Konflik Sosial 0 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kurikulum 2006/2013



sosiologi KONFLIK SOSIAL SEMESTER 1 KELAS XI SMA/MA/SMK/MAK – KTSP 2006 & K13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang pengertian konflik sosial. 2. Memahami karakteristik dan faktor penyebab konflik sosial. 3. Memahami teori konflik sosial. 4. Memahami tentang bentuk konflik sosial dan dampak konflik sosial. 5. Memahami tentang cara penanggulangan konflik sosial. 6. Memahami tentang pengertian, klasifikasi, dan karakteristik kekerasan. 7. Memahami tentang teori, jenis, dan cara mengatasi kekerasan dalam masyarakat.



A. Konflik Sosial 1. Pengertian Konflik Sosial Berikut beberapa definisi konflik sosial menurut ahli. a.



Soerjono Soekanto Konflik sosial adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan.



b.



Lewis Coser Konflik sosial diartikan sebagai perjuangan atas nilai-nilai atau klaim status, kekuasaan, dan sumber daya langka lainnya dari kelompok yang berkonflik, tidak hanya



K e l a s



XI



untuk mendapatkan nilai-nilai yang diinginkan, tetapi juga untuk memengaruhi, mengubah, atau melukai saingannya. c.



Gillin dan Gillin Konflik sosial sebagai bagian dari proses interaksi sosial menusia yang saling berlawanan. Artinya, konflik adalah bagian dari proses interaksi sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi, kebudayaan, dan perilaku.



Jadi, konflik sosial mengandung arti sebagai berikut.



2.



a.



Konflik adalah bentuk pertentangan atau perselisihan.



b.



Melibatkan dua pihak secara antagonis.



c.



Didorong oleh adanya perbedaan dalam berbagai hal.



d.



Dapat disertai penggunaan ancaman atau kekerasan.



e.



Berkaitan dengan pencapaian tujuan tertentu.



Karakteristik Konflik a.



Bersifat inheren Konflik bersifat inheren artinya bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan suatu masyarakat. Tidak ada satu masyarakat pun yang dapat menghindari konflik sosial sepenuhnya. Untuk itu yang terpenting adalah bagaimana mengelola agar konflik dapat memiliki aspek positif bagi perubahan dalam masyarakat.



b.



Tidak selamanya berdampak negatif Konflik tidak harus selalu dihindari karena tidak selamanya berdampak negatif. Berbagai konflik yang dapat dikendalikan dapat berpengaruh positif bagi individu atau kelompok yang terlibat di dalamnya.



c.



Potensi perbedaan dapat dikurangi Konflik adalah suatu akibat yang tidak mungkin dihindari dari interaksi sosial, tetapi dapat diatasi dengan mengurangi potensi perbedaan. Salah satu cara untuk mengurangi potensi konflik adalah mencari persamaan dan berpegang pada persamaan tersebut. Persamaan yang mempersatukan anggota masyarakat di antaranya adalah keinginan bersama untuk mempertahankan eksistensi (keberadaan) dan memiliki tujuan bersama.



d.



Dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi sosial. Pada umumnya, konflik adalah hasil dari kemajemukan masyarakat. Oleh karena itu, penanganan konflik harus diawali dengan ditegakkannya nilai-nilai hubungan sosial yang luhur, seperti toleransi dan pluralisme.



2



e.



Dapat menciptakan perubahan Konflik dapat memberikan kontribusi untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat. Konflik merupakan kekuatan demi mencapai kemajuan. Konflik mampu mendorong perubahan dalam suatu organisasi atau masyarakat.



f.



Bertentangan dengan integrasi Konflik bertentangan dengan integrasi (kesatupaduan). Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.



3.



Faktor Penyebab Konflik Suatu konflik seringkali tidak disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan oleh kompleksitas sejumlah faktor yang saling terkait. Berikut adalah faktor penyebab dari konflik sosial. a.



Perbedaan antarindividu Setiap individu memiliki perbedaan dalam pendirian dan perasaan. Perbedaan pendirian dan perasaan berpotensi terjadinya konflik.



b.



Perbedaan latar belakang kebudayaan Perbedaan latar belakang kebudayaan akan menghasilkan individu-individu yang memiliki beragam corak kepribadian. Tanpa pemahaman terhadap corak kepribadian dari masing-masing kebudayaan tersebut, konflik akan sangat mungkin terjadi.



c.



Perbedaan kepentingan Setiap individu tentu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula dengan kelompok tentu memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kepentingan itu dapat menyangkut kepentingan politik, ekonomi, sosial, dan budaya.



d.



