِك تَ ْر ُج ْوهَا فَ ُق ْل لَّه ُْم قَ ْواًل َّمي ُْس ْو ًرا‬



4.



Terjemah : Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut. (QS. Al Isra’ 28). Berdasarkan sebab-sebab turunnya (asbab al-nuzul) ayat tersebut, Allah memberikan pendidikan kepada Nabi Muhammad Saw untuk menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana dalam menghadapi keluarga dekat, orang miskin dan musafir. Secara etimologis, kata maysuran berasal dari kata yasara yang artinya mudah atau gampang (Munawwir,1997: 158). Ketika kata maysuran digabungkan dengan kata qaulan menjadi qaulan maysuran yang artinya berkata dengan mudah atau gampang. Berkata dengan mudah maksudnya adalah katakata yang digunakan mudah dicerna, dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Prinsip Qaulan Baligha : yaitu ucapan yang lugas, efektif, dan tidak berbelit-belit sebagaimana firman Allah dalam QS An-Nissa: 63.



11



‫ُاو ٰلۤ ِٕٕى َك اذَّل ِ ْي َن ي َ ْعمَل ُ اهّٰلل ُ َما يِف ْ قُلُ ْوهِب ِ ْم فَ َا ْع ِر ْض َعهْن ُ ْم َو ِع ْظه ُْم َوقُ ْل لَّه ُْم‬ ‫يِف ْ ٓ َانْ ُف ِسه ِْم قَ ْواًل ۢ ب َ ِل ْيغًا‬



5.



Yang artinya Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu, berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya. (QS. An Nissa : 63). Prinsip Qaulan Ma’rufa : yaitu perkataan yang baik, santun, dan tidak kasar sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab : 32



ِ‫يٰ ِن َس ۤا َء النَّيِب ِ ّ ل َ ْس نُت َّ اَك َ َح ٍد ِّم َن ال ِن ّ َس ۤا ِء ِا ِن ات َّ َق ْينُت َّ فَاَل خَت ْ َض ْع َن اِب لْ َق ْول‬ ۚ‫فَيَ ْط َم َع اذَّل ِ ْي يِف ْ قَلْ ِب ٖه َم َر ٌض َّوقُلْ َن قَ ْواًل َّم ْع ُر ْوفًا‬



6.



Yang arti nya : Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah-lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. (QS. Al Ahzab : 32) Prinsip Qaulan Karima : artinya kata-kata yang mulia dan penuh penghormatan12. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Isra: 23



‫َواِب لْ َوادِل َ ْي ِن ِا ْح ٰسنًا ۗ ِا َّما ي َ ْبلُغ ََّن ِع ْندَ كَ ْال ِكرَب َ َا َح دُ مُه َٓا َا ْو لِك ٰ هُ َم ا فَاَل تَ ُق ْل‬ ‫لَّهُ َمٓا ُا ّ ٍف َّواَل تَهْن َ ْرمُه َا َوقُ ْل لَّهُ َما قَ ْواًل َك ِريْ ًما‬



Yang artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah 12



Mubasyaroh, Strategi Dakwah Persuasif dalam Mengubah Perilaku Masyarakat, Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, volume 11 (nomer 2), Desember 2017, hlm 311-324,



