Konsep Dying and Hospice Care [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas kelompok Mata kuliah : Konsep Dasar Keperawataan II



MAKALAH KONSEP DYING DAN HOSPICE CARE



DISUSUN OLEH KELOMPOK VI : 



MUH. SYAHAR







WARDANA







DEVI SULU’ PALEBANGAN







YANTI ACHMAD







YULIANA







MARIA ILATRIS



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 1



MAKASSAR 2014



Daftar Isi Daftar Isi …..…………………………………………………………………………… Kata Pengantar……………………………………………………………………………… BAB I Pendahuluan



1 2



A. Latar Belakang………………………………………………………………………… 3 B. Tujuan …………………………………………………………………….................. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dying 1. Pengertian…………………………………………………………………………..



5



2. Tahapan Menjelang ajal atau Fase Terminal……………………………………



5



a. Fase Penolakan ( Denial )…………………………………………………



5



b. Fase Marah ( Anger )………………………………………………………



6



c. Fase Tawar-menawar ( Bargaining ) ………………………………..



7



d. Fase Depresi ( Depresion )………………………………………………. 8 e. Fase Penerimaan ( Acaptance )………………………………………… 9 3. Diagnosa ………………………………………………………………………… 9-10 4. Intervensi………………………………………………………………………… 10-11 A. Konsep Hospice Care 1. Pengertian…………………………………………………………………………..



12



2. Tujuan Hospice Care………………………………………………………………



12



3. Pelayanan Hospice Care………………………………………………………



12-13



4. Peranan Perawat………………………………………………………………….13-15 BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA



16



………………………………………………………………………..



17



2



Kata pengantar Puji dan syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena denganrahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah KDK II yang berjudul Konsep Dying dan Hospice Care ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Kami berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, khusunya kepada dosen mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan II yang memberikan kami tugas ini untuk kami selesaikan. Kami sangat berharap, kiranya makalah ini dapat berguna menambah pengetahuan kita mengenai Konsep Dying dan Hospice Care. Kami pun menyadari, makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami memohon maaf maaf bila terdapat kesalahan-kesalahan dalam penulisan. Untuk itu, kami sangat berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah sederhana ini dapat diterima dan dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Makassar,



September 2014



Kelompok VI



BAB I PENDAHULUAN



3



A. Latar Belakang Tak dapat dipungkiri kematian itu tak dapat dihindari dari kehidupan seharihari kita. Kematian tidak pandang bulu, anak-anak, remaja maupun orang dewasa sekalipun dapat mengalami hal ini. Kita tak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Kematian seakan menjadi ketakutan yang sangat besar di hati kita. Proses terjadinya kematian diawali dengan munculnya tanda-tanda yaitu sakaratul maut atau dalam istilah disebut dying. Oleh karena itu perlunya pendampingan pada seseorang yang menghadapi sakaratul maut (Dying). Sangat penting diketahui oleh kita, sebagai tenaga kesehatan tentang bagaimana cara menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan tenaga kesehatanan yang tepat, seperti memberikan perhatian yang lebih kepada pasien sehingga pasien merasa lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi kondisi sakaratul maut. Tentunya jika saat itu tiba, entah pada diri kita atau orang-orang terdekat kita, saat itu adalah saat yang penuh kedamaian, dengan ketenangan, tanpa rasa sakit, dikelilingi oleh orang-orang tersayang, serta diliputi oleh perasaan merasa disayang dan perasaan aman. Harapan seperti ini adalah semangat yang meliputi pekerjaan dalam bidang palliative care. Jika kita berbicara tentang bagaimana seseorang bisa mendapatkan pelayanan seperti ini pada akhir hidupnya, dengan kondisi sakit yang mengawalinya, kita akan berbicara tentang sebuah penanganan yang saat ini dikenal sebagai Hospice Care.



B. Tujuan 1.



Tujuan umum



Untuk mengetahui gambaran umum tentang konsep dasar Dying dan Hospice Care. 4



2.



