Komunitas Kel 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI RT 02 RW 05 KELURAHAN CIBODAS KECAMATAN CIBODAS KOTA TANGERANG



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas Oleh : Ester Riselia



Muhammad Khadafi



Listia Rahman Mayhesti



Muhammad Quraisy



Maghda Khairunnisah Ahwan



Muhazzab



Mega Anandya Arifia



Ni Kadek Winda



MHD Ridwan



Nina Sugiharti



Mohamad Alif



Nisa Khaerani



PEMBIMBING : Ns. Ni Bodro Ardi, S.Kep., M.Kep



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG TAHUN 2020/2021



BAB I LATAR BELAKANG



Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Langkah – langkahnya dimulai dari (1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan. (Wahit, 2005). Proses keperawatan pada komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan. Proses keperawatan komunitas juga memperhatikan adanya perbedaan budaya di masing-masing daerah, karena hal itu Leininger (1978) mendefinisikan transkultural di keperawatan sebagai: “ bidang kemanusiaan dan pengetahuan pada studi formal dan praktik dalam keperawatan yang difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat adanya perbedaan dan kesamaan dalam perawatan, kesehatan, dan pola penyakit didasari atas nilai-



nilai budaya, kepercayaan dan praktik budaya yang berbeda di dunia, dan menggunakan pengetahuan untuk memberikan pengaruh budaya yang spesifik pada masyarakat.”



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



I. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS A. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007). Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007). Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth, 2007).



B. Konsep Keperawatan Komunitas Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007). Keperawatan



komunitas



ditujukan



untuk



mempertahankan



dan



meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009). Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005). Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007). Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu: 1. Kemanfaatan



Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005). 2. Kerjasama Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007). 3. Secara langsung Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007). 4. Keadilan Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005). 5. Otonomi Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005). Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007). a. Individu sebagai klien



Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007). b. Keluarga sebagai klien Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007). c. Masyarakat sebagai klien Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi, 2007). Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah : 1) Pendidikan kesehatan (Health Promotion) Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth, 2007). 2) Proses kelompok (Group Process) Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di



dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis



komunitas



dalam



melakukan



upaya



peningkatan,



perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan,



maka



pengorganisasian



penulis



mencoba



masyarakat



menggunakan



dengan



model



pendekatan



pengembangan



masyarakat (community development) (Elisabeth, 2007). 3) Kerjasama atau kemitraan (Partnership) Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,



berdasarkan



menguntungkan



atau



kesetaraan,



keterbukaan



memberikan



manfaat.



dan



saling



Partisipasi



klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007). Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007). 4) Pemberdayaan (Empowerment) Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).



Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari : a) Individu Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien. b) Keluarga Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. c) Kelompok khusus Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. d) Tingkat Komunitas Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.



C. Pengertian Keperawatan Kesehatan Komunitas Keperawatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut : Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,



keluarga,



yang



mempunyai



masalah



mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.



dimana



hal



itu



D. Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri. 2. Tujuan khusus a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat. b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan. c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan pembinaan dan asuhan keperawatan. d. Tertanganinya



kelompok



masyarakat



khusus/rawan



yang



memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat. e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan asuhan keperawatan di rumah. f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas. g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan sehat optimal. E. Kegiatan praktek keperawatan komunitas 1. Memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga dan kelompok khusus melalui home care. 2. Penyuluhan kesehatan 3. Konsultasi 4. Bimbingan



5. Melaksanakan rujukan 6. Penemuan kasus 7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit kesehatan 8. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas 9. Melakukan koordinasi dalam berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas 10. Kerjasama lintas program dan lintas sektoral F. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care) Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah : 1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider ) Memberikan



asuhan



skeperawatan



yang



keperawatan ada,



melalui



merencanakan



mengkaji



tindakan



masalah



keperawatan,



melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor ) Memberikan



pendidikan



kesehatan



kepada



individu,



keluarga,



kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan



interpersonal



yang



baik



dan



untuk



meningkatkan



perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual. 3. Sebagai Panutan (Role Model) Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan



masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat. 4. Sebagai pembela (Client Advocate) Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005). Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent ) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005). 5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager) Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. 6. Sebagai kolaborator Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).