12



berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (QS. Al Isra : 23) Lebih lanjut Devito mengemukakan bahwa keberhasilan dalam mengukuhkan atau mengubah sikap atau kepercayaan dan dalam mengajak pendengar untuk berbuat sesuatu akan bergantung pada pemanfaatan prinsip-prinsip persuasi. Empat prinsip persuasi yang utama adalah : a. Prinsip pemaparan selektif : Para pendengar/khalayak mengikuti “hukum pemaparan selektif”. Hukum ini setidaknya memiliki dua bagian yaitu :  Pendengar akan secara aktif akan mencari informasi yang mendukung opini  Pendengar akan secara aktif menghindari informasi yang bertentangan dengan opini b. Prinsip partisipasi khalaya’ : Persuasi akan paling berhasil bila khalayak berpartisipasi secara aktif dalam presentasi. Implikasinya, persuasi adalah proses transaksional. Proses ini melibatkan baik pembicara maupun pendengar. c. Prinsip besaran perubahan : Makin besar dan makin penting perubahan yang ingin dihasilkan atas diri khalayak, makin sukar tugasnya. Manusia berubah secara berangsur. Persuasi, karenanya paling efektif bila diarahkan untuk melakukan perubahan kecil dan dilakukan untuk periode waktu yang cukup lama. d. Prinsip Inokulasi : Persis seperti menyuntikkan sejumlah kecil kuman ke dalam tubuh yang akan membuat tubuh mampu membangun system kekebalan, menyajikan kontraargumen dan kemudian menjelaskan kelemahannya akan memungkinkan khalayak mengebalkan diri mereka sendiri



13



terhadap kemungkinan serangan atas nilai dan kepercayaan mereka. C. Teknik – Teknik Persuasif Dakwah Teknik persuasif, menurut Severin dan Tankard Jr yang diulas oleh Ali Aziz13 adalah sebagai berikut : 1. Pesan Satu-Sisi dan Dua-Sisi. Sebuah pesan dakwah harus disertai argumen yang menguatkannya. Inilah teknik Pesan Satu-Sisi. Akan lebih kuat jika ditunjukkan kelemahan argumentasi pendapat yang bertentangan dengannya. 2. Kredibilitas Sumber Perubahan sikap seseorang dipengaruhi jugaoleh sejauh mana kredibilitas komunikator. Kredibilitas tersebut menyangkut 4 hal : a. Kejujuran b. Profesionalisme c. Dinamisme d. Objektivitas 3. Mempengaruhi sikap juga bisa dilakukan dengan membangkitkan rasa takut (fear appeals). De Vito menjelaskan dalam buku antar manusia sebagai berikut : Pembicaran persuasif mempertengahkan pembicaraan yang sifatnya memperkuat, memberikan ilustrasi, dan menyodorkan informasi kepada khalayak. Akan tetapi tujuan pokoknya adalah menguatkan atau mengubah sikap dan perilaku, sehinga penggunaan fakta, pendapat, dan himbauan motivasional harus bersifap memperkuat tujuan persuasifnya.14 Teknik-teknik persuasi berdasarkan jenis khalayaknya menurut Ehninger, Monroe, dan Gronbesk (1984:10-12) : a. Khalayak Tak Sadar : Kadang-kadang pendengar tidak tidak sadar akan adanya masalah atau tidak tahu bahwa perlu mengambil keputusan. 13 14



M Ali Aziz, ilmu Dakwah, pusaka setia, 1997 h. 450 Ibid,h.78



14



b. Khalayak Apatis : Berbeda dengan khalayak pertama, khalayak apatis tahu ada masalah, tetapi mereka acuh tak acuh saja c. Khalayak yang Tertarik Tetapi Ragu : Sebagian khalayak tahu dan sadar akan adanya masalah, tahu bahwa perlu mengambil keputusan, tetapi mereka masih meragukan keyakinan yang harus mereka ikuti atau tindakan yang harus mereka jalankan d. Khalayak yang Bermusuhan : Kadang- kadang khalayak sadar bahwa ada problem atau bahwa ada masalah yang harus diatasi, tetapi mereka menentang usulan yang anda ajukan. Dalam komunikasi persuasif terdapat beberapa teori yang dapat digunakan sebagai dasar kegiatan yang dalam pelaksanaannya bisa dikembangkan menjadi beberapa metode, antara lain: 1. Metode asosiasi, adalah penyajian pesan komunikasi dengan menumpangkan pada sesuatu peristiwa yang aktual, atau sedang menarik perhatian dan minat massa. 2. Metode Integrasi, kemampuan menyatukan diri dengan komunikan dalam arti menyatukan diri secara komunikatif, sehingga tampak menjadi satu, atau mengandung arti kebersamaan dan senasib dan sepenanggungan dengan komunikan, baik dilakukan secara verbal maupun non verbal (sikap). 3. Metode Pay-off dan Fear–Arousing (Tabsyer wat Tandier), yakni kegiatan mempengaruhi orang lain dengan jalan melukiskan halhal yang menggembirakan dan menyenangkan perasaannya atau memberikan harapan (iming-iming), dan sebaliknya dengan menggambarkan halhal yang menakutkan atau menyajikan konsekuensinya yang buruk dan tidak menyenangkan perasaan. D. Evaluasi Efek – Efek Dakwah