Tujuan khusus



a. Mengetahui pengertian dying (Menjelang ajal) atau Fase terminal b. Mengetahui tahapan menjelang ajal dan tugas perawat pada tahap-tahap tersebut c. Mengetahui diagnosa yang muncul pada klien dying ( Menjelang ajal) atau Fase terminal d. Mengetahui prinsip-prinsip Intervensi keperawatan pada klien dying (Menjelang Ajal) atau Fase terminal e.Mengetahui pengertian Hospice Care f. Mengetahui tujuan dari Hospice Care g.Mengetahui tentang pelayanan Hospice Care h.Mengetahui tentang peranan perawat dalam perawatan Hospice Care



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dying (Menjelang Ajal) atau Fase Terminal 1. Pengertian Secara etimologi dying berasal dari kata dien yang berarti mendekati kematian. Dengan kata lain, dying adalah proses ketika individu semakin mendekati akhir hayatnya. Atau disebut proses kematian. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh sakit yang parah / terminal, atau oleh kondisi lain yang berujung pada kematian individu. 5



Sakaratul maut (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu ketika meninggal. Suatu keadaan dimana klien sudah dalam kondisi mendekati ajal (sekarat). Pasien dalam kondisi tersebut biasanya mempunyai berbagai keinginan / harapan tertentu sebelum mati. Bila memungkinkan, permintaan tersebut sebisa mungkin dapat dipenuhi. 2. Tahapan Menjelang Ajal Elisabeth Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari Amerika, menjelaskan secara mendalam respons individu dalam menghadapi kematian. Berdasarkan pandangannya, Kubler-Ross menyatakan bahwa respons tersebut: Tidak selamanya berurutan secara tetap, dapat tumpang tindih, lama tiap tahap bervariasi, perlu perhatian perawat secara penuh dan cermat. Secara umum, ia membedakan respons tersebut menjadi 5 fase yaitu: a. Penyangkalan ( Denial ) Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya



Penyangkalan ( Denial ), Karakteristiknya antara lain : 1.



Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal, “ Tidak, bukan saya. Itu tidak mungkin.”



2.



Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia



3.



Merepresi kenyataan.



4.



Mengisolasi diri dari kenyataan.



5.



Biasanya begitu terpengaruh dengan sikap penolakannya .



6.



Tidak begitu memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya.



7.



Mensupresi kenyataan.



8.



Meminta penguatan dari orang lain untuk penolakannya. 6



9.



Gelisah dan cemas.



Tugas perawat pada tahap ini adalah : 1.



Membina hubungan saling percaya.



2.



Memberi kesempatan klien untuk mengekspresikan diri dan menguasai dirinya.



3.



Melakukan dialog di saat klien siap, dan menghentikannya ketika klien tidak mampu menghadapi kenyataan.



4.



Mendengarkan



klien



dengan



penuh



perhatian



dan



memberinya



kesempatan untuk bermimpi tentang hal-hal yang menyenangkan. b. Marah ( Anger ) Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal. Jarang sekali ada pasien yang melakukan penyangkalan terus menerus. Masanya tiba dimana ia mengakui, bahwa kematian memang sudah dekat. Tetapi kesadaran ini seringkali disertai dengan munculnya ketakutan dan kemarahan Marah, karakteristiknya antara lain: 1.



Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan.



2.



Menunjukkan kemarahan, kebencian, perasaan gusar, dan cemburu.



3.



Emosi tidak terkendali.



4.



Mengungkapkan kemarahan secara verbal “ Mengapa harus aku?” .Dilihat dari sudut pandang keluarga dan staf rumah sakit, kondisi ini sangat sulit diatasi karena kemarahan terjadi di segala ospek dan diproyeksi pada saat yang tak terduga.



5.



Apapun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri individu.



6.



Menyalahkan takdir.



7.



