Sejarah Pengendalian Hayati [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. Sejarah Pengendalian Hayati di Luar Negeri a. Sejarah pengendalian hayati hampir sama tuanya dengan upaya awal manusia untuk bercocok tanam. Misalnya, pada tahun 300-an M tercatat bangsa Cina sudah menggunakan semut rangrang (Oecophylla smaragdina) untuk melindungi tanaman jeruk Mandarin dari hama. Mereka memasang bambu diantara pohon jeruk, sehingga semut tersebut dapat berpindah dan bergerak antar tanaman. Semut mampu berkolonisasi, sehingga akhirnya semut itu akan menurunkan serangan hama dari ordo Lepidoptera. b. Petani kurma di Yaman menggunakan semut predator yang dikumpulkan dari gunung untuk mengendalikan hama yang berupa semut herbivora di perkebunan kurma yang berada di dataran rendah. c. Pada tahun 1762 tercatat adanya introduksi musuh alami dari satu negara ke negara lain. Importasi burung mynah (Gracula religiosa) dari India untuk mengendalikan belalang Nomadacris septemfasciata di Mauritius. d. Musuh alami pertama yang dilaporkan digunakan di Eropa tahun 1776, yaitu penggunaan predator kepik Picromerus bidens (L) untuk mengendalikan tinggi bedbug-Cimycidae. e. Awal tahun 1800 Erasmus Darwin memberikan penyuluhan kepada petani agar di rumah kaca menggunakan lalat syrphid dan kumbang koksi untuk mengendalikan kutu daun. f. Pelepasan parasitoid dari satu lokasi ke lokasi lain di Amerika dilakukan oleh CV Riley yang melepas parasitoid kumbang moncong Conotrachelus nenuphar yaitu Aphytis mytilaspidis di antara dua kota di Illinois. g. Pada tahun 1883 parasitoid Apanteles glomerata dibawa dari England ke USA untuk mengendalikanPieris rapae. Importasi Trichogramma spp. dari USA ke Kanada untuk mengendalikan telur sawflyNematus ribesii. h. Di dunia Barat, kesuksesan praktek pengendalian hayati dicapai pada akhir abad ke-19, yaitu dengan kesuksesan kumbang Rodolia cardinalis menekan perkembangan populasi hama kutu kapas, Icerya purchasi di California. i.



Pada tahun 1869 Icerya purchasi masuk ke California dan pada tahun 1886 mampu menghancurkan industri jeruk. Untuk mengendalikan hama tersebut didatangkan dua musuh alaminya dari Australia yaitu kumbang koksi/kumbang vedalia Rodolia cardinalis dan parasitoid larva Chryptochaetum iceryae.



j.



Greathead (1986) mencatat importasi parasitoid Encarsia berlesi dari Italia ke USA untuk mengendalikan kutu perisai Pesudaulacapsis pentagona.



k. Selanjutnya, semenjak awal abad ke-20, upaya pengendalian hayati sudah mulai memperhatikan sisi ekologis dan ekonomis dari agroekosistem. Pasalnya, upaya pemanfaatan musuh alami tidak selalu berhasil. Misalnya, penggunaan pestisida ditengarai menurunkan populasi musuh alami, sehingga kekuatan penekanan pada organisme pengganggu menjadi berkurang. Penelitian terkini juga mengungkapkan kompleksitas hubungan antar organisme, termasuk kompetisi antar jenis predator, yang dapat mempengaruhi keberhasilan penekanan populasi organisme pengganggu oleh musuh alami.



2. Sejarah Pengendalian Hayati di Indonesia a. Masa Pendudukan Belanda : 1) Serangan kutu putih Ceratovacuna lamigera dikendalikan dengan parasit lokalEncarsia flavoscutelum. Bila ada daerah yang terserang maka akan diintroduksi kutu putih yang terparasit dari tempat lain.



2) Augmentasi lalat tachinid asal Jatiroto, Diatraephaga striatalis dan parasitoid telur Trichogramma australicum dan T. Japonicum untuk mengendalikan penggerek batang tebu. b. Tahun 1931: Introduksi Diadegma fenetralis dari Eropa untuk mengendalikan hama tanaman kubis Plutella xylostella, tetapi tidak berhasil. Kemudian diintroduksi lagi D. Semiclausum dari Inggris. c. Tahun 1920: Van der Goot mengintroduksi kumbang coccinelid Cryptolaemus montrouzieri untuk mengendalikan kutu coccidae pada lamtoro Ferrisia virgata, Sirsak Coccid planococcus dan P. Citri (kutu dompolan pada tanaman kopi). Pada tahun 1928, sekitar 2000 kumbang ini diintroduksikan ke Toraja untuk mengendalikan kutu pada kopi. Tahun 1929 diintroduksikan ke Siantar untuk mengendalikan kutu pada tanaman kopi. Tahun 1939 ke Kuala Tungkal untuk mengendalikan coccid pada tanaman kelapa. d. Tahun 1938: Dilakukan introduksi Cryptognatha nodiceps dari daerah tropis Amerika untuk mengendalikan Aspidiotus detructor pada tanaman kelapa. e. Karena terjadi serangan Artona catoxantha, dilakukan introduksi lalat tachinidBessa remota. Diintroduksi juga ke Fiji untuk mengendalikan Levuana iridiscensdari Malaysia. Pada populasi A. Catoxantha juga ditemukan parasitoid hymenoptera, Apanteles artonae dan Argyrophylax fumipennis. f. Tahun 1923: Diintroduksi braconid, Heterospilus coffeicola dari Afrika Barat untuk mengendalikan hama bubuk buah kopi, Hypothenemus hampei. g. Macrocentrus homonae adalah braconid yang umum ditemukan di jawa. Tahun 1935 braconid diintroduksikan ke Srilangka dari jawa untuk mengendalikan Tea tortrix (Homona coffearia) h. Lefmansia bicolor, parasit telur pada Sexava nubile yang umum ditemukan di Maluku. Tahun 1925 Leefmann mentransfer parasit tersebut dari Ambon ke Talaud. 3. Teknik pengendalian Hayati Ada tiga dasar pendekatan yang digunakan dalam pengendalian hayati, yaitu : a. Konservasi dan peningkatan musuh alami (Conserving ang enhancing natural enemies). b. Augmentasi populasi musuh alami (Augmentation natural enemy populations). c. Introduksi musuh alami. a. Konservasi dan natural enemies).



peningkatan



musuh



alami (Conserving



ang



enhancing



Pendekatan ini bertujuan untuk konservasi dan meningkatkan dampak musuh alami yang telah ada pada areal pertanaman. Salah satu caranya adalah dengan meminimalisasi dampak negatif penggunaan pestisida. Secara umum musuh alami



1. 2. 3. 4. 5. 6.