15



Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Demikian juga dakwah sebagai kegiatan peningkatan iman seseorang atau kelompok. Ketika dakwah telah dilakukan oleh seorang pendakwah dengan pendekatan, strategi, metode, pesan – pesan dan menggunakan media tertentu, maka pasti akan timbul respons dan efek pada mitra dakwah yang menerimanya15. Dalam setiap aktvitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi dakwah, wasilah dan thariqah tertentu, maka akan timbul respons dan efek pada mad’u (penerima dakwah). Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. ada sebagian yang menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka proses atau kegiatan dakwah telah selesai. Padahal, atsar sangat penting dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa kita menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan target dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya sengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkahlangkah berikutnya. Dengan demikian strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsure-unsur dakwah yang dianggap dapat ditingkatkan. Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara komprehensif, artinya tidak secara parsial. Seluruh komponen system dakwah harus dievaluasi secara menyeluruh. Para da’i harus memiliki jiwa terbuka untuk melakukan perubahan, di samping bekerja dengan menggunakan ilmu. Sebagaimana diketahui bahwa dalam upaya mencapai tujuan dakwah maka kegiatan dakwah selalu diarahkan untuk 15



Moh Ali Aziz, Edisi Revisi Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta, 2017, hlm 395



16



mempengaruhi tiga aspek pengetahuannya (knowledge), aspek sikapnya (attitude), dan aspek perilakunya (behavioral). Berkenaan dengan ke tiga tersebut, Moh. Ali Aziz dalam bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah (2004: 139) menyatakan bahwa16 : 1. Efek kognitif : Setelah menerima pesan dakwah, mitra dakwah akan menyerap isi dakwah tersebut melalui proses berpikir, dan efek kognitif ini bisa terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dimengerti oleh mad‟u tentang isi pesan yang diterimanya. 2. Efek efektif : Efek ini adalah merupakan pengaruh dakwah berupa perubahan sikap komunikan (mitra dakwah) setelah menerima pesan. Sikap adalah sama dengan proses belajar dengan tiga variabel sebagai penunjangnya, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan. 3. Efek behavioral : Efek ini merupakan suatu bentuk efek dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam merealisasikan materi dakwah yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari. Efek dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan komprehensif. Bahkan, evaluasi akan lebih baik jika melibatkan para pendakwah lain, para tokoh masyarakat, para ahli17. Suatu komunikasi dakwah selalu bertujuan menerangkan, meyakinkan, menimbulkan inspirasi, dan terakhir adalah menggerakkan audiensi untuk melaksanakan isi pesan keagamaan yang telah disampaikan. Oleh sebab itu setelah persuasi dakwah itu dilakukan, perlu dikatakan evaluasi : apakah persuasi menghasilkan perubahan atau tidak. Rousdy (1989:335337) menetapkan hal – hal yang harus di evaluasi sebagai berikut : Moh Ali Aziz Ilmu Dakwah (Jakarta {2004: 139}) Moh Ali Aziz Edisi Revisi Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta, 2017 halaman 396 16 17