7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner) Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan. 8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder) Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data. 9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services) Peran



perawat



sebagai



koordinator



antara



lain



mengarahkan,



merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2005). 10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader ) Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005). 11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And Researcher)



Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.



G. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas 1. Kesehatan Lingkungan Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme tersebut (Efendi, 2009). Menurut WHO (2005), lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi, 2009). Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimal sehingga mempengaruhi dampak positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Efendi, 1998). Dalam



mengatasi



masalah



kesehatan



lingkungan,



Pemerintah



menggalakkan Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi. Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus 2008.



Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut: a. Penyediaan air minum b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran c. Pembuangan sampah padat d. Pengendalian vector e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia f. Higiene makanan, termasuk higiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan kerja j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara m.Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan pariwisata p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut: i. Penyehatan air dan udara ii. Pengamanan limbah padat atau sampah iii. Pengamanan limbah cair iv. Pengamanan limbah gas v. Pengamanan radiasi vi. Pengamanan kebisingan



vii. Pengamanan vektor penyakit viii. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana 1. Perilaku Masyarakat Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice ). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan, 2010). Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori (Wawan, 2010), yaitu: a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar 2. Metode Metode pengumpulan data pengkajian asuhan keperawatan antara lain Windshield survery, informant interview, observasi partisipasi, dan focus group discussion (FGD). a. Windshield survery Windshield survery dilakukan dengan berjalanjalan di lingkungan komunitas untuk menentukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang terjadi di komunitas, lingkungan sekitar komunitas, kehidupan komunitas, dan karakteristik penduduk yang ditemui di jalan saat survai dilakukan. b. Informant Interview Sebelum terjun ke masyarakat, instrument pengkajian sebaiknya dikembangkan dan dipersiapkan terlebih dahulu. Instrument yang perlu



dikembangkan untuk melakukan pengkajian terhadap masyarakat antara lain kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat membina rasa percaya (trust) dengan perawat diperlukan kontak yang lama dengan komunitas. Perawat juga harus menyertakan lembar persetujuan (informed consent) komunitas yang dibubuhi tanda tangan atau cap jempol akan melakukan tindakan yang membutuhkan persetujuan komonitas. Informed consent juga mencantumkan jaminan kerahasian terhadap isi persetujuan dan dapat yang telah disampaikan. Wawancara dilakukan kepada key informant atau tokoh yang menguasai program. c. Observasi Partisipasi Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi. Tentukan berapa lama observasi akan dilakukan, apa, dimana, waktu, dan tempat komunitas yang akan di observasi. Kegiatan observasi dapat dilakukan menggunakan format observasi yang sudah disiapkan terlebih dahulu, kemudian catat semua yang terjadi, dengan tambahan penggunaan kamera atau video. Informasi yang penting diperoleh menyangkut aktivitas dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan di komunitas. Observasi dilakukan terhadap kepercayaan komunitas, norma, nilai, kekuatan, dan proses pemecahan masalah di komunitas. d. Focus Group Discussion (FGD) FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran mengenai satu topic melaui proses diskusi kelompok, berdasarkan pengalaman subjektif kelompok sasaran terhadap satu institusi/produk tertentu FGD bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi terhadap sesuatu, misalnya, pelayanan yang dan tidak mencari consensus serta tidak mengambil keputusan menganai tindaka yang harus dilakukan. Peserta FGD terdiri dari 6-12 orang dan harus homogen, dikelompokkan berdasarkan kesamaan jenis kelamin, usia, latar belakang social ekonomi (pendidikan,suku, status perkawinan, dsb). Lama diskusi maksimal 2



jam. Lokasi FGD harus memberikan situasi yang aman dan nyaman sehingga menjamin narasumber berbicara terbuka dan wajar FGD