lebih sensitif terhadap pestisida dibandingkan dengan hama. Efek pestisida pada musuh alami dapat bersifat langsung (direct effects) dan tidak langsung (indirect effects). Efek langsung pestisida dapat mempengaruhi kematian musuh alami dalam waktu kurang dari 24 jam (short term mortality) dan jangka panjang (long term sublethal). Beberapa tindakan untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida terhadap musuh alami : Semprot jika perlu Monitoring populasi hama Hindari kontak musuh alami dengan pestisida Pilih insektisida yang tepat Uji efikasi pestisida Hitung efek samping pestisida



Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan mengubah lingkungan pertanaman dan cara bercocok tanam dengan cara meningkatkan peran lingkungan untuk meningkatkan jumlah musuh alami. Adapun pendekatan yang dapat dilakukan adalah : 1. Mengubah lingkungan pertanaman 2. Mengubah praktik budidaya b. Augmentasi populasi musuh alami (Augmentation natural enemy populations). Pendekatan ini dilakukan apabila populasi musuh alami di alam sangat rendah, karena secara alami populasi predator atau parasitoid gagal untuk berkolonisasi untuk mengendalikan hama. Jika musuh alami yang ada di areal pertanaman tidak mampu mengendalikan hama, maka dilakukan pembiakan massal musuh alami tersebut di laboratorium dan kemudian melepaskannya ke lapangan dengan tujuan untuk mengakselerasi populasinya dan menjaga populasi serangga hama. Dalam pendekatan ini ada dua metode yang dikenal yaitu inokulasi dan inundasi. Inokulasi dilakukan apabila musuh alami di areal pertanaman tidak bertahan lama dari satu waktu ke waktu musim tanam berikutnya karena faktor klimat yang tidak menguntungkan, pelepasan musuh alami dilakukan satu kali dalam satu musim. Tujuan dari metode ini adalah progeni dari musuh alami yang dilepas diharapkansurvive dan multiply, Populasi hama target adalah generasi hama yang akan datang (musim selanjutnya. Strategi dari metode ini bersfat preventif. Sedangkan inundasi adalah pelepasan musuh alami dalam jumlah massal atau secara sekaligus sehingga dapat menurunkan populasi hama secara cepat. Metode ini dilakukan ketika musuh alami gagal untuk mencegah peningkatan hama menuju level yang merusak. Metode ini diharapkan secara cepat untuk menurunkan populasi hama. Pelepasan musuh alami dilakukan beberapa kali aplikasi dalam satu musim tanam. Tujuan dari metode ini adalah musuh alami dilepas tanpa ada ekspektasi



progeni untuk survive. Populasi hama target adalah generasi hama saat dilepas. Strategi dari metode ini bersifat kuratif. c. Introduksi musuh alami. Pendekatan ini dilakukan jika tidak ada spesies musuh alami yang mampu secara efektif mengontrol populasi hama, maka introduksi atau importasi musuh alami ke daerah yang terserang hama perlu dilakukan. Pendekatan ini dikenal dengan pengendalian hayati klasik. Musuh alami yang diintroduksi diharapkan dapat mengembalikan keseimbangan dalam lingkungan baru. Strategi dari pendekatan ini adalah metode produksi massal dalam jumlah besar agar dapat melepaskan musuh alami untuk mengendalikan serangga hama. Tujuan pendekatan ini sangat spesifik, yaitu melepas musuh alami eksotik ke dalam lingkungan baru sehingga nantinya dapat mapan secara permanen dan mampu mengendalikan populasi hama dalam jangka panjang tanpa perlu intervensi lebih lanjut. Keuntungan pengendalian hayati klasik : 1. Mengeksploitasi proses alami dan tidak berhubungan dengan penggunaan pestisida 2. Pembiayaan hanya diperlukan pada awal introduksi 3. Strategi pengendalian permanen dan jangka panjang 4.Tidak membahayakan kesehatan manusia, produksi tanaman, organisme menguntungkan yang lain Kerugian pengendalian hayati klasik 1. Bukan merupakan metode eradikasi 2. Program jangka panjang 3. Sulit diprediksi dampaknya



Konsep PHT dan Pengembangan



PHT ==> IPM ==> Konsep pengelolaan ekosistem pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan PHT muncul dan berkembang setelah praktek dominansi pestisida kimiawi yang menimbulkan efek samping Barlet (1956) ==> integrated control ==> teknik kimiawi + teknik pengendalian alami Stern (1959) ==> Integrated Pest Control (IPC) 1970 ==> IPC ==> Integrated Pest Management (IPM) Smith & Reynold (1966) ==> system pengelolaan Populasi hama yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang sesuai secara kompaitabel untuk mengurangi populasi hama dan mempertahankannya tetap di bawah aras kerusakan ekonomi. Smith (1978) ==> pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk pengelolaan populasi hama dengan memanfaatkan beraneka ragam taktik pengendalian secara kompaitabel dalam satu kesatuan koordinasi



pengelolaan. FAO (2002) ==> suatu pengelolaan hama yang dilakukan dalam konteks lingkungan terkait dan dinamika populasi hama, memanfaatkan semua teknik dan metode pengendalian yang sesuai serta mempertahankan populasi hama pada bawah aras ekonomi. Mengapa harus PHT ?? 1. Kegagalan pemberantasan hama konvensional 2. Kesadaran akan kualitas hidup dan lingkungan hidup 3. Pola Perlindungan Tanaman 4. Kebijakan Pemerintah 5. Peningkatan daya saing Produk Paradigma PHT PHT tidak hanya mencakup perpaduan teknologi pengendalian dan pengelolaan ekosistem pertanian tapi juga peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Petani Prinsip Dasar PHT 1. pemahaman Ekosistem Pertanian 2. Biaya Manfaat pengendalian hama 3. Toleransi Tanaman terhadap kerusakan 4. Lestarikan dan manfaatkan musuh alami 5. Budidaya tanaman sehat 6. Pemberdayaan Petani 7. Pemasyarakatan Konsep PHT Unsur-unsur PHT 1. Pengendalian alami 2. Pengambilan Sampel 3. Aras Ekonomik 4. Ekologi dan Biologi Komponen PHT 1. Pengendalian kultur teknis 2. Pengendalian hayati 3. Pengendalian kimiawi 4. pengendalian dengan varietas tahan 5. Pengendalian Fisik dan Mekanis 6. Pengendalian dengan peraturan Strategi Penerapan PHT 1. Teknologi PHT a.Lunak b. Memanfaatkan SDA setempat c. Perpaduan optimal d. Mudah dipahami dan dilaksanakan e. fleksibel 2. Jaringan Informasi 3. Proses Pembuatan Keputusan 4. Pemberdayaan Petani



Peran penelitian dalam penerapan PHT 1. Penelitian Dasar 2. Penelitian komponen Pengendalian 3.Penelitian aras 1 4. Penelitian aras 2 Sifat umum penelitian PHT 1. Lintas disiplin ilmu 2. Terencana dan terkoordinasi 3. Dasar dan terapan 4. Berjangka panjang



Pathogen Serangga Patogen adalah Mikroorganisme Infeksio yang membuat luka atau membunuh inangnya. Patogen menyebabkan penyakit pada tanaman dan hewan. Mikroorganisme  mendegradasi racun, memproduksi nutrien bagi tanaman. Patogen  mengendalikan gulma dan serangga atau artropoda lain. Cara patogen masuk tubuh serangga : 1. Passive entry 2. Active entry Penularan penyakit  horizontal dan vertical transmissions. Bioinsektisida  esensial, tidak toxic bagi manusia dan vertebrata lain, hanya menyerang hama tertentu dan jarang berdampak buruk pada serangga berguna. Patogen serangga  Bakteri, fungi, nematode, virus dan protozoa. 1. Patogenesis Entomopatogen 1.