Kesenjangan sosial Kesenjangan yang ada dalam masyarakat juga dapat menyebabkan terjadinya konflik. Misalnya, kesenjangan di bidang ekonomi terutama kesenjangan taraf hidup dan kesejahteraan antara segelintir kalangan kaya dengan warga miskin memang sangat berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial. Bila diakumulasi dan diperburuk oleh diskriminasi atau pembatasan peluang untuk memperbaiki taraf hidup, kecemburuan tersebut sangat memungkinkan mengarah pada konflik sosial.



e.



Perbedaan cara dan tujuan Dalam suatu kelompok atau masyarakat, anggota-anggotanya mungkin saja memiliki tujuan yang sama. Namun, mereka belum tentu sepakat tentang cara-cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tanpa adanya upaya untuk menyamakan persepsi, hal tersebut dapat menimbulkan konflik.



3



f.



Ketidaksamaan status Ketidaksamaan status akan memicu konflik sosial bila status terhormat diduduki hanya oleh individu dengan latar belakang tertentu (suku, agama, dan golongan) saja. Hal ini akan menimbulkan ketidakpuasan dari pihak-pihak lain yang merasa diperlakukan tidak adil dan tidak diberi kesempatan yang seimbang untuk mencapai status terhormat.



Berikut beberapa ahli yang memberikan pendapat tentang faktor penyebab konflik sosial. a.



Ibnu Khaldun Konflik sosial terjadi karena adanya sifat manusia yang ingin memerangi dan menguasai kelompok lain.



b.



Georg Simmel Secara alamiah konflik terjadi karena individu-individu dalam masyarakat bersemangat untuk berkonflik. Jika tidak ada isu-isu yang penting, mereka akan berkonflik dengan isu-isu yang sepele.



c.



Karl Marx Konflik merupakan bentuk perjuangan revolusioner kelas proletarian atau buruh untuk mencapai perubahan sosial yang diharapkan, yakni terciptanya masyarakat tanpa kelas.



d.



Max Weber Penyebab konflik adalah stratifikasi sosial. Untuk memperoleh posisi yang lebih tinggi dalam pelapisan sosial, tak jarang individu harus berkonflik dengan individu atau kelompok lain untuk memperebutkan posisi tersebut.



e.



Ralf Dahrendorf Konflik disebabkan oleh adanya otoritas atau kekuasaan. Pihak yang memiliki kekuasaan dan pihak yang dikuasai pasti memiliki kepentingan yang saling bertentangan.



f.



Charles Watkins 1.)



Konflik terjadi karena ada dua pihak yang saling menghambat potensi sehingga terjadilah konflik.



2.)



Konflik dapat terjadi bila ada sesuatu sasaran yang sama-sama ingin dicapai oleh kedua belah pihak, namun hanya satu pihak yang mungkin mencapainya.



4



B. Teori Konflik Sosial Berikut beberapa teori tentang konflik sosial. 1.



Teori hubungan masyarakat Teori hubungan masyarakat berasumsi konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan, dan permusuhan antara kelompok berbeda dalam masyarakat. Perbedaan umumnya menyangkut suku, agama, ras, antargolongan, maupun pilihan ideologi politik.



2.



Teori identitas Teori ini mengemukakan konflik disebabkan karena ancaman terhadap identitas kelompok yang seringkali berakar pada hilangnya warisan masa lalu, hak-hak adat, ulayat, dan tergerusnya nilai-nilai budaya.



3.



Teori kebutuhan manusia Teori ini berasumsi konflik yang berakar disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Banyaknya warga miskin yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok memang rawan menimbulkan konflik sosial.



4.



Teori kesalahpahaman antarbudaya Teori ini melihat konflik sebagai suatu proses yang disebabkan adanya ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi di antara berbagai ragam budaya dalam masyarakat. Ketidakcocokan tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman, prasangka, bahkan perbenturan yang mengarah pada konflik. Untuk menanggulanginya perlu diupayakan untuk memperluas wawasan, mengurangi stereotip negatif dan meningkatkan efektivitas komunikasi antarbudaya.



5.



Teori negosiasi prinsip Teori negosiasi prinsip menjelaskan konflik disebabkan oleh posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik antara pihak yang terlibat di dalamnya. Untuk menyelesaikan konflik perlu diadakan dialog dan perundingan sehingga kesepakatan dapat diterima semua pihak.



6.