Kemungkinan akan mencela setiap orang dan segala hal yang berlaku.



Tugas perawat adalah : 1. Menerima kondisi klien. 7



2. Berhati-hati dalam memberikan penilaian ,mengenali kemarahan dan emosi yang takterkendali. 3. Membiarkan klien mengungkapkan kemarahannya. 4. Menjaga agar tidak terjadi kemarahan destruktif dan melibatkan keluarga. 5. Berusaha menghormati dan memahami klien,memberinya kesempatan memperlunak suara dan mengurangi permintaan yang penuh kemarahan. c.



Tawar-menawar ( Bargaining ) Ini adalah fase di mana pasien akan mulai menawar untuk dapat hidup sedikit lebih lama lagi atau dikurangi penderitaannya. Tawar-menawar, karakteristiknya adalah : 1. Kemarahan mulai mereda. 2. Respons verbal ’’Yah benar aku,tapi …” 3. Melakukan tawar- menawar /barter,misalnya untuk menunda kematian. 4. Mempunyai harapan dan keinginan. 5. Terkesan sudah menerima kenyataan. 6. Berjanji pada Tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik. 7. Cenderung membereskan segala urusan. Tugas perawat adalah perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal



d.



Depresi ( Depresion ) Setelah ternyata penyakitnya makin parah, tibalah fase depresi. Klien merasa putus asa melihat masa depannya yang tanpa harapan. Sebagai orang percaya memang mungkin dia mengerti adanya tempat dan keadaan yang jauh lebih baik yang telah Tuhan sediakan di surga. Namun, meskipun demikian perasaan putus asa masih akan dialami. Depresi karakteristiknya antara lain : 1. Mengalami proses berkabung karena dulu



ditinggalkan dan sekarang



akan kehilangan nyawa sendiri. 2. Cenderung tidak banyak bicara, sering menangis.



8



3. Klien berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai. Tugas perawat adalah : 1. Duduk tenang disamping klien. 2. Memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan kedudukannya. 3. Tidak terus-menerus



memaksa klien untuk melihat sisi terang suatu



keadaan. 4. Memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya. 5. Memberi dukungan dan perhatian pada klien ( misal : sentuhan tangan, usapan pada rambut ,dll ). 5. Penerimaan ( Aceptance ) Tidak semua pasien dapat terus menerus bertahan menolak kenyataan yang ia alami. Pada umumnya, setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat menerima kenyataan, bahwa kematian sudah dekat, sehingga mereka mulai kehilangan kegairahan untuk berkomunikasi dan tidak tertarik lagi dengan berita dan persoalan-persoalan di sekitarnya. Penerimaan. karakteristiknya antara lain : 1. Mampu menerima kenyataan. 2. Merasakan kedamaian dan ketenangan. 3. Respons verbal, “Biarlah maut cepat mengambilku, karena aku sudah siap.” 4. Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu. 5. Sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak. 6. Tahap ini bukan merupakan tahap bahagia, namun lebih mirip perasaan yang hampa. Tugas perawat adalah : 1. Mendampingi klien. 2. Menenangkan



klien



dan



meyakinkannya



bahwa



Anda



akan



mendampinginya sampai akhir.



9



3. Membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada dirinya Upaya yang dapat perawat lakukan ketika klien melalui kelima tahap tersebut adalah menjadi katalisator agar klien dapat mencapai



tahap akhir. Upaya tersebut



antara lain dilakukan dengan mengenali dan memenuhi kebutuhan klien, mendorong dan memberi klien kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan emosinya secara bebas , selalu siap membantu klien, dan menghormati perilaku klien (Taylor dkk.,1989) .



3. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang sering muncul a. Ansietas/ ketakutan individu atau keluarga yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup b. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain c. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungannya penuh dengan stres ( tempat perawatan ) d. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian 4. Prinsip Rencana Keperawatan pada pasien terminal a. Perencanaan tindakan keperawatan pada pasien dying (menjelang ajal/fase terminal) Ketika merawat klien menjelang ajal/terminal, tanggung jawab perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak



dengan



klien



menjelang



ajal,



untuk



mendengarkan



klien



10



mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien. Tujuan merawat klien terminal adalah sebagai berikut:  Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan fisik  Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari  Mempertahankan harapan  Mencapai kenyamanan spiritual  Menghindarkan / mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan isolasi  Mempertahankan rasa aman, harkat , dan rasa berguna  Membantu klien menerima kehilangan



b. Intervensi Keperawatan pada pasien terminal Menurut Rando (1984), ada tiga kebutuhan utama klien terminal yaitu pengendalian nyeri, pemulihan jati diri dan makna diri, dan cinta serta afeksi. Kehadiran perawat harus bisa memberikan ketenangan dan menurunkan ansietas, perawat dapat mendukung harga diri klien dengan menanyakan tentang pilihan perawatan yang diinginkan. Perawat mendorong keluarga untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan klien dan keputusan bersama. Hal ini membantu menyiapkan keluarga ketika klien sudah tidak mampu membuat pilihan. Setiap klien dan keluarga harus ditangani secara unik dengan mengenali kebutuhan, rasa takut, cita-cita, dan kekhawatiran mereka akan perubahan perjalanan penyakit. Klien terminal mungkin mengkhawatirkan situasi dan dukacita dari orang yang ditinggalkan. Selain membutuhkan 11



bantuan dengan masalah yang berhubungan dengan penyakit dan stress emosional yang ditimbulkan, klien juga membutuhkan bantuan dalam masalah financial, perubahan hubungan social dan seksual dan kesulitan dalam menghadapi rumah sakit. Perawat bisa menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu untuk mengatasi masalah praktis pada pasien terminal.



B. Hospice Care 1. Pengertian Hospice



care



adalah



bentuk



lain



pelayanan



yang



kadang-kadang



diklasifikasikan sebagai long term. Hospice care menyediakan asuhan paliatif (peringanan penderitaan) dan penunjang bagi penderita penyakit terminal dan keluarganya. Disini penekanan ditujukan pada pengontrolan gejala dan persiapan untuk dan penunjang sebelum dan setelah kematian. Hospice care bisa berdiri sendiri, berbasis rumah sakit, atau berbasis rumah tangga. Hospice care sebenarnya bukanlah suatu fasilitas, akan tetapi suatu konsep penyediaan pelayanan kesehatan pada saat diperlukan. Hospice care memfokuskan pada pemeliharaan kualitas kehidupan pasien dan bukan berfokus pada penanganan secara agresif terhadap penyakit yang dimiliki pasien. Dalam penanganan ini, dukungan psikologis, emosional, dan spiritual diberikan untuk membantu pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi proses menjelang kematian pasien. 2.



Tujuan Hospice Care



12



a. Membantu



klien



dan



keluarga



memelihara



kondisi



kesehatan



dan



kesejahteraan klien b. Meringankan rasa sakit dan memfasilitasi rasa nyaman klien c. Mempersiapkan klien dan keluarga untuk menghadapi kondisi penyakit 3.



Pelayanan Hospice Care Pelayanan Hospice care merupakan fase akhir perawatan paliatif, yang dibuat bagi klien yang sudah tidak mendapat keuntungan dari pengobatan medis, sudah tidak dapat bertahan hidup lama dari 6 bulan, atau sudah sangat sekarat. The World Health Organization (2003) mendefiniskan perawatan paliatif : 



Mendukung kehidupan, dan menganggap sekarat merupakan suatu proses normal







Tidak mempercepat ataupun menunda kematian







Memberikan penghilang rasa nyeri dan gejala tekanan lainnya.







Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dari perawatan klien







Menawarkan sistem dukungan untuk membantu klien hidup seaktif mungkin sampai meninggal







Menawarkan sistem dukungan untuk membantu keluarga beradaptasi selama klien menderita penyakit dan kehilangan mereka sendiri







Meningkatkan kualitas hidup Bersama dengan klien dan anggota keluarga, anggota tim pelayanan



kesehatan interdisiplin dan kolaborasi menentukan tujuan perawatan dan memilih intervensi yang sesuai. Perawatan hospice berfokus pada hal-hal berikut ini : 



Klien dan keluarga sebagai unit perawatan







Perawatan rumah yang terkoordinasi dengan tetap tersedianya tempat tidur Rumah sakit







Mengontrol gejala (fisik, sosiologis, psikologis, dan spiritual)







Pelayanan langsung oleh dokter 13



4.







Fasilitas medis dan keperawatan tersedia setiap saat







Tindak lanjut proses kehilangan setelah kematian



Peranan perawat Dalam hospice, perawatan yang diberikan juga lebih berfokus pada perawatan orang yang sedang menghadapi kematian daripada berfokus pada upaya memenuhi kebutuhan fisiologis mereka. Beberapa peranan perawat, antara lain : 



Perawat menyelenggarakan pelayanan psikososial Klien pada akhir kehidupan mengalami suatu variasi gejala psikologis, misalnya:kecemasan,



depresi,



perubahan



bentuk



tubuh,



penyangkalan, ketidakberdayaan, ketidakberdayaan, ketidakyakinan, dan isolasi ( Caroll-Johnson, Gorman, dan Bush, 2006) Klien mengalami kesedihan yang mendalam karena tidak mengetahui atau tidak menyadari aspek dari status kesehatan atau pengobatan mereka. Sediakan Informasi yang dapat membantu klien memahami kondisi mereka, perjalanan penyakit mereka, keuntungan dan kerugian dari pilihan pengobatan, serta nilai-nilai dan tujuan mereka untuk menjaga otonomi klien yang diganggu oleh ketidaktahuan akan penanganan



masa



depan



atau



ketidakyakinan



tentang



tujuan



pengobatan ( Weiner dan Roth, 2006) 



Meningkatkan martabat dan harga diri klien Perihal martabat melibatkan penghormatan diri positif seseorang, kemampuan untuk menanamkan dan mendapatkan kekuatan dari arti hidup individu itu sendiri, dan bagaimana individu diobati oleh pemberi layanan. Perawat meningkatkan harga diri dan martabat klien dengan menghormatinya sebagai individu seutuhnya dengan perasaan, prestasi, dan keinginan untuk bebas dari penyakit ( Chochinov, 2002). Sangat penting bagi perawat untuk memberikan sesuatu yang klien 14



hormati



kewenangannya,



pada



saat



yang



sama



memperkuat



komunikasi antar-klien, anggota keluarga, dan perawat. Berikan keleluasan selama prosuder keperawatan, dan sensitif ketika klien dan keluarga membutuhkan waktu sendiri bersama 



Menjaga lingkungan yang tenang dan nyaman Lingkungan yang nyaman, bersih, menyenangkan membantu klien untuk beristirahat, mempromosikan pola tidur yang baik dan mengurangi keparahan gejala.



 Mempromosikan kenyaman spiritual dan Harapan Bantu klien membuat hubungan dengan praktik spiritual atau komunikasi budaya mereka. Klien merasa nyaman ketika mereka memiliki asuransi bahwa beberapa aspek kehidupan mereka akan melampaui kematian. Dengarkan secara teratur harapan-harapan klien dan temukan cara untuk membantu mereka mencapai tujuan yang mereka inginkan.  Melindungi terhadap keterbelakangan dan isolasi Banyak klien dengan penyakit terminal takut untuk mati seorang diri. Kesendirian membuat mereka jadi ketakutan dan merasa putus asa. Perawat dalam suatu institusi harus menjawab panggilan klien dengan cepat dan memeriksa klien sesering mungkin untuk meyakinkan mereka bahwa seseorang berada didekatnya (Stanley,2002)  Mendukung keluarga Anggota keluarga dari klien yang menerima pelayanan paliatif dipengaruhi



oleh



tantangan



pemberian



layanan



dan



berduka.