menggunakan diskusi yang



terfokus sehingga membutuhkan



pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, fasilitator, moderato, notulen, dan observer. Fasilitator dapat menggunakan prtunjuk diskusi agar diskusi terfokus. Peran fasilitator menjelaskan diskusi, mengarahkan kelompok, mendorong peserta untuk berpartisipasi dalam diskusi, menciptakan hubungan baik, fleksibel, dan terbuka terhadap saran, perubahan, gangguan, dan kurangnya partisipasi. Perekam jalannya diskusi yang paling utama adalah pengamat merangkap pencatat (observer dan recorder) hal yang perlu dicatat adalah tanggal diskusi, waktu diskusi diadakan, tempat diskusi, jumlah peserta, tingkat partisipasi peserta, gangguan selama proses diskusi, pendapat peserta apa yang membuat peserta menolak menjawab atau membaut peserta tertawa, kesimpulan diskusi , dan sebagainya. Pengguanaan alat perekam saat SGD berlangsung harus mendapat izin dari responden terlebih dahulu. Sebelum membuat instrument pengkajian keperawatan komunitas seperti kuisioner, pedoman wawancara, pedomanobservasi, atau windshield survey, kisi-kisi instrument pengkajian sebaiknya dibuat terlebih dahulu, agar data yang akan ditanyakan dan dikaji kepada komunitas tidak tumpang tindih sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan efisian 3. Tahap - tahap dalam melakukan askep komunitas 1. Pengkajian Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien. Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :



a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilainilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas. b. Delapan



subsistem



yang



mempengaruhi



komunitas



(Betty



Neuman) : Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan. a) Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan. b) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan stress. c) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan. d) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi. e) System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas. f) Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut. g) Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.



c. Status kesehatan komunitas Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi. 2. Diagnosa keperawatan komunitas atau kelompok dan analisa data Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik populasi, karakteristik lingkungan. 3. Perencanaan (intervensi) Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana



pelaksanaan



kegiatan



maka



ada



dua



faktor



yang



mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia. Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : a. Tahap persiapan Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan



cara



untuk



berhubungan



dengan



mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.



masyarakat,



b. Tahap pengorganisasian Persiapan



pembentukan



kelompok



kerja



kesehatan



untuk



menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah



atau



meningkatkan



kebutuhan



kesehatan



kemampuan



masyarakat



dan



kesejahteraan,



berperanserta



dalam



pembangunan kesehatan di wilayahnya. c. Tahap pendidikan dan latihan 1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat 2) Melakukan pengkajian 3) Membuat



program



berdasarkan



masalah



atau



diagnose



keperawatan 4) Melatih kader 5) Keperawatan



langsung



terhadap



individu,



keluarga



dan



masyarakat d. Tahap formasi kepemimpinan e. Tahap koordinasi intersektoral f. Tahap akhir Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut : a. Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi b. Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik c. Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium



d. Bekerjasama



dengan



aparat



Pemda



setempat



untuk



mengamankan lingkungan atau komunitas bila stressor dari lingkungan e. Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan 4. Pelaksanaan (Implementasi) Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya: a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan. b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi. c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas. Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu : a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga. b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.



c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu



pada



ketidakmampuan



tingkat keluarga,



berfungsinya Contoh:



secara



optimal



dari



Membantu



keluarga



yang



mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah : a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta. c. Efisiensi



biaya.



Bagaimanakah



pencarian



sumber



dana



dan



penggunaannya serta keuntungan program. d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan. e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.