Teori permainan Menurut teori ini, konflik sama halnya dengan permainan, di mana dua pihak atau lebih menggunakan taktik atau strategi tertentu guna mengalahkan pihak lawan.



7.



Teori proses konflik Teori ini menjelaskan adanya sejumlah tahapan dalam perkembangan konflik yakni: a.



sistem sosial masyarakat terdiri atas kelompok yang saling berhubungan;



b.



di dalam kelompok terdapat ketidakseimbangan pembagian kekuasaan;



c.



kelompok yang tidak berkuasa mulai mempertanyakan keadaan;



5



d.



pertanyaan pada keadaan kemudian membawa kesadaran harus memperjuangkan kekuasaan dan penghasilan;



e.



kesadaran tersebut membuat mereka mudah terpancing untuk meluapkan kemarahan;



f.



kemarahan sering diluapkan dengan cara-cara yang tidak terorganisasi;



g.



luapan kemarahan menyebabkan meningkatnya ketegangan;



h.



meningkatnya ketegangan mendorong kelompok mengorganisasi diri guna menantang kelompok yang berkuasa;



i.



8.



akhirnya konflik terbuka pecah antara kelompok yang berkuasa dan kelompok yang tidak berkuasa. Teori psikodinamika



9.



Menurut teori psikodinamika, konflik muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara ide (dorongan) dalam diri individu dengan nilai-nilai atau keadaan di masyarakatnya. Teori sistem Menurut Ludwig von Bertalanffy, konflik dalam masyarakat disebabkan oleh hal berikut. a.



Perbedaan pendapat mengenai tujuan sistem atau masyarakat.



b.



Benturan fungsi dan tugas antarsubsistem atau bagian-bagian dalam masyarakat.



c.



Perebutan sumber daya antarsubsistem atau bagian-bagian dalam masyarakat.



d.



Persaingan antarsubsistem untuk memperebutkan kepemimpinan (persaingan kekuasaan).



e.



Perbedaan latar belakang budaya.



10. Teori transformasi konflik Teori transformasi konflik menganggap bahwa konflik disebabkan oleh ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya, dan ekonomi. Penyelesaian konflik dapat diupayakan melalui pembenahan sistem agar memberi kesempatan yang sama kepada seluruh anggota masyarakat terutama kelompok rentan, seperti warga miskin dan kaum minoritas.



C. Bentuk dan Dampak Konflik Sosial 1. Bentuk Konflik Sosial a.



Berdasarkan sejumlah kriteria, konflik sosial dapat dibedakan atas beberapa bentuk. 1.)



Berdasarkan isu-isu yang diusung •



Konflik antarkelas sosial, terjadinya konflik antarkelas buruh melawan kelas majikan/tuan tanah.



6



2.)







Konflik mode produksi dalam perekonomian yang berlangsung antara pelaku ekonomi berskala kecil dengan pengusaha bermodal besar.







Konflik sumber daya alam dan lingkungan yang berpusat pada sengketa penguasaan sumber daya alam.







Konflik ras yang mengusung perbedaan warna kulit.







Konflik antarpemeluk agama yang berlangsung karena tidak mampu mengembangkan sikap toleransi.







Konflik sektarian yang dipicu oleh perbedaan pandangan/ideologi yang dianut antarpihak. Konflik akan dipertajam pada pandangan/aliran (sering kali pada ideologi yang sama).







Konflik politik yang berlangsung dalam dinamika kekuasaan.







Konflik gender yang berlangsung antara dua penganut pandangan berbeda dengan basis perbedaan jenis kelamin. Para pihak mengusung kepentingan-kepentingan yang berbeda dan saling berbenturan antara dua kelompok jenis kelamin.







Konflik antarkomunitas, disebabkan oleh berbagai faktor, seperti eksistensi identitas budaya komunitas maupun faktor sumber daya kehidupan. Konflik komunal akan berkembang menjadi konflik teritoral jika identitas kelompok melekat pula identitas kawasan.







Konflik teritorial, konflik yang dilancarkan oleh masyarakat lokal untuk mempertahankan kawasan tempat mereka membina kehidupan selama ini. Konflik sosial sering dijumpai di kawasan HPH (Hak Penguasaan Hutan) di mana penguasa adat merasa terancam kehidupannya ketika pengusaha pemilik HPH menebangi pepohonan dan hutan tempat mereka tinggal.







Konflik antarnegara, konflik yang berlangsung antara dua negara dengan kepentingan, ideologi, dan sistem ekonomi yang berbeda dan saling berbenturan.



