Konsep Pengendalian Hayati [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP PENGENDALIAN HAYATI MAKALAH Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengendalian hayati



Disusun Oleh: Aqil Alviana Gunawan



1177060015



Ismi Haqqi



1177060041



Lelis Dinul Zakiah



1177060047



Siska Agustin



1177060078



JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah, penyusunan dan pembuatan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengendalian Hayati dengan judul Sejarah Pengendalian Hayati. Dalam proses pembuatan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, serta kerjasama kelompok akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Kami memahami bahwa pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, dan oleh sebab itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif guna penulisan makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.



Bandung, 11 Februari 2019



Penyusun,



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 1.1



Latar Belakang..........................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah.....................................................................................2



1.3



Tujuan........................................................................................................2



BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3 2.1 Glosarium.......................................................................................................3 2.1 Pengertian Pengendalian Hayati.....................................................................4 2.2 Konsep Dasar Pengendalian Hayati...............................................................5 2.3 Keuntungan dan Kelemahan Pengendalian Hayati......................................10 BAB III PENUTUP...............................................................................................12 Kesimpulan.........................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya (agen pengendali biologi), seperti predator, parasit, dan patogen. Pengendalian hayati adalah suatu



teknik



pengelolaan



memanfaatkan/memanipulasikan



hama



musuh



alami



dengan untuk



sengaja kepentingan



pengendalian, biasanya pengendalian hayati akan dilakukan perbanyakan musuh alami yang dilakukan di laboratorium. Pengendalian hayati yang didefinisikan secara luas dapat terjadi jauh dari tanaman, atau terjadi pada tanaman, atau bahkan berlangsung di dalam tanaman. Hal ini sering terjadi dan erat kaitannya dengan hubungan antara tanaman dan patogennya. Pengendalian hayati telah menjadi batu upaya pengelolaan penyakit tanaman yang ramah lingkungan dan menghasilkan produk tanaman yang sehat dan aman (Soesanto, 2008). Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Araf ayat 58.



Artinya: "Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya tumbuh merana. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur."



1



Adapun konsep pengendalian hayati terbagi menjadi tiga bagian yaitu konservasi yaitu melakukan pengendalian hayati menggunakan musuh alaminya seperti parasitoid, predator, maupun pathogen. Intoduksi yaitu melakukan perbanyakan musuh alami, dan augmentasi yaitu pelepasan musuh alami tersebut. Augmentasi ini juga terbagi lagi menjadi tiga yaitu pelepasan inokulatif, pelepasan suplemen, dan pelepasan inundatif atau pelepasan massal. 1.2 Rumusan Masalah 1) Apa pengertian pengendalian hayati? 2) Apa saja konsep dasar pengendalian hayati? 3) Apa saja kelemahan dan keuntungan pengendalian hayati? 1.3 Tujuan 1) Mengetahui pengertian pengendalian hayati. 2) Mengetahui konsep dasar pengendalian hayati. 3) Mengetahui kelemahan dana keuntungan pengendalian hayati.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Glosarium 1. Konsep  KBBI: konsep yaitu rancangan atau buram surat dan sebagainya; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang 



digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Webster: konsep (concept) ialah sesuatu yang dikandung dalam pikiran; sebuah ide abstrak/ generik yang generalisasi dari contoh-



 



contoh umum. Oxford: konsep (draft) ialah rencana, sketsa, atau gambar kasar. Kesimpulan: gambaran tentang sesuatu atau sebuah ide yang



digunakan oleh akal budi untuk memahami hal lain. 2. Pengendalian  KBBI: 1) proses, cara, perbuatan mengendalikan; pengekangan. 2) pengawasan atas kemajuan (tugas) dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan 



hasil pengawasan. Webster: 1) untuk memeriksa, menguji, atau memverifikasi dengan bukti atau eksperimen. 2) untuk memiliki kekuasaan. 3) untuk mengurangi insiden atau tingkat keparahan terutama pada tingkat







tidak berbahaya. Oxford: 1) kekuatan untuk mempengaruhi atau mengarahkan perilaku orang atau jalannya peristiwa. 2)



pembatasan suatu kegiatan,



kecenderungan, atau fenomena. 3) seseorang atau sesuatu yang digunakan sebagai standar perbandingan untuk memeriksa hasil 



survei atau eksperimen. Kesimpulan: proses menghambat sesuatu untuk membantu mengatur



serta menyesuaikan kegiatan agar mencapai tujuan. 3. Hayati  KBBI: mengenai hidup, berhubungan dengan hidup. 3