    



Kebanyakan patogen artropoda tidak memiliki stadio mobile sehingga berlangsung secara pasif. Spora cendawan oleh angin, hujan atau serangga. Kontak antara propagul berbagai tipe patogen merupakan proses random yang dimediasi oleh proses abiotic. Beberapa patogen mentransmisikan dari generasi ke generasi (Mother to offspring). Nematoda dan cendawan mempunyai kemampuan bergerak menuju inang. 2.



  



Kontak Inang



Penetrasi Inang



Saat Propagul patogen telah kontak dengan inang, tubuh inang dipenetrasi untuk mencapai jaringan yang peka Masuk ke tubuh artropoda ke bagian non kitin dari midgut Nematode dan cendawan mampu melakukan penetrasi ke dalam tubuh artropoda,



3.



Reproduksi dalam jaringan Inang



  d.  



Pathogen bereproduksi pada satu atau beberapa jaringan inang Reproduksi virus terjadi pada tubuh lemak dan epithelium midgut Keluarnya Propagul Patogen dari Inang atau Cadaver Proses berikutnya adalah progeny untuk melanjutkan siklus hidupnya Transmisi vertical terjadi dengan kontaminasi telur kemudian didepositkan ke lingkungan.  Propagul dilepas secara bebas untuk bertemu dengan inangnya.  Jika pathogen membunuh inangnya, pengeluaran propagul pathogen dilakukan dengan cara disintegrasi tubuh pathogen yang mati 5.



        



Penyebaran dan Persistensi Propagul Patogen di lingkungan



Setelah propagul patogen keluar maka proses selanjutnya adalah bagaimana propagul itu tersebar dan persisten di alam Hujan dan angina penting untuk membantu kontak dengan inang baru Beberapa pathogen transmisi secara vertical Pathogen lain transmisi dari inang yang terinfeksi ke habitat spesifik tempat inang berada Nematode menyerang lalat dengan mendepositkan patogennya pada habitat larva oleh imago yang terinfeksi. Cendawan, bakteri, protozoa mampu mengalami stadia dorman (resting stage) sampai lingkungan mendukung. Tipe transmisi vertical  transovarial dan transovum. Transovarial  pathogen sudah berkeliaran saat peletakkan telur, akibat invasi pathogen saat perkembangan telur pada induknya. Transovum offspring kontak dengan lingkungan eksternal yang terkontaminasi ketika proses oviposisi.



2. Bakteri  Organisme uniseluler tanpa nukleus tetapi memiliki dinding  Bakteri pathogen serangga  non-sprore-forming bacteria dan sprore-forming bacteria  sprore-forming bacteria  membentuk spora yang resisten terhadap lingkungan ekstrem  Bacillus, Paenibacillus yang aerobic dan Clostridium yang anaerobic  Isolat Bacillus thuringiensis pertama ditemukan  subspecies yang aktif membunuh ulat (Lepidoptera) dengan subspecies Bt. Varkurstaki (Btk)  Subspecies yang aktif pada diptera  Bt. Israelensis (Bti)  Bacillus thuringiensis  infeksi ulat sutera (1901) dan ulat serangga hama gudang Anagasta kuehniella (1911)  Membentuk spora dan tubuh parasporal dalam sporangium.  Saat Bt tertelan oleh serangga, kristal protein akan terlarut dalam kondisi basa dalam saluran pencernaan dan menghasilkan protoksin karena memiliki enzim proteolitik.







Bagian dari molekul toksin akan melekat pada dinding gut membentuk lubang. Formasi pores ini menyebabkan terganggunya keseimbangan osmotic sehingga sel bengkak dan meletus, menyebabkan bakteri dapat menginvasi haemocol serangga. Bakteri memperbanyak diri, serangga akan mati.  Larva yang terinfeksi Bt akan berhenti makan, berhenti bergerak, kemudidan diare, warnanya menjadi gelap dan akhirnya mati.  Tiga spesies genera Bacillus dikembangkan untuk mengendalikan invetebrata lain  B. spharicus  larva nyamuk Culex spp. Toleran air tercemar  Paenibacillus popilliae  bakteri penginfeksi larva atau uret Coleoptera dengan cara termakan. Hemolim dan abdomen dari larva berubah warna menjadi milky  milky diseases.  Non-spore-bacterium  Ditemukan pada golongan Enterobacteriaceae dan Pseudomonidiaceae  Patogenisitas rendah dalam organ pencernaan serangga, tetapi tinggi dalam hemocoel  Semakin tinggi tingkat stress inang semakin mudah terinfeksi  Serratia marcencens  spesies yang sangat patogenik, masuk ke tubuh inang lewat mulut bersama makanan. 3. Nematoda Entomopatogen  Nematoda Entomopatogen (NEP)  Agen pengendali hayati  family Steinernematidae dan Heterorhabditidae  Membunuh serangga dengan bantuan bakteri yang diperoleh dari simbiotik mutualistic dalam saluran pencernaannya (intestine).  Xenorhabdus berasosiasi dengan Heterorhabditisi spp  NEP diisolasi menggunakan larva ngengat lilin Galleria mellanolla.  Kedua famili ini kecil kurang dari 1-3 mm panjangnya.  Termasuk ke dalam ordo Rhabditida.  Masuk ke tubuh inang untuk melakukan reproduksi  Hanya bersimbiosis dengan bakteri  Juvenil stadia 3 membawa bakteri pada saluran pencernaan, sampai menginfeksi inang kemudian bakteri dikeluarkan.  Inang mati 2-3 hari oleh toxic dari bakteri. Serangga inang menjadi sumber nutrient bagi bakteri  Nematoda berada pada serangga inang dalam 2-3 generasi setelah itu free living juvenile infektif secara aktif mencari inangnya.  Strategi NEP mencari inang : 1. Sit and wait (ambusher)  serangga inang yang aktif bergerak akan terinfeksi. 2. Pencarian inang (cruiser)  aktif bergerak dalam tanah mencari inang yang tidak aktif bergerak  NEP memiliki keunggulan dibanding pestisida kimia : 1. Kemampuan mencari dan membunuh inang dengan cepat 2. Survive dan recycling di dalam tanah



3. 4. 5. 