Berdasarkan kecepatan reaksi •



Gerakan sosial damai Berupa aksi pertentangan yang berlangsung dalam bentuk aksi korektif (berupaya menyampaikan tuntutan tertulis, petisi), pemogokan (mogok bekerja) atau aksi lainnya (aksi tutup mulut, aksi menyemen kaki). Jika aksi damai tidak mendapat respons maka aksi akan berkembang menjadi aksi membuat gangguan umum yang berwujud demonstrasi atau huru- hara.



7







Demonstrasi Kegiatan yang mengekspresikan ketidaksepahaman suatu kelompok atau isu-isu tertentu. Demonstrasi biasanya bersifat lokal dan sporadis, meski tidak menutup kemungkinan dapat meluas.







Kerusuhan Kerusuhan muncul sebagai reaksi massal atas suatu keresahan umum. Oleh karena disertai dengan aksi massa yang tidak terkendali, maka huruhara dapat menimbulkan kerusakan dan korban.







Pemberontakan Konflik sosial yang berkepanjangan yang digagas dan direncanakan lebih konstruktif serta terorganisasikan dengan baik. Pemberontakan dapat menyangkut perjuangan kedaulatan suatu wilayah atau mempertahankan teritorial.







Aksi radikal Gerakan penentangan yang menginginkan perubahan sosial secara cepat atas suatu keadaan tertentu dalam masyarakat.







2.



Perang, konflik bersenjata antarnegara yang tidak dikehendaki oleh masyarakat internasional karena dampaknya sangat luas, bahkan dapat mengakibatkan tragedi kemanusiaan.



Pendapat para ahli tentang berbagai bentuk konflik sosial a.



Novri Susan Konflik sosial berdasarkan posisi pelaku dibagi menjadi beberapa hal berikut. 1.)



Konflik vertikal Konflik yang melibatkan elite politik dan rakyat. Dalam konflik ini digunakan instrumen kekuasaan negara, seperti polisi, tentara, sehingga menimbulkan korban di kalangan massa (rakyat).



2.)



Konflik horizontal Konflik yang terjadi di kalangan massa (rakyat) sendiri antara kelompokkelompok masyarakat.



3.)



Konflik diagonal Konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan ekstrim.



8



b.



Soerjono Soekanto Soerjono Soekanto membagi konflik sosial dalam beberapa bentuk berikut. 1.)



Konflik pribadi Terjadi ketika kedua pihak telah tidak saling menyukai sejak perkenalan. Bila awal yang buruk tadi dibiarkan maka akan timbul saling membenci. Masingmasing pihak saling mengejek, memaki, bahkan menggunakan kekerasan untuk memusnahkan pihak lawan.



2.)



Konflik rasial Konflik ini disebabkan oleh adanya perbedaan ras. Konflik akan semakin besar jika salah satu ras mayoritas, sedangkan lainnya minoritas.



3.)



Konflik kelas-kelas sosial Konflik ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang berbeda. Misalnya konflik antara pengusaha dan buruh.



4.)



Konflik politik Konflik politik, secara umum berkaitan dengan perebutan kekuasaan dan pengaruh. Konflik politik lazimnya berupa pertentangan antara golongangolongan tertentu dalam masyarakat.



5.)



Konflik yang bersifat internasional Konflik ini berupa perebutan pengaruh (kekuasaan) yang bersifat global, melibatkan sejumlah negara yang ingin mendominasi kancah pergaulan internasional.



6.)



Konflik antarsuku Merupakan konflik yang terjadi antarsuku satu dengan suku lain.



7.)



Konflik antaragama Merupakan konflik yang terjadi antarpemeluk agama satu dengan agama lain.



8.)



Konflik antargenerasi Merupakan konflik yang terjadi antara generasi satu dengan generasi lainnya.



c.



Wirawan Konflik sosial menurut sifatnya, dibedakan menjadi beberapa jenis berikut. 1.)



Konflik konstruktif Konflik konstruktif adalah konflik yang prosesnya mengarah pada upaya mencari solusi memuaskan bagi semua pihak. Konflik ini membangun suatu pola hubungan yang lebih baik, mempererat hubungan, serta memberi bagi pihak-pihak yang terlibat konflik.



9



2.)



Konflik destruktif Konflik destruktif adalah konflik yang prosesnya mengarah pada upaya saling mengalahkan atau menghancurkan. Para pihak menggunakan ancaman, kekerasan, dan berbagai perilaku merendahkan.



3.