DAFTAR PUSTAKA



Naomi. E. Ervin (2002), Advanced Community Helth Nursing Practice: Population-Focused Care, New Jersey: Pearson Education Inc Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Salemba Medika



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN



A. Pengkajian Pengkajian adalah pengumpulan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji serta dianalisis, sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, baik individu, keluarga dan kelompok dapat ditentukan. Data yang didapatkan dari masing-masing RW, sebagai berikut :



TIPE PERUMAHAN



permanen semi permanen tidak permanen



12



Dari hasil diatas didapatkan seluruhnya tipe perumahan 100% permanen.



tipe



STATUS KEPEMILIKAN RUMAH 1 1 sewa numpang milik sendiri



10



Dari hasil diatas didapatkan status kepemilikan rumah sewa,sebanyak 8,33% numpang dan milik 83,33% sendiri.



8,33%



JENIS LANTAI 100% tanah



papan



keramik



semen



Dari data diatas didapatkan seluruhnya jenis lantai 100% keramik.



SISTEM VENTILASI RUMAH 100%



ADA TIDAK ADA



Dari hasil data diatas didapatkan seluruhnya sistem ventilasi rumah 100% ada.



SISTEM PENCAHAYAAN RUMAH SIANG HARI 33,33% 66,67% terang kurang



Dari hasil data diatas didapatkan hampir seluruhnya sistempencahayaan rumah disiang hari 66,67% terang dan33,33% kurang terang.



JARAK RUMAH DENGAN TETANGGA



dekat



terpisah



Dari hasil data diatas diketahui jarak rumah dengan tetangganya yakni dekat 83,33% dan terpisah 16,67%.



halaman disekitar rumah



ada 64%



tidak ada 36%



tidak ada



ada



Dari hasil data diatas didapatkan halaman disekitar rumah yakni ada sebanyak 83,33% dan tidak ada 16,67%



pemanfaatan rumah



16,67%



33,33% 58,33%



kebun kandang tidak dimanfaatkan



8,33%



Dari hasil data diatas didapatkan pemanfaatan rumah33,33% untuk kebun, 8,33% untuk kandang, dan 58,33% tidak dimanfaatkan.



jenis bahan bakar rumah tangga



kompor gas kompor minyak kayu bakar



12



Dari hasil data diatas didapatkan jenis bahan bakar rumahtangga seluruhnya Kompor gas 100%.



SUMBER AIR UNTUK MASAK DAN MINUM



25%



Dari hasil data diatas didapatkan sumber air untuk masak dan minum PAM 25%, sumur 50%, air mineral 25%.



PAM SUMUR AIR MINERAL AIR SUNGAI



SISTEM PENGOLAHAN AIR



TIDAK DIMASAK



8,33% SISTEM PENGOLAHAN AIR



DIMASAK



91, 67%



Dari hasil data diatas didapatkan sistem pengolahan air dimasak 91,67%, tidak dimasak 8,33%.



SUMBER AIR UNTUK MANDI DAN MENCUCI



PAM SUMUR AIR SUNGAI



Dari data diatas didapatkan hasil sumber air untuk mandi dan mencuci sebanyak 41,67% menggunakan air PAM, kemudian sebanyak 58,33% menggunakan air Sumur, dan 0% menggunakan air sungai.



JARAK SUMBER AIR DENGAN SEPTI TANK



KURANG DARI 10 METER LEBIH DARI 10 METER



Dari data diatas didapatkan hasil jarak sumber air dengan septic tank yakni Kurang dari 10 M sebanyak 58,33% dan jarak yang lebih dari 10 M sebanyak 41,67%.



TEMPAT PENAMPUNGAN AIR SEMENTARA 8,33% 8,33% BAK EMBER GENTONG LAIN-LAIN



Dari data diatas didapatkan hasil tempat penampungan air sementara Dengan menggunakan Bak sebanyak 83,33%, dengan ember sebanyak 8,33%, dan yang lain-lain sebanyak 8,33%.



KONDISI TEMPAT PENAMPUNGAN AIR 70 60 50 40 30 20 10 0



TERTUTUP



TIDAK TERTUTUP KONDISI TEMPAT PENAMPUNGAN AIR



Dari data diatas didapatkan hasil kondisi tempat penampungan air Tertutup sebanyak41,67%, dan yang tidak tertutup sebanyak58,33%.