17



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Penyajian pesan komunikasi Perhatian Pemahaman Tunduk pada pesan pembicara Penahanan dalam ingatan Tingkah laku Dalam komunikasi telah dirumskan bahwa apabila pembicara sebagai komunikator dakwah tidak berhasil mencapai sasaran atau tujuan yang direncanakan, maka audiensi tidak dapat disalahkan18. Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Demikian jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi dakwah, wasilah, thariqah tertentu maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad‟u, (mitra atau penerima dakwah). Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan komprehansif, artinya tidak secara parsial atau setengah-setengah. Seluruh komponen sistem (unsurunsur) dakwah harus dievaluasi secara komprehensif. Sebaliknya, evaluasi itu dilakukan oleh beberapa da’i harus memiliki jiwa inklusif untuk pembaruan dan perubahan di samping bekerja dengan menggunakan ilmu. Jika proses evaluasi ini telah menghasilkan beberapa konklusi dan keputusan, maka segera diikuti dengan tindakan korektif (corrective action). Kalau yang demikian dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah suatu mekanisme perjuangan dalam dalam bidanh dakwah. Dalam bahasa agama inilah sesungguhnya disebut dengan ihtiar insani. Bersama dengan itu haruslah diiringi dengan doa mohon taufik dan hidayah Allah untuk kesuksesan dakwah. Aziz: 2004: 139).



18



Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta,2017,Cet 6 hlm 395 - 398



BAB II PERUBAHAN PERILAKU



A. Pengertian Masyarakat Community dalam bahasa yunani adalah “persahabatan”. Sebagai refleksi dari arti kata tersebut, aristoteles mengemukakan bahwa manusia yang hidup bersama dalam masyarakat karena mereka menikmati ikatan yang saling bekerja sama, untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka dan untuk menemukan makna kehidupan. Masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat atau community dalam bahasa inggris atau juga komunitas. Secara etimologis “ community” berasal dari kommunitat yang berakar pada comunete atau comman. Emile Durkheim mendefinisikan masyarakat sebagai kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggotaanggotanya.Kehidupan sebuah masyarakat merupakan sebuah sistem sosial di mana bagian-bagian yang ada di dalamnya saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan menjadikan bagian-bagian tersebut menjadi suatu kesatuan yang terpadu. Manusia akan bertemu dengan manusia lainnya dalam sebuah masyarakat dengan peran yang berbeda-beda, sebagai contoh ketika seseorang melakukan perjalanan wisata, pasti kita akan bertemu dengan sebuah sistem wisata antara lain biro wisata, pengelola wisata, pendamping perjalanan wisata, rumah makan, penginapan dan lain-lain.19 Banyak deskripsi yang dituliskan oleh para pakar mengenai pengertian masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Masyarakat adalah 19



Bambang Tejokusumo DINAMIKA MASYARAKAT SEBAGAI SUMBER BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Tejokusumo, B., 38 - 43



19



20



sekumpulan manusia saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi” (Koentjaraningrat, 2009: 116). Menurut Phil Astrid S. Susanto (1999: 6), masyarakat atau society merupakan manusia sebagai satuan sosial dan suatu keteraturan yang ditemukan secara berulang ulang Masyarakat dalam bahasa Inggris disebut “society” asal kata “sociuc” yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab yaitu “syirk” yang berarti bergaul atau dalam bahasa ilmiahnya interaksi.1 Adanya saling bergaul itu tentu karena adanya bentuk-bentuk aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain. Arti yang lebih khusus masyarakat disebut pula kesatuan sosial maupun ikatan-ikatan kasih sayang yang erat.2 . Kata masyarakat hanya terdapat dalam dua bahasa yakni Indonesia dan Malaysia. Kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia yang artinya berhubungan dan pembentukan suatu kelompok atau golongan20. Menurut Dannerius Sinaga (1988: 143), masyarakat merupakan orang yang menempati suatu wilayah baik langsung maupun tidak langsung saling berhubungan sebagai usaha pemenuhan kebutuhan, terkait sebagai satuan sosial melalui perasaan solidaritas karena latar belakang sejarah, politik ataupun kebudayaan yang sama. Para ilmuwan di bidang sosial sepakat tidak ada definisi tunggal tentang masyarakat dikarenakan sifat manusia selalu berubah dari waktu ke waktu. Pada akhirnya, pada ilmuwan tersebut memberikan definisi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain21. 20