Dampak Konflik Sosial Selama ini konflik sosial lebih banyak disorot dampak negatifnya, tetapi sesungguhnya konflik tidak hanya berdampak negatif. Jika dikelola dengan baik, konflik justru bisa menghasilkan hal-hal yang positif. a.



Dampak positif konflik sosial 1.)



Memperkuat dan mempertegas batas kelompok. Dalam proses konflik semakin disadari nilai-nilai dan tujuan yang dimiliki dan berbeda dengan pihak lawan. Pada saat yang sama, kesadaran identitas diri sebagai anggota kelompok meningkat.



2.)



Meningkatnya solidaritas internal dan integrasi kelompok dalam (in group). Ketika suatu kelompok menghadapi ancaman dari kelompok luar, maka anggota kelompok akan lebih bersatu dalam upaya mempertahankan diri.



3.)



Konflik mampu menggugah warga masyarakat yang semula pasif menjadi aktif melaksanakan peran tertentu dalam masyarakat.



4.)



Konflik dengan kelompok tertentu akan menimbulkan hubungan tarik-menarik antara kelompok satu dengan lainnya.



5.)



Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dan tahan uji menghadapi berbagai situasi konflik. Semakin sering anggota masyarakat dihadapkan pada konflik, maka kekuatan dan keterampilan dalam mengelola konflik akan semakin bertambah. Lambat laun konflik tidak lagi dipandang sebagai hambatan, melainkan tantangan yang harus dihadapi dan diatasi sebaik mungkin.



6.)



Konflik dapat mengarah pada inovasi dan perubahan. Contohnya lahirnya reformasi ditandai adanya konflik antara penguasa orde baru dengan mahasiswa dan rakyat.



7.)



Konflik sebagai sarana evaluasi. Konflik membantu anggota kelompok untuk mengevaluasi kelemahan dan kekurangan yang ada dalam kelompok dan masyarakat sehingga dapat segera dilakukan tindakan untuk membenahinya.



8.)



Konflik dapat mendorong timbulnya konsensus/kesepakatan baru mengenai berbagai aspek kehidupan bermasyarakat. Konsensus akan tercapai jika adanya kompromi dan pihak yang berkonflik memiliki kekuatan seimbang.



10



b.



Dampak negatif konflik sosial 1.)



Konflik dapat menciptakan keretakan hubungan antarindividu dan persatuan kelompok.



2.)



Konflik dapat merusak harta benda dan kehilangan nyawa manusia.



3.)



Konflik dapat menjadi stimulus yang mengubah kepribadian dan sikap individu.



4.)



Konflik dapat menjadikan dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.



D. Penanggulangan Konflik Sosial Ada tiga sikap yang dapat diambil untuk menghadapi konflik. 1.



Mengeliminasi akibat konflik, sikap ini tidak ada upaya untuk menghadapi secara langsung konflik yang sudah ada di depan mata.



2.



Menekan konflik, sikap ini berupaya mengurangi dampak konflik yang negatif.



3.



Menyelesaikan konflik, sikap ini konflik diselesaikan sampai pada akar penyebabnya. Ada lima gaya manajemen konflik.



1.



Tindakan menghindari konflik dengan cara menarik diri dari situasi yang berkembang atau bersikap netral dalam segala situasi.



2.



Kompetisi atau komando otoritatif, yaitu menentang pihak lain, berjuang untuk mendominasi.



3.



Akomodatif, yaitu bersikap kooperatif, membiarkan pihak lain menonjol, menghilangkan perbedaan-perbedaan untuk mempertahankan keadaan damai.



4.



Kompromis, yaitu sikap kooperatif pada tingkat tertentu, mengupayakan tawarmenawar untuk mencapai pemecahan yang dapat diterima kedua belah pihak sampai tingkat optimal. Dalam hal ini, tidak ada pihak yang menang atau kalah.



5.



Kolaboratif atau bekerja sama, berusaha mencapai kepuasaan kedua belah pihak dengan jalan bekerja sama.



Apabila konflik sosial tidak dapat diselesaikan melalui strategi konflik, maka upaya mengatasi konflik dapat melalui dua cara. 1.



Akomodasi Akomodasi merupakan suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya dua atau lebih individu maupun kelompok berusaha untuk saling menyesuaikan diri demi



11



teratasinya konflik dan tercapainya keseimbangan sosial. Bentuk-bentuk akomodasi antara lain: a.



Koersi/pemaksaan (coercion), adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan melalui pemaksaan sepihak.



b.



Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang bertikai saling mengurangi tuntutannya demi penyelesaian perselisihan dan memudahkan berlangsungnya penyesuaian.



c.



Konsiliasi (conciliation), yakni suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.



d.



Konversi, yakni penyelesaian konflik di mana salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.



e.



Mediasi (mediation), hampir sama dengan arbitrasi, hanya saja peranan pihak ketiga sebatas memberikan saran atau masukan yang tidak mengikat.



f.



Majority rule/keputusan mayoritas, ialah keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dalam voting.



g.



Minority consent/persetujuan minoritas merupakan suatu keadaan di mana golongan minoritas merasa dikalahkan, tetapi dapat melakukan kegatan bersama karena aspirasinya tetap diperhatikan oleh golongan mayoritas.



h.



Stalemate/jalan buntu merupakan bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang bertikai memiliki kekuatan seimbang sehingga akhirnya pertikaian tersebut berhenti pada titik tertentu.



i.



Segregasi (segretion) adalah masing-masing pihak memisahkan diri dan saling menghindar dalam rangka mengurangi ketegangan.



j.



Subjugation merupakan orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk menaatinya.



k.



Gencatan senjata (cease fire) merupakan persetujuan untuk menghentikan pertikaian dan menangguhkan permusuhan dalam jangka waktu tertentu sehubungan adanya upaya penyelesaian masalah melalui upaya merumuskan kesepakatan bersama.



l.



Rasionalisasi (rasionalization), yakni pemberian keterangan atau alasan yang rasional untuk membenarkan tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan perselisihan.



m.



Arbitrasi (arbitration) adalah suatu bentuk akomodasi di mana masing-masing pihak yang terlibat perselisihan tidak dapat lagi menyelesaikan masalahnya sendiri, sehingga menghadirkan pihak ketiga untuk menengahi dan memberikan keputusan yang mengikat kedua belah pihak.



12



n.



Penaklukan, yaitu perbuatan menaklukan wilayah suatu negara melalui peperangan, di mana pihak yang memenangkan peperangan berhak atas suatu wilayah atau sumber daya.



o.



Eliminasi (elimination), yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik karena mengalah.



p.



Toleransi (toleration) adalah suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal. Masing-masing pihak bersikap sabar dan menahan diri dalam menyikapi perbedaan sehingga lambat laun akan timbul penyesuaian.



q.



Adjudikasi (ajudication) adalah penyelesaian perselisihan di pengadilan.



SUPER "Solusi Quipper" K4 M3 S3 GRAPETA K4 (Koersi – Kompromi – Konsiliasi – Konversi) M3 (Mediasi – Mayority rule – Minority consent) S3 (Stalemate – Segregasi – Subjugation) GRAPETA (Genjatan senjata – Rasionalisasi – Arbitrasi – Penaklukan – Eliminasi – Toleransi – Adjudikasi) Jika konflik terjadi karena interaksi makin tinggi intensitasnya, melibatkan kekerasan, dan pertikaian bersenjata yang kemudian menimbulkan jatuh korban jiwa serta kerusakan harta benda dalam jumlah besar, maka diperlukan resolusi konflik. Resolusi konflik adalah upaya penanggulangan atau penyelesaian konflik dengan cara mencari kesepakatan antara pihak-pihak yang berkonflik. Di Indonesia penyelesaian konflik diatur melalui Undang-Undang No.7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.



E. 1.



Kekerasan Pengertian Kekerasan Kekerasan adalah suatu cara untuk menyampaikan kehendak atau keinginan seseorang kepada orang lain dengan jalan paksa dan ancaman. N.J. Smelser meneliti kekerasan yang bersifat massal, seperti kerusuhan. Ada lima tahap dalam kerusuhan massal yang berlangsung secara kronologis/berurutan yakni. a.



Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kerusuhan yang disebabkan oleh struktur sosial tertentu. Seperti tidak adanya saluran atau sarana komunikasi dalam mengungkapkan ketidakpuasan.



b.



Tekanan sosial, yaitu suatu kondisi saat sejumlah besar anggota masyarakat merasa



13



bahwa nilai dan norma sosial telah dilanggar.



2.



c.



Berkembang rasa kebencian yang meluas terhadap sasaran tertentu. Seperti pemerintah atau kelompok tertentu yang memiliki kedekatan dengan pemerintah.



d.



Mobilitas massa untuk beraksi, yaitu adanya tindakan nyata massa mengorganisasikan diri untuk bertindak.



e.