Webster: 1) dari atau berkaitan dengan biologi atau dengan proses kehidupan dan kehidupan. 2) digunakan atau diproduksi oleh biologi







terapan. Oxford: 1) kekuatan untuk mempengaruhi atau mengarahkan perilaku orang atau jalannya peristiwa. 2)







pembatasan suatu kegiatan,



kecenderungan, atau fenomena. Kesimpulan : berkaitan dengan organisme hidup atau kehidupan.



2.1 Pengertian Pengendalian Hayati Pengendalian hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya (agen pengendali biologi), seperti predator, parasit, dan patogen. Pengendalian hayati adalah suatu



teknik



pengelolaan



memanfaatkan/memanipulasikan



musuh



hama alami



dengan untuk



sengaja kepentingan



pengendalian, biasanya pengendalian hayati akan dilakukan perbanyakan musuh alami yang dilakukan di laboratorium. Sedangkan pengendalian alami merupakan proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa campur tangan manusia, tidak ada proses perbanyakan musuh alami (Effendi, 2009). Pengendalian hayati menurut Cook (1985) yaitu semua kondisi atau praktik yang berpengaruh terhadap penurunan daya tahan atau kegiatan patogen tanaman melalui interaksi dengan agensia organisme hidup lainnya (selain manusia), yang menghasilkan penurunan keberadaan penyakit yang disebabkan oleh patogen. Definisi resmi tersebut lebih menyeluruh karena menggabungkan pengertian pengendalian hayati yang terjadi secara alami dan yang dibuat, yang melibatkan baik mikroba maupun makroba lain selain tanaman sakit atau rusak. Meskipun manusia tidak termasuk dalam pengendalian hayati, namun elemen tindakan budidaya, pemilihan, dan pemuliaan tanaman tahan penyakit, yan kesemuanya dilakukan oleh manusia, termasuk ke dalam komponen pengendalian hayati. Pengendalian hayati yang didefinisikan secara luas dapat terjadi jauh dari tanaman, atau terjadi pada tanaman , atau bahkan berlangsung di dalam



4



tanaman. Hal ini sering terjadi dan erat kaitannya dengan hubungan antara tanaman dan patogennya. Pengendalian hayati telh menjadi batu upaya pengelolaan penyakit tanaman yang ramah lingkungan dan menghasilkan produk tanaman yang sehat dan aman (Soesanto, 2008). 2.2 Konsep Dasar Pengendalian Hayati Konsep dasar pengendalian hayati adalah sebagai salah satu taktik pengendalian hama berbasis biologi (biologically based tactics) yang sekaligus pula sebagai salah satu komponen di dalam strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendaliaan hayati mencakup topik-topik pengendalian semua makhluk hidup yang dianggap sebagai hama dengan menggunakan berbagai jenis musuh alami dari berbagai tingkat organisasi makhluk hidup yang dianggap sebagai hama denagn menggunakkan berbagai jenis musuh alami dari berbagai tingkat organisasi makhluk hidup. Untuk mencapai tujuan tertentu, penekanan pembahasan terletak pada pengendaliaan hayati untuk mengelola hama, meskipun di dalamnya akan menyinggung pula pengendalian hayati terhadap gulma dan penyakit tanaman Mengenai konsep dasar sendiri, ada tiga pendekatan dalam pengendalian hayati: 1. Konservasi Menurut Rukmana dan Sugandi (2002) musuh alami mempunyai andil yang sangat besar dalam pembangunan pertanian berwawasan lingkungan karena daya kendali terhadap hama cukup tinggi dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Agar upaya ini dapat berlangsung dan berkesinambungan secara terus-menerus musuh alami perlu dijaga kelestariaanya.



