Kondisi Zona Intertidal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kondisi zona intertidal Zona intertidal merupakan daerah pantai yang terletak di antara pasang tertinggi dan surut terendah. Daerah ini merupakan daerah peralihan dari kondisi lautan ke kondisi daratan. Walaupun luas daerah ini sangat terbatas, tetapi di sini terdapat variasi faktor lingkungan yang sangat besar jika dibandingkan daerah bahari lainnya juga terdapat keanekaragaman kehidupan yang sangat besar dari pada di daerah subtidal yang lebih luas (Nybaken, 1992). Zona intertidal memiliki lingkungan yang sangat ekstrim yang diakibatkan oleh adanya pengaruh pasang surut, sehingga dapat berubah dengan cepat karena sifat pasang surut yang menyebabkan daerah intertidal terendam, proses ini terjadi dalam satu sampai dua kali dalam sehari (Yuliandra 2009). Hanya organisme yang memiliki kemampuan adaptasi khusus terhadap tekanan akibat perubahan fisik dan kimia yang terjadi pada lingkungan intertidal ini yang dapat hidup pada daerah ini (Nyabakken, 1992). Karakteristik zona intertidal yaitu: 1. Pasang-Surut. Naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik selama interval waktu tertentu. Pasang-surut merupakan faktor lingkungan paling penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut yang periodik maka faktor-faktor lingkungan lain akan kehilangan pengaruhnya. Hal ini disebabkan adanya kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantian antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan terendam air. Pengaruh pasang-surut terhadap organisme dan komunitas zona intertidal paling jelas adalah kondisi yang menyebabkan daerah intertidal terkena udara terbuka secara periodik dengan kisaran parameter fisik yang cukup lebar. Organisme intertidal perlu kemampuan adaptasi agar dapat menempati daerah ini. Faktor-faktor fisik pada keadaan ekstrem dimana organisme masih dapat menempati perairan, akan menjadi pembatas atau dapat mematikan jika air sebagai isolasi dihilangkan. 2. Suhu. Suhu di daerah intertidal biasanya mempunyai kisaran yang luas selama periode yang berbeda baik secara harian maupun musiman dan dapat melebihi kisaran toleransi organisme. Jika pasang-surut terjadi pada kisaran suhu udara maksimum (siang hari yang panas) maka batas letal dapat terlampaui. Meskipun kematian tidak segera terjadi namun organisme akan semakin lemah karena suhu yang ekstrem sehingga tidak dapat menjalankan aktivitas seperti biasa dan akan mati karena sebab-sebab sekunder. Suhu juga dapat berpengaruh secara tidak langsung yaitu kematian karena organisme kehabisan air. 3. Gelombang. Gerakan gelombang atau ombak di daerah intertidal memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap organisme dan komunitas dibanding dengan daerah lautan lainnya. Pengaruh ombak dapat terjadi secara langsung maupun tidak. a. Pengaruh langsung: Secara mekanik ombak dapat menghancurkan dan menghanyutkan benda yang terkena. Pada pantai berpasir dan berlumpur kegiatan ombak dapat membongkar substrat sehingga mempengaruhi bentuk zona. Terpaan ombak dapat menjadi pembatas bagi organisme yang tidak dapat menahan terpaan tersebut. Ombak dapat membentuk batas zona intertidal lebih luas, akibatnya organisme laut dapat hidup di daerah air yang lebih tinggi di daerah yang terkena terpaan ombak dari pada di daerah tenang pada kisaran pasang-surut yang b. Pengaruh tidak langsung: Kegiatan ombak dapat mengaduk gas-gas atmosfer ke dalam air, sehingga meningkatkan kandungan oksigen. Karena interaksi dengan atmosfer terjadi secara teratur dan terjadi pembentukan gelembung serta pengadukan substrat, maka penetrasi cahaya di daerah yang diterpa ombak dapat berkurang. 4. Salinitas. Perubahan salinitas di daerah intertidal dapat melalui dua cara: a. Zona intertidal terbuka pada saat surut, dan kalau hal ini terjadi pada saat hujan lebat maka salinitas akan turun. Apabila penurunan ini melewati batas toleransi bagi organisme (sebagian besar organisme intertidal stenohalin dan osmokonformer) maka organisme dapat mati.