Aman terhadap lingkungan Mudah diproduksi secara massal Mudah diaplikasikan menggunakan alat semprot standard Penggunaan nematode  mengendalikan moluska dan serangga hama yang hidup di tanah dan tersembunyi.  Obligat nematoda berukuran 5-20 cm atau lebih  Mermithidae membunuh serangga hama, menyelesaikan siklus hidup pada serangga tersebut kemudian meninggalkan inangnya dan masuk ke lingkungan.  Menyerang nyamuk, lalat, wereng daun dan belalang



4. Cendawan Entomopatogen  Menginfeksi langsung dengan mempenetrasi kutikula  Pada kondisi yang favourable, spora akan berkecambah, mempenetrasi kutikula dan masuk ke hemocoel  Cendawan bereproduksi pada hemocoel dari bentuk yeast-like hifa. Hemocoel terisi oleh tubuh hifa. serangga akan mati dan cendawan melanjutkan siklus dalam fase saprofitik.



A.



Zygomicota  Ordo Entomophthoralean memiliki banyak spesies cendawan dalam regulasi serangga.  Siklus hidup kompleks  Resting spores, dinding tebal untuk survive di alam yang tidak menguntungkan dan spora infektif sebagai konidia primer.  Enthomophoga grili menyerang belalang; zoophthora  kumbang; Entomophoga maimiga  ngengat gipsi ; Zoophthora radicans  wereng daun  Produksi resting spore atau konidia tergantung stadia serangga inang  Jika menginfeksi wereng muda  konidia Primer  Jika menginfeksi wereng lebih tua  resting spore  Cendawan menginfeksi hemocoel serangga  Resting spore diproduksi ketika serangga inang mati, berfungsi agar tetap survive pada lingkungan yang tidak menguntungkan, terutama musim dingin.  Musim semi, resting spore akan berkecambah dan membentuk konidia infektif.



B.     



Ascomycota Cendawan entomopatogen Terbagi atas Ascomycota dan deutromycota (imperfecti) Cendawan  Beauveria, Metarhizium, Nomurea, Verticillium dan Paecilomycetes. Taksonomi dan identifikasi berdasar struktur konodiofor Siklus aseksual sederahana



 Konidia infektif melekat pada kutikula serangga inang yang peka, berkecambah, dan membentuk tabung kecambah, menembus kutikula serangga inang menuju hemocoel, cendawan akan memperbanyak diri dengan tunas (budding) tubuh hifa sampai seluruh ruang hemocoel terisi hifa hingga penuh dan serangga inang mati.  Cendawan ascomycetes dapat tumbuh pada media buatan  Nomurea rileyi yang tumbuh pada media buatan akan memproduksi konidia berwarna hijau tapi miselia berwarna putih. 5. Virus Entomopatogenik Mikrosporidia Virus  Organisme non-seluler mengandung DNA atau RNA Virus  parasite interselular obligat  Memperbanyak genom DNA atau RNA dalam sel inang  Terbungkus partikel  virion



1.



Baculovirus



 Terdiri dari Nuclear polyhedrosis virus (NPV) dan granulosis Virus (GV).  Infeksi baculovirus terjadi ketika polyhedral atau granule tertelan serangga inang yang peka, yang selanjutnya akan terlarut dalam isi saluran pencernaan.  Virion dikeluarkan ketika polyhedra pecah  Virion akan memasuki sel midgut seperti pada tubuh lemak, epidermis, dan sel darah.  Infeksi bavulovirus  wilting diseases  jaringan tubuh inang menjadi likuid dan infeksi pada epidermis menyebabkan tubuh inang melting, melepas partikel virus ke alam.  Sering menyerang Lepidoptera, sawfly dan larva nyamuk.



2.



       



Nuclear Polyhedrosis Viruses



NPV meningfeksi lebih dari 500 spesies Lepidoptera  inang yang penting Partikel infektif terbungkus oleh SNPV atau MNPV Mengandung banyak virion Bereproduksi pada midgut atau jaringan setelah tertelan Organ serangga terinfeksi diantaranya tubuh lemak, epidermis dan sel darah. Serangga mati setelah 5-12 hari infeksi Cairan tubuh serangga yang mati akan jatuh pada daun atau sisa daun mungkin akan dimakan oleh ulat sehat lain.



3.



Graulosis Viruses



Mirip secara struktur dan pathogenesis seperti NPV Virionsingly occluded dalam tubuh oklusi yang kecil granula



Tipe genetic dari GV : 1. Menginfeksi sel midgut dan hanya pada tubuh lemak 2. Diisolasi dari codling moth, Cydia pomonella 3. Hanya ditemukan pada grapeleaf skeletonizer, Harrisina brillian. 6. Mikrosporidia  Patogen penting pada serangga  Eukariotik, terkecil, sopra uniseluler, tidak punya mitokondria, obligat parasite intraseluler,  Taksonomi status secara tradisional masuk dalam protozoa, berdasarkan bukti biologi lebih dekat ke cendawan primitive.  Mempunyai filament polar, menusuk sel dalam dinding midgut  Spora masuk ke sitoplasma sel dan memulai reproduksi vegetatif  Bisa uninukleat bisa juga binukleat  Transmisi dapat terjadi secara horizontal karena tertelan, vertical atau keduanya atau inokulasi secara mekanis oleh parasitoid  Survival serangga inang tergantung dosis, stadia serangga terinfeksi, virulensi dan kebugaran serangga inang.  Menyebabkan penyakit kronis  Memberi pengaruh berupa penurunan kesuksesan ganti kulit pada dewasa, mereduksi longevitas dan fekunditas. Spora infektif terbentuk dalam ribuan atau jutaan per inang tergantung spora dan inang.



Pengendalian Pathogen Tanaman



Penyakit tanaman adalah malfungsi sel dan jaringan tanaman, menghasilkan luka kontinu yang berkembang menjadi gejala. Penyakit tanaman  Virus, fungi, bakteri pathogen Patogen  obligat dapat berkembang dan memperbanyak diri di alam ketika berada pada organisme hidupbiothrophs. Virus powdery dan downy mildews, jamur karat dan beberapa bakteri adalah pathogen obligat. Patogen fakultatifdapat hidup pada jaringan yang mati



1.



-



Mikroba Antagonis



Jenis mikroba antagonis Antagonis fungi, antagonis chromis dan antagonis bakteri Interaksi antagonis dengan tanaman: Menekan pathogen melalui kompetisi sumberdaya Memproduksi senyawa antibiotic untuk membunuh competitor Parasitasi antagonis yang akan merusak secara langsung pathogen tanaman.



a. Kompetisi Sumberdaya  Terjadi ketika dua mikroba membutuhkan sumberdaya yang jumlahnya terbatas  Kompetisi sumberdaya umumnya berupa persaingan mendapatkan nutrisi seperti karbon dan nitrogen.  Kompetisi lingkungan terjadi jika kondisi lingkungan terbatas.  Mikroba non patogenik dapat dijadikan competitor mikroba pathogen berkoloni b. Parasitisme  Beberapa mikroba menyerang secara langsung mikroba lain dan menjadikannya sebagai nutrisi  Membutuhkan kontak langsung antar mikroba  hiperparasitisme  Contoh : hubungan parasitasi Trichoderma yang menekan penyakit tanaman yang diakibatkan populasi pathogen dalam tanah c. Antibiosis  Antibiotik  Senyawa organik yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat mengganggu pertumbuhan dan aktivitas metabolism mikroorganisme lain.  Antibiosis  mikroba yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba lain dengan antibiotic yang diproduksinya, yang mengakibatkan organisme lain akan mati karena selnya mengalami endolisis dan sel sitoplasma menjadi hancur.  Antibiotik dapat didifusikan pada water fil atau tanah lembab sehingga tidak memerlukan kontak langsung antara antagonis dengan pathogen tumbuhan.  Antibiotik jarang diproduksi oleh mikroba dalam tanah dan tidak mampu untuk persisten dalam waktu yang lama.