5



Melindungi dan mempertinggi populasi musuh alami yang dapat digunakan sebagai pengendali hama yang ada dialam baik sebagai parasitoid, predator maupun patogen. Tujuannya adalah menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengganggu kelestarian populasi musuh alami misalnya dengan memakai sistem tanam yang lebih beraneka ragam, menanam dan melestarikan tanaman berbunga sebagai makanan dari musuh alami, menekan pemakaian pestisida yang berlebihan,melestarikan tanman liar yang mendukung inang alternatif parasitoid atau mangsa alternatif predator. Pelepasan musuh alami sebaiknya dilakukan saat kondisi lingkungan mendukung aktifitasnya, misalnya pagi atau sore hari, sehingga saat kondisinya lingkungan kurang mendukung misal cuaca panas, musuh alami telah mempersiapkan diri untuk mengantisipasi. Selain itu pelepasan dilakukan saat populasi hama mulai meningkat meninggalkan batas keseimbangan alami. 2. Introduksi Menambah atau memasukan populasi musuh alami yang digunakan dalam jumlah banyak (perbanyakan di laboratorium) untuk pengendali baik sebagai parasitoid, predator maupun patogen. Teknik introduksi atau importasi musuh alami seringkali disebut sebagai praktek klasik pengendalian hayati. Hal ini disebabkan karena sejak diketahui sebagian besar usaha pengendalian hayati menggunakan teknik introduksi. Keberhasilan teknik introduksi misalnya pada: introduksi kumbang Vedalia, Rodolia carnidalis dari benua Australia yang menyerang perkebunan jeruk dikalifornia untuk mengendalikan hama kutu perisai Icerya purchasi. Keberhasilan ini kemudian dicobakan pada hama-hama lain dan banyak juga yang berhasil baik secara lengkap, subtansial maupun parsial. Menurut Untung (2006) ada beberapa langkah klasik yang dapat ditempuh untuk melakukan introduksi musuh alami pada suatu tempat.



6



Langkah-langkah dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut : a) Penjelajahan atau Ekplorasi di negeri asal; b) Pengiriman parasitoid dan predator dari negeri asal; c) Karantina parasitoid dan predator yang diimpor di dalam negeri; d) Perbanyakan parasitoid dan predator di laboratorium; e) Pelepasan dan pemapanan parasitoid dan predator yang diimpor; dan f) Evaluasi efektivitas pengendali hayati. 3. Augmentasi Teknik Augmentasi adalah upaya peningkatan jumlah dan pengaruh musuh alami yang sebelunya telah berfungsi di ekosistem tersebut, baik dengan cara pelepasan sejumlah tambahan baru secara periodik maupun dengan cara memodifikasi ekosistem sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan efektivitas pengendalian hama. Pelepasan secara augmentasi ini akan berhasil bila dilakukan secara periodik. Ada 3 cara pelepasan pereodik ádalah sebagai berikut: a) Pelepasan Inokulatif Pelepasan musuh alami dilakukan satu kali dalam satu musim atau dalam satu tahun dengan tujuan musuh alami dapat mengadakan kolonisasi dan menyebarluas secara alami sehingga dapat menjaga keseimbangan. b) Pelepasan Suplemen Pelepasan dilakukan setelah kegiatan sampling diketahui populasi hama mulai meninggalkan populasi musuh alaminya. Tujuannya adalah untuk membantu musuh alami yang sudah ada agar kembali berfungsi dan dapat mengendalikan populasi hama. c) Pelepasan Inundatif atau Pelepasan Massal Pelepasan ini diharapkan agar individu-individu musuh alami yang dilepas secara sekaligus dapat menurunkan populasi hama secara cepat terutama setelah ratusan ribu atau jutaan individu parasitoid atau predator dilepaskan. Ada 2 cara Augmentasi: Pelepasan inundatif parasitoid sering disebut penggunaan Insektisida biologi karena musuh