b. Pada daerah intertidal pantai berbatu yang memiliki banyak cekungan, daerah ini dapat digenangi air tawar yang masuk ketika hujan deras sehingga menurunkan salinitas, atau memperlihatkan kenaikan salinitas jika terjadi penguapan sangat tinggi pada siang hari. 5. Substansi dasar. Substrat dasar zona intertidal memiliki variasi yang berbeda dan dapat berupa pasir, lumpur maupun berbatu. Substrat dasar ini menyebabkan perbedaan struktur komunitas flora dan fauna yang berbeda. Ekologi Daerah Intertidal (pasang-surut) Susunan faktor-faktor lingkungan dan kisaran yang dijumpai di zona intertidal sebagian disebabkan zona ini berada di udara terbuka selama waktu tertentu dalam setahun. Kebanyakan factor menunjukkan kisaran yang lebih besar di udara daripada di air. Secara umum daerah intertidal sangat dipengaruhi oleh pola pasang dan surutnya air laut, sehingga dapat dibagi menjadi tiga zona. Zona pertama merupakan daerah diatas pasang tertinggi dari garis laut yang hanya mendapatkan siraman air laut dari hempasan riak gelombang dan ombak yang menerpa daerah tersebut backshore (supratidal), zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah garis permukaan laut (subtidal). Sebagai akibat adanya perubahan kondisi pasang dan kondisi surut airlaut dan akibat aktifitas ombak pantai, menyebabkan kondisi fisik pantai akan selalu berubah baik secara temporal maupun secara spasial. Perubahan secaratemporal membuat kondisi fisik pantai akan berbeda dalam rentang waktu jam, hari, bulan maupun tahun. Perubahan secara spasialmembuat kondisi fisik dapat berubah-ubahpada berbagai tempat sekalipun jaraknya cukup berdekatan.



Faktor Penyebab Distribusi Zonasi Pada Daerah Intertidal Ada berbagai faktor yang menyebabkan adanya berbagai macam distribusi pada daerah intertidal. Pada dasarnya faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian besar yang saling terkait yaitu:  Faktor fisika. Faktor ini merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada ekosistem intertidal. Akibat adanya pasang surut maka menyebabkan faktor pembatas pada daerah ini menjadi lebih ekstrim. Faktor pembatas tersebut yaitu kekeringan, suhu, dan sinar matahari ketiga faktor tersbeut saling terkait. Jika laut surut maka daerah intertidal terekspose oleh sinar matahari, akibatnya suhu meningkat. Suhu yang meningkat menyebabkan penguapan dan dampaknya daerah menjadi kering.



 Faktor biologis. Faktor ini sangat tergantung dari faktor fisik perairan. Organisme berusaha untuk menyesuaikan diri pada keadaan yang sangat ekstrim tersebut. Ada berbagai macam cara organisme menyesuaikan diri salah satunya dengan mengubur diri atau memodifikasi bentuk cangkang agar dapat hidup pada derah yang Pembagian Zonasi Pada Ekosistem Intertidal Pada dasarnya pantai dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan bentuk substrat utama penyusun pantai, yaitu: 1. Pantai berbatu 2. Pantai berpasir,dan 3. Pantai berlumpur Ketiga jenis pantai tersebut memiliki bentuk zonasi yang berbeda. Selain pantai berbatu zona intertidal juga banyak ditemukan pada jenis pantai yang lain. Manfaat ekosistem Intertidal Ekosistem intertidal memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu :







Sangat kaya akan oksigen karena sering terjadi hempasan pasang surut air laut







Sebagai tempat hidup sebagian besar hewan invertebrate



Daftar pustaka 1. 2. 3. 4.



Dahuri, Rokhmin. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hutabarat dan Steward, M. E. 2008 pengantar oseanografi. Universitas Indonesia. Jakarta)\ Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut. Pt Gramedia. Jakarta Nybakken, J.W., 1992. Marine Biology An Ecological Apprach. 3 rd edition. Harper Collins College Publishers, New York