2.



Ketahanan Tanaman terhadap infeksi Mikroba



 Tanaman memiliki mekanisme pertahanan sendiri untuk melindungi dari mikroba patogen.  Tanaman yang inokulasi oleh pathogen tertentu akan terangsang untuk membentuk ketahanan.  Sistem ketahanan tanaman cross protection, Systemic acquired resistance (SAR), Induced systemic resistance (ISR) karena adanya plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR)



 Cross protection  ketika tanaman terinfeksi atau diinokulasi oleh strain virus, tanaman akan terangsang untuk membetuk ketahanan atas semua serangan virus pathogen yang lebih virulen.  Systemic acquired resistance (SAR)  tanaman diinfeksi oleh pathogen tertentu akan memproduksi ketahanan terhadap pathogen lain  Mikroba non patogenik  merangsang ketahanan tanaman atau induced systemic resistance. Keberadaan plant growth-promoting rhizobacteria meningkatkan laju pertumbuhan tanaman juga membentuk ketahanan tanaman. 3.



Mikoriza



 Jamur yang berasosiasi pada perakaran tanaman  Tumbuh secara eksternal pada perakaran ektomikoriza  Tumbuh dalam perakaran endomikoriza  Mikoriza mengambil nutrisi dari perakaran tanaman, dan mikoriza membantu tanaman dalam penyerapan nutrisi akar.  Pembibitan pinus yang diinokulasi mikoriza menunjukkan ketahanan terhadap pathogen chromis serta kapas yang menunjukkan ketahanan terhadapVerticillium dahlia. 4.



Strategi Penggunaan Antagonis untuk mengendalikan Patogen Tanaman



Metoda penggunaan antagonis tergantung pada jenis tanaman dan patogen.  Dicyma pulvinata dan Cylindrosporium concentrium telah sukses mengendalikan penyakit daun karet yang disebabkan oleh Phyllachora huberi di amazon  Kedua jamur tersebut adalah parasite obligat pada pathogen hidup sebagai hiperparasit  Populasinya meningkat seiring meningkatnya populasi pathogen  Pendekatan yang sesuai adalah inokulasi  mikroba yang dilepas berkolonisasi dan efektif menekan patogen tumbuhan.  Antagonis yang baik adalah antagonis yang setelah diaplikasikan segera mampu tumbuh, berkembang, dan berkolonisasi.  Sebagian besar penyakit yang menjadi target adalah patogen tular tanah karena memberikan dampak lebih bila disbanding pathogen pada daun.  Aplikasi pengendalian hayati terhadap patogen yang telah beradaptasi dengan baik pada tanaman sangat sulit dilakukan bila tanaman sudah tumbuh, maka dilakukan inokulasi antagonis ada biji yang akan ditanam.  Pengendalian hayati terhadap pathogen akar  memperlakukan seluruh akar dengan antagonis sebelum ditanam agar antagonis tumbuh dan berkolonisasi di daerah perakaran.  Phlebiopsis gigantean sukses melindungi dan mengendalikan penyakit pada pinus yang telah dipotong atau ditebang  Jamur dan bakteri juga dikembangkan untuk melindungi buah dari pembusukan setelah panen dan selama penyimpanannya.(yeastantagonis baik pada buah)



 Strategi pengendalian hayati pada daun sangat jarang dilakukan karena merupakan daerah pertanaman yang mendapatkan aplikasi fungsida.



Pengendalian Gulma



Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki oleh manusia melalui kompetisi ruang, waktu dan sumber nutrisi. Gulma invasif menjadi ancaman bagi keragaman hayati dapat menggantikan tanaman indigenous, mengubah struktur dan komunitas ekologi serta menghambat proses dalam ekosistem. Introduksi musuh alami gulma  strategi yang digunakan pengendalian gulma pada areal yang sangat luas. Pendekatan pengendalian gulma  strategi introduksi dan inundasi. Introduksi  melepas agen pengendalian hayati, jumlah tertentu Inundasi  Melepas musuh alami dalam jumlah yang besar Agen Pengendali Hayati pada Gulma OrganismeAgen hayatiArthropoda, herbivora patogen dan ikan Herbivora Pengunyah, penggorok, penggerek, pembentuk gall. Luka yang disebabkan oleh herbivora :  Menurunnya produksi bunga dan biji  Kematian secara langsung pada tanaman  Kematian secara tidak langsung  Interaksi menyebabkan stress pada tanaman Serangan herbivora kadang juga menyebabkan masuknya pathogen tumbuhan yang mempercepat kematian gulma.



Phitophagous Gulma Introduksi gulma  Artropoda phytophagous (kumbang, ulat, kutu perisai, lalat) 1. Kumbang daun (Coleoptera:Chrysomellidae)  Berukuran kurang dari 15 mm  Metamorfosis sempurna  Mulut tipe pengunyah 2. Kumbang Moncong (Coleoptera:Curculionidae)      



Ukuran tubuh 15-20 mm Kepala menyempit (rostum) Antena terletak di tengah rostum mengarah ke bawah Berwarna gelap Memiliki mulut pengunyah di ujung rostum Larva menggerek dalam akar, batang dan struktur bunga 3. Ulat Pyralid (Lepidoptera:Pyralidae)



 Berukuran kecil dengan sayap depan triangular  Larva kecil, shelter menjalin daun dan ranting atau hidup dalam ranting, batang atau biji  Tipe mulut pengunyah, imago memiliki penghisap 4. Kutu Perisai (Hemiptera-Homoptera:Dactylopiidae)    



Memiliki anggota kutu perisai, kutu daun, kutu putih dan kutu kebul. Berukuran kecil dan terspesialisasi cara makannya Menggunakan cucuk penghisap Siklus hidup: telur diletakan di bawah tubuh betina sebagai tempat berlindung, ketika menetas, stadia aktif bergerak mencari tempat dan tidak berpindah lagi, Nimfa membentuk perisai/pelindung/shell yang cukup keras. Tahapan Identifikasi dan Introduksi Agen Pengendali Hayati Gulma 1. Tahap Identifikasi Gulma Sasaran



a. b. c. d. e.



Tanaman introduksi Ada dalam jumlah dan kepadatan yang besar Tanaman tidak memberikan keuntungan secara ekonomi Mempunyai karakteristik taksonomi yang jelas Gulma pada daerah yang minim gangguan terhadap agen pengendali hayati 2. Identifikasi Agen Pengendali hayati dan Uji Spesialisasi Inang



a. Observasi



b. Skrening c. Uji Sebaran Inang 3. 4. 5. 6. 7.