Kontrol sosial yang gagal, semakin banyak massa yang terlibat dalam kerusuhan, maka semakin besar kemungkinan terjadi kegagalan kontrol sosial oleh aparat sehingga kekerasan pun benar-benar tidak terkendali.



Klasifikasi Kekerasan a.



Berdasarkan bentuknya 1.)



Kekerasan struktural Kekerasan yang terjadi karena adanya rasa tidak aman karena adanya tekanantekanan lembaga militer yang dilandasi oleh kebijakan otoriter. Akibatnya kondisi masyarakat mengalami kelaparan. Kondisi ini merupakan kekerasan struktural.



2.)



Kekerasan kultural Kekerasan ini terjadi karena adanya satu etnis membenci etnis lain karena adanya prasangka negatif.



3.)



Kekerasan langsung Kekerasan ini terjadi karena adanya intimidasi hingga menyebabkan ketakutan, trauma psikis, mencederai, melukai, hingga mengakibatkan kematian pihak lain.



b.



Berdasarkan pelakunya 1.)



Kekerasan personal Kekerasan yang dilakukan oleh individu dan berwujud dalam dimensi fisik maupun psikologis.



2.)



Kekerasan institusional Kekerasan yang melembaga atau dilakukan oleh lembaga tertentu. Aksi fisik dapat muncul dalam bentuk kerusuhan, terorisme, dan perang. Sementara aksi psikologis muncul dalam bentuk perbudakan dan rasisme.



c.



Berdasarkan sifatnya Berdasarkan sifatnya, kekerasan terbagi menjadi empat. 1.)



Kekerasan terbuka, yaitu kekerasan yang dapat dilihat, seperti perkelahian, pemukulan.



14



3.



2.)



Kekerasan tertutup, yaitu kekerasan tersembunyi yang dilakukan langsung seperti perilaku mengancam.



3.)



Kekerasan agresif, yaitu kekerasan yang tidak dilakukan untuk perlindungan, tetapi untuk mendapatkan sesuatu.



4.)



Kekerasan defensif, yaitu kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan perlindungan diri.



Karakteristik Kekerasan a.



b.



Kekerasan yang dilakukan individu 1.)



Kekerasan dapat muncul karena luapan frustrasi akibat terhambatnya upaya mencapai tujuan tertentu.



2.)



Provokasi verbal atau fisik dapat memicu individu melakukan kekerasan.



3.)



Konsumsi minuman beralkohol sering menjadi penyebab tindak kekerasan oleh individu.



4.)



Tayangan bercorak kekerasan di televisi dapat mendorong individu meniru tindakan kekerasan.



5.)



Sebagian besar pelaku tindak kekerasan pernah menjadi korban tindak kekerasan juga.



6.)



Kekerasan kadangkala dilakukan sebagai cara berkomunikasi atau menyampaikan pesan.



7.)



Kekerasan selalu berdampak pada kesengsaraan secara fisik, psikologis, dan sosial.



8.)



Kekerasan dapat berakibat trauma psikologis yang membekas dan memengaruhi kepribadian.



Kekerasan yang dilakukan kelompok 1.)



Kekerasan sering disebabkan oleh upaya memperjuangkan dan memenangkan kepentingan tertentu.



2.)



Kekerasan muncul sebagai wujud kegagalan menghargai dan menghormati keberagaman.



3.)



Kekerasan membawa dampak pada kerusakan harta benda, jatuhnya korban, perasaan dendam dan rasa kebencian antarkelompok sosial.



4.)



Kekerasan dapat menimbulkan keretakan hubungan antarkelompok yang mengancam keutuhan masyarakat.



15



F. 1.



Teori, Jenis, dan Cara Mengatasi Kekerasan Teori Kekerasan Terdapat sejumlah teori yang dapat menjelaskan mengenai penyebab kekerasan individu maupun kelompok. a.



Teori agresif frustrasi Menurut teori ini, perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustrasi karena keinginan untuk mencapai sesuatu selalu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu melakukan kekerasan demi menyalurkan rasa frustrasinya.



b.



Teori belajar sosial Teori ini berasumsi individu melakukan kekerasan karena mempelajari secara langsung (melalui pengalaman mengalami kekerasan atau melihat tindak kekerasan yang dilakukan orang lain) atau melalui media elektronik (melalui tayangan-tayangan televisi tentang tindak kekerasan).



c.



Teori eksistensial Teori ini berasumsi apabila kebutuhan dasar manusia tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif, maka individu akan berupaya memenuhinya melalui perilaku destruktif (merusak). Misalnya individu yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar dengan bekerja karena ia adalah seorang pengangguran akan memilih cara merampok atau menodong melalui cara kekerasan.



d.