KONDISI AIR



BERASA/BERWARNA/BERBAU TIDAK BERASA/BERWARNA/BERBAU



Dari data diatas didapatkan hasil seluruhnya kondisi air Tidak berasa/berwarna/berbau sebanyak100%.



PEMBUANGAN SAMPAH TEMPAT 45 PEMBUANGAN UMUM; 40.39 40



35 30



DISUNGAI; 33.33



25 20 15 10



DITIMBUN; 10.98 DIBAKAR; 15.29



5 0



TEMPAT PEMBUANGAN UMUM



DITIMBUN



DISEMBARANG TEMPAT; 0 DISEMBARANG TEMPAT



DISUNGAI



DIBAKAR



Dari data diatas didapatkan hasil Tempat pembuangan sampah di pembuangan umum sebanyak50%, sementara yang dibakar sebanyak33,33%,dan yang dibuang di sembarang tempat sebanyak16,67%.



TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH SEMENTARA



ADA TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil tempat pembuangan sampah sementara sebanyak 100%.



KONDISI TEMPAT PENAMPUNGAN SAMPAH SEMENTARA 70 60 50 KONDISI TEMPAT PENAMPUNGAN SAMPAH SEMENTARA



40 30 20 10 0 TERBUKA



TERTUTUP



Dari data diatas didapatkan hasil kondisi tempat penampungan sampah sementara yang Terbuka sebanyak 66,67%,, dan yang tertutup sebanyak33,33%



JARAK PENAMPUNGAN SAMPAH DENGAN RUMAH 70 60 50 JARAK PENAMPUNGAN SAMPAH DENGAN RUMAH



40 30 20 10 0 KURANG DARI 5 METER



LEBIH DARI 5 METER



Dari data diatas didapatkan jarak penampungan sampah dengan rumah yang Kurang dari 5 M sebanyak 66,67% dan yang lebih dari 5 M sebanyak 33,33%.



KEBIASAAN KELUARGA BUANG AIR BESAR



WC SUNGAI SEMBARANG TEMPAT



Dari data diatas didapatkan hasil seluruhnya kebiasaan keluarga buang air besar sebanyak100% di WC.



JENIS JAMBAN YANG DIGUNAKAN



CEMPLUNG (JAMBAN) LEHER ANGSA (WC JONGKOK/DUDUK)



100%



Dari data diatas didapatkan hasil seluruhnya jenis jamban yang digunakan yaitu Leher angsa (WC jongkok/duduk) sebanyak100%.



SISTEM PEMBUANGAN AIR LIMBAH



8,33% RESAPAN GOT SEMBARANG TEMPAT



Dari data diatas didapatkan hasil system pembuangan air limbah Dengan Resapan sebanyak 8,33% , sementara dengan sebanyak91,67%. Dan disembarang tempat 0%



got



KEPEMILIKAN HEWAN TERNAK DIRUMAH 60 50 40 KEPEMILIKAN HEWAN TERNAK DIRUMAH



30 20 10 0 ADA



TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil kepemilikan hewan ternak dirumah Yang ada sebanyak 50% dan yang tidak ada sebanyak 50%.



LETAK KANDANG 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0



LETAK KANDANG



DALAM RUMAH TIDAK ADA LUAR RUMAH



Dari data diatas didapatkan hasil letak kandang di dalam rumah sebanyak 0%, yang Tidak ada sebanyak50% dan yang di luar rumah sebanyak 50%



KONDISI KANDANG



50



TERAWAT TIDAK TERAWAT TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil kondisi kandang Yang tidak ada sebanyak 0%, yang tidak terawatt sebanyak 50% dan yang terawatt sebanyak 50%.