Sidi Gazalba, Masyarakat Islam, Pengantar Sosiologi & Sosiografi, (Jakarta, Bulan Bintang, 1976), hlm. 11. 21 Bambang Tejokusumo, DINAMIKA MASYARAKAT SEBAGAI SUMBER BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Geoedukasi Volume III Nomor 1 2014, hlm 38



21



Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dimaknai bahwa masyarakat merupakan kesatuan atau kelompok yang mempunyai hubungan serta beberapa kesamaan seperti sikap, tradisi, perasaan dan budaya yang membentuk suatu keteraturan.



B. Pengertian Perubahan Perilaku Perilaku adalah cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang dan merupakan hasil kombinasi antara pengembangan anatomis, fisiologis dan psikologis (Kast dan Rosenweig, 1995). Disebutkan oleh Rakhmat (2001) menyebutkan bahwa terdapat tiga komponen yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen afektif merupakan aspek emosional. Perilaku manusia (human behavior) merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya dan pada berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan. Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan (Kesmas, 2013). Kata perilaku dalam Kamus Bahasa Inggris disebut dengan behave yang memiliki arti kelakuan atau perilaku, sedangkan conduct yang artinya adalah tingkah laku, kelakuan, sikap, tabi’at, memimpin dan menuntut. Arti perilaku menurut J.P Chaplin, perilaku lebih kearah pembahasan behavior (tingkah laku, kelakuan, perilaku, tanduk tanduk, dan perangi). Perilaku yaitu suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya, baik yang diamati secara



22



langsung ataupun yang diamati secara tidak langsung. Pada umumnya perilaku manusia berbeda, karena dipengaruhi oleh kemampuan yang tidak sama. Pada dasarnya kemampuan ini amat penting diketahui untuk memahami mengapa seseorang berbuat dan berperilaku berbeda dengan yang lain. Menurut Blum dalam Notoatmodjo (2007), perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, dan penyakit (Budiharto, 2009). Menurut Notoatmodjo, dilihat dari bentuk stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Perilaku Tertutup (covert behaviour) : Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat di amati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku Terbuka (overt behavior) : Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain Menurut Blum dalam Notoatmodjo (2007), perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, dan penyakit (Budiharto, 2009). Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2007), perilaku manusia itu dibagi kedalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni: 1. Kognitif (cognitive) 2. Afektif (affective) 3. Psikomotor (psychomotor). Manusia adalah makhluk yang diciptakan sebagai makhluk dinamis, karena kedinamisannya ini manusia akan terus



23



berkembang dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Mulai dari dinamis dalam berpikir, berperasaan, maupun berperilaku. Salah satu contoh kedinamisan manusia adalah dalam berperilaku. Perilaku manusia sangat rentan berubah setiap waktu, perubahan perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang bersifat internal atau yang timbul dalam diri individu itu sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari lingkungan tempat individu itu berpijak. Perubahan perilaku individu ada banyak sekali ragam bentuknya, ada yang bersifat positif, ada juga yang bersifat negatif. Jika perubahan perilaku individu tersebut bersifat positif seperti peningkatan motivasi beribadah, motivasi dalam berprestasi maupun peningkatan gaya hidup sehat, tentu hal itu akan sangat membantu kehidupan individu tersebut untuk menjadi lebih baik di masa depan, namun apa yang terjadi jika perubahan perilaku tersebut bersifat negatif, yang jika dibiarkan akan menjadi bom waktu yang suatu saat nanti akan menghancurkan atau menyulitkan hidup dimasa depan, misalnya perilaku merokok, seks bebas, maupun perilaku prokrastinasi22. Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015). Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya 22