Pelepasan Terbatas Pelepasan Pada Areal yang lebih luas Monitoring tempat pelepasan Redistribusi Pemeliharaan Populasi



Patogen Tanaman Untuk mengendalikan Gulma Mikroba (jamur, virus, bakteri) mampu tumbuh dan bereproduksi memanfaatkan tanaman sebagai sumber nutriennya. Patologi tanaman  ilmu yang mempelajari mikroba yang dapat menimbulkan penyakit pada tanaman dengan ttitik fokus pada bagaimana mengendalikan mikroba dan mengelola populasinya. Strategi pengendalian hayati yang digunakan dalam program pengendalian gulma inundasi, inokulasi, introduksi Aplikasi mikroba bioherbisida atau mycoherbisida  strateginya mirip herbisida kemikal Strategi inokulasi efektif untuk mengendalikan gulma indigenous, namun sulit diproduksi secara massal. Introduksi artropoda mengendalikan beberapa jenis gulma sukses dilakukan. Strategi ini juga dilakukan dengan menggunakan mikroba terutama jamur. Jamur karat yang umum digunakan secara biologis dekat dengan kapang (masuk dalam basidiomycetes). Jamur karat menginfeksi tanaman melalui stomata. Tanaman yang terinfeksi menunjukan tanda spot-spot karat pada daun dan batang tempat spora jamur karat diproduksi. Gejala lebih lanjut adalah menyebabkan bercak hitam hingga kematian tanaman. Introduksi pengendalian hayati pada gulma Patogen Jamur karat Puccinia chondrillina Puccinia caruorium Phragmidium viollaceum Uromycladium tepperrianum Semut Entyloma ageratinae



Gulma Sasaran



Negara



Chondrilla juncea Carduus nutans Rubus spp. Acaciasaligna



Australia& USA USA Chili Afrika Selatan



Ageratina riparia



USA



Parasit(oid)



Parasitoid adalah suatu serangga parasitik yang hidup pada atau di dalam tubuh suatu serangga (atau arthropoda lain) inang yang lebih besar dan akhirnya membunuh inang tersebut. Karakteristik parasitoid 1. 2. 3. 4. 5.



Parasitoid biasanya menghancurkan inangnya selama perkembangannya. Inang parasitoid biasanya termasuk dalam kelas taksonomi yang sama (serangga) Parasitoid dewasa hidup bebas sementara itu hanya stadia pradewasa yang parasitik. Parasitoid berkembang hanya pada satu individu inang selama stadia pradewasa. Dinamika populasi parasitoid mirip dengan serangga predator. Parasitoid  Serangga dengan Stadia Pra dewasa Menjadi Parasit di dalam tubuh serangga lain , sementara stadia dewasanya hidup bebas



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Perbedaaan Parasitoid dengan Parasit : Parasitoid selalu menghabiskan inangnya di dalam perkembangannya sedangkan parasit tidak. Inang Parasitoid adalah serangga juga sedangkan parasit tidak. Ukuran parasitoid bisa lebih kecil atau sama dengan inangnya. Sedangkan Parasit pasti lebih kecil dari inangnya. Parasitoid stadia dewasa tidak lagi melakukan aktivitas parasitasi, sedangkan parasit selamanya. Parasitoid hanya berkembang pada satu inang, sedangkan parasit tidak. Parasitoid umumnya adalah serangga ordo Hymnoptera dan Diptera. Parasitoid meletakan lebih dari satu telur pada satu inang  superparasitisme Dua atau lebih spesies parasitoid menyerang satu inang  multiparasitisme



Kategori Parasitoid peletakkan telur Parasitoid meletakan di dalam tubuh inang  endoparasitoid Parasitoid yang mematikan inang terlebih dahulu, inangnya paralysis, telur diletakkan pada permukaan tubuh inang/ dekat inang  ektoparasitoid Spesies parasitoid yang hidup dalam inangnya yang masih hidup  Koinobiont Spesies parasitoid yang hidup pada atau dalam inang yang sudah mati  idiobiont Spesies Parasitoid yang menyerang parasitoid lain  hyperparasitoid/parasitoid sekunder Pada sebagian spesies, semua telur sudah masak, dapat diletakkan tanpa menunggu berkembang terlebih dahulu  pro-ovigenik Pada sebagian spesies, sebagian telur masak dan sebagian belum, telur akan masak secara gradual  synovigenik Sistem Navigasi Parasitoid Proses penemuan inang 



1. Host Habitat Finding (Habitat Inang) 2. Host Location (Inang dalam habitat) Proses penemuan inang yang pada jarak yang panjang ditentukan secara kemikal berupa kairomon atau synomon. airomon  Senyawa yang menyebabkan reaksi perilaku dan fisiologi yang teradaptasi bagi resivernya bukan pada emiternya. ynomon  Senyawa yang menyebabkan reaksi perilaku dan fisiologi yang teradaptasi bagi resiver dan emiternya.



iromon atau synomon dapat berasal dari : 1. Diproduksi oleh inang itu sendiri 2. Tanaman tempat inang menyerang 3. Interaksi antar inang Proses penemuan inang dalam jarak pendek ditentukan oleh senyawa tertentu. Arresant  senyawa yang lebih volatile dibanding attractans. Sering diproduksi inang ketika dalam proses makan atau peletakkan telur. a. Penggolongan Parasitoid berdasarkan urutan menyerang inang 1. Parasitoid Primer : inang utama hama tanaman 2. Parasitoid Sekunder (hyperparasitoid) : Parasitoid yang memparasit parasitoid primer b. Parasitoid berdasarkan Cara menyerang inang 1. Parasitoid Soliter : satu parasitoid pada tubuh hama 2. Parasitoid Gregarius : lebih dari satu parasitoid pada tubuh hama



c. Parasitoid berdasarkan posisi waktu menyerang inang 1. Ektoparasitoid (eksternal parasitoid) : Parasitoid yang waktu aktif menyerang hama dengan cara menempel pada tubuh hama 2. Endoparasitoid (parasitoid internal) : Parasitoid yang waktu aktif menyerang hama berada di dalam tubuh hama,



1. 2. 3. 4. 5. 6.



d. Parasitoid berdasarkan fase tubuh inang Parasitoid Telur : Menyerang fase telur Parasitoid Larva : menyerang fase larva Parasitoid Telur-Larva : menyerang dari mulai fase telur sampai fase larva Parasitoid Larva-Kepompong : Meletakan telur pada fase larva dan berkembang sampai fase kepompong Parasitoid Kepompong : Menyerang fase kepompong Parasitoid Serangga Dewasa : Menyerang serangga dewasa saja