Kurangnya informasi merupakan masalah yang banyak dilaporkan anggota keluarga klien yang sekarat (Kristjanson dan Aoun, 2004).



15



Mereka membutuhkan dukungan perawat, petunjuk, dan edukasi selama mereka merawat orang yang mereka cintai.  Membantu membuat keputusan akhir kehidupan Klien dan anggota keluarga sering menghadapi keputusan pengobatan yang kompleks dengan pengetahuan yang terbatas, perasaan takut atau



bersalah



yang



tidak



terselesaikan. Anjurkan



klien



untuk



mengkomunikasikan dengan jelas keinginannya terhadap perawatan akhir kehidupan sehingga anggota keluarga dapat bertindak sebagai pengganti yang tepat ketika klien tidak dapat lagi berbicara untuk dirinya sendiri.



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Dari pembahasan makalah ini kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa :  Dying adalah proses ketika individu semakin mendekati akhir hayatnya  Tahapan Menjelang antara lain : Fase penyangkalan, marah, tawar



menawar, depresi, dan fase penerimaan Hospice care merupakan asuhan paliatif (peringanan penderitaan) dan



penunjang bagi penderita penyakit terminal dan keluarganya 2. Saran Menurut kami, masih banyak hal-hal yang perlu perawat lakukan dalam hal mendampingi klien dan keluarga dalam menghadapi tahap Dying ( menjelang ajal) atau fase terminal. Perawat seharusnya lebih peka terhadap masalahmasalah yang dihadapi klien dan keluarganya.



16



Daftar Pustaka Potter, P. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 2 . Edisi 7. Salemba Medika Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical Nursing Skills. Basic to Advanced Skills, Fourth Ed, 1996. Appleton&Lange, USA. Doenges, E Marlyn, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC



Hasil Diskusi Kelompok Hari / Tanggal : 15 September 2014 Pertanyaan dan Jawaban :  Kelompok 1 ( Herlina Semi ) 17



Apakah Perawat boleh memberikan obat gol. Narkotika pada pasien Hospice Care ? Jawaban ( Moh. Sahar ) : Perawat tidak mempunyai kewenangan dalam memberikan obat tersebut, karena pemberian obat gol. Narkotika merupakan kewenangan dokter Anastesi.  Kelompok 3 ( Sarini Hafid ) Apa perbedaan antara merepresikan kenyataan dan mensupresikan kenyataan ? Jawaban (Yuliana) : Merepresikan kenyataan penolakan,



tertekan



artinya



dan



pasien



frustasi



mencoba



akan



menekan



kematian,



rasa



mencoba



mengalihkannya ke arah lain, sedangkan mensupresikan kenyataan merupakan mekanisme pertahananan ego, mengesampingkan perasaan takut akan kematian  Kelompok 4 ( Mufidah ) Bagaimana Hospice Care di terapkan pada pasien yang kontrol di poli, puskesmas dan home care? Jawaban (Yanti Ahmad) : Hospice care tidak dapat diterapkan di poli, dan puskesmas karena pasien Hospice care merupakan pasien yang tidak memiliki harapan kurang dari 6 bulan, dan kebanyakan pasien tidak akan datang lagi ke poli dan puskesmas.  Kelompok 6 ( Irmayanti Ibrar ) Bagaimana perananan perawat dalam Euthanasia dalam perawatan Hospice Care? Jawaban ( Devi Sulu Palebangan) : Tindakan Euthanasia belum di legalkan di Indonesia. Sementara pada pasien Hospice Care tujuannya adalah tidak mempercepat ataupun memperlambat waktu hidup pasien, oleh karena itu tindakan Euthanasia tidak dilakukan di Hospice Care.



18