Marsilia, H. Ibnu Mahmudi, PERUBAHAN PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK TOKEN EKONOMI PADA SISWA KELAS X TP SMK NEGERI I WONOASRI KABUPATEN MADIUN, Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, hlm 41



24



(Notoatmojo, 2010).Sedangkan menurut Wawan (2011) Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting dan perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan karena perilaku manusia terdapat dalam setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia tidak berdiri sendiri, perilaku manusia mencangkup dua komponen, yaitu sikap atau mental dan tingkah laku (atitude). Sikap atau mental merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia. Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap suatu keadaan atau peristiwa, sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi yang dihadapi (Herijulianti, Indriani dan Artini, 2001). Perilaku adalah cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang dan merupakan hasil kombinasi antara pengembangan anatomis, fisiologis dan psikologis (Kast dan Rosenweig, 1995). Dewasa ini banyak psikolog sosial berasumsi bahwa, perilaku dipengaruhi oleh tujuannya. Tujuan perilaku ini tidak hanya dipengeruhi oleh sikap seseorang tetapi juga oleh harapan lingkungan sosialnya terhadap perilaku tersebut, normanorma subyektif, serta kemampuannya untuk melakukan perilaku itu, yakni penilaian perilaku sendiri (Van Den Ban dan Hawkins, 1999). Perilaku adalah cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang dan merupakan hasil kombinasi antara pengembangan anatomis, fisiologis dan psikologis (Kast dan Rosenweig, 1995). Disebutkan oleh Rakhmat (2001) menyebutkan bahwa terdapat tiga komponen yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif.



25



C. Macam – Macam Perubahan Perilaku Seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus -----> Organisme -----> Respons, sehingga teori Skinner disebut dengan teori “S-OR”. Respons ini terbentuk 2 macam yaitu : a. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimulus, karena menimbulkan respon yang relatif tetap. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain23.



D. Tahap – Tahap Perubahan Perilaku Bagaimana Proses perubahan perilaku manusia setelah menerima pesan – pesan dakwah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Majdi Hilali menulis buku Kaifa Nughayyir Ma bi Anfusina (Bagaiman Kita Mengubah Perilaku Diri)24. Kesimpulan tersebut diperoleh dari firman Allah SWT : َ‫َو ِل َت ْص ٰغٓى ِال َ ْي ِه َافْ ِٕٕـدَ ُة اذَّل ِ ْي َن اَل يُؤْ ِمنُ ْو َن اِب اْل ٰ ِخ َر ِة َو ِلرَي ْ ضَ ْو ُه َو ِل َي ْقرَت ِ فُ ْوا َما مُه ْ ُّم ْقرَت ِ فُ ْون‬ Terjemah nya : Dan agar hati kecil orang – orang yang tidak beriman kepada akhirat, tertarik kepada bisikan itu, dan menyenanginya,dan agar mereka melakukan apa yang biasa mereka lakukan. (QS. Al An’am : 113. Salah satu tugas Rasulullah Saw. adalah membawa amanah suci berupa menyempurnakan akhlak yang mulia kepada manusia. Akhlak yang mulia ini tidak lain adalah Al23 24



Ibid,,hal 55 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta,2017,Cet 6 hlm 389



26



Quran al-Karim itu sendiri, sebab hanya kepada Quran sajalah setiap pribadi muslim berpedoman. Tujuan dakwah dalam arti luas adalah menegakkan ajaran agama Islam pada setiap insan baik individu maupun masyarakat. Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah : 221