7



alami diharapkan dapat bekerja secepat insektisida kimia dalam penurunan



populasi



hama,



memanipulasi



atau



memodifikasi



ekosistem: Sehingga ekosistem tersebut lebih mendorong peningkatan populasi dan efektifitas serta efisiensi musuh alami. 3. Agens Hayati Agens hayati serangga hama dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu: 1) Predator Predator adalah organisme yang hidup bebas dengan memakan, membunuh atau memangsa organisme lain. Adapun ciri-ciri predator yaitu: Memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya (telur, larva, nimfa, pupa, dan imago);



a. Membunuh dengan cara memakan atau menghisap mangsanya dengan cepat; b. Membunuh mangsanya untuk dirinya sendiri selama hidupnya; c. Kebanyakan predator bersifat karnivora; dan d. Biasanya memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya. Menurut Jumar (2000) hampir semua ordo serangga memiliki jenis menjadi predator, tetapi selama ini ada beberapa ordo yang anggotanya



merupakan



predator



dalam



pengendalian



hayati,



diantaranya: a. Coleoptera, misalnya Colpodes rupitarsis sebagai predator ulat penggulung daun Palagium sp. b. Orthoptera,



misalnya



Conocephalus



longipennis



(famili



tetigonidae) sebagai predator dari telur dan larva penggerek batang padi dan walang sangit. c. Diptera, misalkan Philodicus javanicus dan Ommatius conopsoides sebagai predator serangga lain. d. Ordonata, misalnya Anax junius (famili Aeshnidae) sebagai predator dari beberapa jenis ngengat.



8



e. Hemiptera, misalnya Cyrtorhinus lividipenis (famili Miridae) sebagai predator telur dan nimfa wereng coklat dan hijau. 2) Patogen Patogen adalah golongan mikroorganisme atau jasad renik yang menyebabkan serangga sakit dan akhirnya mati. Agens hayati yang dikelompokkan kedalam golongan bakteri, yaitu: a. Virus Virus dapat menyerang serangga hama pada tanaman hortikultura seperti NPV (Nucleopolyhedrolis virus). Larva serangga yang terinfeksi umumnya melemah pada saluran pencernaan makanan. Hal ini terjadi sewaktu larva makan bagian tanaman yang telah mengandung polyhidra. b. Bakteri Bakteri yang biasa digunkana adalah bakteri yang menghasilkan spora. Bakteri entomopatogen yang sampai sekarang banyak dimanfaatkan adalah Bacillus thuringiensis. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk menginfeksi serangga hama yang spesifik seperti hama dari golongan ordo lepidoptera dan larva nyamuk. c. Cendawan Cendawan



entomopatogen



yang



sudah



banyak



penggunaanya adalah Beauveria bassiana. Cendawan ini tergolong dalam kelas Deuteromycetes, ordo Monilialis, famili moniliaceae. Gejala serangan pada serangga yang terinfeksi B. Bassiana terlihat larva menjadi kurang aktif kemudian kaku dan diikuti oleh perubahan warna tubuh karena dinding tubuhnya sudah ditutupi oleh hifa yang berwarna putih seperti kapas (Karolina, dkk. 2008).



d. Nematoda



9



Dibandingkan dengan bakteri, cendawan dan virus, penggunaan nematoda entomopatogen di Indonesia belum populer, masih dalam skala penelitian. Contoh nematoda entomopatogen yang sering digunakan adalah Steinernema sp. Nematoda golongan ini memiliki siklus hidup sederhana, yaitu telur, larva (juvenil), dan dewasa. Gejala serangan nematoda ini ditandai dengan warna inang yang berubah menjadi warna coklat kekuningan dan tubuhnya menjadi lembek. Hal ini disebabkan eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri simbion (Xenorhabdus sp.) (Korlina, 2011). e. Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang memarasit (hidup dan berkembang dengan menumpang) serangga lain (yang disebut inang). Parasitoid ada yang berkembang di dalam tubuh inang (endoparasit), dan ada yang berkembang di luar tubuh inang (ektoparasit). Inang yang diparasit dapat berupa telur, larva, nimfa, pupa



atau



imago



argenteopilosus



serangga



parasitoid



hama.