Parasitik Hymenoptera Hymenoptera  Sympitica (sawflies)  Aprocita (Parasitic Wasps)  Apocrita  Aculeata Aculeata  spesies monophyletic (Semut, tabuhan, lebah) Parasitica  parasitoid serangga hama (Trigonalyoidea, Evanoidae, Cynipoidea, Chalcidoidea, proctotrupoidea, ceraphoronoidea, stephanoidea dan Ichneumonoidea. 1. Trigonalyoidea  family Trigonalidae (Parasitoid pada Vespid atau hiperparasitoid pada Lepidoptera, 2. Evanoidae  family Evaniidae (parasitoid telur pada kecoak), Gasteruptiidae (Parasitoid larva pada tabuhan social dan lebah), Aulacidae (endoparasitoid pada kumbang pengebor kayu) 3. Cynipoidea  Famili Ibaliidae (parasitoid pada horntail sawflies), Figitidae (Parasitoid pada beberapa predator), Eucoliidae (Parasitoid pupa lalat), Cynipidae (pembuat gall pada oak dan mawar) 4. Chalcidoidea  Famili Leucospidae (parasitoid lebah dan larva tabuhan), Chalcididae (Parasitoid Coleoptera dan diptera), Eurytomidae (parasitoid pada inang dalam gall), Torymidae (menyerang serangga pembuat gall), Ormyridae (Parasitoid fig insect), Pteromalidae (Spalangidae:pupa lalat; Cleonymae : kumbang pengebor kayu; Microgasterina:Diptera; Agromyzidae,Cecidomyiidae, Tephtritidae, Antomyiidae,



Pteromalinae : Dyptera dan Hymenoptera), Eucharitidae (parasitoid pada semut), Perilampidae (Hiperparasitoid pada parasitoid Lepidoptera), Tetracampidae (parasitoid telur kumbang), Eupelmidae (Calosotinae:serangga dalam batang; Euplaminae: parasitoid pada hiperparasitoid; Metapelmatinae: serangga pengebor kayu), Encyrtidae (parasitoid pada arthropod), Signiphoridae (menyerang kutu Diaspinae dan sebagai parasitoid pada kutu perisai dank utu kebul), Eulophidae (menyerang coleoptera, Lepidoptera, diptera, hymenoptera, penggorok daun dan serangga pelubang kayu), Aphelinidae (menyerang kutu perisai, dompolan, kebul, daun dan kutu loncat), Trichogrammatidae (parasitoid telur), Mymaridae (parasitoid telur). 5. Proctotrupoidea  Famili Proctotrupidae (parasitoid larva kumbang), (Endoparasitoid pupa diptera), Plastygasteridae (parasitoid Ceciidomyiid)



Diapriidae



6. Ceraphoronoidea  Famili Cheraphronoidae (Parasitoid primer pada predator Cecidomyiid), Megaspilidae (Endoparasitoid pada kutu perisai, predator Hemerobiidae, Chrysopid, Chamaemyiidae dan Syrpid) 7. Stephanoidea  Famili Stephanoidea ( parasitoid pada larva kumbang pelubang kayu) 8. Ichneumonoidea  Famili Ichneumonidae (Ephialtinae:Pimpla; Typhoninae: ektoparasitoid larva atau pupa; Gelininae: Ektoparasitoid kokon serangga; Banchinae:Glypta; Porizontinae : Diadegma; Ophinanae : endoparasitoid pada larva Lepidoptera; Ichneumoninae:Endoparasitoid pupa Lepidoptera; Scolobatinae : Endoparasitoid larva sawflies; Diplazontinae : endoparasitoid larva syrpid), Famili Braconidae (Endoparasitoid Aphid Aphidiinae, Aphidius, Troxys; Endoparasitoid larva Lepidoptera dan coleoptera (Mateorinae, Meteorus, Blacine, Blacus, Microgasterinae, Apateles, Microplitis, Rogadinae, Aleiodes; Endoparasitoid imago kumbang dan nimfa hemiptera  Euphorinae, Microctonus; Endoparasitoid telurlarva  Cheloninae, Chelonus; Endoparasitoid telur atau larva lalat  Alysiinae, Dacnusa, Opiinae, Opius; dan Ektoparasitoid larva Lepidoptera yang hidup tersembunyi  Braconinae, Bracon. Sebagian Besar Aculeata  tabuhan Predator seperti semut dan tabuhan atau Phytophagus seperti lebah. Aculaeta  Parasitoid  Chrysidodea dan Vespoidea 1. Chrysidodea  Famili Drynidae (Parasitoid wereng daun dan superfamily dalam ordo homoptera), Famili Bethylidae (Menyerang Coleoptera dan Lepidoptera), Famili Chrysididae (Cleptinae:Parasitoid pre-pupa atau pupaTenthtrendinid sawflies; Elampinae ; Chrysidinae : parasitoid atau kleptoparasitoid pada tabuhan dan lebah.)



edato



2. Vespoidea  Tiphiidae (parasitoid pada larva kumbang), Mutillidae (parasitoid pada larva dan pupa tabuhan dan lebah), Scoliidae (parasitoid larva scarabaeid di dalam tanah), Sphecidae (tabuhan Predator, ektoparasitoid pada jengkerik). Parasitoid Diptera 1. Famili Acroceridae (Endoparasitoid pada laba-laba) 2. Nemestrinidae (Endoparasitoid pada larva Scarabacid atau belalang) 3. Bombyliidae (parasitoid pada ulat, larva scarebaid, larva hymenoptera, tabung telur ortoptera) 4. Phorides (masuk tubuh serangga melalui luka) 5. Pipunculidae (parasitoid Auchenorrhyncha) 6. Conopidae (Endoparasitoid lebah bumble dan tabuhan. 7. Sciomyzidae (lalat parasitoid menyerang Mollusca) 8. Cryptochetidae (parasitoid kutu perisai) 9. Sarcophagidae (parasitoid pada serangga) 10. Tachinidae (endoparasitoid soliter)



Predator Predator  binatang yang makan binatang lain sebagai mangsa. Predator mudah dikenal di lapangan, ukuran lebih besar dari mangsanya. Predator  Artrophoda (serangga, tungau, laba-laba, dll.)  Vertebrata (Burung, mamalia kecil, katak, Ikan, atau reptil)



1. 2. 3. 4. 5.



Karakter Umum Predator : Membunuh dan memakan mangsa lebih dari Satu Ukuran tubuh relatif lebih besar daripada mangsanya Sifat Predasi terdapat pada stadia dewasa dan pradewasa Stadia pradewasa dibantu organ sensorik dan lokomotorik Pengecualian hanya tabuhan, predator yang menyimpan mangsa untuk Progeninya. Sebagian besar Predator melakukan aktivitas predasi selama perkembangan pradewasa, ada juga yang sampai ke stadia dewasa (imago). Predator  Two-edges sword  memangsa serangga bukan hama.



 Hemimetabola (perkembangan tidak sempurna)  nimpha  ex: belalang sembah, kepik, tungau, laba-laba.  Holometabola (Perkembangan sempurna)  Larva  ex : semut, lalat, kumbang.



la  pradewasa dan imago bertindak sebagai predator.



a  hanya imago yang bertindak sebagai predator Kemampuan Predator menemukan/menangkap mangsa:  Umumnya dipengaruhi senyawa kimia  Mekanisme pertahanan mangsa (Prey defense)



1. 2. 3. 4. 5. 6.