‫َواَل تَ ْن ِك ُح وا الْ ُمرْش ِ ٰك ِت َحىّٰت يُ ْؤ ِم َّن ۗ َواَل َ َم ٌة ُّم ْؤ ِمنَ ٌة َخرْي ٌ ِّم ْن ُّمرْش ِ َك ٍة َّول َ ْو‬ ‫َاجْع َ َب ْتمُك ْ ۚ َواَل تُ ْن ِك ُح وا الْ ُمرْش ِ ِكنْي َ َحىّٰت يُ ْؤ ِمنُ ْوا ۗ َولَ َع ْب ٌد ُّم ْؤ ِم ٌن َخرْي ٌ ِِّّم ْن‬ ‫ُّمرْش ِ ٍك َّولَ ْو َاجْع َ َبمُك ْ ۗ ُاو ٰلۤ ِٕٕى َك ي َ دْ ع ُْو َن ِاىَل النَّ ِار ۖ َواهّٰلل ُ ي َ دْ ع ُْوٓا ِاىَل الْ َجنَّ ِة‬ ‫َوالْ َم ْغ ِف َر ِة اِب ِ ْذ ِن ٖ ۚه َوي ُ َبنِّي ُ ٰايٰ ِت ٖه ِللنَّ ِاس لَ َعلَّه ُْم ي َ َت َذكَّ ُر ْو َن‬



Yang artinya “Dan Allah menyeru kepada jalan ke surga dan ampunan dengan izin-Nya, dan dia menerangkan ayat-ayatnya kepada manusia agar manusia memperoleh pelajaran.” (QS. Al Baqarah : 221). Firman Allah tersebut secara tegas mengajak manusia agar senantiasa beramak shaleh yang menyebabkannya dapat memasuki surga Allah. Di samping itu, Allah juga mengajak manusia menuju kepada ampunan-Nya, jangan menyekutukan-Nya serta jangan memenuhi hawa nafsu.



E. Teori – Teori Perubahan Perilaku Dalam perilaku keseahatan terdapat beberapa hal penting yaitu masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari sebuah pemberian informasi kesehata, maka ada banyak teori tentang perubahan perilaku ini (Notoatmodjo, 2007), anatara lain : a. Teori Stimulus Organisme (SOR) : Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (Stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. b. Teori Festinger (Dissonance Theory) : Dalam teori ini menyebutkan bahwa dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen



27



kognisi yang saling bertengtangan. Elemen bertetangan yaitu pengetahuan, pendapat atau keyakinan. c. Teori Fungsi : Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti stimulus yang dibutuhkan adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. d. Teori Kurt Lewin : Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuata-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku itu dapat berubah apabila kekuatan-kekuatan dalam diri tersebut memilki ketidakseimbangan di dalam diri seseorang maka ada tiga terjadinya perubahan perilaku, (Notoatmodjo, 2007). Perilaku manusia itu di dorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori, diantara teori – teori tersebut dapat dikemukakan : 1. Teori dorongan 2. Teori insentif 3. Teori Atribusi



F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Kesmas (2013) kesehatan individu dan masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor diluar perilaku (nonperilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor seperti perilaku seseorang berhubungan faktor predisposisi, faktor pemungkinan dan faktor penguat. Oleh sebab itu, akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku serta hal-hal yang berhubungan dengan perilaku, yaitu :



1. Faktor



predisposisi (predisposing factor), faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai



28



dan persepsi, berkenaan dengan motivasi seorang atau kelompok untuk bertindak. Sedangkan secara umum faktor predisposisi ialah sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu pengalaman belajar. Hal ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai pengaruh. Faktor demografis seperti status sosial-ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga saat ini juga penting sebagai faktor predisposisi.



2. Faktor



pemungkin (enabling factor), mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak ketersediaan transportasi, waktu dan sebagainya.



3. Faktor penguat (reinforcing factor). Faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tergantung pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan pasien, faktor penguat bisa berasal dari perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga.