Teori individual Teori ini berasumsi individu melakukan kekerasan karena mempersepsikan suatu keuntungan bagi dirinya sendiri sehubungan dengan perilaku kekerasan yang dilakukannya.



e.



Teori kekerasan kolektif Asumsi teori ini adalah kekerasan kolektif yang dilakukan bersama-sama disebabkan oleh adanya perubahan yang dianggap akan mengancam kelestarian sistem nilai, kepercayaan, identitas sosial, dan pranata dalam suatu komunitas/kelompok.



f.



Teori spiral kekerasan Teori yang menjabarkan kekerasan dibalas dengan kekerasan lainnya.



g.



Teori dinamika kelompok 1.)



Teori deprivasi relatif Menjelaskan perilaku agresif kelompok dilakukan oleh kelompok kecil maupun kelompok besar. Faktor terjadinya deprivasi relatif karena ada perubahan cepat yang terjadi di dalam masyarakat namun tidak diimbangi oleh kesiapan mental masyarakat dalam menyikapi perubahan yang terjadi.



16



2.)



Teori kerusuhan massa Teori ini dikemukakan oleh N.J. Smelser yang menjelaskan tahapan yang harus dipenuhi untuk terjadinya kekerasan massa.



3.)



2.



Teori alternatif •



Teori lingkungan sosial, hal yang terpenting ketika terjadi kekerasan adalah kondisi lingkungan tempat kerusuhan itu terjadi. Di sekolah, kenakalan dan kekerasan yang dilakukan siswa bukan tergantung pada kemampuan guru dan aparat keamanan sekolah menjaga ketertiban, tetapi kuncinya ada pada manajemen atau pengelolaan sekolah itu sendiri. Jadi singkatnya, kekacauan atau kekerasan akan terjadi di sekolah jika kepemimpinan kepala sekolah tidak memadai/ buruk.







Teori ideologi, dikemukan oleh T.R. Gurr. Kekerasan sangat dipengaruhi oleh ideologi. Kekerasan yang sangat besar pengaruhnya mungkin saja dilakukan oleh sekelompok kecil orang yang memiliki ideologi yang berbeda.



Jenis Kekerasan Contoh bentuk kekerasan adalah sebagai berikut. a.



Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) Menurut UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT, bahwa: KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, terutama pada perempuan dan anak, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Salah satu lembaga bentukan pemerintah yang bertugas untuk menangani masalah KDRT berdasarkan Keppres no. 65 Tahun 2005 adalah Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).



b.



Terorisme Menurut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan ditetapkan dalam Undang Undang No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, dijelaskan bahwa: Terorisme adalah perbuatan melawan hukum secara sistematis dengan maksud untuk menghancurkan kedaulatan bangsa dan negara dengan menimbulkan kerusakan



17



umum atau suasana teror atau rasa takut secara meluas, sehingga terjadi kehancuran pada objek-objek vital yang strategis, kebutuhan pokok rakyat, lingkungan hidup, moral, peradaban, rahasia negara, kebudayaan, pendidikan, perekonomian, teknologi, perindustrian, fasilitas umum, maupun fasilitas internasional. Salah satu lembaga bentukan pemerintah yang bertugas berdasarkan Keppres No. 46 Tahun 2010 untuk menanggulangi terorisme adalah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).



3.



Cara Mengatasi Kekerasan Terdapat sejumlah cara untuk mengatasi kekerasan adalah sebagai berikut. a.



Menerapkan prinsip-prinsip antikekerasan Prinsip antikekerasan dilaksanakan melalui strategi membangun hubungan erat, kerja sama, dan pendekatan pribadi terhadap lawan konflik.



b.



Memberikan pendidikan perdamaian terhadap generasi muda Bertujuan untuk membekali mereka dengan kemampuan yang dibutuhkan dalam penanggulangan dan penyelesaian konflik maupun tindakan kekerasan.



c.



d.



Memperkuat pengendalian sosial, melalui: 1.)



pengawasan, yaitu upaya mengawasi perilaku anggota masyarakat demi mencegah terjadinya tindak kekerasan. Hal tersebut dapat dilakukan warga masyarakat dan aparat penegak hukum;



2.)



penindakan, yaitu pemberian sanksi atau hukuman kepada pelaku tindak kekerasan.



Meningkatkan dialog dan komunikasi intensif antarkelompok dalam masyarakat.



18