yang



Contohnya



menyerang



Eriborus



Crocidolomia



pavonana hama tanaman kubis. 2.3 Keuntungan dan Kelemahan Pengendalian Hayati Keuntungan pengendalian hayati sendiri yaitu (Steka, 1975 dalam Mudjiono, 1994): 1. Selektifitas yang tinggi, agens hayati hanya membunuh OPT dan tidak membunuh organisme non OPT ataupun musuh alami. Dengan demikian tidak akan terjadi resurgensi atau ledakan OPT sekunder; 2. Faktor pengendali (agens) yang digunakan tersedia dilapang; 3. Agens hayati (parasitoid dan predator) dapat mencari sendiri inang atau mangsanya; 4. Agens hayati (parasitoid, predator, dan pathogen) dapat berkembangbiak dan menyebar; 5. Tidak menimbulkan resistensi terhadap serangga inang/mangsa ataupun kalau terjadi, sangat lambat; 6. Pengendalian ini dapat berjalan dengan sendirinya karena sifat agens hayati tersebut; 7. Tidak ada pengaruh samping yang buruk seperti pada penggunaan pestisida. 10



8. Ramah lingkungan (tidak merusak ekosistem pada suatu lingkungan pertanian); dan 9. Efisiensi tenaga dan biaya. Kelemahan pengendalian hayati (Steka, 1975 dalam Mudjiono, 1994): 1. 2. 3. 4.



Pengendalian terhadap OPT berjalan lambat; Hasilnya tidak dapat diramalkan; Sukar untuk pengembangan dan penggunaannya; dan Dalam pelaksanaannya pengendalian hayati memerlukan pengawasan untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Pengembangan pengendalian hayati perlu dilakukan pengawalan dengan: a. Teknologi aplikasi yang tepat agar keberhasilannya dapat terlihat dengan nyata. b. Modifikasi lingkungan untuk meningkatkan efektifitas agens pengendali.



11



BAB III PENUTUP Kesimpulan Konsep pengendalian hayati meruapakan sebuah gambaran tentang sesuatu atau sebuah Ide dalam proses menghambat atau pengendalian organisme pengganggu tanaman yang berkaitan dengan organisme hidup atau musuh alaminya. Adapun konsep pengendalian hayati diantaranya yaitu konservasi yang mencakup pengendalian opt menggunakan musuh alaminya seperti patogen, predator, maupun parasitoid, introduksi yaitu menambah jumlah musuh alaminya atau memperbanyak dan augmentasi yaitu pelepasan musuh alami tersebut.



12



DAFTAR PUSTAKA Cook, RJ. 1985. Biological Control of Plant Pathogens: Theory to application. (Presidential Addres of 76th Annual Meeting) Phtopathology 75 (1):25-29. Effendi, Baehaki S. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik (Good Agricultural Practices). Pengembangan Inovasi Pertanian, 2(1): 68-78. https://kbbi.kemdikbud.go.id. Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta Karolina, E., Mahfud M.C., Rachmawati D., Sarwono dan Fatimah S. 2008. Pengkajian



Efektifitas



Cendawan



Beauveria



bassiana



terhadap



Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman Krisan. Prosiding Seminar Pemberdayaan Petani melalui Informasi dan Teknologi Pertanian. Kp. Mojosari 16 Juli 2008. Kerjasama BPTP Jatim, faperta Unbra, Diperta Prov, Bappeda. Korlina, E. 2011. Pengembangan dan Pemanfaatan Agens Hayati (APH) terhadap Hama dan Penyakit Tanaman. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Suara Perlindungan Tanaman 1(2):1-13. Mudjiono, G & Nurimah. 1994. Teknologi Pengendalian Hama Terpadu pada Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten DT II Malang dan Magetan. Dalam Sasromarsono, S., K.Kasumbago Untung, S. Sastrosiswojo, E.D. Oxford. 2018. Oxford Dictionary Online Rukmana.R. dan Sugandi. 2002. Hama Tanaman dan Teknik Pengendaliaanya. Yogyakarta: Kanisius. Seonarjo R.H.A. 2013. Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an. Jakarta. Soesanto. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penykit Tanaman, Suplemen ke Gulma dan Nematoda. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Untung, 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Webster, Merriam. 2017. Webster Dictionary Online



13