     



Cara Predator menemukan/menangkap mangsa : Random Searching (pencarian acak). Ex : Podius maculaventris Pencarian secara langsung. Ex : kumbang tanah (carabidae), laba-laba peloncat (salticidae) Pencarian aktif. Ex: Robberfly dan odonata. Sergapan. Ex : Belalang Sembah Jebakan. Ex : antlion (Neuroptera) Ketertarikan. Ex: Lightning bugs. Serangga Predator Ordo Coleoptera  110 familli  Coccinellidae, Carabidae, Staphylinidae 1. Familly Coccinellidae Mengendalikan hama-hama eksotik atau invasif Ex : Rodolia cardinalis mengendalikan Kerya purchasi, Kumbang koksi menjadi predator bagi kutu daun, kutu perisai dan kutu kebul (whitefly) Mampu memangsa 100 kutu daun/hari Tubuh konveks dan antena pendek mengganda Larva berbentuk pipih dan elongate Larva mengalami reduksi penglihatan Nama Rodolia cardinalis Cryptognatha nodiceps Chilocorus distigma Coleomegilla maculate Cryptolaemus montrouzieri



Serangan Hama Icerya purchase Aspidiotus destructor Diaspidid Leptinotarsa decemlineata Mealybug



Tanaman Inang Jeruk Kelapa Kelapa Kentang Ketela pohon



a. Kumbang koksi pemakan kutu daun (Aphid) Ex : Hippodomia, Coccinella, Adalia, Harmonia b. Kumbang Koksi pemakan kutu perisai Ex: Chilocorus, hyperaspis, Rodolia, Rhyzobius (koksi hitam) c. Kumbang Koksi Pemakan kutu dompolan (Mealybug) Ex: Exochomus, hyperaspis, Scymnus, Cryptolaemus montouzeri d. Kumbang koksi pecan kutu kebul (whitefly) Ex: Chilocorus, Clitostethus, Hippodamia dan Scymnus



e. Kumbang koksi pemangsa tungau Ex: Stethorus spp.     



2. Familly Carabidae Merupakan Kumbang tanah Berukuran 8-25 mm berwarna gelap/metalik Kumbang dewasa memotong mangsa menggunakan mandibulata Aktif pada malam hari Ex: Caterpillar hunters



  



3. Familly Staphinidae Kumbang kecil, bersifat generalis Memangsa wereng daun dan wereng batang ophenia. Bertindak sebagai predator  Histeridae, Cantharidae, cybocephalidae.



A.      



Ordo Hemiptera Bug atau bug sejati (True bugs) Pradewasa  nimfa Letak sayap sejajar dengan tubuh diatas abdomen Mulut berupa rostum (stilet) Kepik Predator  Predator generalis Imago dan nimfa memakan telur, serangga pradewasa dan imagonya.







Sayap menebal 2/3 dari sayapnya, sisanya berupa membranous







Secara dorsal Nampak berbentuk seperti huruf X.



a. Famili Anthocoridae  Berukuran kecil, kurang dari 5 mm  Ex : Orius tristicolor, montandoniola moraguisi b.   



Famili Miridae Ada yang bertindak sebagai hama Sulit membedakan predator dan hama Ex: Daraeocoris spp. Tytthus mundulus.



c. Famili Nabidae  Predator yang dijumpai di rerumputan dan herba  Memakan telur serangga, aphid, serangga kecil, dan serangga bertubuh lunak. d. Famili Reduviidae  Kepik pembunuh  Menyerang aphid, wereng daun, dan ulat Lepidoptera



  e.   



Berukuran 10-30 mm Ex: Rhinocorus fuscipes Famili Phymatidae Kepik penyergap Menunggu di dekat bunga Bila mangsa dalam jangkauan, disergap menggunakan tungkai yang bersifat raptorial.



f. Famili Lygaeidae  Kebanyakan Phytophagous, Kepik bermata besar (bigeyed bug)  Ex: Geocoris spp. (Punctipes) memakan 1600 selama perkembangan nimfa dan memakan 80 tungau/hari untuk imagonya. g.   



Famili Pentatomidae Memiliki pronotum berbentuk perisai  kepik perisai Berukuran 10-15 mm, berwarna hijau, cokelat, beberapa berwarna cerah Ex: Cantheconidae spp. Andrallus spinides.



B. a.   



Ordo Neuroptera Famili Chrysopidae Dikenal sebagai green lacewing Predator bagi dewasa dan nimfa aphid, kutu kebul dan telur serangga. Ex : Chrysopa dan Chrysoperla



b.    c.  



Famili Hemerobidae Predator larva atau dewasa Dikenal sebagai brown lacewing Meletakkan telur satu-satu dan tidak mempunyai benang Famili Mantisipidae Predator bagi telur laba-laba Hanya dewasa yang bertindak sebagai predator



d. Famili Myrmeliontidae  Membentuk jembatan pasir untuk menangkap mangsa. C.    



Ordo Mantodea Belalang sembah Panjang tubuh 5-10 cm Tungkai depan diletakkan seperti orang berdoa. Memiliki perilaku sit and wait



D. Ordo Diptera  Imago lalat bertindak sebagai predator



 a.   



Larva tidak berkaki Famili Cecidomyiidae Pembuat gall Predator bagi kutu perisai, kutu kebul, thrip dan tungau. Ex: Aphidioletes aphidimyza



b. Famili Syrphidae  Imago lalat syrphidae sangat cerah dengan mimic pada tabuhan vespid atau lebah c. Famili Chamaemyiidae  Larvanya merupakan predator bagi aphid, kutu perisai, dan mealybug.  Ex : Leucopis sp. E. a.  



Ordo Hymenoptera Famili Formicidae Semut  serangga sosial yang bekoloni Ex : Oechopila smaragdina



b. Famili Vespidae  Berwarna kuning cerah  Imago menangkap mangsa dijadikan sumber makanan bagi progeninya c.   



Famili Sphecidae Bukan serangga social Pemangsa Lepidoptera dan laba-laba Mangsa diberikan kepada progeniya sebagai sumber makanan



Kelas Predator Arachnida A. Ordo Acarina (Tungau Predator)  Sebagian tungau bertindak sebagai hama, sebagian sebagai predator  Mempunyai empat pasang tungkai yang panjang  Berbentuk seperti buah pear, berwarna agak cerah dinading hama  Telur translusen seperti mutiara berbentuk oblong  Memangsa seluruh stadia tungau hama, juga telur dan pradewasa serangga lain.  Ex : Phytoseulus persimilis B.    



Ordo Araneae (Laba-laba Predator) Semua laba-laba adalah predator Menghasilkan jarring sebagai alat perangkap Ada yang memburu di tanah atau dipertanaman Generalis, memangsa berbagai serangga







Ada yang spesifik pada habitat dan mangsa tertentu. Jaring spesifik untuk menjerat serangga terbang



Contoh Species Predator beserta mangsanya : famili myrmeliontidae, Cecidomyiidae,Syrphi dae, Chamaemyiidae dan Spechidae