BAB III PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan Hasil makalah di atas, saya menyimpulkan bahwa persuasi dakwah dan perubahan perilaku itu memiliki hubungan yang sangat erat. Karena apabila sang komunikan atau seseorang yang berdakwah itu adalah seorang public figure, tentunya masyarakat sangat menerima dengan baik dan akhirnya masyarakat sekitar pun merubah perilaku nya. Dan Kita mengetahui apa itu dakwah persuasif, macam – macam metode dakwah, apa itu komunikasi, apa itu prinsip – prinsip persuasi dakwah menurut Al Qur’an dan menurut para ahli. Saran Dengan adanya makalah ini penulis berharap masyarakat sekitar agar merubah perilakunya yang dahulu perilaku nya kurang baik menjadi perilaku yang baik. Di karenakan hidup itu tidak mementingkan kecerdasan atau kesukses an pada seseorang tetapi hidup itu perlu perilaku dan akhlak mulia. Dalam penulisan makalah ini tentu saja banyak mengalami kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya



29



DAFTAR PUSTAKA 1. Slamet, EFEKTIFITAS KOMUNIKASI DALAM DAKWAH, PERSUASIF, JURNAL DAKWAH, Vol. X (Nomer 2, JuliDesember 2009) 2. Mubasyaroh, Strategi Dakwah Persuasif dalam Mengubah Perilaku Masyarakat, Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies volume 11 (nomer 2), Desember 2017 3. Ilyas Muh., KOMUNIKASI PERSUASIF MENURUT ALQURAN, Al-Tajdid, Vol. II Nomer. 1, Maret 2010 4. Sakdiah, Halimatus URGENSI INTERPERSONAL SKILL DALAM DAKWAH PERSUASIF, JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 35 (No.1), Januari - Juni 2015 5. Jasad Usman dkk, BENTUK PENERAPAN DAKWAH PERSUASIF TERHADAP PEMBINAAN EKS PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA MATTIRODECENG KOTA MAKASSAR, Jurnal Diskursus Islam Volume 06 (Nomor 1), April 2018 6. Aziz, Moh, Ali. Edisi Revisi Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta, 2017 7. MahmudI Ibnu, Marsilia, PERUBAHAN PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK TOKEN EKONOMI PADA SISWA KELAS X TP SMK NEGERI I WONOASRI KABUPATEN MADIUN, Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 8. Tejokusumo, Bambang. DINAMIKA MASYARAKAT SEBAGAI SUMBER BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014. 9. Aripudin, Acep. Sosiologi Dakwah, Remaja Rosdakarya, Bandung : 2013 10. Rahmawati, Farida, Kusmantoro, Muhammad, Sri. Pengantar Ilmu Sosiologi, Cempaka Putih, Klaten : 2016 30



11. Hasan, Mohammad, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah”, Pena Salsabila, Surabaya : 2013 12. http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-



gdl-s1-2005-achharysub-33-BAB+II+1-3.pdf 13. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196111 091987031001 MUSTOFA_KAMIL/pengertian_masyarakat.pdf 14. https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/49120f312bc568a1530 44f077440cec8.pdf 15. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/3178/BAB %20II%20KTI%20RIZALUDDIN%20AKBAR%202016.pdf? sequence=6&isAllowed=y 16. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/523/2/BAB%20II.pdf 17. http://eprints.umpo.ac.id/4441/2/BAB%202.pdf 18. https://eprints.uny.ac.id/23970/3/BAB%20II.pdf 19. http://eprints.walisongo.ac.id/3171/3/3103287_Bab%202.pdf 20. https://eprints.uny.ac.id/23970/3/BAB%20II.pdf 21. https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/49120f312bc568a1530 44f077440cec8.pdf 22. https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/49120f312bc568a1530 44f077440cec8.pdf 23. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/10122/6/BAB%20II.pdf 24. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/102/jtptunimus-gdlmariskaama-5089-3-bab2.pdf



25. http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-



gdl-s1-2005-achharysub-33-BAB+II+1-3.pdf 26. http://eprints.walisongo.ac.id/2611/3/091311016_Bab2.pdf 27. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/31 78/BAB%20II%20KTI%20RIZALUDDIN%20AKBAR %202016.pdf?sequence=6&isAllowed=y



31