PELAYANAN KESEHATAN TERDEKAT 8,33 PUSKESMAS RS DOKTER PRAKTIK SWASTA BIDAN/PERAWAT BALAI PENGOBATAN LAIN-LAIN



Dari data diatas didapatkan hasil pelayanan kesehatan terdekat yakni yang dekat dengan Puskesmas sebanyak 91,67%, dan yang dekat dengan balai pengobatan sebanyak 8,33%.



TEMPAT BEROBAT KELUARGA



8,33



8,33 PUSKESMAS RS DOKTER PRAKTIK SWASTA BIDAN/PERAWAT BALAI PENGOBATAN LAIN-LAIN



Dari data diatas didapatkan hasil tempat berobat keluarga yakni yang pergi ke Puskesmas sebanyak 75%, yang pergi ke RS sebanyak8,33%, yang pergi ke bidan/perawat sebanyak 8,33%, yang pergi ke dokter praktik swasta sebanyak 0% dan yang pergi ke balai pengobatan sebanyak 8,33%.



KEBIASAAN KELUARGA SEBELUM BEROBAT



BELI OBAT BEBAS JAMU TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil kebiasaan keluarga sebelum berobat yakni yang beli obat bebas sebanyak 83,33% dan yang beli jamu sebanyak 16,67%.



SUMBER PENDANAAN KESEHATAN KELUARGA



ASKES DANA SEHAT BPJS UMUM



Dari data diatas didapatkan hasil sumber pendanaan kesehatan keluarga yakni yang menggunakan BPJS 91,67% dan yang umum sebanyak8,33%.



PENYAKIT YANG SERING DIDERITA KELUARGA 6 BULAN TERAKHIR, SEBUTKAN!



diabetes demam,flu/batuk,gastritis. Nyeri 8,33 sendi hipertensi demam flu, demam batuk, flu, diare dan hipertensi



kolestrol flu,vertigo batuk,flu



batuk,kepala pusing,diare dan hipertensi



Dari data diatas didapatkan hasil penyakit yang sering diderita keluarga 6 bulan terakhir yakni Diabetes sebanyak 8,33%, Kolestrol sebanyak 8,33%. Kemudian demam, flu/batuk, gastritis, nyeri sendi sebanyak 8,33%. Lalu flu dan vertigo sebanyak 8,33%. Hipertensi sebanyak 25%, kemudian batuk flu sebanyak 8,33%. Demam sebanyak 8,33%. Batuk, flu, diare dan hipertensi 8,33%. Batuk, kepala pusing, diare dan hipertensi sebanyak8,33% dan flu, demam sebanyak 8,33% JENIS KONTRASEPSI YANG DIPAKAI IUD SUNTIK PIL SUSUK TUBEKTOMI (STERIL) KALENDER TIDAK MEMAKAI KONTRASEPSI



16,67%



Dari data diatas didapatkan hasil pada jenis kontrasepsi yang dipakai dengan menggunakan Suntik sebanyak 16,67%, yang dengan pil sebanyak 25%, yang dengan steril sebanyak 16,67%, dan yang tidak memakai kontrasepsi sebanyak 41,67%.



ANGGOTA KELUARGA YANG HAMIL



100%



YA TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil seluruhnya tidak ada anggota keluarga yang hamil sebanyak 100%.



USIA KEHAMILAN



TRIMESTER I TRIMESTER II TRIMESTER III TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil seluruhnya tidak ada usia kehamilan yakni sebanyak 100%.



FREKUENSI KEHAMILAN



KEHAMILAN I KEHAMILAN II KEHAMILAN III KEHAMILAN LEBIH DARI III TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil seluruhnya tidak ada frekuensi kehamilan yakni sebanyak 100%.



USIA IBU HAMIL



DIBAWAH 20 TAHUN USIA 20-35 TAHUN USIA LEBIH DARI 35 TAHUN TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil seluruhnya tidak ada usia Ibu hamil yakni sebanyak 100%.



TEMPAT PERIKSA KEHAMILAN



PUSKESMAS PRAKTEK BIDAN RS TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil seluruhnya tidak ada tempat periksa kehamilan yakni sebanyak 100%.



IMUNISASI



LENGKAP TIDAK LENGKAP TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil seluruhnya tidak ada imunisasi yakni sebanyak 100%.



PENYAKIT YANG DIDERITA IBU HAMIL



HIPOTENSI ANEMIA BENGKAK MUAL VARISES TIDAK ADA KELUHAN TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil seluruhnya tidak ada penyakit yang diderita ibu hamil yakni sebanyak 100%.



JUMLAH IBU MENYUSUI



YA TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan jumlah ibu yang menyusui yang menjawab Ya sebanyak 25% dan yang menjawab tidak ada sebanyak75%.



KELUARGA DENGAN BALITA



YA TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil keluarga dengan balita yakni yang menjawab Ya sebanyak 41,67% dan yang menjawab tidak ada 58,33%.



KEBIASAAN IKUT POSYANDU



YA TIDAK TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil kebiasaan ikut posyandu yang menjawab Tidak ada sebanyak 58,33%, yang menjawabya sebanyak33,33%, dan yang menjawab tidak sebanyak 8,33%



IMUNISASI BALITA



TIDAK ADA LENGKAP BELUM LENGKAP TIDAK LENGKAP



Dari data diatas didapatkan hasil imunisasi balita yang menjawab Tidak ada sebanyak 58,33%, yang menjawab lengkap sebanyak 33,33%, dan yang menjawab belum lengkap sebanyak 8,33%



KEPEMILIKAN KMS



YA TIDAK TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil kepemilikan KMS yang menjawab Tidak ada sebanyak 58,33%, dan yang menjawabya sebanyak 41,67%.



HASIL PENIMBANGAN BALITA



TIDAK ADA DIBAWAH GARIS MERAH DIATAS GARIS MERAH



Dari data diatas didapatkan hasil penimbangan balita yang menjawab Tidak ada sebanyak 58,33%, yang menjawab diatas garis merah sebanyak 33,33%, dan yang menjawab dibawah garis merah sebanyak 8,33%



KEBIASAAN REMAJA



33,33%



MEROKOK ALKOHOL TIDAK ADA



Dari data diatas didapatkan hasil kebiasaan remaja Merokok sebanyak3 3,33% dan yang tidak ada merokok sebanyak 66,67%.



KEGIATAN REMAJA DILUAR SEKOLAH



KEAGAMAAN KEARANGTARUNA OLAHRAGA LAIN-LAIN



Dari data diatas didapatkan hasilkegiatan remaja diluar sekolah yakni dengan kagiatan Keagamaan sebanyak 58,33%, dengan olahraga sebanyak 33,33%, dan lain-lain sebanyak 8,33%.



KELUHAN FISIK LANSIA 60 50 40 KELUHAN FISIK LANSIA 30 20



50%



10 0 TIDAK ADA



YA



Dari data diatas didapatkan hasilkeluhan fisik lansia yakni yang menjawab Ya sebanyak 50% dan yang menjawab tidak ada sebanyak 50%



JENIS PENYAKIT YANG DIDERITA LANSIA



25%



TIDAK ADA ASAM URAT TBC STROKE HIPERTENSI DIABETES REUMATIK KATARAK LAIN-LAIN



Dari data diatas didapatkan hasil jenis penyakit yang diderita lansia yakni yang Tidak ada sebanyak 33,33%, yang dengan asam urat sebanyak 8,33%, dengan TBC sebanyak 8,33%, yang hipertensi sebanyak 25%, dan yang lain-lain sebanyak 25%.



PENANGANAN PENYAKIT LANSIA



TIDAK ADA SARANA KESEHATAN NON MEDIS DIOBATI SENDIRI TIDAK DIOBATI



Dari data diatas didapatkan hasil penanganan penyakit lansia yakni yang menjawab Tidak ada sebanyak 50%, dan yang dengan sarana kesehatan sebanyak 50%.